BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara Asia Tenggara. Masing-masing negara mempunyai kebijakan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara Asia Tenggara. Masing-masing negara mempunyai kebijakan dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persiapan menuju Komunitas ASEAN 2015 mulai ramai dijalankan di beberapa negara Asia Tenggara. Masing-masing negara mempunyai kebijakan dan caranya masing-masing untuk mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 kepada masyarakatnya. Thailand sangat ambisius dengan Komunitas ASEAN 2015, seperti disebutkan dalam kutipan media daring The Nation 1 bahwa beberapa tahun belakangan ini, tiada hari yang dilalui Thailand tanpa berita mengenai Komunitas ASEAN Jutaan baht dikeluarkan untuk kampanye dan sosialisasi program ini demi mencapai satu tujuan, yaitu untuk menyiapkan negara dan orang Thai dalam Komunitas ASEAN Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, Komunitas ASEAN 2015 telah menjadi prioritas dan kebijakan yang utama. Bisa dibilang acara apa saja yang berunsur Komunitas ASEAN 2015 atau AEC (Asean Economic Community) akan dengan mudah mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. Oleh karena itu juga tidak heran dalam beberapa tahun terakhir di Thailand banyak ditemukan seminar mengenai Komunitas ASEAN Why Thailand is Crazy Over AEC html diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul

2 Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Thailand sangat gencar mempersiapkan masyarakatnya memasuki era Komunitas ASEAN Berdasarkan pengalaman penulis selama berada di Bangkok pada Januari 2014 lalu, penulis dapat dengan mudah melihat pernak-pernik tentang ASEAN di setiap sudut kota Bangkok. Pada tanggal 19 Januari 2014, penulis menaiki perahu di sungai Chao Phraya, di sisi sungai dekat dermaga Sathorn ditemukan satu spanduk besar memanjang yang isinya apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih adalah: Bangkok siap menjadi pusat ASEAN. Di The Mall Tha Phra, juga dilihat satu iklan yang mengajak remaja di Bangkok untuk mempersiapkan kemampuan bahasa mereka, di ประถม Prathom atau sekolah dasar, dan ม ธยม mathayom atau sekolah menengah setingkat SMP dan SMA di Indonesia dapat dijumpai dengan mudah poster-poster tentang bendera ASEAN, mata uang negara-negara di ASEAN, peta negara-negara ASEAN dan pakaian tradisional negara-negara ASEAN. Di tingkat Universitas, misalnya di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat, ditemukan banyak sekali seminar, acara dan diskusi film-film dari negara-negara di Asia Tenggara. Salah satu diskusi film yang penulis ikuti adalah diskusi film Indonesia berjudul 7 hati 7 cinta 7 wanita di perpustakaan Pridi Banomyong Univeristas Thammasat. Mahasiswa di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat ingin lebih mengenal negara-negara tetangganya di Asia Tenggara melalui berbagai macam cara dalam rangka persiapan mereka menuju Komunitas ASEAN

3 B. Rumusan Masalah Penerapan Komunitas ASEAN 2015 tentunya akan memberikan efek yang besar bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya di Negara-negara Asia Tenggara. Mahasiswa sebagai generasi penerus Bangsa adalah orang yang akan menjalani dan merasakan efek langsung setelah Komunitas ASEAN 2015 mulai dijalankan. Adapun pertanyaan besar yang diajukan dalam penelitian ini adalah: siapkah mahasiswa di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat dalam menghadapi Komunitas ASEAN Untuk itu, penulis merumuskan dalam pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana kesiapan lima mahasiswa Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat dalam mempersiapkan diri untuk Komunitas ASEAN 2015? 2. Bagaimana respon pemerintah Thailand dan apa saja program sosialisasi pemerintah Thailand dalam Komunitas ASEAN 2015? C. Tinjauan Pustaka Sejauh ini ditemukan beberapa tulisan yang membahas mengenai Komunitas ASEAN 2015, tetapi penelitian yang fokus pada persiapan mahasiswa di Thailand belum pernah dilakukan. Berikut ini adalah beberapa karya ilmiah yang membahas mengenai Komunitas ASEAN Penelitian mengenai Komunitas Asean 2015 oleh Asean Studies Center UGM yang berjudul Menakar Kesiapan Menuju Masyarakat ASEAN

4 ditulis oleh Desinta Dwi Asriani, MA, dkk. terungkap bahwa 85.3% pelajar dan 45% mahasiswa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak mengetahui tentang adanya Komunitas ASEAN Dari catatan rekomendasi, penulis mengemukakan tiga catatan rekomendasi yang perlu segera direspon, catatan tersebut adalah: (1) Secara struktural penting untuk melakukan sosialisasi secara massif dan sinergi antara pembuat kebijakan pusat dan daerah perlu dilakukan agar jangkauan informasi terkait Komunitas ASEAN mampu mencapai seluruh lapisan masyarakat khususnya pemuda dan di sektor pekerjaan manapun. (2) Secara kultural, peran-peran dalam melakukan mindstreaming wacana masyarakat ASEAN ini dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti Universitas, misalnya dengan memberikan kelengkapan kurikulum kepada mahasiswa terkait dengan pembahasan mengenai masyarakat ASEAN. (3) Pemahaman bahwasanya ASEAN memiliki akar budaya yang sama ataupun beririsan menjadi penting untuk ditingkatkan. Amalia Estetika (2014) dalam skripsinya yang berjudul Pembentukan Sense of Community ASEAN Melalui Program Pertukaran Pemuda Studi Kasus : ASEAN Millenium Leaders College Students Exchange Program membahas tentang bentuk kerjasama ASEAN yang melibatkan pemuda, yaitu program pertukaran pelajar yang dimaksudkan untuk memunculkan sense of community ASEAN. Tulisan Amalia Estetika difokuskan pada program ASEAN Millenium Leaders College Students Exchange Program yaitu pertukaran pelajar dengan jangka waktu yang paling lama dua semester dan pesertanya merupakan pemuda dari seluruh Negara ASEAN. Program ini mengharuskan pesertanya belajar 4

5 mengenai fenomena politik, ekonomi, budaya dan sosial di Negara-negara ASEAN. Pemuda dari setiap Negara harus mempresentasikan negaranya di dalam perkuliahan yang mereka jalani. Aktivitas selama dua semester juga membuat setiap anggota mengenal satu dengan yang lainnya secara lebih intens. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran mengenai ASEAN kepada diri pemuda. Amalia Estetika ingin melihat lebih jauh apakah aktifitas yang dilakukan selama program AMLCSEP dapat menumbuhkan dimensi-dimesi sense of community. Kesimpulannya, menurut Amalia Estetika program pertukaran pelajar AMLCSEP telah menunjukkan perannya dalam memunculkan dimensi-dimensi sense of community ASEAN. Hasil wawancara kepada para peserta program angkatan tahun 2011 memperlihatkan bahwa selama program muncul dimensidimensi sense of community. Seluruh kegiatan yang dijalankan selama satu tahun berdampak bagi adanya minat para responden yang cenderung lebih tertarik untuk mempelajari ASEAN dan bergaul dengan masyarakat ASEAN. Interaksi dan ikatan yang kuat antar pemuda ASEAN merupakan modal besar bagi ASEAN untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam Komunitas ASEAN 2015 yang selama ini hanya berfokus pada pengambilan keputusan diranah elit. Harya Dony Pratama (2014) menulis tentang peran media sosial untuk membagi ide, pendapat dan pemikiran tentang Komunitas ASEAN Komunitas ASEAN 2015 menurut Harya adalah sebuah bingkai kerjasama terintegrasi dimana 10 negara ASEAN akan bekerja sama dalam berbagai program menyeluruh, yaitu program kerasama di bidang politik, keamanan, pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan perdagangan diantara 10 negara terkait. 5

6 Komunitas ASEAN 2015 merupakan sebuah program terintegrasi yang sasaran dan tujuannya banyak diarahkan untuk masyarakat luas, tidak hanya government to government yang selama ini sering dilakukan. Komunitas ASEAN 2015 akan lebih fokus kepada masyarakat luas. Masyarakat merupakan kunci utama keberhasilan Komunitas ASEAN Dalam hal ini ASEAN membutuhkan sebuah media yang efektif dan efisien untuk mensosialisaiskan Komunitas ASEAN Sosialisasi melalui media sosial dirasa sangat penting untuk mengajak masyarakat yang tinggal di sepuluh Negara ASEAN untuk turut aktif berperan serta. Tidak hanya efektif dan efisien, melalui beragamnya fasilitas yang dihadirkan di media sosial, ASEAN dapat dengan mudah membidik masyarakat luas dan generasi muda sebagai kunci utama dalam keberhasilan Komunitas ASEAN Bayu Prajanto (2014) memfokuskan penelitiannya tentang bagaimana pemerintah Indonesia memberikan respon terhadap kerangka kerja yang terdapat di dalam Asean Economic Community atau AEC. Menurut Bayu Prajanto, pemerintah sudah mulai menerapkan kebijakan ekonomi dalam investasi di Indonesia. Kebijakan tersebut antara lain adalah; UU No. 25/2007, PTSP, PP No /207, Perpres No. 36/2010 dan program MP3EI. Kebijakan-kebijakan ini menurutnya adalah kebijakan yang investor-friendly policy karena memberikan banyak keuntungan dan peluang bagi investor. Akan tetapi, melalui kebijakan tersebut pemerintah juga tetap memberikan perlindungan bagi para pelaku usaha domestik agar nantinya tetap memiliki ruang gerak dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN, tanpa memberlakukan deskriminasi kepada investor asing. 6

7 Selain kebijakan yang sudah dijalankan, sebenarnya pemerintah masih mempunyai beberapa kebijakan yang belum ditetapkan, kebijakan tersebut adalah reservation list dan tax holiday, padahal menurut Bayu Prajanto kebijakan tersebut mampu menjadi nilai lebih bagi Indonesia sebagai faktor penunjang daya tarik investasi. Dalam kesimpulan tulisannya, Bayu Prajanto menyebutkan bahwa kunci keberhasilan Indonesia dalam MEA 2015 sangat ditentukan oleh respon pemerintah sebagai bentuk kesiapan menghadapinya. Bentuk kesiapan ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan baru yang ditetapkan, sejauh ini respon pemerintah sangat positif menyikapi MEA 2015 dengan melakukan harmonisasi kebijakan sebagai wujud nyata komitmennya dalam rencana integrasi ekonomi ASEAN. Nguyen Huong Quynh (2014) dalam thesis nya yang berjudul Kebijakan Luar negeri Indonesia dan Vietnam Mewujudkan Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 menyebutkan bahwa kedua negara ini mempunya fokus yang berbeda-beda. Menurutnya, Vitenam dan Indonesia ada kebijakan yang disesuaikan dengan kepentingan masing-masing. Vietnam lebih mengutamakan pilar ekonomi dalam Komunitas ASEAN 2015 nanti, sedangkan Indonesia fokus pada pilar politik dan kemanan di ASEAN. Nguyen berpendapat bahwa ASEAN adalah pasar yang besar yang akan menguji produk-produk dari Vietnam sebelum produk-produk tersebut menyebar ke skala yang lebih besar lagi. Setelah reformasi Doi Moi Vietnam muali terbuka dan kebijakan luar negeri cenderung pada kedaiaman dan kerjasama. Pemerintah Vietnam ingin membangun negara yang mempunyai kehidupan politik stabil untuk perkembangan ekonomi. Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN menurut Nguyen lebih 7

8 berkonsentrasi pada pilar Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN. Dalam berbagai kesempatan Indonesia menjadi mediator penyelesaian konflik di Asia Tenggara seperti pada kasus Kamboja dengan Thailand, kasus Kamboja dengan Vietnam dan lain-lain. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat untuk Komunitas ASEAN Mengetahui sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah Thailand untuk Komunitas ASEAN 2015 E. Kerangka Teori Komunitas Menjadikan anggota-anggota Asean sebagai satu Komunitas Asia Tenggara 2015 tentunya bukan hal yang mudah. Latar belakang sejarah, kehidupan sosial ekonomi dan budaya yang berbeda menjadikan Asia Tenggara menjadi multikultur. Pembentukan ASEAN pada tahun 1967 yang didasarkan atas kesamaan letak geografis hanyalah salah satu dari sekian banyak unsur yang dapat menyatukan Negara-negara di Asia Tenggara ke dalam satu komunitas. Komunitas bisa diartikan sebagai grup lokal dari sekumpulan manusia yang mempunyai kesamaan dalam beberapa atau keseluruhan aspek kehidupannya seperti pendidikan, kehidupan beragama dan institusi yang legal (David, 1941). 8

9 Komunitas Asia Tenggara memerlukan satu identitas yang mewakili semua anggotanya agar hubungan yang terjalin antar anggota semakin kokoh. Disebutkan oleh Michael E. Jones bahwa warga Negara dan pemimpin ASEAN harus kembali mengevaluasi konsep mereka tentang identitas yang tertanam sejak dulu, dan memperbaharuinya untuk masa depan yang lebih baik (Michael, 2004). Menurut Koentjaraningrat, komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas. Istilah komunitas dan masyarakat menurut Koentjaraningrat adalah suatu istilah yang bertumpang tindih. Tetapi istilah masyarakat adalah istilah umum bagi suatu kesatuan hidup manusia, dan karena bersifat lebih luas daripada istilah komunitas. Masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat mantap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa identitas bersama, tetapi komunitas bersifat khusus karena ciri tambahan ikatan lokasi dan kesadaran wilayah (Koentjarningrat, 2000: 148) C.P.F Luhulima dkk (2008) dalam buku Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015 juga menyebutkan definisi lain dari community adalah sharing, participation dan fellowship. Suatu komunitas mengandung tiga karakteristik. Pertama, para anggota suatu komunitas berbagi identitas-identitas, nilai-nilai, dan pengertian-pengertian. Kedua, mereka yang berada di dalam komunitas memiliki berbagai sisi dan hubungan langsung. Ketiga, komunitas menunjukkan suatu resiprositas yang mengekspresikan derajat tertentu kepentingan jangka panjang dan mungkin bahkan altruism (mementingkan 9

10 kepentingan orang lain); kepentingan jangka panjang didorong oleh pengetahuan dengan siapa seseorang berinteraksi, dan altruism dapat dipahami sebagai suatu rasa kewajiban dan tanggung jawab (sense of obligation and responsibility). Komunitas ASEAN 2015 terdiri dari berbagai bangsa yang memiliki identitas dan kebudayaan berbeda satu sama lain. Masing-masing anggota harus memiliki rasa satu identitas dan rasa memiliki terhadap komunitas. McMillan dan Chavis (1986) mengartikan Sense of Community sebagai suatu perasaan bahwa para anggotanya mempunyai rasa memiliki, suatu perasaan di mana para anggota peduli satu sama lain dan pada kelompoknya, dan berbagi kepercayaan bahwa kebutuhan para anggotanya dapat dipenuhi melalui komitmen mereka untuk menjadi bersama. C.P.F Luhulima dkk (2008) menyebutkan Terminologi komunitas merujuk pada pengertian nilai-nilai bersamam norma-norma, dan simbol-simbol yang memberi identitas perasaan kekitaan (sense of we-ness). Keterikatan yang diwujudkan bukannya di antara badan atau institusi, perjanjian atau prosedur, tetapi suatu komitmen, perasaan saling menjaga dan saling berbagi, perasaan saling berpartisipasi dan berbagi kepemilikian, perasaan saling memiliki dan keterikatan, atau dengan kata lain perasaan sebagai satu komunitas. Salah satu kebijakan untuk membangun sebuah komunitas ASEAN yang lebih solid dan akrab adalah memupuk, menggalakkan dan mengembangkan semangat persamaan dan saling membantu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memperbanyak acara dan kegiatan bersama, cepat tanggap jika ada anggota yang mendapat musibah dan kesulitan, menciptakan kegiatan bersama untuk 10

11 menanggulangi masalah-masalah bersama, misalnya masalah Selat Malaka, masalah terorisme, dan masalah pengangguran. Pada kenyataannya komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas gesellschaft, yaitu suatu masyarakat yang terbentuk dari komponen (masyarakat) yang beraneka ragam, namun saling membutuhkan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini perlu diwujudkan dalam saling pertukaran. Oleh karena itu, yang perlu dipikirkan adalah mencari dan menggiatkan saling pertukaran, mencari produk keunggulan serta keahlian khas dari setiap masyarakat negara ASEAN yang memungkinkan. 2 Menurut Selo Sumardjan dalam tulisannya Soerjono Soekanto, komunitas menunjuk pada pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya., dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Soerjono Soekanto menyimpulkan bahwa masyaratakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat (Soerjono, 2006). Tapi menurut C.P.F Luhulima dkk (2008) komunitas tidak hanya ditentukan oleh wilayah, melainkan juga relasional. Jika para anggota komunitas itu saling bertemu dalam artian berinteraksi bertatapan muka itulah komunitas yang sesungguhnya atau yang aktual. Namun komumitas dapat juga sesuatu yang dibayangkan karena para anggotanya tidak saling berinteraksi bertatapan mata, 2 Amri Marzali, Membangun Sebuah Komunitas ASEAN yang Berpusatkan Masyarakat, Seminar Deplu-RI, Jakarta 10 Agustus 2006, hlm

12 melainkan para anggotanya memiliki dalam pikirannya suatu citra mental mengenai kedekatan di antara mereka. Menurut R.M Maclver and Charles H. dalam Soerjono Soekanto (2006), unsur-unsur perasaan komunitas (community sentiment) antara lain sebagai berikut: 1. Seperasan Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagi kelompok kami, perasaan kami dan lain sebagainya. Perasaan demikian terutama timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan hidup, Unsur seperasaan harus memenuhi kebutuhankebutuhan kehidupan dengan altruism, yang lebih menekankan pada perasaan solider dengan orang lain. Pada unsur perasaan kepentingan-kepentingan si individu diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan kelompok sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya. 2. Sepenanggungan Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya; dalam kelompok dijalankan sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri. 12

13 3. Saling memerlukan Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergntung pada komunitas -nya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis. Perwujudan yang nyata dari individu terhadap kelompoknya adalah pelbagai kebiasaan masyarakat, perilaku-perilaku tertentu yang secara khas merupakan ciri masyarakat itu. Contoh yang mungkin dapat memberikan penjelasan lebih terang adalah aneka macam logat bahasa masyarakat setempat. Globalisasi Menurut Robertson (2007), ada tiga karakter globalisasi, pertama adanya dua kecenderungan yaitu meningkatnya koneksi global dan meningkatnya kesadaran global. Pada tahap ini individu sudah mulai menyadari bahwa ada orang lain di luar negara mereka dan mereka berusaha berhubungan dengan orang tersebut. Kedua, globalisasi fokus pada empat poin utama yaitu: nation states, politik dunia, individual dan kemanusiaan. Ketiga, globalisasi didasari oleh empat segi dari kehidupan manusia, yaitu: budaya, sosial, politik dan ekonomi. Melalui proses globalisasi, masyarakat di Asia Tenggara mulai terhubung satu sama lain melalui berbagai macam aspek seperti sosial dan ekonomi. Mobilitas fisik telah dilengkapi dengan mobilitas sosial dan intelektual yang jauh lebih padat dan intensif. Media komunikasi yang semakin canggih telah menyebabkan masyarakat terintegrasi dalam suatu tatanan yang lebih luas, dari yang lokal ke global (Abdullah, 2001). Masyarakat sekarang adalah masyarakat 13

14 yang melek informasi, informasi dari seluruh penjuru dunia dapat tersebar dengan mudah berkat keberadaan teknologi internet yang semakin canggih. Saat ini cukup banyak informasi mengenai Komunitas ASEAN 2015 yang disebar luaskan melalui media seperti internet dan televisi. Menurut penulis, tipe masyarakat yang memanfaatkan media seperti ini adalah masyarakat yang melihat jauh ke depan. Mereka mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa depan dengan berbekal informasi dari sumber-seumber yang terpercaya. Hal ini termasuk juga di beberapa warga negara ASEAN yang dengan gencar mempersiapkan dirinya untuk Komunitas ASEAN 2015 mendatang. Globalisasi telah menjadi kekuatan besar yang membutuhkan respon tepat karena ia memaksa suatu strategi bertahan hidup (survival strategy) dan strategi pengumpulan kekayaan (accumulative strategy) bagi kelompok dan masyarakat (Featherstone, 1921; Hannerz, 1996 dalam Abdullah, 2001). Masyarakat yang mendapatkan informasi cukup akan mempersiapkan dirinya sebagai bentuk dari survival strategy dan accumulative strategy dalam menghadapi Komunitas ASEAN Proses survival strategy dan accumulative strategy inilah yang ingin ditunjukan oleh penulis pada mahasiswa di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Thammasat. Menurut Goldsmith dalam Abdullah (2001) dunia itu bersifat diversitas, salah satu penyebabnya adalah bahasa yang membuat perbedaan dalam cara membuat keputusan dan memecahkan masalah. Faktor lainnya selain bahasa adalah agama, kebudayaan, filsafat dan berbagai barang dan pelayanan yang bervariasi melahirkan diferensiasi secara meluas. Dalam konteks perbedaan ini 14

15 kemampuan adaptasi sangat dibutuhkan karena itu yang menentukan keberhasilan manusia dalam era global, khususnya adaptasi dengan mode komunikasi yang baru. Perbedaan ini pula yang menyebabkan artikulasi diri dan identitas menjadi penting, kemudian memungkinkan seseorang mendapatkan penghargaan sosial ekonomi. Pengaruh dari kecenderungan pembentukan perbedaan ini dapat dilihat pada tiga dimensi yang berbeda, salah satunya adalah perbedaan tampak dari perkembangan jenis (kuantias) pengetahuan yang beragam dan kualitas yang bertingkat-tingkat Abdullah (2001). Oleh karena masyarakat Asia Tenggara adalah masyarakat yang multikultur, mempunyai bahasa yang beragam, budaya yang berbeda dan tentu saja pola pikir yang berbeda, maka hal ini juga akan mempengaruhi adaptasi, dan persiapanpersiapan mahasiswa dalam memasuki Komunitas ASEAN Sosialisasi Peran media masa menjadi sangat penting disini karena dapat menjembatani informasi dari pembuat kebijakan kepada masyarakat. Hal ini berlaku di kedua Negara, baik di Indonesia maupun di Thailand. Keberadaan media massa saat ini sangat membantu kehidupan manusia. Berita-berita terbaru tidak hanya didapatkan dari media konvensional seperti koran, televisi atau radio saja, portalportal berita daring juga kian ramai diakses oleh pengguna internet. Kemudahan dalam mengakses yang tanpa batas waktu dan tempat menjadikan media massa mempunyai satu kekuatan yang cukup besar dalam mempengaruhi opini publik terhadap sesuatu hal. Media massa menyaring apa yang akan disiarkan, para penjaga gawang yang berada di media massa (wartawan) menentukan apa yang 15

16 layak untuk diekspose dan apa yang harus disisihkan. Mereka menentukan seberapa besar suatu isu harus ditonjolkan. Dalam menonjolkan suatu isu, gate keepers ini mereka-reka isu apa yang bakal menarik khalayak sasarannya Susanto (2001). Proses sosialisasilah yang membuat sesorang menjadi tahu bagaimana ia harus bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Proses sosialisasi itu membawa seseorang dari keadaan tak tahu belum terisolir menjadi manusia masyarakat dan beradab. Melalui sosialisasi itu, seseorang secara berangsur-angsur mengenal persyaratan-persyaratan dan tuntutan-tuntutan hidup lingkungan budayanya Bertrand, Alvin (1980:69) Kepribadian terbentuk, hidup dan berubah seirama dengan jalannya proses sosialisasi. Minimal ada empat faktor penting yang menentukan kepribadian, yaitu: 1. Keturunan (warisan biologis) 2. Lingkungan tempat 3. Lingkungan sosial 4. Lingkungan kebudayaan Keempat faktor tersebut mengakibatkan terjadinya proses sosialisasi yang berbeda-beda coraknya dan itu pulalah penyebab timbulnya kepribadian yang beraneka ragam (Bertrand, Alvin 1980:83). Doda (2005) menyebutkan bahwa: socialization is a process of making somebody social and fully human. Or more appropriately, it is a process whereby individual persons learn and are trained in 16

17 the basic norms, values, beliefs, skills, attitudes, way of doing acting as appropriate. Menanggapi Doda, Estetika (2014) secara sosiologi, sosialisai merupakan proses belajar sepanjang masa agar dapat diterima dalam sebuah komunitas sosial. F. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat. Universitas Thammasat Bangkok, Thailand. Universitas Thammasat adalah salah satu Universitas unggulan di Thailand selain Universitas Chulalongkorn dan Universitas Mahidol. Selain di dua Universitas tersebut, observasi dilakukan di Kota Bangkok untuk melihat persiapan mengenai Komunitas Asean Observasi biasanya dilakukan di tempat-tempat umum seperti sekolah, mall, rumah sakit, angkutan umum dan beberapa sudut kota lainnya. 2. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam digunakan untuk menggali data secara menyeluruh dari informan. Wawancara dilakukan dengan dua cara, pertama wawancara yang sudah disiapkan terlebih dahulu pertanyaannya, dan kedua adalah wawancara yang didapat ketika berbicara santai dengan informan. Observasi partisipasi dilakukan untuk mengamati proses 17

18 persiapan tentang Komunitas ASEAN 2015 di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat, kemudian observasi dilakukan di kota Bangkok, Thailand. Data penunjang lainnya penulis dapatkan dari studi pustaka berupa jurnal, buku atau sumber informasi daring di internet. 3. Pemilihan Informan Pengumpulan data dilakukan ketika penulis bekerja sebagai tutor bahasa Indonesia di Pusat Studi Sosial Asia Tenggara. Oleh karena itu penulis mengenal beberapa mahasiswa dari Universitas Thammasat yang belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta. Pengumpulan data juga dilakukan di Univeritas Thammasat selama satu bulan pada tahun Informan dari Universitas Thammasat dipilih berdasarkan kemampuan informan dalam berbicara bahasa Indonesia. Meskipun demikian, wawancara dilakukan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Thai dan bahasa Inggris. Terkadang informan tidak mampu mengungkapkan informasi dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang mudah dimengerti, sehingga informan juga menggunakan bahasa Thai ketika menjawab pertanyaan. Penggunaan beberapa istilah lokal juga banyak ditemukan saat wawancara. Ketika menemui kesulitan ini, penulis kemudian meminta tolong kepada teman Thai yang lain untuk membantu membaca, menjelaskan atau menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sehingga maknanya bisa penulis dapatkan dengan tepat. 18

19 4. Sistematika Penulisan Pada tulisan ini, bab pertama membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, dan metode penelitian. Bab kedua berisi tentang profil dari Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat. Di bab dua juga digambarkan bagaimana keadaan dan suasana di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat kampus Tha Phrachan. Bab tiga, penulis akan membahas tentang Komunitas ASEAN 2015 secara umum, dan profil dari lima mahasiswa jurusan Kajian Asia Tenggara, Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat. Selanjutnya pada bab empat, penulis akan menjelaskan tentang kesiapan mahasiswa di Fakultas Liberal Arts dan sosialisasi mengenai Komunitas ASEAN 2015 di kota Bangkok. Tulisan ini diakhiri di bab lima yang berisi tentang kesimpulan. 19

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini akan membahas mengenai peran organisasi AYFN dalam meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek sentral dan stakeholder utama dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Deddy Mulyana (2001), komunikasi adalah hal mendasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut muncul dan berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis Data merupakan bagian dari penelitian kualitatif untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis data juga

Lebih terperinci

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Modul ke: Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan adalah fenomena

Lebih terperinci

BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA

BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA Winda Candra Hantari, Ali Imron Abstrak Perubahan kecil dalam sebuah konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara khusus, hal ini berarti meningkatkan Sumber Daya Manusia. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Budaya Menurut Linton, budaya adalah sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. (sumber: http://www.lintasberita.web.id/pengertian-budaya-menurut-para-ahli/,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era perkembangan zaman saat ini, seseorang dituntut untuk mobilitas yang tinggi. Dengan didukung dengan adanya sarana transportasi yang baik. Seperti yang terlihat

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif data merupakan bahan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN Nomor:..

KUESIONER PENELITIAN Nomor:.. KUESIONER PENELITIAN Nomor:.. Saudara yang terhormat, Kami mohon bantuan Saudara untuk mengisi kuesioner berikut dengan keadaan yang sebenarnya. Isian kuesioner ini akan kami gunakan untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dengan makin berkembangnya jaman, maka seseorang di tuntut untuk mobilitas yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik. Tampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak terkecuali bangsa Indonesia yang merupakan negara berkembang. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

Jejaring Komunitas sebagai Modal Sosial dalam Strategi Pemasaran CV.Penerbit Ombak Natalia/ Bambang Kusumo Prihandono. Program Studi Ilmu Sosiologi

Jejaring Komunitas sebagai Modal Sosial dalam Strategi Pemasaran CV.Penerbit Ombak Natalia/ Bambang Kusumo Prihandono. Program Studi Ilmu Sosiologi Jejaring Komunitas sebagai Modal Sosial dalam Strategi Pemasaran CV.Penerbit Ombak Natalia/ Bambang Kusumo Prihandono Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Komunikasi adalah seni menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran-saluran dengan harapan mendapatkan umpan balik (feedback) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini penulis akan mengemukakan simpulan dan rekomendasi hasil penelitian yang dirumuskan dari hasil deskrifsi temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan diantara kita menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek DPR RI secara resmi mengesahkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UU sisdiknas ) yang sebelum disahkan UU ini mengundang

Lebih terperinci

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955) 10 Dari kedua pendapat diatas maka penulis mengartikan Partisipasi adalah keikut sertaan (tindakan) yang dilakukan Lembaga, Institusi ataupun individu dalam suatu peristiwa. B. Konsep Peranan Peranan adalah

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan membaca

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Yogyakarta dikenal banyak orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Yogyakarta dikenal banyak orang dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota yang terletak di tengah-tengah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Yogyakarta dikenal banyak orang dengan sebutan Kota Budaya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain dalam kehidupannya. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak lepas dari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, kekuatan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, kekuatan dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Media Relations adalah relasi yang dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, kekuatan dan tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kebutuhan untuk mempertahankan hidup merupakan alasan yang mendasar

BAB I PENDAHULUAN. atau kebutuhan untuk mempertahankan hidup merupakan alasan yang mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang paling dasar bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Kebutuhan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan atau kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. ketertarikan terhadap isu ASEAN khususnya bidang sosial budaya. untuk mencapai tujuan bersama.

BAB VII PENUTUP. ketertarikan terhadap isu ASEAN khususnya bidang sosial budaya. untuk mencapai tujuan bersama. BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa peran AYFN sebagai organisasi kepemudaan di Asia Tenggara adalah sebagai: a. AYFN berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa asing kini memiliki nilai yang sangat penting seiring perkembangan dunia. Kemampuan berbahasa asing menjadi sebuah tuntutan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial merupakan sebuah syarat terjadinya aktivitas sosial. Dalam melakukan interaksi terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu kontak sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting untuk membangun suatu bangsa dan negara yang maju. Peran penting pendidikan di Indonesia terletak pada upaya peningkatan mutu dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media penerima suara dan gambar bergerak yang dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi dan sosial Negara Thailand pada periode 11 (2012-2016) menggunakan konsep pengembangan secara terpadu dan menyeluruh. Aspek pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi PENGANTAR SOSIOLOGI 1. Pengertian Dasar Sosiologi berasal dari kata latin socius dan kata yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman; Logos berarti pengetahuan. Maka sosiologi berarti pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam budaya. Dari Sabang sampai Merauke dapat ditemukan keanekaragaman ciri khas budaya daerah masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Masyarakat dan Pembagian

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. Merokok itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota

Lebih terperinci

Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Manajemen Penyiaran Kajian Terhadap Program Acara Angkringan Gayam di Radio Geronimo

Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Manajemen Penyiaran Kajian Terhadap Program Acara Angkringan Gayam di Radio Geronimo Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Manajemen Penyiaran Kajian Terhadap Program Acara Angkringan Gayam di Radio Geronimo Reisa / Pramono Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang lahir dari produk - produk seperti media cetak dan media elektronik. Produkproduk ini menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEREKONSTRUKSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI PENGUAT KARAKTER BANGSA Citra Maya Pusvitasari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI NGAWI cietmay_puu@rocketmail.com ABSTRAK Bahasa Indonesia saat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI MEDIA MASSA DAN PROSES SOSIALISASI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id PENGERTIAN SOSIALISASI Sosialisasi

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi sosial. Dalam upayanya untuk kreatif, inovatif dan berperan aktif, mahasiswa memerlukan bantuan

Lebih terperinci