KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN. Yoga Yolanda Universitas Negeri Malang

Transkripsi

1 KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN Yoga Yolanda Universitas Negeri Malang ABSTRAK Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Bahkan, jauh sebelumnya telah diikrarkan dalam sumpah pemuda bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang senantiasa akan dijunjung tinggi oleh seluruh putra dan putri Indonesia. Oleh karena itu, di dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia tentu tidak dapat dianggap sebagai sekadar mata pelajaran. Berbagai kebijakan telah dibuat oleh pemerintah dalam rangka menjaga eksistensi serta kelestarian bahasa Indonesia melalui pendidikan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai bahasa Indonesia dalam pendidikan. Melalui pendeskripsian tersebut, diperoleh bahwa kebijakan pemerintah mengenai bahasa Indonesia di dalam pendidikan telah dimuat dalam (1) Undang-Undang Dasar 1945; (2) Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia; serta (4) Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, Permendikbud Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016, dan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang KI dan KD Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pendidikan Dasar dan Menengah. Kata Kunci: Kebijakan Pemerintah, Bahasa Indonesia, Pendidikan PENDAHULUAN Pendidikan adalah ranah penting dalam pembangunan nasional. Keseriusan bangsa Indonesia terhadap pendidikan salah satunya dibuktikan dengan dialokasikannya 20% APBN untuk sektor pendidikan. Selain itu, pendidikan di Indonesia diatur dalam sebuah sistem. Sistem tersebut mengatur segala komponenkomponen pendidikan. Salah satu komponen pendidikan adalah pemerintah. Pemerintah, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, berperan sebagai penentu kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah dapat berbentuk undang- 1

2 undang, peraturan pemerintahan, peraturan menteri, dan segala bentuk peraturan hukum tertulis lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah terkait pendidikan sering disebut sebagai landasan yuridis atau landasan hukum pendidikan. Taufik (2014:2) mengatakan bahwa landasan yuridis sistem pendidikan nasional Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan Indonesia yang menjadi titik tolak sistem pendidikan nasional Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gamage dan Pang (dalam Rawita, 2010:27), yakni kebijakan pendidikan adalah perangkat panduan yang memberikan kerangka kerja bagi tindakan dalam hubungan dengan persoalan substantif. Jadi, landasan hukum pendidikan adalah dasar atau fondasi yang menjadi pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di suatu negara. Kebijakan-kebijakan pemerintah tentang pendidikan perlu dipahami oleh komponen-komponen pendidikan, seperti para pendidik dan tenaga kependidikan. Komponen-komponen pendidikan tersebut harus menjadikannya sebagai titik tolak dan ruang lingkup dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan demikian diharapkan akan tercipta penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang tertib yang menjadi salah satu prasyarat untuk dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional. Di dalam sistem pendidikan nasional, bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur di dalamnya. Pada 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia diikrarkan sebagai bahasa persatuan. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus mendapat perhatian khusus di dalam dunia pendidikan dan bukan dipandang sebagai sekadar mata pelajaran. Perhatian terhadap bahasa Indonesia sepatutnya diwujudkan pula melalui kebijakan-kebijakan pemerintah. Lantas, bagaimanakah bentuk-bentuk kebijakan pemerintah terkait bahasa Indonesia? Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam sistem pendidikan nasional telah melakukan kebijakan-kebijakan mengenai bahasa Indonesia dalam pendidikan. Atas latar belakang di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan-kebijakan menjadi titik tolak bagi terselenggaranya pendidikan bahasa Indonesia dan menjadi rambu-rambu bagi penyelenggara pendidikan di sekolah yang bentuknya berupa Undang-Undang Dasar 1945, 2

3 Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri. Kebijakankebijakan tersebut. PEMBAHASAN 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pembelajaran Bahasa Indonesia, dan pembelajaran lain secara umum, harus mengacu pada UUD UUD 1945 memuat pasal yang berhubungan dengan pendidikan dan kebudayaan, yaitu 31 dan Pasal 32. Pasal 31 terdiri atas lima ayat dan Pasal 32 terdiri atas dua ayat. Pasal 31 UUD 1945 berbunyi: ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; ayat (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; ayat (3) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; ayat (4) negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; dan ayat (5) pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Pasal 32 UUD 1945 berbunyi: ayat (1) negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya; dan ayat (2) negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Ayat 2 Pasal 31, seperti yang dipaparkan di atas, berkaitan dengan wajib belajar 9 tahun dari SD sampai SMP. Agar wajib belajar dapat berlajan dengan lancar, biayanya harus ditanggung oleh negara. Kewajiban negara ini berkaitan erat dengan ayat 4 pasal yang sama yang mengharuskan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD (Suardi, 2012:78). UUD 1945 ini kemudian melahirkan Undang-Undang khusus di bidang 3

4 pendidikan seperti yang tertuang di dalam Pasal 31 Ayat 3 yang menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasinal yang diatur dengan undang-undang. Ayat 1 dan 2 Pasal 32 diwujudkan di dalam proses pembelajaran. Pasal tersebut bermaksud memajukan budaya nasional serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk menyelenggarakan atau mengembangkan nilai-nilai budayanya. Hal ini juga merupakan bentuk upaya dari negara untuk menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari budaya nasional. Pasal tersebut juga berhubungan dengan pendidikan karena pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Seperti diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil dari budi daya manusia (Basri, 2013:28). Sementara itu, sebagaian besar budi daya bisa dikembangkan melalui pendidikan. Jadi, bila pendidikan maju, maka kebudayaan pun akan maju pula. Pasal 32 juga telah dibuktikan dengan adanya peraturan muatan lokal daerah Jawa Timur untuk mengajarkan bahasa daerah di samping bahasa kesatuan bahasa Indonesia. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah/Madrasah. Pasal 2 dari Pergub Jatim No 19 Tahun 2014 berbunyi, Bahasa daerah diajarkan secara terpisah sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib di seluruh sekolah/madrasah di Jawa Timur, yang meliputi Bahasa Jawa dan bahasa Madura, dengan Kurikulum sebagaimana tersebut dalam Lampiran. Kebijakan mengenai status bahasa Indonesia dan bahasa daerah bagi bangsa Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 36 yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia, dan bahasa-bahasa daerah yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara karena bahasabahasa itu adalah sebagian dari kebudayaan (Burhan dalam Halim, 1976:67). Peraturan tersebut memberi penjelasan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa daerah hendaknya dipelihara secara berdampingan dengan fungsinya masing-masing. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan undang-undang yang dirumuskan dengan acuan pasal 31 dan 32 UUD Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas berisi 77 Pasal. Undang-undang ini mengatur seluruh komponen 4

5 pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pasal 2, 3 dan 4 dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas memuat tentang dasar, fungsi, tujuan, dan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang berbunyi sebagai berikut. BAB II DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN Pasal 2 Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. BAB III PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Pasal 4 (1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. (3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. (5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 5

6 (6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, dasar pendidikan nasional adalah pancasila dan UUD Dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berakar dari kebudayaan nasional dan nilai-nilai agama, pendidikan dan pembelajaran bahasa dapat terus diinovasikan dan dikembangkan namun tetap berlandaskan hal tersebut. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 2 berbunyi sebagai berikut, Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Amatzaki (2009:437) yang mengatakan bahwa inovasi dalam pembelajaran diperlukan apabila konteks global berubah. Di dalam UU nomor 20 Tahun 2003, terdapat Pasal 35 yang menjabarkan tentang standar nasional pendidikan. Sesuai dengan Pasal 35, standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian. Standar tersebut berfungsi sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pasal 35 ini kemudian menjadi acuan untuk melahirkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sesuai dengan bunyi Pasal 35 Ayat 4, Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Selanjutnya, terdapat tiga pasal yang memuat masalah kurikulum, yaitu Pasal 36, 37, dan 38. Pasal 36 terdiri atas empat ayat yang menjabarkan tentang pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum harus mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. pasal 37 menjabarkan tentang muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah, dan pendidikan tinggi. Selanjutnya, pasal 38 menjelaskan tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah, 6

7 sedangkan untuk pendidikan tinggi ditetapkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan yang mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, UU Nomor 20 Tahun 2003 mengatur seluruh komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Apabila memerhatikan kembali bab X mengenai kurikulum, pada pasal 37 ayat (1) dan (2) terdapat ketentuan mengenai pendidikan bahasa yang wajib untuk dimuat dalam pendidikan dasar, menengah, serta pendidikan tinggi. Diwajibkannya pembelajaran Bahasa Indonesia pada semua jenjang pendidikan tentu dilatarbelakangi oleh kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Hal ini kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. 3. Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah juga menjadi sebuah alat untuk mengatur sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu Peraturan Pemerintah (PP) yang menjadi landasan yuridis pendidikan di Indonesia adalah PP Nomor 13 Tahun 2015 yang merupakan perubahan kedua dari PP Nomor 19 Tahun 2005 yang sebelumnya diubah melalui PP Nomor 32 Tahun Salah satu pertimbangan direvisinya PP tentang Standar Nasional Pendidikan ini adalah karena PP sebelumnya kurang dapat memenuhi kebutuhan dunia pendidikan saat ini. PP Nomor 13 Tahun 2015 ini merupakan realisasi dari UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 35 Ayat 4. PP ini terdiri atas 92 pasal yang telah dilakukan perubahan dan penghapusan butir-butir di dalamnya. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian yang termuat di dalam PP ini. Komponen-komponen dalam standar nasional pendidikan dijabarkan di dalam setiap pasal. Komponen-komponen tersebut adalah sebuah regulasi yang dilakukan oleh pemerintah. Pertama, standar isi adalah kriteria mengenai ruang 7

8 lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kedua, standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Ketiga, kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Keempat, standar tenaga kependidikan kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Kelima, standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Keenam, standar pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Ketujuh, standar pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Kedelapan, standar penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar Peserta Didik. Peraturan Pemerintah (PP) berikutnya yang menjadi salah satu landasan yuridis bagi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah PP Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia. Pertimbangan dari ditetapkannya PP ini adalah Pasal 41 ayat (3), Pasal 42 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), dan Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. PP ini memuat regulasi tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia yang salah satunya dilakukan melalui pendidikan. Berikut ini dipaparkan beberapa pasal yang mengatur tentang kedudukan bahasa dan sastra Indonesia dalam Pendidikan. a. Pasal 1 Ayat (2) dan (3) Pada Pasal 1 Ayat (2) dikatakan bahwa Pembinaan Bahasa adalah upaya meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa di semua jenis dan jenjang pendidikan serta pemasyarakatan bahasa ke 8

9 berbagai lapisan masyarakat. Dengan adanya aturan tersebut, maka pembinaan bahasa harus dilakukan pada semua jenis dan jenjang pendidikan dengan tujuan peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia. Pada Ayat (3) di pasal yang sama, dikatakan bahwa Pelindungan Bahasa adalah upaya menjaga dan memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya. Melalui ayat tersebut diatur mengenai pelindungan bahasa, yakni diadakannya pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu upaya menjaga dan memelihara kelestariannya. b. Pasal 5 Ayat (2) Melalui PP Nomor 57 Tahun 2014 pada Pasal 5 Ayat (2) butir (b) diatur bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa pengantar pendidikan. Kemudian pada pasal dan ayat yang sama pada butir (f) diatur bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni. c. Pasal 11 Ayat 2 dan Pasal 13 ayat 2 Pada Pasal 11 Ayat 2 diatur mengenai cara pengembangan bahasa Indonesia. Pada Ayat (2) butir (a), (b), (d), dan (g) diatur bahwa pengembangan bahasa Indonesia dilakukan antara lain melalui penelitian kebahasaan, pengayaan kosakata, penyusunan bahan ajar, dan publikasi hasil Pengembangan Bahasa Indonesia. Cara-cara pengembangan bahasa Indonesia tersebut dapat terselenggara melalui pendidikan di semua jenjang pendidikan. Pada pasal 13 ayat 2 diatur mengenai pengembangan sastra Indonesia yang dapat dilakukan melalui pendidikan, yakni penelitian kesastraan Indonesia, peningkatan jumlah dan mutu karya sastra dan kritik sastra Indonesia, penyusunan bahan ajar, dan publikasi hasil pengembangan Sastra Indonesia. d. Pasal 18 Ayat (1) dan (2) Sebelumnya telah dipaparkan bahwa pembinaan bahasa dilakukan melalui pendidikan, pada Pasal 18 hal tersebut dipertegas. Dalam Ayat (1) diatur bahwa satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan program pendidikan kesetaraan wajib menyelenggarakan pembelajaran 9

10 Bahasa Indonesia; dan dalam ayat (2) diatur bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada standar kemahiran berbahasa Indonesia dan dimuat dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan program pendidikan kesetaraan. Standar isi dan standar kompetensi lulusan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan program pendidikan kesetaraan tersebut selanjutnya diatur dalam peraturan menteri yang akan dipaparkan dalam pembahasan selanjutnya. 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kebijakan-kebijakan terkait pendidikan nasional sering kali tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud). Kewenangan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat (1) yakni Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Menteri. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bagian dari pemerintah merupakan penentu kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan. Pada saat menjabat sebagai Mendikbud, Anies Baswedan telah melakukan beberapa kebijakan, antara lain mengenai penghentian penerapan Kurikulum 2013 pada sekolah yang telah menerapkannya selama satu semester untuk dilakukan revisi serta tetap memberlakukan Kurikulum 2013 pada sekolah yang telah menerapkannya selama tiga semester melaksanakannya. Hal ini seperti tertuang dalam Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum Selanjutnya implementasi Kurikulum 2013 dijalankan dengan berbagai revisi. Kebijakan yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut merupakan bentuk bahwa kebijakan mengenai pengelolaan pendidikan yang bersifat nasional adalah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Permendikbud dalam rangka upaya standardisasi pendidikan nasional akan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan 10

11 dan teknologi. Masih terkait dengan implementasi Kurikulum 2013, Permendikbud Nomor 54, 64, 65, dan 66 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah, tidak diberlakukan lagi setelah diterbitkannya Permendikbud Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun Revisi atau perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya revisi terhadap kurikulum 2013 sehingga Permendikbud di atas pada dasarnya merupakan landasan yuridis dari kurikulum 2013 yang telah di revisi. Di samping Permendikbud Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016, terdapat Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah bahwasannya Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah mencakup Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Pada saat Peraturan Menteri di atas mulai berlaku, maka ketentuan yang mengatur tentang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran dalam Struktur Kurikulum, Silabus, Pedoman Mata Pelajaran, dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan adanya Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 ini, dapat diketahui tentang tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas (kompetensi inti) serta kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu 11

12 pada kompetensi inti. Secara khusus, kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 pendidikan bahasa Indonesia dipaparkan dalam lampiran 1 (SD- MI), lampiran 2 (SMP-MTs), lampiran 3 (SMA-SMK-MA-MAK), dan lampiran 4 (SMA-SMK-MA-MAK (peminatan)). KESIMPULAN Pendidikan di Indonesia merupakan sistem yang kompleks yang diatur dalam beberapa bentuk kebijakan. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan acuan utama pendidikan di Indonesia, terutama yang terkait dengan pendidikan, yakni pasal 31 dan 32. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi kebijakan yang sangat kompleks mengenai pendidikan di Indonesia, termasuk mengenai pembelajaran bahasa Indonesia yang wajib diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan. Beberapa kebijakan di dalam Undang-Undang tersebut selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah dalam bidang pendidikan antara lain PP Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan sedangkan Peraturan Pemerintah yang secara khusus mengatur tentang bahasa Indonesia adalah PP Nomor 57 Tahun Butir-butir yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah selanjutnya dapat diatur dalam peraturan menteri, misalnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, Permendikbud Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 12

13 DAFTAR PUSTAKA Basri, Hasan Landasan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Halim, A Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Rawita, Ino Sutisno Kebijakan Pendidikan: Teori, Implementasi, dan Monev. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. Suardi, Moh Pengantar Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks. Taufik, Muhammad Tinjauan Yuridis Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/Puu-X/2012 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem 13

14 Pendidikan Nasional. JOM Fakultas Hukum, (Online), 1(2): 1-12, ( diakses tanggal 1 Oktober Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Jakarta: Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: DPR RI dan Presiden RI. 14