BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir. Sedangkan untuk bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir. Sedangkan untuk bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Etika Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan untuk bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Kata etika memiliki keterkaitan dengan moral. Moral berasal dari kata latin yakni mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak dan cara hidup (Soekrisno Agoes, 2009: 26). Menurut Kamus Bahasa Indonesia, etika dirumuskan dalam beberapa pengertian sebagai berikut: a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari beberapa uraian diatas, etika dapat diartikan dalam dua hal berikut: a. Etika sebagai praksis; yakni sama dengan moral yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai, dan norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat. 15

2 16 b. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran atau penilaian moral. Etika sebagai pemikiran bisa mencapai taraf ilmiah apabila proses penalaran tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Dalam hal terkait ilmiah, etika mencoba untuk mampu merumuskan suatu teori, konsep, asas, atau prinsip tentang perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dengan demikian, akan memunculkan pertanyaan mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat, dan sebagainya. Persoalan etika dalam akuntansi dapat berfokus pada pengembangan etika yang dapat mendasari proses penalaran etis (Jeffrey, 1996). Pendidikan etika juga dapat menjadi hal yang penting untuk diperhatikan terutama pada masa muda sehingga dengan adanya intervensi etika sejak di bangku sekolah akan menjadi suatu kebutuhan penting. Hal tersebut dikarenakan pendidikan dapat menjadi suatu pedoman dalam menemukan identitas diri, mengembangkan hubungan bermasyarakat dan mampu menghindari konflik meskipun terkadang banyak pendapat menyatakan jika pengetahuan mengenai etika atau moral tidak menjamin bahwa individu tersebut akan berperilaku moral seperti yang ia yakini. Pokok dalam proses penalaran etis juga dapat didasari dengan adanya pengembangan moral Etika Profesi Akuntan Akuntan merupakan mereka yang telah lulus dari pendidikan Strata Satu (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar profesi

3 17 Akuntan melalui pendidikan profesi akuntan yang diselenggarakan oleh beberapa Perguruan Tinggi yang telah mendapat izin dari Departemen Pendidikan Nasional atas rekomendasi dari organisasi profesi Institut Akuntan Indonesia atau IAI (Agoes dan Ardana, 2009). Pertumbuhan profesi akuntan mempunyai hubungan positif yang kuat dengan adanya pertumbuhan ekonomi. Dalam masa sekarang ini, adanya kemajuan pertumbuhan ekonomi sangat berdampak positif pada kemajuan profesi akuntan di Indonesia. Profesi akuntan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari praktik bisnis dan penyelenggaraan administrasi pemerintahan, sehingga profesi ini terkadang diharuskan dalam kondisi tekanan berat atas konflik kepentingan. Dengan demikian banyak profesi akuntan yang terseret ke dalam praktikpraktik yang tidak etis, seperti yang terjadi pada kasus praktik tidak etis yang dilakukan beberapa KAP papan atas. Pelanggaran etika sudah bukan menjadi hal baru di dalam lingkungan masyarakat, sehingga pemahaman mengenai etika perlu diberikan perhatian yang lebih karena mempengaruhi kehidupan bersama. Etika dianggap sebagai hal penting karena (Martin, 1993) menjadi disiplin dalam ilmu yang dapat bertindak sebagai indeks kinerja atau acuan sistem kontrol individu. Jadi, etika harus diterapkan di setiap profesi karena menjadi ilmu tentang apa yang baik atau buruk (Soepardan, 2007). Etika profesi diperlukan dalam semua bidang konsentrasi ilmu seseorang dalam menjalankan profesinya bagi masyarakat dan

4 18 lingkungannya sehingga perlu adanya kode etik profesi yang mengatur aturan secara jelas mengenai tindakan etis dan tidak etis yang dilakukan oleh profesional. Etika sebagai salah satu masalah yang sering dihadapi dalam profesi akuntansi karena profesi akuntan bertanggungjawab terhadap klien dan masyarakat atau publik. Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar, 2003), profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Sejalan dengan berkembangnya ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka organisasi IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dan kode etik internasional yang dikeluarkan oleh IFAC. Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia yang bertujuan agar profesi akuntansi dapat memenuhi tanggung jawab dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi dan dengan orientasi kepada kepentingan publik. Etika profesi akuntan menurut Institut Akuntan Indonesia (IAI) dibentuk didalam Kode Etik IAI yang dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik sebagai pihak praktisi yakni akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, di instansi pemerintah; maupun sebagai pihak akademisi yakni di

5 19 lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Kode etik IAI dibagi menjadi empat bagian, meliputi (1) prinsip etika yang memberikan kerangka dasar dalam mengatur pelaksanaan etika pemberian jasa profesional (2) aturan etika yang memberikan aturan mengenai setiap tindakan yang harus dilakukan profesi akuntan dan sebagai penerapan dari prinsip etika (3) intepretasi etika yang memberikan panduan dalam penerapan etika tanpa membatasi lingkup penerapannya (4) tanya jawab etika yang berkaitan dengan isu-isu etika dan dapat dilakukan dengan Dewan Standar Profesi yang dibentuk oleh pengurus institut yang bersangkutan Pendidikan Etika Bisnis dan Profesi Kesadaran sikap etis seseorang dipengaruhi dengan perkembangan dunia pendidikan, dalam hal ini pendidikan akuntansi memiliki pengaruh besar terhadap perilaku etis mahasiswa sebagai calon akuntan masa depan. Terdapat empat alasan mengapa perlu mempelajari etika bisnis dan profesi (Utami dan Indriawati, 2006: 5): 1. Etika memandu manusia dalam memilih berbagai keputusan yang dihadapi dalam kehidupan. 2. Etika merupakan pola perilaku yang didasarkan pada kesepakatan nilainilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat tercapai.

6 20 3. Dinamika dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan nilainilai moral sehingga perlu dilakukan analisa dan ditinjau ulang. 4. Etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas dan mengilhami manusia untuk sama-sama mencari, menemukan dan menerapkan nilai-nilai hidup yang hakiki. Tujuan dilaksanakannya pendidikan etika bisnis dan profesi antara lain: 1. Menstimulir imajinasi moral. 2. Mengenal persoalan etis. 3. Menimbulkan suatu dorongan dalam perasaannya untuk kewajiban moral (moral obligation). 4. Mengembangkan keahlian bisnis 5. Menahan dan mengurangi ketidaksetujuan (disagreement) dan kerancuan (ambiguity) 6. Etika memandu manusia dalam memilih berbagai keputusan yang dihadapi dalam kehidupan. 7. Etika merupakan pola perilaku yang didasarkan pada kesepakatan nilainilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat tercapai. Kemampuan seorang profesional dapat dikatakan peka terhadap persoalan etika sangat dipengaruhi lingkungan dimana mereka berada. Hal tersebut dikarenakan masih adanya keterbatasan dalam pendidikan etika bisnis dan profesi akuntansi seperti banyaknya pendidik atau akademisi

7 21 yang tidak mengajarkan secara formal serta kebanyakan pengetahuan mengenai pendidikan etika bisnis maupun profesi masih sedikit dimasukkan dalam mata kuliah yang diajarkan (Ristalata, 2005: 16). Dengan demikian, perlu diperhatikan sejauh mana pendidikan etika bisnis maupun profesi telah tercakup dalam berbagai mata kuliah yang diajarkan sehingga benar jika dunia pendidikan akuntansi memiliki pengaruh yang besar bagi tumbuhnya kesadaran etis mahasiswa akuntansi. Selain itu, dosen sebagai pengajar juga dapat menentukan pembentukan etika melalui pendidikan tinggi akuntansi Sensitivitas Etis Penelitian di bidang akuntansi sedang berfokus pada kemampuan para akuntan dalam membuat keputusan untuk berperilaku etis. Kesadaran para individu sebagai agen moral menjadi faktor penting dalam menilai perilaku etis. Kemampuan untuk menyadari adanya nilai etika dalam suatu keputusan berperilaku etis. Keputusan yang berkaitan dengan masalah moral mempunyai konsekuensi dan harus melibatkan suatu pilihan dari individu yang membuat keputusan tersebut. Hal tersebut dikarenakan seringkali keputusan memiliki konsekuensi bagi pihak lain dan kerelaan untuk memilih pilihan yang seringkali memiliki risiko yang besar. Menurut Jones (1991:367), keputusan dinilai sebagai keputusan moral jika pada saat keputusan itu dibuat dengan memperhitungkan atau memasukkan nilai-nilai moral.

8 22 Sensitivitas etis merupakan kemampuan individu untuk menafsirkan situasi yang sedang terjadi dengan tetap mempertimbangkan apakah situasi tersebut etis atau tidak etis. Kemampuan seorang profesional dapat dipengaruhi oleh sensitivitas individu itu sendiri. Individu sebagai pelaku moral dianggap memiliki kesadaran yang dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai etis dalam suatu keputusan yang disebut sebagai sensitivitas etis (Velasquez dan Rostankowski, 1985). Sensitivitas etis mengacu pada kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi konten etika dengan mengingat situasi (Sparks dan Hunt, 1998). Hal tersebut diperjelas dengan adanya beberapa individu yang terlibat dalam kegiatan yang tidak etis meskipun mereka memiliki pengetahuan tentang sifat tidak etis dari perilaku mereka. Sensitivitas etis menjadi faktor penting, selain variabel pribadi, dalam pengambilan keputusan yang adil dan dipengaruhi oleh lingkungan ketika keputusan dibuat (Hunt dan Vitell, 1993; Patterson, 2001). Sensitivitas etis merupakan salah satu dari empat proses psikologi dasar yang dilakukan individu untuk bertingkah laku secara moral. Model empat komponen dasar tersebut telah digagas oleh Rest untuk meneliti pertimbangan pemikiran dan tingkah laku moral individu. Rest (1983) mengkonstruksikan empat komponen model terkait yang pada dasarnya harus dilakukan individu dengan proses psikologi, antara lain: (1) moral sensitivity (2) moral judgement (3) moral motivation (4) moral character. Proses pertimbangan keputusan model, terdiri dari:

9 23 a. Kesadaran moral. Mengidentifikasi sifat moral dari sebuah situasi tertentu b. Pertimbangan moral. Membuat keputusan yang secara moral benar dalam konteks tersebut. c. Niat moral. Memutuskan untuk menempatkan nilai yang lebih tinggi pada norma lain. d. Tindakan moral. Terlibat dalam perilaku moral (Rest, 1986; Butterfield et al., 2000; Jones, 1991). Sensitivitas etis menjadi cara individu dalam menafsirkan atau mengintepretasikan situasi yang dapat mempengaruhi orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa sensitivitas etis adalah kemampuan dalam mengetahui masalah etika yang sedang terjadi dan mengevaluasi pengaruh atas pilihan tindakan yang berpotensi pada kesejahteraan pihak yang terimbas. Jadi, individu dengan sensitivitas etis yang baik akan mampu berperilaku lebih etis karena mereka mampu mengetahui situasi yang etis yang terjadi. Sensitivitas etis dapat dipengaruhi faktor seperti lingkungan budaya, pengalaman pribadi, lingkungan industri, lingkungan organisasi yang memungkinkan untuk mempengaruhi kemampuan profesi akuntan dalam mengenali situasi terkait etika (Hunt dan Vitell, 1986). Masing-masing individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengetahui adanya masalah etika karena mereka dapat gagal ketika menafsirkan situasi yang terjadi dalam keterbatasan sensitivitas mereka terhadap kebutuhan dan kesejahteraan orang lain (Rest, 1986).

10 24 Setiap akuntan yang memiliki kemauan dalam menafsirkan dilema etis yang terjadi dianggap mampu mengambil keputusan atas tindakan profesional mereka secara etis. Kemampuan dalam memahami sifat dasar etika dari suatu keputusan dinamakan sensitivitas etis, sehingga profesi akuntan harus memahami skema moral yang mengarah pada masalah etis (Jones, 1991). Dengan demikian, adanya etika profesi akuntan sangat berguna dalam hal kemampuan akuntan ketika mengambil keputusan dan perilaku etis mereka Penalaran Etis Penalaran Etis adalah penalaran tentang perilaku manusia dengan menggunakan beberapa alasan untuk menilai tindakan tersebut benar atau salah. Penalaran etis mencerminkan penilaian seseorang dalam menghadapi dilema etis dan pengambilan keputusan mereka ketika menghadapi situasi dilematis tersebut. Penalaran etis lebih menekankan pada pertimbangan dan alasan yang melatarbelakangi seseorang menilai baik atau buruk suatu tindakan. Penalaran etis dibutuhkan mahasiswa sebagai calon akuntan masa depan untuk dapat menilai nilai-nilai etika mereka sendiri dalam konteks masalah sosial, mengenali masalah etika dalam berbagai pengaturan, berpikir tentang bagaimana perspektif etis yang berbeda bisa diterapkan untuk dilema etika dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan alternatif. Identitas diri etika mahasiswa dapat berkembang karena mereka

11 25 berlatih keterampilan pengambilan keputusan etis dan belajar bagaimana untuk menggambarkan dan menganalisa posisi pada isu-isu etika. Keputusan etis merupakan suatu keputusan yang harus dibuat oleh setiap profesional yang mengabdi pada suatu bidang pekerjaan tertentu, contohnya dalam bidang akuntansi. Di Amerika pernah dilakukan survey O Clock dan Okleshen (1993) dalam Darsinah (2005) yang menemukan bahwa profesi akuntan dianggap sebagai salah satu profesi yang paling etis. Oleh karena itu dalam membuat suatu keputusan etis, seorang profesional akuntansi pasti akan mengacu pada kode etik profesi Orientasi Etis Orientasi etis menjadi salah satu faktor pribadi dalam penelitian ini. Dalam penelitian sebelumnya menyarankan variasi individu dibentuk dengan pertimbangan etis yang mendeskripsikan ke dalam dua faktor yaitu idealisme dan relativisme sebagai orientasi etis individu (Forsyth, 1980; Schlenker dan Forsyth, 1977; Chan and Leung, 2006). Idealisme mengacu pada sejauh mana seorang individu percaya bahwa konsekuensi yang diinginkan selalu dapat diperoleh tanpa melanggar pedoman moral. Idealis individu terkait mengenai tindakan individu dalam melakukan sesuatu selalu memikirkan konsekuesi yang akan muncul atas tindakan individu tersebut sehingga idealisme diartikan sebagai konsekuensi yang positif.

12 26 Idealisme adalah suatu sikap yang menganggap bahwa tindakan yang tepat atau benar akan menimbulkan konsekuensi yang atau hasil yang diinginkan (Forsyth, 1980). Individu yang idealis memiliki prinsip bahwa tindakan yang mereka lakukan tidak mengarah pada tindakan yang berkonsekuensi negatif sehingga tidak merugikan individu lain. Sehingga, apabila individu berada dipilihan yang dapat berakibat negatif terhadap individu lain maka sebisa mungkin seorang idealis akan mengambil pilihan yang paling sedikit mengakibatkan akibat buruk pada individu lain. Individu yang idealis akan sangat memegang teguh perilaku etis dalam profesi yang dijalankannya sehingga cenderung akan menjadi whistle blower dalam menghadapi situasi yang didalamnya terdapat perilaku tidak etis karena memiliki tingkat idealisme yang tinggi. Sedangkan, individu dengan idealisme yang lebih rendah menganggap bahwa dengan patuh terhadap semua prinsip moral yang ada dapat berakibat negatif sehingga terkadang dibutuhkan sedikit tindakan negatif untuk mendapatkan hasil terbaik. Penelitian mengenai seorang idealis mengambil tindakan tegas terhadap situasi yang dapat merugikan orang lain dan pandangan yang lebih tegas terhadap individu yang melanggar perilaku etis dalam profesinya telah banyak dilakukan. Idealis individu terkait mengenai tindakan individu dalam melakukan sesuatu selalu memikirkan konsekuesi yang akan muncul atas tindakan individu tersebut diartikan sebagai konsekuensi yang positif. Dengan bersikap idealis diartikan profesi akuntan memiliki sikap tidak

13 27 memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan serta mampu untuk menafsirkan situasi yang sedang terjadi dengan tetap mempertimbangkan apakah situasi tersebut etis atau tidak etis. Relativisme mengacu pada sejauh mana seorang individu menolak aturan moral yang universal untuk memandu perilaku mereka. Relativis individu terkait mengenai tindakan yang akan dilakukan individu pada dasarnya tidak mempedulikan konsekuensi yang muncul atas tindakan yang dilakukannya sehingga individu tidak peduli apakah tindakannya etis atau tidak etis. Perbedaan orientasi etis yang ada dapat menimbulkan perdebatan terkait kesepakatan tentang tindakan etis mengenai situasi yang mana seorang individu harus peka terhadap pertimbangan etis yang dibuatnya. Untuk menghindari situasi konflik yang muncul maka orientasi etis menjadi penting untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan orientasinya ketika memeriksa kemampuan individu untuk menanggapi isu etis yang sedang berkembang. Dengan demikian, profesi akuntan diharuskan paham mengenai etika profesi mereka karena dengan berperilaku etis menjadikan orientasi etis akuntan sangat diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar ketika terjadi konflik.

14 Locus of Control Locus of control adalah keyakinan individu mengenai tindakan individu menghubungkan peristiwa dalam kehidupannya dengan tindakan di luar kendalinya (Rotter, 1966). Locus of control sebagai kendali individu atas pekerjaan dan kepercayaan terhadap keberhasilan diri, sehingga (Tsui dan Gul 1996) dapat diartikan sejauh mana individu dapat merasakan hubungan kontinjensi antara tindakan dan hasil yang diperoleh. Locus of control menjadi salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005). Menurut Rotter (dalam Mearns, 2008) locus of control memiliki empat konsep dasar, yaitu: a. Potensi perilaku individu ( behaviour potential ) merupakan setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada situasi tertentu berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam kehidupan seseorang. b. Harapan ( expectancy ) merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan muncul dan dialami oleh seseorang. c. Nilai penguatan ( reinforcement value ) merupakan pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada situasi serupa. d. Suasana psikologis merupakan bentuk ransangan baik secara internal maupun eksternal yang diterima seseorag pada suatu saat, yang

15 29 meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan. Locus of control dibedakan menjadi dua yakni (1) locus of control internal (2) locus of control eksternal. Locus of control internal didefinisikan sebagai kendali atas tindakan yang dilakukan individu di pegang oleh individu itu sendiri, sedangkan locus of control eksternal adalah keyakinan individu bahwa tindakan yang dilakukan pada diri mereka dikendalikan oleh faktor luar dari diri mereka. Jadi, kendali individu tersebut dapat menunjukkan tingkat keyakinan individu atas penentuan nasib mereka sendiri (Robbins dan Judge, 2007). Locus of contol internal dipercaya individu bahwa keberhasilan mereka didapatkan dari aktifitas yang dilakukan dengan sendiri, sedangkan locus of control eksternal dipercaya individu bahwa keberhasilan tindakan mereka didapatkan dari faktor lingkungan mereka. Perbedaan dari kedua jenis locus of control yang paling terlihat adalah anggapan individu mengenai hasil atas tindakan mereka, yang mana hasil atas tindakan sebagai internal diyakini individu didapatkan atas usaha (effort), kemampuan (ability) dan keterampilan (skills). Sedangkan sebagai eksternal diyakini individu bahwa penentuan hasil didapatkan dari faktor lingkungan seperti nasib, takdir dan keberuntungan. Locus of control dapat membantu pemahaman resolusi tambahan akuntan dari munculnya konflik etis serta memberikan keyakinan akuntan

16 30 atas pentingnya etika sebagai bimbingan yang berefek pada kepatutan profesi akuntan dan audit Pengalaman Bekerja Knoers dan Haditoni (1999) menyatakan bahwa pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal. Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan (Manulang, 1984). Pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu disebut juga pengalaman bekerja (Trijoko, 1980). Selain itu, menurut Ranupandojo (1984) mengemukakan bahwa pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugastugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang maka semakin terampil seseorang dalam melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pula pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan tingkat

17 31 pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman kerja seseorang sangat ditentukan rentan waktu lama seseorang dalam menjalani pekerjaan tertentu dengan melihat pada banyaknya tahun, yaitu sejak pertama kali diangkat menjadi karyawan atau staf pada suatu lapangan kerja tertentu. Pada penelitian Richmond (2003) dalam (Christmastuti dan Purnamasari, 2006) menemukan bahwa variabel status mempunyai pengaruh pada pembentukan sikap etis yang berarti bahwa faktor pengalaman membentuk dan mengubah sifat dan sikap dalam menanggapi kondisi yang dilematis dari sudut pandang etis. Dengan adanya pengalaman menjadikan cara pembelajaran yang baik bagi Mahasiswa sebagai calon akuntan untuk menjadikan kemampuannya dalam menguasai tugas dan aktivitas yang berkaitan dengan tindakan professionalnya. Pengalaman akan membentuk kemampuan akuntan dalam menghadapi dan menyeleseikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap pihak lain. Dengan demikian, pengalaman mampu memberi kontribusi yang relevan dalam peningkatan kompetensi akuntan.

18 Pengembangan Hipotesis Perbedaan Sensitivitas Etis antara Mahasiswa Strata 1 (S1) dan Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK) Sensitivitas etis adalah kemampuan individu dalam menafsirkan situasi yang terjadi dengan tetap mempertimbangkan situasi tersebut etis atau tidak etis. Kemampuan seorang profesional dapat dipengaruhi oleh sensitivitas individu itu sendiri. Individu sebagai pelaku moral dianggap memiliki kesadaran yang dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai etis dalam suatu keputusan yang disebut sebagai sensitivitas etika (Velasquez dan Rostankowski, 1985). Etika profesi akuntan berguna bagi akuntan dalam mengambil keputusan dan perilaku etis mereka. Kemampuan memahami sifat dasar etika dari keputusan dinamakan sensitivitas etika sehingga profesi akuntan harus paham mengenai skema moral yang mengarah pada masalah etis (Jones, 1991). Pendidikan etika akuntansi penting diberikan di Perguruan Tinggi sehingga akan meningkatkan perilaku etis mahasiswa sebagai akuntan di kemudian hari. Namun, pada kenyataannya sebagian besar pendidikan etika secara penuh baru didapatkan ketika seorang akuntan harus menempuh pendidikan profesi akuntan selama satu tahun. Mahasiswa PPAK yang sudah pasti mendapatkan pendidikan etika akan lebih mampu menilai perilaku etis atau tidak etis dibandingkan dengan mahasiswa akuntansi S1. Alasan dari penilaian tersebut adalah ketika seorang akuntan yang sudah menjadi anggota dalam suatu profesi harus

19 33 mengikuti aturan dalam standar profesionalnya karena standar profesi meliputi norma, nilai dan tujuan yang ingin dicapai profesi (Smith dan Hall, 2008). Jadi, selain pengetahuan yang dimiliki, seorang akuntan perlu memiliki etika yang baik. H 1 : Sensitivitas etis mahasiswa PPAK lebih tinggi daripada mahasiswa Akuntansi S Penalaran Etis dan Sensitivitas Etis Penalaran etis mengacu pada pemikiran individu untuk menggunakan persepsi mereka dalam menilai suatu kegiatan sebagai etika atau bukan dengan menunjukkan cara individu dalam mengidentifikasi perilaku yang mengarah apakah perilaku tersebut masuk ke dalam perilaku bermoral atau tidak. Penalaran etis berhubungan secara moderat dengan sensitivitas etis (Rest, 1986). Hal tersebut dikarenakan individu dengan penalaran etis yang baik pada akhirnya akan memposisikan diri bertindak secara moral sehingga akan mampu melihat persoalan etika atau dapat dikatakan memiliki sensitivitas etis yang baik. Penelitian yang telah dilakukan Arnold dan Ponemon (1991) menunjukkan terdapat hubungan antara penalaran etis dengan persepsi adanya whistle-blowing. Yang mana dilaporkan bahwa auditor intern dengan tingkat penalaran etis lebih baik dapat mengetahui dan mengidentifikasi perilaku yang kurang pantas.

20 34 H 2 : Penalaran etis memiliki pengaruh positif dengan sensitivitas etis Mahasiswa Akuntansi Idealisme dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Idealisme adalah suatu sikap yang menganggap bahwa tindakan yang tepat atau benar akan menimbulkan konsekuensi yang atau hasil yang diinginkan (Forsyth, 1992). Individu yang idealis memiliki prinsip bahwa tindakan yang mereka lakukan tidak mengarah pada tindakan yang berkonsekuensi negatif sehingga tidak merugikan individu lain. Sehingga, apabila individu berada dipilihan yang dapat berakibat negatif terhadap individu lain maka sebisa mungkin seorang idealis akan mengambil pilihan yang paling sedikit mengakibatkan akibat buruk pada individu lain. Individu yang idealis akan sangat memegang teguh perilaku etis dalam profesi yang dijalankannya. Dengan bersikap idealis maka profesi akuntan diartikan memiliki sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan serta mampu untuk menafsirkan situasi yang sedang terjadi dengan tetap mempertimbangkan apakah situasi tersebut etis atau tidak etis. H 3 : Idealisme memiliki pengaruh positif dengan sensitivitas etis Mahasiswa Akuntansi Relativisme dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Relativisme adalah model cara berpikir pragmatis yang beralasan bahwa aturan etika sifatnya tidak universal karena dilatarbelakangi oleh

21 35 budaya yang mana masing-masing budaya memiliki aturan yang berbeda. Relativisme mengacu pada sejauh mana seorang individu menolak aturan moral yang universal untuk memandu perilaku mereka. Relativisme etis sendiri merupakan teori atas tindakan yang dapat dikatakan etis atau tidak, benar atau salah, yang mana tergantung pada pandangan masyarakat itu (Forsyth, 1992). Jadi, relativis individu terkait mengenai tindakan yang akan dilakukan individu pada dasarnya tidak mempedulikan konsekuensi yang muncul atas tindakan yang dilakukannya sehingga individu tidak peduli apakah tindakannya etis atau tidak etis. H 4 : Relativisme memiliki pengaruh negatif dengan sensitivitas etis Mahasiswa Akuntansi Locus of control dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Locus of control adalah keyakinan individu mengenai tindakan individu menghubungkan peristiwa dalam kehidupannya dengan tindakan di luar kendalinya (Rotter, 1966). Locus of control sebagai kendali individu atas pekerjaan dan kepercayaan terhadap keberhasilan diri sehingga (Tsui dan Gul, 1996) dapat diartikan sejauh mana seseorang dapat merasakan hubungan kontinjensi antara tindakan dan hasil yang diperoleh. Locus of control dapat membantu pemahaman akuntan atas munculnya konflik etis serta memberikan keyakinan akuntan atas pentingnya etika sebagai bimbingan yang berpengaruh pada kepatutan profesi akuntan dan audit.

22 36 Locus of control dapat berasal dari internal maupun eksternal individu. Yang paling membedakan dari keduanya adalah hasil dari tindakan individu tersebut. Seseorang yang dicirikan sebagai eksternal percaya bahwa dia adalah korban dari nasib, kesempatan, kekuasaan yang lain dan bahwa dia sedikit memiliki kontrol mengenai nasib baik atau keuntungan pada dirinya (Iswarini dan Mutmainah, 2013). Hal ini diharapkan bahwa mahasiswa yang internal lebih mengetahui masalah etika daripada mahasiswa yang eksternal yang menerima setiap kejadian berasal dari tingkah laku di luar dirinya. H 5 : Locus of control berpengaruh terhadap sensitivitas etis Mahasiswa Akuntansi Perbedaan Sensitivitas Etis antara Mahasiswa Akuntansi yang telah mempunyai pengalaman kerja dan yang belum mempunyai pengalaman kerja Sensitivitas etis dianggap sebagai kemampuan individu untuk mengetahui situasi disekitarnya apakah etis atau tidak etis. Dengan kemampuan tersebut akan dapat mempengaruhi cara individu tersebut berperilaku etis untuk dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Hal ini menjadi penting bagi mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan untuk memiliki kemampuan mengetahui situasi di lingkungan kerjanya sebagai profesional. Pengalaman kerja dianggap penting untuk meningkatkan sensitivitas etis karena semakin lama bekerja maka auditor lebih konservatif dalam menghadapi dilema etika (Larkin, 2000).

23 37 Perilaku etis mahasiswa dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya yaitu usia, jenis kelamin, dan pengalaman kerja telah diteliti oleh Borkowski and Ugras (1992). Penelitian ini membandingkan antara mahasiswa akuntansi yang belum bekerja dan mahasiswa MBA yang telah memiliki pengalaman kerja, diperoleh hasil bahwa mahasiswa akuntansi bertindak lebih etis daripada mahasiswa MBA. Mahasiswa akuntansi cenderung justice-oriented daripada mahasiswa yang telah memiliki pengalaman kerja. Selain itu, Glover (2002) juga menyatakan bahwa individu yang memiliki lebih banyak pengalaman kerja akan cenderung mempunyai tanggapan etis yang lebih baik. H 6 : Terdapat perbedaan sensitivitas etis antara mahasiswa akuntansi yang belum mempunyai pengalaman kerja dengan mahasiswa akuntansi yang telah mempunyai pengalaman kerja. 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang terkait dengan sensitivitas etis Mahasiswa Akuntansi untuk dapat berperilaku etis telah dilakukan. Shaub et al. (1993) melakukan penelitian tentang pengujian empiris terkait faktor-faktor dari sensitivitas etis auditor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek dari orientasi etika individu, komitmen profesional, dan komitmen organisasi pada kemampuan mereka untuk

24 38 mengenali masalah etika dalam situasi profesional dan pada tingkat kognitif perkembangan moral. Variabel diukur dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada sampel dari 207 auditor di semua tingkat dari Delapan Besar Kantor Akuntan Publik di bagian barat daya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa orientasi etika auditor pada saat memasuki perusahaan mempengaruhi tingkat komitmen, namun tidak satupun dari ketiga faktor ini yang mampu mempengaruhi etika. Dengan demikian, hasil studi ini menunjukkan kebutuhan KAP untuk menekankan lebih besar pada sensitivitas etis akuntan publik, program pendidikan serta untuk mengevaluasi orientasi etis auditor. Ustadi dan Ratnasari (2005) melakukan penelitian terkait analisis faktor-faktor individual terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti pengaruh perbedaan faktor individu mahasiswa terhadap perilaku etis mereka, yang mana faktor individu terdiri dari locus of control, disiplin ilmu, pengalaman kerja dan equity sensitivity. Data dikumpulkan dengan menyebarkan sampel penelitian sebanyak 500 responden program S1 Jurusan Akuntansi dan Manajemen di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Surakarta. Temuan penelitian menunjukkan bahwa (a) locus of control internal mahasiswa akuntansi memiliki perilaku etis yang lebih baik dibandingkan locus of control eksternalnya (b) mahasiswa akuntansi memiliki perilaku lebih etis dibandingkan dengan mahasiswa manajemen (c) terdapat perbedaan signifikasi antara perilaku etis mahasiswa yang belum bekerja

25 39 dibandingkan dengan yang sudah bekerja (d) mahasiswa akuntansi yang termasuk dalam kategori menerima suatu keadaan atau benevolent cenderung lebih etis dibandingkan dengan mahasiswa dalam kategori lebih banyak menuntut atau entitleds. Chan dan Leung (2006) melakukan penelitian terkait pengaruh penalaran etis dan faktor pribadi mahasiswa dengan sensitivitas mereka. tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat perilaku etis individu dengan menggunakan empat model proses psikologi Rest dan lebih memfokuskannya pada satu komponen model tersebut yakni sensitivitas etis. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan 156 kuesioner kepada mahasiswa akhir di dua Universitas besar di Hongkong, yang mana salah satunya tidak ada pelajaran etika sedangkan yang satunya ada. Temuan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan t-test dan u- test yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara penalaran etis mahasiswa dengan sensitivitas etisnya. Falah (2006) melakukan penelitian terkait pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etis terhadap sensitivitas etis dengan mengambil studi empiris dalam pemeriksaan internal. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etis (idealisme dan relativisme) terhadap sensitivitas etis. Pengumpulan data dengan mendistribusikan kuesioner sebanyak 201 kepada para aparatur Bawasda di Pemda Papua. Temuan penelitian ini dianalisis dengan analisis path dan dioperasikan dengan bantuan program AMOS 4.01 yang

26 40 menyatakan bahwa orientasi etis berpengaruh terhadap sensitivitas etis, khususnya relativisme. Marwanto (2007) melakukan penelitian terkait dengan pengaruh pemikiran moral, tingkat idealisme, tingkat relativisme, dan locus of control terhadap sensitivitas, pertimbangan, motivasi dan karakter mahasiswa akuntansi dengan mengambil studi eksperimental pada Politeknik Negeri Samarinda. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner secara langsung sebanyak 145 kuesioner sebagai sampel untuk analisis. Temuan penelitian ini dianalisis datanya dengan regresi berganda dalam SPSS ver. 13 dan menyatakan bahwa pemikiran moral, tingkat idealisme, tingkat relativisme, IPK B dan umur 22 keatas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecenderungan mahasiswa dalam berperilaku etis. Mahasiswa dengan karakter internal lebih dapat menemukan adanya masalah etis dalam skenario audit dibandingkan yang berkarakter eksternal. Dzakirin (2013) melakukan penelitian terkait orientasi idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan dan gender yang mempengaruhi persepsi mahasiswa tentang krisis etika akuntan professional. Tujuan penelitian ini mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi terkait dengan krisis etika yang melibatkan pelanggaran para akuntan. Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan kuesioner sebanyak 143 ke PTN dan PTS di Malang yang telah mengambil mata kuliah audit 1. Temuan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan multiple regression yang menunjukkan bahwa tingkat idealisme dan pengetahuan yang tinggi berpengaruh negatif atas opini

27 41 mahasiswa terkait krisis etika akuntan professional, sedangkan yang memiliki relativisme tinggi masih memperhatikan nilai etika yang berlaku dalam merespon suatu masalah etis sehingga belum tentu memberikan persepsi positif. Iswarini dan Siti Mutmainah (2013) melakukan penelitian terkait dengan pengaruh penalaran etis dan faktor pribadi terhadap sensitivitas etis pada mahasiswa akuntansi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penalaran etis dan faktor pribadi yang dimiliki mahasiswa terhadap sensitivitas etisnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan 200 kuesioner ke beberapa Universitas di Semarang untuk mahasiswa semester 6. Temuan penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis multiple regression pada SPSS ver.17 yang menyatakan bahwa penalaran etis dan faktor pribadi mahasiswa memiliki pengaruh signifikan terhadap sensitivitas etis mereka. TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Tahun Operasional Variabel 1. Shaub et al Locus of control - Demografis - Suasana etis organisasi - Moral reasoning 2. Ustadi dan Perilaku etis Ratnasari - Locus of control - Equity sensitivity - Pengalaman kerja - Disiplin ilmu Data Analisis ANOVA t-test & ANOVA Hasil Penelitian Moral reasoning dipengaruhi oleh LOC, demografis dan suasana etis organisasi. Mahasiswa dengan LOC internal lebih berperilaku etis; mahasiswa akuntansi lebih berperilaku etis dibandingkan mahasiswa manajemen; mahasiswa yang belum bekerja lebih berperilaku etis

28 42 3. Chan dan Leung Ethical sensitivity - Ethical reasoning - Ethical orientation - Locus of control - Demographic 4. Falah Budaya etis organisasi - Idealisme - Relativisme - Sensitivitas etis 5. Marwanto Pemikiran moral - Orientasi etis - Locus of control - Demografis - Sensitivitas moral - Perkembangan moral - Motivasi moral - Karakter moral 6. Dzakirin Orientasi idealisme - Orientasi relativisme - Tingkat pengetahuan - Gender - Persepsi mahasiswa t-test & u-test Path Regresi Berganda Multiple Regression dibandingkan yang sudah bekerja. Tidak ada hubungan signifikan antara penalaran etis mahasiswa dengan sensitivitas etisnya. Orientasi etis yang paling berpengaruh terhadap sensitivitas etis khususnya ialah relativisme, sedangkan idealisme tidak signifikan. Pemikiran moral, idealisme, relativisme, demografis (IPK dan umur) memiliki pengaruh signifikan terhadap kecenderungan mahasiswa dalam berperilaku etis. Tingkat idealisme dan pengetahuan yang tinggi berpengaruh negatif atas opini mahasiswa terkait krisis etika akuntan professional. 7. Iswarini dan Siti Mutmainah Penalaran etis - Idealisme - Relativisme - Locus of control - Demografis - Sensitivitas etis Regresi Berganda Hubungan penalaran etis dan faktor pribadi tersebut signifikan terhadap sensitivitas etis mahasiswa.

29 Kerangka Pemikiran Penalaran Etis Idealisme Relativisme Sensitivitas Etis LOC Pengalaman Kerja Gambar 1: Model Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Moral Kognitif Teori perkembangan moral (moral development), pada awalnya dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of a Child

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang memadai saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di jaman era globalisasi ini, para pelaku profesi harus menjalankan profesinya secara profesional. Para pelaku profesi harus bekerja secara profesional untuk

Lebih terperinci

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan A. Latar Belakang Masalah Peran profesi akuntan sekarang ini, mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Kantor akuntan Publik (KAP) tidak hanya mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertimbangan Etis Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan pertimbangan etis sebab pertimbangan etis merupakan suatu kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman biasanya selalu diiringi dengan perubahan perilaku manusia, dimana seringkali perilaku manusia dikaitkan dengan isu etis, yang mana seorang profesional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapkan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu media yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan diatur oleh kode etik akuntan. Kode Etik Akuntan yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi yang semakin meningkat mendorong munculnya perilaku bisnis baru sehingga akan menimbulkan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring dengan kebijakan politik pemerintah untuk mendesentralisasi keuangan ke daerah sejak tahun 2001,dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Etika Keraf (1998) dalam Bakri dan Hasnawati (2015) menyebutkan bahwa ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi. a. Etika Deontologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa dikecewakan oleh pihak lain. Auditor yang memiliki profesi sebagai penyedia jasa pemeriksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia global serta tuntutan profesi dalam menghasilkan profesi akuntan yang baik, maka dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Auditing didefinisikan sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Auditor merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Auditor merupakan ujung tombak dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transparansi dan akuntabilitas sangat dibutuhkan dalam pengelolaan keuangan negara guna mewujudkan stabilitas ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Komitmen Profesi Akuntan Publik Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota dituntut untuk memiliki komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi tantangan yang semakin berat sehingga dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompentensi, orientasi etika, profesionalisme dan komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional dalam menjalankan perannya. Peran akuntan sebagai penyedia informasi keuangan sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal tahun 1970-an dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahas tentang latar belakang penelitian yang. penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat

BAB I PENDAHULUAN. membahas tentang latar belakang penelitian yang. penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan membahas tentang latar belakang penelitian yang melatar belakangi dilakukannya penelitian, fenomena yang terjadi, empiris dari penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai kinerja organisasi diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaiki melihat kurangnya good corporate governance (Yulianti, 2006). Salah

BAB I PENDAHULUAN. diperbaiki melihat kurangnya good corporate governance (Yulianti, 2006). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dilihat dari laporan keuangan apakah memperoleh laba atau tidak. Laporan keuangan sangat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap profesi diharuskan untuk dapat bekerja secara profesional dan memiliki keahlian dan kemampuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk melakukan tindakan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Semua perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Literatur 2.1.1 Etika Auditor Munawir (1995), mengemukakan etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak yang terkait, terutama informasi yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak yang terkait, terutama informasi yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan pihak luar berkewajiban untuk memberikan informasi yang setransparan mungkin kepada pihak-pihak yang terkait,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam kehidupan sehari hari. Etika dapat memberikan suatu orientasi kepada manusia untuk menjalani serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu profesi, dalam menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan

Lebih terperinci

PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN

PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DAN PERKEMBANGAN MORAL TERHADAP DYSFUNCTIONAL BEHAVIOR DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI Feny Widyawati 12133100061 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berat, oleh karena itu perbaikan kompetensi seiring

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berat, oleh karena itu perbaikan kompetensi seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini dan masa mendatang profesi akuntan menghadapi tantangan yang semakin berat, oleh karena itu perbaikan kompetensi seiring perubahan global perlu ditingkatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan harus memiliki integritas, independen dan bebas dari semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan profesionalisme harus selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK ETIKA BISNIS DAN PROFESI 1 PPAK Pengertian Etika Etika bisa berarti sama atau berbeda dengan moralitas. Pengertian 1: Etika = moralitas Etika berasal dari kata Yunani Ethos (jamak: ta etha) yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki pemahaman yang sangat penting dan mendalam. Munculnya skandal Enron dan WorldCom dan beberapa kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai profesi harus mengedepankan prilaku etis dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi, permasaran, keuangan, pemerintahan, dan lain-lain. Perilaku dan tindakan etis setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan. Salah satu yang menjadi sorotan profesi ini yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah suatu perilaku sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan. Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan Belanda, jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B PENGARUH LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN PROFESI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (SURVEI PADA KANTOR AKUNTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan etika.etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan etika.etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan semakin meningkat, baik dalam perusahaan maupun dunia bisnis. Agar bisa mengurangi persaingan tersebut maka dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Persaingan pada dunia kerja di Indonesia yang semakin tinggi memberikan tuntutan kepada setiap individu agar mampu mempersiapkan diri baik secara teori maupun praktik,

Lebih terperinci

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: Legal Framework Akuntan > Prinsip Etika Akuntan KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Pemberlakuan dan Komposisi Pendahuluan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan misi yang dimilikinya saat ini menghadapai tantangan kompetisi global dunia usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macamusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi Akuntan dan Auditor tentunya menjadi pilihan mahasiswa Akuntansi untuk meneruskan jenjang karirnya. Maraknya kasus-kasus keuangan membuat para calon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut bekerja secara profesional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

Lebih terperinci

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. PENGERTIAN ETIKA ETIKA Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi Etika Sebagai subjek : Untuk menilai apakah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat berlangsungnya proses pembentukan karakter seseorang melalui

BAB I PENDAHULUAN. tempat berlangsungnya proses pembentukan karakter seseorang melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena dunia pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 0 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan berisi informasi internal penting perusahaan yang akan digunakan oleh pihak-pihak berkepentingan seperti pemegang saham, manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi informasi dalam mewujudkan kelancaran aktivitas perusahaan juga semakin penting. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku bisnis maupun bagi para kalangan masyarakat yang bukan pelaku bisnis. Dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Etika dan Perilaku Etis Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya adalah adat istiadat kebiasaan yang baik. Etika bisa di artikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Auditor mengumpulkan bukti dalam waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti tersebut untuk membuat suatu Audit Judgement. Audit Judgement merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa pada dasarnya merupakan subyek atau pelaku di dalam pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus bangsa, mahasiswa sebagai generasi

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi

KODE ETIK PSIKOLOGI. Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog

Lebih terperinci

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis menimbulkan persaingan yang cukup tajam. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis dituntut untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat istiadat/

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat istiadat/ BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Etika Etika dalam bahasa latin adalah ethica, yang berarti falsafah moral. Asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan perilaku etis antara mahasiswa akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai auditor yang profesional, seorang auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme profesi. Profesionalisme suatu profesi diwujudkan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme profesi. Profesionalisme suatu profesi diwujudkan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Profesi akuntan Indonesia pada masa yang akan datang menghadapi tantangan yang semakin berat, untuk itu diperlukan kesiapan yang menyangkut profesionalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Praktek-praktek dalam dunia bisnis seringkali dianggap sudah menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia bisnis merupakan dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya loyalitas karyawan menjadi salah satu masalah dalam dunia bisnis yang melibatkan banyak kepentingan didalamnya. Jika ketidakloyalitasan karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keputusan etis (ethical decision) merupakan keputusan yang baik secara legal maupun moral yang dapat diterima oleh masyarakat luas (Trevino, 1986). Profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas atau perusahaan dan memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsisten tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi dari kinerja

Lebih terperinci

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Dalam bab ini, peneliti juga mempelajari penelitian yang dilakukan sebelumnya: 1. Andi Kartika (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong munculnya pelaku bisnis baru, sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001). Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia usaha yang sangat pesat para pelaku bisnis dituntut untuk lebih transparan dalam mengolah laporan keuangan usahanya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan di Indonesia sekarang menghadapi tantangan yang semakin berat. Tantangan tersebut adalah berikut ini. Pertama, World Trade Organization (WTO),

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya komputer pada tahun UKDW

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya komputer pada tahun UKDW Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pemrosesan dalam era globalisasi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya komputer pada tahun 1955 sebagai alat

Lebih terperinci