BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta melekat dengan sebutan Kota Pelajar yang dikarenakan banyaknya Universitas Tinggi Negeri maupun Swasta, Sekolah Tinggi, Institut serta Akademi. Menurut data Badan Pusat Statistik (Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka) tahun 2015 terdapat 3 Perguruan Tinggi Negeri yaitu Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Sedangkan Perguruan Tinggi Swasta terdapat 20 Perguruan Tinggi Swasta yaitu Universitas Islam Indonesia, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Universitas Janabadra, Universitas Proklamasi 45, Universitas Atmajaya, Universitas Cokroaminoto, Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Widya Mataram, Universitas Wangsa Manggala, Universitas Kristen Immanuel, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Universitas PGRI Yogyakarta, Universitas Teknologi Yogyakarta, Universitas Respati Yogyakarta, Universitas Dirgantara Indonesia serta Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Kota pelajar adalah kota yang mampu menerima proses pembauran budaya dari berbagai etnis pendatang. Kota ini menyediakan sarana pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah dan tinggi untuk mendukung animo masyarakat luar yang berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di kota ini. Yogyakarta harus menyediakan tempat tinggal sementara bagi mahasiswa. Kebutuhan tempat tinggal sejenis kos dan asrama menjadi kebutuhan utama bagi pendatang. Kota ini ternyata sudah menjadi pusat berkumpulnya pelajar dari berbagai daerah yang tinggal sementara, baik di rumah pondokan maupun di rumah asrama. Suasana Kota pendidikan benar-benar terasa. Mahasiswa-mahasiswa tersebut tersebar di berbagai sudut Kota dan ada kecenderungan tinggal di sekitar kampus masingmasing. Yogyakarta tempat berkumpulnya mahasiswa dari berbagai daerah, dalam setiap tahunnya selalu dituju banyak pelajar yang ingin meneruskan studi di Kota ini. Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta menjadi alternatif pilihan selanjutnya bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan tingkat tinggi. Pada perkembangannya pelajar yang melanjutkan pendidikan di Kota Yogyakarta tidak hanya berasal dari wilayah di sekitar Yogyakarta atau Indonesia saja, namun juga terdapat pelajar-pelajar dari luar negeri. Beberapa pelajar

2 dari luar negeri yang melanjutkan pendidikan di Yogyakarta antara lain berasal dari wilayah ASEAN yaitu Malaysia, Philipina, dan Thailand. Mayoritas mahasiswa dari Thailand yang melanjutkan pendidikan di Yogyakarta saat ini kebanyakan merupakan mahasiswa yang beragama Islam. Kondisi ini disebabkan adanya faktor sejarah, budaya dan politik yang terjadi di Thailand sehingga berdampak pada perilaku tersebut. Berawal dari perkembangan masyarakat Muslim di Thailand dimana berdasarkan data yang ada, persebaran komunitas muslim di Thailand terserak ke dalam 77 Provinsi, mulai dari Chiang Mai, Chiang Rai, dan Mae Hong Son di utara, Khon Kaen di timur laut, Tak, Ayyutthaya, Nakhon, Nayok, Chachoengsao, Chon Buri, dan Bangkok di tengah, Phuket, Ranong, Phang Nga dan Krabi di tepi laut Andaman (Barat daya Thailand). Selanjutnya, komunitas muslim di Thailand juga ada di Nakhon Si Thammarat, Surat Thani, dan Songkhla hingga Satun, Patani, Yala, dan Narathiwat yang lokasinya berdekatan dengan negara Malaysia. Meski komunitas muslim di Thailand tersebar di beberapa Provinsi, namun ketika berbicara tentang muslim Thailand, lazimnya orang langsung merujuk kepada muslim Patani, Yala, dan Narathiwat yang berada di Thailand Selatan. Jumlah penganut agama Islam di ketiga Provinsi tersebut mencapai sekitar 85% dari jumlah total muslim di Thailand Selatan. Dengan demikian wajarlah kalau secara umum, komunitas muslim di tiga wilayah Provinsi tersebut dapat dianggap sebagai representatif dari muslim Thailand. Bahkan wilayah Patani, Yala, dan Narathiwat dianggap sebagai basis massa muslim terkuat yang terletak di Thailand bagian selatan (Papayok, 2012) Secara historis, minoritas muslim Thailand yang tinggal di Thailand Selatan tidaklah berakar yang sama dengan bangsa Thailand pada umumnya, baik dari segi agama, bahasa, maupun budayanya. Muslim di Thailand merupakan bagian dari Bangsa Melayu karena secara geografis, tempat tinggalnya berbatasan dengan negara Melayu Malaysia. Letak geografis yang demikian itulah menyebabkan ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu rasa keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga sosial, budaya, dan politik di Thailand. Sebelum abad ke-18, kaum muslim yang berada di Thailand Selatan merupakan bagian dari kerajaan muslim Patani. Namun setelah abad ke- 18, atau tepatnya sejak tahun 1902, sesuai dengan perjanjian Inggris-Siam maka Siam secara resmi mengambil alih negara-negara yang ada di Melayu Utara, seperti: Patani, Narathiwat, Songkhla, Yala, dan Satun untuk kemudian menjadi Provinsi di Thailand. Sementara negara Melayu Utara yang lain, seperti Kedah, Kelantan, Perlis, dan Terengganu oleh Inggris dimasukkan sebagai bagian dari Malaysia. Adanya kondisi yang

3 demikian inilah menyebabkan akhirnya sampai sekarang, kaum muslim yang semula di bawah kekuasaan kerajaan muslim Patani berubah menjadi di bawah kekuasaan kerajaan Thailand. Dengan demikian, dari segi politik, mereka merupakan bagian dari bangsa Muangthai. Bahkan secara definitif, kaum muslim yang dulu di bawah kekuasaan kerajaan Patani, sejak tahun 1902 M dimasukkan kedalam kekuasaan kerajaan Thailand yang waktu itu diperintah oleh Chulalongkorn atau Raja Rama V. Selama berada di bawah kekuasaan pemerintahan Thailand yang menganut agama Buddha sebagai agama resmi negara, komunitas muslim di Thailand Selatan merasa diberlakukan tidak adil sebagai kaum minoritas (Helmiati, 2011). Adanya perubahan status tersebut, ternyata dalam perjalanan waktu menimbulkan persoalan baru yang sampai sekarang ini menjadi ganjalan, baik dari pemerintah Thailand sendiri maupun dari komunitas muslim di Thailand Selatan pada khususnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan agama dan tradisi sehingga menyebabkan hubungan antara muslim Thailand dengan mayoritas etnis Thailand yang beragama Buddha senantiasa diliputi kecurigaan. Di satu sisi, masyarakat Patani khususnya diberlakukan tidak adil karena mereka diharuskan untuk menerima Budhaisasi di segala bidang. Hal ini tentunya sangat sulit mereka terima. Dampak dari penolakan ini berimbas pada sektor ekonomi yang mana Patani menjadi jauh tertinggal dibandingkan dengan wilayah lain yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Buddha. Persoalan pendidikan yang tertinggal juga menjadi persoalan yang serius bagi warga Patani. Sedangkan pada sisi yang lain (dari pihak pemerintah) merasa apa yang telah dilakukan tersebut (Buddhaisasi) itu dalam rangka penyatuan etnik. Adanya perbedaan sudut pandang ini tampaknya akan menjadi persoalan serius bagi prospek penguatan proses homogenisasi etnik (Bambang, 2010). Adanya problematika-problematika diatas menyebabkan sejumlah komunitas muslim di Patani membuat gerakan-gerakan untuk bangkit melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan dari pemerintah Thailand. Bentuk perlawanan itu diawali dengan munculnya Gerakan Rakyat Patani (GRP) yang didirikan oleh Haji Sulong pada tanggal 3 April Dengan melalui Gerakan Rakyat Patani, Haji Sulong bersama dengan para pemimpin muslim lainnya menandatangani petisi untuk menuntut hak-haknya, antara lain pengajuan otonomi penuh, menuntut penerimaan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi disamping bahasa Thai, penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar di wilayah itu, penerapan hukum Islam bagi kaum muslim, merekrut kaum muslim di Provinsi-Provinsi yang dikuasai muslim dengan komposisi 85%, dan membentuk Dewan Muslim yang khusus mengurusi persoalan-persoalan spesifik kaum muslim.

4 Selanjutnya organisasi lain yang muncul dikalangan kaum minoritas muslim Thailand adalah Patani United Liberation Organization (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP), Barisan Revolusi Nasional, dan masih banyak lagi organisasi lainnya. Pada intinya, tujuan adanya organisasi kelompok tersebut adalah adanya keinginan kaum minoritas muslim di Thailand untuk memisahkan diri dari kerajaan Thai. Hal ini dikarenakan kaum muslimin melihat adanya keengganan pemerintah untuk memberikan kebebasan dalam mengamalkan ajaran agamanya dan mengungkapkan aspirasi budaya mereka. Dengan perkataan lain dapat dimaknai bahwa pemerintah berusaha menjauhkan Islam dari penganutnya dan melakukan pelumpuhan budaya yang dimiliki umat Islam. Selain itu juga tindakan birokrat lokal yang tidak simpatik seringkali menimbulkan banyak kesulitan (Helmiati, 2011). Meski berbagai upaya kaum minoritas muslim di Thailand telah melakukan berbagai perlawanan terhadap pemerintah, namun sampai sekarang hasilnya belum memuaskan. Meski kondisinya demikian, namun usaha mereka yang belum membuahkan hasil tersebut tidaklah menyurutkan semangat muslim Patani untuk bangkit dari kepurukan. Salah satu usaha yang masih menyisakan harapan adalah melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi muslim Patani untuk mengembangkan ilmu pendidikan Islam yang lebih layak. Untuk mewujudkan harapannya itu lalu Lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Patani, Thailand Selatan, berkunjung ke Indonesia (dalam hal ini dengan Menteri Agama Republik Indonesia). Tujuan dari kunjungannya itu adalah untuk melakukan kerjasama dibidang dakwah, pembangunan, pendidikan dan kebudayaan, pengembangan Bahasa Melayu dan Indonesia, haji, dan sektor ekonomi. Salah satu alasan Indonesia menjadi alternatif kerjasama bagi muslim Patani adalah karena adanya kesamaan agama (Islam) dan kemiripan dalam hal bahasa (Melayu). Dengan adanya kemiripan itulah maka dengan mencontoh Indonesia yang serba plural ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk perdamaian di Thailand Selatan. Kerjasama dibidang pendidikan inilah yang menjadi salah satu penyebab relatif banyak warga masyarakat dari Patani yang menimba ilmu diberbagai Perguruan Tinggi negeri di Yogyakarta (seperti di UIN Sunan Kalijaga, UGM, dan UNY) serta Perguruan Tinggi swasta yang berlabel Islam di Yogyakarta, antara lain di Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Republika, 2013). Seiring dengan banyaknya mahasiswa dari Thailand khususnya mahasiswa muslim, selanjutnya berdirilah Organisasi Mahasiswa Islam Patani di Indonesia. Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia yang berada di

5 Daerah Istimewa Yogyakarta, dan seluruh Indonesia itu adalah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan bagi Umat Melayu Patani. Organisasi mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan selurah Indonesia itu adalah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan bagi Umat Melayu Patani didirikan pada 25 September 1972M. Sebagai Buku Pedoman Anggota yang Edisi Khusus Komunitas Versi Indonesia memiliki pasang surut dari generasi kegenerasi upaya memperkenalkan dan memahami tentangan aksi dan reaksi. Sebagai tantangan dan hambatan kepada Umat Melayu Patani yang datang melanjutkan studi di Indonesia (PMIPTI, 2013). Disisi lain Persatuan Organisasi Mahasiswa Islam Patani mempunyai tujuan yang paling esensi dan mendasarkan yaitu sebagai wadah untuk mempersiapkan diri atau memproduk Kader-kader kepemimpinan dan Tokoh pemikiran sebagai tokoh masyarakat yang mampu dan sanggup membela nasib Umat Melayu Patani. Justru Organisasi ini adalah organisasi yang menjunjung tinggi nilai Keislaman sehingga mampu mengaktualisasi diri kepada masyarakat dan mengembang potensi anggota baik aspek intektual upaya Meningkatkan Kualitas, Loyalitas dan Moralitas Kepemimpinan Dalam Membentuk Kesatuan Yang Progresif untuk mencurah dan membangun Masyarakat Patani sebagai Adil, Makmur, Aman, Damai dan Sejahtera (PMIPTI, 2013). Perkembangan Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta berkembang menjadi organisasi yang secara mandiri mampu mendidik anggotanya untuk menjadi pribadi yang memiliki semangat dan tekad sesuai dengan visi dan misi organisasi. Namun demikian, selain berusaha untuk mewujudkan misi organisasi, secara individu para mahasiswa memiliki tujuan secara pribadi terhadap pendidikan yang dijalaninya, yaitu meraih gelar kesarjanaan dan keterampilan tertentu yang nantinya menjadi bekal dalam menempuh kehidupannya di masa datang. Tujuan organisasi dan tujuan individu kadang seiring, namun tidak selalu beriringan, sehingga mahasiswa anggota organisasi tersebut harus mampu memilih dan memilah perilaku yang dijalaninya sehingga mengarah pada tujuan tertentu. Dalam suatu organisasi khususnya organisasi mahasiswa, tentunya memiliki pola hubungan atau interaksi di dalam organisasi tersebut yang selain mengarah pada pencapaian tujuan organisasi namun juga untuk mencapai tujuan individual anggotanya. Interaksi sosial yang terjadi dalam PMIPTI berupa hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorang antara kelompok manusia dalam PMIPTI. Suatu interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi

6 seperti PMIPTI karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari sangat membutuhkan bantuan dan petunjuk dari orang lain. Kehidupan anggota PMIPTI dalam keseharian terjadilah interaksi antar anggota sebagai bentuk beradaptasi dan berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu. Pola interaksi atau hubungan dalam organisasi yang telah menjadi pakem atau suatu rujukan berperilaku anggotanya selanjutnya akan menjadi suatu budaya organisasi. Suatu pola interaksi akan menjadi suatu budaya organisasi jika di dalam nya telah tercakup adalah suatu kepercayaan atau nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota serta aturan-aturan bagi anggota untuk berperilaku dalam organisasi (Moeljono, 2005). Hasil observasi peneliti kepada PMIPTI diperoleh beberapa kebiasaan yang mencerminkan budaya organisasi yang terdapat di PMIPTI yang mungkin berbeda dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan lainnya. Salah satu bentuk kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa anggota PMIPTI adalah adanya diskusi antar anggota yang dilakukan setiap hari, setiap pekan, dan setiap bulan. Diskusi-diskusi harian biasanya membahas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh anggota pada hari tersebut, yaitu mencoba memecahkan masalah yang terjadi pada mahasiswa pada hari itu. Sedangkan diskusi mingguan dan bulanan biasanya dilakukan dengan agenda diskusi tersendiri yang telah disusun oleh tim perumus diskusi pada kepengurusan PMIPTI. Wawancara awal peneliti dengan Ketua PMIPTI Yogyakarta menyebutkan bahwa forum diskusi mingguan dan bulanan merupakan ajang bertemunya para anggota PMIPTI serta sebagai wadah untuk bertukar pikiran tentang program PMIPTI baik yang bersifat internal yaitu tentang PMIPTI maupun yang bersifat umum, seperti perkembangan masyarakat Islam Patani dan sebagainya. Selama ini tingkat kehadiran anggota dalam diskusi mingguan dan bulanan sangat baik yaitu rata-rata 85% dihadiri oleh seluruh anggota. Disebutkan pula bahwa salah satu daya tarik kehadiran anggota pada diskusi tersebut adalah sebagai ajang untuk bertemu dengan teman satu asal sebagai pelepas rindu, sekaligus sebagai ajang untuk mengungkapkan harapan dan pandangan anggota tentang topik yang didiskusikan. Organisasi PMIPTI sebagai suatu bentuk struktur sosial yang terjadi pada masyarakat mahasiswa Thailand di Indonesia, secara tidak langsung memiliki peran terhadap prestasi belajar mahasiswa Thailand di Indonesia. Peran tersebut dapat berbentuk peran positif yaitu berperan terhadap peningkatan prestasi belajar mahasiswa, namun juga dapat berperan negatif yaitu penurunan prestasi belajar mahasiswa. Perjalanan kehidupan PMIPTI menyebabkan timbulnya suatu budaya organisasi

7 yang mengatur pola hidup dan interaksi antar anggotanya, sehingga pola hidup dan interaksi tersebut akan berbenturan dengan budaya yang ada pada masing-masing kampus dari mahasiswa Thailand yang berbeda-beda. Budaya organisasi PMIPTI merupakan suatu ciri khas dari kebiasaan-kebiasaan, perilaku, ritual atau pola interaksi yang harus dilakukan atau dipatuhi oleh anggota PMIPTI, disisi lain terdapat kepentingan dari anggota PMIPTI untuk menyelesaikan tujuan lainnya secara individu yaitu menyelesaikan sekolah dengan prestasi belajar yang baik. Budaya organisasi dalam PMIPTI jika sesuai dengan pola kehidupan mahasiswa pada kampus mereka masing-masing tentunya mendorong tercapainya tujuan belajar dari mahasiswa. Namun sebaliknya, jika ternyata budaya organisasi PMIPTI berseberangan dengan pola kehidupan mahasiswa di kampus, maka budaya organisasi PMIPTI menjadi faktor yang menghambat pencapaian tujuan belajar dari mahasiswa. Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa keberadaan lembaga mahasiswa berperan terhadap munculnya kebiasaan atau perilaku pada anggotanya. Penelitian tersebut antara lain penelitian Seda Sumer (2009) melakukan penelitian dengan judul International student s psychological and sociocultural adaptation in the Unites States yang menyimpulkan bahwa mahasiswa asing yang belajar di USA mengalami perbedaan budaya dan agama sehingga mereka mengalami kesulitan dalam melakukan adaptasi khususnya dalam budaya belajar di USA. Badan konseling psikologi dan budaya terbukti memiliki peran dalam membantu mahasiswa asing untuk melakukan adaptasi budaya di USA. Ly Thi Ran (2008) meneliti tentang Mutual Adaptation of International Students and Academics for the Sustainable Development of International Education. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adaptasi yang menguntungkan antara pelajar asing dengan proses akademik dapat meningkatkan kenyaman pembelajaran oleh pelajar asing. Peran adaptasi pelajar asing dilakukan oleh institusi lembaga pembelajaran serta organisasi pada pelajar asing tersebut. Ly Thi Ran (2013) yang meneliti tentang International Student Adaptation to Academic Writing in Higher Education. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan adaptasi mahasiswa internasional dalam menulis tugas belajar dan tugas akhir adalah adanya rekan dari satu wilayah, adalah instittusi pembinaan, dan organisasi mahasiswa dari Negara atau asal yang sama. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tarik ulur budaya organisasi PMIPTI dimana mahasiswa memiliki tujuan secara komulatif terhadap

8 PMIPTI serta tujuan individual mahasiswa anggota PMIPTI dan dampaknya pada prestasi belajar siswa. Peneliti tertarik untuk menggangkat penelitian sosiologi dengan tema representasi budaya organisasai Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailand (PMIPTI) di Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan bahwa organisasi mahasiswa Islam Thailand (PMIPTI) di Yogyakarta disatu sisi akan membantu mahasiswa dari Thailand untuk beradaptasi dengan lingkungan belajar baru, namun disisi lain muncul tanggung jawab yang harus diemban oleh mahasiswa berdasarkan keberadaannya dalam organisasi PMIPTI. Pemenuhan kepentingan organisasi (PMIPTI) dan kepentingan individual mahasiswa yaitu kebutuhan prestasi belajar tentunya menjadi suatu dilema bagi mahasiswa anggota PMIPTI dalam memprioritaskan kepentingan mereka, apakah mendahulukan kepentingan organisasi, kepentingan individu atau berjalan bersama-sama. Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta? 2. Apakah dimensi pendukung dan penghambat dalam representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta? 3. Bagaimanakah peran budaya organisasi terhadap motivasi belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui dimensi pendukung dan penghambat dalam representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui peran budaya organisasi terhadap motivasi belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta.

9 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang budaya organisasi pada lingkungan mereka serta kaitannya dengan motivasi belajar mahasiswa. 2. Bagi kalangan akademisi Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pemikiran tentang interaksi sosial budaya organisasi terhadap motivasi belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta melekat dengan sebutan Kota Pelajar yang dikarenakan banyaknya Universitas Tinggi Negeri maupun Swasta, Sekolah Tinggi, Institut serta Akademi.

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Kota Yogyakarta yang memiliki julukan kota pelajar di Indonesia hingga saat ini, telah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi budaya organisasi pada organisasi mahasiswa dari Patani Thailand Selatan PMIPTI. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Thailand adalah Thailand Selatan. Kawasan ini memiliki panjang

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Thailand adalah Thailand Selatan. Kawasan ini memiliki panjang BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI WILAYAH 1. Geografis Thailand memiliki 2 Kawasan wilayah yakni Thailand Utara dan Thailand Selatan. Salah satu Kawasan yang menjadi pusat peradaban Islam di Thailand adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut dan merialisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan. Justru

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut dan merialisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan. Justru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari manusia tidak terlepas dari masalah ekonomi. Begitu juga dalam sebuah masyarakat, selalu ada kegiatan ekonomi yang dilakukan

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam di Thailand paling tidak memiliki sejarah sejak abad ke 15 M. Selama itu juga Islam tumbuh di wilayah ini dipengaruhi oleh lingkungan baik secara

Lebih terperinci

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Thailand (Muangthai) adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan termasuk anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN). Pemerintahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia. Manusia mengungkapkan keinginan, pesan, ide, gagasan, dan perasaan kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan melihat fenomena yang terjadi dunia saat ini, dimana perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan melihat fenomena yang terjadi dunia saat ini, dimana perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan melihat fenomena yang terjadi dunia saat ini, dimana perdagangan pasar bebas mulai terbuka dikarenakan oleh dampak globalisasi yang terjadi sekarang. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan pengembangan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan manusia harus mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan manusia harus mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari manusia tidak terlepas dari masalah ekonomi. Begitu juga dalam sebuah masyarakat, selalu ada kegiatan ekonomi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nyata terbentang antara negara Thailand dengan negara Indonesia tidaklah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nyata terbentang antara negara Thailand dengan negara Indonesia tidaklah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbekal tekad dan semangat untuk menuntut ilmu, jarak toturial yang nyata terbentang antara negara Thailand dengan negara Indonesia tidaklah menyurutkan keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perguruan tinggi swasta sekarang yang semakin pesat dan ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus meningkatkan kemampuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok dan bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri, namun

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG Jl. Terusan Rancagoong II No. 1 Gumuruh, Bandung-Jawa Barat Telp. 022-7313774 e-mail : absbandung@gmail.com Website : www.absbandung.sch.id Profil Aisyiyah Boarding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami skripsi ini, maka secara singkat terlebih dahulu penulis akan menguraikan dan menjelaskan istilah-istilah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. SIMPULAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simpulan dan rekomendasi terhadap penelitian yang berjudul Dampak Sinhala Only Act Solomon Bandaranaike Terhadap Etnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

I. PENDAHULUAN. juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, dan I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu

BAB I PENDAHULUAN. dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk menghubungkan atau interaksi individu dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu berurusan dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. POLITIK HUKUM BAB I TENTANG PERSPEKTIF POLITIK HUKUM OLEH: Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. Politik Hukum Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan, serta memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai. pembangunan, khususnya sejak kepemimpinan Bupati Suyoto.

BAB I PENDAHULUAN. Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai. pembangunan, khususnya sejak kepemimpinan Bupati Suyoto. BAB I PENDAHULUAN Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai diperbincangkan di berbagai media nasional. Beragam prestasi pembangunan baik dalam lingkup daerah, nasional hingga internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi

I. PENDAHULUAN. demokrasi. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan, bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi. Hal ini dipertegas

Lebih terperinci

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 12/SK/K01-SA/2003 TENTANG PERNYATAAN MENGENAI KODE ETIK ANGGOTA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Sumatera Selatan; Yth. Ketua DPRD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini, teknologi dan informasi semakin berkembang sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para mahasiswa telah

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992 diubah menjadi UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Pergantian tersebut dikarenakan UU No 25

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan. merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan. merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami peleburan dengan masyarakat Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar yang berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. luar yang berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota Medan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Medan di kenal sebagai kota pendidikan karena tersedianya sarana pendidikan yang begitu maju dalam tingkat pendidikannya sehingga membuat banyaknya mahasiswa dan

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini mengambil latar belakang akan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk hidup dalam tatanan sistem pemerintahan yang baik dan dapat mengatasi sejumlah persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan bernegara. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melancong atau pindah dari suatu Negara ke Negara yang lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melancong atau pindah dari suatu Negara ke Negara yang lain dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi. Perubahan menuntut individu untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi. Perubahan dapat terjadi pada siapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dikenal sebagai bangsa besar dengan masyarakat dan bahasa yang beragam. Di antara keragaman itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan

PENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi hubungan internasional, dimana hubungan internasional terus berkembang seiring berjalannya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONFLIK

BAB IV ANALISIS KONFLIK BAB IV ANALISIS KONFLIK A. Posisi Konflik Posisi konflik yang berkepanjangan antara Pemerintah Thailand dengan Masyarakat Muslim Patani dapat dianalisis melalui 2 (dua) perspektif; Pertama dari prespektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

DIAN AMELIA F

DIAN AMELIA F CULTURE SHOCK DAN PERILAKU KOPING PADA MAHASISWA ASING SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : DIAN AMELIA F 100 030 033 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diembannya, manusia akan sulit menjalankan kehidupannya pada saat ia

BAB I PENDAHULUAN. yang diembannya, manusia akan sulit menjalankan kehidupannya pada saat ia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Pendidikan dibutuhkan oleh manusia sejak usia dini sampai dengan usia lanjut. Tanpa pedidikan yang diembannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah salah satu bentuk amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan Tinggi. Fungsi utama UMY adalah pendidikan, penelitian

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Fenomena kepadatan penduduk merupakan permasalahan yang sudah tidak asing terjadi di kota kota di Indonesia terutama yang berada

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Khususnya di Semarang atau PMIPTI Semarang adalah sebuah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan.

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masjid adalah salah satu lambang Islam. Ia adalah barometer atau ukuran dari suasana dan keadaan masyarakat muslim yang ada di sekitarnya. Maka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merantau adalah tipe khusus dari migrasi dengan konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris atau bahasa asing manapun. Merantau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni 113 PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil kajian ini, pada akirnya peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, yakni sebagai berikut: 1. wacana gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah bangunan bisa memiliki posisi sentral dalam mempengaruhi suatu peristiwa penting. Dalam skala individu hal itu bisa jadi karena bangunan tersebut menyimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berkomunikasi laksana bernapas bagi manusia. Suatu kegiatan yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara tercermin dalam keseluruhan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara tercermin dalam keseluruhan lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang. Sebagian besar masyarakatnya masih berada di bawah garis kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk bisa menjadikan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia dan watak bangsa (Nation Character Building). Harkat dan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia dan watak bangsa (Nation Character Building). Harkat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, dewasa ini semakin pesat dan menuntut semua pihak agar bisa dan siap bersaing di era globalisasi. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi kemahasiswaan dibagi menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan ekstra kampus. Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi yang baik. Cronbach di dalam bukunya Educational psychology

BAB I PENDAHULUAN. prestasi yang baik. Cronbach di dalam bukunya Educational psychology BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berusaha tentunya mempunyai tujuan untuk di capai, seperti halnya kata prestasi harus melalui usaha yang dinamakan belajar untuk mendapatkan prestasi yang baik.

Lebih terperinci

Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN

Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN Hak milik yang paling berharga bagi suatu perguruan tinggi adalah kebebasan, otonomi, dan budaya akademik (academic culture). Milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif dan laju. keunggulan agar dapat bertahan dalam persaingan, terlebih pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif dan laju. keunggulan agar dapat bertahan dalam persaingan, terlebih pada saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif dan laju persaingan dalam dunia usaha mengharuskan perusahaan untuk memiliki keunggulan agar dapat bertahan

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

PERSEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP PERBANKAN SYARIAH PERSEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP PERBANKAN SYARIAH (Studi kasus di Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada

Lebih terperinci

Sinopsis (Back Cover)

Sinopsis (Back Cover) Sinopsis (Back Cover) Peran kelompok Islam di Cina kembali terkuak dengan adanya reformasi di Cina. Kebijakan reformasi Deng Xiaoping berhasil memunculkan Cina sebagai negara yang maju dan menandingi Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah daerah untuk menata dan memberikan warna tersendiri dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah daerah untuk menata dan memberikan warna tersendiri dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Era otonomi daerah yang mensaratkan pemekaran dan pembentukkan daerah untuk mengurus daerahnya terus menjadi agenda kontemporer. Semangat tersebut akan menjadi ajang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang ada. Pengetahuan merupakan unsur terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang ada. Pengetahuan merupakan unsur terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk memiliki pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman

Lebih terperinci

Membangun Kemitraan Antar Umat Beragama

Membangun Kemitraan Antar Umat Beragama Membangun Kemitraan Antar Umat Beragama Saya sangat gembira mendapatkan undangan dari Pascasarjana UMY, untuk diajak berbicara tentang kerukunan umat beragama. Namun sayang sekali, saya tidak bisa menyiapkan

Lebih terperinci

Kelahiran dan Pertumbuhan Perguruan Tinggi

Kelahiran dan Pertumbuhan Perguruan Tinggi Kelahiran dan Pertumbuhan Perguruan Tinggi Saya yakin pejabat pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan pendidikan tinggi di Indonesia, baik Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan pembangunan Indonesia dimasa mendatang akan lebih bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan menatap masa depan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lainnya, maupun perjalanan antar benua banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemberdayaan masyarakat lokal yang diisyaratkan oleh Undangundang. Nomor 32/2004 telah menuntut pihak praktisi pengembang masyarakat, baik itu aparat pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Penyebaran Islam yang terjadi di Asia Tenggara menghasilkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya lokal sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis

Lebih terperinci

28 Oktober 1928, yaitu sumpah pemuda. Waktu itu, sejarah mencatat betapa masingmasing

28 Oktober 1928, yaitu sumpah pemuda. Waktu itu, sejarah mencatat betapa masingmasing ==============dikirim untuk Harian Kedaulatan Rakyat============== Semangat Sumpah Pemuda, Masihkah Diperlukan? Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd HARI ini bangsa dan rakyat Indonesia memperingati

Lebih terperinci