BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jantung (Haryono, 2013). Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jantung (Haryono, 2013). Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner Definisi Penyakit Jantung Koroner PJK disebabkan oleh lapisan lemak atau kolesterol di dinding nadi yang menyumbat pembuluh darah koroner. Akibatnya dari penyumbatan oleh lapisan lemak dan kolesterol ini adalah terganggunya proses suplai darah dari dan ke jantung. Ketika darah tersumbat akibat lapisan lemak maka inilah yang disebut serangan jantung (Haryono, 2013). Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI 2011), penyakit jantung koroner, disebut juga penyakit arteri koroner, yaitu suatu kondisi dimana terbentuknya plak pada bagian dalam arteri koronaria. Arteri ini menyuplai darah yang kaya akan oksigen untuk otot jantung. Serangan jantung adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung yang menyebabkan otot jantung mati karena kekurangan oksigen (Mahdiana, 2011). PJK merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat kondisi patologik arteri koroner ditandai dengan penimbunan lipid yang abnormal atau jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Aterosklerosis koroner dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah ke jantung (Black & Hawrk, 2009). 15

2 Epidemiologi Menurut World Health Organization (WHO, 2014) terdapat 56 juta kematian terjadi di seluruh dunia, dari jumlah tersebut pada tahun 2012 terdapat sekitar 38 juta orang meninggal karena non communicable desease (NCD) dan diperkirakan akan meningkat menjadi 52 juta orang meninggal pada tahun 2030 dari seluruh kematian NCD di dunia. Penyebab utama kematian NCD pada tahun 2012 adalah CVD. CVD merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia yaitu sekitar (17,5 juta kematian, atau 46,2% dari kematian NCD), kanker (8,2 juta, atau 21,7% dari kematian NCD), penyakit pernapasan, termasuk asma dan obstruktif kronis penyakit paru (4,0 juta, atau 10,7% dari kematian NCD) dan diabetes (1,5 juta, atau 4% dari kematian NCD). Mortalitas yang disebabkan oleh PJK ini berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, kondisi sosio-ekonomi, etnis/ras dan area geografis. Mortalitas meningkat dengan usia, dan lebih tinggi pada orang yang status sosio-ekonominya rendah di Eropa Tengah dan Timur. Terdapat perbedaan morbiditas dan mortalitas di Negara Negara Eropa dan ini dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan sosio-ekonomi yang signifikan pada ranah faktor risiko seperti merokok, tekanan darah tinggi, meningkatnya kadar kolesterol dan gula darah (Kesteloot H, 2006). Di Amerika Serikat saat ini CVD telah mencapai hampir seperempat dari semua kematian. Penurunan prevalensi faktor risiko utama seperti konsumsi tembakau atau merokok telah menyebabkan 60% penurunan angka kematian CVD di antara mereka yang berusia tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

3 (Riskesdas, 2013) di Indonesia juga menunjukkan bahwa prevalensi PJK menurut diagnosis dokter atau wawancara di Indonesia sebesar 0,5%, sementara menurut riwayat diagnosis atau gejala ditemukan sebesar 1,5% Gejala dan Tanda Berikut ini tanda dan gejala serangan jantung (Haryono, 2013) : 1. Nyeri dada atau rasa tidak enak di bagian tengah dada/ulu hati, perasaan tertekan, berat atau remuk yang berlangsung selama tak lebih dari beberapa menit atau berlalu hilang dan kembali. 2. Sulit bernafas/sesak nafas. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga di paru-paru. 3. Sangat lemah atau gelisah 4. Detak jantung yang cepat atau tak teratur 5. Pusing dan pingsan dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke otak akibat denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk Diagnosa Diagnosis serangan jantung bisa diperkuat dengan melakukan pemeriksaan berikut (Mahdiana, 2011) : 1. EKG (Elektrokardiogram) Bila di duga terjadi suatu serangan jantung, maka EKG merupakan pemeriksaan diagnostik awal yang paling penting. Beberapa kelainan bisa di lihat pada EKG, tergantung ukuran dan lokasi dari kerusakan jantung.

4 2. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah di lakukan untuk menentukan kadar enzim tertentu. Enzim CK-MB dalam keadaan normal ditemukan di dalam otot jantung dan dilepaskan ke dalam darah jika terjadi kerusakan jantung. Peningkatan kadar enzim ini akan tampak dalam waktu 6 jam setelah serangan jantung dan menetap selama jam. Kadar enzim ini biasanya diperiksa pada saat penderita masuk rumah sakit. 3. Ekokardiogram Ekokardiogram akan menggambarkan berkurangnya pergerakan sebagian dari dinding ventrikel kiri (ruang jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh), yang merupakan petunjuk adanya kerusakan karena serangan jantung. 4. Radinuclide imaging Penggambaran dengan radionuklida bisa menunjukkan berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otot jantung, yang merupakan petunjuk adanya jaringan parut (jaringan yang mati) akibat serangan jantung Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Menurut (Rilantono dkk, 2014) bahwa berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko meliputi faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, kadar kolesterol, DM, merokok, obesitas, pola makan, kurang aktivitas fisik dan depresi, sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga.

5 Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi 1. Merokok Risiko PJK pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner (Kemenkes, 2009). Rokok tidak hanya menimbulkan satu penyakit yang mengakibatkan kolesterol memburuk, namun juga mempercepat timbulnya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Rokok dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol baik yaitu HDL (High Density Lipoprotein) sehingga hal ini merupakan faktor risiko PJK. Pada dasarnya, tubuh memerlukan kolesterol baik (HDL) dalam bilangan tertentu. Namun pada perokok aktif, jumlah kolesterol baik dalam tubuh akan berkurang dan kolesterol buruk akan menjadi meningkat (Astuti, 2015). Menghirup asap rokok dapat menimbulkan efek segera hingga jangka panjang. Dalam beberapa menit asap rokok dapat merangsang peningkatan detak jantung (berdebar). Nikotin dalam asap rokok dapat merangsang tubuh melepaskan adrenalin yang memicu peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Akibatnya adalah jantung akan bekerja lebih berat. Pada individu yang sudah memiliki penyempitan di arteri koroner (PJK), proses ini dapat mencetuskan serangan jantung. Selain itu, karbon monoksida (CO) dalam asap rokok dapat mengurangi kemampuan

6 darah untuk mengikat oksigen dari paru-paru. Dengan demikian hantaran oksigen ke seluruh organ tubuh (termasuk jantung) juga dapat menurun (Henry, 2014). Menurut (Smeltzer & Bare, 2002) risiko PJK pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner. Menurut (Kasron, 2012) pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya. Apabila berhenti merokok penurunan risiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah merokok 10 tahun. Menurut (Lewis, et al., 2007) risiko PJK pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun pada rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner. Merokok juga dapat mengubah konsentrasi serum lemak, terjadi peningkatan peroksidasi LDL lalu dimetabolisme oleh makrofag, gangguan intoleransi glukosa dan resistensi insulin sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Jika frekuensi dan intensitas merokok meningkat, maka kecenderungan terjadi kerusakan pembuluh darah lebih tinggi sehingga lebih mudah terjadi aterosklerosis. Zat-zat racun dalam

7 rokok yang masuk ke peredaran darah akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin dari rokok akan menyebabkan darah menjadi kental sehingga mendorong percepatan pembekuan darah karena agregasi platelet dari fibrinogen meningkat. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan terjadi trombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu telah dibuktikan bahwa dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat menurunkan kadar kolesterol baik (Ratna, 2013). 2. Aktivitas Fisik/Olahraga Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan efisien kerja jantung. Mengurangi keluhan nyeri dada, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya penggumpalan darah, meningkatnya kemampuan tubuh termasuk meningkatkan kemampuan seksual dan meningkatnya kesegaran jasmani. Dianjurkan melakukan latihan fisik (olahraga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-4 hari dalam seminggu (istirahat selang sehari), sehingga tercapai hasil yang maksimal. Setelah latihan 4-6 minggu, kemampuan fisik meningkat sebesar 30-33% dan hasil yang optimal akan dicapai setelah latihan fisik 6 bulan (Kemenkes, 2009). Aktivitas fisik atau latihan olahraga rutin dapat meningkatkan HDL dan membantu proses metabolisme. Aktivitas aerobik teratur menurunkan risiko PJK sebesar 20-46%. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri dada,

8 melebarkan pembuluh darah, membuat koleteral atau jalan baru apabila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan seksual dan meningkatkan kesegaran jasmani (Direktorat PP & PL Kemenkes RI, 2011). Melakukan aktivitas fisik secara teratur memang sangat bermanfaat dalam memelihara kesehatan jantung, tetapi bagaimana mekanisme langsung penurunan insiden PJK dan aterosklerosis melalui latihan fisik belum diketahui pasti. Namun manfaat yang diperoleh dari latihan fisik secara teratur antara lain adalah pengendalian kadar kolesterol dan peningkatan pengeluaran energi. Kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida dalam darah menurun, sedangkan HDL meningkatkan secara bermakna bila melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur (Ratna, 2013). Beberapa efek olahraga dalam tubuh, dan hal ini dapat menurunkan jumlah kolesterol yaitu meningkatkan ukuran dan jumlah protein pengangkut kolesterol di darah, memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard (otot jantung) sehingga memperbaiki kondisi tubuh secara umum dan dapat mengoptimalkan sirkulasi tubuh serta membuat jantung memompa lebih kuat dan lebih efisien, menurunkan berat badan dan memegang peranan terhadap distribusi lemak tubuh sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol. Saat olahraga, tubuh bergerak dan membantu tubuh membakar kalori yang ada sehingga menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh untuk bekerja. Hal

9 tersebut juga membantu tubuh mengurangi tertimbunnya lemak dalam tubuh sehingga hal tersebut berpengaruh pada fungsi jantung. (Nurrahmani, 2012). 3. Pola Makan Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori, lemak, protein dan garam tinggi, tetapi rendah serat pangan. Jenis makanan ini membawa konsekuensi terhadap perubahan status gizi menuju gizi lebih (kelebihan berat badan tingkat ringan atau berat badan lebih dan obesitas yang memicu berkembangnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya PJK (Kemenkes, 2009). Faktor-faktor risiko dapat dimodifikasi melalui intervensi diet. Mengurangi asupan natrium (kurang dari 2,3 gram per hari) mempengaruhi tekanan darah secara positif. Kontrol terhadap kualitas dan kuantitas lemak mempengaruhi kolesterol total, LDL, dan trigliserida (kolesterol kurang dari 300 mg per hari, asam lemak trans kurang dari 1% kalori, lemak jenuh kurang dari 10% kalori). Segelas minum beralkohol per hari dapat meningkatkan HDL, dan disarankan pemantauan efek potensial terhadap tekanan darah dan trigliserida. Asupan karbohidrat sangat penting dikontrol terkait dengan obesitas abdominal dan faktor risiko terkait, termasuk DM. Panduan diet terkini tidak menganjurkan diet, melainkan mempertahankan gaya hidup diet sehat. Makan yang terjadwal secara teratur, termasuk sarapan, merupakan hal yang penting. Mambaca label nutrisi dan mengurangi/menghindari makanan olahan merupakan kunci utama. Pola makan anti-inflamasi yang bersifat kardioprotektif adalah mengonsumsi makanan yang kaya warna dengan protein

10 berkualitas, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian utuh, dan makanan tinggi serat (Kevin, 2014) Baik jumlah total lemak dalam makanan maupun proporsi yang dihasilkan oleh lemak jenuh harus dikurangi kalau kadar lipid serum meningkat. Jika kadar fraksi lipid yang mengandung kolesterol itu naik, konsumsi kolesterol dalam makanan harus dibatasi. Ada beberapa jenis makanan yang harus dihindari untuk mengendalikan terjadinya PJK. Makanan yang harus dihindari sebagai berikut otak dan jeroan, seperti hati, ginjal, usus. Sebaliknya orang yang banyak memakai minyak sayur dalam makanannya tingkat kolesterol dan tekanan darah lebih rendah (Ratna, 2013). Salah satu penyakit degeneratif penyebab kematian terbesar adalah PJK yang merupakan penyakit yang tidak disadari oleh kebanyakan orang dan tidak memberikan keluhan yang berarti karena hanya keluhan saja, nyeri dada sebelah kiri yang berlangsung sebentar-sebentar, sehingga membuat penderita tahap dini kurang waspada. PJK merupakan penyakit penyempitan pembuluh darah arteri koronaria yang memberi pasokan nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung, terutama ventrikel kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh. 50% dari kematian dini akibat PJK sebenarnya dapat dicegah dengan perbaikan gaya hidup dengan mengontrol faktor risiko seperti merokok, kegemukan, kurang bergerak atau berolahraga, dan tingginya kadar kolesterol atau tekanan darah (Ratna, 2013).

11 4. Obesitas Obesitas di definisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat badan normal atau indeks masa tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukkan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan (Obesitas Sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Kemenkes, 2009). Obesitas adalah faktor risiko tersendiri untuk CVD dan merupakan epidemi di Amerika Serikat. Obesitas memicu dan mempengaruhi faktor-faktor risiko CVD lainnya, termasuk hipertensi, dislipidemia dan diabetes. Risiko DM meningkat 3 kali lipat pada wanita dengan berat badan berlebih dan meningkat 9 kali lipat pada wanita obesitas. Mereka yang mengalami obesitas abdominal dan peningkatan rasio pinggang ke panggul, memiliki risiko CVD yang lebih besar walaupun berat badannya normal, sehingga menunjukkan bahwa mempertahankan lingkar pinggang yang normal, sama pentingnya dengan menjaga berat badan. Intervensi gaya hidup, termasuk diet sehat, aktivitas fisik, dan olahraga rutin adalah persyaratan mendasar untuk mempertahankan berat badan ideal dan lingkar pinggang (Kevin dkk, 2014).

12 Obesitas dapat mempercepat terjadinya PJK melalui berbagai cara (Kasron, 2012).yaitu : a) Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah). b) Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi, akibat penambahan volume darah, peningkatan kadar renin, peningkatan kadar aldosteron dan insulin, meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan mekanis oleh lemak pada dinding pembuluh darah. Obesitas adalah status gizi dimana (IMT) indeks massa tubuh 25 kg/m 2. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi dan DM. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko PJK akan jelas meningkat bila berat badan mulai melebihi 20% dari BB ideal. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10-20%, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat mencapai 30%. Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasi yang keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan lekas capek, sesak napas bila melakukan aktifitas ringan, sedang, ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung) (Kasron, 2012).

13 Klasifikasi obesitas dapat di lihat pada tabel berikut (Kasron, 2012): Tabel 2.1. Klasifikasi Obesitas No Klasifikasi IMT 1 Berat badan kurang <18,5 2 Normal 18,5-22,9 3 Berat badan lebih >23,0 4 Berisiko 23,0-24,9 5 Obes I 25,0-29,9 6 Obes II >30,0 5. Kolesterol a. Kolesterol Total Kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan problem yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko yang paling utama untuk terjadinya PJK selain faktor lainnya, seperti tekanan darah tinggi dan merokok. Sebab kadar kolesterol yang tinggi dapat mengganggu kesehatan, bahkan mengancam kehidupan manusia. Dengan demikian, perlu kiranya dilakukan penanggulangan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Salah satu usaha yang paling baik ialah menjaga agar makanan yang kita makan sehari-hari rendah kolesterol. Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya ialah < 200 mg/dl, bila 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya PJK meningkat. Apabila kadar kolesterol darah mg/dl, tetapi tidak ada faktor risiko lainnya untuk PJK maka biasanya tidak diperlukan penanggulangan yang intensif. Meskipun demikian, apabila dengan kadar tersebut didapatkan PJK atau dua faktor risiko lainnya untuk PJK maka diperlukan pengobatan yang intensif seperti halnya penderita dengan kadar kolesterol yang tinggi atau > 240 mg/dl (Anies, 2015).

14 Kadar kolesterol dalam darah bisa dipengaruhi oleh apa yang kita konsumsi. Jika kolesterol yang ada lebih banyak dibanding mekanisme alami tubuh untuk menghadapinya, maka kolesterol bisa menempel dinding dalam pembuluh darah dan membuatnya menjadi lebih sempit. Karena digunakan oleh hati untuk menghasilkan kolesterol, konsumsi lemak jenuh dalam jumlah berlebihan bisa meningkatkan kadar kolesterol darah secara signifikan. Daging merah berlemak dan produk susu merupakan sumber utama kolesterol dan lemak jenuh dari makanan yang dikonsumsi. PJK merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kolesterol tinggi. Kolesterol ikut mengalir bersama darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Karena sifat koleterol yang tidak bisa larut dalam air, maka kolesterol harus bergabung dengan protein tertentu untuk bisa ikut mengalir (Astuti, 2015). Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol mempunyai fungsi ganda yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain membahayakan, bergantung seberapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di bagian mana. Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati dimana kolesterol disintesis dan disimpan. Kolesterol merupakan bahan pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron. Sebaliknya kolesterol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan

15 aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan PJK dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular (Almatsier, 2009). b. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) LDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan karena LDL kolesterol yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai petunjuk untuk mengetahui risiko PJK daripada kadar kolesterol total saja. Kadar LDL kolesterol 130 mg/dl akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Kadar LDL kolesterol yang tinggi ini dapat diturunkan dengan program diet yang tepat. Kelebihan kadar kolesterol khususnya LDL kolesterol dalam jangka panjang, akan menyebabkan penimbunan yang bertambah banyak dari aterosklerosis. Pada tingkat atau kondisi tertentu, dapat memicu terjadinya PJK dan stroke atau penyakit pembuluh darah otak. Terlalu banyak kolesterol di dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh-pembuluh arteri. PJK biasanya terjadi karena ada kelainan sehingga arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung menyempit, yaitu arteri koroner. Penyempitan pada arteri koroner mengakibatkan aliran darah ke otot jantung berkurang atau berhenti sama sekali sehingga terjadilah PJK (Anies, 2015) Kadar Kolesterol LDL atau yang sering disebut sebagai kolesterol jahat mengangkut kolesterol paling banyak di dalam tubuh. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan

16 faktor risiko utama PJK. Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam. LDL disebut sebagai lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah (Nurrahmani, 2012). c. Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) Kolesterol HDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah. Jadi semakin rendah kadar HDL kolesterol, semakin besar kemungkinan risiko terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan berhenti merokok, mengurangi berat badan dan menambah aktivitas fisik (Anies, 2015) Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering disebut sebagai kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk di proses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah) sedangkan trigliserida yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak, dan

17 lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu (Nurrahmani, 2012). Kenaikan kadar kolesterol berbanding lurus dengan peningkatan terjadinya PJK. Peningkatan dan penurunan HDL merupakan faktor risiko yang penting pada PJK. Setiap penurunan 4 mg/dl HDL meningkatkan risiko PJK sekitar 10% (Ratna, 2013). d. Trigliserida Kadar trigliserida seyogianya juga diperiksa. Namun, pada keadaan tertentu justru harus diperiksa yaitu : kadar kolesterol total > 200 mg/dl, ada riwayat PJK, ada keluarga yang menderita PJK, ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserida yang tinggi dan ada penyakit gula dan pankreas. Pengukuran kadar trigliserida kadang-kadang diperlukan untuk menghitung kadar LDL kolesterol karena pemeriksaan laboratorium biasanya langsung dapat mengukur kolesterol total, HDL kolesterol, dan trigliserida (Anies, 2015). Trigliserida merupakan sumber energi dan lemak. Sebagian besar lemak dan minyak yang kita makan terdiri atas molekul-molekul trigliserida. Pada umumnya lemak, karbohidrat, ataupun gula yang kita makan dan tidak segera dibakar sebagai energi diangkut ke hati, kemudian diubah menjadi trigliserida dan masuk kembali ke aliran darah, disimpan di beberapa bagian tubuh. Jika di perut akan tampak membuncit, sedangkan jika pada paha, paha akan tampak besar. Semakin banyak

18 lemak yang disimpan dalam badan semakin banyak pula lemak yang berada di dalam aliran darah. Dengan kata lain, bila kita banyak mempunyai banyak timbunan lemak di bahwa kulit, berarti banyak pula lemak yang ada di dalam darah. Bahkan trigliserida dapat sebagai salah satu indikator kesehatan seseorang setelah berusia > 50 tahun terutama yang berkaitan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu merupakan langkah yang tepat jika dianjurkan untuk mengurangi kadar lemak tersebut dalam darah, untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada umumnya (Anies, 2015). Makanan-makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan trigliserida dalam darah dan biasanya cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Lemak yang berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian dan avokad tidak mengandung kolesterol, namun kadar trigliseridanya sangat tinggi. Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, mengonsumsi gula biasa (glukosa) dan minum-minuman beralkohol. Peningkatan jumlah trigliserida merupakan faktor risiko bagi penyakit jantung dan stroke, terutama dalam hubungannya dengan kadar kolesterol LDL tinggi. Kolesterol trigliserida yang tinggi termasuk kolesterol jahat yang juga harus diwaspadai. Kadar trigliserida yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan CVD lainnya. Orang dengan kadar trigliserida tinggi sering kali memiliki kadar kolesterol LDL tinggi dan kolesterol HDL nya menjadi rendah. Tingkat trigliserida tinggi merupakan salah satu bagian dari sindrom metabolik, sekelompok faktor risiko yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Astuti, 2015).

19 Trigliserida merupakan satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatkan kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan berlemak. Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik sering dengan konsumsi alkohol peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau lemak serta gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke (Nurrahmani, 2012). Pengelompokkan kadar kolesterol dan trigliserida dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut (Nurrahmani, 2012) : Tabel 2.2. Pengelompokkan Kadar Kolesterol dan Trigliserida No Kadar Kolesterol Total Kategori 1 < 200 mg/dl Normal mg/dl Ambang Batas Atas/Mengkhawatirkan 3 >240 mg/dl Tinggi Kadar Kolesterol LDL Kategori 1 <100 mg/dl Normal/Optimal mg/dl Hampir optimal mg/dl Ambang Batas Atas/Mengkhawatirkan mg/dl Tinggi 5 >190 mg/dl Sangat Tinggi Kadar Kolesterol HDL Kategori 1 <40 mg/dl Normal mg/dl Mengkhawatirkan 3 >60 mg/dl Tinggi Kadar Trigliserida Kategori 1 <150 mg/dl Normal mg/dl Ambang Batas Atas mg/dl Tinggi 4 >500 mg/dl Sangat Tinggi

20 Berikut ini adalah beberapa kandungan kolesterol dalam makanan yang harus di ketahui (Astuti, 2015) : Tabel 2.3. Kandungan Kolesterol pada Makanan No Jenis Makanan Kolesterol (mg/10 gr) Kategori Kandungan Kolesterol Rendah (Aman untuk Dikonsumsi) 1 Putih telur ayam 0 Sehat 3 Ubur-ubur 0 Sehat 4 Daging ayam pilihan tanpa kulit 50 Sehat 5 Daging bebek pilihan tanpa kulit 50 Sehat 6 Ikan sungai biasa 50 Sehat 7 Daging sapi pilihan tanpa lemak 60 Sehat 8 Daging babi pilihan tanpa lemak 60 Sehat 9 Daging kelinci 65 Sehat 10 Daging kambing tanpa lemak 70 Sehat 11 Ikan ekor kuning 85 Sehat Jenis Makanan yang Boleh Dikonsumsi Sekali-Sekali 12 Daging asap 98 Sekali sekali 13 Iga sapi 100 Sekali sekali 14 Iga babi 105 Sekali sekali 15 Daging sapi 105 Sekali sekali 16 Burung dara 110 Sekali sekali 17 Ikan bawal 120 Sekali sekali Kandungan Kolesterol Cukup Tinggi 18 Daging sapi berlemak 125 Hati-hati 19 Lemak sapi 130 Hati-hati 20 Lemak kambing 130 Hati-hati 21 Daging babi berlemak 130 Hati-hati 22 Keju 140 Hati-hati 23 Sosis daging 150 Hati-hati 24 Kepiting 150 Hati-hati 25 Udang 160 Hati-hati 26 Kerang 160 Hati-hati 27 Siput 160 Hati-hati 28 Belut 185 Hati-hati 29 Santan Kelapa 185 Hati-hati

21 No Jenis Makanan Kolesterol (mg/10 gr) Kategori Kandungan Kolesterol Tinggi (Berbahaya) 30 Lemak babi 200 Berbahaya 31 Susu sapi 250 Berbahaya 32 Susu sapi krim 280 Berbahaya 33 Coklat (Cacao) 290 Berbahaya 34 Mentega/Margarine 300 Berbahaya 35 Jeroan sapi 380 Berbahaya 36 Jeroan babi 420 Berbahaya 37 Kerang putih 450 Berbahaya 38 Teluar ayam 500 Berbahaya 39 Jeroan kambing 610 Berbahaya Kandungan Kolesterol sangat Tinggi 40 Cumi-cumi Dilarang 41 Kuning telur ayam Dilarang 42 Otak sapi Dilarang 43 Otak babi Dilarang 44 Telur burung puyuh Dilarang 6. Diabetes Melitus (DM) DM adalah kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Gejala khas DM antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan) dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Gejala tidak khas DM antara lain kesemutan, gatal di daerah kemaluan, keputihan, infeksi yang sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, gangguan ereksi dan lain-lain (Kemenkes, 2009). Akibat peningkatan kadar gula dalam darah yang berlangsung terus menerus banyak organ tubuh yang akan mengalami gangguan serius, termasuk ginjal, saraf, dan sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). DM akan meningkatkan

22 risiko penyakit jantung dan stroke 2-4 serta dapat meningkatkan risiko kematian (Henry, 2014) Diagnosis DM ditegakkan bila (Kemenkes, 2009) : a. Keluhan khas, gula darah (GD) sewaktu 200 mg/dl, atau GD puasa 126 mg/dl b. Keluhan tidak khas, GD sewaktu 200 mg/dl, atau GD puasa 126 mg/dl, pada 2 kali pemeriksaan dengan waktu yang berbeda. c. Bila hasil pemeriksaan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan Test Toleransi Glucose Oral (TTGO) Kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa oral 75 gram (300 kalori) : a) 140 mg/dl (Tidak DM) b) mg/dl (Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) c) 200 mg/ dl (DM). Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung. Target pengobatan pada pasien dengan DM adalah kadar HbA1C 6,5 kadar gula darah puasa < 110 mg/dl, atau gula darah 2 jam PP <135 mg/dl (Kemenkes, 2009). Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan DM cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. DM yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Bentuk kolesterol LDL pada

23 penderita DM lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL, sehingga mudah sekali masuk dalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat aterogenik yaitu lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah membentuk plak (Astuti, 2015). DM memperburuk diagnosis PJK. Angka kematian karena PJK meningkat 46-70% pada penderita DM. Penderita DM wanita memiliki risiko terkena PJK 3-7 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita DM. Pada penderita DM tipe 2 (tidak tergantung pada insulin), peningkatan risiko PJK berkaitan erat dengan kelainan lipoprotein, yaitu rendahnya HDL dan peningkatan trigliserida karena itu, kontrol gula darah melalui obat, diet dan olahraga dapat membantu menekan risiko terkena PJK pada penderita DM (Ratna, 2013). Menurut penelitian (Khalili et al., 2014) juga menunjukkan bahwa DM berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = <0,001) dan penderita DM mempunyai risiko 9,6 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR=9,6, 95% CI 8,4-10,9). Menurut (Fox CS at al., 2007) bahwa CVD merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada penderita DM tipe 2 dan lebih dari 60% penderita DM tipe 2 meninggal karena penyakit CVD (termasuk obesitas dan stroke). 7. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa

24 tekanan darah sistolik mmhg dan tekanan diastolik mmhg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab tersering PJK dan stroke, serta faktor utama dalam gagal jantung meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi (Kemenkes, 2009). Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas jantung saat memompa dan mengisi darah. Jantung memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Secara khusus yang dimaksud adalah bilik kiri jantung yang memompa darah melalui pembuluh darah besar (disebut aorta) lalu bercabang-cabang menjadi pembuluh darah yang lebih kecil ke seluruh tubuh. Aktivitas ini sendiri terdiri dari 2 fase, yaitu fase memompa dan fase istirahat/pengisian. Pada fase memompa (disebut juga fase sistolik), jantung menguncup (berkontraksi) untuk memompa darah yang sudah terisi di dalamnya ke dalam pembuluh darah besar. Setelah selesai memompa, jantung memasuki fase istirahat/pengisian (disebut juga fase diastolik). Pada periode ini, jantung kembali diisi oleh darah untuk dipompa pada fase sistolik selanjutnya Hipertensi dapat menimbulkan risiko komplikasi, terutama penyakit jantung (seperti serangan jantung, pembengkakan dan penebalan jantung, gangguan irama jantung dan kelemahan pompa jantung), stroke, penyempitan pembuluh darah tungkai dan gangguan pada mata (Henry, 2014).

25 Berikut penggolongan tekanan darah menurut (Henry, 2014) : Tabel 2.4 Penggolongan Tekanan Darah Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Normal < 120 Dan < 80 Pra-Hipertensi Atau Hipertensi-Derajat Atau Hipertensi Derajat Atau 100 Hipertensi merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap PJK dan proses aterosklerosis akan dialami sekitar 30% penderita hipertensi (Ratna, 2013). Faktor yang menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi salah satunya adalah kolesterol tinggi. Pola konsumsi makanan yang serba praktis dan mengandung kolesterol tinggi menjadi pemicu besar timbulnya kolesterol jahat. Akibatnya, kandungan lemak dalam darah menjadi berlebih dan dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan tekanan darah akan meningkat (Astuti, 2015) Faktor Risiko yang tidak Dapat Dimodifikasi 1. Usia Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat pada usia di atas 55 tahun untuk laki-laki dan di atas usia 65 tahun untuk perempuan (Kemenkes, 2009). Usia merupakan sebuah faktor risiko penting untuk terjadinya PJK. Tidak ada orang yang dapat mengubah fakta bahwa usia manusia terus bertambah seiring berjalannya waktu. Sayangnya, seiring dengan perjalanan ini, bukan hanya usia yang bertambah, melainkan juga risiko untuk mengalami banyak penyakit degeneratif termasuk PJK. Pertambahan usia memang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi

26 jantung dan pembuluh darah secara keseluruhan. Akan tetapi pertambahan usia juga berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit lain seperti hipertensi, DM, hiperkolesterol dan lain-lain (Henry, 2014). 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (Kemenkes, 2009). Jenis kelamin juga sangat berpengaruh terhadap risiko PJK. Risiko untuk mengalami PJK pada lakilaki berumur > 40 tahun adalah sebesar 49% dibanding 32% untuk perempuan (Henry, 2014). 3. Suku / Ras Ras tertentu memiliki risiko PJK yang cukup tinggi seperti ras African American. Pada kelompok masyarakat kulit putih maupun kulit berwarna, laki-laki mendominasi kematian akibat PJK, tetapi lebih nyata pada kulit putih (Henry, 2014).. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Adanya riwayat keluarga dekat yang terkena PJK dan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih di bandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga (Kemenkes, 2009). Riwayat keluarga PJK adalah salah satu faktor yang cukup penting yang menjadi faktor risiko mengalami PJK. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah riwayat keluarga. Apabila orangtua atau saudara kandung kita mengalami PJK, maka risiko kita mengalami PJK pun akan lebih tinggi dibanding orang lain yang tidak memiliki riwayat yang sama (Henry, 2014).

27 2.3. Pola Hidup Sehat Pasien Penyakit Jantung Penderita jantung umumnya harus selalu menjaga pola hidup yang sehat, karena penyakit jantung itu penyakit yang bisa menyebabkan kematian nomor satu di dunia. Maka dari itu kita harus menjaga dan perlu mengetahui makanan sehat bagi penderita jantung seperti kebutuhan energi, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin (Rilantono dkk, 2014). Dalam upaya mengurangi risiko dan menunjang proses penyembuhan penyakit degeneratif termasuk penyakit jantung dan pembuluh darah, peranan pola makan sehat dan gizi seimbang sangat penting (Kemenkes, 2009). Pengaturan pola makan dilakukan dengan mengikuti Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sebagai berikut (Kemenkes, 2009) : a. Konsumsi Makanan Beraneka Ragam Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan yang beranekaragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga seperti beras, jangung, gandum, roti dan ubi, menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang, berasal dari bahan makanan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil

28 olahannya. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buahbuahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari), seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buahbuahan dapat mencegah atau memperkecil terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. b. Konsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh Makan makanan yang memenuhi kecukupan energi. Konsumsi energi yang melebihi mengakibatkan kenaikan berat badan, energi yang berlebih disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan tubuh lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan obesitas disertai berbagi gangguan kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan lain-lain. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Berat badan merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui keadaan gizi dan kesehatan karena itu lakukan penimbangan berat badan secara teratur. Makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sumber karbohidrat komplek adalah padi-padian, ubi, jagung, singkong, sagu, dan lain-lain. Batasi

29 sumber karbohidrat sederhana seperti gula sampai dengan 3-4 sendok makan per hari, karena konsumsi gula yang berlebih akan menyebabkan konsumsi energy yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubu sebagai lemak, akumulasi dalam waktu lama mengakibatkan obesitas. c. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan bergunan untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudan proses pencernaan, lemak terbagi tiga golongan yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan. Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan PJK. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah. d. Konsumsi makanan dengan rendah garam dan tinggi kalium Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per

30 hari. Konsumsi natrium yang berlebihan terutama yang berasal dari garam dan sumber lain, seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung. Berbeda halnya dengan natrium, kalium merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebaikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Dengan demikian, konsumsi natrium perlu ditimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah. Selain itu hindari kebiasaan minum minuman beralkohol, karena minuman beralkohol dapat menghamba proses penyerapan zat gizi dan menghilangkan zatzat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang penting bagi tubuh, sehingga menyebabkan peminum alkohol dapat menderita kurang gizi. Selain itu juga menyebabkan penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan di dalam tubuh.

31 2.4. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Pencegahan PJK ditujukkan untuk menurunkan angka kejadian pertama kali (pencegahan primer) atau berulangnya kejadian (pencegahan sekunder) pada PJK dan pembuluh darah. Upaya pencegahan ini meliputi perubahan gaya hidup, penanganan faktor risiko dan bila diperlukan penggunaan beberapa obat-obatan dalam aplikasi klinis. Berikut upaya pencegahan PJK (Kemenkes, 2009) : 1. Pencegahan Primer a. Perubahan gaya hidup, meliputi penurunan berat badan, pengaturan pola makan, menghentikan kebiasaan merokok. b. Aktivitas fisik minimal 3-4 kali dalam seminggu selama 30 menit. c. Pengendalian faktor risiko d. Tekanan darah; target tekanan darah <140/90 mmhg atau <130/80 mmhg pada pasien dengan DM atau gangguan ginjal e. Lemak darah; target kolesterol total plasma <190 mg/dl dan LDL <115 mg/dl, atau pada pasien DM atau risiko tinggi, target kolesterol total plasma <175 mg/dl dan LDL <100 mg/dl. Target HDL <40 mg/dl untuk laki-laki dan <45 mg/dl untuk perempuan, kadar trigliserida darah <150 mg/dl. f. Obat-obatan profilaksis lain, sebagai tambahan obat untuk hipertensi, DM dan dislipidemia, perlu dipertimbangkan pemberian antiplatelet terutama untuk kelompok risiko tinggi yang asimptomatik (tanpa gejala) g. Skrining keluarga; keluarga dekat penderita yang mengalami serangan jantung

32 usia dini (laki-laki <55 tahun dan perempuan <65 tahun), individu yang mempunyai keluarga dengan dislipidemia dan DM. 2. Pencegahan Sekunder a. Perubahan gaya hidup; penurunan berat badan, pengaturan pola makan dengan diet rendah lemak yang tersaturasi, tinggi buah dan sayur, menghentikan kebiasaan merokok, dan mengatasi depresi (stress) yang sering timbul pada pasien yang pernah menderita serangan jantung. b. Aktivitas fisik; pasien dengan riwayat serangan jantung dianjurkan untuk menjalani proses rehabilitas pasca serangan jantung yang kemudian dianjurkan dengan fase pemeliharaan saat rawat jalan. Latihan yang diberikan sama dengan pencegahan primer, dengan memperhatikan beberapa hal terutama kemungkinan adanya komplikasi dan target yang akan dicapai. 3. Pencegahan faktor risiko a. Takanan darah; target tekanan darah <140/90 mmhg, atau <130/80 mmhg pada pasien dengan DM atau gangguan ginjal. b. Lemak darah; target primer, LDL <100 mg/dl, yaitu dengan diet, peningkatan aktivitas fisik, penurunan berat badan dan pemberian obat profilaksis. Target sekunder adalah penurunan kadar plasma trigliserida <150 mg/dl dengan diet, peningkatan aktivitas fisik, penurunan berat badan dan obat-obatan.

33 2.5. Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Predisposisi : Genetik Kardiometabolik : a. Obesitas b. Kolesterol c. Diabetes Mellitus d. Hipertensi Kelainan Fungsi Endotelial Penyakit Jantung Koroner (PJK) Sosial Budaya Gaya Hidup : a. Aktivitas - Fisik/Olahraga b. Pola Makan c. Merokok Alkohol Sumber : Stoner dkk., 2010 Gambar 2.1 Kerangka Teori Kardiovaskuler

34 2.6. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep atau variabel yang akan diteliti. Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen yaitu kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun. Dan variabel independen adalah merokok, aktivitas fisik/olahraga, pola makan, obesitas, kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, DM dan hipertensi. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut yaitu : Variabel Independen (X) Faktor risiko yang dapat diubah : 1. Merokok 2. Aktivitas Fisik/Olahraga 3. Pola Makan 4. Obesitas 5. Kolesterol Total 6. Kolesterol LDL 7. Kolesterol HDL 8. Trigliserida 9. Diabetes Mellitus 10. Hipertensi Variabel dependen (Y) Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada kelompok usia 45 tahun Gambar 2.2 Kerangka Konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak bisa bertugas dengan baik. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling ditakuti di dunia karena dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Apakah Kolesterol Kita dapat mengaitkan kolesterol dengan makanan berlemak, tetapi sebagian besar zat lilin dibuat oleh tubuh kita sendiri. Hati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi T. Bahri Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara I. Pendahuluan Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Kadar

Lebih terperinci

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] 2015 copyright@saricipta2015 [BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] Buku saku ini berisi informasi terkait Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang sangat bermanfaat dalam rangka pengendalian mandiri oleh jamaah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan penyumbatan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI. Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI. Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA I.PENDAHULUAN Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK)merupakan penyakit jantung yang terutama disebabkan oleh penyempitanarteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau keduanya.

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori,

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak di pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Jantung Koroner A.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

RS PERTAMINA BALIKPAPAN D MUHAMMAD IQBAL Dr. IQBAL, S Sp.JP JP RS PERTAMINA BALIKPAPAN RS. 2 Penyakit Kardiovascular : Penyakit Jantung Koroner (PJK ) menyebabkan 7.2 juta kematian di dunia di tahun 1996 14% dari total kematian

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hipertensi Hipertensi adalah suatu peningkatan dalam darah yang terdapat di dalam arteri yaitu tekanan sistolik yang mencapai angka 140 mmhg atau lebih,dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci