BAB V PENUTUP. Nomor 25/PUU-VIII/2010, Putusan MK Nomor 32/PUU-VIII/2010, Putusan MK Nomor 10/PUU-X/2012 dan UU Nomor 23 Tahun 2014

Transkripsi

1 129 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perkembangan peraturan tentang WPR dapat diketahui dari Putusan MK Nomor 25/PUU-VIII/2010, Putusan MK Nomor 32/PUU-VIII/2010, Putusan MK Nomor 10/PUU-X/2012 dan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Putusan MK Nomor 25/PUU-VIII/2010, Putusan MK Nomor 32/PUU-VIII/2010, Putusan MK Nomor 12/PUU- X/2012 membuat peraturan tentang WPR menjadi semakin baik. Hal tersebut dapat diketahui bahwa pertama, Putusan MK Nomor 25/PUU- VIII/2010 memberikan kemudahan untuk menetapkan WPR karena menghapus ketentuan Pasal 22 huruf f UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang berbunyi, merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurangkurangnya 15 (lima belas) tahun, kedua, Putusan MK Nomor 32/PUU- VIII/2010 memberikan penegasan makna dari Pasal 10 huruf b sepanjang frasa...memperhatikan pendapat...masyarakat.., sehingga dapat diketahui penetapan WPR itu harus memperhatikan pendapat masyarakat sebagai peran aktif negara dalam mewujudkan hak-hak ekonomi dan sosial warga negara, dan ketiga Putusan MK Nomor 10/PUU-X/2012 yang menegaskan pentingnya penyelarasan WPR dalam WP. Berbeda dengan perkembangan peraturan terkait WPR yang ditinjau dari ketiga putusan MK tersebut, perkembangan peraturan tentang WPR terkait

2 130 diundangkannya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah justru menjadi peraturan yang tidak tepat. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka kewenangan penetapan WPR menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, yang mana Pemerintah Provinsi ditakutkan tidak dapat mengetahui kondisi dan kekhasan wilayah masing-masing daerah. 2. Kompleksitas masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menetapkan WPR di Desa Kalirejo, Kabupaten Kulon Progo, Prov. DIY dapat dikaji dari permasalahan yang terjadi di Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, permasalahan terkait mekanisme penetapan WPR dan permasalahan yang terjadi di Pemerintah Daerah DIY. Pemerintah Daerah tidak acuh terhadap permasalahan-permasalahan tersebut karena Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan Pemerintah Daerah DIY sudah berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menetapkan WPR di Desa Kalirejo. Bagaimanapun, permasalahan yang dihadapi Pemerintah Daerah memang cukup rumit sehingga menyebabkan proses penetapan WPR semakin lama. Terdapat permasalahan yang merupakan permasalahan yang disebabkan oleh perkembangan peraturan terkait penetapan WPR, namun demikian tidak semua permasalahan disebabkan oleh perkembangan peraturan terkait penetapan WPR. Bahkan dari perkembangan peraturan terkait penetapan WPR yang ditinjau dari Putusan MK Nomor 25/PUU-VIII/2010 dapat memberikan kemudahan untuk menetapkan WPR di Desa Kalirejo

3 131 bagi Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan perkembangan peraturan terkait penetapan WPR yang ditinjau dari UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan perkembangan peraturan yang menyebabkan munculnya permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah DIY dalam menetapkan WPR di Desa Kalirejo dan permasalahan terkait perubahan izin lingkungan rencana penetapan WPR. Kemudian, mengenai permasalahan yang secara jelas tidak disebabkan oleh perkembangan peraturan terkait penetapan WPR adalah permasalahan yang berupa keragu-raguan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan revisi rencana penetapan WPR. Berikut-berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kompleksitas masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam penetapan WPR di Desa Kalirejo, Kabupaten Kulon Progo, DIY. a. Permasalahan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam Menetapkan WPR di Desa Kalirejo Permasalahan yang terjadi di Pemerintah Kabupaten Kulon Progo adalah dikarenakan keragu-raguan dari Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam menetapan WPR di Desa Kalirejo. Hal tersebut dikarenakan potensi emas di Desa Kalirejo tidak terlalu banyak, anggaran Disperindag dan ESDM Kabupaten Kulon Progo terkait pelaksanaan kewenangan di bidang pertambangan mineral dan batubara sudah terlanjur disusun, dan mata pencaharian utama warga desa Kalirejo bukan penambang. Keragu-raguan Pemerintah

4 132 Kabupaten Kulon Progo untuk menetapkan WPR di Desa Kalirejo ini yang justru membuat rencana penetapan WPR tidak segera dilaksanakan. b. Permasalahan terkait Mekanisme Penetapan WPR Permasalahan ini terjadi karena rencana penetapan WPR di Desa Kalirejo yang sudah disusun oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo harus direvisi. Revisi ini dilakukan dikarenakan setelah ditinjau oleh Pemerintah Pusat, wilayah yang berada di Desa Hargorejo terlalu dekat dengan bangunan kantor Kecamatan Kokap. Selain itu, penyusunan izin lingkungan yang harus dilakukan untuk menetapkan WPR juga harus direvisi. Revisi izin lingkungan ini disebabkan perubahan wilayah yang akan ditetapkan menjadi WPR yang juga disebabkan revisi rencana penetapan WPR, terjadinya perubahan kepemilikan usaha dari Pemerintah Kabupaten Kulon Progo ke Pemerintah Daerah DIY yang disebabkan harus dialihkannya kewenangan penetapan WPR akibat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diundangkan, dan karena rencana kegiatan usaha tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak izin lingkungan diterbitkan. c. Permasalahan Pemerintah Daerah DIY dalam Menetapkan WPR di Desa Kalirejo

5 133 Permasalahan yang terjadi di Pemerintah Daerah DIY adalah terkait dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Peralihan kewenangan di bidang pertambangan mineral dan batubara dalam pelaksanaannya adalah dokumen-dokumen dialihkan terlebih dahulu namun personelpersonel yang ada di daerah Kabupaten belum diserah terimakan. Oleh karena itu, beban kerja Pemerintah Daerah DIY bertambah namun tidak dengan personel-personel pelaksana di bidang pertambangan mineral dan batubara. Hal ini dapat menganggu pelaksanaan kewenangan di bidang pertambangan mineral dan batubara begitu juga dengan penetapan WPR di Desa Kalirejo. Kemudian, terdapat permasalahan belum terdapat peraturan daerah yang mengatur mengenai kriterian dan mekanisme penetapan WPR. Selain itu, Pergub DIY Nomor 110 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Rakyat yang masih mencantumkan kriteria penetapan WPR yakni kriteria Pasal 22 huruf f UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang berbunyi, merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurangkurangnya 15 (lima belas) tahun. Pasal 22 huruf UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara tersebut pasca Putusan MK Nomor 25/PUU-VIII/2010 sudah dinyatakan bertentangan dengan UUD NRI 1945 dan dinyatakan tidak

6 134 mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. B. Saran 1. Dari perkembangan ketentuan penetapan WPR pasca Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sampai sekarang ini, maka menurut penulis kewenangan penetapan WPR lebih baik menjadi kewenangan dari Pemerintah Kabupaten/Kota. 2. Dengan adanya kompleksitas masalah terkait penetapan WPR di Desa Kalirejo tersebut maka sebaiknya Pemerintah Daerah DIY harus menjadikan penetapan WPR sebagai prioritas utama dibandingkan dengan WPN dan WUP. Selain itu, Pemerintah Daerah DIY harus berusaha mempercepat penetapan WPR di Desa Kalirejo dengan jalan berkoordinasi lebih lanjut dengan Pemerintah Pusat. Apabila diperlukan, Pemerintah Pusat dapat memberikan kebijakan berupa kewajiban bagi Pemerintah Daerah yang nyata-nyata telah terdapat kegiatan tambang rakyat di daerahnya untuk mengajukan rencana penetapan WPR.