BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V HSIL DN PEMHSN 5.1 Sebaran entuk Lahan erdasarkan pengamatan di lokasi penelitian dan pengkelasan lereng berdasarkan peta kontur, bentuk lahan di lokasi penelitian sangat bervariasi. entuk lahan diklasifikasikan menurut klasifikasi Savigear (1960, dalam Darmawan, 1987) yaitu (1) Puncak lereng (crestslope), (2) Punggung lereng (backslope), dan (3). Hasil klasifikasi disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 5. Tabel 4. Sebaran entuk Lahan entuk Lahan Kemiringan (%) Nama Kelas Puncak Lereng 0-3 Datar Puncak Lereng 3-8 gak landai Puncak Lereng 8-15 Landai C 0-3 Datar 3-8 gak landai 8-15 Landai C gak curam D Curam E >40 Sangat curam F Kaki Lereng 0-3 Datar Kaki Lereng 3-8 gak landai Kaki Lereng 8-15 Landai C Kaki Lereng gak curam D Kaki Lereng Curam E

2 Gambar 6. Sebaran entuk Lahan, Titik Pengamatan dan Posisi Transek

3 Tabel 4 dan Gambar 5 tersebut menunjukkan bahwa di lokasi penelitian dijumpai semua bentuk lahan menurut Klasifikasi Savigear yaitu puncak lereng, punggung lereng dan kaki lereng. agian puncak lereng terbagi lagi berdasarkan kemiringannya, yaitu datar sampai landai. agian punggung lereng mempunyai kemiringan yang bervariasi dari datar sampai sangat curam. Hal yang sama juga terjadi pada bagian kaki lereng, mempunyai kemiringan lereng datar sampai agak curam. agian punggung lereng merupakan satuan bentuk lahan dengan variasi kemiringan lereng yang bervariasi. entuk lahan yang bervariasi yang terjadi pada areal yang sempit, memiliki iklim yang sama dan penggunaan lahan sama, dapat menurunkan sifat dan ciri tanah berbeda. 5.2 Keragaman Karakteristik Morfologi Tanah Menurut entuk Lahan. Karakteristik tanah yang diamati di lapang meliputi susunan dan ketebalan horison, warna tanah, tekstur tanah dan konsistensi tanah. Untuk melihat bagaimana sifat morfologi tanah bervariasi pada suatu bentuk lahan maka dibuat transek lereng yang disajikan pada Gambar 6 dan Gambar Lampiran 1-4. Lokasi penelitian memiliki sifat morfologi tanah yang beragam. Keragaman tersebut ditunjukkan dengan perkembangan susunan horison, wana, tekstur dan konsistensi pada setiap horison. Secara umum di lokasi penelitian dijumpai 4 kelompok morfologi tanah dengan variasi yang cukup besar. Di dalam masingmasimg kelompok sebenarnya masih dijumpainya perbedaan-perbedaan morfologi, tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan. Kelompok tersebut merupakan kelompok dengan sifat morfologi yang mempunyai susunan horison, dan, mempunyai warna berkisar dari cokelat gelap hingga merah ( 3/2-2, ), dengan tekstur lempung liat berpasir dan lempung liat berdebu (agak halus), liat berdebu, liat berpasir dan liat (halus), adanya selaput liat pada horison bawah dan kemungkinan adanya horison argilik, tanah tersebut berbahan induk batu liat. Sedangkan sifat morfologi tanah dengan susunan horison, dan dan, dan C, memiliki warna cokelat gelap hingga merah ( 3/2-2, ), konsistensi gembur

4 dalam keadaan lembab pada semua lapisan, tidak adanya selaput liat dan horison argilik pada lapisan bawah, dan pada beberapa lokasi, terdapat tanah yang sering jenuh air sehingga memiliki warna kelabu kebiruan dibawah horison, tanah tersebut berbahan induk abu volkan. Dan sifat morfologi tanah dengan susunan horison, dan, memiliki warna cokelat gelap hingga cokelat kuat ( - ), konsistensi teguh dalam keadaan lembab, terdapat horison penciri argilik dan pada kedalaman < 50 cm terdapat batu kapur, tanah tersebut berbahan induk batu kapur. Titik-titik pengamatan yang memiliki bentuk lahan sama tetapi memiliki sifat morfologi tanah berbeda disajikan pada Gambar 7a-7b. Hal ini ditunjukkan oleh sifat morfologi pada puncak lereng, dengan perbedaan susunan horison pada lapisan bawah yaitu dan, warna tanah dan tekstur tanah pada setiap lapisan. Pada kaki lereng, memiliki perbedaan susunan horison pada lapisan bawah yaitu, dan g, warna tanah, tekstur dan konsistensi pada setiap lapisan, bahkan pada titik pengamatan ST 50 terjadi proses gleisaisi dibawah horison sehingga memiliki horison g. Pada punggung lereng C, memiliki perbedaan susunan horison pada lapisan bawah yaitu dan, warna tanah, tekstur dan konsistensi pada setiap lapisan, pada pengamatan ST 32 dan 33 terdapat batu kapur pada kedalaman < 50cm. Pada punggung lereng memiliki perbedaan warna tanah dan tekstur pada setiap lapisan. Sedangkan pada punggung lereng D, memiliki perbedaan susunan horison pada lapisan bawah yaitu, dan C, warna tanah, tekstur dan konsistensi pada setiap lapisan. Dan pada punggung lereng E memiliki perbedaan susunan horison pada lapisan bawah yaitu dan, warna tanah dan tekstur pada setiap lapisan. Sebaliknya data hasil pengamatan sifat morfologi pada empat transek, menunjukkan bahwa pada bentuk lahan yang berbeda dijumpai sifat morfologi tanah yang sama (Gambar 8). Contohnya yaitu ST 43 (transek 4) berupa punggung lereng 8 % () dengan ST 54 (transek 4) berupa punggung lereng 27 % (E), ST 99 (transek 2) berupa punggung lereng 8 % () dengan ST 137 (transek 2) berupa kaki lereng 2 % (), ST 94 (transek 2) berupa punggung lereng 20 % (D) dengan ST 91 (transek 2)

5 berupa punggung lereng 13 % (C) dan ST 33 (transek 2) berupa punggung lereng 11 % (C) dengan ST 31 (transek 2) berupa kaki lereng 10 % (C). Masing-masing penggamatan memiliki susunan, tekstur, warna tanah dan konsistensi yang sama. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang konsisten antara bentuk lahan dengan sifat morfologi tanahnya. Kemunginan pengaruh dominan berasal dari sifat dari bahan induk tanah tersebut. Sehingga pada bentuk lahan yang sama memiliki sifat morfologi yang berbeda bahkan pada tanah dengan bahan induk yang sama memiliki karakteristik sifat morfologi tanah yang berbeda.

6 Transek 4 ST 04 ST 25 Transek 3 ST 21 Transek 1 ST 102 ST 137 Transek 1 ST 81 ST 50 Transek 1 ST 130 5/6 Si.cl.l 4/ cm cm cm cm cm cm Si.cl. 2, cm cm 2, cm cm S.cl S.cl 5/ cm cm Si.cl.l 4/5 GY Si.cl.l g 0-15 cm ps/ss 15-40cm ps/ss L.s 5/6 2, cm cm Puncak Lereng 5 % () Puncak Lereng 5 % () Puncak Lereng 5 % () Puncak Lereng 8 % () Kaki Lereng 2 % () Kaki Lereng 2 % () Kaki Lereng 2 % () Kaki Lereng 2 % () Transek 1 ST 77 Transek 3 ST 135 ST 32 ST 33 ST 90 ST 24 ST 99 Transek 4 ST 43 Si.cl.l 5/6 6/ cm cm S 5/ cm ps/ss/t cm S.cl cm >30 cm batu kapur 0-14 cm cm cm 2, 2, 4/ cm cm cm cm 2, 12-28cm cm 4/2 5/ cm cm 10 % (C) 12 % (C) 13 % (C) 11 % (C) 13 % (C) 14 % (C) 8 % () 8 % () Gambar 7a. entuk Lahan Sama, Sifat Morfologi Tanah erbeda

7 Transek 1 ST 78 Transek 1 ST 84 ST 94 Transek 3 ST 67 Transek 4 ST 08 Si.cl.l Si.cl cm cm Si.cl 2, cm cm S. l 2, Si.cl 2, 4/ cm cm 2, 0-10 cm cm cm Si.cl.l 0-16 cm cm cm 17 % (D) 20 % (D) 20 % (D) 28 % (E) 35 % (E) Transek 1 ST 114 Transek 3 ST 29 Transek 4 ST 56 Transek 4 ST 54 L.s 5/6 8/1 C cm cm 7,5YR 7,5YR 0-12 cm cm cm 4/3 10 YR cm cm cm cm 22 % (D) 18 % (D) 27 % (E) 27% (E) Gambar 7b. entuk Lahan Sama, Sifat Morfologi Tanah erbeda

8 Transek 4 ST 43 Transek 4 ST 54 ST 99 ST 137 4/2 5/ cm cm cm cm 2, 12-28cm cm 2, cm cm 8 % () 27% (E) 8 % () Kaki Lereng 2 % () ST 94 ST 91 ST 33 ST cm 2, Si.cl cm 2, Si.cl cm cm cm 2, 4/ cm 2, 4/ cm cm 5/ cm 20 % (D) 13 % (C) 11 % (C) Kaki Lereng 10 % (C) Gambar 8. entuk Lahan erbeda, Sifat Morfologi Tanah Sama

9 5.3 Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan sifat morfologi tanah di lapang tanpa analisis laboratorium yang digunakan untuk mempertegas dan melengkapi sifat morfologi di lapang. Hasil klasifikasi tentu saja tidak mencerminkan klasifikasi tanah yang sebenarnya. kan tetapi karena fokus penelitian adalah keragaman maka yang dipentingkan dari hasil klasifikasi adalah pengelompokkan bukan pada penamaannya. Sifat morfologi yang memiliki bahan induk batu liat, horison penciri bawah argilik yang dicirikan oleh peningkatan liat pada horison eluviasi () ke horison iluviasi (), memiliki selaput liat, tekstur terasa lebih halus dari horison diatasnya dan memiliki regim kelembaban udik. erdasarkan ciri tersebut, sifat morfologi tanah ini dikategorikan kedalam subgroup Typic Hapludults. Sifat morfologi tanah yang berasal dari bahan induk abu vulkan, tidak memiliki horison penciri bawah yaitu argilik dicirikan oleh peningkatan liat dari horison eluviasi () ke horison iluviasi () yang tidak terlalu nyata, memiliki konsistensi gembur dan tingkat perkembangan struktur sedang, tidak adanya selaput liat dan memiliki regim kelembaban udik. erdasarkan ciri tersebut, sifat morfologi tanah ini dikategorikan kedalam subgroup Typic Dystrudepts. Sedangkan sifat morfologi tanah yang memiliki ordo Inceptisol, berasal dari bahan induk abu vulkan, terjadi proses gleisasi sehingga warna tanah kelabu kebiruan sampai kelabu kehijauan dibawah horison. tekstur terasa agak halus dan mempunyai regim kelembaban aquik. erdasarkan ciri tersebut, sifat morfologi tanah ini dikategorikan kedalam subgroup Typic Endoaquepts. Dan sifat morfologi tanah yang berasal dari bahan induk batu kapur, memiliki horison penciri bawah yaitu argilik dicirikan oleh kandungan liat yang tinggi pada horison, konsistensi lekat dalam keadaan basah, adanya selaput liat, terdapat batu kapur pada

10 kedalaman < 50 cm dan memiliki regim kelembaban udik. erdasarkan ciri tersebut, sifat morfologi tanah ini dikategorikan kedalam subgroup Lithic rgiudalfs. Sifat morfologi tanah berdasarkan titik pemboran dapat dilihat pada Gambar lampiran 5. Tanah pada kategori subgroup Typic Hapludults mempunyai susunan horison,, 1, 2 dan 3. Setiap lapisan horison memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Pada lapisan 1 terdapat horison dengan warna cokelat gelap kekuningan memiliki tekstur lempung berpasir dengan konsistensi gembur (lembab) dan konsistensi (basah) agak lekat dan agak plastis. Pada lapisan 2 memiliki horison yaitu horison transisi dari ke dimana sifat horison lebih dominan. Memiliki warna cokelat, lapisan 3 berwarna cokelat gelap kekuningan 10 YR 3/6, lapisan 4 dan 5 berwarna cokelat kuat dengan hue 7,5, value 4-5 dan kroma 6. Tekstur lapisan 2 sampai 5 adalah liat dengan konsistensi (lembab) teguh, sedangkan konsistensi (basah) lekat dan plastis. Tanah pada kategori subgroup Typic Dystrudepts mempunyai susunan horison, dan. Warna pada semua lapisan adalah cokelat gelap kekuningan dengan hue 10 YR, value 3 dan kroma 3-6. Sedangkan tekstur pada lapisan 1 adalah lempung berpasir, lapisan 2 dan 3 memiliki tekstur pasir. Konsistensi dalam keadaan (lembab) adalah gembur, konsistensi dalam keadaan (basah) agak lekat dan plastis pada semua lapisan. Tanah pada kategori subgroup Typic Dystrudepts memiliki susunan horison dengan ketebalan 0-35 cm dan g dengan ketebalan cm. Lapisan 1 memiliki warna cokelat kuat dan lapisan 2 dengan warna kelabu kehijauan 4/5 GY dimana lapisan ini sering jenuh air sehingga terjadi reduksi. Pada semua lapisan memiliki tekstur lempung liat berdebu dan konsistensi dalam keadaan basah yaitu agak lekat dan agak plastis. Sedangkan tanah pada kategori subgroup Lithic rgiudalfs memiliki susunan horison dengan ketebalan horison, dengan ketebalan cm dan dengan ketebalan cm terdapat batuan kapur. Semua lapisan memiliki cokelat gelap sampai cokelat kuat dengan hue, value 3-4 dan kroma 4-6, dengan tekstur liat, konsistensi dalam keadaan lembab teguh dan konsistensi dalam keadaan lembab lekat dan plastis.

11 Tabel 5. Sebaran Subgroup, entuk Lahan dan ahan Induk Subgroup Typic Hapludults Typic Dystrudepts Lithic rgiudalfs entuk Lahan Puncak (crestslope) Lereng, dan C Punggung (backslope) Lereng,, C, D, E dan F Kaki (footslope) Lereng Puncak (crestslope) Lereng Punggung (backslope) Lereng, C, D dan E Kaki (footslope) Lereng, dan C Punggung (backslope) Lereng dan C Kaki (footslope) Lereng dan C ahan Induk atu Liat bu Volkan atu Kapur Typic Endoaquepts Kaki (footslope) Lereng bu Volkan Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa subgroup Typic Hapludults dijumpai pada puncak lereng dengan kelas lereng datar hingga landai, punggung lereng dengan kelas lereng datar hingga sangat curam dan kaki lereng dengan kelas lereng datar. Subgroup Typic Dystrudepts berada pada puncak lereng dengan kelas lereng agak landai, punggung lereng dengan kelas lereng agak landai hingga agak curam dan kaki lereng dengan kelas lereng datar hingga landai. Pada subgroup Lithic rgiudalfs berada pada punggung lereng dengan kelas lereng agak landai dan landai dan kaki lereng berada pada kelas lereng datar dan landai. Sedangkan pada tanah Typic Endoaquepts berada pada kaki lereng dengan kelas lereng datar. Sebaran-sebaran subgroup ini pada suatu bentuk lahan menunjukkan hubungan yang tidak konsisten, dimana subgroup yang sama dijumpai pada bentuk lahan yang berbeda dan sebaliknya pada bentuk lahan yang sama bisa dijumpai subgroup yang berbeda. Hasil klasifikasi Taksonomi Tanah kategori subgroup disajikan pada Gambar 9.

12 Gambar 9. Peta Tanah Lokasi Penelitian

13 5.4. Keragaman Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis meliputi kadar air, bobot isi tanah, Ruang pori total, kapasitas air tersedia dan permeabilitas. Hasil analisis statistik dilakukan untuk mencari nilai maksimum, minimum, rata-rata, simpangan baku dan koefisien keragaman. Untuk membandingkan keragaman sifat-sifat tanah yang berbeda digunakan nilai Koefisien Keragaman (KK). Wilding dan Drees (1983) mengelompokkan kergaman sifatsifat tanah menjadi tiga kelas berdasarkan tingkat kehomogenannya, yaitu : 4. Keragaman rendah (KK<15%) 5. Keragaman sedang (KK15-35%) 6. Keragaman tinggi (KK>35%) Nilai statistik parameter sifat fisik tanah pada berbagai subgroup dapat dilihat pada Tabel 6. Kadar air pada keseluruhan dan masing-masing jenis tanah memiliki koefisien keragaman sedang. Sedangkan bobot isi pada keseluruhan jenis tanah memiliki koefisien keragaman rendah, kecuali pada tanah Lithic rgiudalfs yang mempunyai keragaman sedang. Ruang pori total pada keseluruhan dan masing-masing jenis tanah memiliki keragaman yang rendah. Dan kapasitas air tersedia pada semua jenis tanah memiliki keragaman yang tinggi kecuali pada tanah Lithic rgiudalfs mempunyai keragaman yang sedang. Secara umum keragaman internal sifat tanah di dalam masing-masing subgroup cenderung lebih besar dibandingkan keragaman sifat fisik tanah tersebut pada lokasi secara keseluruhan (antar subgroup). Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan karakteristik tanah yang diuji tidak terkait langsung dengan perubahan jenis tanah atau subgroup tersebut. Perubahan khrarakteristik tanah yang terjadi terkait dengan perbedaan prosesproses geomorfik yang terjadi pada suatu satuan lahan yang tercemin pada perbedaan sifat morfologi dan heterogenitas bentuk lahan dalam hal posisi dan kemiringan lereng. Oleh karena itu pada satuan lahan yang sama dapat dijumpai karakteristik tanah berbeda-beda.

14 Tabel 6. Nilai Statistik Parameter Sifat Fisik Tanah Pada erbagi Subgroup Jenis Tanah Nilai Statistik Parameter sifat Fisik Tanah Kadar air (%) I (g/cm³) RPT (%) Kapasitas air Tersedia (%) Maksimum Typic Hapludults Minimum rata-rata simpangan baku KK (%) Maksimum Typic Dystrudepts Minimum rata-rata simpangan baku KK (%) Maksimum Lithic argiudalfs Minimum rata-rata simpangan baku KK (%) Maksimum Total Minimum rata-rata simpangan baku KK (%)

15 Permeabilitas tanah secara keseluruhan mempunyai kelas permeabilitas dari sangat lambat sampai sangat cepat, kelas permeabilitas lambat dan cepat mendominasii kelas permeabilitas secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa permeabilitas tanah pada suatu wilayah tidak terkait langsung dengan subgroup tanahnya. Kelas permeabilitas berdasarkan jenis tanah secara keseluruhan disajikan pada Gambar sangat lambat agak lambat agak cepat sangat cepat lambat sedang Frekuensi cepat sangat lambat agak lambat agak cepat sangat cepat lambat sedang cepat Lithic endoaquepts Typic Endoaquepts Typic Hapludults Typic Dystrudepts Kategori Subgroup Gambar 10. Frekuensi Kelas Permeabilitas Terhadap Subgroup

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat-sifat Tanah Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Pedon Berbahan Induk Batuliat Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil berbahan induk batuliat disajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Tanah Keragaman tanah merupakan keragaman ruang (spasial) dan keragaman waktu (temporal). Keragaman ruang (spasial) terbentuk dari keragaman yang terjadi secara lateral

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang 21 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Kegiatan penambangan menyebabkan perubahan sifat morfologi tanah seperti tekstur, konsistensi, struktur, batas antar lapisan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil pengamatan kedalaman tanah dan batuan (bedrock) untuk pemasangan peralatan pengamatan hidrokimia di DAS mikro Cakardipa.

Lampiran 1 Hasil pengamatan kedalaman tanah dan batuan (bedrock) untuk pemasangan peralatan pengamatan hidrokimia di DAS mikro Cakardipa. LAMPIRAN 113 114 115 Lampiran 1 Hasil pengamatan kedalaman tanah dan batuan (bedrock) untuk pemasangan peralatan pengamatan hidrokimia di DAS mikro Cakardipa. Titik Pengamatan ke-1 (L1) No Kedalaman (cm)

Lebih terperinci

KERAGAMAN TANAH PADA BERBAGAI SATUAN LAHAN DI DESA SETU KECAMATAN JASINGA BOGOR. Oleh: ACHMAD SYAKUR A

KERAGAMAN TANAH PADA BERBAGAI SATUAN LAHAN DI DESA SETU KECAMATAN JASINGA BOGOR. Oleh: ACHMAD SYAKUR A KERAGAMAN TANAH PADA BERBAGAI SATUAN LAHAN DI DESA SETU KECAMATAN JASINGA BOGOR Oleh: ACHMAD SYAKUR A24103019 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Geomorfik Proses geomorfik secara bersamaan peranannya berupa iklim mengubah bahan induk dibawah pengaruh topografi dalam kurun waktu tertentu menghasilkan suatu lahan

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK & UAP PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK & UAP PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN PENULISAN LAPORAN FIELDWORK & UAP PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN Ketentuan : 1. Laporan survei disusun secara berkelompok 2. Laporan diketik tanpa ada copy paste 3. Revisi Laporan dalam bentuk

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil Pengujian dan Analisis

Bab IV. Hasil Pengujian dan Analisis Bab IV Hasil Pengujian dan Analisis Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian mengenai sistem yang sudah dirancang dan dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan memberikan inputan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. Horison penimbunan liat merupakan horison dengan kandungan liat

PENDAHULUAN. Latar belakang. Horison penimbunan liat merupakan horison dengan kandungan liat PENDAHULUAN Latar belakang Horison penimbunan liat merupakan horison dengan kandungan liat filosilikat yang lebih tinggi daripada bahan tanah yang terletak di atasnya. Horison ini dapat terbentuk akibat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

URAIAN PENGAMATAN PROFIL TANAH LOKASI BPP SEMBAWA

URAIAN PENGAMATAN PROFIL TANAH LOKASI BPP SEMBAWA URAIAN PENGAMATAN PROFIL TANAH LOKASI BPP SEMBAWA PROFIL I : IV : M Kode Profil : MK Lereng : 3-5 % ; Upper slope (lerang atas) : Batu liat (clay stone ) : Plinthudults 0 12 O Coklat gelap (7,5 YR 4/4),

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perbedaan tekstur tanah dan elevasi, tidak menyebabkan perbedaan morfologi

Lebih terperinci

M.Luthfi Rayes/Sudarto Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah, Fak. Pertanian Universitas Brawijaya, Malang,

M.Luthfi Rayes/Sudarto Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah, Fak. Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M.Luthfi Rayes/Sudarto Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah, Fak. Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Bab 6. Kesimpulan Hasil Survei

Lebih terperinci

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI JENIS TANAH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI JENIS TANAH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI JENIS TANAH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG Asep Mulyono 1, Dedi Mulyadi 2, dan Rizka Maria 2 1 UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa LIPI E-mail: asep.mulyono@lipi.go.id

Lebih terperinci

KERAGAMAN TANAH PADA BERBAGAI SATUAN LAHAN DI DESA SETU KECAMATAN JASINGA BOGOR. Oleh: ACHMAD SYAKUR A

KERAGAMAN TANAH PADA BERBAGAI SATUAN LAHAN DI DESA SETU KECAMATAN JASINGA BOGOR. Oleh: ACHMAD SYAKUR A KERGMN TNH PD BERBGI STUN LHN DI DES SETU KECMTN JSING BOGOR Oleh: CHMD SYKUR 24103019 PROGRM STUDI ILMU TNH DEPRTEMEN ILMU TNH DN SUMBERDY LHN FKULTS PERTNIN INSTITUT PERTNIN BOGOR 2010 SUMMRY CHMD SYKUR.

Lebih terperinci

Klasifikasi Dan Pemetaan Famili Tanah Berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur

Klasifikasi Dan Pemetaan Famili Tanah Berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur Klasifikasi Dan Pemetaan Famili Tanah Berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur IDA AYU SRI MAS ARY SUSANTHI I MADE MEGA *) KETUT SARDIANA Program Studi Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian 14 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Tanah Deskripsi profil dan hasil analisis tekstur tiap kedalaman horison disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia ABSTRACT This study is aimed at identifyimg the characteristics

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet 57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

Deskripsi Pedon Tanah (lanjutan)

Deskripsi Pedon Tanah (lanjutan) Deskripsi Pedon KB 61 (SPT7) Seri Pucungsatu, Typic Melanudands, berabu di atas berlempung, isotermik Kode Profil : KB 61 Lokasi : 4 km Utara Desa Bulukerto Koordinat : 671496mE; 9137140 mn Klasifikasi

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal LAMPIRAN 45 46 Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal No Sifat Kimia Tanah Nilai Keterangan 1 ph (H 2 O) 4,59 Masam 2 Bahan Organik C-Organik (%) 1,22 Rendah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Tabel 3.1. Ciri-ciri Horison Generik pada klasifikasi tanah. Nilai Indikator Horison O A E B. Indikator

BAB III PERANCANGAN. Tabel 3.1. Ciri-ciri Horison Generik pada klasifikasi tanah. Nilai Indikator Horison O A E B. Indikator BAB III PERANCANGAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem untuk menentukan jenis klasifikasi tanah tanah yang terdiri dari perancangan sistem untuk menentukan Horison Generiknya,

Lebih terperinci

PENGAMATAN MINIPIT DI LAPANG DAN KLASIFIKASI TANAH

PENGAMATAN MINIPIT DI LAPANG DAN KLASIFIKASI TANAH .1 PENDAHULUAN Dasar utama melakukan klasifikasi dan memahami tanah adalah diskripsi profil tanah yang dilakukan di lapang. Pengamatan di lapang pada dasarnya dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu; 1)

Lebih terperinci

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK 4 PRAKTIKUM SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK 4 PRAKTIKUM SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN PENULISAN LAPORAN FIELDWORK 4 PRAKTIKUM SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN Ketentuan : 1. Laporan survei disusun secara berkelompok 2. Laporan diketik tanpa ada copy paste. 3. Revisi Laporan dalam bentuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi Kemampuan Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH Profil Tanah Irisan / penampang tegak tanah yang menampakan semua horizon sampai ke bahan induk; dalam profil tanah, bagian

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI. OLEH I Wayan Narka

PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI. OLEH I Wayan Narka 0 PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI OLEH I Wayan Narka FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 1 I. PENDAHULUAN Tanah merupakan akumulasi tubuh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT TANAH PARANITA ASNUR

SIFAT-SIFAT TANAH PARANITA ASNUR SIFAT-SIFAT TANAH PARANITA ASNUR SIFAT FISIKA TANAH Batas- Batas Horison Batas horison satu dengan lainnya dapat terlihat jelas/baur Pengamatan taah di lapangan ketajaman peralihan horisonhorison dibedakan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TANAH INDONESIA

KLASIFIKASI TANAH INDONESIA Klasifikasi Tanah Indonesia KLASIFIKASI TANAH INDONESIA (Dudal dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor 1982) Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah

Lebih terperinci

2

2 APLIKASI ANALISIS LANSEKAP SEBARAN JENIS TANAH PADA LANSEKAP LABORATORIUM PJP FP UNIBRAW 1 2 ALFISOL Memiliki horison argilik, kandik atau natrik tetapi tidak memiliki fragipan Ada fragipan dibahwah horison

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan INTERPRETASI DATA SURVEI TANAH INTERPRETASI DATA TANAH TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Memahami tujuan, prinsip dan cara 2 Interpretasi Data Tanah 2. Mengenal dan bisa membedakan

Lebih terperinci

Klasifikasi Inceptisol Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan

Klasifikasi Inceptisol Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan Klasifikasi Inceptisol Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan Inceptisol Soil Classification OnThe Various Elevationat Sub-District of Lintong Ni Huta, Regency

Lebih terperinci

Y = mu. Posisi lereng : Lereng atas Bentuk lereng : Cembung Elevasi : 97mdpl Bahan lnduk : Napal. Horizon Kedalaman Keterangan (cm)

Y = mu. Posisi lereng : Lereng atas Bentuk lereng : Cembung Elevasi : 97mdpl Bahan lnduk : Napal. Horizon Kedalaman Keterangan (cm) LAM PIRAN Lampiran 1. Deskripsi profil pada tiap titik pengarnatan a. Area yang tidak terbakar pada lereng -8 % Lokasi : DesaTomo Koordinat : X=18591 mt Y = 925635 mu Posisi lereng : Lereng atas Bentuk

Lebih terperinci

Mg dpt. ditukar. Na dpt. ditukar. K dpt. ditukar KTK NH 4 OA C

Mg dpt. ditukar. Na dpt. ditukar. K dpt. ditukar KTK NH 4 OA C Deskripsi Pedon P 01 Seri Poncokusumo, typic udipsamments, skeletal-berpasir, isohipertermik Kode Profil : P 01 : Desa Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo Koordinat : 700374 me; 9109160mN Vegetasi : pinus

Lebih terperinci

BLANGKO PENGAMATAN PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN

BLANGKO PENGAMATAN PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN ACARA II : BERAT VOLUME (BV) Hari/ tanggal : Shift Prktikum : Nama : Co. Ass Hasil Pengamatan: Jenis Tanah Berat Oven ( Volume Tabung (cm3) Berat Volume (g/cm3) Mengetahui, Assisten / CO. Ass ACARA III

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi pustaka dari hasil-hasil survei dan pemetaan tanah LREPP II yang tersedia di arsip data base Balai Besar Litbang Sumberdaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

Ap 0 - cm Coklat (7,5 YR 5/4 ), pasir berlempung, sedang,

Ap 0 - cm Coklat (7,5 YR 5/4 ), pasir berlempung, sedang, Lampiran 1. Deskripsi Profil Tanah DESKRIPSI PROFIL TANAH (PROFIL TANAH 1) Jenis Tanah : Entisol Lokasi : Arboretum USU Kwala Bekala, kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Kode : Profil 1 Kordinat

Lebih terperinci

Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan

Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan SIFAT FISIK TANAH WARNA TANAH Warna Tanah Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang mudah dilihat Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Deskripsi profil tanah Andosol dari hutan Dusun Arca Order tanah : Andosol

Tabel Lampiran 1. Deskripsi profil tanah Andosol dari hutan Dusun Arca Order tanah : Andosol LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Deskripsi profil tanah Andosol dari hutan Dusun Arca Order tanah : Andosol Fisiografi : Volkan Bahan Induk : Abu / Pasir volkan intermedier sampai basis Tinggi dpl : 1301 m Kemiringan

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Budidaya Singkong Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Karawang merupakan wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Ketiga lokasi tersebut dipilih karena

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada

Lebih terperinci

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Lokasi penelitian berada di wilayah Desa Mangun Jaya Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Desa ini terletak kurang lebih 20 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) Nama : Sonia Tambunan NIM : 105040201111171 Kelas : I UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG

Lebih terperinci

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN Kesesuaian lokasi perumahan di Wilayah Gedebage Kota Bandung didasarkan pada hasil evaluasi. Evaluasi kesesuaian lahan adalah suatu evaluasi yang akan memberikan gambaran tingkat

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

KONSEP EVALUASI LAHAN

KONSEP EVALUASI LAHAN EVALUASI LAHAN KONSEP EVALUASI LAHAN Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4.1 Gambaran Umum Wilayah 4.1.1 Tipologi Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kebun percobaan Dulamayo merupakan lahan kering yang termasuk pada DAS Bulango yang sampai saat ini dikelola dan dikembangkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

FAKTOR PEMBENTUK TANAH

FAKTOR PEMBENTUK TANAH Analisis Lansekap BENTANG LAHAN (lansekap) DAN FAKTOR PEMBENTUK TANAH IKLIM BAHAN INDUK TANAH VEGETASI TOPOGRAFI (LANSEKAP) PENGELOLAAN WAKTU 1 2 3 4 5 6 DAERAH FLUVIAL/ALUVIAL/DESPOSISI Aliran permukaan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN DI KECAMATAN CILINCING, JAKARTA UTARA

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN DI KECAMATAN CILINCING, JAKARTA UTARA ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN DI KECAMATAN CILINCING, JAKARTA UTARA S. Marwanto, A. Dariah, dan Irawan ABSTRAK Kepentingan penggunaan lahan untuk konstruksi bangunan agar sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vermikompos Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organiknya. Walaupun sebagian

Lebih terperinci

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah Tabel Lampiran 1. Penilaian struktur tanah Tipe struktur Kode Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal,

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Tektur Tanah = %pasir, debu & liat dalam tanah Tektur tanah adalah sifat fisika tanah yang sangat penting

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia selain Malaysia. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak kelapa yang dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bata merah merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Bata merah terbuat dari tanah liat yang dibakar dengan suhu tinggi sampai bewarna kemerah-merahan.

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 03 September 2014, ISSN

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 03 September 2014, ISSN 195 KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH LUAPAN BANJIR BERULANG DI KABUPATEN KONAWE SELATAN Oleh: M. Tufaila 1), Hasbullah Syaf 1), Jufri Karim 2) dan Lies Indriyani 3) ABSTRACT Land as an open

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seperti tekstur tanah (misalnya lempung, tanah liat atau pasir) atau bahan induk

TINJAUAN PUSTAKA. seperti tekstur tanah (misalnya lempung, tanah liat atau pasir) atau bahan induk TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah pada awalnya didasarkan pada karakteristik individu seperti tekstur tanah (misalnya lempung, tanah liat atau pasir) atau bahan induk (misalnya tanah

Lebih terperinci

Bahan diskusi minggu ke-1

Bahan diskusi minggu ke-1 Bahan diskusi minggu ke-1 1. Peta skala besar dan skala kecil? Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1:5000 sampai 1:250.000. Peta skala besar disebut juga sebagai peta yang sangat detail yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan, kabupaten ini ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No.2 Tahun 2003 Tentang Pembentukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah

Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah LAMPIRAN Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah PROFIL 1 LOKASI : Surya Panel 7 Umur 0 Tahun (lereng atas) KOORDINAT : 00º 33 26.2 LU 117º 29 28.2 BT Uraian deskripsi profil No. Lapang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Keterkaitan antara Landform dan Klasifikasi Tanah Data yang digunakan berasal dari 475 pedon yang tersebar di 8 lokasi, yaitu: Karawang (Jawa Barat), Semarang

Lebih terperinci

Klasifikasi Tanah USDA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Bayu Prasetiyo B-01

Klasifikasi Tanah USDA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Bayu Prasetiyo B-01 Klasifikasi Tanah USDA 1975 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang Bayu Prasetiyo 125 080 500 111 045 B-01 Klasifikasi Tanah USDA 1975 Dr. Ir. Abdul Madjid, MS Salah satu sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yaitu geologi daerah Ngampel dan sekitarnya. Pembahasan meliputi kondisi geomorfologi, urutan stratigrafi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di Desa Sendangrejo, Kecamatan Bogorejo yang terletak di Kabupaten Blora

Lebih terperinci