BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Indra Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta melekat dengan sebutan Kota Pelajar yang dikarenakan banyaknya Universitas Tinggi Negeri maupun Swasta, Sekolah Tinggi, Institut serta Akademi. Menurut data Badan Pusat Statistik (Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka) tahun 2015 terdapat 3 Perguruan Tinggi Negeri yaitu Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Sedangkan Perguruan Tinggi Swasta terdapat 20 Perguruan Tinggi Swasta yaitu Universitas Islam Indonesia, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Universitas Janabadra, Universitas Proklamasi 45, Universitas Atmajaya, Universitas Cokroaminoto, Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Widya Mataram, Universitas Wangsa Manggala, Universitas Kristen Immanuel, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Universitas PGRI Yogyakarta, Universitas Teknologi Yogyakarta, Universitas Respati Yogyakarta, Universitas Dirgantara Indonesia serta Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Kota pelajar adalah kota yang mampu menerima proses pembauran budaya dari berbagai etnis pendatang. Kota ini menyediakan sarana pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah dan tinggi untuk mendukung animo masyarakat luar yang berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di kota ini. Yogyakarta harus menyediakan tempat tinggal sementara bagi mahasiswa. Kebutuhan tempat tinggal sejenis kos dan asrama menjadi kebutuhan utama bagi pendatang. Kota ini ternyata sudah menjadi pusat berkumpulnya pelajar dari berbagai daerah yang tinggal sementara, baik di rumah pondokan maupun di rumah asrama. Suasana Kota pendidikan benar-benar terasa. Mahasiswa-mahasiswa tersebut tersebar di berbagai sudut Kota dan ada kecenderungan tinggal di sekitar kampus masingmasing. Yogyakarta tempat berkumpulnya mahasiswa dari berbagai daerah, dalam setiap tahunnya selalu dituju banyak pelajar yang ingin meneruskan studi di Kota ini. Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta menjadi alternatif pilihan selanjutnya bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan tingkat tinggi. Pada perkembangannya pelajar yang melanjutkan pendidikan di Kota Yogyakarta tidak hanya berasal dari wilayah di sekitar Yogyakarta atau Indonesia saja, namun juga terdapat pelajar-pelajar dari luar negeri. Beberapa pelajar
2 dari luar negeri yang melanjutkan pendidikan di Yogyakarta antara lain berasal dari wilayah ASEAN yaitu Malaysia, Philipina, dan Thailand. Mayoritas mahasiswa dari Thailand yang melanjutkan pendidikan di Yogyakarta saat ini kebanyakan merupakan mahasiswa yang beragama Islam. Kondisi ini disebabkan adanya faktor sejarah, budaya dan politik yang terjadi di Thailand sehingga berdampak pada perilaku tersebut. Berawal dari perkembangan masyarakat Muslim di Thailand dimana berdasarkan data yang ada, persebaran komunitas muslim di Thailand terserak ke dalam 77 Provinsi, mulai dari Chiang Mai, Chiang Rai, dan Mae Hong Son di utara, Khon Kaen di timur laut, Tak, Ayyutthaya, Nakhon, Nayok, Chachoengsao, Chon Buri, dan Bangkok di tengah, Phuket, Ranong, Phang Nga dan Krabi di tepi laut Andaman (Barat daya Thailand). Selanjutnya, komunitas muslim di Thailand juga ada di Nakhon Si Thammarat, Surat Thani, dan Songkhla hingga Satun, Patani, Yala, dan Narathiwat yang lokasinya berdekatan dengan negara Malaysia. Meski komunitas muslim di Thailand tersebar di beberapa Provinsi, namun ketika berbicara tentang muslim Thailand, lazimnya orang langsung merujuk kepada muslim Patani, Yala, dan Narathiwat yang berada di Thailand Selatan. Jumlah penganut agama Islam di ketiga Provinsi tersebut mencapai sekitar 85% dari jumlah total muslim di Thailand Selatan. Dengan demikian wajarlah kalau secara umum, komunitas muslim di tiga wilayah Provinsi tersebut dapat dianggap sebagai representatif dari muslim Thailand. Bahkan wilayah Patani, Yala, dan Narathiwat dianggap sebagai basis massa muslim terkuat yang terletak di Thailand bagian selatan (Papayok, 2012) Secara historis, minoritas muslim Thailand yang tinggal di Thailand Selatan tidaklah berakar yang sama dengan bangsa Thailand pada umumnya, baik dari segi agama, bahasa, maupun budayanya. Muslim di Thailand merupakan bagian dari Bangsa Melayu karena secara geografis, tempat tinggalnya berbatasan dengan negara Melayu Malaysia. Letak geografis yang demikian itulah menyebabkan ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu rasa keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga sosial, budaya, dan politik di Thailand. Sebelum abad ke-18, kaum muslim yang berada di Thailand Selatan merupakan bagian dari kerajaan muslim Patani. Namun setelah abad ke- 18, atau tepatnya sejak tahun 1902, sesuai dengan perjanjian Inggris-Siam maka Siam secara resmi mengambil alih negara-negara yang ada di Melayu Utara, seperti: Patani, Narathiwat, Songkhla, Yala, dan Satun untuk kemudian menjadi Provinsi di Thailand. Sementara negara Melayu Utara yang lain, seperti Kedah, Kelantan, Perlis, dan Terengganu oleh Inggris dimasukkan sebagai bagian dari Malaysia. Adanya kondisi yang
3 demikian inilah menyebabkan akhirnya sampai sekarang, kaum muslim yang semula di bawah kekuasaan kerajaan muslim Patani berubah menjadi di bawah kekuasaan kerajaan Thailand. Dengan demikian, dari segi politik, mereka merupakan bagian dari bangsa Muangthai. Bahkan secara definitif, kaum muslim yang dulu di bawah kekuasaan kerajaan Patani, sejak tahun 1902 M dimasukkan kedalam kekuasaan kerajaan Thailand yang waktu itu diperintah oleh Chulalongkorn atau Raja Rama V. Selama berada di bawah kekuasaan pemerintahan Thailand yang menganut agama Buddha sebagai agama resmi negara, komunitas muslim di Thailand Selatan merasa diberlakukan tidak adil sebagai kaum minoritas (Helmiati, 2011). Adanya perubahan status tersebut, ternyata dalam perjalanan waktu menimbulkan persoalan baru yang sampai sekarang ini menjadi ganjalan, baik dari pemerintah Thailand sendiri maupun dari komunitas muslim di Thailand Selatan pada khususnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan agama dan tradisi sehingga menyebabkan hubungan antara muslim Thailand dengan mayoritas etnis Thailand yang beragama Buddha senantiasa diliputi kecurigaan. Di satu sisi, masyarakat Patani khususnya diberlakukan tidak adil karena mereka diharuskan untuk menerima Budhaisasi di segala bidang. Hal ini tentunya sangat sulit mereka terima. Dampak dari penolakan ini berimbas pada sektor ekonomi yang mana Patani menjadi jauh tertinggal dibandingkan dengan wilayah lain yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Buddha. Persoalan pendidikan yang tertinggal juga menjadi persoalan yang serius bagi warga Patani. Sedangkan pada sisi yang lain (dari pihak pemerintah) merasa apa yang telah dilakukan tersebut (Buddhaisasi) itu dalam rangka penyatuan etnik. Adanya perbedaan sudut pandang ini tampaknya akan menjadi persoalan serius bagi prospek penguatan proses homogenisasi etnik (Bambang, 2010). Adanya problematika-problematika diatas menyebabkan sejumlah komunitas muslim di Patani membuat gerakan-gerakan untuk bangkit melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan dari pemerintah Thailand. Bentuk perlawanan itu diawali dengan munculnya Gerakan Rakyat Patani (GRP) yang didirikan oleh Haji Sulong pada tanggal 3 April Dengan melalui Gerakan Rakyat Patani, Haji Sulong bersama dengan para pemimpin muslim lainnya menandatangani petisi untuk menuntut hak-haknya, antara lain pengajuan otonomi penuh, menuntut penerimaan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi disamping bahasa Thai, penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar di wilayah itu, penerapan hukum Islam bagi kaum muslim, merekrut kaum muslim di Provinsi-Provinsi yang dikuasai muslim dengan komposisi 85%, dan membentuk Dewan Muslim yang khusus mengurusi persoalan-persoalan spesifik kaum muslim.
4 Selanjutnya organisasi lain yang muncul dikalangan kaum minoritas muslim Thailand adalah Patani United Liberation Organization (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP), Barisan Revolusi Nasional, dan masih banyak lagi organisasi lainnya. Pada intinya, tujuan adanya organisasi kelompok tersebut adalah adanya keinginan kaum minoritas muslim di Thailand untuk memisahkan diri dari kerajaan Thai. Hal ini dikarenakan kaum muslimin melihat adanya keengganan pemerintah untuk memberikan kebebasan dalam mengamalkan ajaran agamanya dan mengungkapkan aspirasi budaya mereka. Dengan perkataan lain dapat dimaknai bahwa pemerintah berusaha menjauhkan Islam dari penganutnya dan melakukan pelumpuhan budaya yang dimiliki umat Islam. Selain itu juga tindakan birokrat lokal yang tidak simpatik seringkali menimbulkan banyak kesulitan (Helmiati, 2011). Meski berbagai upaya kaum minoritas muslim di Thailand telah melakukan berbagai perlawanan terhadap pemerintah, namun sampai sekarang hasilnya belum memuaskan. Meski kondisinya demikian, namun usaha mereka yang belum membuahkan hasil tersebut tidaklah menyurutkan semangat muslim Patani untuk bangkit dari kepurukan. Salah satu usaha yang masih menyisakan harapan adalah melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi muslim Patani untuk mengembangkan ilmu pendidikan Islam yang lebih layak. Untuk mewujudkan harapannya itu lalu Lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Patani, Thailand Selatan, berkunjung ke Indonesia (dalam hal ini dengan Menteri Agama Republik Indonesia). Tujuan dari kunjungannya itu adalah untuk melakukan kerjasama dibidang dakwah, pembangunan, pendidikan dan kebudayaan, pengembangan Bahasa Melayu dan Indonesia, haji, dan sektor ekonomi. Salah satu alasan Indonesia menjadi alternatif kerjasama bagi muslim Patani adalah karena adanya kesamaan agama (Islam) dan kemiripan dalam hal bahasa (Melayu). Dengan adanya kemiripan itulah maka dengan mencontoh Indonesia yang serba plural ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk perdamaian di Thailand Selatan. Kerjasama dibidang pendidikan inilah yang menjadi salah satu penyebab relatif banyak warga masyarakat dari Patani yang menimba ilmu diberbagai Perguruan Tinggi negeri di Yogyakarta (seperti di UIN Sunan Kalijaga, UGM, dan UNY) serta Perguruan Tinggi swasta yang berlabel Islam di Yogyakarta, antara lain di Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Republika, 2013). Seiring dengan banyaknya mahasiswa dari Thailand khususnya mahasiswa muslim, selanjutnya berdirilah Organisasi Mahasiswa Islam Patani di Indonesia. Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia yang berada di
5 Daerah Istimewa Yogyakarta, dan seluruh Indonesia itu adalah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan bagi Umat Melayu Patani. Organisasi mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan selurah Indonesia itu adalah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan bagi Umat Melayu Patani didirikan pada 25 September 1972M. Sebagai Buku Pedoman Anggota yang Edisi Khusus Komunitas Versi Indonesia memiliki pasang surut dari generasi kegenerasi upaya memperkenalkan dan memahami tentangan aksi dan reaksi. Sebagai tantangan dan hambatan kepada Umat Melayu Patani yang datang melanjutkan studi di Indonesia (PMIPTI, 2013). Disisi lain Persatuan Organisasi Mahasiswa Islam Patani mempunyai tujuan yang paling esensi dan mendasarkan yaitu sebagai wadah untuk mempersiapkan diri atau memproduk Kader-kader kepemimpinan dan Tokoh pemikiran sebagai tokoh masyarakat yang mampu dan sanggup membela nasib Umat Melayu Patani. Justru Organisasi ini adalah organisasi yang menjunjung tinggi nilai Keislaman sehingga mampu mengaktualisasi diri kepada masyarakat dan mengembang potensi anggota baik aspek intektual upaya Meningkatkan Kualitas, Loyalitas dan Moralitas Kepemimpinan Dalam Membentuk Kesatuan Yang Progresif untuk mencurah dan membangun Masyarakat Patani sebagai Adil, Makmur, Aman, Damai dan Sejahtera (PMIPTI, 2013). Perkembangan Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta berkembang menjadi organisasi yang secara mandiri mampu mendidik anggotanya untuk menjadi pribadi yang memiliki semangat dan tekad sesuai dengan visi dan misi organisasi. Namun demikian, selain berusaha untuk mewujudkan misi organisasi, secara individu para mahasiswa memiliki tujuan secara pribadi terhadap pendidikan yang dijalaninya, yaitu meraih gelar kesarjanaan dan keterampilan tertentu yang nantinya menjadi bekal dalam menempuh kehidupannya di masa datang. Tujuan organisasi dan tujuan individu kadang seiring, namun tidak selalu beriringan, sehingga mahasiswa anggota organisasi tersebut harus mampu memilih dan memilah perilaku yang dijalaninya sehingga mengarah pada tujuan tertentu. Dalam suatu organisasi khususnya organisasi mahasiswa, tentunya memiliki pola hubungan atau interaksi di dalam organisasi tersebut yang selain mengarah pada pencapaian tujuan organisasi namun juga untuk mencapai tujuan individual anggotanya. Interaksi sosial yang terjadi dalam PMIPTI berupa hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorang antara kelompok manusia dalam PMIPTI. Suatu interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi
6 seperti PMIPTI karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari sangat membutuhkan bantuan dan petunjuk dari orang lain. Kehidupan anggota PMIPTI dalam keseharian terjadilah interaksi antar anggota sebagai bentuk beradaptasi dan berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu. Pola interaksi atau hubungan dalam organisasi yang telah menjadi pakem atau suatu rujukan berperilaku anggotanya selanjutnya akan menjadi suatu budaya organisasi. Suatu pola interaksi akan menjadi suatu budaya organisasi jika di dalam nya telah tercakup adalah suatu kepercayaan atau nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota serta aturan-aturan bagi anggota untuk berperilaku dalam organisasi (Moeljono, 2005). Hasil observasi peneliti kepada PMIPTI diperoleh beberapa kebiasaan yang mencerminkan budaya organisasi yang terdapat di PMIPTI yang mungkin berbeda dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan lainnya. Salah satu bentuk kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa anggota PMIPTI adalah adanya diskusi antar anggota yang dilakukan setiap hari, setiap pekan, dan setiap bulan. Diskusi-diskusi harian biasanya membahas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh anggota pada hari tersebut, yaitu mencoba memecahkan masalah yang terjadi pada mahasiswa pada hari itu. Sedangkan diskusi mingguan dan bulanan biasanya dilakukan dengan agenda diskusi tersendiri yang telah disusun oleh tim perumus diskusi pada kepengurusan PMIPTI. Wawancara awal peneliti dengan Ketua PMIPTI Yogyakarta menyebutkan bahwa forum diskusi mingguan dan bulanan merupakan ajang bertemunya para anggota PMIPTI serta sebagai wadah untuk bertukar pikiran tentang program PMIPTI baik yang bersifat internal yaitu tentang PMIPTI maupun yang bersifat umum, seperti perkembangan masyarakat Islam Patani dan sebagainya. Selama ini tingkat kehadiran anggota dalam diskusi mingguan dan bulanan sangat baik yaitu rata-rata 85% dihadiri oleh seluruh anggota. Disebutkan pula bahwa salah satu daya tarik kehadiran anggota pada diskusi tersebut adalah sebagai ajang untuk bertemu dengan teman satu asal sebagai pelepas rindu, sekaligus sebagai ajang untuk mengungkapkan harapan dan pandangan anggota tentang topik yang didiskusikan. Organisasi PMIPTI sebagai suatu bentuk struktur sosial yang terjadi pada masyarakat mahasiswa Thailand di Indonesia, secara tidak langsung memiliki peran terhadap prestasi belajar mahasiswa Thailand di Indonesia. Peran tersebut dapat berbentuk peran positif yaitu berperan terhadap peningkatan prestasi belajar mahasiswa, namun juga dapat berperan negatif yaitu penurunan prestasi belajar mahasiswa. Perjalanan kehidupan PMIPTI menyebabkan timbulnya suatu budaya organisasi
7 yang mengatur pola hidup dan interaksi antar anggotanya, sehingga pola hidup dan interaksi tersebut akan berbenturan dengan budaya yang ada pada masing-masing kampus dari mahasiswa Thailand yang berbeda-beda. Budaya organisasi PMIPTI merupakan suatu ciri khas dari kebiasaan-kebiasaan, perilaku, ritual atau pola interaksi yang harus dilakukan atau dipatuhi oleh anggota PMIPTI, disisi lain terdapat kepentingan dari anggota PMIPTI untuk menyelesaikan tujuan lainnya secara individu yaitu menyelesaikan sekolah dengan prestasi belajar yang baik. Budaya organisasi dalam PMIPTI jika sesuai dengan pola kehidupan mahasiswa pada kampus mereka masing-masing tentunya mendorong tercapainya tujuan belajar dari mahasiswa. Namun sebaliknya, jika ternyata budaya organisasi PMIPTI berseberangan dengan pola kehidupan mahasiswa di kampus, maka budaya organisasi PMIPTI menjadi faktor yang menghambat pencapaian tujuan belajar dari mahasiswa. Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa keberadaan lembaga mahasiswa berperan terhadap munculnya kebiasaan atau perilaku pada anggotanya. Penelitian tersebut antara lain penelitian Seda Sumer (2009) melakukan penelitian dengan judul International student s psychological and sociocultural adaptation in the Unites States yang menyimpulkan bahwa mahasiswa asing yang belajar di USA mengalami perbedaan budaya dan agama sehingga mereka mengalami kesulitan dalam melakukan adaptasi khususnya dalam budaya belajar di USA. Badan konseling psikologi dan budaya terbukti memiliki peran dalam membantu mahasiswa asing untuk melakukan adaptasi budaya di USA. Ly Thi Ran (2008) meneliti tentang Mutual Adaptation of International Students and Academics for the Sustainable Development of International Education. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adaptasi yang menguntungkan antara pelajar asing dengan proses akademik dapat meningkatkan kenyaman pembelajaran oleh pelajar asing. Peran adaptasi pelajar asing dilakukan oleh institusi lembaga pembelajaran serta organisasi pada pelajar asing tersebut. Ly Thi Ran (2013) yang meneliti tentang International Student Adaptation to Academic Writing in Higher Education. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan adaptasi mahasiswa internasional dalam menulis tugas belajar dan tugas akhir adalah adanya rekan dari satu wilayah, adalah instittusi pembinaan, dan organisasi mahasiswa dari Negara atau asal yang sama. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tarik ulur budaya organisasi PMIPTI dimana mahasiswa memiliki tujuan secara komulatif terhadap
8 PMIPTI serta tujuan individual mahasiswa anggota PMIPTI dan dampaknya pada prestasi belajar siswa. Peneliti tertarik untuk menggangkat penelitian sosiologi dengan tema representasi budaya organisasai Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailand (PMIPTI) di Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan bahwa organisasi mahasiswa Islam Thailand (PMIPTI) di Yogyakarta disatu sisi akan membantu mahasiswa dari Thailand untuk beradaptasi dengan lingkungan belajar baru, namun disisi lain muncul tanggung jawab yang harus diemban oleh mahasiswa berdasarkan keberadaannya dalam organisasi PMIPTI. Pemenuhan kepentingan organisasi (PMIPTI) dan kepentingan individual mahasiswa yaitu kebutuhan prestasi belajar tentunya menjadi suatu dilema bagi mahasiswa anggota PMIPTI dalam memprioritaskan kepentingan mereka, apakah mendahulukan kepentingan organisasi, kepentingan individu atau berjalan bersama-sama. Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta? 2. Apakah dimensi pendukung dan penghambat dalam representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta? 3. Bagaimanakah peran budaya organisasi terhadap motivasi belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui dimensi pendukung dan penghambat dalam representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui peran budaya organisasi terhadap motivasi belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta.
9 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang budaya organisasi pada lingkungan mereka serta kaitannya dengan motivasi belajar mahasiswa. 2. Bagi kalangan akademisi Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pemikiran tentang interaksi sosial budaya organisasi terhadap motivasi belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta melekat dengan sebutan Kota Pelajar yang dikarenakan banyaknya Universitas Tinggi Negeri maupun Swasta, Sekolah Tinggi, Institut serta Akademi.
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Kota Yogyakarta yang memiliki julukan kota pelajar di Indonesia hingga saat ini, telah mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi budaya organisasi pada organisasi mahasiswa dari Patani Thailand Selatan PMIPTI. Pengumpulan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam di Thailand adalah Thailand Selatan. Kawasan ini memiliki panjang
BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI WILAYAH 1. Geografis Thailand memiliki 2 Kawasan wilayah yakni Thailand Utara dan Thailand Selatan. Salah satu Kawasan yang menjadi pusat peradaban Islam di Thailand adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut dan merialisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan. Justru
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari manusia tidak terlepas dari masalah ekonomi. Begitu juga dalam sebuah masyarakat, selalu ada kegiatan ekonomi yang dilakukan
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam di Thailand paling tidak memiliki sejarah sejak abad ke 15 M. Selama itu juga Islam tumbuh di wilayah ini dipengaruhi oleh lingkungan baik secara
Lebih terperinciberagama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Thailand (Muangthai) adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan termasuk anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN). Pemerintahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia. Manusia mengungkapkan keinginan, pesan, ide, gagasan, dan perasaan kepada orang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan melihat fenomena yang terjadi dunia saat ini, dimana perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan melihat fenomena yang terjadi dunia saat ini, dimana perdagangan pasar bebas mulai terbuka dikarenakan oleh dampak globalisasi yang terjadi sekarang. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan pengembangan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan manusia harus mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari manusia tidak terlepas dari masalah ekonomi. Begitu juga dalam sebuah masyarakat, selalu ada kegiatan ekonomi yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nyata terbentang antara negara Thailand dengan negara Indonesia tidaklah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbekal tekad dan semangat untuk menuntut ilmu, jarak toturial yang nyata terbentang antara negara Thailand dengan negara Indonesia tidaklah menyurutkan keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perguruan tinggi swasta sekarang yang semakin pesat dan ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus meningkatkan kemampuannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok dan bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri, namun
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciPROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG
PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG Jl. Terusan Rancagoong II No. 1 Gumuruh, Bandung-Jawa Barat Telp. 022-7313774 e-mail : absbandung@gmail.com Website : www.absbandung.sch.id Profil Aisyiyah Boarding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami skripsi ini, maka secara singkat terlebih dahulu penulis akan menguraikan dan menjelaskan istilah-istilah dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. SIMPULAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simpulan dan rekomendasi terhadap penelitian yang berjudul Dampak Sinhala Only Act Solomon Bandaranaike Terhadap Etnis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk menghubungkan atau interaksi individu dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu berurusan dengan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang
Lebih terperinciProf.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.
POLITIK HUKUM BAB I TENTANG PERSPEKTIF POLITIK HUKUM OLEH: Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. Politik Hukum Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan, serta memastikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai. pembangunan, khususnya sejak kepemimpinan Bupati Suyoto.
BAB I PENDAHULUAN Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai diperbincangkan di berbagai media nasional. Beragam prestasi pembangunan baik dalam lingkup daerah, nasional hingga internasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan, bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi. Hal ini dipertegas
Lebih terperinciSENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 12/SK/K01-SA/2003 TENTANG PERNYATAAN MENGENAI KODE ETIK ANGGOTA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Sumatera Selatan; Yth. Ketua DPRD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini, teknologi dan informasi semakin berkembang sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para mahasiswa telah
Lebih terperinciSTUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992 diubah menjadi UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Pergantian tersebut dikarenakan UU No 25
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana
Lebih terperinciPELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di
PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan. merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami peleburan dengan masyarakat Kepulauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luar yang berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota Medan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Medan di kenal sebagai kota pendidikan karena tersedianya sarana pendidikan yang begitu maju dalam tingkat pendidikannya sehingga membuat banyaknya mahasiswa dan
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini mengambil latar belakang akan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk hidup dalam tatanan sistem pemerintahan yang baik dan dapat mengatasi sejumlah persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan bernegara. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melancong atau pindah dari suatu Negara ke Negara yang lain dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi. Perubahan menuntut individu untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi. Perubahan dapat terjadi pada siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dikenal sebagai bangsa besar dengan masyarakat dan bahasa yang beragam. Di antara keragaman itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi hubungan internasional, dimana hubungan internasional terus berkembang seiring berjalannya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONFLIK
BAB IV ANALISIS KONFLIK A. Posisi Konflik Posisi konflik yang berkepanjangan antara Pemerintah Thailand dengan Masyarakat Muslim Patani dapat dianalisis melalui 2 (dua) perspektif; Pertama dari prespektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan
Lebih terperinciDIAN AMELIA F
CULTURE SHOCK DAN PERILAKU KOPING PADA MAHASISWA ASING SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : DIAN AMELIA F 100 030 033 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diembannya, manusia akan sulit menjalankan kehidupannya pada saat ia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Pendidikan dibutuhkan oleh manusia sejak usia dini sampai dengan usia lanjut. Tanpa pedidikan yang diembannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah salah satu bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah salah satu bentuk amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan Tinggi. Fungsi utama UMY adalah pendidikan, penelitian
Lebih terperinciAsrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Fenomena kepadatan penduduk merupakan permasalahan yang sudah tidak asing terjadi di kota kota di Indonesia terutama yang berada
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Khususnya di Semarang atau PMIPTI Semarang adalah sebuah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan.
Lebih terperinciINTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi
INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masjid adalah salah satu lambang Islam. Ia adalah barometer atau ukuran dari suasana dan keadaan masyarakat muslim yang ada di sekitarnya. Maka pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merantau adalah tipe khusus dari migrasi dengan konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris atau bahasa asing manapun. Merantau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciPENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni
113 PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil kajian ini, pada akirnya peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, yakni sebagai berikut: 1. wacana gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat
Lebih terperincimasjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah bangunan bisa memiliki posisi sentral dalam mempengaruhi suatu peristiwa penting. Dalam skala individu hal itu bisa jadi karena bangunan tersebut menyimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berkomunikasi laksana bernapas bagi manusia. Suatu kegiatan yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara tercermin dalam keseluruhan lembaga-lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang. Sebagian besar masyarakatnya masih berada di bawah garis kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk bisa menjadikan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia dan watak bangsa (Nation Character Building). Harkat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, dewasa ini semakin pesat dan menuntut semua pihak agar bisa dan siap bersaing di era globalisasi. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi kemahasiswaan dibagi menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan ekstra kampus. Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi yang baik. Cronbach di dalam bukunya Educational psychology
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berusaha tentunya mempunyai tujuan untuk di capai, seperti halnya kata prestasi harus melalui usaha yang dinamakan belajar untuk mendapatkan prestasi yang baik.
Lebih terperinciMembangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN
Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN Hak milik yang paling berharga bagi suatu perguruan tinggi adalah kebebasan, otonomi, dan budaya akademik (academic culture). Milik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif dan laju. keunggulan agar dapat bertahan dalam persaingan, terlebih pada saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif dan laju persaingan dalam dunia usaha mengharuskan perusahaan untuk memiliki keunggulan agar dapat bertahan
Lebih terperinciPeranan hamas dalam konflik palestina israel tahun
Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
PERSEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP PERBANKAN SYARIAH (Studi kasus di Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada
Lebih terperinciSinopsis (Back Cover)
Sinopsis (Back Cover) Peran kelompok Islam di Cina kembali terkuak dengan adanya reformasi di Cina. Kebijakan reformasi Deng Xiaoping berhasil memunculkan Cina sebagai negara yang maju dan menandingi Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah daerah untuk menata dan memberikan warna tersendiri dalam perjalanan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Era otonomi daerah yang mensaratkan pemekaran dan pembentukkan daerah untuk mengurus daerahnya terus menjadi agenda kontemporer. Semangat tersebut akan menjadi ajang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk kehidupan bermasyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang ada. Pengetahuan merupakan unsur terpenting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk memiliki pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman
Lebih terperinciMembangun Kemitraan Antar Umat Beragama
Membangun Kemitraan Antar Umat Beragama Saya sangat gembira mendapatkan undangan dari Pascasarjana UMY, untuk diajak berbicara tentang kerukunan umat beragama. Namun sayang sekali, saya tidak bisa menyiapkan
Lebih terperinciKelahiran dan Pertumbuhan Perguruan Tinggi
Kelahiran dan Pertumbuhan Perguruan Tinggi Saya yakin pejabat pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan pendidikan tinggi di Indonesia, baik Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan pembangunan Indonesia dimasa mendatang akan lebih bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan menatap masa depan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lainnya, maupun perjalanan antar benua banyak dilakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemberdayaan masyarakat lokal yang diisyaratkan oleh Undangundang. Nomor 32/2004 telah menuntut pihak praktisi pengembang masyarakat, baik itu aparat pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Penyebaran Islam yang terjadi di Asia Tenggara menghasilkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya lokal sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis
Lebih terperinci28 Oktober 1928, yaitu sumpah pemuda. Waktu itu, sejarah mencatat betapa masingmasing
==============dikirim untuk Harian Kedaulatan Rakyat============== Semangat Sumpah Pemuda, Masihkah Diperlukan? Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd HARI ini bangsa dan rakyat Indonesia memperingati
Lebih terperinci