Perspektif Sejarah. (Jakarta : 2001), Hal : 23 2 Peraturan Daerah No 11 tahun 2005
|
|
- Lanny Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 PENDAHULUAN Kota Padang merupakan salah satu kota yang terus berbenah diri dengan menjalankan berbagai program-program pembangunan tidak luput dari berbagai persoalan sosial masyarakat. Oleh sebab itu perhatian Pemerintahan Kota (Pemko), untuk mengatasi berbagai persoalan yang timbul di tengahtengah masyarakat, memerlukan langkahlangkah yang tepat untuk menetapkan berbagai kebijakan dapat menghambat lajunya perbuatan serta tindakan yang tepat mengganggu ketertiban dan keamanan kota. Untuk mengantisipasi perkembangan masyarakat, selaras dengan tuntunan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketentraman dan ketertiban umum merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat didaerah. 1 Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang berdiri pada tahun 1999 dan merupakan instansi yang melakukan pengawasan dan penertiban terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Penggusuran Pedagang Kaki Lima (PKL), mengamankan pengunjuk rasa, pengemis, pengamen, anakanak jalanan yang berpotensi dilampu merah, tempat maksiat dan para pelajar yang berkeliaran pada waktu jam pelajaran dan pengamanan fasilitas-fasilitas vital Pemerintah Daerah Kota Padang, dengan dikeluarkannya peraturan daerah, maka pemerintah daerah Kota Padang menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai instansi yang mengawasi dan menertibkan sesuai BabVIII Pasal 1 dalam Perda 11/2005 yang berbunyi: Pengawasan dan Penertiban terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2 Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang memiliki jumlah perempuan sebanyak 32 orang yang PNS sebanyak 8 orang dan dikontrak sebanyak 24 orang. Tugas perempuan yang tergolong PNS sebanyak 8 orang tersebut adalah bekerja sebagai staff subag tata usaha berjumlah 5 orang, 1 orang 1 Soleh, Chobit. Pamong Praja dalam Perspektif Sejarah. (Jakarta : 2001), Hal : 23 2 Peraturan Daerah No 11 tahun 2005 tentang Pengawasan dan Penertiban Peraturan Daerah dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai staff Pengendalian Ketentraman dan Ketertiban (Trantib), 1 orang sebagai staff Perlindungan Masyarakat (Linmas) dan 1 orang sebagai staff Pengembangan Kapasitas (Bangtas). Kemudian 24 perempuan pegawai kontrak yang bekerja sebagai staff Pengendalian Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) berjumlah 2 orang, 1 orang sebagai staff Pengembangan Kapasitas (Bangtas), 3 orang sebagai staff Penindakan Pelanggaran Produk Hukum Daerah (P3HD), 2 orang sebagai anggota Intel, 4 orang sebagai anggota Elang, 4 orang sebagai anggota Cendrawasih, 5 orang sebagai staff subag tata usaha, 1 orang sebagai anggota Provos dan 2 orang sebagai anggota Pleton. 3 Penelitian ini mengkaji tentang perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang untuk menangani permasalahan yang berhubungan dengan pembinaan terhadap perempuan, seperti perempuan tahanan yang tertangkap pada waktu razia yang melanggar asusila maupun tempat hiburan malam, selain itu juga menangani masalah wanita sebagai Pekerja SeksKomersial (PSK), Pedagang Kaki Lima(PKL), Izin Mendirikan Bangunan (IMB),Anak Jalanan, tempat maksiat dan para pelajar yang berkeliaran pada waktu jam pelajaran yang sifat khas ke ibuan nya untuk memberi arahan dan dorongan yang melanggar kedisiplinan Kota Padang. Berdasarkan uraian diatas belum adanya yang secara lebih khusus meneliti tentang perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang. Maka penulisan ini diberi judul Perempuan Dalam Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang Tahun BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH Mengingat ruang lingkup kajian penelitian cukup luas maka perlu ditetapkan batasan temporal (waktu) dan spasial (tempat). Adanya batasan ini diharapkan dapat mengiringi uraian pada persoalan yang akan diteliti. Menjadi skop temporal nya adalah tahun 1999 sampai Tahun 1999 merupakan temporal awal karena tahun 1999 Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang resmi berdiri pada tanggal 31 3 Dokumen Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang
3 agustus 1999 sekaligus penerimaan perempuan dalam bidang administrasi dan tata usaha. Sedangkan tahun 2014 merupakan temporal akhir karena pada tahun ini banyaknya peminat perempuan yang ikut dalam Satuan Polisi Pamong Praja yaitu sebanyak 14 orang, tahun 2014 ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, perempuan yang terlibat dalam Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagai tenaga lapangan hal iniditandai dengan adanya penanganan masalah yang berhubungan dengan wanita, disegi lain juga melakukan operasi razia secara besar-besaran yang dilakukan terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK), Pedagang Kaki Lima (PKL), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), anak-anak jalanan, tempat maksiat dan para pelajar yang berkeliaran pada waktu jam pelajaran. Berdasarkan batasan masalah diatas dapat dirumuskan masalahnya adalah Bagaimana keterlibatan dan peran Perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang tahun ? TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Mendeskripsikan Keterlibatan dan peran Perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang tahun ? Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagi berikut : Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk sumbangan pikiran dan bahan literatur bagi ilmu sejarah khususnya masalah keterlibatan dan peran Perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang. Menambah khasanah pengetahuan penulis terhadap Keterlibatan dan Peran Perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang KAJIAN PUSTAKA Kerangka Konseptual Penelitian ini berjudul Perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang tahun Dengan demikian penulisan ini dapat digolongkan dalam kajian sejarah wanita, sejarah wanita dapat dimasukkan kedalam sejarah sosial. 4 4 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), Hal : 99 Istilah Pamong Praja berasal dari dua kata yaitu Pamong dan Praja Pamong mempunyai arti adalah pengurus, pengasuh atau pendidik menjadi bahagian dari pemerintah pribumi yang didukung oleh kepala-kepala desa, para penjaga malam dan agen-agen polisi yang di perbentukan pada pejebat-pejabat pamong praja. Selanjutnya Praja yang berarti Pegawai negri atau pegawai pemerintah. Menurut kamus besar bahasa Indonesia Pamong Praja adalah Pegawai negeri yang mengurus Pemerintahan Negara. 5 Satuan Polisi Pamong Praja adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah (Perda) Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Satuan Polisi Pamong Praja dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Di Daerah Kabupaten/Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. 6 Studi Relevan Penelitian dengan tema yang membahas tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) baik berupa skripsi, makalah dan buku telah ada sebelumnya ditulis oleh Cici Febriani (2011) dengan judul Perkembangan Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang Penelitian selanjutnya oleh Fitri Amalia (2001) yang berjudul Kekerasan Satuan Polisi Pamong Praja dan Dinas Pasar terhadap Pedagang Kaki Lima di Pasar Raya. Yonnaeriska (2009) yang berjudul Upaya dan Kendala Satuan Polisi Pamong Praja dalam Pengalaman Prostitusi di Kota Padang. 5 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarat : Balai Pustaka, 2007), Hal : Peraturan Daerah No 11 tahun 2005 tentang Pengawasan dan Penertiban Peraturan Daerah dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja 2
4 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yaitu melalui beberapa tahap, adapun tahap yang dilalui yaitu terdiri 4 tahap heuristik (pengumpulan data), kritik sumber (pengujian), interpretasi dan historiografi (penulisan). PEMBAHASAN Perkembangan dan Peran Perempuan dalam Satpol PP Latar belakang diambil tahun 1999 ini karena pada tahun ini Kantor Polisi Pamong Praja resmi berdiri pada tanggal 31 agustus 1999 meskipun demikian Satuan Polisi Pamong Praja sebelumnya telah ada berada dibawah Subag Trantib pada bagian tata Pemerintahan Daerah Kota Padang. Sebelum membahas lebih jauh tentang peranan perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian peran. Peran adalah bagian yang dimainkan pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. 7 Peran juga dimaknai sebagai pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan seseorang yang memegang status atau kedudukan sosial. Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas membantu kepala daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tenteram, tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman. Peran perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang sudah ada sejak tahun 1999 lalu, namun hanya sebagai staf tata usaha dan administrasi dan pada tahun 2014 Satpol PP Perempuan di ikut serta kelapangan, berikut tahap perkembangan Satpol PP perempuan : A. Periode tahun Pada tahun 1999 resmi berdiri Satpol PP Kota Padang yaitu pada tanggal 31 Agustus 1999 sekaligus melibatkan perempuan dibidang administrasi dan staf tata usaha. 7 Brunetta R Wolfman. Peran kaum wanita.(yogyakarta: Kanisius,1989) Hal : 10 Sebagaimana diungkapkan oleh Elva Deswan (50 tahun) : Kalau dari tahun 1999 Satpol PP ini melibatkan perempuan hanya bagian Hansip atau Linmas (Lingkungan Masyarakat) dengan kinerja sebagai administrasi dan tata usaha pada waktu itu belum ada yang terlibat kelapangan, hanya di kantor untuk menyelesaikan permasalahan surat-menyurat untuk ketertiban dan kenyamanan kota padang. 8 Hal senada juga diungkapkan oleh Fatmawati (52 tahun) : Kantor tanpa adanya administrasi tidak akan jalan itulah yang diungkapkan oleh Fatmawati, saya bekerja disatpol PP ini dari tahun 2000 sebagai tenaga administrasi yaitu apabila ada penertiban kota, maka sayamenyiapkan segala macam surat mulai dari surat teguran, surat panggilan, serta surat penangkapan dan surat turun kelapangan tempat operasi dimana masyarakat melakukan pelanggaran ketertiban dan kenyamanan kota padang. 9 Mira Fitria (33 tahun) juga mengungkapkan : Saya ditugaskan dalam Satpol PP ini sebagai tata usaha administasi bagian keuangan Satpol PP, seperti pembagian gaji data-data saldo serta uang Tunjangan Hari Raya (THR). 10 Dari data informan diatas bahwa Satpol PP melibatkan perempuan bekerja disatpol PP sehari-hari bertugas hanya sebagai administrasi dan tata usaha untuk kelancaran administrasi perkantoran baik atau buruknya kinerja Satpol PP tergantung kepengurusan Satpol PP itu sendiri. B. Periode tahun Pada tahun 2012 Satuan Polisi Pamong Praja mengeluarkan kebijakan dengan sistim kontrak, perempuan yang di kontrak turun langsung kelapangan, sebagaimana ungkapan dari Yuriza Pamela (23 tahun) : Kami dikontrak Satpol PP ini adalah menangani permasalahan yang berhubungan dengan pembinaan terhadap perempuan, seperti perempuan tahanan yang tertangkap 8 Wawancara dengan Elva Deswan tanggal 7 Juli 2015, di Kantor Satpol PP Jln Tan Malaka Padang 9 Wawancara dengan Fatmawati tanggal 1 Juli 2015, di Kantor Satpol PP Jln Tan Malaka Padang 10 Wawancara dengan Mira Fitria tanggal 30 Juni 2015, di Kantor Satpol PP Jln Tan Malaka Padang 3
5 pada waktu razia yang melanggar asusila maupun tempat hiburan malam, selain itu juga menangani masalah wanita sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), Pedagang Kaki Lima (PKL), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Anak Jalanan, tempat maksiat dan para pelajar yang berkeliaran pada waktu jam pelajaran. 11 Menurut Informan diatas bahwa Satpol PP mengeluarkan kebijakan dengan sistim kontrak langsung kelapangan untuk menyelesaikan permasalah ketertiban umum dan ketentraman masyarakat kota baik masalah yang berdiam di dalamnya, masalah yang timbul dari keadaan fisik kota itu, maupun keadaan atau lokasi kota itu sendiri karena perempuan mempunyai wibawa yang tegas namun tidak meninggalkan kelembutan dan keanggunannya dalam memecahkan persoalan ketertiban umum. Bentuk-bentuk pelanggaran Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 khususnya pasal 8 ayat 1 yaitu, masalah pedagang kaki lima. Ketika para pedagang kaki lima tersebut telah menggunakan fasilitas umum sebagai tempat berjualan, menimbulkan kemacetan lalu lintas, bahkan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat, maka hal itu dikategorikan telah melanggar Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 khususnya pasal 8 ayat Ungkapkan oleh Indah Mentari (21 tahun) tentang PKL : Para pedagang kaki lima yang menjadi pekerjaan rumah paling berat bagi kami para penegak perda diantaranya adalah para pedagang kaki lima disekitar simpang air mancur pasar raya yang seringkali menggunakan bahu jalan untuk menggelar dagangannya sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Para pedagang kaki lima tersebut sudah berulangkali kami tertibkan, namun tetap saja menjadi masalah yang tak kunjung usai karena mereka tak pernah jera walaupun sudah seringkali di tertibkan bahkan disita unit dagangannya Wawancara dengan Yuriza Pamela tanggal 9 Juli 2015, di Pasar Raya 12 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Keamanan Dan Ketertiban masyarakat, pasal 8 ayat Wawancara dengan Indah Mentari tanggal 30 Juni 2015, di Pasar Raya Kota Padang Dari wawancara diatas bahwa Satpol PP memberikan surat pertama sebagai surat peringatan apabila dia tidak juga membongkar lapaknya maka Satpol PP juga memberikan surat kembali sebagai surat pembongkaran bahwa bapak/ibuk tidak boleh berjualan disekitar ini, tetapi Setelah Satpol PP membongkar lapak PKL dua atau tiga hari kemudian mereka kembali menggelar dagangannya, hal ini selalu terjadi berulangkali. Saat dilakukan penertiban, anggota Satpol PP sebagai pihak yang menertibkan seringkali harus berdebat dan bertengkar dengan si Pedagang Kaki Lima. Kami tahu bahwa usaha tersebut adalah motor bagi perekonomian mereka, tapi penertiban tersebut tetap harus dilakukan karena memang itulah tanggung-jawab kami sebagai aparat penegak Peraturan Daerah. Hal lain juga diungkapkan oleh Sherly Jayanti (23 tahun) : Satpol PP biasa kebanyakan laki-laki hampir dalam setiap kasus penertiban umum yang dilakukan Satpol PP selalu ada kejadian kekerasan dan bisa dianggap musuh masyarakat umum yang dilakukan petugas dilapangan sekarang telah ada kami selaku anggota cendrawasih lebih mengedepankan sisi kemanusiaan dari pada kekerasan hal ini muncul sebagai upaya menghilangkan kesan kekerasan dalam setiap tugas penertiban yang dilakukan Satpol PP. 14 Inilah yang diungkapkan nara sumber Pedagang Kaki Lima (PKL) pada umumnya, masalah Pedagang Kaki Lima seringkali dilihat dari sisi tingkat gangguan yang ditimbulkan karena dipandang menghambat lalu lintas, merusak keindahan kota, membuat lingkungan menjadi kotor akibat membuang sampah sembarangan. Berbeda Ungkapan dari Mutiara (23 tahun) : Saya sebagai anggota satpol pp adalah untuk menghilangkan pandangan negatif terhadap Satpol PP, mengurangi dan mengendalikan terjadinya kekerasan verbal saat penertiban, mengantisipasi terjadinya kekerasan fisik terhadap perempuan saat penertiban, dan mengantisipasi terjadinya kekerasan fisik terhadap anak saat penertiban. Sedangkan cara kerja perempuan dalam bagian pengawasan dan pengendalian penertiban umum Satpol PP memberikan negosiasi saat 14 Wawancara dengan Sherly Jayanti tanggal 9 Juli 2015, di Jln Veteran Padang 4
6 penertiban, membuat dokumentasi saat penertiban dan ikut dalam patroli kota. 15 Menurut wawancara dari informan Satpol PP perempuan selain sehari-hari bertugas sebagai staf administrasi dan pembinaan, seringkali mereka juga dilibatkan dalam penertiban. Sehingga dalam penertiban hiburan malam, standar operasionalnya jika memeriksa tentang perempuan yang melakukan pemeriksaan anggota Satpol PP perempuan juga. Bahkan dalam menangani unjuk rasa, polisi pamong praja perempuan sangat dibutuhkan dalam meredam aksi massa yang brutal. Secara psikologis jika massa melihat aksi simpatik dari Satpol PP perempuan, kecenderungan massa untuk berbuat anarkis akan sangat jauh berkurang. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, situasi dan kondisi yang kondusif merupakan sesuatu yang diinginkan setiap daerah. Dalam hal ini, eksistensi Satpol PP menjadi penting sebagai perwujudan kinerja dan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara. Peran penting dan stragetis bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah ini menjadi pendukung bagi pemerintahan di tingkat nasional. KESIMPULAN Berdasarkan uraian terdahulu dapat di simpulkan bahwa perempuan dalam Satuan PolisiPamang Praja kota Padang tahun adalah, sesuai dengan tujuan adanya polisi pamong praja didaerah lain maupun Kota Padang agar terwujudnya ketentraman dan ketertiban umum dalam kehidupan masyarakat dan warga kota padang yang sejahtera, serta patuh terhadap Peraturan Daerah, keputusan kepala daerah dan produk hukum daerah lainnya. Dilihat dari sisi perkembangan perempuan dalam Satuan Polisi Pamong Praja dari tahun 1999 sampai tahun 2011 sebanyak 8 orang tetapi hanya sebagai tenaga administrasi dan tata usaha, semakin banyak permasalahan dikota padang pada tahun 2012 Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang mengeluarkan kebijakan dengan sistim kontrak dengan melibatkan perempuan ikut serta kelapangan menangani permasalahan yang terjadi didalam masyarakat. 15 Wawancara dengan Mutiara tanggal 6 Juli 2015, di Jln Gajah Mada Padang Pada tahun 2012 Satpol PP melibatkan perempuan sebanyak 10 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 14 orang. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan Satpol PP dari tahun ke tahun meningkat. Dilihat dari sisi peran kinerja perempuan satuan pamong praja dalam menangani permasalahan yang berhubungan dengan pembina dilapangan maupun didalam tahanan mereka lebih mengutamakan sisi kemanusian dari pada kekerasan karena perempuan mempunyai wibawa yang tegas namun tidak meninggalkan kelembutan dan keanggunannya dalam memecahkan persoalan ketertiban umum. SARAN Mengakhiri penulis dan skripsi ini. Penulis menyerahkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sebaiknya, Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang terus tetap melakukan melakukan operasi terhadap pekat, (penyakit masyarakat) agar kota padang terlihat aman, tentram dan rapi. 2. Mengingat terbatasnya kemampuan penulis dalam mengelola data. Diharapkan rekan-rekan pembaca bisa memahami fokus penelitian tentang bagaimana munculnya Polisi Pamong di Kota Padang serta bagaimana perkembangan satpol PP dalam pelaksanaan tugasnya. DAFTAR PUSTAKA A. Arsip/Dokumen Dokumen Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang tahun Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat pasal 8 ayat 1 Peraturan Daerah No 11 tahun 2005 Tentang Pengawasan dan Penertiban Peraturan Daerah dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Peraturan Mentri Dalam Negeri No 10 tahun 1962 Tentang Kesatuan Polisi Pamong Praja Peraturan Mentri Dalam Negeri No 26 Tahun 2010 Tentang Ketentuan Umum Satpol PP Peraturan Pemerintah No 32 tahun 2004 tentang pedoman Satuan Polisi Pamong 5
7 Praja Peraturan Daerah Kota Padang Peraturan Wali Kota Padang No 52 tahun 2014 Tentang Penjabaran Tugas Pokok Dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Undang-undang No 5 tahun 1974 pasal 86 Tentang Kedudukan Polisi Pamong Praja Undang-undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja B. Buku Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), Bandung : Alfabeta Brunetta R Wolfman, Peran Kaum Wanita. Yogyakarta : Kanisius Gontschalk, louis, Penelitian Sejarah.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarat : Balai Pustaka Jane C Ollenburger, dkk, Sosiologi Wanita (Cetakan Kedua), Jakarta : Rineka Cipta Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT.Tiara Wacana yogya Munandar, Utami, Emansipasi Dan Peran Ganda Wanita indonesia suatu tinjauan/psikologis. Jakarta : Universitas Indonesia Press Salim Hairus, Polisi Pamong Praja dan Reformasi Sektor Keamanan. Jakarta : IDSPS Press Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Soleh, Chobit, Pamong Praja dalam Perspektif Sejarah : CV Citra Utama Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2008) Fitri Amalia Kekerasan Satuan Polisi Pamong Praja dan Dinas Pasar terhadap Pedagang Kaki Lima di Pasar Raya Skripsi (Padang : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang 2001) Yonnaeriska Upaya dan Kendala Satuan Polisi Pamong Praja dalam Pengalaman Prostitusi di Kota Padang Skripsi (Padang : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Andalas 2009) C. Skripsi : Cici Febriani Perkembangan Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Padang Skripsi (Padang : Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2011) Cica Kusendang Peranan Panti Sosial Karya Wanita Andam dalam Merehabilitas Pekerja Seks Komersial (PSK) di Sumatera Barat Skripsi (Padang : Program Studi Pendidikan 6
BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan kehidupan yang bergerak cukup cepat serta berkembang semakin maju, sehingga dibutuhkan
Lebih terperinciIMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG
Lampiran IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG (Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung) TRANSKRIP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia pada tahun 1602. Pada saat itu Gubernur Jenderal VOC telah membentuk Bailluw yaitu semacam
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung) Kualitas keahlian dan kewenangan
Lebih terperinciSTRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Lampiran 2 STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Bagaimanakah perencanaan oleh Dinas Pengelolaan Pasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketenteraman
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 jo. UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, maka desentralisasi pemerintahan mulai berjalan dengan tujuan kemandirian
Lebih terperinciBUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, merupakan salah satu wujud reformasi otonomi daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aparat pamong praja kota Sibolga menjalankan tugasnya sesuai dengan Pasal 4 PP Nomor 6 Tahun 2010, jadi peraturan tersebut bukan hanya menjadi sebuah teori, tapi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA GORONTALO
PEMERINTAH KOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciWALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA AMBON TIPE A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Satuan Polisi Pamong
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN
WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
20 PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Menimbang NOMOR 38 TAHUN 2011 SERI D NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN NOMOR 38 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATU
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) banyak menjadi permasalahan di kota-kota besar, karena pada umumnya kebijakan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang bersifat sentralistik dengan cara mendelegasikan sejumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi merupakan cara yang ditempuh untuk mengatasi keterbatasan perencanaan yang bersifat sentralistik dengan cara mendelegasikan sejumlah kewenangan, terutama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara berkembang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara berkembang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat, demikian juga dengan negara Indonesia.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota dalam pengertian geografis merupakan suatu tempat yang penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian penduduknya bukan petani, di
Lebih terperinciBUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPENEGAKAN PERATURAN DAERAH, PEMBINAAN TRANTIBUM DAN LINMAS TRANTIBUM DAN LINMAS. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan
PENEGAKAN PERATURAN DAERAH, PEMBINAAN TRANTIBUM DAN LINMAS TRANTIBUM DAN LINMAS Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
Lebih terperinciWALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI
WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUCAPAN TERIMA KASIH...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR SKEMA... xi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG
1 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 136,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk menghidupi kehidupan tidaklah mudah, itulah yang menyebabkan tingginya angka pengangguran
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
No. Urut: 09, 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. NOMOR ft TAHUN 2017 TENTANG
0 GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR ft TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HONORARIUM PIKET SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI
s WALIKOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinci4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re
DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang perlu dipenuhi. Keamanan dan ketertiban adalah satu keadaan dinamis yang memungkinkan
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA
Lebih terperinciKecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3.
WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja Keberadaan Polisi Pamong Praja dimulai pada era Kolonial sejak VOC menduduki Batavia di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter
Lebih terperinciAwal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.
Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia. Agresi militer Belanda tahun 1948 Kondisi yang tidak
Lebih terperinci*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/2004, PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA *40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di. masyarakat, fungsi pelayanan dan kegiatan ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan perkotaan amat besar perannya dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di bagian wilayah tersebut terdapat berbagai
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
- 1 - PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:
WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 198 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang :
Lebih terperinciG U B E R N U R SUMATERA BARAT
No. Urut: 63, 2015 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN PATROLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung dalam menyelenggarakan ketertiban umum khususnya dalam menangani
Lebih terperinciBUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2OI5 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN
! WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3$ TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK LOKASI PENELITIAN A.Letak Dan Luas Wilayah Kecamatan Mandau Kecamatan Mandau yang Ibukotanya Duri merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah administrasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kesejahteraan masyarakatnya, bangsa atau negara dapat dikatakan maju dan berhasil apabila kesejahteraan masyarakatnya telah
Lebih terperinci2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan P
No.590, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Organisasi. Tata Kerja. Satpol PP. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASIONAL PELAKSANAAN PENANGANAN UNJUK RASA DAN KERUSUHAN MASSA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Karena itu keberhasilan suatu pembangunan sedikit banyak ditentukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undangundang
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci: OTDA, PEMERINTAHAN UMUM, ADM KEUANGAN ORGANISASI URUSAN PEMERINTAHAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA JUMLAH DASAR HUKUM URAIAN
URUSAN PEMERINTAHAN : 1.20. - OTDA, PEMERINTAHAN UMUM, ADM KEUANGAN ORGANISASI : 1.20.23. - SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KODE REKENING 1.20.1.20.23.00.00.5. BELANJA DAERAH 14.041.715.702,00 1.20.1.20.23.00.00.5.1.
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPAT BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1; TAHUN 2011 TENTANG ORGANSAS DAN TATA KERJA SATUAN POLS PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT BANYUMAS, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BURU
PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BURU DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdirinya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol Pp)
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol Pp) Daerah Duri Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Duri adalah Ibu Kota Kecamatan Mandau, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut hak dan mengajukan gugatan pelanggaran hak-hak manusia (human
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penghormatan hak-hak manusia (human rights) tampaknya sudah diterima sebagai bagian dari pikiran bangsa Indonesia. Banyak kalangan masyarakat menjalankan berbagai
Lebih terperinciSATUAN POLISI PAMONG PRAJA
LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA CIMAHI Nomor : 30 Tahun 2008 Tanggal : 28 Nopember 2008 Tentang : TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA CIMAHI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN dan WALIKOTA PARIAMAN MEMUTUSKAN:
WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu daerah otonomi setingkat provinsi yang berada di Indonesia. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undang-undang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah (Pemda) adalah menjamin kepastian hukum, menciptakan, serta memelihara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Peraturan Daerah (Perda) yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah (Pemda) adalah menjamin kepastian hukum, menciptakan, serta memelihara ketentraman
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011
BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN BUPATI OLEH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PENYIDIK PEGAWAI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KEPAHIANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KEPAHIANG
PERATURAN BUPATI KEPAHIANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KEPAHIANG DENGAN RAKMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPAHIANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan masyarakat saat ini menuntut setiap orang untuk berupaya berdayaguna dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya kearah yang lebih baik. Baik itu melalui
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN. pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang
87 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai koordinasi antara polisi lalu lintas, dinas perhubungan dan satuan polisi pamong praja, maka
Lebih terperinciPROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan
PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014 A. Gambaran Umum. Satuan Pamong Praja Kabupaten Bintan sebagai satuan perangkat kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan
Lebih terperinciBUPATI KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA
BUPATI KONAWE UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA
1 BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA A. Latar Belakang Masalah Secara sosiologis kemajuan atau pertumbuhan suatu kota akan dibarengi dengan munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G
BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LAHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciNOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING
223 PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING Fadil Muhammad Program Magister Ilmu Administrasi Fisip Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12.5 Simpang Baru
Lebih terperinci