ABSTRAK PENGATURAN JANGKA WAKTU KEPEMILIKAN RUMAH TUNGGAL OLEH ORANG ASING DI ATAS TANAH HAK PAKAI ATAS HAK MILIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK PENGATURAN JANGKA WAKTU KEPEMILIKAN RUMAH TUNGGAL OLEH ORANG ASING DI ATAS TANAH HAK PAKAI ATAS HAK MILIK"

Transkripsi

1 ABSTRAK PENGATURAN JANGKA WAKTU KEPEMILIKAN RUMAH TUNGGAL OLEH ORANG ASING DI ATAS TANAH HAK PAKAI ATAS HAK MILIK Jangka waktu orang asing untuk dapat memiliki rumah tunggal di atas tanah hak pakai atas hak milik berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 bertentangan dengan jangka waktu yang dapat dimiliki orang asing atas tanah hak pakai atas hak milik berdasarkan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun Berdasarkan kondisi tersebut, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah karakteristik masalah pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik; (2) Bagaimanakah formulasi kebijakan pengaturan pemecahan masalah jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik? Berangkat dari adanya konflik norma, penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual dan historis. Sumber bahan hukum dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang dikumpulkan dengan teknik bola salju. Teknik analisis bahan hukum yang digunakan adalah teknik deskripsi, komparasi, evaluasi dan argumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Karakteristik masalah pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik dari diberlakukannya Pasal 7 PP No. 103 Tahun 2015 berdasarkan asas Lex specialis derogat legi generali sehubungan dengan adanya konflik norma antara lain meliputi: ketidaksesuaian antara pengaturan jangka waktu tanah hak pakai atas hak milik oleh orang asing dan Warga Negara Indonesia; dan tidak diakomodirnya bentuk akta sehubungan dengan perpanjangan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik; (2) Formulasi kebijakan pengaturan pemecahan masalah berhubungan dengan dilakukannya revisi terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang langsung berkaitan dengan karakteristik permasalahan yang ada sebagai langkah pengharmonisasian norma. Kata Kunci: Jangka Waktu, Rumah Tunggal, Hak Pakai atas Hak Milik, Orang Asing. ix

2 ABSTRACT REGULATORY OF PERIOD OF TIME FOR THE SINGLE TERM OF HOUSE OWNERSHIP BY FOREIGNERS ON THE LAND USE RIGHTS ON PROPRIETARY The period of time for foreigners to be able to have a single term of house on the land use rights on proprietary under Article 7 of Government Regulation Number 103 year 2015 contradicted to the period of time that can be owned by foreigners on land use rights on proprietary rights under Article 49 of Government Regulation Number 40 year Under these conditions, the problem formulated in this study were (1) How do the characteristics of problem related to regulatory of period of time for the single term of house ownership by foreigners on the land use rights on proprietary?; (2) How the policies formulation of troubleshooting regulatory of period of time for the single term of house ownership by foreigners on the land use rights on proprietary? Departing from the norm conflict, this study uses normative legal research' approach to legislation, conceptual and historical. Sources of law material in this research consists of primary legal materials, secondary and tertiary collected by the snowball technique. Legal materials analysis technique used were techniques of description, comparison, evaluation and argumentation. The results of this study indicate that (1) Characteristics of problem related to regulatory of period of time for the single term of house ownership by foreigners on the land use rights on proprietary under the implementation of Article 7 of Regulation Number 103 year 2015 is based on the principle of Lex specialis derogat legi generali in relation to the conflict of norms include: a mismatch between the provision of land use rights period on top of the property by foreigners and Indonesian citizen; and the unaccommodated deed related to the extension of the term of a single house ownership by on the land use rights on proprietary; (2) Policies formulation of troubleshooting settings related to the revision of provisions in the legislation which is directly related to the characteristics of the existing problems as the norm of harmonization's step. Keywords: Term, Single house, The land use rights on proprietary, Foreigner. x

3 RINGKASAN Tesis ini menganalisis tentang pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. Bab I, menguraikan latar belakang masalah yang beranjak dari adanya konflik norma antara Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia (untuk selanjutnya disebut PP No. 103 Tahun 2015) dan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai (untuk selanjutnya disebut PP No. 40 Tahun 1996). Adapun rumusan masalah yang diteliti dalam tesis ini meliputi dua hal, yaitu mengenai karakteristik masalah pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik dan formulasi kebijakan pengaturan pemecahan masalah jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. Pada bab ini juga diuraikan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoritis, metode penelitian, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum, serta teknik pengolahan dan analisis bahan hukum. Bab II, menguraikan tentang tinjauan umum yang terdiri dari empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai hak atas tanah. Sub bab kedua membahas mengenai hak pakai atas tanah. Sub bab ketiga membahas mengenai hak pemilikan rumah tempat tinggal oleh orang asing di Indonesia. Sub bab keempat membahas mengenai kedudukan orang asing di Indonesia. Bab III, merupakan hasil penelitian dan pembahasan rumusan masalah pertama dan kedua yang diuraikan ke dalam dua sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. Sub bab kedua membahas mengenai karakteristik masalah jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik yang didalamnya dibagi menjadi dua sub sub bab, yakni mengenai ketidaksesuaian antara pengaturan jangka waktu tanah hak pakai atas hak milik oleh orang asing dan Warga Negara Indonesia, serta mengenai akta perpanjangan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. Bab IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasan rumusan masalah kedua yang diuraikan ke dalam dua sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai harmonisasi norma yang didalamnya dibagi menjadi dua sub sub bab, yakni mengenai harmonisasi norma pengaturan jangka waktu tanah hak pakai atas hak milik oleh orang asing dan Warga Negara Indonesia, serta mengenai harmonisasi norma pengaturan akta perpanjangan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. Sub bab kedua membahas mengenai formulasi norma yang didalamnya dibagi menjadi dua sub sub bab, yakni mengenai formulasi norma pengaturan jangka waktu tanah hak pakai atas hak milik oleh orang asing dan Warga Negara Indonesia, serta mengenai formulasi norma pengaturan akta perpanjangan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. xi

4 Bab V, merupakan bab penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Karakteristik masalah pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik dari diberlakukannya Pasal 7 PP No. 103 Tahun 2015 berdasarkan asas Lex specialis derogat legi generali sehubungan dengan adanya konflik norma antara lain meliputi: ketidaksesuaian antara pengaturan jangka waktu tanah hak pakai atas hak milik oleh orang asing dan Warga Negara Indonesia; dan tidak diakomodirnya bentuk akta sehubungan dengan perpanjangan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik; (2) Formulasi kebijakan pengaturan pemecahan masalah berhubungan dengan dilakukannya revisi terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang langsung berkaitan dengan karakteristik permasalahan yang ada sebagai langkah pengharmonisasian norma. Adapun saran dalam penelitian ini antara lain agar dilakukannya revisi ketentuan-ketentuan hukum dalam beberapa peraturan perundang-undangan terkait jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik, serta agar disusun peraturan pelaksanaan yang lebih konkrit dan memberikan jaminan kepastian hukum, khususnya terkait dengan tata cara perpanjangan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. xii

5 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN SAMPUL DALAM.... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi ix x xi xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Hasil Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis Landasan Teoritis xiii

6 1.5.1 Konsep Negara Hukum Konsep Hak atas Tanah Konsep Rumah Tunggal Teori Kepastian Hukum Teori Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Teori Hierarki Norma Teori Harmonisasi Hukum Teori Kewenangan Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis Pendekatan Sumber Bahan Hukum Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik Analisis Bahan Hukum BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK ATAS TANAH, HAK PAKAI ATAS TANAH, HAK PEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL OLEH ORANG ASING DAN KEDUDUKAN ORANG ASING DI INDONESIA Tinjauan Umum tentang Hak atas Tanah Ruang Lingkup Hak atas Tanah Macam-macam Hak atas Tanah Tinjauan Umum tentang Hak Pakai Atas Tanah Pengertian Hak Pakai Atas Tanah.. 63 xiv

7 2.2.2 Subjek Hak Pakai Atas Tanah Terjadinya Hak Pakai Atas Tanah Jangka Waktu Hak Pakai Atas Tanah Kewajiban dan Hak Pemegang Hak Pakai atas Tanah Pembebanan Hak Pakai dengan Hak Tanggungan Peralihan Hak Pakai atas Tanah Hapusnya Hak Pakai atas Tanah Tinjauan Umum tentang Hak Pemilikan Rumah Tempat Tinggal oleh Orang Asing di Indonesia Tinjauan Umum tentang Kedudukan Orang Asing di Indonesia Pengertian dan Kedudukan Orang Asing di Indonesia Syarat Orang Asing untuk Dapat Memiliki Rumah Tempat Tinggal di Indonesia 91 BAB III KARAKTERISTIK MASALAH PENGATURAN JANGKA WAKTU KEPEMILIKAN RUMAH TUNGGAL OLEH ORANG ASING DI ATAS TANAH HAK PAKAI ATAS HAK MILIK Pengaturan Jangka Waktu Kepemilikan Rumah Tunggal oleh Orang Asing di atas Tanah Hak Pakai atas Hak Milik.. 95 xv

8 3.2 Karakteristik Masalah Jangka Waktu Kepemilikan Rumah Tunggal oleh Orang Asing di atas Tanah Hak Pakai atas Hak Milik Ketidaksesuaian antara Pengaturan Jangka Waktu Tanah Hak Pakai atas Hak Milik oleh Orang Asing dan Warga Negara Indonesia Akta Perpanjangan Jangka Waktu Kepemilikan Rumah Tunggal oleh Orang Asing di atas Tanah Hak Pakai atas Hak Milik BAB IV PEMECAHAN MASALAH JANGKA WAKTU KEPEMILIKAN RUMAH TUNGGAL OLEH ORANG ASING DI ATAS TANAH HAK PAKAI ATAS HAK MILIK Harmonisasi Norma Harmonisasi Norma Pengaturan Jangka Waktu Tanah Hak Pakai atas Hak Milik oleh Orang Asing dan Warga Negara Indonesia Harmonisasi Norma Pengaturan Akta Perpanjangan Jangka Waktu Kepemilikan Rumah Tunggal oleh Orang Asing di atas Tanah Hak Pakai atas Hak Milik Formulasi Norma xvi

9 4.2.1 Formulasi Norma Pengaturan Jangka Waktu Tanah Hak Pakai atas Hak Milik oleh Orang Asing dan Warga Negara Indonesia Formulasi Norma Pengaturan Bentuk Akta Perpanjangan Jangka Waktu Kepemilikan Rumah Tunggal oleh Orang Asing di atas Tanah Hak Pakai atas Hak Milik BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xvii

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar dan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Kelangsungan hidup manusia dalam kesehariannya tidak akan bisa dilepaskan dari tanah sebagai tempat melakukan kegiatan, tempat hidup dan tempat mencari penghidupan. Tidak hanya terbatas dalam kehidupan, bahkan pada saat manusia meninggal pun manusia akan tetap memerlukan tanah. Dalam kehidupan manusia, tanah mengandung makna multidimensional. Menurut Heru Nugroho, makna multidimensional tersebut antara lain meliputi: 1. Dari sisi ekonomi tanah merupakan sarana produksi yang dapat mendatangkan kesejahteraan; 2. Secara politis tanah dapat menentukan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan masyarakat; 3. Sebagai budaya yang dapat menentukan tinggi rendahnya status sosial pemiliknya; 4. Tanah bermakna sakral karena berurusan dengan warisan dan masalahmasalah transcendental. 1 Makna multidimensional pada tanah menyebabkan timbulnya hubungan spesifik antara manusia dengan tanah yang merupakan awal mula dibutuhkannya suatu ketentuan hukum dalam rangka memberikan suatu pengaturan yang jelas sehubungan dengan pemanfaatan, peruntukan dan penggunaan tanah. 1 Heru Nugroho, 2002, Reformasi Politik Agraria Mewujudkan Pemberdayaan Hak-hak atas Tanah, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hal

11 Indonesia sebagai negara agraris yang sadar akan arti pentingnya tanah bagi kehidupan manusia memiliki pengaturan sehubungan dengan tanah yang secara yuridis diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). UUPA bersumber dari Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945) sebagai landasan filosofis yang menyatakan bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari ketentuan Pasal tersebut, dapat diketahui bahwa tanah sebagai tempat hidup manusia, merupakan bagian daripada permukaan bumi yang memiliki fungsi sosial dan penggunaannya ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan diundangkannya UUPA pada tanggal 24 September 1960, maka sejak saat itu Indonesia telah memiliki Hukum Agraria Nasional yang didalamnya berisikan asas-asas dan pokok-pokok peraturan agraria yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) UUPA, Negara Indonesia sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat memiliki hak menguasai yang memberi wewenang kepada Negara untuk: a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. 2 Lebih lanjut dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa:

12 3 Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Berbagai bentuk hubungan hukum atas tanah yang berupa hak-hak penguasaan atas tanah memberi wewenang bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu atas tanah yang dihaki. 2 Walaupun demikian, pemegang hak atas tanah tidak dibenarkan apabila berbuat sewenang-wenang atas tanahnya. Kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan yang berlaku, serta fungsi sosial atas setiap hak atas tanah harus menjadi perhatian dan pedoman bagi pemegang hak atas tanah. Jenis-jenis hak atas tanah diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA yang antara lain meliputi: 1. Hak milik; 2. Hak guna usaha; 3. Hak guna bangunan; 4. Hak pakai; 5. Hak sewa; 6. Hak membuka tanah; 7. Hak memungut hasil hutan; 8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53. Di antara hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai diatur bersama-sama secara khusus di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai (PP No. 40 Tahun 1996). 2 Ny. Arie S. Hutagalung, 2005, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, Penerbit Lembaga Pemberdayaan Hukum Nasional, Jakarta, hal. 19.

13 Apabila dibandingkan antara hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai, maka hak pakai memiliki suatu perbedaan yang cukup signifikan dilihat dari subjek yang dapat memiliki hak pakai yang lebih beragam. Yang dapat memiliki hak guna bangunan dan hak guna usaha hanyalah Warga Negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, sedangkan yang dapat memiliki hak pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 PP No. 40 Tahun 1996 adalah: a. Warga Negara Indonesia; b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; c. Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Pemerintah Daerah; d. Badan-badan keagamaan dan sosial; e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia; f. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia; g. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan Internasional. 4 Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, dapat diketahui bahwa UUPA tidak menutup sama sekali kesempatan bagi orang asing maupun badan hukum asing yang berkedudukan di Indonesia untuk memiliki hak atas tanah di Indonesia. Orang asing maupun badan hukum asing yang dimaksud dapat memiliki hak atas tanah di Indonesia, namun terbatas hanya dengan status hak pakai. Hak pakai berdasarkan Pasal 41 UUPA adalah: Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan undang-undang ini.

14 5 Tidak semua tanah dapat diberikan dengan hak pakai. Tanah yang dapat diberikan dengan hak pakai sesuai dengan Pasal 41 PP No. 40 Tahun 1996 hanya meliputi tanah negara, tanah hak pengelolaan dan tanah hak milik. Jangka waktu hak pakai atas tanah negara dan tanah hak pengelolaan berbeda dengan jangka waktu hak pakai atas tanah hak milik. Jangka waktu hak pakai atas tanah negara dan tanah hak pengelolaan didasarkan pada Pasal 45 PP No. 40 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa: (1) Hak Pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 diberikan untuk jangka waktu paling lama dua puluh lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama dua puluh tahun atau diberikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu. (2) Sesudah jangka waktu Hak Pakai atau perpanjangannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) habis, kepada pemegang hak dapat diberikan pembaharuan Hak Pakai atas tanah yang sama. Untuk jangka waktu hak pakai di atas tanah hak milik diatur dalam Pasal 49 PP No. 40 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa: (1) Hak Pakai atas tanah Hak Milik diberikan untuk jangka waktu paling lama dua puluh lima tahun dan tidak dapat diperpanjang. (2) Atas kesepakatan antar pemegang Hak Pakai dengan pemegang Hak Milik, Hak Pakai atas tanah Hak Milik dapat diperbaharui dengan pemberian Hak Pakai baru dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan hak tersebut wajib didaftarkan. Dalam kaitannya dengan orang asing, pemberian hak pakai sepatutnya mampu memberikan kenyamanan bagi orang asing yang bersangkutan untuk menguasai tanah di Indonesia. Kedatangan orang asing di Indonesia tentunya memiliki tujuan yang beragam, mulai dari untuk berlibur menikmati alam dan budaya Indonesia, belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan di Indonesia, hingga untuk

15 6 melakukan pekerjaan yang harus diselesaikan di Indonesia. Mobilitas orang asing yang masuk ke Indonesia diprediksi akan terus bertambah seiring dengan adanya kemajuan di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, teknologi, telekomunikasi dan jaringan transportasi yang menyebabkan batas geografis negara tidak lagi signifikan seperti sebelumnya. Banyaknya orang asing yang datang ke Indonesia dengan tujuan yang beragam dalam tempo waktu yang lama dan bahkan berulangulang menyebabkan orang asing berkeinginan untuk memiliki rumah tempat tinggal atau hunian di Indonesia guna mendukung segala aktifitas yang dilakukan selama orang asing tersebut berada di Indonesia. Keberadaan orang asing di Indonesia sangat diharapkan mampu memberi efek positif dalam peningkatan perekonomian nasional secara signifikan. Sehubungan dengan hal tersebut, adanya rumah tempat tinggal atau hunian bagi orang asing di Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu cara yang baik dalam memberikan kenyamanan bagi orang asing untuk lebih banyak berbuat, berusaha dan berinvestasi di Indonesia dalam batasan-batasan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sebagai upaya dalam mendukung hal tersebut tentunya diperlukan ketentuanketentuan hukum yang mengatur secara jelas hal-hal apa saja yang berkaitan dengan rumah tempat tinggal atau hunian bagi orang asing di Indonesia. Dalam kaitannya dengan hunian oleh orang asing di Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia mengatur secara khusus ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan di dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia. Peraturan

16 Pemerintah ini kemudian dicabut dan diganti dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia (untuk selanjutnya disebut PP No. 103 Tahun 2015) pada penghujung tahun Pencabutan tersebut dirumuskan dalam Pasal 12 PP No. 103 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa: Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3644), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 7 PP 103 Tahun 2015 lahir sebagai akibat dari diluncurkannya Paket Kebijakan Tahap I September 2015 oleh Pemerintah Republik Indonesia guna menggerakan perekonomian nasional. Paket kebijakan tersebut terdiri atas tiga langkah 3, yaitu: 1. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha. 2. Mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan, sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis nasional tersebut. 3. Meningkatkan investasi di sektor properti. Seiring meningkatnya kerjasama Indonesia dengan negara-negara sahabat dan meningkatnya jumlah orang asing yang melakukan usaha dan kerja di Indonesia, permintaan kebutuhan rumah tempat tinggal bagi orang asing juga semakin meningkat. PP No. 103 Tahun 2015 hadir sebagai suatu kebijakan yang memberikan kepastian hukum bagi orang asing yang ingin memperoleh hak atas tanah untuk rumah tempat tinggal dengan tetap memegang prinsip-prinsip 3 Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2015, Gerakkan Ekonomi, Presiden Jokowi Luncurkan Paket Kebijakan Tahap I September 2015, dari URL : diakses pada tanggal 2 Juni 2015.

17 pertanahan di Indonesia dan memperhatikan batasan-batasan terhadap rumah tempat tinggal yang dapat diberikan kepada orang asing. Dalam PP No. 103 Tahun 2015 dinyatakan bahwa orang asing sebagai orang yang bukan merupakan Warga Negara Indonesia, namun berkedudukan di Indonesia dan keberadaannya memberikan manfaat, melakukan usaha, bekerja atau berinvestasi di Indonesia, dapat memiliki rumah untuk tempat tinggal atau hunian dengan Hak Pakai. Orang asing yang dimaksud diharuskan untuk memegang izin tinggal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sebagai syarat untuk memilki rumah untuk tempat tinggal ataupun hunian. Pasal 4 PP No. 103 Tahun 2015 memberikan batasan terhadap rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing, dimana rumah tempat tinggal atau hunian tersebut merupakan: a. Rumah tunggal di atas tanah: 1. Hak Pakai; atau 2. Hak Pakai di atas Hak Milik yang dikuasai berdasarkan perjanjian pemberian Hak Pakai di atas Hak Milik dengan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah. b. Sarusun yang dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai. 8 Dari uraian pasal tersebut perlu diperhatikan bahwa yang dapat dimiliki oleh orang asing menurut PP No. 103 Tahun 2015 bukanlah tanahnya, melainkan rumah tempat tinggal atau hunian yang dibangun secara terbatas diatas tanah Hak Pakai. Sejalan dengan Asas Pemisahan Horizontal yang dianut oleh UUPA yang memisahkan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau bangunanbangunan yang ada diatasnya, PP No. 103 Tahun 2015 menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan rumah tunggal pembelian baru, orang asing dapat diberikan Hak

18 9 Pakai, sedangkan untuk pembelian unit baru sarusun yang dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai, orang asing dapat diberikan Hak Milik. Rumah tunggal berdasarkan Pasal 1 angka 2 PP No. 103 Tahun 2015 merupakan rumah yang mempunyai kaveling sendiri dan salah satu dinding bangunan tidak dibangun tepat pada batas kaveling. Dalam kaitannya dengan rumah tunggal di atas tanah Hak Pakai dan rumah tunggal di atas tanah Hak Pakai atas Hak Milik, terdapat jangka waktu yang harus diperhatikan oleh orang asing yang berkeinginan untuk memiliki rumah tunggal. Dengan semangat dalam mewujudkan peningkatan investasi pada sektor properti, PP No. 103 Tahun 2015 memiliki ketentuan-ketentuan hukum seputar jangka waktu yang lebih menarik bagi orang asing apabila dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan hukum terkait jangka waktu yang diatur sebelumnya dalam PP No. 41 Tahun PP No. 103 Tahun 2015 memberikan jangka waktu yang lebih lama bagi orang asing dengan harapan agar orang asing dapat berinvestasi lebih besar di Indonesia dalam usaha meningkatkan perekonomian nasional. Pada Pasal 6 PP No. 103 Tahun 2015, rumah tunggal di atas tanah hak pakai dapat diberikan untuk jangka waktu tiga puluh tahun untuk kemudian dapat diperpanjang untuk jangka waktu dua puluh tahun. Apabila waktu perpanjangan telah berakhir, maka Hak Pakai dapat diperbaharui untuk jangka waktu tiga puluh tahun. Untuk rumah tunggal di atas tanah Hak Pakai di atas tanah Hak Milik yang dikuasai berdasarkan perjanjian, Pasal 7 PP No. 103 Tahun 2015 memberikan jangka waktu sesuai dengan jangka waktu yang disepakati dan tidak lebih lama dari

19 10 tiga puluh tahun. Apabila jangka waktu tersebut berakhir, maka Hak Pakai dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama dua puluh tahun sesuai kesepakatan dengan pemegang hak atas tanah. Lebih lanjut, dalam hal waktu perpanjangan telah berakhir, maka Hak Pakai dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama tiga puluh tahun sesuai kesepakatan dengan pemegang hak atas tanah. Adapun perjanjian yang berkaitan dengan jangka waktu tersebut wajib dicatat dalam buku tanah dan sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Apabila dibandingkan, sesungguhnya terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara ketentuan yang terdapat dalam PP No. 40 Tahun 1996 dan PP No. 103 Tahun Perbedaan tersebut dapat dicermati dalam kaitannya dengan jangka waktu di atas tanah hak pakai atas hak milik yang dalam PP No. 103 Tahun 2015 diatur lebih lama sehubungan dengan kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing, yakni tiga puluh tahun, dibandingkan dengan jangka waktu hak pakai atas hak milik yang diatur dalam PP No. 40 Tahun 1996 yang hanya dua puluh lima tahun. Disamping perbedaan masalah jangka waktu, selanjutnya terdapat perbedaan mengenai dapat dilakukannya perpanjangan jangka waktu bagi pemilik rumah tunggal di atas tanah hak pakai atas hak milik sebelum dilakukannya pembaharuan apabila jangka waktu kepemilikan rumah tunggal di atas tanah hak pakai atas hak milik telah berakhir dalam PP No. 103 Tahun 2015, padahal dalam PP No. 40 Tahun 1996 tidak dikenal adanya istilah perpanjangan sehubungan dengan hak pakai, melainkan hanya dikenal istilah pembaharuan.

20 Adanya ketentuan hukum mengenai jangka waktu di atas tanah hak pakai atas hak milik yang tidak sinkron antara Pasal 49 PP No. 40 Tahun 1996 dan Pasal 7 PP No. 103 Tahun 2015 menggambarkan adanya konflik norma yang terjadi di dalam peraturan perundang-undangan yang sederajat, yakni Peraturan Pemerintah. PP No. 103 Tahun 2015 merupakan suatu peraturan pemerintah yang mengatur tentang pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia, namun dengan memperhatikan bahwa dasar dari dibangunnya rumah tempat tinggal tersebut adalah tanah, maka segala ketentuan hukum terkait dengan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing tersebut tidak dapat terlepas dan akan selalu berkaitan dengan ketentuan-ketentuan hukum terkait tanah. Berdasarkan asas pemisahan horizontal yang digunakan dalam hukum tanah di Indonesia, bangunan (rumah tempat tinggal) dan tanaman bukanlah merupakan bagian dari tanah, sehingga perbuatan hukum mengenai tanah tidak dengan sendirinya meliputi bangunan dan tanaman yang terdapat di atas tanah, namun dalam praktik dimungkinkan suatu perbuatan hukum mengenai tanah yang meliputi bangunan dan tanaman yang terdapat di atasnya, asal: 1. Bangunan dan tanaman tersebut secara fisik merupakan satu kesatuan dengan tanah yang bersangkutan, artinya bangunan yang berfondasi dan tanaman merupakan tanaman keras; 2. Bangunan dan tanaman tersebut milik yang empunya tanah; 3. Maksud demikian secara tegas disebutkan dalam akta yang membuktikan dilakukannya perbuatan hukum yang bersangkutan Dari bagian menimbang di dalam PP No. 40 Tahun 1996 dan PP No. 103 Tahun 2015, dapat diketahui bahwa sesungguhnya kedua peraturan pemerintah tersebut 4 Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria di Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cetakan ke-9, Djambatan, Jakarta, hal. 20.

21 12 sama-sama dibentuk dengan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat dalam UUPA. PP No. 40 Tahun 1996 lahir dengan salah satu pertimbangan bahwa dipandang perlu adanya suatu peraturan pemerintah guna memberikan ketentuan-ketentuan hukum lebih lanjut mengenai Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai sebagaimana dimaksud dalam Bab II UUPA, sedangkan PP No. 103 Tahun 2015 lahir dengan salah satu pertimbangan guna dapat melaksanakan ketentuan Pasal 42 UUPA dan untuk lebih memberikan kepastian hukum pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia. Atas dasar hal tersebut, ketentuan hukum terkait jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik seyognyanya tersinkron dengan ketentuan hukum terkait jangka waktu yang dapat dimiliki oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. Adanya konflik norma diantara kedua peraturan pemerintah tersebut akan berimplikasi pada terjadinya kebingungan dalam masyarakat terkait aturan mana yang seharusnya digunakan, sehingga akan timbul suatu ketidakpastian hukum dalam penerapannya. Sehubungan dengan dapat dilakukannya perpanjangan dan pembaharuan, dalam PP No. 103 Tahun 2015 disebutkan bahwa rumah tunggal di atas tanah hak pakai atas hak milik dapat dimiliki oleh orang asing berdasarkan perjanjian pemberian hak pakai atas hak milik dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah. Lebih lanjut perpanjangan dan pembaharuan sehubungan dengan rumah tunggal tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang wajib dicatat dalam buku tanah dan sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.

22 Dalam logika hukum, apabila kepemilikan rumah tunggal di atas tanah hak pakai atas hak milik diberikan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, maka perpanjangan terkait hak pakai tersebut akan memerlukan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah. Sehubungan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Perkaban No. 8 Tahun 2012) menyatakan bahwa bentuk-bentuk akta yang dipergunakan dalam pembuatan akta meliputi: a. Akta Jual Beli; b. Akta Tukar Menukar; c. Akta Hibah; d. Akta Pemasukan ke Dalam Perusahaan; e. Akta Pembagian Hak Bersama; f. Akta Pemberian Hak Tanggungan; g. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai di atas Tanah Hak Milik; h. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. 13 Berdasarkan hal tersebut, bentuk akta sehubungan dengan perpanjangan jangka waktu pemberian hak pakai di atas tanah hak milik sesungguhnya belum ditentukan dan berpotensi menimbulkan masalah pada penerapannya di masa mendatang. Berangkat dari adanya konflik norma sebagaimana dipaparkan di atas, maka dirasa perlu adanya suatu penyelesaian yang tidak hanya dilakukan dengan pemikiran-pemikiran praktis, melainkan juga melalui analisa yuridis yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan secara komprehensif dan mendalam sehubungan dengan pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal bagi orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik.

23 14 Hal-hal sebagaimana telah dipaparkan di atas merupakan topik kajian dalam tesis ini. Sebelum dilakukannya penelitian ini, terlebih dahulu telah dilakukan penelusuran melalui media internet untuk menemukan judul-judul penelitian yang memiliki kesamaan ataupun kemiripan dengan judul yang digunakan peneliti. Secara akademik, orisinalitas penelitian ini dapat dipertahankan, karena meskipun sebelumnya telah terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan tanah di atas hak pakai atas hak milik maupun terkait kepemilikan properti oleh orang asing, namun penelitian yang membahas tentang jangka waktu kepemilikan rumah tinggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik merupakan suatu penelitian yang baru. Atas dasar hal tersebut, penelitian dalam tesis ini tentu akan berbeda dari segi isi dan pembahasannya dengan penelitian-penelitian dalam tesis lainnya. Adapun kajian dari tesis-tesis tersebut dipaparkan sebagai berikut: 1. Tesis mahasiswa Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia dengan judul Pemberian Hak Pakai atas Tanah Hak Milik sebagai Alternatif bagi Warga Negara Asing untuk Memiliki Rumah Tinggal di Indonesia dalam Menunjang Kepentingan Investasi oleh Dyah Ayu Grashinta, NIM , tahun Adapun permasalahan yang dibahas pada tesis ini ada 3 hal, yakni: (1) Bagaimana alternatif bagi WNA untuk dapat memiliki rumah tinggal di Indonesia dalam menunjang kepentingan investasi? (2) Apakah perjanjian yang secara hukum sah melandasi pemilikan rumah tempat tinggal bagi WNA di Indonesia? (3) Bagaimana prosedur pelaksanaan perjanjian yang melandasi pemilikan rumah tempat tinggal oleh WNA berupa perjanjian pemberian Hak Pakai atas Tanah Hak Milik? Hasil penelitian dalam

24 15 tesis ini menunjukkan bahwa WNA diperkenankan untuk memiliki rumah tinggal di atas tanah hak pakai dengan jangka waktu paling lama 25 tahun. Pemilikan rumah tinggal oleh WNA dilandasi suatu perjanjian pemberian hak pakai atas tanah hak milik yang berupa Akta Pemberian Hak Pakai atas Tanah Hak Milik yang dibuat dalam bentuk tertulis oleh Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah. Walaupun tesis di atas mengkaji kepemilikan rumah tinggal oleh orang asing, namun permasalahan, pembahasan dan hasil penelitian pada tesis di atas memiliki perbedaan yang signifikan dengan permasalahan, pembahasan dan hasil penelitian yang terdapat pada tesis ini. Tesis di atas lebih menitikberatkan pada kepemilikan rumah tinggal bagi Warga Negara Asing melalui pemberian hak pakai atas hak milik sebagai alternatif untuk menunjang kepentingan investasi yang secara umum didasarkan pada PP No. 41 Tahun 1996 sebagai peraturan pemerintah yang berlaku sebelum ditetapkannya PP no. 103 Tahun 2015, sedangkan tesis ini lebih menitikberatkan dan mengkhusus pada jangka waktu kepemilikan rumah tunggal di atas tanah hak pakai atas hak milik yang beranjak dari adanya konflik norma antara ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat dalam PP No. 103 Tahun 2015 dan PP No. 40 Tahun 1996, beserta karakteristik masalah yang ditimbulkan dan juga pemecahan masalahnya. Adapun hasil penelitian dalam tesis di atas merupakan cerminan ataupun gambaran dari apa yang ditentukan dalam PP No. 41 Tahun 1996 yang tentunya akan sangat berbeda dengan hasil penelitian yang terdapat dalam tesis ini.

25 16 2. Tesis mahasiswa Program Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul Efektifitas Peraturan Pemberian Hak Pakai atas Tanah Milik Pribadi bagi Orang Asing di Kabupaten Badung yang disusun oleh I Putu Indra Mandhala Putra, NIM , tahun Adapun permasalahan yang dibahas pada tesis ini ada 3 hal, yakni: (1) Faktorfaktor apakah yang mempengaruhi pelaksanaan ketentuan pemberian hak pakai atas tanah untuk orang asing di Kabupaten Badung? (2) Bagaimana fungsi dan peranan Notaris/PPAT selaku pejabat umum dalam mendukung efektifitas pelaksanaan pemberian hak pakai untuk orang asing? (3) Apakah pelaksanaan ketentuan pemberian hak pakai atas tanah untuk orang asing di Kabupaten Badung sudah berjalan efektif? Hasil penelitian dalam tesis ini menunjukkan bahwa pelaksanaan ketentuan pemberian hak pakai atas tanah milik pribadi bagi orang asing di Kabupaten Badung belumlah efektif, yang mana hal tersebut ditentukan oleh faktor aparat atau petugas hukumnya, termasuk Notaris/PPAT, dan juga dipengaruhi oleh faktor kesadaran hukum masyarakat. Tesis tersebut di atas sangat berbeda dengan tesis ini baik dari segi permasalahan, pembahasan dan hasil penelitian yang ada. Perbedaan tesis tersebut di atas dengan tesis ini terlihat jelas pada jenis penelitian hukum yang digunakan. Dari judul tesis di atas, dapat diketahui bahwa jenis penelitian hukum yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris yang beranjak dari adanya kesenjangan antara ketentuan hukum yang ada dengan kenyataan di lapangan, yang dalam hal ini ialah Kabupaten Badung. Berbeda dengan jenis penelitian hukum pada tesis di atas, jenis penelitian hukum yang digunakan

26 17 dalam tesis ini merupakan jenis penelitian hukum normatif yang beranjak dari adanya konflik norma antara ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat dalam PP No. 103 Tahun 2015 dan PP No. 40 Tahun Dengan adanya akar permasalahan yang berbeda, tentunya substansi dalam tesis di atas akan sangat berbeda dengan substansi yang ada dalam tesis ini. 3. Tesis mahasiswa Program Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul Pengaturan Kebijakan Hak Kepemilikan Properti atas Tanah dan Bangunan bagi Warga Negara Asing di Indonesia yang disusun oleh Putu Ayu Ratih Tribuana, NIM , tahun Adapun permasalahan yang dibahas pada tesis ini ada 2 hal, yakni: (1) Apakah Warga Negara Asing dapat memegang hak milik penuh atas tanah dan bangunan di Indonesia? (2) Bagaimanakah batas-batas hak penuh kepemilikan properti atas tanah dan bangunan bagi Warga Negara Asing? Hasil penelitian dalam tesis ini menunjukkan bahwa kegiatan penguasaan tanah oleh orang asing maupun badan hukum asing menurut Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia masih konsisten dengan Asas Nasionalitas dan masih berlaku pula sistem pemisahan horizontal antara tanah dan bangunan. Tesis tersebut di atas baik dari segi permasalahan, pembahasan dan hasil penelitian yang ada memiliki perbedaan mendasar dengan tesis ini. Tesis di atas lebih menitikberatkan pada hak Warga Negara Asing terkait kepemilikan properti atas tanah dan bangunan di Indonesia beserta batasan-batasan haknya. Adapun properti yang dimaksud dalam tesis di atas mencakup didalamnya

27 18 rumah tunggal dan juga satuan rumah susun. Berbeda dengan tesis di atas, tesis ini lebih menitikberatkan dan mengkhusus pada jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik yang beranjak dari adanya konflik norma antara ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat dalam PP No. 103 Tahun 2015 dan PP No. 40 Tahun 1996 beserta karakteristik masalah yang ditimbulkan dan juga pemecahan masalahnya. Uraian singkat tentang judul, permasalahan dan hasil penelitian dalam beberapa tesis terdahulu di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan penelitian yang akan dibahas dalam tesis ini. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka karya tulis ilmiah dalam bentuk tesis yang berjudul Pengaturan Jangka Waktu Kepemilikan Rumah Tunggal oleh Orang Asing di atas Tanah Hak Pakai atas Hak Milik ini, baik mengenai latar belakang, rumusan masalah yang dikaji, maupun pembahasannya bukan merupakan plagiasi terhadap tulisan penelitian-penelitian terdahulu. 1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan diteliti dalam tesis ini. Masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik masalah pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik?

28 19 2. Bagaimanakah formulasi kebijakan pengaturan pemecahan masalah jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam merencanakan penulisan penelitian tentunya harus dikembalikan pada tujuan penelitian tersebut. 5 Adapun tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran konseptual sehubungan dengan pengembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Agraria dalam kaitannya dengan kepemilikian rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus dilakukan untuk memberikan deskripsi sekaligus analisis secara mendalam untuk: 1. Mengetahui, mendeskripsi dan menganalisis karakteristik masalah pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. 2. Mengetahui, mendeskripsi dan menganalisis formulasi kebijakan pengaturan pemecahan masalah jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. 1.4 Manfaat Hasil Penelitian 5 Burhan Ashsofa, 2010, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, hal. 133.

29 20 Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis Manfaat Teoritis Adapun manfaat teoritis diadakannya penelitian ini adalah: 1. Memberikan kontribusi teoritis terkait karakteristik masalah pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. 2. Memberikan informasi mengenai formulasi kebijakan pengaturan pemecahan masalah jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik Manfaat Praktis Manfaat praktis diadakannya penelitian ini antara lain adalah: 1. Bagi masyarakat, dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang hukum, khususnya Hukum Agraria mengenai pengaturan jangka waktu kepemilikian rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. 2. Bagi Pemerintah selaku pembuat kebijakan, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk membentuk produk hukum yang lebih selaras dengan produk hukum yang lain dan mencerminkan kepastian hukum mengenai jangka waktu kepemilikian rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik. 3. Bagi Peneliti, disamping untuk kepentingan penyelesaian studi juga untuk menambah pengetahuan di bidang Hukum Agraria.

30 Landasan Teoritis Landasan teoritis memiliki cakupan yang luas, meliputi teori hukum itu sendiri, asas hukum, konsep hukum dan adagium hukum dalam rangka membangun argumentasi hukum sebagai jawaban atas masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Suatu landasan teoritis dapat memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada suatu pengetahuan penelitian. 6 Untuk membahas permasalahan yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, yakni mengenai pengaturan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal di atas tanah hak pakai atas hak milik oleh orang asing, maka akan diketengahkan beberapa teori dan konsep serta pandangan para sarjana sebagai pembenaran teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Adapun konsep dan teori tersebut antara lain meliputi: Konsep Negara Hukum Sebuah Negara menurut Plato terbentuk karena tidak ada seorang pun yang sanggup mandiri, dan selain itu kita hidup membutuhkan banyak hal yang tidak dapat dihasilkan atau dikerjakan hanya seorang diri, A city comes into being because each of us is not self-sufficient, but need many things. 7 Aristoteles menambahkan bahwa sesungguhnya setiap negara itu merupakan suatu persekutuan hidup atau lebih tepat lagi suatu persekutuan hidup politis. 8 6 Soerjono Soekanto (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I), 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hal J. H. Rapar, 2001, Filsafat Politik Plato, Aristoteles, Agustinus, Machiavelli, PT. Raja Grafinfo Persada, Jakarta, hal Ibid., hal. 167.

31 22 Suatu Negara dapat dikatakan sebagai suatu Negara Hukum dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Negara tersebut. Frederich Julius Stahl memaparkan empat prinsip yang terdapat dalam suatu Negara Hukum yang oleh Negara penganut Civil Law dikenal dengan sebutan Rechtstaat. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain meliputi: 1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia; 2. Negara didasarkan pada teori trias politica; 3. Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (Wetmatiig Bestuur); 4. Adanya peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechmatige overheidsdaad). 9 Dalam Negara yang menganut sistem Common Law, Albert Venn Dicey menyatakan bahwa suatu Negara dapat dikatakan sebagai Negara Hukum (Rule of Law), apabila telah memenuhi unsur-unsur Negara Hukum sebagaimana, yaitu: 1. Supremacy of law, artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam negara adalah hukum (kedaulatan hukum); 2. Equality before the law, artinya persamaan dalam kedudukan hukum bagi semua warga negara, baik selaku pribadi maupun kualifikasinya sebagai pejabat negara; 3. Constitution based on individual rights, artinya konstitusi itu bukan merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia dan jika hak-hak asasi 9 Titik Triwulan Tutik, 2010, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Kencana, Jakarta, hal. 61.

32 manusia diletakkan dalam konstitusi itu hanya sebagai penegasan bahwa hak asasi itu harus dilindungi Menurut Sri Soemantri Martosoewigjono, Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dengan unsur-unsur yang dimiliki sebagai berikut: 1. Adanya pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia dan warga negara; 2. Adanya pembagian kekuasaan; 3. Bahwa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, pemerintah harus selalu berdasarkan atas hukum yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis; 4. Adanya kekuasaan kehakiman yang dalam menjalankan kekuasaannya merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, sedang khusus untuk Mahkamah Agung harus juga merdeka dari pengaruh-pengaruh lainnya. 11 Relevansi Konsep Negara Hukum dengan permasalahan yang dikaji adalah sehubungan dengan adanya kedaulatan hukum, dimana hukum memiliki kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara, sehingga setiap tindakan warga negara, pemerintah atau negara, yang dalam penelitian ini berhubungan dengan jangka waktu kepemilikan rumah tunggal oleh orang asing di atas tanah hak pakai atas hak milik haruslah didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu, peraturan perundang-undangan 10 Nukthoh Arfawie Kurde, 2005, Telaah Kritis Teori Negara Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta hal Astim Riyanto, 2006, Teori Konstitusi, Penerbit Yapendo, Bandung, hal. 277.

33 24 yang jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan sangat diperlukan dalam mewujudkan cita hukum dalam memberikan kepastian, keadilan dan kemanfaatan bagi semua pihak Konsep Hak Atas Tanah Dari sudut pandang ilmu hukum, hak dapat dipahami sebagai suatu kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum atas benda ataupun orang, sehingga diantaranya timbul suatu hubungan hukum. Berdasarkan pengertian hak tersebut, hak atas tanah dimaknai sebagai suatu kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum atas suatu bidang tanah, sehingga diantara subjek hukum dan tanah terdapat suatu hubungan hukum yang saling mengikat. Hak atas tanah atau yang menurut Urip Santoso disebut sebagai hak penguasaan atas tanah, merupakan hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. 12 Penguasaan dalam arti yuridis dilandasi oleh hak yang dilindungi hukum dan memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai tanah tertentu secara fisik. UUPA sebagai peraturan perundang-undangan yang memberikan pengaturan tentang agraria di Indonesia juga memberikan pengertian terkait hak atas tanah yang dinyatakan pada Pasal 4 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa: 12 Urip Santoso, 2013, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Cetakan Ketiga, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 10.

HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA. Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA. Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG Oleh: Vita Natalia Tambing I Gusti Ayu Putri Kartika

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH ORANG ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960 HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960 Oleh Kadek Rita Listyanti Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.325, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERUMAHAN. Orang Asing. Pemilikan. Rumah. Hunian. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5793) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu unsur yang paling penting bagi setiap manusia di dalam melangsungkan kebutuhan hidupnya. Tanah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan produksi setiap fase peradaban sehingga dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ditentukan Bumi dan air dan

Lebih terperinci

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN Oleh Ida Ayu Putu Larashati Anak Agung Ngurah Gde Dirksen Program Kekhususan/Bagian

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM TESIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM IDA BAGUS ADHI BHAWANA NIM 1392461016 PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana AKIBAT HUKUM JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH KEPADA ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I A. LATAR BELAKANG BAB I A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan sebidang tanah baik digunakan untuk membangun rumah maupun dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

PENGATURAN KEBIJAKAN HAK KEPEMILIKAN PROPERTI ATAS TANAH DAN BANGUNAN BAGI WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

PENGATURAN KEBIJAKAN HAK KEPEMILIKAN PROPERTI ATAS TANAH DAN BANGUNAN BAGI WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA TESIS PENGATURAN KEBIJAKAN HAK KEPEMILIKAN PROPERTI ATAS TANAH DAN BANGUNAN BAGI WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA PUTU AYU RATIH TRIBUANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PENGATURAN

Lebih terperinci

PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960

PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 Penguasaan Tanah oleh Warga Negara Asing dengan Perjanjian Pinjam Nama (Nominee) di Wilayah... PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Tanah Terlantar Sebagaimana diketahui bahwa negara Republik Indonesia memiliki susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya bercorak agraris, bumi,

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017 PEMINDAHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI LELANG MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1996 DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 1 Oleh : Farrell Gian Kumampung 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan berada dalam persimpangan lalu lintas dunia. Negara kesatuan yang berdaulat yang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan berada dalam persimpangan lalu lintas dunia. Negara kesatuan yang berdaulat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kesatuan yang terletak di antara dua benua yakni benua Asia dan benua Australia serta samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi

Lebih terperinci

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas Bab II HAK HAK ATAS TANAH A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas tanah adalah Pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air, ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikaruniakan

Lebih terperinci

PENGATURAN HAK PENGUASAAN TANAH HAK MILIK PERORANGAN OLEH NEGARA

PENGATURAN HAK PENGUASAAN TANAH HAK MILIK PERORANGAN OLEH NEGARA PENGATURAN HAK PENGUASAAN TANAH HAK MILIK PERORANGAN OLEH NEGARA A. A. Sagung Tri Buana Marwanto Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penguasaan tanah milik perorangan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Tanah, Penguasaan, Warga Negara Asing, Kabupaten Gianyar

Kata Kunci: Tanah, Penguasaan, Warga Negara Asing, Kabupaten Gianyar EKSISTENSI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG KEPEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH ORANG ASING DI KABUPATEN GIANYAR I Komang Ady Ardhiana I Gusti Ngurah Wairocana Cokorde Dalem

Lebih terperinci

KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI oleh : I Putu Indra Mandhala Putra A.A. Sagung Wiratni Darmadi A.A. Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I P E N D A H U L U AN BAB I P E N D A H U L U AN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan rumah tempat tinggal atau hunian di daerah perkotaan semakin meningkat dan dirasakan kurang, mengingat jumlah perumahan yang tersedia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 6 Undang-undang Pokok Agraria Tahun 1960 menetapkan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Ini berarti, bahwa penggunaan tanah harus sesuai dengan

Lebih terperinci

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN Syarifa Yana Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan Batam

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013) TINDAKAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL YANG MENERBITKAN SERTIPIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG DIJADIKAN HUTAN KOTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 ANDI KURNIAWAN SUSANTO NRP: 2090148 Program Studi

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Perlindungan Hukum Pemegang Hak atas Tanah Eigendom Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia Legal Protection Of Land Rights For Eigendom Holders By Positive Law In Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerja Praktik merupakan suatu proses penerapan disiplin ilmu yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja praktik dilaksanakan. Dalam kerja praktik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA) www.4sidis.blogspot.com HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA) MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pertanahan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaitanya tentang hukum tanah, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan

Lebih terperinci

STATUS KEPEMILIKAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN

STATUS KEPEMILIKAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN STATUS KEPEMILIKAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN Oleh Anak Agung Ngurah Arya Winata I Nengah Suharta Program Kekhususan Hukum Pemerintah Fakultas Hukum Unviersitas Udayana ABSTRACT Property rights of the ownership

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal didirikannya Republik Indonesia, yang menjadi tujuan utama pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Lebih terperinci

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING MAKALAH Oleh : Hukum Agraria Dosen : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE Oleh : I Wayan Eri Abadi Putra I Gusti Nyoman Agung, SH.,MH. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Hukum Agraria, Hak Milik Atas Tanah, Perjanjian Nominee, WNA ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Hukum Agraria, Hak Milik Atas Tanah, Perjanjian Nominee, WNA ABSTRACT 1 PENGATURAN MENGENAI PERJANJIAN NOMINEE DAN KEABSAHANNYA (DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA) Oleh : Gde Widhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting baik untuk kehidupan maupun untuk tempat peristirahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik mengenai data fisik maupun data yuridis dikenal dengan sebutan pendaftaran tanah. 1 Ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk

BAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah dapat digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk sandang, pangan dan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017 SERTIFIKAT KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH MERUPAKAN ALAT BUKTI OTENTIK MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NO. 5 TAHUN 1960 1 Oleh : Reynaldi A. Dilapanga 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula ruang angkasa adalah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia sangat mendambakan dan menghargai suatu kepastian, terutama sebuah kepastian yang berkaitan dengan hak atas suatu benda yang menjadi miliknya, yang

Lebih terperinci

Bahwa sebelum berlakunya UUPA terdapat dualisme hukum agraria di Indonesia yakni hukum agraria adat dan hukum agraria barat. Dualisme hukum agraria ini baru berakhir setelah berlakunya UUPA yakni sejak

Lebih terperinci

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration 1 KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Oleh : Ni Luh Putu Arianti A.A Ariani Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan sebagian besar kehidupan masyarakatnya masih bercorak agraris karena sesuai dengan iklim Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Permukan bumi sebagai dari bumi disebut tanah.

Lebih terperinci

Kata kunci: iktikad baik, rumah susun, perlindungan konsumen. v Universitas Kristen Maranatha

Kata kunci: iktikad baik, rumah susun, perlindungan konsumen. v Universitas Kristen Maranatha TINJAUAN YURIDIS TERHADAP IKTIKAD BAIK PENGEMBANG RUMAH SUSUN DALAM TINDAKAN HUKUM PEMESANAN RUMAH SUSUN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH YANG BERASAL DARI REKLAMASI PANTAI

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH YANG BERASAL DARI REKLAMASI PANTAI 214 MIMBAR HUKUM Volume 27, Nomor 2, Juli 2015, Halaman 214-225 PEROLEHAN HAK ATAS TANAH YANG BERASAL DARI REKLAMASI PANTAI Urip Santoso * Departemen Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN,

Lebih terperinci

PENGATURAN PENJUALAN SAHAM BADAN USAHA MILIK NEGARA PADA PIHAK SWASTA. Oleh: Kadek Yowana Aryawan I Gusti Ayu Putri Kartika I Nyoman Bagiastra

PENGATURAN PENJUALAN SAHAM BADAN USAHA MILIK NEGARA PADA PIHAK SWASTA. Oleh: Kadek Yowana Aryawan I Gusti Ayu Putri Kartika I Nyoman Bagiastra PENGATURAN PENJUALAN SAHAM BADAN USAHA MILIK NEGARA PADA PIHAK SWASTA Oleh: Kadek Yowana Aryawan I Gusti Ayu Putri Kartika I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara yang corak kehidupan serta perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, sebagian besar kehidupan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PENGUASAAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA BAGI WARGA NEGARA ASING

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PENGUASAAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA BAGI WARGA NEGARA ASING BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PENGUASAAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA BAGI WARGA NEGARA ASING A. Penguasaan Hak Atas Tanah di Indonesia Bagi Warga Negara Asing 1. Tinjauan Umum

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016 PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH AKIBAT HIBAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK AGRARIA 1 Oleh : Cry Tendean 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

LUH PUTU SWANDEWI ANTARI

LUH PUTU SWANDEWI ANTARI TESIS BATAS PENGATURAN PERUSAHAAN DAERAH (STUDI TERHADAP PERATURAN DAERAH TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PADA KABUPATEN BADUNG, KOTA DENPASAR, DAN KABUPATEN BULELENG) LUH PUTU SWANDEWI ANTARI PROGRAM

Lebih terperinci

TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR)

TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR) TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR) PUTU HELENA EVIE OKTYAVINA SRIDANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh : PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH.

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH. 1 of 16 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa tanah memilik peran

Lebih terperinci

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun,

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun, LAMPIRAN: 1 Persandingan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Menurut Undang-Undang Pertanahan Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara geografis tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas tanah merupakan hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal diatas tanah dan memanfaatkan tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan individu dalam

Lebih terperinci

KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA

KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA Mira Novana Ardani miranovana@yahoo.com ABSTRAK Orang asing yang berkedudukan di Indonesia memerlukan tanah yang akan dijadikan tempat tinggal mereka

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Obligasi Daerah, Kewenangan, Pemerintahan Daerah. viii

ABSTRAK. Kata Kunci: Obligasi Daerah, Kewenangan, Pemerintahan Daerah. viii KEPASTIAN HUKUM KEWENANGAN DAN PENGAWASAN PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DI PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 Oleh : Indah Permatasari 1 ABSTRACT The local government is given authority by the constitution to establish local regulations.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Sudah sewajarnya jika setiap manusia mempunyai tempat tinggal yang layak sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

BAB II PERALIHAN HAK ATAS TANAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN A. Tinjauan Umum Mengenai Peralihan Hak Atas Tanah

BAB II PERALIHAN HAK ATAS TANAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN A. Tinjauan Umum Mengenai Peralihan Hak Atas Tanah 13 BAB II PERALIHAN HAK ATAS TANAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 A. Tinjauan Umum Mengenai Peralihan Hak Atas Tanah Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan tanah saat ini sangat meningkat karena tanah tidak hanya digunakan sebagai tempat hunian tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk membuka usaha. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah adalah elemen sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris karena sebagian besar penduduknya adalah petani yang

Lebih terperinci

IMPLIKASI HAK MENGUASAI NEGARA TERHADAP HAK MILIK PERORANGAN SEBAGAI POLITIK AGRARIA DALAM PENYELENGGARAAN ATAS TANAH

IMPLIKASI HAK MENGUASAI NEGARA TERHADAP HAK MILIK PERORANGAN SEBAGAI POLITIK AGRARIA DALAM PENYELENGGARAAN ATAS TANAH IMPLIKASI HAK MENGUASAI NEGARA TERHADAP HAK MILIK PERORANGAN SEBAGAI POLITIK AGRARIA DALAM PENYELENGGARAAN ATAS TANAH Oleh Amelia Febrina Merry Bogia I Dewa Gede Palguna Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, dan prinsip negara hukum menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Hak penguasaan atas tanah memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadilan dan kepastian hukum tentulah menjadi dua harapan dari diberlakukannya hukum. Masyarakat yang kepentingannya tercemar akan merasa keadilannya terusik dan

Lebih terperinci

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA PERSPEKTIF Volume XX No. 3 Tahun 2015 Edisi September HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya e-mail: urip_sts@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk di kota-kota besar seperti halnya yang terjadi di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, mengakibatkan adanya keterbatasan tanah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, antara lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas kehidupan manusia dan tempat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN TESIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN MADE ARI PARYADNYA NIM. 1392461029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM 1 HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM Dedy Triyanto Ari Rahmad I Gusti Ngurah Wairocana Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Abstrak Hubungan antara norma hukum dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PEMBERIAN HAK PAKAI ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI ALTERNATIF BAGI WARGA NEGARA ASING UNTUK MEMILIKI RUMAH TINGGAL DI INDONESIA DALAM MENUNJANG KEPENTINGAN INVESTASI TESIS Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan dari berbagai dinamika masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan terhadap pembangunan untuk

Lebih terperinci

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL Urip Santoso (Dosen Tetap Pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Jln. Darmawangsa Dalam selatan Surabaya) Abstract: Government is a side or party

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah sebuah hak yang bisa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN DALAM PENANAMAN MODAL PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21-22/PUU-V/2007

PELAKSANAAN PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN DALAM PENANAMAN MODAL PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21-22/PUU-V/2007 PELAKSANAAN PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN DALAM PENANAMAN MODAL PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21-22/PUU-V/2007 Oleh : I Gusti Agung Bagus Yudistira Adiputra I Gusti Nyoman

Lebih terperinci

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM Oleh Candraditya Indrabajra Aziiz A.A Gede Ngurah Dirksen Ida Bagus Putra Atmadja

Lebih terperinci

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup JURNAL PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA JUAL BELI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KOTA TEGAL Diajukan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN Rangga Dwi Prasetya Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017 PENILAIAN GANTI KERUGIAN OLEH LEMBAGA PERTANAHAN MENURUT UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM 1 Oleh : Ricardo Irenius Tatibi 2 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017 JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Mardalin Gomes 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

LEGAL MEMORANDUM STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DALAM HAL PEMILIKNYA TERIKAT PERKAWINAN CAMPURAN TANPA MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN

LEGAL MEMORANDUM STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DALAM HAL PEMILIKNYA TERIKAT PERKAWINAN CAMPURAN TANPA MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN LEGAL MEMORANDUM STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DALAM HAL PEMILIKNYA TERIKAT PERKAWINAN CAMPURAN TANPA MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN Rudijanto Budiman (1288007) ABSTRAK Penyusunan Legal Memorandum ini

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG LELANG TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG LELANG TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG LELANG TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE AKIBAT PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH KARENA LELANG OBJEK HAK TANGGUNGAN Oleh : Ni Kadek Ayu Purnama Dewi Ni Made Ari Yuliartini

Lebih terperinci