KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN DI SMP NEGERI 4 SALATIGA TAHUN AJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN DI SMP NEGERI 4 SALATIGA TAHUN AJARAN"

Transkripsi

1 KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN DI SMP NEGERI 4 SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh NUVITA ARUMSARI NIM JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011

2

3 KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN DI SMP NEGERI 4 SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh NUVITA ARUMSARI NIM JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011

4 KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN DI SMP NEGERI 4 SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012 Skripsi diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh NUVITA ARUMSARI NIM JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011

5

6 Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP

7

8 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Artinya : Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu jalan menuju ke surga (HR. Muslim) PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua Orang tuaku yang sangat aku sayangi dan cintai (Bapak Sujarwo dan Ibu Rumiyati), karena dengan semangat dan dukungan dari mereka berdua aku bisa bertahan untuk menjadi yang lebih baik meskipun terkadang aku masih banyak kekurangan dan belajar lebih giat lagi. Untuk adikku, dan semua keluargaku yang aku sayang. Seluruh Dosen dan Karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepadaku, Tak lupa kepada teman temanku kelas PAI A angkatan 2007 dan teman temanku semua yang telah memberikan aku semangat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini, tak lupa teman temanku semua yang tak bisa aku sebutkan satu per satu kalian semua adalah teman dan sahabat baikku. Karya ini juga aku persembahkan kepada pembaca yang budiman

9 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin penyusun ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah swt. karena dengan pertolongannya-lah penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw, nabi akhiruz zaman yang senantiasa kita nantikan syafa atnya kelak di yaumul qiyamah. Penyusunan skripsi dengan judul KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI GURU PAI DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN DI SMP NEGERI 4 SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012 ini, adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik sarjana pendidikan dalam bidang Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik STAIN Salatiga. 3. Ibu Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penyusun. 5. Kepada bapak Drs.H.M Munadzir, M.Si selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Salatiga yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10 6. Bapak Sujarwo dan Ibu Rumiyati selaku orang tua tercinta serta adik dan teman-temanku yang telah memberikan dukungan dan dorongan sehingga dapat menyelsaikan masa studiku. 7. Siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah membantu peneliti menyelesaikan laporan penelitian ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 11 Agustus 2011 Penulis Nuvita Arumsari NIM

11 ABSTRAK Arumsari, Nuvita ( Korelasi antara Kecerdasan Emosi Guru Pendidikan Agama Islam dengan Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M.Si Kata Kunci: Kecerdasan emosi, keaktifan siswa Pendidikan dan pengajaran merupakan interaksi kepada murid, untuk itu dalam proses belajar mengajar seorang guru perlu adanya interaksi yang baik terhadap muridnya. Seperti dapat mengatur suasana hati, dapat mengendalikan emosi, membina hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya terutama dengan siswa. Hal yang perlu disadari bahwa guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu juga guru mempunyai peranan penting dalam membangun keaktifan siswa, problematika yang sering dialami oleh guru adalah kurang aktifnya peran siswa di dalam kelas. Peran guru di sini adalah bagaimana caranya meningkatkan aspek afektif, karena kurangnya keaktifan sering menghambat dalam proses pembelajaran di kelas. Berangkat dari hal tersebut, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini yang pertama bagaimana kecerdasan emosi guru PAI di SMP Negeri 4 Salatiga tahun ajaran 2011/2012? Kedua bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga? Ketiga adakah hubungan yang signifikan antara kecerdasn emosi guru PAI dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga tahun ajaran 2011/2012?, Untuk menjawab pertanyan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Jumlah populasinya adalah 196 dengan sampel sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel dengan metode proportional random sampling. Adapun penelitiannya dilakukan pada tanggal 20 maret-14 juli Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan yaitu: (1) kecerdasan emosi guru PAI di SMP Negeri 4 Salatiga termasuk dalam kategori tinggi didukung dengan 61 responden (61%) menjawab pada kategori tinggi, 21 responden (21%) menjawab dalam kategori sangat tinggi, menjawab sedang 18 responden (18%) sedangkan rendah dan sangat rendah (0%). (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga berada pada kategori sedang, dibuktikan dengan 57 responden (57%) berada pada kategori sangat tinggi dibuktikan dengan 6 responden (6%) menjawab tinggi dengan responden 30 (30%) sedangka pada kategori rendah 7 responden (7%) seta 0% untuk kategori sangat rendah. (3) ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi Guru PAI dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga tahun ajaran 2011/2012, dibuktikan dengan hasil penghitungan korelasi product moment yaitu r hitung sebesar 0,2877 berada di atas koefisien korelasi (rtabel), baik taraf 5% yaitu 0,195 maupun taraf 1% yaitu 0,256.

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN LOGO... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penulisan Skripsi... 6 D. Hipotesis Penelitian... 7 E. Kegunaan Penelitian... 7 F. Definisi Operasional... 9 G. Metodologi Penelitian Pendekatan dan Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Teknik Pengumpulan data Instrumen Penelitian Analisis Data H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan emosi Pengertian Kecerdasan Emosi Indikator Kecerdasan Emosi x

13 3. Berbagai Macam Reaksi emosi Guru Sebagai Pendidik Emosi B. Keaktifan Belajar Siswa Pengertian Keaktifan Belajar Siswa Ciri-ciri Keaktifan Siswa Faktor-faktor yang Menunjang Tumbuhnya Siswa Aktif C. Korelasi Kecerdasan emosi Guru PAI terhadap Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Pelajaran BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi dan subyek penelitian Sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga Letak Geografis Visi dan Misi SMP Negeri 4 Salatiga Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa SMP Negeri 4 Salatiga B. Penyajian Data Data Nama Responden dan Jenis Kelamin Hasil Data Mentah BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif B. Pengujian Hipotesis C. Pembahasan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL xi

14 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Daftar Populasi Penelitian Data Populasi dan Sampel Kisi-kisi Instrumen angket Kecerdasanemosi Guru PAI Kisi-kisi Instrumen angket Keaktifan siswa Struktur organisasi personalia SMP Negeri 4 Salatiga Keadaan siswa SMP Negeri 4 Salatiga Data Guru SMP Negeri 4 Salatiga Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga Data Sarana SMP Negeri 4 Salatiga Data Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 Salatiga Kegiatan Ekstrakulikuler SMP Negeri 4 Salatiga Daftar Nama, jenis Kelamin dan kelas responden Data hasil jawaban angket kecerdasan emosi Guru PAI Data hasil jawaban angket keaktifan siswa di SMP Negeri 4Salatiga Daftar analisa hasil angket tentang kecerdasan emosi guru PAI Interval dan kategori skor variabel x Kategoti, frekuensi dan prosentase hasil angket kecerdasan emosi Daftar analisa hasil jawaban angket tentang keaktifan siswa Interval dan kategori skor keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran Kategori skor angket variabel y beserta frekuensi respondennya Kategori skor, frekuensi dan prosentase hasil angket keaktifan siswa Koefisien korelasi kecerdasan emosi guru PAI dengan Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga

15 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nuvita Arumsari Tempat, Tanggal Lahir : Salatiga, 02 November 1989 Alamat : Ds. Kalibeji, dsn. Cebur RT 02 RW 02 Kec. Tuntang Kab. Semarang. No. HP : Jenis Kelamin Jurusan/Progdi : Perempuan : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan : 1. SD N 1 Kalibeji, Lulus Tahun SLTP Negeri 1 Banyubiru, Lulus Tahun MAN 1 Salatiga, Lulus Tahun STAIN Salatiga Angkatan 2007 Demikian daftar riwayat hidup yang saya buat dengan sebenar-benarnya.

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, manusia ditakdirkan di muka bumi ini dengan berbagai macam kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, salah satu kelebihan tersebut adalah perasaan. Pada dasarnya perasaan perasaan tersebut telah kita miliki sejak lahir, faktor mendasar yang berhubungan dengan perasaan yaitu melalui pikiran. Untuk itu perasaanlah yang dapat merespon pikiran kita. Para pakar psikologi sering menyebut istilah perasaan tersebut adalah emosi. Emosi tidaklah mudah dirumuskan dalam deretan kata-kata, bukan hanya orang awam yang kewalahan dalam merumuskan term emosi secara definitif, namun juga para pakar psikologi di dataran manapun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa emosi merupakan pola perubahan kompleks yang mencakup komponen-komponen keterbangkitan faali, perasaan subyektif, proses kognitif serta reaksi-reaksi behavioral. Proses keterbangkitan faali dipicu oleh adanya rangsangan subyektif yang dialami seseorang, dan biasanya disertai reaksi perilaku berupa ekspresi wajah, suara, sikap, atau reaksi lainnya. Setiap orang bisa berbeda dalam merespon rangsangan yang muncul, tapi ekspresi emosi tetap memperlihatkan pola yang sama, khususnya dalam ekspresi wajah. Emosi yang merupakan

17 cerminan dari perasaan tersebut meliputi bahagia, benci, sedih, putus asa, giris, terharu, cinta, terkejut, dan sebagainya. Emosi merupakan peristiwa pengenalan panca indra, tidaklah mudah bagi seseorang dalam mengendalikan emosi, pada saat seseorang sedang mengalami emosi, sebaiknya tahu apa yang harus dilakukannya. Berdasarkan pengamatan terdahulu, banyak orang yang gagal dalam hidup, pekerjaan, hanya karena tidak memiliki kecerdasan emosi, meskipun tingkat kecerdasan IQ nya baik. Begitu pula sebaliknya, banyak orang yang sukses karena memiliki kecerdasan emosi yang baik, meskipun IQ hanya pada tingkat rata rata. Sama halnya pula dengan pendapat pakar psikologi Daniel Goleman, yang memopulerkan kecerdasan emosional yang lebih dikenal dengan istilah EQ (Emotional Quotient). EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan potensi IQ secara efektif. Jika bagian bagian otak untuk merasa telah rusak, maka seseorang tidak dapat berfikir secara efektif. (Daniel Goleman, 1995:38). Idealnya adalah IQ tanpa adanya EQ yang baik tidak akan menghasilkan kesuksesan dalam hidup, seseorang yang hanya mengandalkan IQ dalam berkarir tanpa memperhatikan aspek dari EQ, kemungkinan besar tidak akan berhasil dengan optimal. Daniel Goleman menyebutkan bahwa EQ terdiri atas kecakapan diri dan kecakapan sosial. Kecakapan diri berarti kesadaran diri, yaitu dapat memahami tentang dirinya, mempunyai motivasi yang baik, dapat mengatur dirinya

18 sendiri. Sedangkan kecakapan sosial adalah fokus pada empati, serta tampil secara sosial. Hal tersebut diatas menggambarkan pentingnya kecerdasan emosional bagi setiap orang khususnya adalah guru pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosional yang berdasarkan pada agama Islam di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Pendidikan Islam merupakan proses pemindahan ajaran Islam kepada anak didik yang meliputi aqidah yaitu keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah SWT (Mustofa, 2007:12-13). Namun apabila kita cermati pada masa sekarang ini merupakan masamasa sulit bagi anak-anak, orangtua serta guru. Perubahan yang membuat anak-anak lebih sulit mempelajari yang mendasar tentang hati manusia. Oleh karena itu diperlukanya pengendalian diri terhadap emosi. Kendali diri sebagai dasar pokok dari kecerdasan diri yakni mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi yang kemudian diikuti dengan proses pengelolaan emosi melalui usaha menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan yang pada akhirnya menghasilkan motivasi diri dan penguasaan terhadap diri sendiri sehingga tingkah lakunya dapat terkendali (Goleman, 1999:14). Di samping itu juga ada empati yaitu kemampuan untuk membaca emosi orang lain tergantung kepada kesadaran diri emosional, sebab orang yang mampu untuk memahami perasaan sendiri akan mampu pula untuk

19 memahami perasaan orang lain. Sebagai pengajar guru hendaknya dapat memahami, mendidik, dan mengelola tentang masalah emosional. Guru merupakan tenaga profesi dalam bidang pendidikan dan pengajaran Suparlan, (2005) yang merupakan ujung tombak dari suksesnya pendidikan. Pendidikan dan pengajaran merupakan interaksi kepada murid, untuk itu dalam proses belajar mengajar seorang guru perlu adanya interaksi yang baik terhadap muridnya, seperti dapat mengatur suasana hati, dapat mengendalikan emosi, mampu bertahan dalam menghadapi frustasi, mampu memotivasi diri sendiri, memiliki empati dan mampu membina hubungan yang baik dengan orang orang di sekitarnya, terutama dengan siswa. Hal yang perlu disadari bahwa guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, fungsi guru selain sebagai motivator, guru adalah pengajar ia harus membantu perkembangan murid untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu yang diajarkannya, selain itu guru juga sebagai pengelola kelas yang hendaknya mampu memimpin dan mengarahkan dengan benar kegiatan secara efektif dan efisien supaya mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu guru mempunyai peranan penting dalam membangun keaktifan siswa, perlu disadari bahwa problematika yang sering dialami oleh guru adalah kurang aktifnya peran siswa di kelas. Siswa sering mengabaikan apa yang diajarkan oleh guru, terkadang siswa sibuk sendiri dengan teman temannya, tidak memperhatikan apa yang sedang di sampaikan oleh guru, peran guru di sini adalah bagaimana dapat memperhatikan pada aspek afektif,

20 karena dalam proses pembelajaran tidak hanya aspek kognitif dan psikomotorik saja yang diperhatikan. Kurangnya keaktifan siswa di dalam kelas sering menghambat proses pembelajaran. Keaktifan sering kita sebut dengan minat, motivasi, antusiasme, kegairahan, dan keikutsertaan. Apabila seorang guru yang mempunyai motivasi, pengendalian diri dan kecakapan sosial yang baik maka akan membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar. Jika seorang guru dapat membangkitkan keaktifan siswa, dapat berinteraksi dengan baik kepada siswa tentu akan membawa dampak positif bagi proses pembelajaran, khususnya dengan siswa sehingga mempunyai minat, motivasi, semangat dan akan aktif di dalam kelas. peran aktif siswa penting untuk meraih prestasi, karena siswa berprestasi adalah siswa yang memiliki semangat dan kegairahan dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengkaji sejauh mana kebenaran konsep yang telah di paparkan di atas dengan melakukan penelitian di SMP NEGERI 4 SALATIGA Tahun 2011/2012, dengan judul : KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI GURU PAI DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN DI SMP NEGERI 4 SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012.

21 B. Rumusan Masalah Dari kerangka pikir diatas peneliti mengangkat masalah yang menjadi acuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kecerdasan emosi guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tahun ajaran 2011/2012? 2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga tahun ajaran 2011/2012? 3. Adakah korelasi kecerdasan emosi guru pendidikan agama Islam dengan keaktifan siswa di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/2012? Suatu penelitian akan dapat berhasil secara memuaskan, apabila masalah yang akan diangkat dirumuskan sebagaimana mestinya. C. Tujuan Penulisan Skripsi Berdasarkan pokok masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kecerdasan emosi guru pendidikan agama Islam di SMP N 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/ Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP N 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/ Mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi guru pendidikan agama Islam terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/2012

22 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, dia akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Hadi, 2000:63). Dengan meninjau kedua pendapat diatas penyusun menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara mengenai jawaban atas rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan kebenarannya di lapangan dengan cara melakukan penelitian. Oleh Karena sifatnya yang masih sementara, maka suatu hipotesis dapat diulang atau diganti dengan hipotesis lain bila mana dalam penelitian selanjutnya dijumpai hipotesis yang kurang tepat. Dalam penelitian ini, penulis mengajukan suatu hipotesis, yang penyusun ajukan adalah: Ada korelasi positif antara kecerdasan emosi guru pendidikan agama Islam dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/2012. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada atau tidaknya hubungan antara kecedasan emosi guru Pendidikan Agama Islam dengan keaktifan siswa sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

23 1. Manfaat teoritis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya mempunyai kecerdasan emosi untuk di implementasikan dalam bidang pendidikan mengenai peran guru dalam meningkatkan kinerja akademik dan dalam mengembangkan siswa untuk belajar aktif di kelas. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru Guru dapat menerapkan sebagai masukan untuk dapat di kembangkan dan dipertimbangkan lebih lanjut supaya dapat mengajar lebih efektif agar dapat tercapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan. b. Bagi sekolah sebagai sarana pendidikan Dapat menjadi masukan untuk langkah pembelajaran ke depan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengatur emosi supaya dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. c. Bagi siswa Sebagai informasi pentingnya mengendalikan emosi diri dalam berinteraksi sosial, mempunyai kecerdasan emosi.

24 F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi interpretasi yang berbeda dengan maksud utama, maka penyusun dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok yang menjadi variabel penelitian. Adapun istilah istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1. Kecerdasan emosi Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal atau kepandaian. Sedangkan emosi secara etimologi berakar dari movere, kata kerja dari bahasa latin yang berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan e untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Dapat juga diartikan sebagai: keadaan perasaan yang meluap dan berkembang, lalu surut dalam waktu singkat. Emosi menurut Goleman: dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi sebuah masalah, sedangkan kecerdasan emosi sendiri memiliki arti kepiawaian dan ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain di sekeliling mereka dengan menggunakan seluruh potensi psikologi yang dimilikinnya. Seperti inisiatif, adaptasi, komunikasi, kerjasama, dan kemampuan persuasi yang secara keseluruhan telah mempribadikan kepada seseorang (Nata, 2001:47). Adapun indikator kecerdasan emosi yang penyusun ambil dari pendapat Daniel Goleman yaitu mampu mengelola emosi, memiliki empati, dapat membina hubungan dengan orang di sekitarnya, mempunyai

25 tanggungjawab sosial. Penyusun hanya mengambil sebagian indikator dari pendapat Daniel Goleman, karena penyusun rasa indikator di atas lebih mudah di ukur reliabilitasnya untuk penelitian kecerdasan emosi. 2. Keaktifan siswa Keaktifan merupakan kata dasar dari aktif. Aktif berarti giat, gigih, atau bertenaga (Anwar, 2001:24) keaktifan yang dimaksud adalah keikutsertaan siswa secara langsung dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun indikator dari keaktifan siswa menurut pendapat Sardiman adalah memperhatikan pelajaran, mempunyai motivasi belajar, aktif di dalam kelas, menggunakan waktu luang untuk belajar. Siswa adalah seorang anak yang mencari ilmu pengetahuan dan pengalaman di sekolah formal untuk mempersiapkan masa depan menuju hidup yang lebih sejahtera (Baratha, 1995:371). Adapun menurut penyusun, siswa adalah seorang anak atau pelajar yang menjadi subjek belajar yang mencari ilmu pengetahuan, serta pengalaman pada sekolah formal untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/2012.

26 G. Metodologi Penelitian Ketepatan dalam menggunakan metode penelitian adalah syarat utama untuk menuju keberhasilan suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasional. Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif, Dipilihnya pendekatan kuantitatif ini dengan alasan untuk menguji keterkaitan antara variabel kecerdasan emosi guru PAI dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Penyusun mencari tahu apakah ada korelasi kecerdasan emosi guru PAI terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Penelitian ini mengarah pada studi korelasional bertingkat dengan teknik angket. Variabel yang penyusun teliti adalah variabel sebab akibat hasil eksperimen, melainkan hanya variabel dengan hubungan sejajar saja. Variabel di identifikasikan menjadi sub variabel guna menentukan hipotesis. Dalam penelitian ini penyusun mencari hubungan antara variabel x dalam hal ini kecerdasan emosi guru pendidikan agama Islam dengan variabel y, yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. 2. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini berada di SMP Negeri 4 Salatiga, yang beralamat di Jl. Patimura 47 Salatiga, waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada hari Sabtu, tanggal 20 Maret s/d 14 Juli 2011.

27 3. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61). Dari kedua pendapat di atas penyusun lebih condong pada pendapat sugiyono bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Salatiga tahun ajaran 2011/2012 yang beragama islam. Jumlah keseluruhan siswa kelas VIII adalah 217 siswa yang terbagi dalam 7 kelas. Adapun jumlah keseluruhan siswa yang beragama islam adalah 196 siswa. Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini adalah 100 siswa. Berikut ini adalah sebaran sub populasi pada setiap kelas: Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian Jumlah Siswa Jumlah Siswa No Kelas Tiap kelas Muslim Tiap Kelas 1 VIII A 32 siswa 29 siswa 2 VIII B 32 siswa 26 siswa 3 VIII C 32 siswa 30 siswa 4 VIII D 32 siswa 28 siswa

28 No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa Tiap kelas Muslim Tiap Kelas 5 VIII E 30 siswa 25 siswa 6 VIII F 30 siswa 29 siswa 7 VIII G 29 siswa 29 siswa Jumlah siswa 196 siswa Sumber: Daftar Absensi Kelas Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sasaran penelitian yang dianggap mewakili populasi (Hadi, 2000:70). Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:81). Senada dengan pendapat di atas, menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: ). Sampel yang diambil oleh populasi harus representatif. Maka dari itu dibutuhkan tehnik sampling yang tepat. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan tehnik propotional random sampling, yaitu: proses pemilihan sampel dengan cara diacak secara proporsional, jadi tiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2009:64). Maksudnya, porsi sampel tiap kelas sama (proporsional) berdasarkan jumlah populasi masing-masing kelas. Adapun untuk menentukan jumlah sampel perkelas digunaakan rumus sebagai berikut : Sampel perkelas =

29 Suharsimi Arikunto berpendapat, bahwa apabila subjeknya kurang dari seratus orang lebih baik diambil semua, sedangkan apabila lebih dari seratus orang, maka diambil sampel antara 10-25% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006:112). Merujuk dari pendapatnya Arikunto di atas, dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sejumlah 50% dari 196 siswa Muslim kelas VIII di SMP N 4 Salatiga (populasi). Adapun penyebaran sampel-sampel tersebut berdasarkan teknik proportional random sampling adalah sebagai berikut: Kelas VIII A = x 98 = 14,5 dibulatkan menjadi 15 siswa Kelas VIII B = x 98 = 13 siswa Kelas VIII C = x 98 = 15 siswa Kelas VIII D = x 98 = 14 siswa Kelas VIII E = x 98 = 12,5 dibulatkan menjadi 13 siswa Kelas VIII F = x 98 = 14,5 dibulatkan menjadi 15 siswa Kelas VIII G = x 98 = 14,5 dibulatkan menjadi 15 siswa Berdasarkan penghitungan awal seharusnya sampel 50% dari 196 didapatkan 98 responden, namun setelah dilakukan perhitungan sampel perkelas sebagaimana diuraikan di atas maka diperoleh sampel sejumlah

30 100 responden karena adanya pembulatan. Adapun data tentang populasi sampel sebagai berikut: Tabel 1.2 Data Populasi dan Sampel No Kelas Jumlah Siswa Sampel Tiap Muslim Tiap Kelas Kelas 1 VIII A 29 siswa 15 siswa 2 VIII B 26 siswa 13 siswa 3 VIII C 30 siswa 15 siswa 4 VIII D 28 siswa 14 siswa 5 VIII E 25 siswa 13 siswa 6 VIII F 29 siswa 15 siswa 7 VIII G 29 siswa 15 siswa Jumlah siswa 100 siswa Sumber: Daftar Absensi Kelas 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang penyusun gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Teknik Observasi Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006:156). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kecerdasan emosi guru PAI dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/2012.

31 b. Teknik Angket Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Pengumpulan angket/kuesioner merupakan hal yang pokok untuk mengumpulkan data. Hasil kuesioner tersebut terdiri atas angka angka, tabel tabel, analisa statistik, dan uraian serta kesimpulan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini, angket yang penyusun siapkan ada dua yaitu angket untuk mengetahui sejauh mana kecerdasan emosi guru PAI dan angket untuk mengetahui keaktifan siswa. Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan responden siswa untuk mengetahui kecerdasan emosi guru PAI dikarenakan jumlah dari guru pendidikan agama Islam tersebut hanya berjumlah 3 sehingga tidak memenuhi syarat untuk sebuah penelitian. Kemudian angket untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Salatiga, penyusun menyiapkan angket kedua untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.

32 c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda (Arikunto, 2006: ). Metode ini akan penyusun gunakan untuk mencari data tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga yang meliputi sejarah, visi, misi, keadaan guru, siswa, maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan variabel variabel dalam penelitian ini. 5. Instrumen Penelitian Beberapa instrumen pengumpulan data yang penyusun gunakan agar penelitian ini berhasil, di antaranya adalah: a. Angket Angket atau kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Pengumpulan angket/kuesioner merupakan hal pokok untuk mengumpulkan data, Hasil kuesioner terdiri atas angka, tabel tabel, analisis statistik, dan uraian serta kesimpulan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini, angket yang penyusun persiapkan ada dua yaitu angket untuk kecerdasan emosi guru PAI dan angket untuk keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran siswa SMP Negeri 4 Salatiga.

33 Penyusun membuat kedua angket tersebut dengan cara membuat indikator masing -masing variabel ke dalam beberapa pertanyaan atau soal. Adapun jumlah soal dari kedua angket adalah 16, sedangkan untuk mengetahui berapa jumlah soal dari masing-masing indikator serta bagaimana sebaran soalnya, berikut kisi-kisi instrumen yang penyusun buat: Tabel 1.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Kecerdasan Emosi Guru PAI di SMP Negeri 4 Salatiga No Indikator Jumlah Soal Sebaran Soal 1. Mampu mengelola emosi 4 1, 2, 4, 2. Memiliki empati Mampu membina hubungan dengan orang sekitar 2 3, 6 4. Mempunyai tanggungjawab social 1 7 Tabel 1.4 Kisi-kisi Angket Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Pelajaran di SMP N 4 Salatiga No Indikator Jumlah soal Sebaran soal 1. Memperhatikan pelajaran 3 1, 6, 7 2. Mengikuti pelajaran 3 2, 4, 8 3. Mengerjakan tugas Mempertanyakan pelajaran Mempunyai kelompok belajar 1 1

34 Pemberian skor angket yang pertama untuk kecerdasan emosi guru PAI tersebut dengan jawaban (1, 2, 3, 4, 5) dan skor sama dengan alternatif jawaban tersebut yaitu 1, 2, 3, 4, 5, sedangkan angket yang kedua untuk keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan menggunakan alternatif jawaban (SL, SS, S, KK, TP) mempunyai skor berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1. Karena jumlah soal masing-masing angket berbeda, maka untuk angket kecerdasan emosi guru PAI berjumlah 7, maka skor maksimal yang mungkin dicapai oleh responden adalah 35, Sedangkan skor minimalnya adalah 7. Sedangkan untuk angket keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan jumlah soal 9, maka skor maksimal yang mungkin dicapai oleh responden adalah 45, sedangkan skor minimalnya 9. Adapun kedua angket tersebut terdapat dalam lampiran. b. Dokumen Dokumen di sini berupa catatan, arsip, foto, dan segala sesuatu yang berisi tentang keadaan guru, siswa, maupun yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. c. Pedoman Observasi Dalam hal ini penyusun menggunakan teknik observasi. Pedoman observasi ini penyusun gunakan pada saat melakukan observasi pendahuluan serta pada saat peneliti menyebarkan angket.

35 d. Pedoman wawancara Pedoman ini, penyusun gunakan pada saat observasi pendahuluan untuk menanyakan bagaimana keadaan siswa di SMP Negeri 4 Salatiga. Selain itu, pedoman wawancara ini juga digunakan utuk mencari data lain terkait dengan gambaran umum lokasi maupun subyek penelitian, dalam hal ini SMP Negeri 4 Salatiga beserta siswa kelas VIII Tahun ajaran 2011/ Analisis data Setelah semua data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang telah diperoleh untuk mengetahui korelasi antara kecerdasan emosi Guru Pendidikan agama Islam dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaan di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun ajaran 2011/2012. a. Analisa data yang berfungsi untuk mengetahui prosentase skor kecerdasan emosi guru pendidikan agama Islam dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di SMP Negeri 4 Salatiga adalah dengan menggunakan rumus: P P = Prosentase skor F = Frekuensi N = Jumlah Responden (Hadi, 1982:399). b. Analisa data yang berfungsi untuk mengetahui korelasi kecerdasan emosi guru PAI dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran

36 adalah korelasi product moment. Adapun korelasi product moment yang dimaksud adalah sebagai berikut: r xy = X ( X )( Y ) XY N ( X ) N Y ( Y N ) Keterangan : r xy = Koefisien korelasi ΣX = jumlah skor total variabel X ΣY = jumlah skor total variabel Y X2 : kuadrat X Y2 : kuadrat Y N : jumlah sampel yang diteliti (Sugiyono, 2009:228). H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika di sini adalah gambaran umum tentang skripsi ini terbagi dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, adapun bagian inti berisi pendahuluan sampai dengan penutup, dan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

37 BAB I Berisi Pendahuluan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian serta Sistematika Penulisan. Bab ini merupakan kerangka dasar yang menjadi pijakan bagi penyusun untuk melakukan penelitian. BAB II Kajian Pustaka yang berisi tentang landasan teori Kecerdasan emosi guru PAI bahwasannya kecerdasan emosi merupakan ketrampilan atau kemampuan seseorang akan mampu memotivasi diri, memiliki empati, serta mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Indikator kecerdasan emosi yang berupa kecakapan pribadi dan kecakapan sosial dan dapat dikatakan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Kemudian berbagai macam reaksi emosional. Keaktifan siswa meliputi: Pengertian Keaktifan Belajar Siswa, Ciri Keaktifan siswa, Faktor-faktor yang dapat menunjang tumbuhnya siswa aktif. Korelasi antara kecerdasan emosi Guru PAI dengan Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran BAB III Laporan Hasil Penelitian berisi tentang Gambaran umum lokasi dan subyek penelitian yaitu sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga, letak geografis, Visi dan Misi SMP Negeri 4 Salatiga, Struktur organisasi SMP N 4 Salatiga, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa SMP Negeri 4 Salatiga, sarana dan prasarana, kegiatan intra dan ekstra kulikuler, serta penyajian data hasil penelitian.

38 BAB IV Analisis data yang terdiri dari: Analisis deskriptif, pengujian hipotesis, dan pembahasan BAB V Penutup terdiri dari: kesimpulan dan saran

39 BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Kecerdasan Emosi Emosi berasal dari akar kata bahasa latin movere, kata kerja bahasa latin yang berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan e untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Bahwasanya emosi memancing tindakan, tampak jelas bila kita mengamati binatang atau anak-anak dan jarang dilakukan oleh orang dewasa yang beradab. Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah (Goleman, 2002:7). Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna yang efektif (perasaan tertentu pada saat menghadapi situasi tertentu seperti bahagia, putus asa, terharu, sedih, dan sebagainya) baik tingkat lemah (dangkal) maupun tingkat yang luas (mendalam). Emosi adalah getaran pada kalbu, seperti haru, sedih, kecewa, marah atau bahagia, yang terjadi akibat tersentuhnya spiritualitas seseorang. Emosi mudah tersentuh melalui panca indra seperti penglihatan, dan pendengaran. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu,

40 setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap yang didasarkan pada pikiran yang sehat (Goleman, 2002:411). Emosi bisa secara sederhana di identifikasikan sebagai menerapkan gerakan baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasan. Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi bukanlah sesuatu yang bersifat positif atau negatif tetapi emosi berlaku sumber energi, autentisitas, semangat manusia yang paling kuat dan dapat memberikan kita sumber kebijakan intuitif (Cooper dan Sawaf, 2002 : XIV). Adapun pengertian dan teori tentang kecerdasan emosional. Menurut Goleman, kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas stres namun tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa. Sedangkan menurut Davies dkk (dalam Setiadarma, 2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi meliputi yang pertama kemampuan seseorang untuk dapat mengendalikan emosi, dan orang lain. Kedua membedakan satu emosi dengan yang lainnya, ketiga menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta perilaku sesorang. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang unik dan penting dalam kemampuan psikologi seseorang. Jadi dapat diartikan bahwa kecerdasan emosi adalah kepiawaian, kepandaian, dan ketetapan seseorang dalam mengelola diri sendiri dalam

41 berhubungan dengan orang lain di sekeliling mereka dengan menggunakan seluruh potensi psikologis yang dimilikinya seperti inisiatif dan empati, adaptasi, komunikasi, kerjasama, dan kemampuan persuasi yang secara keseluruhan telah mempribadikan pada diri seseorang. Dari berbagai pengertian tentang kecerdasan emosil di atas dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan ketrampilan atau kemampuan seseorang akan mampu memotivasi diri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain (empati), serta mampu membina hubungan baik dengan orang lain. 2. Indikator kecerdasan emosi Berdasarkan pengertian kecerdasan emosi di atas maka dapat diketahui apa yang menjadi indikator yang ada dalam kecerdasan emosi tersebut. Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Working with intelligence (2000) membagi lima aspek yang terbagi dalam dua aspek, yaitu kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Ciri-ciri kecerdasan emosi secara terperinci adalah sebagai berikut: (Goleman, 2006:28-30). a. Kecakapan pribadi Kecakapan ini menentukan bagaimana kita mengelola diri sendiri dengan kecakapan pribadi, inilah seseorang bisa mengenali dan mengendalikan emosinya. Aspek ini terdiri dari beberapa ciri diantaranya :

42 1) Kesadaran diri yaitu mengetahui kondisi diri sendiri, kesuksesan, sumber daya, dan intuisi, aspek ini menyangkut hal hal berikut : a) Kesadaran emosi mengetahui tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja kita, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai kita untuk memandu pembuatan keputusan. b) Penegasan diri secara akurat atau teliti : perasaan yang tulus tentang kekuatan kekuatan dan batas-batas pribadi kita, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan belajar dari pengalaman. c) Percaya diri : keberanian yang datang dari kepastian tentang kemampuan nilai-nilai dan tujuan kita. 2) Pengendalian diri, mengelola kondisi, inpuls dan sumber daya diri sendiri. Ciri ini menyangkut hal-hal berikut : a) Kendali diri : mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif b) Dapat dipercaya atau bersungguh sungguh, dapat diandalkan dan Bertanggungjawab dalam memenuhi kewajiban. c) Adaptabilitas : keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan. d) Inovasi : bersikap terbuka terhadap gagasan, pendekatan baru, dan informasi terkini.

43 3) Motivasi : kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peralihan sasaran. Aspek ini menyangkut : a) Dorongan berprestasi yaitu dorongan untuk meningkatkan atau memenuhi standar pergaulan. b) Komitmen yaitu setia kepada visi dan sasaran kelompok. c) Inisiatif dan optimisme yaitu kedua kecakapan kembar yang menggerakkan orang untuk menangkap peluang dan membuat mereka menerima kegagalan dan rintangan sebagai awal dari keberhasilan. b. Kecakapan sosial Kecakapan ini menentukan bagaimana menangani suatu hubungan atau bagaimana kita bisa memulakan dan mengekalkan hubungan kita dengan orang lain. Dengan kata lain, ketrampilan inilah yang membawa bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Aspek ini terdiri dari 2 ciri yaitu : 1) Empati yaitu kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain, ciri ini menyangkut hal-hal berikut: a) Memahami orang lain, mengindra perasaan dan perspektif orang lain, serta menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan mereka. b) Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengakui, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan.

44 c) Mengembangkan orang lain yaitu mengindra kebutuhan orang lain untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka. d) Mengatasi keragaman yaitu menumbuhkan kesempatankesempatan melalui keragaman pada banyak orang. e) Kesadaran politis yaitu membaca kecenderungan politik dan sosial dalam kelompok. 2) Keterampilan sosial yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain, ciri ciri ini menyangkut hal-hal berikut : a) Pengaruh : menerapkan taktik persuasi secara efektif b) Komunikasi : mengirimkan pesan secara jelas c) Kepemimpinan : menjadi pemandu dan sumber ilham. Menurut salovey (dalam Goleman, 2002) memperluas kemampuan kecerdasan emosi menjadi lima wilayah utama dalam hal memahami emosi: a. Mengenali emosi diri : memiliki kesadaran akan dirinya sendiri, dapat mengenali perasaan yang sedang terjadi. b. Mengelola emosi : dapat mengenali emosi agar perasaanya dapat terungkap dengan baik, sehingga dapat merasakan perasaan yang sedang terjadi. Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan.

45 c. Memotivasi diri sendiri : Kendali diri emosi, bisa menempatkan diri pada waktu emosi, dapat memberikan perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasainya. d. Mengenali emosi orang lain : dapat berempati dengan orang lain, menumbuhkan kepedulian kepada orang lain. e. Membina hubungan dengan orang lain : memiliki keterampilan dalam mengelola emosi orang lain yang dapat menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Sama halnya dengan pendapat Daniel Goleman, Pakar psikologi Howard Gadner peneliti dari Harvard sekaligus pencetus teori Multiple Intelligence membagi kecerdasan menjadi 9 yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis logis, kecerdasan ruang, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan eksistensi, kemudian ada dua jenis kecerdasan dalam perspektif Gadner tersebut yaitu kecerdasan interpersonal dan intrapersonal identik-identik dengan pandangan mengenai kecerdasan emosi dari Goleman: Howard Gadner (dalam Surya, 2007). a. Kecerdasan sosial atau kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain di luar dirinya, kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan sehingga terbentuk

46 kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non verbal untuk membuka komunikasi dengan orang lain. b. Kecerdasan diri atau kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk menganalisis serta menyadari kekuatan dan kelemahan diri, dapat mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang serta bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka. Dari kedua Pendapat Daniel Goleman dan Howard Gadner di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi indikator dalam kecerdasan emosi terbagi menjadi 2 aspek yaitu yang pertama kemampuan untuk memahami orang lain yang disebut sebagai kecerdasan intrapersonal yang mana kemampuan dalam menangani suatu hubungan kita dengan orang lain. Untuk itu apabila seseorang mempunyai kecerdasan interpersonal akan dapat ber empati dan memiliki keterampilan sosial yang baik. Kemudian yang kedua adalah kemampuan untuk memahami dirinya sendiri yaitu kecakapan pribadi yang disebut sebagai kecerdasan interpersonal, dengan dimilikinya kecerdasan inilah seseorang dapat mengenli dan mengendalikan emosi.

47 Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa kecerdasan emosi mempunyai lima ciri pokok, yaitu kendali diri adalah pengendalian tindakan emosional yang berlebihan. Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain (Goleman, 2002: 428). Kemudian pengaturan diri yaitu dapat menangani emosi kita sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas. Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran. Memiliki keterampilan sosial yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar. Menurut pendapat Jalaludin Rakhmat (1994) konotasi yang digunakan untuk mempersepsi objek-objek dan peristiwa sosial menggunakan istilah persepsi interpersonal, terkadang sulit untuk mempersepsi orang lain, namun secara tidak langsung kita dapat memahaminya, karena kita juga dapat bergaul dengan baik, berkomunikasi, dan masih dapat menduga perilaku mereka. Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu, kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Yang menjadikan indikator dalam hal ini adalah dapat mengelola mosi dan dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

48 3. Berbagai macam reaksi emosi Para peneliti belum juga bisa mengklasifikasikan tentang emosi mana yang benar-benar dianggap sebagai emosi primer-biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan dan bahkan mempertanyakannya apakah memang ada. Adapun emosi utama dan beberapa anggota golongan tersebut adalah : a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan dan barangkali yang paling hebat adalah tindakan kekerasan dan kebencian patalogis. b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, ditolak, kesepian, putus asa, dan patalogisnya adalah depresi berat. c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, phobia, dan panik. d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, ringan, puas, senang, terhibur, bangga kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa dan senang sekali. e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih. f. Terkejut: terkejut, terkesiap, terpana, takjub. g. Jengkel : hina, jijik, mual, muak, benci, tidak suka, mau muntah. h. Malu : rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina aib, dan hancur lebur (Goleman, 2002: ).

49 Sedangkan menurut Hude (2006), terdapat beberapa ayat yang mewartakan macam-macam ekspresi dari emosi : a. Ekspresi emosi senang Surat Al Muthaffifin ayat : 22. Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga), 23. Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. 24. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. b. Ekspresi emosi marah Surat An Nahl ayat : 58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. 59. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Kecerdasan Emosional Dalam Kegiatan Belajar Siswa Kelas III. Di SMP Negeri 7 Kota Jambi. Oleh : DESWATI ERA1D08063

ARTIKEL ILMIAH. Kecerdasan Emosional Dalam Kegiatan Belajar Siswa Kelas III. Di SMP Negeri 7 Kota Jambi. Oleh : DESWATI ERA1D08063 ARTIKEL ILMIAH Kecerdasan Emosional Dalam Kegiatan Belajar Siswa Kelas III Di SMP Negeri 7 Kota Jambi Oleh : DESWATI ERA1D08063 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI, 2013 Kecerdasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KECERDASAN EMOSIONAL Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer pada Tahun 1990 (dalam Shapiro, 2001: 8), mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau selalu membutuhkan orang lain dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA SD NEGERI NO. 95/1 DESA OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 PROGRAM

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Jadi, variabel adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu membangun integritas kepribadian manusia Indonesia seutuhnya dengan mengembangkan berbagai potensi secara terpadu. UU RI No.20

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengembangkan. Diri Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengembangkan. Diri Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung BAB V PEMBAHASAN A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional yang Menyangkut Kemampuan Memotivasi Diri Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. kompetensi perilaku. Hal ini diperjelas Goleman (2006:56) yang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. kompetensi perilaku. Hal ini diperjelas Goleman (2006:56) yang BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Konsep Dasar Kecerdasan Emosinal Di bawah ini akan dijelaskan konsep dasar kecerdasan emosional menurut para ahli sebagai berikut. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Tujuan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah jenis penelitian korelasi yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM KORELASI KECERDASAN SPIRITUALDENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 TANGGUL JEMBER TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI diajukan kepada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAQ TERHADAP PEMBENTUKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAQ TERHADAP PEMBENTUKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAQ TERHADAP PEMBENTUKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah SMA N 3 Bandung yang terletak di Jalan Belitung No. 8 Kota Bandung.

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA MINAT MEMBACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI

KORELASI ANTARA MINAT MEMBACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI KORELASI ANTARA MINAT MEMBACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTsN NGANTRU TULUNGAGUNG SKRIPSI Oleh: ANIK NADIROH NIM: 3211073040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian relevan berfungsi untuk menggambarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai sehingga dapat dijadikan pijakan bagi penelitian selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, dan kemampuan mengolah tingkah laku dengan pola-pola baru sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, dan kemampuan mengolah tingkah laku dengan pola-pola baru sehingga 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Emosi dan Kecerdasan Emosi Kecerdasan secara harafiah berasal dari kata cerdas yang berarti sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian ex post facto. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian ex post facto. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian ex post facto. Menurut Kerlinger dalam Emzir (2010: 119) penelitian ini disebut dengan penelitian ex post facto,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

STUDI KORELASI MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL DI

STUDI KORELASI MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL DI STUDI KORELASI MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL DI MTs TARBIYATUL ISLAMIYAH KLAKAHKASIHAN GEMBONG PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang datanya berupa angka atau data non angka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan tingkat kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas I Madrasah Aliyah

Lebih terperinci

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional 15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU FIQIH TERHADAP KEDISLIPINAN BERIBADAH SISWA KELAS VII DI

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU FIQIH TERHADAP KEDISLIPINAN BERIBADAH SISWA KELAS VII DI PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU FIQIH TERHADAP KEDISLIPINAN BERIBADAH SISWA KELAS VII DI MTs NEGERI KARANGREJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI OLEH: ATIK NUSROTIN NIM. 3211103005 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jalan Semar No.5 Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :...

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :... Kecerdasan Emosional Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011 Nama : Kelas :. Umur :... Petunjuk mengerjakan Didalam skala ini terdapat 24 buah pertanyaan. Pada etiap pertanyaan disediakan 5 buah pilihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

DESKRISPSI KEMAMPUAN SISWA MENGELOLA EMOSI PADA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DESKRISPSI KEMAMPUAN SISWA MENGELOLA EMOSI PADA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DESKRISPSI KEMAMPUAN SISWA MENGELOLA EMOSI PADA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Retno Suci Rahayu, Indri Astuti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email : retnosucirahayu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S 1 ) dalam Ilmu Tarbiyah.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S 1 ) dalam Ilmu Tarbiyah. PENGARUH BACAAN FIKSI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 02 PEGADEN TENGAH WONOPRINGGO PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu faktor yang sangat penting dalam penelitian adalah masalah metode, hal

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu faktor yang sangat penting dalam penelitian adalah masalah metode, hal BAB III METODE PENELITIAN Salah satu faktor yang sangat penting dalam penelitian adalah masalah metode, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian akan banyak dipengaruhi dan ditentukan

Lebih terperinci

OLEH HIDAYATULLAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H

OLEH HIDAYATULLAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H KORELASI ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PENERAPAN STRATEGI PAIKEM DENGAN MINAT BELAJAR PADA MATA PELAJARAN ALQURAN HADITS DI KELAS VIII MTsN 1 MARABAHAN KABUPATEN BARITO KUALA OLEH HIDAYATULLAH INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1 Pengertian Asertif Individu yang asertif menurut Sumihardja (Prabowo 2000) mempunyai pengucapan verbal yang jelas, spesifik dan langsung mampu mengungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang tua, yang harus disyukuri, dijaga dan dididik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang tua, yang harus disyukuri, dijaga dan dididik agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah merupakan karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tua, yang harus disyukuri, dijaga dan dididik agar dapat menjalankan nilai-nilai sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu, yang beralamat di Jalan Letjend. M.T. Haryono, Sindang-Indramayu. Lokasi penelitian merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010 PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010 Proposal Penelitian Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga 38 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Menurut Arikunto (2002 : 75) jenis pendekatan penelitian ditentukan oleh variabel penelitian. Namun jelas pendekatan juga tidak dapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KELAS IV DESA SIMPAR BANDAR BATANG TAHUN

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KELAS IV DESA SIMPAR BANDAR BATANG TAHUN HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KELAS IV DESA SIMPAR BANDAR BATANG TAHUN 2011-2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Sebagian Tugas dan syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT DI KELAS XI SMK NEGERI 1 LANGSA

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT DI KELAS XI SMK NEGERI 1 LANGSA HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT DI KELAS XI SMK NEGERI 1 LANGSA SKRIPSI Diajukan oleh : N O V I K A Mahasiswa Sekolah

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Ulil Nurul Imanah, M.Pd. Universitas Islam Majapahit ulil_math11@yahoo.co.id Abstrak Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI DAN PROGAM EKSTRAKULIKULER TERHADAP SIKAP MENTAL ANAK DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI DAN PROGAM EKSTRAKULIKULER TERHADAP SIKAP MENTAL ANAK DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI DAN PROGAM EKSTRAKULIKULER TERHADAP SIKAP MENTAL ANAK DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPETENSI TEORI K3 DAN MOTIVASI MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN SIKAP SISWA DALAM PENERAPAN K3 PADA PRAKTIK PENGELASAN SKRIPSI

HUBUNGAN KOMPETENSI TEORI K3 DAN MOTIVASI MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN SIKAP SISWA DALAM PENERAPAN K3 PADA PRAKTIK PENGELASAN SKRIPSI HUBUNGAN KOMPETENSI TEORI K3 DAN MOTIVASI MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN SIKAP SISWA DALAM PENERAPAN K3 PADA PRAKTIK PENGELASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP PLUS MAMBAUL ULUM SUKOWONO JEMBER SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP PLUS MAMBAUL ULUM SUKOWONO JEMBER SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP PLUS MAMBAUL ULUM SUKOWONO JEMBER SKRIPSI Oleh: SAIDAH NIM : 07410112 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah kunci peradaban dalam suatu negara terutama bagi negara Indonesia, karena mahasiswa adalah tiang penerus bangsa yang akan datang. Namun di zaman sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerical (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya,

BAB III METODE PENELITIAN. numerical (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan Pendekatan kuantitatif.penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical

Lebih terperinci

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 512 TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS MAHASISWA AKUNTANSI PADA UNIVERSITAS SWASTA DI LAMONGAN) *( Abdul Ghofur Fakultas

Lebih terperinci

Assa aidiyah Tanggulrejo Manyar Gresik. BAB III METODE PENELITIAN. Data yang diambil dalam penelitian ini ada dua:

Assa aidiyah Tanggulrejo Manyar Gresik. BAB III METODE PENELITIAN. Data yang diambil dalam penelitian ini ada dua: 47 pendidikan diniyah terhadap peningkatan prestasi belajar PAI siswa di MTs Assa aidiyah Tanggulrejo Manyar Gresik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Data yang diambil dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 1 Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 1 Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN Agar dapat memperoleh data yang dapat menunjang validitas penelitian ini, maka diperlukan adanya metode penelitian. Hasan dan Koentjaraningrat mengemukakah bahwa metode adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh:

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh: PENGARUH POLA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KIAI TERHADAP KEMANDIRIAN SANTRI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN DESA PILANGWETAN KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang antara lain dari pendekatan analisis, kedalaman analisis serta sifat permasalahannya. Dilihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU SOSIAL SANTRI PONDOK PESANTREN PUTERI AL HIKMAH TUGUREJO-TUGU SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU SOSIAL SANTRI PONDOK PESANTREN PUTERI AL HIKMAH TUGUREJO-TUGU SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU SOSIAL SANTRI PONDOK PESANTREN PUTERI AL HIKMAH TUGUREJO-TUGU SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Emosi 2.1.1 Definisi Emosi Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ISMUBA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KORELASI ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ISMUBA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL KORELASI ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ISMUBA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Oleh : DWI YULIANTI NPM 20090720214 FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KUALITAS MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI PADA MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN ANGKATAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR DI PAUD APIK REJOSARI WONODADI BLITAR SKRIPSI

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR DI PAUD APIK REJOSARI WONODADI BLITAR SKRIPSI PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR DI PAUD APIK REJOSARI WONODADI BLITAR SKRIPSI OLEH ZULI AGUSTINA NIM 3211083131 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam KORELASI PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DENGAN KETAATAN BERIBADAH SERTA AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI 3 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat korelasional. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun karakteristik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan suatu negara pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KELEKATAN ORANG TUA DENGAN PENGAMALAN AKHLAK PESERTA DIDIK. DI MTs MUHAMMADIYAH WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KELEKATAN ORANG TUA DENGAN PENGAMALAN AKHLAK PESERTA DIDIK. DI MTs MUHAMMADIYAH WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KELEKATAN ORANG TUA DENGAN PENGAMALAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI MTs MUHAMMADIYAH WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Analisis deskriptif adalah analisis data dengan cara mendeskripsikan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah. beralamat di Jalan Pramuka No. 62 Giwangan, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah. beralamat di Jalan Pramuka No. 62 Giwangan, Yogyakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Pramuka No. 62 Giwangan, Yogyakarta. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif, Menurut Saifuddin Azwar pendekatan kuantitatif yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian menelusurinya ke

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian menelusurinya ke 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto, karena penelitian ini tidak mencoba memanipulasi variabel penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian hubungan keterlibatan pengasuhan ayah dengan kecerdasan emosional anak ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi

Lebih terperinci