DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi vii DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... ix x xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Pustaka i

2 2.1.1 Penelitian Terdahulu Landasan Teori Teori Kebijakan Publik Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik Tipologi Kebijakan Publik Implementasi Kebijakan A. Model Implementasi Kebijakan Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn Model Mazmainandan Sabatier Model George C. Edward III Model Merille S. Grindle Kerangka Konsep Konsep Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Konsep Pendidikan Inklusif A. Pengertian Pendidikan Inklusif Kerangka Berpikir BAB III METODELOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Sumber Data Unit Analisis Teknik Pengumpulan Informasi Teknik Pengumpulan Data Teknis Analisis Data Teknik Penyajian Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Unit SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung Visi, Misi, dan Tujuan SD No. 11 Jimbaran Struktur Guru dan Pegawai SD No. 11 Jimbaran ii

3 4.2 Hasil Temuan & Analisi Hasil Temuan di Lapangan A. Keadaan Guru SD No. 11 Jimbaran B. Keadaan Peserta Didik SD No. 11 Jimbaran C. Kondisi sarana dan Prasarana Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi di SD No. 11 Jimbaran Faktor Penghambat Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi di SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

4 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Daftar Informan Penelitian iv

5 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.4 Kerangka Berpikir Model Analisis Deskripsi Struktur Guru & Pegawai di SD No. 11 Jimbaran v

6 DAFTAR SINGKATAN ADHD ABK SLB SD SMP SMA SMK PBB UNESCO PAD GPK GP GK CIBI IQ CIPP SDM Jateng SOPs Disdikpora KTSP IPTEK Porseni PSLB Puskesmas : Attetion Deficit Hyperactivity Disorder : Anak Berkebutuhan Khusus : Sekolah Luar Biasa : Sekolah Dasar : Sekolah Menengah Pertama : Sekolah Menengah Atas : sekolah Menengah Kejuruan : Perserikatan Bangsa-Bangsa : United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization : Pendapatan Asli Daerah : Guru Pembimbing Khusus : Guru Pendamping : Guru Kunjungan : Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa : Intelligence Quotient : Context, Input, Process, dan Product : Sumber Daya Manusia : Jawa Tengah : Standar Operating Prosedures : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : Pekan Olahraga dan Seni : Pendidikan Sekolah Luar Biasa : Pusat Kesehatan Masyarakat vi

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. PedomanWawancara TranskripWawancara Foto di Lapangan vii

8 ABSTRAK Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal. Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yyang menerima siswa Anak Berkebutuhan Khusus dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan untuk anak reguler dan Anak Berkebutuhan Khusus. SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung menjadi sekolah reguler yang ditunjuk untuk menjalankan program pendidikan inklusif. Tujuan dari penelitian ini guna mengetahui implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi ABK di SD No. 11 Jimbaran dan hambatan dalam implementasi pendidikan inklusif ini. Studi ini menggunakan metodelogi penelitian kualitatif deskriptif. Dalam memperoleh data, penulis melakukan observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer yang terkait dan melakukan studi dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Selain itu peneliti menggunakan teknik berupa wawancara langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Implementasi Pendidikan Inklusif di SD No. 11 Jimbaran ini telah mampu menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di tingkat sekolah dasar, ini dapat dilihat dari jumlah siswa Anak Berkebutuhan Khusus yang terdaftar, sarana dan presarana yang sudah memadai sebagai akses untuk ABK, selain itu, penghargaan yang di dapat oleh SD No.11 Jimbaran juga menjadi bukti bahwa pendidikan inklusif sudah berjalan dengan baik. Namun, secara menyeluruh implementasi pendidikan inklusif ini belum berjalan efektif dan belum sesuai dengan standar pendidikan inklusif yang telah ditetapkan. Hambatan yang harus diatasi yaitu ketersediaan tenagak pendidik khusus, kurikulum yang sesuai dengan pendidikan inklusif untuk ABK. Kata kunci : Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan Publik, Pendidikan Inklusif, Anak Berkebutuhan Khusus. viii

9 ABSTRACT Inclusive education is an educational service system that provides opportunities for all children to study together in a public school with attention to diversity and individual needs, so that the potential of children can develop optimally. Inclusion schools are regular schools that receive students with Special Needs Children and provide an education service system tailored for regular children and Children with Special Needs. SD No. 11 Jimbaran Badung regency becomes a regular school appointed to run an inclusive education program. The purpose of this research is to know the implementation of inclusive education for crew in SD No. 11 Jimbaran and obstacles in the implementation of this inclusive education. This study uses descriptive qualitative research methodology. In obtaining the data, the authors make direct observations to the field to obtain the primary data related and conduct documentation studies to obtain secondary data. In addition, the researcher uses techniques such as direct and indirect interviews related to this research. The conclusion of this research is Implementation of Inclusive Education in SD No. 11 Jimbaran has been able to become a school of inclusive education at the primary school level, this can be seen from the number of students with the Special Needs Children registered, adequate facilities and precision as access for Special Needs Children, in addition, the awards are attained by SD No.11 Jimbaran also proves that inclusive education is going well. However, the overall implementation of inclusive education has not been effective yet and is not in line with the established standard of inclusive education. The obstacles to be overcome are the availability of special educators, curricula appropriate to inclusive education for Special Needs Children. Keywords: Public Policy, Public Policy Implementation, Inclusive Education, Children with Special Needs ix

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pendidikan yang memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, oleh karena itu setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk meraih pendidikan. Hal tersebut, tercantum pula dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satunya pada Pasal 5 Ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Keberadaan pendidikan tidak saja penting bagi anak normal, melainkan bermanfaat pula untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki keterbatasan dan kekurangan ketika harus berinteraksi dengan orang lain. ABK sering menerima perlakuan yang diskriminatif dari orang lain. Bahkan untuk menerima pendidikan saja mereka sulit. Beberapa sekolah regular tidak mau menerima mereka sebagai siswa. Alasannya guru di sekolah tersebut tidak memiliki kualifikasi yang memadai untuk membimbing ABK. Terkadang sekolah khusus letaknya jauh dari rumah mereka, sehingga banyak ABK yang tidak mengenyam pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu disediakan berbagai layanan pendidikan atau sekolah bagi ABK, baik menyangkut sistem pembelajaran, x

11 fasilitas yang mendukung, maupun peran guru yang sangat penting untuk memberikan motivasi dan arahan yang bersifat membangun. Di Indonesia, sejauh ini upaya pemerintah untuk memberi intervensi terhadap pelayanan perkembangan dan pendidikan mereka paling banyak kita jumpai pada eksistensi Sekolah Luar Biasa (SLB). Bahkan delapan tahun terakhir pendidikan inklusi telah menjadi solusi alternatif mewujudkan pendidikan untuk semua (Education for All). Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang menerima siswa ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan untuk anak reguler dan ABK. Banyak penelitian yang membahas manfaat yang diperoleh ABK dari sekolah regular. Loiacono dan Valenti (2010) dalam Pratiwi (2015:239) menyatakan bahwa ABK yang bersekolah di sekolah regular memiliki kompetensi sosial yang lebih baik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan cara ABK belajar berinteraksi dengan orang yang normal. Interaksi sosial mengajarkan peserta didik untuk meniru strategi, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, memperoleh kecakapan hidup yang lebih baik. Bali sebagai salah satu Provinsi di Indonesia juga ikut ambil bagian dalam mewujudkan pendidikan inklusif tersebut, untuk mendukung program pendidikan inklusif. Surat Edaran Gubernur Nomor: 421/16251/Disdikpora, tertanggal 22 Oktober 2014 tentang Layanan Pendidikan Inklusif Provinsi Bali, serta dengan melakukan sosialisasi pendidikan inklusif tanggal 3 November 2014 di Gedung Wisma Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, merupakan bentuk pernyataan dari Gubernur Bali atas kesiapan pemerintah Provinsi Bali untuk menyelenggarakan Layanan Pendidikan Inklusif. Pernyataan tersebut, didukung pula dengan adanya xi

12 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 yang telah meringankan Kabupaten/Kota terhadap Pendidikan Menengah Atas, karena nantinya pendidikan pada jenjang menengah atas/kejuruan (SMA/SMK) menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi sedangkan SD dan SMP masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Dasar dilaksanakannya pendidikan inklusi di Bali adalah hukum Internasional dan hukum Nasional. Hukum Internasional di antaranya adalah Education For All yang menargetkan bahwa pada tahun 2015 semua anak di dunia harus mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan dasar. Salamanca Statement 1994 yang dikeluarkan oleh PBB merekomendasikan semua negara untuk mengadopsi prinsip inklusi dalam semua kebijakan pendidikannya. Sejalan dengan hal tersebut, UNESCO mencetuskan prinsip pendidikan untuk semua atau Educational for All. Prinsip Educational for All tersebut mengandung makna bahwa pendidikan tersedia untuk semua tanpa memandang perbedaan, atau wajib mengakomodasi keberagaman kebutuhan siswa yang normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Filosofi Educational for All lahir sebagai konsekuensi logis dari adanya pernyataan Salamanca yang menegaskan perlu adanya penyelenggaraan pendidikan yang inklusif dan tidak diskriminatif. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali yang sejak tahun 2010 telah menyiapkan sekolah regular untuk menerima anak yang berkebutuhan khusus menjadi satu kesatuan dengan anak normal lainnya. Adapun maksud dan tujuan Gubernur Bali mengeluarkan surat edaran gubernur serta melakukan xii

13 sosialisasi mengenai pendidikan inklusif yakni, agar seluruh pemerintah Kabupaten/Kota di Bali dapat mengimplementasikan pendidikan inklusif di masing-masing daerah tidak terkecuali Kabupaten Badung. Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten dengan Penghasilan Asli Daerah (PAD) yang tinggi di Provinsi Bali. Dengan Penghasilan Asli Daerah yang tinggi ini, Kabupaten Badung dapat melakukan pembangunan di segala sektor. Salah satunya pembangunan pada sektor pendidikan, yang memang penting dilakukan demi perubahan dan kemajuan yang lebih baik untuk Kabupaten Badung. Pembangunan pada sektor pendidikan salah satunya dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kabupaten Badung yang sekaligus sebagai bentuk implementasi terhadap Keputusan Gubernur Bali yang disampaikan melalui Surat Edaran Gubernur Nomor: 421/16251/Disdikpora, tertanggal 22 Oktober 2014 tentang layanan Pendidikan Inklusif Provinsi Bali. Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Badung menyatakan SD No. 11 Jimbaran sebagai sekolah formal penyelenggara layanan pendidikan inklusif di Kabupaten Badung. Sejak SD No. 11 Jimbaran dinyatakan sebagai sekolah inklusi, beragam masalah pun muncul terkait dengan penyelenggaraan layanan pendidikan inklusif di sekolah tersebut, mengingat SD No. 11 Jimbaran ini merupakan sekolah formal pertama yang dinyatakan sebagai sekolah inklusi oleh pemerintah Kabupaten Badung. Dengan predikat seperti ini maka sudah menjadi kewajiban bagi Pemerintah Kabupaten Badung untuk meningkatkan perhatiannya terhadap sektor pendidikan inklusif. Hal tersebut salah satunya dibuktikan dengan xiii

14 dialokasikannya sekitar 20% dari total anggaran sektor pendidikan daerah Kabupaten Badung pada tahun 2013, ke dalam pengembangan pendidikan inklusif, termasuk di dalamnya pengadaan bantuan fasilitas dan sumber daya penunjang bagi sekolah-sekolah yang telah ditunjuk sebagai penyelenggara pendidikan inklusif. SD No. 11 Jimbaran sebagai penyelenggara pendidikan inklusif sejak tahun pelajaran 2009/2010 menerima anak berkebutuhan khusus jenis tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, dan lamban belajar. Pada Tahun pelajaran 2014/2015 memiliki ABK sebanyak 20 anak yang terdiri dari kelas 1 = 2 anak, kelas II = 3 anak, kelas III = 4 anak, kelas IV = 3 anak, kelas V = 4 anak, dan kelas VI = 3 anak dengan jenis ketunaan 10 anak lamban belajar, 4 anak berkesulitan belajar, 4 anak tunarungu, dan 1 anak lumpuh layu. Pembelajaran inklusi di SD No. 11 Jimbaran menggunakan kurikulum sekolah reguler umum, dengan tenaga pendidik 7 orang guru kelas yang mendapat bimbingan teknik inklusif, 1 orang Guru Pembimbing Khusus (GPK) yang dihadirkan dari Sekolah Luar biasa, 1 orang Guru Pendamping (GP) yang dilatih melalui bimbingan teknik, dan dibantu oleh 1 orang Guru Kunjung (GK) yang mempunyai dasar keterampilan. Beberapa data yang telah diungkapkan sebelumnya menunjukkan bahwa SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung telah cukup berhasil dalam implementasi kebijakan pendidikan inklusif ini, salah satunya dengan menjadi satu-satunya Kabupaten yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Provinsi Bali dan juga menjadi sekolah percontohan dalam pendidikan ABK. Hal tersebut memunculkan ketertarikan bagi penulis untuk menganalisis bagaimana implementasi layanan xiv

15 pendidikan inklusif di SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung, serta faktor-faktor yang berpengaruh di dalam proses implementasi tersebut. Penelitian ini memandang layanan pendidikan inklusif sebagai sebuah kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Badung, dan memfokuskan diri untuk mengkaji bagaimana jalannya implementasi kebijakan tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis lebih lanjut berkaitan dengan Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung). 1.2 Rumusan Masalah Untuk menemukan solusi yang tepat dalam suatu permasalahan, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis dan mengolahnya secara sistematis. Adapun rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu: Bagaimana Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung)? 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan penelitian pada skripsi yang berjudul Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten xv

16 Badung) yaitu, penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2016 bertempat di Sekolah Inklusi SD No 11 Jimbaran Kabupaten Badung. Penelitian ini lebih fokus terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu, profil tenaga pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana di sekolah inklusi. Penulis akan mengambil data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Badung dan sekolah inklusi SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung, sebagai bentuk pihak yang paling mengetahui berkaitan dengan sekolah inklusi, administrasi pendidikan untuk sekolah inklusi dan aksesibilitas untuk ABK dalam lingkup pendidikan di Kabupaten Badung. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang memuat kombinasi tujuan yakni tujuan eksplorasi dan tujuan deskripsi. Penelitian dengan tujuan eksplorasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman tentang suatu fenomena dan tujuan deskripsi adalah penelitian yang mengambarkan detail spesifik dari suatu situasi, keadaan sosial atau suatu relationship. Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk ABK di SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung dari segi tenaga pendidik, kurikulum pembelajaran, dan sarana dan prasarana sekolah. xvi

17 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan inklusif untuk ABK di sekolah inklusi. 2. Bagi Pemerintah Sebagai gambaran dan bahan evaluasi apabila ada kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk ABK di sekolah inklusi. 3. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan inklusif secara lebih luas, mengetahui administrasi pendidikan untuk sekolah inklusi untuk ABK sehingga mengetahui kekurangannya serta solusi yang harus dilakukan. 1.6 Sistematika Penulisan 1. BAB I Pendahuluan Pada penulisan skripsi ini didalam Bab I Pendahuluan menguraikan mengenai latar belakang dari pemilihan judul yaitu Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung) dan alasan ketertarikan penulis melakukan penelitian di sekolah inklusi yang ada di Kabupaten Badung. Dalam Bab I Pendahuluan ini juga memaparkan batasan masalah yang diambil oleh penulis, tujuan penelitian, dan manfaat dari dilakukannya penulisan skripsi ini. xvii

18 2. BAB II Tinjauan Pustaka Dalam Bab II ini penulis akan memaparkan tentang teori dan konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, dan juga penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam penulisan skripsi ini. Adapun teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu teori implementasi kebijakan, sedangkan untuk konsep yang digunakan adalah administrasi pendidikan dalam sekolah inklusi untuk ABK dan faktor yang berpengaruh pada pendidikan ABK. 3. BAB III Metodologi Penelitian Pada Bab III penelitian ini menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data dan mengolahnya sehingga menemukan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif yang mana penulis nantinya akan menjelaskan fenomena yang terjadi dan menganalisis temuan dari penelitian ini dengan menggunakan Teknik Purposive Sampling dan Snow Ball Sampling. 4. BAB IV Pembahasan Dalam Bab ini akan dijelaskan gambaran secara umum dari SD No. 11 Jimbaran sebagai sekolah inklusi di Kabupaten Badung. Selanjutnya penulis menjelaskan hasil temuan penelitian dan dilakukan analisis dan diolah dengan teori dan konsep yang telah dipilih oleh penulis. 5. BAB V Penutup Penulis akan menjelaskan secara singkat dari hasil penelitian yang akan menjadi kesimpulan dari penelitian dan memberikan saran yang berguna xviii

19 sebagai rekomendasi untuk masyarakat yang memiliki ABK sehingga dapat meraih pendidikan sama seperti orang normal. xix

Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus: SD No.

Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus: SD No. Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus: SD No. 11 Jimbaran) A.A. Ayu Sita Dewi Wijayanti 1), Piers Andreas Noak

Lebih terperinci

Denpasar, 10 Agustus Penulis

Denpasar, 10 Agustus Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang pemerataan akses pendidikan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) baik yang diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan

Lebih terperinci

Education and Human Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG

Education and Human Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG 27 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG Ina Agustin FKIP, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban Email: inaagustin88@gmail.com Abstrak. Penyelenggaraan pendidikan inklusi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia unggul dan kompetitif dalam upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian dari hak asasi manusia dan hak setiap warga negara yang usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dan dievaluasi

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA (Studi Pada SDN Tugu Utara 11)

EVALUASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA (Studi Pada SDN Tugu Utara 11) EVALUASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA (Studi Pada SDN Tugu Utara 11) Oleh : Azizah Febrianti Fasha, Dra.Nina Widowati, M.Si Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat

Lebih terperinci

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class merupakan salah satu terobosan besar yang dicetuskan di dunia pendidikan. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta Risti Fiyana Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan telah menjadi bagian kehidupan yang diamanatkan secara nasional maupun internasional. Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xi MODUL 1: HAKIKAT PENDIDIKAN KHUSUS 1.1 Definisi dan Jenis Kebutuhan Khusus... 1.3 Latihan... 1.15 Rangkuman... 1.16 Tes Formatif 1..... 1.17 Penyebab dan Dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penddikan adalah hak setiap warga negara. Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk semua warga negaranya tanpa diskriminasi. Pendidikan untuk semua diwujudkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA Jurnal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (Teguh Priyono) 1 PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA Activity Implementation

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ARINDA ANGGIT PAWESTRI D

Disusun Oleh: ARINDA ANGGIT PAWESTRI D STRATEGI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA (STUDI TENTANG KEGIATAN PENGADAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN INKLUSIF) Disusun Oleh:

Lebih terperinci

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Oleh karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah 141 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro untuk anak

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA TASIKMALAYA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA Pelaksanaan Kurikulum Adaptif... (Isnaini Mukarromah) 908 PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA IMPLEMENTATION OF CURRICULUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan paling dasar untuk membangun kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak berhak mendapat pendidikan, hal ini telah tercantum dalam deklarasi universal 1948 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak atas pendidikan.

Lebih terperinci

pada saat ini muncullah paradigma baru pendidikan, dimana anak berkebutuhan

pada saat ini muncullah paradigma baru pendidikan, dimana anak berkebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dahulu sebatas penyediaan layanan pendidikan dengan sistem segregrasi, hingga akhirnya pada saat ini muncullah

Lebih terperinci

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Pendidikan Inklusif Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Perkembangan SLB di Dunia 1770: Charles-Michel de l Epee mendirikan SLB pertama

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL Oleh : MARDIANSYAH NIM. 11060308 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ARINDA ANGGIT PAWESTRI D

Disusun Oleh: ARINDA ANGGIT PAWESTRI D STRATEGI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA (STUDI TENTANG KEGIATAN PENGADAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN INKLUSIF) Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut H.B

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut H.B BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan terkait Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kabupaten Pacitan akan dijelaskan secara mendalam menggunakan jenis penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah... 10

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah... 10 DAFTAR ISI Daftar Isi COVER DALAM... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... v PENGANTAR... vi PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH... ix PERSEMBAHAN... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Inklusif Ada beberapa pandangan mengenai definisi dari pendidikan inklusif. UNESCO (2009) menuliskan bahwa inclusive education is a process of strengthening the capacity

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INKLUSI SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG. Tesis

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INKLUSI SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG. Tesis EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INKLUSI SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Tesis Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan, alinea 4 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan dibentuknya negara Indonesia di antaranya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga Negara dengan negaranya begitu juga sebaliknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam undang-undang

Lebih terperinci

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI Naskah Penulisan Karya ilmiah pada symposium Guru dan Tenaga Kependidikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA IDENTIFICATION OF OBSTACLES IN LEARNING TEACHER IN CLASS III A SCHOOL INCLUSION SDN GIWANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan inklusif merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti anak dengan hambatan penglihatan, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus di Indonesia bila dilihat dari data statistik jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anak sebagai generasi penerus merupakan aset yang berharga bagi keluarga yang juga memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Anak merupakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) (Studi Multi Situs Di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro) Oleh

MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) (Studi Multi Situs Di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro) Oleh MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) (Studi Multi Situs Di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro) Oleh Hernani, Sowiyah, Sumadi FKIP Unila: Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng E-Mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal (1) dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Effectiveness, Contribution, Parking Tax, Local Taxes, and Local Revenue. viii

ABSTRACT. Keywords : Effectiveness, Contribution, Parking Tax, Local Taxes, and Local Revenue. viii ABSTRACT Bandung is an attractive city for tourists to visit. The number of tourists that make the need for a lot of parking space also high. The development of tourism sector has an indication to increasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya dijamin pemerintah sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 UUD

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya dijamin pemerintah sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 UUD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak setiap warga Negara untuk memperoleh pendidikan yang layak sepenuhnya dijamin pemerintah sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 1. Dengan mengambil lokus pada Sekolah Menengah Pertama Negeri

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus. SEKOLAH INKLUSI SEBAGAI PERWUJUDAN PENDIDIKAN TANPA DISKRIMINASI (Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Pendidikan Inklusi di SMK Negeri 9 Surakarta) Nurjanah K8409047 Pendidikan Sosiologi Antropologi ABSTRAK

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi acuan dari penulisan laporan ini. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka dapat diuraikan pokok-pokok

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KECAMATAN GEDANGAN SIDOARJO

STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KECAMATAN GEDANGAN SIDOARJO STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KECAMATAN GEDANGAN SIDOARJO Dewi Ferlina Mart Diana dan Drs. Sujarwanto, M. Pd (Pendidikan Luar Biasa, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 1994 (Amuda, 2005) mewajibkan setiap anak berusia enam sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Sebagai dampak berkembangnya suatu organisasi dan teknologi, menyebabkan pekerjaan manajemen pendidikan semakin kompleks.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk bekal mengarungi samudera kehidupan yang semakin penuh dengan persaingan. Oleh karena itu pendidikan menjadi

Lebih terperinci

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Jurnal Pendidikan Rokania Vol. I (No. 1/2016) 20-26 20 PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Oleh Nia Purnama Sari Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah difabel atau penyandang ketunaan merupakan satu masalah yang kompleks karena menyangkut berbagai aspek. Salah satu hal yang masih menjadi polemik adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA

37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA 37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA Oleh: Indah Permata Darma, & Binahayati Rusyidi E-mail: (indahpermatadarma@gmail.com; titi.rusyidi06@gmail.com) ABSTRAK Sekolah inklusi merupakan salah satu

Lebih terperinci

GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI

GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI Dieni Laylatul Zakia Program Magister Pendidikan Luar Biasa UNS dienizuhri@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasiperan

Lebih terperinci

2016 PELAKSANAAN AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA OLEH GURU DI SD NEGERI CIBAREGBEG KABUPATEN SUKABUMI

2016 PELAKSANAAN AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA OLEH GURU DI SD NEGERI CIBAREGBEG KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak yang harus didapatkan oleh setiap individu. Sejalan dengan itu, upaya pemberian pendidikan bagi setiap warga Negara sudah di atur dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk

PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG Juang Sunanto, dkk Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MELALUI JALUR OFFLINE DAN ONLINE Nomor: 425/464/ /2018 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PENGUMUMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MELALUI JALUR OFFLINE DAN ONLINE Nomor: 425/464/ /2018 TAHUN PELAJARAN 2018/2019 PENGUMUMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MELALUI JALUR OFFLINE DAN ONLINE Nomor: 425/464/101.6.11.10/2018 TAHUN PELAJARAN 2018/2019 I. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017 1119 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No. 067261 MEDAN MARELAN Dahniar Harahap* 1 dan Nina Hastina 2 1,2) Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan,

Lebih terperinci

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi peserta didik memperoleh layanan pendidikan yang bermutu adalah hak. Tidak terkecuali peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. Sejauh ini layanan pendidikan

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI (Program Pengabdian Masyarakat di SD Gadingan Kulonprogo) Oleh: Rafika Rahmawati, M.Pd (rafika@uny.ac.id) Pendidikan inklusi merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Zaini Sudarto Prodi Pendidikan Luar Biasa FIP Unesa

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Zaini Sudarto Prodi Pendidikan Luar Biasa FIP Unesa IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Prodi Pendidikan Luar Biasa FIP Unesa E-mail: zainisudarto@gmail.com Abstrak Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN X saat ini belum berjalan dengan baik, hal tersebut

Lebih terperinci

Implementasi Pendidikan Segregasi

Implementasi Pendidikan Segregasi Implementasi Pendidikan Segregasi Pelaksanaan layanan pendidikan segregasi atau sekolah luar biasa, pada dasarnya dikembangkan berlandaskan UUSPN no. 2/1989. Bentuk pelaksanaannya diatur melalui pasal-pasal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : A. Simpulan 1. Identitas, pengalaman dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Rianty, Jalal, Deniyanti, Patras/ PEDAGONAL Vol 1 No 2 (2017) VOL 1 NO 2 (2017) E-ISSN : P E D A G O N A L. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Rianty, Jalal, Deniyanti, Patras/ PEDAGONAL Vol 1 No 2 (2017) VOL 1 NO 2 (2017) E-ISSN : P E D A G O N A L. Jurnal Ilmiah Pendidikan VOL 1 NO 2 (2017) 82-90 E-ISSN : 2550-0406 P E D A G O N A L Jurnal Ilmiah Pendidikan http://journal.unpak.ac.id/index.php/pedagonal EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI PADA SEKOLAH DASAR NEGERI BATU TULIS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelum ini, selanjutnya penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Lebih terperinci

Kata Kunci : Model Pelayanan dan Anak Berkebutuhan Khusus

Kata Kunci : Model Pelayanan dan Anak Berkebutuhan Khusus DESKRIPSI MODEL PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI KELAS INKLUSI DI SDN 1 KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Salma Halidu dan Oyis Lawani, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO

PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO Dieni Laylatul Zakia, Sunardi, Sri Yamtinah Magister Pendidikan Luar Biasa, Pascasarjana UNS Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta,

Lebih terperinci

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN A. PERUBAHAN PANDANGAN TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN PENDIDIKANNYA Paham humanisme yang berkembang di negara-negara Barat saat ini mempengaruhi cara pandang

Lebih terperinci

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi Nurul Hidayati Rofiah 1*, Muhammad Ragil Kurniawan 2 1,2 PGSD UAD *Email: nurulhidayati@pgsd.uad.ac.id Keywords: Wajib belajar

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia PENDIDIKAN INKLUSIF Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Seperti sebuah lagu yang baru saja diluncurkan, pendidikan inklusif mendapat sambutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Proses Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Sistem

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Proses Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Sistem DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... MOTTO... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman ii iii iv v vi vii ix xiii

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi PENDIDIKAN INKLUSIF Nenden Ineu Herawati ABSTRAK Uraian singkat tentang pendidikan inklusif adalah pendidikan yang ramah untuk semua anak, dengan sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan

Lebih terperinci