BAB I PENDAHULUAN. Kelor (Moringa Oleifera L) merupakan tanaman asli kaki bukit selatan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelor (Moringa Oleifera L) merupakan tanaman asli kaki bukit selatan Himalaya, namun kelor hadir hampir di semua negara-negara tropis. Saat ini kelor pun banyak dibudidayakan di daerah timur tengah dan hampir di seluruh daerah tropis (Krisnadi, 2015). Tanaman kelor diyakini mengandung berbagai senyawa biokatif yang baik untuk tubuh.senyawa bioaktif tersebut adalah vitamin A, B1, B2, dan C. Selain itu daun kelor tersebut mengandung lebih dari 46 antioksidan alami (Wahyuni, 2013). Telah banyak penelitian yang membahas terkait kelor dan pengaruhnya untuk kesehatan. Penelitian (Alathea, 2015) membuktikan bahwa ekstrak daun kelor memiliki aktivitas antidiabetik. Dalam penelitian (Nair et al., 2015) menunjukkan bahwa kelor memiliki aktivitas anti kanker, dan dalam penelitian (Rockwood et al., 13) diketahui bahwa daun kelor memberikan efek antibiotik bagi yang mengkonsumsinya. Karena manfaatnya yang banyak inilah menyebabkan tingginya permintaan kelor. Pada tahun 2014 yang lalu, tercatat bahwa eksportir Spanyol dan China meminta 10 ribu ton kelor untuk dikirim (Winarno, 2014) Permintaan yang tinggi terhadap kelor, menuntut agar kelor yang didistribusikan masih dalam keadaan yang baik. Sebuah teknologi preservas 1

2 2 dibutuhkan, sehingga menghindarkan kelor dari kehilangan nutrisi dan kerusakan dari faktor eksternal. Salah satu teknologi preservasi yang dapat melindungi nutrisi dan sifat fungsional di dalam daun kelor tersebut adalah mikroenkapsulasi. Menurut (Jyothi et al., 2010) menyatakan bahwa enkapsulasi adalah salah satu teknologi pengawetan yang berfungsi untuk menjaga zat-zat yang sensitif terhadap faktor-faktor tertentu. Sedangkan, mikroenkapsulasi adalah pembungkusan partikel dalam bentuk gas liquid ataupun padatan oleh suatu polymer dalam ukuran mikron (Ghosh, 2006). Mikroenkapsulasi ini merupakan metode yang digunakan untuk melindungi zat-zat sensitif dari keadaan lingkungan eksternal, selain itu metode ini merupakan metode yang tepat untuk menjaga kualitas organoleptis dari suatu bahan. Penggunaan mikroenkapsulasi ini dapat memberikan perbaikan terhadap sifat pengaturan lepasnya suatu partikel atau zat di dalam air sehingga mudah diaplikasikan ke dalam bahan pangan. Sebagai produk pharmaceutical dalam mengkonsumsi daun kelor bertujuan untuk mendapatkan kandungan nutrisi yang ada di dalam daun kelor, sehingga memberikan manfaat bagi tubuh. Maka teknologi preservasi tersebut harus memfasilitasi agar komponen bioaktif yang ada pada daun kelor dapat terserap ke dalam tubuh. Untuk dapat terserap kedalam tubuh, kelor harus memiliki sifat larut di dalam air. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Beberapa faktor yang

3 3 mempengaruhi kelarutan adalah intensitas pengadukan, ukuran partikel, dan Suhu (Martin, 1998). Intensitas pengadukan akan berkontribusi terhadap besar kecilnya ukuran partikel yang terbentuk. Pada pembuatan mikropartikel, kecepatan homogenisasi antara enkapsulan dengan bahan inti dalam proses pencampuran juga akan memberikan pengaruh terhadap ukuran mikropartikel. Pada penelitian (Hildayati, 2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan homogenisasi maka ukuran partikel cenderung semakin kecil dan seragam sehingga akan mempengaruhi kelarutan. Pada proses enkapsulasi, yang menunjukkan keberhasilan proses enkapsulasi adalah efisiensi enkapsulasi. Efisiensi enkapsulasi adalah persentase yang digunakan untuk menilai jumlah partikel inti yang terenkapsulasi dalam mikrokapsul (Vladiasvljevic et al., 2012). Efisiensi enkapsulasi pada penelitian kali ini, dilakukan untuk mengetahui keberhasilan memerangkap ekstak daun kelor. Pada penelitian (Kurniawati, 2014) menunjukkan bahwa peningkatan total padatan terlarut memberikan dampak terhadap efisiensi enkapsulasi. Menurut (Schlicher et al., 1997) menyatakan bahwa meningkatnya konsentrasi enkapsulan akan meningkatkan viskositas larutan, selain itu tingginya konsentrasi enkapsulan menyebabkan pemadatan yang cepat sehingga mengurangi porositas dari mikrokapsul. Maltodekstrin merupakan material turunan modifikasi dari pati yang larut air, dimana saat dipakai sebagai material pembungkus dapat melindungi zat aktif terenkapsulasi. Pati yang digunakan ini dapat bervariasi asalnya. Salah

4 4 satu pati yang dapat digunakan untuk membuat maltodekstrin adalah Pati kentang. Menurut survei Sosial Ekonomi Nasional menunjukkan bahwa angka pemanfaatan kentang di Indonesia masih lebih kecil jika dibandingkan dengan ketersediaannya. Tahun 2014, angka ketersediaan kentang mencapai 4.45 kg/kapita/tahun. Namun, angka pemanfaatan masih lebih kecil yaitu 1,48 kg/kapita/tahun. Menurut (Alexander, 1992) menyatakan bahwa Maltodekstrin sebagai enkapsulan yang berasal dari bahan polisakarida, memilki keuntungan yaitu memiliki sifat gelling yang baik. Pati kentang menurut (Han,2014) menunjukkan sifat-sifat pembentukan biofilm yang baik, relatif stabil terhadap perubahan kimia, dan bersifat edible yang aman untuk dikonsumsi. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh rasio enkapsulan dan bahan inti terhadap karakteristik mikrokapsul ekstrak daun kelor dengan menggunakan bahan enkapsulan maltodekstrin pati kentang? Bagaimana pengaruh kecepatan pengadukan proses pencampuran terhadap karakteristik mikrokapsul ekstrak daun kelor dengan menggunakan bahan enkapsulan maltodekstrin pati kentang? Pada kondisi rasio enkapsulan dan bahan inti serta kecepatan pengadukan berapakah untuk mendapatkan mikrokapsul terbaik?

5 5 1.3 Tujuan Penilitian Menentukan pengaruh rasio enkapsulan maltodekstrin pati kentang dan bahan inti yaitu ekstrak daun kelor terhadap karakteristik mikrokapsul ekstrak daun kelor dengan enkapsulan pati kentang. Menentukan pengaruh kecepatan pengadukan pada pencampuran enkapsulan dan ekstrak daun kelor terhadap karakteristik mikrokapsul ekstrak daun kelor dengan enkapsulan pati kentang. Menentukan kondisi proses terbaik yaitu rasio enkapsulan dan ekstrak daun kelor, serta kecepatan pengadukan untuk memperoleh mikrokapsul antioksidan daun kelor terbaik. 1.4 Manfaat Penilitian Mendapatkan informasi bahwa kombinasi maltodekstrin kentang dan gum arab 1% dapat digunakan sebagai enkapsulan yang baik pada enkapsulasi ekstrak daun kelor, sehingga kandungan nutrisi dan sifat fungsional yang terkandung didalamnya dapat terlindungi dan tidak mudah teroksidasi/rusak. Serta peningkatan kecepatan homogenisasi dapat meningkatkan kelarutan mikrokapsul ekstrak daun kelor yang dihasilkan