BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demutualisasi pada intinya adalah pemisahan antara keanggotaan dan kepemilikan suatu Bursa Efek. Struktur kepemilikan bursa efek kepemilikan yang terbatas pada anggota bursa, menjadi struktur kepemilikan yang lebih luas. Proses demutualisasi akan diikuti perubahan orientasi organisasi dan orientasi nirlaba (non-profit oriented) menjadi berorientasi laba (profit oriented). 1 Perkembangan pasar modal dunia telah memungkinkan tumbuhnya transnational corporations 2 yang tidak lagi memiliki identitas negara asal melalui mekanisme merger dan akuisisi. Dengan globalisasi pasar uang dan pasar modal, yang diikuti pula degan meningkatnya kepiawaian pasar modal, membuat persaingan pasar modal menjadi semakin ketat. Kebutuhan untuk berperan pada kompetisi global dan untuk menyesuaikan diri dengan inovasi di bidang teknologi informasi, memacu pelaksanaan demutualiasi di sejumlah bursa efek di dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, konsep demutualisasi ini telah dimungkinkan dalam rancangan perubahan Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang saat ini telah menjadi final draft. 3 Pasal ini sebelumnya berbunyi: Yang dapat menjadi pemegang saham Bursa Efek adalah Perusahaan Efek yang telah memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek. 1 Irwan Adi Ekaputra, Demutualisasi Bursa Efek Indonesia, Depok: Lembaga Magement Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2 Transnational Corporation adalah any corporation that is registered and operates in more than one country at a time; also called a multinational corporation. A transnational, or multinational, corporation has its headquarters in one country and operates wholly or partially owned subsidiaries in one or more other countries. The subsidiaries report to the central headquarters (korporasi yang terdaftar dan beroperasi di lebih dari satu negara di saat yang bersamaan; juga disebut sebagai korporasi multinasional. Sebuah korporasi transnasional, atau multinasional, memiliki kantor pusat di satu negara dan memiliki kantor cabang yang dioperasikan secara keseluruhan atau sebagian di negara-negara lainnya. Kantor-kantor cabang tersebut nantinya akan menyampaikan laporan ke kantor pusat). diakses dari pada tanggal 9 Maret 2013 pukul Diakses Pasar-Modal pada tanggal 9 Maret 2013 pukul

2 Konsep inilah yang saat ini dianut oleh Bursa Efek Indonesia, dimana para pembuat keputusan di bursa merupakan perusahaan efek yang mana adalah pemain di bursa itu sendiri. Maka untuk melaksanakan demutualisasi, pemerintah dalam final draft RUU Pasar Modal mengubah pasal 8 sehingga berbunyi: Yang dapat menjadi pemegang saham Bursa Efek adalah orang perseorangan dan atau badan hukum. Demutualisasi merupakan isu hangat yang tengah dibicarakan untuk diterapkan pada Burse Efek Indonesia ( BEI ), dan lembaga penunjang lainnya seperti Kustodian Sentral Indonesia ( KSEI ), dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia ( KPEI ). Demutualisasi baik untuk dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan dana yang tidak sedikit di BEI, peningkatan Good Corporate Governance, pengembangan produk, pengembangan infrastruktur, peningkatan nilai saham dan pengembangan pasar modal yang berkelanjutan. Namun dengan kondisi pasar dan regulasi yang ada dalam dunia pasar modal di Indonesia, demutualisasi menemui hambatan untuk dilaksanakan. Terlebih dengan adanya potensi benturan kepentingan yang dapat timbul dalam model demutualisasi yang akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Dikarenakan hal tersebut di atas, dalam skripsi ini, penulis tertarik untuk mengangkat judul Potensi Benturan Kepentingan pada Demutualization Plan Bursa Efek Indonesia guna membahas dan memaparkan fakta-fakta, regulasi serta analisa mengenai demutualisasi dan segala potensi benturan kepentingan yang ada di dalamnya. Penulis sangat berharap bahwa skripsi ini dapat membuka mata mahasiswa Fakultas Hukum, khususnya Universitas Indonesia mengenai keadaan pasar modal di Indonesia dan peluangnya untuk menembus pasar global melalui atau tidak melalui demutualisasi. 1.2 POKOK PERMASALAHAN Rencana Bursa Efek Indonesia untuk melakukan demutualisasi masih menuai pro dan kontra di antara masyarakat dan para pelaku pasar modal. Dalam skripsi ini, penulis akan fokus terhadap 3 (tiga) pokok permasalahan, yaitu: 1) Bagaimana implikasi demuatualisasi terhadap Bursa Efek? 2) Bagaimana potensi benturan kepentingan dalam Bursa Efek Indonesia bila demutualisasi diberlakukan? 3) Bagaimana bursa efek asing seperti Hongkong Exchange and Clearing Limited (HKEx) mengatasi potensi benturan kepentingan pasca demutualisasi?

3 1.3 TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1) Untuk memahami implikasi demutualisasi terhadap bursa efek. 2) Untuk memahami mengenai potensi benturan kepentingan dalam Bursa Efek Indonesia bila demutualisasi diberlakukan dan bagaimana bursa dapat menjawab tantangan tersebut. 3) Untuk memahami bagaimana bursa efek asing seperti Hongkong Exchange and Clearing Limited (HKEx) mengatasi potensi benturan kepentingan pasca demutualisasi. 1.4 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara meneliti dan menganalisis bahan-bahan pustaka di bidang hukum untuk memperoleh data yang digolongkan sebagai data sekunder. Selain menggunakan penelitian yuridis normatif, penulis juga melakukan penelitian lapangan untuk menunjang kelengkapan data. 4 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research). Tahapan penelitian yang pertama untuk memperoleh data sekunder dilakukan melalui penelusuran terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Ketiga bahan hukum tersebut yang akan digunakan sebagai sumber data utama dalam penelitian ini. Adapun bahan-bahan hukum tersebut di atas, antara lain meliputi: 1) Bahan Hukum Primer adalah: Bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang- undangan, dalam hal ini adalah Undang Undang Nomer 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), dan peraturan pelaksana lainnya; 2) Bahan Hukum Sekunder adalah: Bahan- bahan hukum yang berhubungan dengan permasalahan atau isu yang akan diteliti oleh penulis, atau yang menjelaskan bahan hukum primer seperti buku 4 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, cetakan 3, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1986, hal. 51.

4 teks, jurnal, makalah, karya ilmiah, hasil penelitian, dan Rancangan Undang Undang Pasar Modal; dan 3) Bahan Hukum Tersier adalah: Bahan- bahan yang bersifat menunjang bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Pasar Modal, Kamus Bahasa, dan Kamus Hukum. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan penulis dengan cara wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yang berkompeten dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis. Ilmu yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat interdisipliner, karena menggunakan lebih dari 1 (satu) disiplin ilmu, yaitu ilmu hukum dan ilmu ekonomi. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Bab 1: Pendahuluan Bab 2: Demutualization Plan pada Bursa Efek Indonesia Bab 3: Potensi Benturan Kepentingan dalam Demutualization Plan yang akan Dilakukan Bursa Efek Indonesia Bab 4: Pengaturan yang Diterapkan Bursa Efek Asing dalam Mengatasi Potensi Benturan Kepentingan Pasca Demutualization (Hong Kong Exchange and Clearing Limited (HKEx)) Bab 5: Penutup

5 BAB 2 POTENSI BENTURAN KEPENTINGAN DALAM DEMUTUALIZATION PLAN BURSA EFEK INDONESIA DAN PENGATURANNYA 2.1 Demutualisasi Bursa Efek Istilah demutualisasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu demutualization yang artinya merubah sebuah organisasi atau lembaga menjadi korporasi yang dimiliki oleh pemegang saham. 5 Dalam Kamus Finansial, demutualization diartikan sebagai: The process that has come about as the result of many not-for-profit exchanges (a mutual companies owned by groups of members) converting to for profit and then shareholder companies in order to go public. 6 (Sebuah proses dimana sebuah perusahaan yang tidak mencari keuntungan dan dimiliki oleh anggota menjadi perusahaan yang mencari keuntungan dan dimiliki oleh pemegang saham). Perusahaan yang melakukan demutualisasi artinya, pemegang saham, anggota perusahaan dan pengelola manajemen perusahaan merupakan pihak yang berbeda, pembuat keputusan utama perusahaan adalah para pemegang saham melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ). Manajemen perusahaan akan dijalankan oleh Dewan Direksi yang dipilih oleh para pemegang saham, sedangkan anggota perusahaan bisa merupakan pemegang saham itu sendiri, pihak manajemen perusahaan, atau pihak lain di luar perusahaan. Hak suara dalam suatu perusahaan yang telah melakukan demutualisasi berbanding secara proporsional dalam jumlah saham yang melambangkan kepemilikan mereka atas bursa efek tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah one share, one vote. Maka, bila dapat disimpulkan, perbedaan antara perusahaan yang telah melakukan proses demutualisasi dan perusahaan yang belum melakukan proses demutualisasi adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Tabel Perbedaan Perusahaan yang Telah Melakukan Demutualisasi dan Perusahaan yang Belum Melakukan Demutualisasi Diakses dari pada tanggal 28 Febuari 2013 pukul 6 Diakses dari pada tanggal 28 Febuari 2013 pukul

6 NO PERUSAHAAN YANG TELAH MELAKUKAN DEMUTUALISASI 1. Memiliki motif untuk mencari keuntungan (for profit oriented); 2. Saham dapat diperjualbelikan dengan bebas, sehingga kepemilikan saham tidak hanya terbatas pada anggota dari perusahaan; 3. Memungkinkan terjadinya pengalihan saham secara bebas (freely transferable) setelah saham dicatatkan di Bursa Efek; 4. Ada pemisahan yang jelas di antara anggota perusahaan, pemegang saham dan manajemen perusahaan; 5. Penambahan modal dapat dilakukan melalui berbagai sumber. PERUSAHAAN YANG BELUM MELAKUKAN DEMUTUALISASI Memiliki motif untuk tidak mencari keuntungan (non profit oriented); Saham hanya dapat dimiliki oleh anggota dari perusahaan; Pengalihan kepemilikan saham masih terbatas; Pengelolaan perusahaan dilakukan secara bersama-sama, atau dengan kata lain tidak ada pemisahan yang jelas antara anggota perusahaan, pemegang saham, dan manajemen perusahaan; Ada keterbatasan jika ingin melakukan peenambahan modal dari investor yang bukan anggota. Dalam dunia pasar modal, demutualisasi juga bukanlah merupakan hal yang baru. Mengutip pendapat dari Roberta Karmel The world s exchange are demutualizing menunjukkan bahwa bursa efek di dunia tengah melakukan demutualisasi. Demutualisasi pertama di dunia dilakukan oleh Stockholm Stock Exchange pada tahun 1993, dan diikuti oleh Helsinki Stock Exchange pada tahun 1995, The Copenhagen Stock Exchange pada tahun 1996, The Amsterdam Stock Exchange dan Borsa Italiana pada tahun 1997, dan Australian Stock Exchange pada tahun 1998, hal ini terus berkembang dengan pesat pada tahun 2000-an seperti Toronto Stock Exchange dan London Stock Exchange (LSE), serta The Nasdaq Stock Market (Nasdaq), The New York Stock Exchange (NYSE), dan Chicago Board of Trade (CBOT). 7 Demutualisasi diikuti dengan proses perusahaan efek menjadi perusahaan yang listed dimana sahamnya dapat dimiliki oleh publik. Pada tahun 1996, Australian Stock 7 Roberta Karmel, Demutualization-Implication for the Regulation and Governance of Securities Exchanges, 25th IOSCO Annual Conference in Sydney, Australia, 19th May 2000, hal. 3.

7 Exchange mengeluarkan saham dan listed di bursanya sendiri. Pada tahun 2000, London Stock Exchange menjadi fully listed di bursanya sendiri. 8 Menurut Roberta S.Karmel (Professor pada Brooklyn Law School, dan Partner pada Counsel, Kelley, Drye and Warren LLP, NewYork, United States of America), latar belakang suatu bursa efek dalam melakukan demutualisasi adalah: Pertama, demutualisasi akan mengurangi benturan kepentingan yang umum dijumpai pada bursa-bursa yang masih berlandaskan asas mutual. Hal ini dapat dicapai karena proses demutualisasi memungkinkan ditingkatkannya struktur tata kelola perusahaan dan kualitas struktur manajerial perusahaan, sehingga badan usaha yang terbentuk dari demutualisasi adalah badan usaha yang lebih dinamis dan luwes dalam menghadapi tantangan persaingan industri. Kedua, demutualisasi memungkinkan bursa efek untuk berorientasi pada for-profit oriented. Sehingga pricing policy dari produk dan jasa yang ditawarkan oleh bursa efek dapat lebih komersial dan kompetitif. Ketiga, demutualisasi merupakan katalisator dalam pencapaian strategi bisnis yang baru. Dengan demutualisasi suatu bursa efek akan mampu menghimpun dana pengembangan yang dibutuhkannya, terutama untuk memperkuat sumber daya teknologi yang dimilikinya, sehingga bursa efek tersebut akan mampu mengembangkan produk dan jasa yang sesuai dengan permintaan pasar. Keempat, demutualisasi akan membantu anggota bursa untuk mengambil keuntungan lebih jauh dari saham yang dimilikinya, melalui dimungkinkannya jual-beli atas saham bursa efek, yang tidak terbatas hanya pada anggota bursa saja. Pada struktur bursa efek yang berlandaskan asas mutual, saham yang dimiliki oleh anggota bursa tidak dapat memberikan keuntungan lebih jauh bagi para anggota bursa. Bila seorang anggota ingin menjual sahamnya kepada pihak lain, maka ia harus menjual keseluruhan saham yang ia miliki, sedangkan pada bursa efek yang sudah melakukan demutualisasi, pemilik saham dapat menjual hanya sebagian saja dari saham-saham yang ia miliki. Kelima, pihak-pihak eksternal lebih menyukai bursa efek yang telah melakukan demutualisasi sebagai mitra pada program-program strategis, karena nilai dari saham yang diterbitkan dari bursa akan menjadi patokan ukuran keberhasilan bursa efek tersebut sebagai sebuah badan usaha Reena Aggarwal, Demutualization and Corporate Governance of Stock Exchange, June 2002, hal. 9 Ibid, hal. 11.

8 2.2 Implikasi dari Demutualisasi pada Bursa Efek Setiap perubahan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun sebagai manusia, kita pasti akan mengambil keputusan untuk berubah yang memiliki lebih banyak kelebihan daripada kekurangan. Begitu juga dengan demutualisasi. Dalam bagian ini, penulis akan memaparkan mengenai kelebihan dan kekurangan dari demutualisasi bursa efek. Seperti yang telah disebutkan di atas, demutualisasi memiliki banyak kelebihan. Kelebihan dari demutualisasi bursa efek adalah: a. Sarana untuk Menghimpun Dana; b. Fleksibilitas bagi Manajemen dalam Pengembangan Usaha Bursa Efek; c. Meningkatkan Good Corporate Governance; d. Daya Tarik bagi Pihak Ketiga. Sedangkan kekurangan dari demutualisasi bursa efek adalah: a. Demutualisasi dapat Menimbulkan Benturan Kepentingan antara Bursa Efek sebagai Perusahaan yang Bertujuan Mencari Keuntungan dengan Fungsi Pengaturannya; dan b. Demutualisasi dapat Menyebabkan Benturan Kepentingan ketika Bursa Efek Mencatatkan Sahamnya di Bursa Efeknya Sendiri. 2.3 Potensi Benturan Kepentingan pada Bursa Efek yang Melakukan Demutualisasi menurut Para Ahli di Bidang Pasar Modal Terdapat beberapa tipe dari benturan kepentingan yang dapat terjadi di bursa efek setelah bursa melakukan demutualisasi, yaitu: a. Conflict between Business and Regulation Mandates Konflik ini muncul karena adanya benturan kepentingan pada tubuh bursa efek sebagai emiten untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dan bursa efek sebagai SRO yang bertugas untuk membuat dan memberlakukan peraturan internal bagi emiten di pasar. 10 Pada saat bursa efek melakukan demutualisasi, maka salah satu lembaga bursa efek 11 atau semua perusahaan efek akan melakukan go public (tergantung model demutualisasi apa yang dianut oleh bursa efek). Dengan kata lain bursa efek tersebut akan menjadi emiten yang memperjual-belikan sahamnya di pasarnya sendiri. Maka, bukan tidak mungkin bahwa bursa efek yang melakukan 10 Ibid, hal Dalam hal ini, yang termasuk di dalam Lembaga Bursa Efek adalah Bursa Efek Indonesia, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

9 demutualisasi berpotensi untuk gagal dalam melakukan supervising trading dan monitoring terhadap para pelaku pasar modal secara fair. b. Conflict in Administration in Operating Rules Isu yang muncul dari konflik ini adalah mengenai insentif bagi regulator yang berada di bursa efek. Apakah regulator di bursa efek yang menjalankan fungsi regulasi terhadap emiten tersebut memperoleh insentif yang berasal dari keuntungan bursa efek yang bergerak sebagai emiten. Apabila jawaban dari pertanyaan di atas adalah iya, maka hal ini jelas merupakan benturan kepentingan karena insentif yang diperoleh regulator berkaitan dengan keuntungan yang dihasilkan oleh bursa efek itu sendiri. c. Self-Listing Conflict Terdapat dua area konflik dalam bagian ini: 1) The conflict involved in an exchange assesing whether it meets its own listing requirements. ; 2) The conflict arising when an exchange monitors trading in its own stock and makes decisions on whether to review or investigate trading for any reason. 12 Artinya, akan ada keberpihakan saat bursa efek harus menentukan apakah perusahaan efek yang akan listing dan menjadi emiten di bursa efek telah memenuhi seluruh persyaratan untuk listing. d. The Listed Emitens become the Shareholders in Stock Exchange Apabila bursa efek go public, maka saham dari bursa efek akan dijual secara bebas ke masyarakat. Yang akan menjadi masalah adalah apabila emiten yang listed di bursa efek tersebut menjadi pemegang saham pada lembaga bursa efek yang menjadi emiten. Hal ini akan mengakibatkan bursa efek seakan kehilangan taringnya sebagai SRO. Tujuan dari emiten menjadi pemegang saham dari bursa efek adalah untuk secara tidak langsung ikut berkecimpung dalam pengambilan kebijakan pasar. 12 John W. Carson, loc cit., hal. 17.

10 2.4 Potensi Benturan Kepentingan pada Bursa Efek Indonesia apabila Melakukan Demutualisasi menurut Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku dan Peraturan Bapepam IX.E.1 mengenai Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu Benturan kepentingan yang terjadi sebelum bursa efek melakukan demutualisasi tidak dapat dikategorikan sebagai transaksi benturan kepentingan menurut Peratusan Bapepam IX.E.1. Hal tersebut didasarkan karena Bursa Efek Indonesia sebelum melakukan demutualisasi tidak termasuk pada perusahaan terbuka yang listed di bursa. Peraturan Bapepam dibentuk oleh Badan yang mengawasi Pasar Modal untuk mengatur transaksi yang dilakukan oleh perusahaan terbuka, dimana publik merupakan pemegang saham pada perusahaan tersebut. Sesuai dengan alasan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa publik di dalam suatu perusahaan merupakan pihak yang lemah, maka pemerintah harus turut campur untuk melindungi kepentingan publik. Bursa Efek Indonesia dimiliki oleh anggota bursa yang berjumlah kurang lebih 130 perusahaan efek dan tidak pernah melakukan Initial Public Offering, maka Bursa Efek Indonesia bukanlah perusahaan terbuka. Sehingga Peraturan Bapepam tidak berlaku terhadapnya. Maka didasarkan pada alasan di atas, benturan kepentingan yang terjadi dalam tubuh bursa efek sebelum bursa melakukan demutualisasi tidak dapat dikategorikan sebagai benturan kepentingan pada transaksi tertentu. Sedangkan transaksi yang dilakukan oleh lembaga bursa efek setelah melakukan demutualisasi meskipun memenuhi unsur dari transaksi yang mengandung benturan kepentingan, yaitu memenuhi unsur adanya transaksi, mengandung perbedaan kepentingan ekonomis dan dilakukan dengan pihak yang terafiliasi, namun juga termasuk transaksi yang dikecualikan sesuai dengan poin c angka 3 Peraturan IX.E.1 yang berbunyi: Transaksi yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana diatur dalam angka 2 peraturan ini adalah: c. Transaksi yang melibatkan perusahaan atau perusahaan terkendali dengan pihak terafiliasi, jika: 1) Hubungan dan jenis transaksi sudah ada sebelum perusahaan dimaksud mengadakan penawaran umum dan hubungan ini serta sifat hubungan yang berlanjut, telah diungkapkan sepenuhnya dalam prospektus penawaran perdana tersebut; atau 2) Hubungan dan jenis transaksi yang dimulai sesudah penawaran umum, yang telah memperoleh persetujuan pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50% (lima puluh perseratus) saham yang dimiliki pemegang saham independen.

11 Antara holding company yang bergerak sebagai emiten dan lembaga bursa yang bertindak sebagai SRO terdapat hubungan yang sudah ada sebelum emiten tersebut melakukan penawaran umum atau go public. Hubungan tersebut sama halnya antara perusahaan induk dengan perusahaan anak, yang mana perusahaan induk bertugas untuk membentuk kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan anak. Maka sesuai dengan ketentuan di atas, maka potensi benturan kepentingan pada Bursa Efek Indonesia setelah melakukan demutualisasi termasuk pada transaksi benturan kepentingan yang dikecualikan, sehingga tidak perlu memenuhi kewajiban sesuai yang diatur dalam Peraturan Bapepam IX.E.1. Meskipun konflik di atas tidak tergolong transaksi benturan kepentingan menurut peraturan yang berlaku, namun sebelum Bursa Efek Indonesia memutuskan untuk melakukan demutualisasi, para pembuat kebijakan harus membuat pengaturan yang sangat komprehensif guna mencegah konflik di atas terjadi di dalam bursa dan nantinya akan merugikan berbagai belah pihak. 2.5 Ketentuan yang Diterapkan Hong Kong Exchange and Clearing Limited (HKEx) dalam Mengantisipasi Potensi Benturan Kepentingan di dalam Bursa a. The maximum shareholding is 5% unless exempted by SFC Bahwa kepemilikan saham pada Holding Company dari HKEx dibatasi dengan maksimum prosentase sebesar 5%, kecuali dikehendaki lain oleh SFC. Seperti yang telah dijelaskan di atas, SFC atau Securities and Futures Commission merupakan entitas yang sengaja dibentuk oleh pemerintah Hong Kong untuk menjalankan fungsi regulasi, sehingga terdapat kewenangan yang lebih tinggi di dalam bursa, di atas kewenangan yang dimiliki bursa yang bertindak sebagai SRO. Dengan ada batasan ini, maka saham akan dimiliki oleh lebih banyak pihak dan tidak dikuasai oleh pihakpihak tertentu yang ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya bagi dirinya sendiri atau golongannya di luar dividen yang ia peroleh dari HKEx. Hal ini tidak hanya berlaku di Hongkong, namun bursa efek negara tetangga, yaitu Singapore Exchange (SGX) juga menetapkan batasan kepemilikan saham sebesar 5% bagi pemegang saham di SGX. Di Australia, the Financial Services Reform Act menetapkan batasan kepemilikan saham sebesar 15% di Bursa Keuangan dan Fasilitas Kliring dan Penyelesaian. Pemerintah Australia juga memiliki kewenangan untuk

12 menerima atau tidaknya akuisisi yang dilakukan oleh pihak asing didasarkan pada peraturan pada Foreign Takeover Acts. 13 b. The Board of HKEx has public interest directors which are appointed by the Government Di HKEx, terdapat direktur yang mewakili kepentingan umum dan dipilih oleh pemerintah. Apabila suatu saat antara kepentingan umum dan kepentingan bisnis berbenturan, maka kepentingan umum yang harus menang dan didahulukan. Hal ini diatur dalam peraturan perundang-undangan Hong Kong mengenai bursa efek. Selain Hong Kong, SGX juga menerapkan hal yang sama. 14 Hal ini diberlakukan di bursa efek tersebut untuk mencegah bursa efek menjadi sarana para pemegang saham dan orang yang terlibat di dalamnya untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dan menghilangkan esensi dari bursa efek itu sendiri. Bursa efek didirikan oleh pemerintah negara masing-masing pada awalnya untuk menghimpun dana dan mensejahterakan masyarakat. c. The empowerment of Securities Futures Commission (SFC) Untuk menegakkan peraturan yang ada di dalam bursa, HKEx membentuk suatu komisi yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Komisi ini disebut dengan Securities and Futures Commission (SFC), yang merupakan badan independen yang bertanggung jawab untuk mengatur bursa, menjaga integritas bursa, dan legislasi bursa komoditas. Setelah demutualisasi, SFC memegang peranan penting dalam bursa efek. Hal ini dikarenakan segala hal yang berhubungan dengan listing emiten di bursa dan komposisi saham yang dimiliki pemegang saham di Holding Company ditentukan oleh SFC. Hal ini membuat SFC memiliki otoritas khusus di atas otoritas yang dimiliki bursa yang juga berperan sebagai Self Regulatory Organization (SRO). Hong Kong percaya bahwa pengaturan mengenai listing harus dijadikan fokus utama karena dari proses listing inilah sumber pendapatan HKEx diperoleh. Keberadaan entitas independen seperti SFC tidak hanya di Hong Kong, namun juga di Australia. Australia membentuk suatu entitas yang bernama Australia Stock Exchange 13 John W.Carson, loc.cit., hal Ibid, hal.20.

13 Supervisory Review (ASX SR). ASX SR ini betanggung jawab sebagai auditor independen yang menangani regulasi dan benturan kepentingan yang terjadi di tubuh ASX. Amanat yang diberikan kepada ASX SR adalah untuk melaporkan ke ASX Board mengenai 3 area, yaitu: 1) Tinjauan mengenai keputusan listing terhadap perusahaan yang merupakan relasi bisnis atau perusahaan yang merupakan kompetitor dari ASX, agar keputusan yang dibentuk tidak menjadi bias; 2) Tinjauan mengenai pendanaan untuk fungsi regulasi; 3) Tinjauan mengenai pengawasan dan prosedur manual untuk ketelitian dan kelayakan. 15 Baik SFC ataupun ASX SR merupakan Conflict Committee yang dibentuk oleh pemerintah untuk menangani benturan kepentingan yang terjadi dalam bursa mengenai proses listing dari emiten. Komite seperti ini juga dibentuk di bursa efek besar lainnya, seperti di Singapore dan Toronto. d. HKEx s Chairman must be approved by the Chief Excecutive of Hong Kong and the SFC must approve HKEx s Chief Excecutive Officer (CEO) and Chief Operations Officer (COO) 16 Pemerintah Hong Kong menetapkan bahwa Chairman atau Direktur Utama atau orang yang memiliki jabatan tertinggi dalam Board of Directors harus disetujui oleh Chief Excecutive of Hong Kong. Chief Excecutive of Hong Kong adalah adalah Kepala Daerah Administratif Khusus Hong Kong. Posisi ini dibentuk untuk menggantikan posisi dari Gubernur Hong Kong, yang merupakan perwakilan dari Inggris. Beliau dipilih oleh Panitia Pemilihan sesuai dengan Undang Undang Dasar, dan ditunjuk oleh Parlemen Pusat Hong Kong. Chief Excecutive ini bertanggung jawab untuk melaksanakan Undang Undang Dasar, menandatangani tagihan dan anggaran, mangumumkan peraturan perundang-undangan, membuat kebijakan, 17 dan dalam ranah pasar modal, beliau juga berwenang untuk menyetujui eleksi Chairman of HKEx. Sedangkan untuk CEO dan COO harus atas persetujuan dari SFC 15 John W.Carson, loc.cit., hal John W.Carson, loc.cit., hal Government of Hong Kong, Government Structure, 2012, diakses dari pada tanggal 1 Mei 2013 pada pukul

14 2.6 Solusi yang dapat Diberlakukan di Indonesia untuk Meminimalisasi Potensi Benturan Kepentingan Pasca Demutualisasi Bursa Efek Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Bursa Efek Hong Kong dan Bursa Efek besar lainnya di dunia memperbesar keterlibatan pemerintah di dalam bursa yang telah melakukan demutualisasi. Bursa-bursa tersebut percaya bahwa conflict of interest atau benturan kepentingan dapat dicegah dan diatasi dengan membentuk suatu kekuatan yang berada di atas kekuatan bursa. Bahkan Hong Kong berpendapat bahwa sebenarnya benturan kepentingan itu tidak ada, namun diperlukan sebuah peraturan yang komprehensif untuk mencegah kemungkinan terjadinya benturan kepentingan di masa depan. 18 Dengan melihat berbagai fenomena mengenai peraturan yang diimplementasikan di beberapa bursa efek besar di dunia yang telah melakukan demutualisasi, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa langkah yang dapat Indonesia adopsi apabila Indonesia ingin melaksanakan demutualisasi Bursa Efek. Langkah-langkah tersebut adalah: a. Penyesuaian Peraturan Perundang-undangan mengenai Pasar Modal dengan Rencana Demutualisasi Bursa Efek Indonesia; b. Menetapkan Batasan Kepemilikan Saham bagi Calon Pemegang Saham di Holding Company Bursa Efek Indonesia. Tidak hanya itu, namun harus terdapat batasan prosentase saham yang dapat diperjual belikan kepada emiten sebesar 50%, sehingga tidak semua saham yang dimiliki oleh Bursa Efek Indonesia akan dikuasai oleh emitennya sendiri; c. Mentransfer Sebagian atau Seluruh Kewenangan dari SRO Bursa Efek Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai Lembaga Pengawas Pasar Modal; d. Direktur Utama diajukan oleh Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham dan disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan; e. Kepentingan Umum selalu didahulukan daripada Kepentingan Bisnis; f. Alternatif Lain; Holding Company Bursa Efek Indonesia listed di Bursa Asing bukan Bursa Sendiri. 18 John W. Carson, loc.cit., hal 12.

15 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam bab-bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa: Implikasi Demutualisasi terhadap Bursa Efek Terdapat 4 (empat) model demutualisasi yang diterapkan di berbagai bursa efek di dunia. Keempat model tersebut adalah: Direct Demutualization, Investment Holding Company, Operating Holding Company Non SRO, dan Operating Holding Company SRO. Dari keempat model tersebut, Tim Studi Demutualisasi Bursa Efek Bapepam menyatakan bahwa Operating Holding Company Non SRO merupakan model demutualisasi yang paling cocok untuk diterapkan di Bursa Efek Indonesia. Pada Operating Holding Company Non SRO, Lembaga Bursa Efek bersama-sama mendirikan Perusahaan Induk. Perusahaan Induk ini akan menjadi pemegang saham mayoritas di Perusahaan Anak atau Lembaga Bursa Efek. Nantinya, Perusahaan Induk inilah yang akan menjual saham kepada masyarakat dan listed sebagai salah satu emiten di bursa efek. Ciri-ciri dari model Operating Holding Company Non SRO adalah: a. Perusahaan Induk menjalankan kegiatan pendukung dan kegiatan investasi (penyertaan pada Perusahaan Anak), tetapi tidak melakukan kegiatan operasional Lembaga Bursa Efek; b. Perusahaan Induk menetapkan kebijakan umum (policies) berkaitan dengan pengelolaan Perusahaan Anak yang meliputi SDM, hukum, teknologi informasi, riset, pengembangan bisnis, edukasi, publikasi, penyebaran informasi, pemasaran produk dan kegiatan lainnya; c. Perusahaan Induk melakukan kegiatan pendukung bagi semua Perusahaan Anak yang meliputi SDM, hukum, teknologi informasi, riset, pengembangan bisnis, edukasi, publikasi, penyebaran informasi, pemasaran produk dan kegiatan lainnya; d. Perusahaan Anak memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Menyediakan sarana dan fasilitas, menetapkan peraturan, dan menyelenggarakan serta mengawasi kegiatan perdagangan; 2) Menetapkan persayaratan, membina, mengatur, serta mengawasi keanggotaan;

16 3) Menyediakan sarana dan fasilitas, menetapkan peraturan, serta menyelenggarakan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa; 4) Menyediakan sarana dan fasilitas, serta menetapkan peraturan dan menyelenggarakan kegiatan penyimpanan efek dan penyelesaian transaksi bursa; 5) Menyediakan sarana dan fasilitas, menetapkan peraturan serta juga menyelenggarakan kegiatan lainnya yang terkait dengan kegiatan Pasar Modal. Alasan Operating Holding Company Non SRO merupakan model demutualisasi yang paling cocok bagi Bursa Efek Indonesia karena: a. Biaya pengerahan dana yang terkait dengan model ini lebih murah, baik itu biaya untuk melakukan demutualisasi atau private placement ataupun Initial Public Offering (IPO), hal ini dikarenakan semua dilakukan terpusat oleh Perusahaan Induk. Dengan sendirinya model ini dapat mendorong terciptanya efisiensi yang lebih baik karena seluruh kegiatan pendukung yang sebelumnya dimiliki dan dikerjakan oleh masing-masing perusahaan anak akan dikerjakan oleh Perusahaan Induk; b. Dari aspek tata kelola, model ini memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) Kebijakan bagi masing-masing Perusahaan Anak akan lebih terkoordinasi karena adanya Perusahaan Induk. Kebijakan yang dilakukan oleh masingmasing Perusahaan Anak akan mengacu pada kebijakan umum Perusahaan Induk, maka dapat diharapkan adanya keselarasan dan konsistensi dalam menjalankan perusahaan; 2) Perusahaan Induk yang tidak bertindak sebagai Lembaga Bursa Efek akan lebih menjamin adanya kesetaraan perlakuan kepada semua Perusahaan Anak; 3) Pengawasan tata kelola, baik di Perusahaan Induk maupun Perusahaan Anak akan lebih mudah. Terkait dengan tata kelola ini, pengambilan keputusan dalam pembenahan dan pengelolaan kegiatan usaha perusahaan diharapkan akan lebih mudah Benturan Kepentingan dalam Bursa Efek Indonesia bila Demutualisasi Diberlakukan Meskipun demutualisasi merupakan langkah suskses yang telah diambil oleh banyak bursa efek di dunia, namun demutualisasi juga membawa masalah. Masalah utama yang

17 disoroti oleh penulis adalah mengenai potensi benturan kepentingan yang ada di bursa. Maka, terdapat beberapa tipe dari benturan kepentingan yang dapat terjadi di bursa efek setelah bursa melakukan demutualisasi, yaitu: a. Conflict between Business and Regulation Mandates b. Conflict in Administration in Operating Rules c. Self-Listing Conflict d. The Listed Emitens become the Shareholders in Stock Exchange Metode Hongkong Exchange and Clearing Limited (HKEx) mengatasi Potensi Benturan Kepentingan Pasca Demutualisasi Untuk mengatasi benturan kepentingan yang ada di dalam tubuh bursa, HKEx menerapkan beberapa ketentuan, sebagai berikut: a. The maximum shareholding is 5% unless exempted by SFC Bahwa kepemilikan saham pada Holding Company dari HKEx dibatasi dengan maksimum prosentase sebesar 5%, kecuali dikehendaki lain oleh SFC. b. The Board of HKEx has public interest directors which are appointed by the Government Di HKEx, terdapat direktur yang mewakili kepentingan umum dan dipilih oleh pemerintah. Apabila suatu saat antara kepentingan umum dan kepentingan bisnis berbenturan, maka kepentingan umum yang harus menang dan didahulukan. c. The empowerment of Securities Futures Commission (SFC) Untuk menegakkan peraturan yang ada di dalam bursa, HKEx membentuk suatu komisi yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Komisi ini disebut dengan Securities and Futures Commission (SFC), yang merupakan badan independen yang bertanggung jawab untuk mengatur bursa, menjaga integritas bursa, dan legislasi bursa komoditas. d. HKEx s Chairman must be approved by the Chief Excecutive of Hong Kong and the SFC must approve HKEx s Chief Excecutive Officer (CEO) and Chief Operations Officer (COO) John W.Carson, loc.cit., hal. 12.

18 Pemerintah Hong Kong menetapkan bahwa Chairman atau Direktur Utama atau orang yang memiliki jabatan tertinggi dalam Board of Directors harus disetujui oleh Chief Excecutive of Hong Kong. Chief Excecutive of Hong Kong adalah adalah Kepala Daerah Administratif Khusus Hong Kong. 3.2 Saran Maka, berdasarkan kesimpulan di atas, Saran penulis dalam tulisan Potensi Benturan Kepentingan pada Demutualization Plan Bursa Efek Indonesia adalah: Pertama, untuk mengantisipasi potensi benturan kepentingan yang akan terjadi dalam tubuh bursa apabila demutualisasi dilaksanakan, maka harus terdapat ketentuan yang menetapkan batasan kepemilikan saham bagi calon pemegang saham di Holding Company Bursa Efek Indonesia. Hal ini penting untuk mencegah pihak-pihak tertentu menguasai suara di bursa, sehingga bursa efek tidak disetir dan dimanfaatkan untuk kepentingan pihak tertentu. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang telah diterapkan di HKEx, dimana HKEx menetapkan bahwa kepemilikan saham pada Holding Company dari HKEx dibatasi dengan maksimum prosentase sebesar 5%, kecuali dikehendaki lain oleh SFC. Selain pembatasan kepemilikan saham yang dapat dimiliki oleh per pemegang saham, juga harus terdapat pembatasan kepemilikan saham yang dapat dimiliki oleh emiten. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa 50% adalah jumlah yang pantas untuk dapat dimiliki oleh emiten. Sehingga emiten tidak dapat menguasai kebijakan yang akan diambil oleh Bursa Efek Indonesia tanpa sepersetujuan pemegang saham lain yang berasal dari masyarakat. Selain itu bursa juga harus mentransfer sebagian atau seluruh kewenangan dari SRO Bursa Efek Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawas pasar modal. Bila demutualisasi diterapkan, maka harus diikuti dengan empowerment OJK di bidang pengawasan pasar modal, terutama dalam pengawasan mengenai listing-nya emiten di bursa dan pengawasan terhadap pelanggaran yang terjadi di bursa. Kedua, bursa harus menegakkan prinsip-prinsip penting agar bursa efek sebagai penyedia jasa transaksi efek bagi masyarakat tidak bergeser. Dalam melakukan transaksi, baik OJK dan Bursa Efek Indonesia harus memastikan bahwa transaksi yang dilakukan harus mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan bisnis. Ketiga, alternatif lain yang penulis tawarkan adalah Holding Company Bursa Efek Indonesia listed di bursa asing bukan bursa sendiri. Hal ini penting Untuk mengantisipasi

19 benturan kepentingan, terutama dalam proses listing emiten dan pengawasan pelanggaran, maka sebaiknya Bursa Efek Indonesia listing di bursa asing, contohnya Singapore Exchange (SGX). SGX merupakan bursa efek asing yag berada di negara tetangga. Dengan jumlah pernduduknya yang sedikit, maka Singapore mengandalkan investor yang berasal dari luar negeri, terutama Indonesia. Apabila Bursa Efek Indonesia listing di SGX, maka tujuan pemerintah untuk melibatkan masyarakat Indonesia di dalam bursa tetap terpenuhi melihat sebenarnya investor Indonesia banyak yang berinvestasi di Singapore. Selain itu, SGX telah melakukan demutualisasi sejak awal tahun 2000-an, sehibgga regulator yabg ada di bursa telah dapat bekerja dengan amat profesional karena telah memiliki sistem dan mekanisme regulasi yang jelas dan teruji coba sejak lama. Dalam melakukan transaksi, baik OJK dan Bursa Efek Indonesia harus memastikan bahwa transaksi yang dilakukan harus mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan bisnis.

DEMUTUALISASI BURSA EFEK INDONESIA

DEMUTUALISASI BURSA EFEK INDONESIA DEMUTUALISASI BURSA EFEK INDONESIA DR. Irwan Adi Ekaputra 1 Wacana tentang demutualisasi bursa efek di Indonesia telah bergulir beberapa lama. Dalam rangka demutualisasi, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdana atau dikenal dengan Initial Public Offering (IPO) (Purbarangga dan

BAB I PENDAHULUAN. perdana atau dikenal dengan Initial Public Offering (IPO) (Purbarangga dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perusahaan ketika menawarkan dan menjual sebagian sahamnya di pasar modal untuk pertama kali disebut sebagai penawaran umum perdana atau dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 1

BAB I PENDAHULUAN. atau pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pasar primer atau pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 1 Pasar primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi, baik yang bersifat kualiatatif maupun kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi, baik yang bersifat kualiatatif maupun kuantitatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya kompetisi di dunia usaha dalam memasuki era globalisasi, maka semakin besar pula kewajiban bagi perusahaan untuk menyediakan informasi, baik yang

Lebih terperinci

BAB IV. Rencana Implementasi. Investasi dilakukan untuk dapat membuat Telkom terus melakukan proses

BAB IV. Rencana Implementasi. Investasi dilakukan untuk dapat membuat Telkom terus melakukan proses BAB IV Rencana Implementasi 4.1 Rencana Implementasi Investasi Investasi dilakukan untuk dapat membuat Telkom terus melakukan proses penciptaan nilai (Value Creation), tumbuh dan pada akhirnya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA 2.1. Latar Belakang Go Public Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Setiap perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 Pasal 1 butir 13, Pasar Modal didefinisikan sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan

Lebih terperinci

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan Mengenal Otoritas Jasa Keuangan 1. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN OJK Perkembangan Industri Keuangan Konglomerasi Jasa Keuangan Perlindungan Konsumen Amanat UU Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN DAN PERAN NOTARIS DALAM PASAR MODAL Oleh: M. IRFAN ISLAMI RAMBE, S.H., M.Kn.

ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN DAN PERAN NOTARIS DALAM PASAR MODAL Oleh: M. IRFAN ISLAMI RAMBE, S.H., M.Kn. ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN DAN PERAN NOTARIS DALAM PASAR MODAL Oleh: M. IRFAN ISLAMI RAMBE, S.H., M.Kn. Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Asahan FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ASAHAN KISARAN 2017 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Bursa Efek Indonesia (BEI) Dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO Pasar Modal di Indonesia Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor

Lebih terperinci

MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA. Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi

MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA. Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Beberapa tahun belakangan perekonomian dan dunia usaha Amerika Serikat mengalami banyak tantangan yang berdampak cukup signifikan terhadap kepercayaan investor.

Lebih terperinci

SERI EDUKASI BEGINNER PART 1

SERI EDUKASI BEGINNER PART 1 SERI EDUKASI BEGINNER PART 1 Website : www.pans.co.id Online trading : www.post.co.id Customer care : 021-2977 3655 CONTENT A. Investasi Saham... 3 B. Lembaga Penunjang Pasar Modal... 5 C. Pasar Perdana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada perusahaan korporasi yang relatif besar umumnya terdapat pemisahan fungsi pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemegang saham mengalami kesulitan untuk

Lebih terperinci

Dalam melakukan perdagangan efek di Bursa Efek, para pihak yang akan melakukan perdagangan efek baik sebagai emiten atau sebagai investor diwakili ole

Dalam melakukan perdagangan efek di Bursa Efek, para pihak yang akan melakukan perdagangan efek baik sebagai emiten atau sebagai investor diwakili ole BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) sebagai salah satu bentuk investasi merupakan sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana. Penjual dana adalah para pemodal

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011

KEDUDUKAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 KEDUDUKAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 Oleh: Ni Kadek Lisnadewi I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga ekonomi yang didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar besarnya, meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

FENDY KUSUMA ABSTRACT

FENDY KUSUMA ABSTRACT FENDY KUSUMA 1 PENYESUAIAN ATAS ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS TERBUKA PASCA DIKELUARKANNYA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN No. 32/POJK.04/2014 DAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN No. 33/POJK.04/2014

Lebih terperinci

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG di BCA Hasil penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan Good Corporate Governance pada Semester I dan Semester II tahun 2016 dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

Pedoman Kerja Dewan Komisaris

Pedoman Kerja Dewan Komisaris Pedoman Kerja Dewan Komisaris PT Erajaya Swasembada Tbk & Entitas Anak Berlaku Sejak Tahun 2015 Dewan Komisaris mempunyai peran yang sangat penting dalam mengawasi jalannya usaha Perusahaan, sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan terhadap regulasi atau peraturan atas penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk perusahaan yang merupakan jendela informasi bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penelitian Tata kelola perusahaan yang baik adalah prinsip yang memandu dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan perusahaan dan otoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Ada beberapa pilihan untuk mendapatkan tambahan modal,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Ada beberapa pilihan untuk mendapatkan tambahan modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan bisnis. Pada saat perusahaan memutuskan untuk melakukan ekspansi, perusahaan membutuhkan

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS 1. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris PT. Sat Nusapersada Tbk ( Perseroan ) diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta memberikan nasihat kepada

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang No.349, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5627) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG Self Assessment GCG Sebagai bentuk komitmen dalam memenuhi Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana diubah dengan PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan SE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan melibatkan banyak pihak-pihak terkait sebelum. apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau suatu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan melibatkan banyak pihak-pihak terkait sebelum. apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan melibatkan banyak pihak-pihak terkait sebelum akhirnya dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang akan di gunakan oleh shareholders untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian selama kurang lebih 6 (enam) bulan dari bulan Februari s.d. Juli 2010 di Kantor PT Kustodian Sentral

Lebih terperinci

SEKRETARIS PERUSAHAAN

SEKRETARIS PERUSAHAAN 141 SEKRETARIS PERUSAHAAN OJK No. 35/POJK.04/2014, tanggal 8 Desember atau Perusahaan Publik ( Peraturan No. 35/2014 ), Perusahaan disesuaikan dengan Peraturan No. 35/2014 yang terdiri dari: a publicly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Dewan Komisaris 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil PT. Telekomunkasi Indonesia, Tbk Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ( TELKOM, Perseroan, Perusahaan, atau Kami ) merupakan Badan

Lebih terperinci

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 349) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI 1. LATAR BELAKANG Direksi PT. Sat Nusapersada Tbk ( Perseroan ) diangkat oleh Pemegang Saham untuk menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan, menuntut perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan, menuntut perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan banyaknya permasalahan ekonomi dalam pelaporan keuangan, menuntut perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang relevan dan tepat waktu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

PASAR MODAL PERTEMUAN

PASAR MODAL PERTEMUAN PASAR MODAL PERTEMUAN 11 MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M. LOGO FINANCIAL MARKET FINANCIAL MARKET MONEY MARKET CAPITAL MARKET Mengenal Pasar Modal Mempertemukan pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman yang semakin modern dewasa ini isu globalisasi memang tidak dapat dihindarkan lagi, isu ini terus berkembang dan dampaknya pada perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang kiat membuat perekonomian di Indonesia semakin signifikan mengalami perkembangan ini, mendorong semakin berkembangnya pula perdagangan bebas

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si.

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. 2-1 PENGERTIAN & INSTRUMEN PASAR MODAL PENGERTIAN PASAR MODAL - Pasar Perdana - Pasar Sekunder INSTRUMEN PASAR MODAL - Saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut Perseroan ) adalah badan hukum yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut Perseroan ) adalah badan hukum yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan UUPT, Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan

Lebih terperinci

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017 PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017 Daftar Isi I. Pendahuluan... 3 A. Latar Belakang... 3 B. Maksud dan Tujuan... 3 II. Komposisi dan Struktur, Persyaratan Keanggotaan dan Masa kerja... 4 A.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP (Keputusan Dewan Komisaris No. 07/KEP/DK/2013 tanggal 22 Juli 2013) I. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN 1. LATAR BELAKANG Perusahaan Perseroan (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk mengembangkan dan memperluas usahanya. Salah satu keterbatasan perusahaan dalam mengembangkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Draft 10042014 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS Pedoman dan Tata Kerja Dewan Komisaris PEDOMAN DAN TATA KERJA Hal 1/11 RINCIAN PEDOMAN DAN TATA KERJA DAFTAR ISI 1.0 Statement of Policy..... 3 2.0 Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris.......... 3

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PASAR MODAL DI INDONESIA

PASAR MODAL DI INDONESIA MATERI 3 PASAR MODAL DI INDONESIA DAN MEKANISME PERDAGANGAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. PASAR MODAL DI INDONESIA Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan instrumen penyedia informasi yang penting bagi para stakeholder perusahaan terkait dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

PASAR MODAL DI INDONESIA

PASAR MODAL DI INDONESIA PASAR MODAL DI INDONESIA Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang mempunyai kelebihan dana, sedangkan

Lebih terperinci

Tata Kelola Perusahaan

Tata Kelola Perusahaan 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 05 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial 07 Laporan Konsolidasian Tata Kelola PENDAHULUAN 1. 292 Tujuan Penerapan Tata Kelola BCA menyadari

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI 2000-2004 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) 1. Landasan Hukum a. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; b. Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS 1. Kinerja Perusahaan Menurut Keats & Hitt (1988), kinerja merupakan konsep yang sulit, baik dari definisi maupun dari pengukurannya. Untuk mendapatkan hasil yang komprehensif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. audit laporan keuangan. Hal ini karena setiap perusahaan yang telah go public

BAB I PENDAHULUAN. audit laporan keuangan. Hal ini karena setiap perusahaan yang telah go public BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak pada permintaan atas audit laporan keuangan. Hal ini karena setiap perusahaan yang telah go public wajib menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang

Lebih terperinci

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan PT WAHANA PRONATURAL TBK Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan DAFTAR ISI A. Ikhtisar Data Keuangan Penting B. Informasi Saham C. Laporan Direksi D. Laporan Dewan Komisaris E. Profil Emiten atau Perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perkembangan informasi menjadi sangat cepat. Informasi dapat dijadikan sebagai bahan analisis dalam pengambilan keputusan oleh pengguna informasi

Lebih terperinci

Bagaimana Menjadi Investor Saham

Bagaimana Menjadi Investor Saham Bagaimana Menjadi Investor Saham Saham Sebagai pilihan Investasi Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal Saham merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan modal dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-54/BL/2012 TENTANG DIREKTUR BURSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari perusahaan Tbk. yang terdapat di Indonesia. Perusahaan Tbk. yang terdaftar di BEI dibagi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SSALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN ATAS INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN

Lebih terperinci