INDEKS TATA KELOLA HUTAN 2014
|
|
- Sudirman Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 INDEKS TATA KELOLA HUTAN 214 Inisiatif Penilaian Tata Kelola yang Partisipatif Difasilitasi Oleh UNDP/UN- REDD Penerima Manfaat: Kementerian LHK, Bappenas, Pemda, CSO, Pelaku Usaha dan MA Panel Ahli Tata Kelola 214: Prof. Dr. Hariadi Kartodihardjo, Prof. Dr. Sofian Effendi, Dr. Sunaryo, Dr. Mas Achmad Santosa, Ir. Abdon Nababan, Dr. Myrna Safitri, Abed Nego Tarigan, S.E., MM, Purwadi Soeprihanto, S.hut.,M.E, Dr. Abdul Wahib Situmorang, Jossi Katarina S.H. LLM
2 Forest Governance Indeks Tata Kelola -PGA Indeks TKH Index Instrumen untuk menganalisa kondisi--struktur & praktik-- tata kelola hutan di pusat dan daerah, menyediakan gap analisis dan evidence based anaylsis perbaikan kebijakan, kapasitas dan sumberdaya untuk upaya penurunan emisi dari sektor hutan dan lahan, terutama bagi daerah Mengapa Tata kelola yang baik menjadi kondisi pemungkin pencapaian pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan berkeadilan, penurunan emisi dari sektor kehutanan dan kerangka pengaman pelaksanaan REDD+ Kelembagaan Pesan Kunci Panel ahli independen terdiri dari akademisi, masyarakat sipil, masyarakat adat, pemerintah dan pelaku usaha, UNDP bertugas menyusun instrumen, penilaian dan analisa; di bantu satu tim penelti dan berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dalam prosesnya o o o Indonesia adalah yang pertama di dunia melakukan penilaian dalam skala nasional & sub national dgn proses sangat transparan menjadi model bagi negara lain Sangat relevan sebagai instrumen kajian sejumlah inisiatif nasional seperti REDD+, RPJMN-Bagian Tata Kelola, Moratorium dan juga kajian melihat kapasitas para aktor Aktor tata kelola disini tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat sipil, masyarakat adat dan pelaku usaha
3 Menteri Kehutanan: Laporan Tata Kelola 212 bukan hanya menyajikan informasi kondisi kekuatan dan kelemahan tetapi juga menyajika sejumlah rekomendasi yang perlu dilakukan semua aktor. Kepala UKP4: Informasi yang dihasilkan dalam kajian ini perlu dilakukan secara periodik dan menjadi sumbangsi bagi kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat sipil, dan masyarakat adat untuk mendorong perbaikan tata kelola hutan dan lahan gambut sebagai prasyarat menekan laju degradasi dan deforestasi di Indonesia.
4 DISEMINASI DAN DIALOG KEBIJAKAN Diskusi dengan pemerintah daerah, masyarakat sipil, media, pelaku usaha dan organisasi masyarakat adatlaporan masing-masing provinsi Kondisi tata kelola masingmasing dan arah perbaikan Input perencanaan pembangunan kehutanan daerah, strategi daerah REDD+ dan kerangka pengaman REDD+
5 Disusun atas permintaan Pemerintah Provinsi Jambi untuk menganalisa kondisi tata kelola hutan di seluruh kabupaten Diluncurkan oleh Gubernur Jambi pada tanggal 22 Desember 214 dan menyerahkan kepada perwakilan kabupaten untuk dipelajari dan sebagai input kebijakan Pertama di Indonesia, inisiatif mengkaji kondisi tata kelola hutan di seluruh kabupaten
6 DEFINISI TATA KELOLA HUTAN Indeks tata kelola hutan Indonesia (ITKHI) mendefinsikan tata kelola hutan sebagai, alat dan pada saat bersamaan adalah tujuan akhir satu upaya kolektif para aktor melakukan penataan penguasaan dan pemanfaatan hutan yang berkepastian, transparan, akuntabel, berkeadilan, tidak rentan korupsi dan berkelanjutan. Dalam prosesnya, pelibatan dan memastikan keterlibatan para aktor yang hakiki menjadi satu keharusan dan Negara harus menjamin itu terjadi melalui peraturan dan implementasi peraturan 6
7 Brief Info: Tracking kemajuan, tantangan dan arah perbaikan yang perlu dilakukan Mempergunakan jumlah indikator lebih kecil-paling stragis dan menjawab isu-isu utama-kepastian, keadilan, transparansi dan kapasitas penegakan hukum Tetap menganalisa pusat, provinsi berhutan dan 2 kabupaten masingmasing provinsi Menambah lokasi dari 1 menjadi 12 provinsi-aceh, Sumut, Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulteng, Papuan Barat, & Papua Total 12 provinsi 11.9 juta ha dari 127 juta ha Mempergunakan multi methodstergantung dengan jenis indikator Skala 1 s.d 1 nilai masing-masing indikator
8 32 indicators 4 aspects INDEKS TATA KELOLA HUTAN 214 Kepastian Kawasan Peraturan tata ruang Keadilan atas sumberdaya hutan Peraturan hak & akses masyarakat atas hutan Transparansi dan integritas pengelolaan hutan Peraturan pengangkatan pejabat Kapasitas penegakan hukum Peraturan penanganan pengaduan Peraturan kepastian K. Peraturan satu peta Penanganan klaim Alokasi anggaran penanganan klaim Pemetaan hutan adat Kawasan hutan yang ditetapkan Pengakuan hutan adat Kegiatan illegal dlm kawasan hutan Peraturan akses pasar bagi masyarakat SOP penanganan konflik LSM melakukan pendampingan Alokasi dana penanganan konflik Alokasi dana akses dan hak masyarakat Konflik bisa diselesaikan Kawasan hutan dikelola oleh masyarakat vs pelaku usaha Rencana aksi pencegahan korupsi sektor SDA Peraturan perizinan usaha kehutanan Pelaku usaha-gcg KPH-berdiri dan operasional LSM melakukan pengawasan perizinan Persepsi korupsi melakukan usaha sektor kehutanan-pelaku usaha Peraturan sertifikasi penegak hukum Mendapatkan pelatihan penanganan kasus kejahatan kehutanan LSM melakukan pengawasan kasus korupsi dan kejahatan kehutanan Persentase jagawana vs kawasan hutan Sanksi administrasi bagi pemegan izin Kasus korupsi dan kejahatan diproses dan vonis Kasus indikasi korupsi dan mad admin pejabat
9 Lingkup Indeks Tata Kelola 214 Aceh Prov East Aceh District North Sumatera Prov Gayo Lues District Langkat District South Tapanuli District Riau Prov Indragiri District Palalawan District East Kalimantan Prov Berau District Kutai Kertanegara District West Papua Prov Teluk Bintuni District Kaimana District Jambi Prov Muaro Jambi District Merangin District West Sumatera Prov Pasaman District Solok District South Sumatera Prov Musi Banyu Asin District Ogan Komering Ilir District West Kalimantan Prov Kapuas Hulu District Sintang District Central Sulawesi Prov Morowali District Banggai District Papua Prov Sarmi District Merauke District Central Kalimantan Prov Kapuas District East Kotawaringin District Note: New locations of assessment
10 Indeks Rata-rata Nasional Indeks Pusat Provinsi Kabupaten Kesimpulan Umum: Perbaikan struktur dan praktik tata kelola hutan masih belum merata antar tingkatan pemerintah. Koherensi antara perbaikan kerangka peraturan, hukum dan kebijakan kehutanan pada tingkat pusat dan daerah belum maksimal. Kapasitas pemerintah daerah melakukan perbaikan tata kelola hutan juga sangat terbatas, terutama pada tingkat pemerintah kabupaten 1
11 Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten Indeks Tata Kelola 214 Tingkat pusat: isu utama keadilan atas sumberdaya hutan- -distribusi pemanfaatan hutan yang timpang dan penyelesaian konflik dan kedua kepastian kawasan hutan penanganan klaim, pengakuan serta perlindungan hak-hak masyarakat adat Tingkat provinsi dan kabupaten: Transparansi, praktik biaya ekonomi tinggi kerap terjadi dan upaya penanganan secara sistemik belum terlihat dan terbatasnya penegakan hukum secara konsisten
12 NILAI ASPEK SECARA NASIONAL, PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN Kepastian Kawasan Tingkat Nasional Kapasitas Penegakan Hukum Keadilan atas Sumberdaya Transparansi Pengelolaan Transparansi Pengelolaan Tingkat Pusat Kapasitas Penegakan Hukum Kepastian Kawasan Keadilan atas Sumberdaya Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten Keadilan atas Sumberdaya Kepastian Kawasan Kapasitas Penegakan Hukum Transparansi Pengelolaan 1 Kepastian Kawasan Keadilan atas Sumberdaya Kapasitas Penegakan Hukum Transparansi Pengelolaan
13 Isu Utama Kepastian Kawasan Indeks kepastian kawasan hutan menunjukkan bahwa indikatorindikator pemetaan wilayah adat, kegiatan illegal dan instrumen satu peta menempati urutan terbawah. Walaupun sebagian besar propinsi terdapat Perda Tata Ruang, klaim hutan negara yang sangat tinggi hanya dapat diselesaikan antara 16% sd 22%. Indeks Propinsi tertinggi dalam menyelesaikan kasus-kasus ilegal yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Jambi, sedangkan yang terendah yaitu Papua Barat, Papua dan Riau
14 Kepastian Kawasan Papua Papua Barat Sumatera Barat Sumatera Utara Kalimantan Tengah Aceh Kalimantan Timur Jambi Sumatera Selatan Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Riau ,343 12,63 7,225 4,959 5,248 4,294 1,359 1, 827 2,187 2,182 1,974 2,4 1,354 1, Kaltim Riau Aceh Sumut Jambi Sumsel Sumbar Kalbar Papua Kalteng Sulteng Papua Barat Adat Yang Dipetakan VS Klaim Kasus Kegiatan Illegal Kaltim Kalteng Jambi Sumbar Aceh Kalbar Sulteng Sumsel Sumut Riau Papua Papua Barat
15 Isu Utama Keadilan Atas Sumberdaya Proporsi pemanfaatan hutan oleh usaha besar dan masyarakat lokasl masih timpang. Hal ini belum disertai dengan peningkatan jumlah CSO yang mampu mendampingi masyarakat. Sementara itu, Daerah yang mempunyai SOP untuk melakukan penanganan konflik yang terkait dengan perluasan akses masyarakat juga terbatas. Beberapa propinsi yang mempunyai SOP yaitu Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Aceh
16 Kaltim Sulteng Aceh SOP Penanganan Konflik Tingkat Pusat dan Provinsi Kaltim Tidak Spesifik Sumbar Sumut Riau Jambi Sumsel Kalbar Sulteng Papua Barat -1 Kualitas Pusat Ada LSM Melakukan Pendampingan Papua Kalbar Aceh Riau Jambi Kaltim Sulteng Sumut Papua Kalteng Sumsel Sumbar Sum of Jumlah LSM Lingkungan Hidup Sum of Jumlah LSM yang melakukan Barat Pendampingan 1% 8% 6% 4% 2% % 97.14% 96.31% 99.13% 89.44% 93.54% 99.63% 9.61% 92.52% 94.88% 99.23% 99.23% 88.41% Pemanfaatan Kawasan 9.39% 2.86% 7.48% 1.56% 11.59% 3.69% 5.12% 6.46%.87%.77%.77%.37% Aceh Riau Sumut Sumbar Jambi Sumsel Kalbar Kalteng Kaltim Sulteng Papua Papua
17 Isu UtamaTransparansi Atas Sumberdaya Upaya pencegahan korupsi yang telah dilaksanakan di Pusat baru diikuti oleh 3 propinsi:kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah. Demikian pula, di seluruh propinsi di Indonesia masih terdapat pungutan perizinan yang tinggi. Sementara itu, upaya untuk mengoperasionalkn KPH untuk meningkatkan tata kelola hutan dan lahan belum memadai.
18 Tidak Spesifik Kebijakan Pencegahan Korupsi Kalteng 1 Kaltim 75 Pusat Kalbar 5 Sulteng Sumut Riau Sumbar Jambi Aceh Sumsel Papua Papua Barat -1 Ada Tidak Ada Biaya Ekonomi Tinggi Tinggi Kaltim Sumsel Riau Aceh Sulteng Pusat Sumbar Kalbar Sumut Papua Jambi Kalteng Papua Barat Rendah Ada Kalteng Sulteng Sumsel Sumut Papua Papua Barat Jumlah KPH Terbentuk Tingkat Provinsi KPH Terbentuk Rencana KPH
19 Isu Utama Kapasitas Penegakan Hukum Pada tingkat gerakan, CSO yang mempunyai kegiatan untuk melakukan advokasi dan pencegahan korupsi sekitar 3% dari jumlah CSO yang ada. Pada tingkat lapangan, jumlah penyidik yang telah dilatih untuk mengikuti pelaksanaan pendekatan multi door kurang dari 1%. Demikian pula ratio jumlah jagawana dengan hutan negara relatif kecil yaitu antara 1 orang : 2. Ha sampai dengan 1 orang : 43. Ha.Propinsi yang mempunyai jagawana tertinggi yaitu Aceh, Sumater Barat dan Sumatera Utara, sedangkan yang terendah yaitu Kalimantan Barat, Papua dan Kalimantan Timur.
20 Pusat Sulteng Riau Kaltim Sumbar Kalteng Papua Barat Jumlah LSM yang Melakukan Monitoring Jumlah LSM Kalteng Sumut Riau Sumsel Kaltim Papua Barat Pelatihan Multirezim Hukum atau Sejenis Sulteng Kalbar Jambi Papua Aceh Sumbar 5, 4, 3, 2, 1, 429, ,489 Kalbar Papua Kaltim Papua Barat Rasio Polisi 88,37 71,44 48,21 32,557 18,345 16,728 14,11 1,39 9,642 1,778 Sumsel Kalteng Riau Jambi Sulteng Sumut Sumbar Aceh
21 REKOMENDASI Hukum dan Kebijakan Mewujudkan mekanisme pemberian izin yang terbuka, efisien, bebas korupsi dan dapat berjalan di tingkat propinsi dan kabupaten; Terdapat prioritas pelaksanaan pencegahan dan penindakan pelaku kerusakan hutan dan illegal logging dengan melibatkan para pihak. Peraturan yang menjamin perencanaan dan pengakuan hak-hak tenurial, pengembangan kapasitas masyarakat mengakses hak-hak tenurial, serta meminimumkan konflik melalui penerapan satu peta; Mewujudkan mekanisme penanganan pengaduan terkait klaim hutan/lahan; Penetapan dan penerapan peraturan pengangkatan pejabat dan pencegahan korupsi di Pusat dan daerah. Kapasitas Para Aktor Peningkatan jumlah SDM di Pusat dan Daerah yang memenuhi kualifikasi melaksanakan perencanaan, dan penetapan fungsi dan status kawasan hutan secara partisipatif dan terbuka serta pendanaannya; Peningkatan kapasitas Unit Kerja dan jumlah SDM di KemenLHK yang memenuhi kualifikasi melakukan administrasi hak-hak tenurial masyarakat adat dan lokal serta pelaksanaan perlindungan hutan; Perwujudan bagi dunia usaha untuk menjalankan good corporate governance (GCG) Peningkatan kapasitas CSO dan masyarakat adat/lokal untuk memantau dan melaporkan terjadinya korupsi dalam pengelolaan hutan/lahan.
22 REKOMENDASI PERBAIKAN KINERJA Peningkatan jumlah KPH yang operasional di lapangan; Peningkatan jumlah konflik kehutanan yang dapat diselesaikan; Peningkatan jumlah pelanggaran/kejahatan hutan/lahan yang dibawa ke pengadilan; Peningkatan rasio hutan yang dikelola oleh masyarakat adat dan lokal di dalam kawasan hutan; Penurunan tingkat biaya transaksi untuk mendapatkan izin pengelolaan di kawasan hutan HAMBATAN PELAKSANAAN PROGRAM Hambatan penanganan masalah pokok yaitu kepastian kawasan serta open akses kawasan hutan, lemahnya penegakan hukum dan biaya transaksi tinggi (masalah dari PGA 212); Meskipun kebijakan dan peraturan baru dapat diwujudkan, implementasinya akan terhambat oleh lemahnya keterbukaan informasi dan rendahnya pencegahan korupsi di daerah; Ketimpangan kapasitas Pusat Propinsi Kabupaten menghambat koordinasi dan memerlukan strategi tersendiri (antara lain melalui NKB-KPK 24 propinsi; Penggalangan inisiatif asosiasi bisnis untuk perbaikan tata-kelola sistem perizinan serta internalisasi GCG kepada anggota asosiasi akan mendapat hambatan besar dari daerah
23 PGA DAN NKB KPK Peningkatan indeks PGA hutan/lahan nampak tidak dapat dilakukan melalui program reguler Kementerian/Lembaga. Masalah-masalah keterbukaan informasi, pengendalian konflik kepentingan, pemilihan pejabat secara terbuka, pencegahan korupsi, dll. memerlukan skema tertentu. Temuan PGA hutan/lahan 214 ini dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam pelaksanaan NKB Pusat dan 24 Propinsi yang dikoordinasikan oleh KPK. Penjabaran secara spesifik upaya-upaya pengendaian korupsi di tingkat Propinsi dapat menggunakan hasil PGA 214 ini. MANFAAT PGA Hasil PGA ini dapat digunakan untuk melihat perkembangan tata kelola Pusat- Daerah setelah dilakukan penilaian PGA secara periodik dan dinilai perkembangannya. Secara substansial, hasil PGA ini dapat digunakan untuk menguatkan evaluasi pelaksanaan pengelolaan hutan/ lahan termasuk monitoring pelaksanaan REDD+ dan dapat diintegrasikan kedalam penilaian kinerja Kementerian/Lembaga. Hasil kajian dapat sosialisasi di berbagai wilayah, disusun modul ringkas bagaimana mempergunakan data PGA dan rekomendasi kebijakan bagi penentu kebijakan untuk memperkuat tata kelola hutan/lahan serta pelembagaan PGA sebagai bagian dari sistem pemantauan pembangunan.
24 PENUTUP Rendahnya index PGA dalam kajian ini memberi perhatian adanya masalah mendasar yang dihadapi dalam pengelolaan hutan/lahan maupun secara pelaksanaan REDD+. Masalah-masalah pokok tata kelola hutan/lahan belum tersentuh dan perlu mendapat prioritas penanganan melalui pengembangan kapasitas Pemerintah CSO Masyarakat Bisnis secara simultan. Monitoring tata kelola secara periodik perlu dilakukan untuk mendukung penguatan kapasitas pemangku kepentingan sejalan dengan titik lemah serta peran dan fungsinya masingmasing.
INDEKS TATA KELOLA HUTAN 2014 & KAJIAN PERIZINAN ONLINE 2014
INDEKS TATA KELOLA HUTAN 2014 & KAJIAN PERIZINAN ONLINE 2014 Penerima Manfaat: Kementerian LHK, Bappenas, Pemda, NKB- KPK, CSO, Pelaku Usaha dan MA. Panel Ahli Tata Kelola Hutan 2014: Prof. Dr. Hariadi
Lebih terperincidan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011
Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010
Lebih terperinciEvaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun
Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun Pembahasan Kondisi tata kelola hutan di Indonesia. Peran ICW dalam pengawasan Tata Kelola
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100.
2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi kawasan hutan di semua kabupaten di provinsi Jambi menurut hasil pengukuran indeks tata kelola hutan di 9 Kabupaten di provinsi oleh PGA UNDP
Lebih terperinciOleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015
Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat
Lebih terperinciPOTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain
POTRET KETIMPANGAN Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain Lebih dari 186.658 hektar area yang ditetapkan kawasan hutan merupakan perkampungan penduduk
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat
Lebih terperinciHidup dan Sumber Daya Alam
KERTAS POSISI Lima Tahun Pemberlakuan UU Keterbukaan Informasi Publik Buka Informasi, Selamatkan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam April 2015 Pengantar Masyarakat sipil Indonesia mengapresiasi langkah
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT
PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT OLEH: IRWAN PRAYITNO Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada
Lebih terperinciKAJIAN KONDISI TATA KELOLA HUTAN APRIL 2016, UNDP INDONESIA
KAJIAN KONDISI TATA KELOLA HUTAN 015 6 APRIL 016, UNDP INDONESIA 1 wsq ISI PEMBAHASAN 171 Negara menandatangani Kesepakatan Paris di Hari Bumi Internasional, April Indonesia, 1 dari 171 Negara yang menandatangani
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada
Lebih terperinciTINJAUAN AWAL. SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi. Outline. Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim
SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi TINJAUAN AWAL TK ISP Bogor, 21 Juni 2013 Outline Komentar atas TOR Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim 1 Komentar atas
Lebih terperinciPRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012
PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards
Lebih terperinciPAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan
Lebih terperinciLaporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar
Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias
Lebih terperinciRencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia
Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia¹ TUJUAN & RINGKASAN Kegiatan pemantauan secara independen terhadap sektor
Lebih terperinciBAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA
BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi
Lebih terperinciPenataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan
Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu
Lebih terperinciLESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri
LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Inisiatif Tata Kelola Kehutanan Indonesia. Proses dan Hasil Penelitian Kondisi Tata Kelola Kehutanan Indonesia.
Pendahuluan Ringkasan Eksekutif Inisiatif Tata Kelola Kehutanan Indonesia Proses dan Hasil Penelitian Kondisi Tata Kelola Kehutanan Indonesia Disusun oleh: Jaringan Masyarakat Sipil untuk Tata Kelola Kehutanan
Lebih terperinciPolicy Brief Tata Kelola Kehutanan
Policy Brief Tata Kelola Kehutanan EDISI 1 DESEMBER 2014 Policy Brief ini disusun oleh Kelompok Kerja Tata Kelola Hutan yang dibentuk pada bulan Mei 2014 oleh instansi dan lembaga penggiat kehutanan yang
Lebih terperinciLIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK:
Kertas Posisi LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK: Buka Informasi, Selamatkan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam! Disusun oleh: ICEL, Seknas FITRA, IPC, JARI Kalteng, JARI Borneo,
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat
Lebih terperinciPENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS
PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS FAKTOR YANG PALING BERMASALAH DALAM BERBISNIS Sumber: World Economic Forum 2017 PERINGKAT INDEX PERSEPSI KORUPSI
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat
Lebih terperinciPENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN MELALUI REDD+ BALAI KARTINI, 15 SEPTEMBER 2014
PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN MELALUI REDD+ BALAI KARTINI, 15 SEPTEMBER 2014 BAGIAN I TANTANGAN INDONESIA Realitas: Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Produksi indonesia (s/d Januari
Lebih terperinciREDD+: Selayang Pandang
REDD+: Selayang Pandang Outline Paparan Tentang REDD+ Makna REDD+ bagi Masyarakat Adat Implikasi Operasional 1 1 REDD+ = Apa itu REDD+? Reduksi (=pengurangan) Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan
Lebih terperinciINDONESIA Percentage below / above median
National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta
Lebih terperinciFCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI
KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,
Lebih terperinciBogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Workshop MRV dalam rangka REDD+ di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul yang sama yang dilaksanakan
Lebih terperinciPercepatan Penetapan Kawasan Hutan Secara Definitif dengan Skema Klaim-Verifikasi
Percepatan Penetapan Kawasan Hutan Secara Definitif dengan Skema Klaim-Verifikasi Pembelajaran dari Proses Pembaharuan Peta Indikatif Penundaan Ijin Baru (Peta Moratorium) Berdasarkan Inpres 10/2011 dan
Lebih terperinciPartnership Governance Index
Partnership Governance Index Mengukur Tata Pemerintahan yang Demokratis Merupakan suatu kesepakatan di kalangan dan di antara akademisi dan praktisi internasional bahwa kualitas tata pemerintahan sangat
Lebih terperinciKesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar
Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN I. Latar Belakang Hutan sebagai kekayaan Indonesia merupakan kesatuan utuh dalam sistem
Lebih terperinciJALAN MENUJU PERBAIKAN TATA KELOLA HUTAN. Prof. Hariadi Kartodihardjo 26 April 2016
JALAN MENUJU PERBAIKAN TATA KELOLA HUTAN Prof. Hariadi Kartodihardjo 26 April 2016 ISI PEMBAHASAN 1. Keterkaitan dan Ketergantungan 2. Apa yang Kita Hadapi? 3. Pembelajaran dan Implikasinya 4. Catatan
Lebih terperinciKERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)
KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.
Lebih terperinciPerbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon
Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan
Lebih terperinciVISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI
TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN
Lebih terperinci1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN (UKP4) 1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KPH DALAM RPJMD
PEMBANGUNAN KPH DALAM RPJMD Oleh : NAHARDI KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI TENGAH Disampaikan pada Workshop Dialog Antar Kementerian Untuk Membangun Visi dan Arah Operasionalisasi KPH Di Hotel
Lebih terperinciJalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT
Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Permasalahan Terkait Kejahatan SDA-LH Karakteristik kejahatan SDA-LH: Kejahatan sumber
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR
Lebih terperinciSINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN
SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI Koordinator DEDEN DJAENUDIN TARGET OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA OUTPUT 1: OUTPUT 2: OUTPUT 3: OUTPUT 4: OUTPUT 5: Sosial
Lebih terperinciYang Terhormat: Sulawesi Tengah
SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2015
Lebih terperinci1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016
No. 53/09/73/Th. VIII, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN
Lebih terperinciGERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA
ARAHAN UMUM MKP GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN Medan, 24 Maret 2015 I. PENDAHULUAN 1. Hasil kajian KPK (Gerakan Nasional Penyelamatan SD Kelautan) merupakan bahan
Lebih terperinciOleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan
Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan www.wbh.or.id Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 di Gedung Serbaguna Pasca Sarjana Universitas
Lebih terperinciGERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP
GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP Jakarta, 21 April 2015 I. PENDAHULUAN 1. Hasil kajian KPK (Gerakan Nasional Penyelamatan SD Kelautan) merupakan
Lebih terperinciGerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan
Rapat Monev Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan PROVINSI JAWA TIMUR Semarang, 20 Mei 2015 GERAKAN NASIONAL - PSDA GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR KONDISI GEOGRAFIS
Lebih terperinciPROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN
KERTAS KEBIJAKAN PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN Perhutanan Sosial yang menjadi salah satu agenda RPJMN diharapkan dapat menjawab beberapa permasalahan nasional yang juga terjadi
Lebih terperinciKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan NAWACITA Meningkatkan kualitas manusia Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman Membangun Indonesia dari pinggiran
Lebih terperinciMAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+
MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,
Lebih terperinciIndeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD di Indonesia
Indeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD+ 2012 i Indeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD+ 2012 Indeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD+ 2012 ii Indeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD+ 2012 @ UNDP
Lebih terperinciMISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN
SENGKARUT TAMBANG MENDULANG MALANG Disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan dan Tambang. Untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten. Jakarta, 22 April 2015 MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN No Daerah Hutan Konservasi
Lebih terperinciFocus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO
Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO LATAR BELAKANG Sebaran Areal Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2014 Ekstensifikasi
Lebih terperinciResiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert
Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert Kenapa Kita Bicara Korupsi dalam REDD? Good Governance Lestari Hutan Dikelola Korupsi Rusak REDD Insentif Lestari Korupsi Rusak Akar Masalah Deforestasi Dan
Lebih terperinciUSULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN Dasar Hukum Lingkungan Hidup UU No. 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 18/2008: Pengelolaan Sampah PP turunannnya Kehutanan UU No. 41/1999: Kehutanan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciLAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016
LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016 01 SK PENETAPAN PETA INDIKATIF RESTORASI 1 SK.05/BRG/Kpts/2016 telah diterbitkan pada 14 September 2016.
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kualitatif sesuai dengan kerangka analisis yang diajukan penulis yang kemudian dipakai untuk mendesain penelitian
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI KEHUTANAN
DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN Pangkal Pinang 16-17 April 2014 BAGIAN DATA DAN INFORMASI BIRO PERENCANAAN KEMENHUT email: datin_rocan@dephut.go.id PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 46/08/16/Th.XVIII, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015 Indeks Demokrasi Indonesia 2015 Provinsi Sumsel tahun 2015 sebesar 79,81, meningkat
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 T E N T A N G
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 T E N T A N G AKSI DAERAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI ( AD-PPK ) PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPanggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014
Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat
Lebih terperinciWORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)
WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:
Lebih terperinciPenanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana
CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS
Lebih terperinciPAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN
MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1745, 2014 KEMENDAGRI. Pengawasan. Pembinaan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Lebih terperinciDOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor
DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID
Lebih terperinciMonitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015
Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015 #1. Sektor Pertambangan Puluhan ribu hektar kawasan hutan lindung dan konservasi di Jabar,
Lebih terperinciPEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH (Memperkuat KPH dalam Pengelolaan Hutan Lestari untuk Pembangunan Nasional / daerah
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPrinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)
PTabel Cara Penilaian Pelaksanaan Safeguards dengan menggunakan Alat Penilai Pelaksanaan Safeguards (APPS) berdasar Keputusan COP-16 dalam Sistem Informasi Safeguards (SIS) REDD+ di Indonesia Prinsip Kriteria
Lebih terperinciKomite Advokasi Nasional & Daerah
BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki kawasan hutan yang luas. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.35/Menhut-II/2013 tanggal 15 Januari 2013 tentang perubahan atas
Lebih terperinciPENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013
PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciWG-Tenure. Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan Februari 2014
Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan 17-22 Februari 2014 Selama ini telah terbangun stigma yang buruk bahwa Desa itu berada dalam
Lebih terperinciMemahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik
Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi
Lebih terperinciKORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan
Lebih terperinciForest Tenure. Jaminan Hukum Umum Prinsip Kriteria Indikator Elemen Kualitas PJaminan Hukum Umum yang mengakomodasi Tata Kelola Pemerintah yang Baik.
Forest Tenure Jaminan Hukum Umum PJaminan Hukum Umum yang mengakomodasi Tata Kelola Pemerintah yang Baik. Peraturan menjamin transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan kordinasi #1 jaminan hukum memandatkan
Lebih terperinciHELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional
1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan
Lebih terperinciMempersiapkan Program Pengurangan Emisi dalam Kerangka Skema Carbon Fund
Mempersiapkan Program Pengurangan Emisi dalam Kerangka Skema Carbon Fund TIM PENYUSUN ER-PIN FCPF CARBON FUND Puspijak Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Usulan Awal Lokasi
Lebih terperinciKERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan
KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT merambah Sulawesi sejak tahun 1980 an dan ekspansinya tetap
Lebih terperinciAIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM
AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan
Lebih terperinci