IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Titik Tetap Model Dinamika Virus HIV Titik tetap persamaan (3.1) diperoleh dengan menentukan dt 0, dt *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Titik Tetap Model Dinamika Virus HIV Titik tetap persamaan (3.1) diperoleh dengan menentukan dt 0, dt *"

Transkripsi

1 6 IV PEMBAHASAN 4. Penentuan Titik Teta Model Dinamika Titik teta ersamaan (3. dieroleh dengan menentukan dt, dt dan dv. Sehingga menurut ersamaan tersebut dieroleh titik teta s d N s dt T, T, V, T, kn (bukti lihat Lamiran. 4.. Konstruksi Matriks Jaobi Matriks Jaobi dari ersamaan (3. adalah sebagai berikut kn( s dt kn( s dt J N N N (4. (bukti lihat Lamiran Kestabilan ersamaan (3. akan dieroleh dengan menganalisis nilai eigen matriks Jaobi ada titik teta yang didaat. 4.. Analisis Kestabilan Titik Teta Berikut ini akan dieriksa kestabilan disekitar titik teta s d N s dt T, T, V, T,. Jika titik kn teta tersebut disubstitusikan ada ersamaan (4. maka dieroleh matiks Jaobi sebagai berikut kn( s dt N kn( s d T J N N (bukti lihat Lamiran. Untuk memeroleh nilai eigen, digunakan ersamaan karakteristik J I, sehingga dieroleh nilai eigen matriks J, yaitu kn( s dt ( ( 4( kn ( s d ( ( 4( kn ( s dt 3 (bukti lihat Lamiran T Berdasarkan kondisi yang telah dieroleh maka sesuai dengan analisis kestabilan, titik teta yang dieroleh diengaruhi oleh laju sel darah utih yang dihasilkan (s dan laju kematian sel darah utih sehat (d T sehingga harus dileriksa dari kondisi s<d T dan s>d T. Untuk kasus yang ertama nilai arameter s<d T akan menghasilkan λ >, λ dan λ 3 adalah imajiner murni, sehingga dari nilai-nilai eigen yang dieroleh kestabilan titik teta yang didaat bersifat siral. Kasus yang kedua nilai arameter s>d T akan menghasilkan eigen λ <, λ > dan λ 3 <, sehingga dari nilai-nilai eigen yang dieroleh kestabilan titik teta yang didaat bersifat sadel Dinamika Poulasi Untuk mengamati engaruh virus HIV terhada oulasi sel darah utih terinfeksi ada kurun tertentu maka dierlukan kurva yang menunjukan engaruh virus HIV kedalam oulasi sel darah utih terinfeksi dan hubungannya dengan eriode. Hal ini membutuhkan nilai awal untuk masing-masing arameter dan variabel. Pada roses enggambaran ini diambil nilai erameter untuk s<d T, yaitu s =, d T =, δ =.6, = 4, k = 3, dan N =, sedangkan nilai arameter untuk s>d T, yaitu s = 3, d T =, δ =.6, = 4, k = 3, dan N =. Nilai awal yang diberikan ada kasus ini adalah T = 5, T = 5, dan V = 5. Hasil simulasi daat dilihat ada Gambar. Saat laju sel darah utih sehat yang dihasilkan lebih keil dariada laju kematian sel darah utih sehat maka dinamika oulasi sel darah utih terinfeksi mengalami enurunan dengan sangat eat samai menaai nilai minimum dan kurva akan stabil dinilai nol. Pada kondisi ini sel darah utih terinfeksi akan hilang dari sistem (tidak daat bertahan dalam sistem karena setelah virus HIV menyerang sel darah utih sehat, sel darah utih tersebut berubah menjadi sel darah utih terinfeksi. Aktivitas virus ada sel darah utih terifeksi tidak terhenti, sehingga terbentuknya virus-virus baru yang sia menginfeksi sel darah utih lainnya. Dinamika oulasi virus HIV mengalami eningkatan terlebih dahulu, lalu akan mulai turun dengan sangat eat samai menaai

2 sel darah utih terinfeksi 7 Dinamika sel darah utih terinfeksi Dinamika virus HIV s d T s d T V s d T s d T Gambar Dinamika oulasi sel darah utih terinfeksi (T dan virus HIV (V ada model virus HIV. nilai minimum dan kurva menjadi stabil dinilai nol.pada kondisi ini virus HIV terus menyerang sel darah utih. Laju sel darah utih yang dihasilkan lebih keil dariada laju kematian sel darah utih sehat mengakibatkan virus HIV tidak daat lagi menyerang sel darah utih sehat, sehingga dengan sendirinya virus HIV akan hilang sendirinya dalam sistem (virus akan dibuang dari sistem ada tingkat er virion, sehingga lama-kelamaan menuju nol, sehingga lama-kelamaan menuju nol. Pada kasus ini tidak menerminkan kondisi sesungguhnya ada kenyataan. Saat laju sel darah utih sehat yang dihasilkan lebih besar dariada laju kematian sel darah utih sehat maka dinamika oulasi sel darah utih terinfeksi dan dinamika oulasi virus mengalami eningkatan terlebih dahulu, lalu akan mulai turun ada berikutnya samai menuju nilai kestabilan dititik tertentu. Sel darah utih terinfeksi dan virus HIV masih daat bertahan dalam sistem ini Dari enjelasan Gambar jika laju sel darah utih yang dihasilkan lebih keil dariada laju kematian sel darah utih sehat maka oulasi sel darah utih sehat, sel darah utih terinfeksi dan virus HIV akan stabil menuju titik teta D(T, T,V=(,,, sedangkan jika laju sel darah utih yang dihasilkan lebih besar dariada laju kematian sel darah utih sehat maka oulasi sel darah utih sehat, sel darah utih terinfeksi dan virus HIV akan stabil menuju titik teta D(T, T,V=(, 66, Penentuan Titik Teta Model Reson Virus terhada Protease Inhibitor Titik teta ersamaan (3. dieroleh dengan menentukan dt, dv dan dv N. Sehingga menurut ersamaan tersebut dieroleh dua titik teta, yaitu titik teta bebas enyakit T, V, (,, dan titik teta endemik ( V N V n V ( T, V,,, VN V ( n N ( n (bukti lihat Lamiran 4. Untuk titik teta endemik jumlah sel darah utih terinfeksi dan jumlah virus yang tidak diengaruhi oleh jumlah virus yang daat. 4.. Konstruksi Matriks Jaobi Matriks Jaobi dari ersamaan (3. untuk titik teta bebas enyakit dan titik teta endemik adalah sebagai berikut kt (4. J ( n N nn (bukti lihat Lamiran 5 Kestabilan ersamaan (3. akan dieroleh dengan menganalisis nilai eigen matriks Jaobi ada titik teta yang didaat. 4.. Analisis Kestabilan Titik Teta Berikut ini akan dieriksa kestabilan disekitar titik teta bebas enyakit dan titik teta endemik. Jika kedua titik teta tersebut

3 8 disubstitusikan ada ersamaan (4. maka dieroleh matiks Jaobi sebagai berikut kt J ( n N nn (bukti lihat Lamiran 5. Untuk memeroleh nilai eigen, digunakan ersamaan karakteristik J I, sehingga dieroleh nilai eigen matriks J, yaitu ( ( 4( ( kt ( n ( ( 4( ( kt ( n N 3 (bukti lihat Lamiran 5 Berdasarkan kondisi yang telah dieroleh maka sesuai dengan analisis kestabilan, titik teta yang dieroleh diengaruhi oleh laju kematian sel darah utih terinfeksi oleh virus HIV (δ dan laju kegagalan rotease inhibitor dalam menghambat infeksi sel darah utih oleh virus HIV ((-n kt Nδ, sehingga harus dileriksa dari kondisi δ<(-n kt Nδ dan δ> (-n kt Nδ. Untuk kasus yang ertama nilai arameter δ<(-n kt Nδ akan menghasilkan λ <, λ > dan λ 3 >, sehingga dari nilai-nilai eigen yang dieroleh kestabilan titik teta yang didaat bersifat sadel. Kasus yang kedua nilai arameter δ>(-n kt Nδ akan menghasilkan eigen λ <, λ < dan λ 3 <, sehingga dari nilai-nilai eigen yang dieroleh kestabilan titik teta yang didaat bersifat simul stabil. Pada kasus ini virus HIV tidak daat bertahan dalam sistem ini. N 4.3 Penentuan Titik Teta Model Tundaan Pada kasus enundaan diskret (ersamaan 3. nilai diertahankan, sedangkan untuk kasus enundaan kontinu (ersamaan 3.3, nilai harus dinormalisasikan agar didaatkan model enundaan yaitu mt f ( e d. Namun karena nilai τ bervariasi sesuai dengan distribusi eluang f(τ, yaitu menyebar gamma maka model tundaan diubah menjadi f (, ( sehingga didaatkan ersamaan g n b dt ( nrt kt g n, b ( V ( t d T, (4.3 dv ( n NT V, dvn n NT V N (bukti lihat Lamiran 6 dengan k b k, b, n ( mb mb g n, b ( d Titik teta ersamaan (4.3 dieroleh dengan menentukan dt, dv dan dv N. Sehingga menurut ersamaan tersebut dieroleh dua titik teta, yaitu titik teta bebas enyakit T, V, (,, dan titik teta endemik ( V N V n V ( T, V,,, VN V. ( n N ( n (bukti lihat Lamiran 7. Untuk titik teta endemik jumlah sel darah utih terinfeksi virus dan jumlah virus yang tidak diengaruhi oleh jumlah virus yang daat Konstruksi Matriks Jaobi Matriks Jaobi dari ersamaan (4.3 untuk titik teta bebas enyakit dan titik teta endemik adalah sebagai berikut ( n rt kt (4.4 J ( n N n N (bukti lihat Lamiran 8. Kestabilan ersamaan (4.3 akan dieroleh dengan menganalisis nilai eigen matriks Jaobi ada titik teta yang didaat Analisis Kestabilan Titik Teta Berikut ini akan dieriksa kestabilan disekitar titik teta bebas enyakit dan titik teta endemik. Jika kedua titik teta tersebut disubstitusikan ada ersamaan (4.4 maka dieroleh matriks Jaobi sebagai berikut ( n rt kt J ( n N n N (bukti lihat Lamiran 8.

4 9 Untuk memeroleh nilai eigen, digunakan ersamaan karakteristik J I, sehingga dieroleh nilai eigen matriks J, yaitu ( ( 4( ( C kt N ( ( 4( ( C kt N 3 (bukti lihat Lamiran 8 Berdasarkan kondisi yang telah dieroleh maka sesuai dengan analisis kestabilan, titik teta yang dieroleh diengaruhi oleh laju kematian sel darah utih terinfeksi oleh virus HIV (δ dan laju kegagalan kombinasi terai rotease inhibitor dan reverse transritase inhibitor dalam menghambat infeksi sel darah utih oleh virus HIV ( (-η kt Nδ, sehingga harus dileriksa dari kondisi δ<(-η kt Nδ dan δ>(-η kt Nδ. Kasus ertama nilai arameter δ<(- η kt Nδ akan menghasilkan λ <, λ > dan λ 3 <, sehingga dari nilai-nilai eigen yang dieroleh kestabilan titik teta yang didaat bersifat sadel. Sedangkan untuk kasus kedua nilai arameter δ>(-η kt Nδ akan menghasilkan nilai eigen λ <, λ < dan λ 3 <, sehingga dari nilai-nilai eigen yang dieroleh kestabilan titik teta yang didaat bersifat simul stabil. Pada kasus ini virus HIV tidak mamu bertahan dalam sistem ini. Persamaan karakteristik untuk ersamaan (4.3 bila tana adanya tundaan adalah ( ( ( ( kt N (bukti lihat lamiran8, sedangkan ersamaan karakteristik untuk ersamaan (4.3 dengan adanya tundaan adalah ( ( ( ( kt NF ( (Nelson & Perelson dengan nilai ( n ( n meruakan kombinasi rt keamuhan terai dan F ( meruakan transformasi lalae dari enundaan kernel yang didefinisikan F( g ( e n, b ( b d n dengan b dan n n F(, (4.5 n (bukti lihat Lamiran 9 atau bisa dituliskan dengan bentuk lain ersamaan karakteristik yang berfokus ada ersamaan kuadratik yaitu H (, P( K( F(, (4.6 dimana P( ( dan K( ( NkT (bukti lihat Lamiran Menurut lemma, enundaan daat menyebabkan erubahan kestabilan jika hanya jika untuk beberaa nilai terdaat akar imajiner murni dari H (,. Berikut ini akan dibuktikan Lemma. Lemma Misalkan P( L( dan i. Jika K( L( i dan ( NKT maka tidak ada akar imajiner murni dari H (, (bukti lihat Lamiran Dinamika Model reson Protease Inhibitor dan Model Tundaan Untuk mengamati engaruh terhada oulasi sel darah utih terinfeksi, virus HIV, dan virus HIV tidak ada kurun tertentu maka dierlukan kurva yang menunjukan engaruh kedalam oulasi sel darah utih dan hubungannya dengan eriode. Hal ini membutuhkan nilai awal untuk masing-masing arameter dan variabel. Pada roses enggambaran dinamika oulasi ada model reson rotease inhibitor diambil nilai erameter untuk δ<(-n kt Nδ, yaitu δ =.6, = 4, k =, N =, T =.5, dan n =.95, sedangkan nilai eremeter untuk δ>(-n kt Nδ, yaitu δ =.6, = 4, k = 3, N =, T =.5, dan n =.95. Nilai awal yang diberikan ada kasus ini adalah T = 5, V = 5 dan V N = 5. Pada roses enggambaran model tundaan diambil nilai erameter untuk δ<(-η kt Nδ yaitu δ =.6, = 4, k =, N = 5, T =.5, n rt =.95 dan n =.95, sedangkan nilai erameter δ>(-η kt Nδ, yaitu δ =.6, = 4, k =, N =, T =.5, n rt =.95 dan n =.95. Nilai awal yang diberikan ada kasus ini adalah T = 5, V = 5 dan V N = 5. Hasil simulasi kedua model ini daat dilihat ada Gambar 3 dan Gambar 4.

5 virus HIV tidak m enular virus HIV tidak m enular virus HIV m enular virus HIV m enular sel darah utih terinfeksi sel darah utih terinfeksi Model Tundaan Model Tana tundaan 8 8 Sel darah utih terinfeksi (T (V tidak (V N Keterangan 3 4 dinamika T, V, V N dengan tundaan dinamiika T, V, V N tana tundaan Gambar 3 Dinamika oulasi sel darah utih terinfeksi (T, virus HIV (V dan virus HIV tidak (V N saat laju kematian sel darah utih terifeksi lebih keil dariada laju kegagalan terai.

6 virus HIV tidak m enular virus HIV m enular sel darah utih terinfeksi Laju kematian sel darah utih sakit lebih besar dariada laju kegagalan terai 5 4 Sel darah utih terinfeksi (T (V tidak (V N Keterangan dinamika T, V, V N dengan tundaan dinamika T, V, V N tana tundaan Gambar 4 Dinamika oulasi sel darah utih terinfeksi (T, virus HIV (V dan virus HIV tidak (V N saat laju kematian sel darah utih terinfeksi lebih besar dariada laju kegagalan terai.

7 Saat laju kematian sel darah utih terinfeksi lebih keil dariada laju kegagalan terai maka dinamika oulasi sel darah utih terinfeksi, dinamika virus HIV dan dinamika virus HIV ada model tundaan dan model tana tundaan mengalami eningkatan dengan sangat eat. Pada kasus ini asien dinyatakan belum sembuh dari enyakit AIDS karena terai yang diberikan tidak berhasil dalam menghambat embentukan virus baru. Pada model reson rotease inhibitor (tana tundaan memiliki laju ertumbuhan oulasi yang lebih eat dariada model tundaan. Saat laju kematian sel darah utih terinfeksi lebih besar dariada laju kegagalan terai maka dinamika oulasi sel darah utih terinfeksi ada model tundaan dan model tana tundaan awalnya mengalami eningkatan samai menaai titik maksimum, lalu mengalami enurunan samai menaai nilai minimum dan akan stabil dinilai nol. Dinamika oulasi virus HIV dan virus HIV tidak mengalami enurunan dengan sangat eat samai menaai nilai minimum dan akan stabil dinilai nol. Pada kasus ini sel darah utih terinfeksi, virus HIV dan virus HIV tidak akan hilang dalam sistem. Pasien dinyatakan sembuh dari enyakit AIDS karena terai berhasil dalam menghambat embentukan virus baru. Pada model reson rotease inhibitor (tana tundaan memiliki laju ertumbuhan oulasi yang lebih eat dariada model tundaan. Berdasarkan kedua gambar diatas daat dikatakan bahwa model tundaan memiliki model yang lebih realistik dariada model tana tundaan karena ada model tersebut daat menjelaskan fenomena alam yang sebenarnya. Proses berkembangnya virus HIV dan roses enyembuhan enyakit AIDS terjadi dalam kurun yang lama. Hal ini daat terlihat dengan jelas ada dinamika model tundaan yang telah dijelaskan sebelumnnya. V KESIMPULAN Analisis kestabilan ada model virus HIV dibagi menjadi dua kategori, yaitu sel darah utih terinfeksi virus dan virus HIV. Model ini diengaruhi oleh laju sel darah utih yang dihasilkan dan laju kematian sel darah utih sehat. Solusi sistem ini akan siral jika laju sel darah utih yang dihasilkan lebih keil dariada laju kematian sel darah utih sehat, sedangkan solusi sistem akan sadel jika laju sel darah utih yang dihasilkan lebih besar dariada laju kematian sel darah utih sehat. Jika laju sel darah utih yang dihasilkan lebih keil dariada laju kematian sel darah utih sehat maka oulasi sel darah utih terinfeksi dan oulasi virus HIV stabil dinilai nol (hilang dalam sistem. Jika laju sel darah utih yang dihasilkan lebih besar dariada laju kematian sel darah utih sehat maka oulasi sel darah utih terinfeksi dan oulasi virus HIV menuju ke suatu nilai tertentu. Analisis kestabilan ada model reson terhada rotease inhibitor dan model tundaan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sel darah utih terinfeksi, virus HIV (tidak diengaruhi rotease inhibitor dan virus HIV tidak (diengaruhi rotease inhibitor. Kedua model ini diengaruhi oleh laju kematian sel darah utih terinfeksi dan laju kegagalan terai. Solusi sistem ini akan sadel jika laju kematian sel darah utih terinfeksi lebih keil dariada laju kegagalan terai, sedangkan solusi sistem akan simul stabil jika laju kematian sel darah utih terinfeksi lebih besar dariada kegagalan terai. Pada kedua model ini, jika laju kematian sel darah utih terinfeksi lebih keil dariada laju kegagalan terai maka oulasi sel darah utih sakit, oulasi virus HIV, dan oulasi virus HIV tidak akan terus bertambah. Jika laju kematian sel darah utih sakit lebih besar dariada laju kegagalan terai maka oulasi sel darah utih sakit, oulasi virus HIV, dan oulasi virus HIV tidak akan hilang dalam

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 1999 Waktu : 2,5 jam

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 1999 Waktu : 2,5 jam UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 999 Waktu :,5 jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 0. Misalkan diketahui fungsi f dengan ; 0 f() = ; < 0 Gunakan de nisi turunan untuk memeriksa aakah f 0 (0)

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA. Gambar 1 Proses Infeksi Virus HIV terhadap sel Darah Putih Sehat (Feng dan Rong 2006)

MODEL MATEMATIKA. Gambar 1 Proses Infeksi Virus HIV terhadap sel Darah Putih Sehat (Feng dan Rong 2006) 5 MODEL MATEMATIKA Interaksi Virus Terhadap Sel Darah Putih Sehat AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah diserang berbagai

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu,

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu, 4 masing menyatakan drift rate dan variance rate dari. Untuk roses stokastik yang didefinisikan ada ruang robabilitas (Ω,, berlaku hal berikut: Misalkan adalah roses Wiener ada (Ω,,. Integral stokastik

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5 III PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Model yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah model SIDRS (Susceptible Infected Dormant Removed Susceptible) dari penularan penyakit malaria dalam suatu populasi.

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov Institut Teknologi Seuluh Noember Surabaya Analisa Kestabilan Lyaunov Contoh Soal Ringkasan Latihan Contoh Soal Ringkasan Latihan Sistem Keadaan Kesetimbangan Kestabilan dalam Arti Lyaunov Penyajian Diagram

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Penentuan Titik Tetap I HAIL DAN PEMBAHAAN Analisis titik tetap pada sistem persamaan diferensial sering digunakan untuk menentukan suatu solusi yang tidak berubah terhadap waktu (solusi konstan). Titik

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE

PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE Diah Ayu Novitasari * * Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan Email :

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE

PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE Diah Ayu Novitasari *) *) Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan Email

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR 9 IV PEMBAHASAN 4.1 Model SIR 4.1.1 Titik Tetap Untuk mendapatkan titik tetap diperoleh dari dua persamaan singular an ) sehingga dari persamaan 2) diperoleh : - si + s = 0 9) si + )i = 0 didapat titik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Pariwisata Pariwisata mamu mencitakan ermintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan ariwisata biasanya diukur dari segi jumlah

Lebih terperinci

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail: Perubahan Perilaku Pengguna nstant Messenger dengan Menggunakan Analisis Koresondensi Bersama (Studi Kasus Mahasiswa di Program Studi S-1 Matematika FMPA Unad) Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. ,, dan, dengan menggunakan bantuan software Mathematica ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

IV PEMBAHASAN. ,, dan, dengan menggunakan bantuan software Mathematica ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Model HSC Tanpa Terapi 4.1.1 Penentuan Titik Tetap Model HSC Tanpa Terapi Titik tetap dari persamaan (3.1) (3.3) akan diperoleh dengan menetapkan,, dan, dengan menggunakan bantuan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang di dalamnya terdapat turunan-turunan. Jika terdapat variabel bebas tunggal, turunannya merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDHULUN LTR BELKNG Sistem dinamik serin diidentiikasikan ada model matematika dari ersamaan kimia ersamaan isika dan ersamaan bioloi an ersamaanna menandun arameterarameter an salin berhubunan. Perubahan

Lebih terperinci

Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2), Muhammad Ikbal 3), Nur Chamidah 4)

Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2), Muhammad Ikbal 3), Nur Chamidah 4) PEMODELAN KADAR GULA DARAH DAN EKANAN DARAH PADA REMAJA PENDERIA DIABEES MELIUS IPE II DENGAN PENDEKAAN REGRESI NONPARAMERIK BIRESPON BERDASARKAN ESIMAOR SPLINE Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2),

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan III. KERANGKA TEORITIS Berdasarkan tinjauan ustaka yang telah dikemukakan maka disimulkan bahwa antara komonen enawaran, ermintaan, harga, endaatan etani, marjin emasaran, stok, imor dan eksor beras Indonesia

Lebih terperinci

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic Oleh : Ali Kusnanto, Hikmah Rahmah, Endar H. Nugrahani Departemen Matematika FMIPA-IPB Email : alikusnanto@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dilakukan analisis model penyebaran penyakit AIDS dengan adanya transmisi vertikal pada AIDS. Dari model matematika tersebut ditentukan titik setimbang dan kemudian dianalisis

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model matematika penyakit campak dengan pengaruh vaksinasi, diantaranya formulasi model penyakit campak, titik ekuilibrium bebas penyakit

Lebih terperinci

Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya Modal (Cost of Capital) Bahan Ajar : Manajemen Keuangan II Digunakan untuk melengkai buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Biaya Modal (Cost of Caital) Caital Budgeting dan Cost of Caital (CoC) meruakan dua konse yang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pemilahan Data Pemilahan data dilakukan untuk menentukan data mana saja yang akan diolah. Dalam enelitian ini, data yang diikutsertakan dalam engolahan ditentukan berdasarkan teori

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN MODEL KAPLAN

BAB IV PENGEMBANGAN MODEL KAPLAN BAB IV PENGEMBANGAN MODEL KAPLAN Pada bab ini akan dibahas model yang dikembangkan dari model Kaplan. Terdapat beberapa asumsi Kaplan yang akan dimodifikasi. Selain itu, pada bab ini juga diberikan analisis

Lebih terperinci

8. Rangkaian Arus Searah, Pemroses Energi

8. Rangkaian Arus Searah, Pemroses Energi ntroduction to ircuit nalysis Time Domain www.dirhamblora.com 8. angkaian rus Searah, Pemroses Energi Kita mengetahui bahwa salah satu bentuk gelombang dasar adalah bentuk gelombang anak tangga. Di bagian

Lebih terperinci

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015 SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 0 PAKET Pilihan Ganda: Pilihlah satu jawaban yang aling teat.. Ingkaran dari ernyataan Jika emerintah menghauskan kebijakan subsidi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

BAB III MODEL EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC IN MEAN (EGARCH-M)

BAB III MODEL EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC IN MEAN (EGARCH-M) 30 BAB III MODEL EXPOETIAL GEERALIZED AUTOREGRESSIVE CODITIOAL HETEROSCEDASTIC I MEA (EGARCH-M) 3.1 Proses EGARCH Exonential GARCH (EGARCH) diajukan elson ada tahun 1991 untuk menutui kelemahan model ARCH/GARCH

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN MODUL PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM. Edisi/Revisi A/ Tanggal Juli Halaman dari A. Kometensi Inti KI : Memahami, menerakan, menganalisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza atau lebih dikenal dengan flu, merupakan salah satu penyakit yang menyerang pernafasan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1997 negara-negara di Kawasan Asia mengalami krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1997 negara-negara di Kawasan Asia mengalami krisis ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 997 negara-negara di Kawasan Asia mengalami krisis ekonomi, seerti Korea Selatan, Thailand, Filiina, Malaysia, Singaura, Indonesia. Penyebaran krisis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

Regresi Rasio Prevalensi dengan Model Log-Binomial: Isu Ketakkonvergenan. Netti Herawati 1) Alfian Futuhul Hadi 2)

Regresi Rasio Prevalensi dengan Model Log-Binomial: Isu Ketakkonvergenan. Netti Herawati 1) Alfian Futuhul Hadi 2) BIAStatistika (2) Vol. 4, No., hal. 35 45 Regresi Rasio Prevalensi dengan Model Log-Binomial: Isu Ketakkonvergenan Netti Herawati ) Alfian Futuhul Hadi 2) ) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lamung

Lebih terperinci

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 9 APLIKASI ISOUNTE ASH FLOW PAA KONTROL INVENTORY ENGAN BEBERAPA MAAM KREIT PEMBAYARAN SUPPLIER Hansi Aditya, Rully Soelaiman Manajemen Teknologi Informasi MMT -

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANALISIS MODEL PERSAMAAN REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA DATA STATUS GIZI BALITA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKURANGAN GIZI Skrisi disusun sebagai salah satu syarat untuk memeroleh

Lebih terperinci

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan analisis data saat ini masih bertumu ada analisis untuk data linear. Disisi lain, untuk kasus-kasus tertentu engukuran dilakukan secara sirkular. Beberaa ilustrasi

Lebih terperinci

Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II

Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II Siklus Carnot Siklus adalah suatu rangkaian roses sedemikian rua sehingga akhirnya kembali keada keadaan semula. Perhatikan Gambar 1! Gambar 1. Siklus termodinamika.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Prosedur Pengumulan Data 3.. Sumber Data Data yang digunakan dalam enelitian ini meruakan data sekunder yang diambil dari Deartemen Keuangan, BAPEPAM, dan IAPI. Data-data

Lebih terperinci

Penerapan Generalized Additive Model (GAM) pada Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Tengah

Penerapan Generalized Additive Model (GAM) pada Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Tengah Peneraan Generalized Additive Model (GAM) ada Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Tengah Rosalinda Nainggolan 1, Yudhie Andriyana 2, Achmad Bachrudin 3 Deartemen Statistika, Universitas Padjajaran, Bandung

Lebih terperinci

D I C. I d Arus Kontrol. Tegangan Kontrol

D I C. I d Arus Kontrol. Tegangan Kontrol B a b 5 Field Effect Transistor (FET) Jenis lain dari transistor adalah Field Effect Transistor (FET). Perbedaan utama antara BJT dan FET adalah engontrol kerja dari transistor tersebut. Jika BJT kerjanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Lebih terperinci

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu, Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS I. Murwanti 1, R. Ratianingsih 1 dan A.I. Jaya 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako, Jalan Sukarno-Hatta

Lebih terperinci

DINAMIKA MODEL PENYEMBUHAN SEL DARAH PUTIH KARENA ADANYA VIRUS HIV DENGAN TERAPI PROTEASE INHIBITOR

DINAMIKA MODEL PENYEMBUHAN SEL DARAH PUTIH KARENA ADANYA VIRUS HIV DENGAN TERAPI PROTEASE INHIBITOR 2 DINAMIKA MODEL PENYEMBUHAN SEL DARAH PUIH KARENA ADANYA VIRUS HIV DENGAN ERA PROEASE INHIBIOR DWI LARA NOLAVIA YUNIA DEPAREMEN MAEMAIKA FAKULAS MAEMAIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM INSIU PERANIAN BOGOR

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Matematika Dasar Tanggal : 6 Juni 9 Kde Sal : www.nlineschls.name. Jika u n adalah suku ke-n suatu barisan aritmetika naik yang memenuhi u + u + u6 = 8 dan u

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MODEL 2

BAB IV ANALISIS MODEL 2 BAB V AAL MODEL BAB V AAL MODEL Pada bab ini akan dibahas titik-titik kesetimbangan Model tanpa delay dan dengan delay. Model yang akan dibahas adalah Model Persamaan 3.5 3.8. elain itu, pada bab ini juga

Lebih terperinci

Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur)

Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur) Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur) Odik Fajrin Jayadewa, Dr. Irhamah, S.Si, M.Si, dan 3 Dwi Endah Kusrini, S.Si,

Lebih terperinci

BAB III PROSES TERMODINAMIKA GAS SEMPURNA

BAB III PROSES TERMODINAMIKA GAS SEMPURNA BAB III PROSES ERMODINAMIKA GAS SEMPURNA Proses emanasan dan eksansi gas secara umum bisa didefinisikan sebagai roses termodinamika. Dari engamatan, sebagai hasil dari aliran energi, erubahan terjadi ada

Lebih terperinci

PENGARUH EFEK TEMPO DAN EFEK KUANTUM PADA PERHITUNGAN ANGKA KELAHIRAN TOTAL FINATA RASTIC ANDRARI

PENGARUH EFEK TEMPO DAN EFEK KUANTUM PADA PERHITUNGAN ANGKA KELAHIRAN TOTAL FINATA RASTIC ANDRARI PENGARUH EFEK TEMPO DAN EFEK KUANTUM PADA PERHITUNGAN ANGKA KELAHIRAN TOTAL FINATA RASTIC ANDRARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 212

Lebih terperinci

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta Pengaruh Riwayat Terhada Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta 1 2 srilestarijs@yahoo.com 1 2 AKPER Insan Husada Surakarta Breast milk is the most erfect food for baby. Giving

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 1 MARET 2012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 1 MARET 2012 PERANCANGAN KENDALI PID DIGITAL PADA KELUARAN BUCK KONVERTER BERDASARKAN PERUBAHAN BEBAN Irma Husnaini ABSTRACT This research about design of digital Proortional Integral Derivative (PID) controller to

Lebih terperinci

III MODEL MATEMATIKA S I R. δ δ δ

III MODEL MATEMATIKA S I R. δ δ δ 9 III MODEL MATEMATIKA 3.1 Model SIRS Model dasar yang digunakan untuk menggambarkan penyebaran pengguna narkoba adalah model SIRS. Model ini dikemukakan oleh Kermac dan McKendric (1927) sebagai model

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoba dengan Faktor Rehabilitasi

Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoba dengan Faktor Rehabilitasi Vol. 7 No. 6-7 Januari Analisis Kestailan Titik Keseimangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoa dengan Faktor ehailitasi Syamsuddin Toaha Astrak Tulisan ini memahas suatu model laju eruahan jumlah elaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

BAB III MODEL KAPLAN. 3.1 Model Kaplan

BAB III MODEL KAPLAN. 3.1 Model Kaplan BAB III MODEL KAPLAN Pada bab ini akan dipaparkan model Kaplan secara terperinci sebelum memodifikasinya menjadi model yang lebih realistis pada bab selanjutnya. Kaplan memberikan suatu model deterministik

Lebih terperinci

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR Elma Rahayu Manuharawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya 603 Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2017 Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Sischa Wahyuning Tyas 1, Dwi Lestari 2 Universitas Negeri Yogyakarta 1 Universitas

Lebih terperinci

SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013

SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 Ariyanto Pakaya NIM 811409138 Program study Kesehatan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Titik Tetap Analisis titik tetap pada sistem persamaan diferensial sering digunakan untuk menentukan suatu solusi yang tidak berubah menurut waktu, yaitu pada saat

Lebih terperinci

MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN MODEL AUTOREGRESSIVE DAN INTERPOLATOR

MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN MODEL AUTOREGRESSIVE DAN INTERPOLATOR MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN MODEL AUTOREGRESSIVE DAN INTERPOLATOR Aryo Baskoro Utomo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Kamus UNNES Sekaran Gunungati, Semarang

Lebih terperinci

ASUPAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR

ASUPAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR ASUPAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR Sri Syatriani 1, Muliati 2 1 Dosen STIK MAKASSAR 2 Peminatan Gizi STIK Makassar Abstract Background: Growth

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Analisis Diskriminan dan Mahalanobis Taguchi (MT) untuk Data Penderita DM RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Perbandingan Metode Analisis Diskriminan dan Mahalanobis Taguchi (MT) untuk Data Penderita DM RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar Vol., No., 35-47, Juli 3 Perbandingan Metode Analisis Diskriminan dan Mahalanobis Taguchi (MT) untuk Data Penderita DM RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar Anisa Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I Pendahuluan ini dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian ada Bab III dan Bab IV maka daat disimulkan sebagai berikut 1. Keluarga emetaan K C,δ (R, R) dan L C,δ (R, R) adalah beberaa bentuk keluarga emetaan demi linear dari

Lebih terperinci

D-109 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print)

D-109 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print) D-9 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol 4 No 25 2337-352 23-928X Print Pemodelan Log Linier dan Regresi Logistik Biner Bivariat ada Hasil Medical Check-U Pegawai Negeri Siil PNS Institut Teknoi Seuluh Noember

Lebih terperinci

Model Matematika Penyebaran Internal Demam Berdarah Dengue dalam Tubuh Manusia

Model Matematika Penyebaran Internal Demam Berdarah Dengue dalam Tubuh Manusia BAB IV Model Matematika Penyebaran Internal Demam Berdarah Dengue dalam Tubuh Manusia Bab ini menjelaskan model penyebaran virus Dengue dalam tubuh manusia, atau dikenal sebagai model internal. Bagian

Lebih terperinci

ARGUMEN DAN METODE PENARIKAN KESIMPULAN

ARGUMEN DAN METODE PENARIKAN KESIMPULAN 1 ARGUMEN DAN METODE PENARIKAN KESIMPULAN Argumen adalah rangkaian ernyataan-ernyataan yang memunyai ungkaan ernyataan enarikan kesimulan (inferensi). Argumen terdiri dari ernyataanernyataan yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya yang diperlukan dalam Bab 3. Teori yang dibahas adalah teori yang mendukung pembentukan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibentuk model matematika dari penyebaran penyakit virus Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada parameter laju transmisi. A.

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 7/8. Diketahui remis remis : () Jika Badu rajin belajar dan atuh ada orang tua, maka Aah membelikan bola basket () Aah tidak membelikan bola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TIJAUA PUSTAKA Portofolio Saham Portofolio berarti sekumulan investasi, untuk kasus saham, berarti sekumulan investasi dalam bentuk saham. Proses embentukan orfolio saham terdiri dari mengidentifikasi

Lebih terperinci

MODEL OPTIMISASI PORTOFOLIO INVESTASI MEAN- VARIANCE TANPA DAN DENGAN ASET BEBAS RISIKO PADA SAHAM IDX30

MODEL OPTIMISASI PORTOFOLIO INVESTASI MEAN- VARIANCE TANPA DAN DENGAN ASET BEBAS RISIKO PADA SAHAM IDX30 Jurnal Matematika Integratif Volume, No., Oktober 06,. 07-6 -ISSN:4-684, e-issn:549-903 doi:0.498/jmi.v.n.97.07-6 MODEL OPIMISASI POROFOLIO INVESASI MEAN- VARIANCE ANPA DAN DENGAN ASE BEBAS RISIKO PADA

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE Dasar-dasar konsolidasi tanah Proses konsolidasi Teori Terzaghi Uji konsolidasi dilaboratorium Intreetasi data hasil uji lab KOMPONEN PENURUNAN TANAH Penambahan beban

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M SMK Negeri Rangkasbitung GELOMBANG BUNYI Bunyi meruakan salah satu bentuk gelombang mekanik, yaitu gelombang yang memerlukan medium sebagai erambatannya. Bunyi yang merambat ada medium udara bentuknya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup berdampingan. Diasumsikan habitat ini dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR Berdasarkan ada bab sebelumnya, ada bab ini akan dijelaskan enetaan atribut-atribut (keseakatan istilah) yang akan digunakan, serta langkah-langkah

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma Quick Sort

Kompleksitas Algoritma Quick Sort Komleksitas Algoritma Quick Sort Fachrie Lantera NIM: 130099 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha 10, Bandung E-mail : if099@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal A7 : Peneraan Kurva Elitik Atas Z... Peneraan Kurva Elitik Atas Z Pada Skema Tanda Tangan Elgamal Oleh : Puguh Wahyu Prasetyo S Matematika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email : uguhw@gmail.com Muhamad

Lebih terperinci

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH A.15. Unjukkerja Turbin Air Mikro Aliran Silang Terhada Variasi Sudut Sudu Jalan... (Yusuf Dewantara Herlambang) UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADA VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) ADA

Lebih terperinci

Pembentukan dan Pemilihan Portofolio

Pembentukan dan Pemilihan Portofolio Pembentukan dan Pemilihan Portofolio 1. Konse ortofolio efisien. Pembentukan ortofolio efisien Kombinasi sekuritas berisiko, tana short sales Kombinasi sekuritas berisiko, dgn short sales Kombinasi sekuritas

Lebih terperinci

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si Oleh Nara Riatul Kasanah 1209100079 Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 101 110 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Dwi Haryanto, Nilamsari Kusumastuti,

Lebih terperinci

Peramalan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2017 dengan Menggunakan Metode Arima Box-Jenkins

Peramalan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2017 dengan Menggunakan Metode Arima Box-Jenkins Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 253-261 -ISSN: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 253 Peramalan Nilai Tukar (Kurs) Ruiah Terhada

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI PARTIAL LEAST SQUARE UNTUK ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA YOGYAKARTA

APLIKASI REGRESI PARTIAL LEAST SQUARE UNTUK ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA YOGYAKARTA -ISSN 979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(2) 206: 75-84 htt://eournal.undi.ac.id/index.h/media_statistika APLIKASI REGRESI PARTIAL LEAST SQUARE UNTUK ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

Tuning Parameter Kontrol Proporsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System

Tuning Parameter Kontrol Proporsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System uning Parameter ontrol Proorsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System Wahyudi Iwan Setiawan Eduward igor Abstract PI (Proortional-Interal) controller is a control method that have been

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN A. NAHULUAN RMINTAAN AN NAWARAN Mekanisme harga asar ditentukan oleh dua hal: 1) ermintaan (demand) 2) enawaran (suly) ermintaan dan enawaran selanjutnya akan membentuk harga keseimbangan yang disebut

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Integral dan Persamaan Diferensial ii Darublic BAB 3 Integral (3) (Integral Tentu) 3.. Luas Sebagai Suatu Integral. Integral Tentu Integral tentu meruakan integral yang

Lebih terperinci

Bab II Teori Pendukung

Bab II Teori Pendukung Bab II Teori Pendukung II.1 Sistem Autonomous Tinjau sistem persamaan differensial berikut, = dy = f(x, y), g(x, y), (2.1) dengan asumsi f dan g adalah fungsi kontinu yang mempunyai turunan yang kontinu

Lebih terperinci

IV.3. Kegunaan Hukum Termodinámika II

IV.3. Kegunaan Hukum Termodinámika II IV.. Kegunaan Hukum ermodámika II. Menentukan effisiensi alg tggi dari mes anas atau KP yang maximum dari mes endg.. Menentukan aakah roses daat berlangsung atau tidak (irreersible atau reersible)..menentukan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

LAPORAN PENELITIAN. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM LAPORAN PENELITIAN Korelasi Antara Kadar Matriks Metalloroteinase 9, Laju Enda Darah, Faktor Reumatoid, dan Lama Sakit dengan Gambaran Radiologis ada Pasien Artritis Reumatoid Giri Aji 1, Sumariyono 2,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampling, (e) Validitas dan Reliabilitas, (f) Metode analisis data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampling, (e) Validitas dan Reliabilitas, (f) Metode analisis data BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada embahasan dalam metode enelitian ini akan menguraikan mengenai (a) Identifikasi variabel enelitian, (b) Defenisi oerasional variabel enelitian, (c)metode engumulan data,

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan No. Resonden : Tanggal wawancara Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Keluarga Terhada Penderita Pasca Stroke Dalam Uaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan Keterangan / Petunjuk engisian 1. Setia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 2.1.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat variabel bebas, variabel tak bebas dan derivative-derivatif

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala BAB III PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyata Flu Burung (Avian Influenza) Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Dalam enulisan ini akan memberikan gambaran hasil enelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah okok yang di bahas, yakni menjelaskan kinerja

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran

Permintaan dan Penawaran ermintaan dan enawaran A. NAHULUAN Mekanisme harga asar ditentukan oleh ermintaan (demand) dan enawaran (suly). ermintaan dan enawaran selanjutnya akan membentuk harga keseimbangan yang disebut harga ekuilibrium.

Lebih terperinci

Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS

Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS ABSTRAK Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular tertua yang menyerang manusia. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa sepertiga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 ANALISIS FAKT RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 Rahmawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat koresondensi: Rahmaq320@gmail.com/085395118181 ABSTRAK BBLR adalah bayi dengan berat

Lebih terperinci

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MANSYUR A. R.1 TOAHA S.2 KHAERUDDIN3 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km.

Lebih terperinci