KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Perancangan Apartemen Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Oleh : Ariono Taftazani DAA Kelas B

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Perancangan Apartemen Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Oleh : Ariono Taftazani DAA Kelas B"

Transkripsi

1 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Perancangan Apartemen Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Oleh : Ariono Taftazani DAA Kelas B Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 2

2 A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, yang merupakan kota terbesar ke dua di Indonesia setelah Kota Jakarta. Kota yang terkenal dengan sebutan kota Pahlawan merupakan pusat bisnis, perdagangan, jasa, industri dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur sehingga banyak kaum urbanisasi dari desa memilih kota Surabaya untuk mencari nafkah yang lebih baik. Letak geografis kota ini berada pada koordinat 7 16 S E di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur. Wilayah Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Kota Surabaya berada pada dataran rendah, ketinggian antara 3-6 m di atas permukaan laut kecuali di bagian Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan ketinggiannya antara m di atas permukaan laut dan di bagian barat sedikit bergelombang. Di daerah utara terdapat jembatan yang menghubungkan kota Surabaya dan Madura yang dinamakan dengan Jembatan Tol Suramadu. Pada 10 juni 2009 pemerintahan kota Surabaya meresmikan Jembatan Tol Suramadu, fungsi dari Jembatan Tol Suramadu ini bermaksud agar dapat memajukan pendapatan perekonomian di kota Surabaya dan kota Madura. Jembatan Tol Suramadu juga merupakan gerbang bisnis untuk wilayah Indonesia Timur. Dan merupakan jembatan terpanjang di Negara Indonesia dengan panjang 5,438 kilometer, sehingga diharapkan dengan adanya jembatan ini semua jasa, perdagangan dan pariwisata di kawasan Indonesia Timur tepatnya kota Surabaya dan Madura dapat berkembang pesat. Dan tempat tempat wisata yang berada di Jawa Timur dapat dikenal oleh semua daerah dan dapat menjadi pemasukan pendapatan propinsi Jawa Timur. Dengan adanya Jembatan Tol Suramadu diharapkan akan mendorong percepatan pengembangan ekonomi dan pariwisata di kota Surabaya. Acuan spasial pemanfaatan ruang Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS) telah disusun dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sampai dengan kedalaman blok Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 3

3 peruntukan. Namun untuk pengembangan masing-masing blok, perlu disusun rencana site kawasan wisata dan pesisir di KKJS Surabaya yang memadukan rencana infrastruktur, utilitas dan sanitasi kawasan dengan aspek-aspek lingkungan serta rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang mengatur jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan gedung serta kebutuhan luas ruang terbuka hijau, fasilitas umum, prasarana, sarana penyehatan lingkungan baik berupa penataan prasarana yang lama maupun pembangunan yang baru. Dalam tataran teori pengembangan pariwisata, terdapat beberapa jenis wisata, mulai wisata budaya, wisata cagar alam, wisata konvensi, wisata bahari, wisata pertanian dan wisata ziarah. Untuk wilayah Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS) yang sesuai dengan lokasi maka wilayah pesisir ini digunakan sebagai wisata bahari. Keberadaan kawasan wisata dan pesisir KKJSS adalah sebuah ide cerdas yang memadukan hampir pada semua sektor di segala bidang. Dan terdapat hotel sebagai akomodasi penunjang adanya wisata bahari di Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS). Dari sudut pandang historis sebelum adanya Jembatan Tol Suramadu, lahan yang ada di UP III Tambak Wedi ini keseluruhannya merupakan area persawahan, tambak dan permukiman (point 5). Setelah adanya Jembatan Tol Suramadu, area pengembangan terus dilaksanakan seperti akan adanya jalan Tol Lingkar Timur dari Juanda Suramadu, CBD Surabaya dan Wisata di pesisir pantai. Namun semua itu, penataan ruang pada UP III Tambak Wedi ini mengacu pada RTRW Kota Surabaya RTRW Kota Surabaya sangat sesuai dengan pengembangan yang dilakukan BPWS untuk Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS). Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 4

4 Gambar 1. Tata Ruang Pesisir di KKJSS 2. Gambaran Khusus Lokasi Pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS) yang di sisi kota Surabaya berada di UP III Tambak Wedi, Kel. Kedung Cowek. Kondisi eksisting berupa area persawahan, tambak dan permukiman warga. Lokasi yang berada di pesisir pantai tepat sekali dekat dengan Jembatan Tol Suramadu sehingga memudahkan akses transportasi bagi pendatang yang berada selain kota Surabaya dan Bangkalan. Adapun batas batasnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Selat Madura. Sebelah Timur : Selat Madura. Sebelah Selatan : Rencana jalan yang memisahkan Kawasan CBD dengan Kawasan Wisata dan Pesisir. Sebelah Barat : Saluran Tambak Wedi Barat. Kebutuhan yang sesuai untuk lokasi yang berada di Kel. Kedung Cowek yang ada di kenjeran adalah berupa tempat Wisata Bahari, Hotel dan lain lain sebagai Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 5

5 penunjang wisata Bahari. Penetapan rencana kawasan pariwisata di Kota Surabaya sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 dan sesuai dengan kondisi existing yang ada. Pengembangan kawasan pariwisata alam wisata bahari / pantai dan taman biota laut di UP. III Tambak Wedi yaitu di kawasan Kenjeran dan sekitar Jembatan Suramadu. Upaya pengembangan kawasan pariwisata di Kota Surabaya, meliputi : (point 2,4) a. Mengembangkan pariwisata secara terintegrasi antara obyek wisata, event-event wisata, akomodasi wisata dan kemasan wisata sebagai satu kesatuan city tour; b. Menjadikan Kota Surabaya sebagai salah satu tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara melalui penyelenggaraan event wisata yang di lengkapi dengan sarana dan prasarana pariwisata skala internasional; c. Melindungi wisata budaya baik obyek maupun kegiatannya sebagai salah satu tujuan utama wisata kota; d. Melestarikan lingkungan alam pantai dan satwa sebagai aset wisata dan pengembangan pertanian di perkotaan melalui berbagai media dalam skala besar sebagai penarik wisata lingkungan kota; e. Mengembangkan kualitas lingkungan obyek wisata yang nyaman. Kawasan wisata dan pesisir KKJS Surabaya memiliki luas area kurang lebih sekitar 80 Ha dan area ini secara langsung berorientasi ke perairan Selat Madura dengan sistem transportasi air cukup padat, sehingga kawasan ini sangat strategis. Namun, luas area yang dirancang tidak lebih dari 80 Ha, karena untuk kawasan pesisir pantai sisi kota Surabaya sudah terbagi menjadi 4 bagian. Sehingga yang dirancang adalah kawasan yang diperuntukan untuk wisata bahari dan hotel dengan luas area Ha. (point 35) Strategi didalam pengelolaan dan pengembangan kawasan ini adalah pembangunan sarana dan prasarana terkait dengan rekreasi pantai kota yang modern serta meningkatkan potensi kebaharian Kota Surabaya melalui kegiatan komersial yang terkait. Dengan adanya rencana Wisata Bahari ini dapat terintegrasi dengan Pantai Kenjeran yang sudah sejak dahulu dibuka untuk tempat wisata. Selain itu, juga Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 6

6 dapat mendukung perkembangan tempat wisata di Kota Surabaya agar sebagai kawasan yang baru untuk liburan bersama keluarga dengan memperluas pengetahuan tentang pesisir pantai. Lahan/Lokasi yang digunakan adalah berupa area Waterfront City karena kota Surabaya akan mencitrakan kembali kebahariannya sehingga semua kegiatan akan berpusat di pesisir pantai dan menghadap ke laut Selat Madura. Sehingga, bangunan Hotel sebagai penunjang wisata bahari tersebut akan menghadap view ke Selat Madura. Dan dengan adanya tempat Wisata Bahari ini digunakan sebagai wisata baru di kota Surabaya untuk meningkatkan investasi di Kota Surabaya dan dapat berfungsi sebagai edukasi bagi masyarakat tentang biota/ekosistem laut. Blok yang diperuntukan untuk Wisata Bahari dan Hotel adalah berada di blok 1B dengan Sub Blok 1 dan 2. Gambar 2. Pembagian Blok Sub Blok Perencanaan B. Program Umum (point 7) Pengertian Waterfront City yaitu bagian dari suatu area hunian atau kota yang berbatasan dengan air, khususnya daerah dermaga dimana kapal-kapal berlabuh (Dictionary of the EnglishLanguage, 2000) Waterfront City juga berarti area dari suatu kota (seperti pelabuhan atau galangan kapal) sepanjang wilayah perairan kota (thefreedictionary.com, 2005 ). Pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 7

7 secara harfiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). Sedangkan, urban waterfront mempunyai arti suatu lingkungan perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayah perairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983). Dari kedua pengertian tersebut maka definisi waterfront adalah suatu daerah atau area yang terletak didekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan dan aktivitas pada area pertemuan tersebut. Perancangan Hotel Wisata Bahari di area Waterfront City ini merupakan pengembangan (development) yang berada di pesisir Kota Surabaya. Berdasarkan fungsinya Waterfront City di kota Surabaya menggunakan 2 jenis Waterfront yaitu Mix - used Waterfront karena terdapat Hotel dan perbelanjaan yang dekat dengan wisata bahari dan Recreational Waterfront sebuah kawasan yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman dan arena bermain. Kriteria Waterfront City : (point 2) Kriteria umum dari penataan dan pendesainan waterfront adalah (Prabudiantoro, 1997): 1. Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan sebagainya). 2. Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata. 3. Memiliki fungsi - fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau pelabuhan. 4. Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan. 5. Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal - horisontal. Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 8

8 Aspek Perencanaan Waterfront City : (point 6) Dalam perencanaan waterfront ada 3 aspek yang dominan, yaitu : 1. Aspek Arsitektural Aspek arsitektural berkaitan dengan pembentukan citra (image) dari kawasan waterfront dan bagaimana menciptakan kawasan waterfront yang memenuhi nilai-nilai estetika. 2. Aspek Keteknikan Aspek keteknikan berkaitan terutama dalam perencanaan struktur dan teknologi konstruksi yang dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan rancangan waterfront, seperti stabilisasi perairan, banjir, korosi, erosi, kondisi alam setempat, dan sebagainya. 3. Aspek Sosial Budaya Aspek sosial budaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan waterfront tersebut. ( Keberadaan Hotel dan Wisata Bahari dalam area Waterfront City ini sangat bagus karena kesesuaian lahan dan history dari awal kota Surabaya yang merupakan daerah maritim/bahari. Sehingga perkembangan kota tidak hanya berpusat di tengah kota saja melainkan pengembangan dapat terlaksana di pesisir pantai. Pada akhirnya, pengembangan kota yang berada di pesisir pantai semua akan mengembangkan konsep Waterfront City dengan cara vertikal horisontal dan tetap mengutamakan aspek kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial daerah pesisir. Agar, pembangunan dapat berkelanjutan dengan tidak merusak alam yang ada. Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 9

9 C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud (point 9) Perancangan Hotel Wisata Bahari di area Waterfront City Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS) bermaksud untuk : 1. Mengembangkan konsep Waterfront City di pesisir kota Surabaya dengan fungsi Wisata Bahari dan Hotel sesuai dengan langgam arsitektur. 2. Memberikan hunian dan wisata yang sesuai dengan peraturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan sesuai Koefisien Dasar Hijau (KDH) Kota Surabaya. 3. Mengembangkan material alami dan sistem struktur dan konstruksi bangunan Hotel Wisata Bahari di daerah pesisir kota Surabaya dengan konsep Waterfront City. 4. Memberikan sistem utilitas dan pengolahan limbah yang sesuai agar desain Hotel Wisata Bahari menjadi lebih fungsional dan efisien. 5. Membuat Hotel dan Wisata Bahari terintegrasi sehingga terlihat unity nya lansekap di kawasan pesisir KKJS Surabaya. 2. Tujuan 1. Merancang Konsep Waterfront City sebagai kawasan pariwisata di kota Surabaya untuk mencitrakan kembali kota Surabaya sesuai langgam arsitektur. (point 1) 2. Mendesain Hotel Wisata Bahari yang sesuai dengan KDB, KLB dan KDH. 3. Mendesain dengan menggunakan material alami dan menyesuaikan struktur dan konstruksi karena berada di lahan pesisir pantai. Sehingga dapat membuat desain yang ramah lingkungan. 4. Merancang sistem utilitas dan pengolahan limbah yang fungsional dan efisien. 5. Merancang Lansekap, Urban Design Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS) agar saling terintergrasi dengan Hotel dan Wisata Bahari. (point 17) Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 10

10 D. Target Perancangan / Ruang Lingkup Desain Desain Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya dilaksanakan untuk bisa mengatasi persoalan yang ada dalam konsep Waterfront City yang berada di wilayah pesisir pantai. Sehingga, dapat membuat desain yang modern tetapi yang ramah lingkungan di area Waterfront City. Zoning Kawasan Wisata Bahari, sebagai berikut : Sehingga, mampu memberi solusi atas beberapa permasalahan yang ada di pesisir pantai atau Waterfront City, sebagai berikut : 1. Desain Taman dan Wisata Bahari di Pesisir Pantai. (point 9) Desain Taman dan tempat Wisata Bahari digunakan untuk membuat sebuah wisata baru di kota Surabaya. Agar dapat memberikan Investasi bagi Pemkot Surabaya. Desain Taman dan Wisata Bahari harus mampu berperan terhadap fungsi ekologis daerah pesisir pantai. Dan desain taman dapat menyatu dengan bangunan yang ada di sekitarnya agar terlihat ke unity- annya. Selain itu, Wisata Bahari diharapkan dapat menaikkan investasi kota Surabaya dan dapat menjadikan wisata yang menyatu dengan alam. Taman yang berada di pesisir pantai diharapkan mampu memberikan keasriannya dan juga mampu menyerap polusi udara yang ada di wilayah pesisir pantai. Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 11

11 2. Desain Sistem Jaringan Utilitas Hotel di Lingkungan Waterfront City. (point 8,14,18,21,22) Sistem Jaringan Utilitas Hotel diharapkan dapat berfungsi dan efisien terhadap penggunaanya. Karena letak Hotel yang berada dekat dengan pesisir pantai yang dengan jarak 100 meter dari laut bisa menggunakan pengolahan air laut untuk kebutuhan utilitas Hotel Wisata Bahari. Sehingga, Sistem Jaringan Utilitas di hotel diharapkan dapat menghemat dalam penggunaannya dan direncanakan terlebih dahulu agar mudah dalam operasional dan pemeliharaanya. Dan di Sistem Jaringan Utilitas ini mampu memberikan ruang terbuka bagi penghuni Hotel. Dan setiap lantai diberikan tangga darurat agar memudahkan evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran / bencana alam. 3. Desain Struktur dan Konstruksi Hotel di Lingkungan Waterfront City. Desain Struktur dan Konstruksi Hotel yang efisien dan mampu adaptasi terhadap kondisi tanah. Selain itu, desain struktur dan konstruksi yang kokoh dan stabil terhadap tanah yang eksistingnya sawah dan tambak. Dan mampu membuat struktur dan konstruksi yang sesuai dengan konsep Waterfront City. Sehingga, Hotel sebagai penunjang wisata bahari ini unity terhadap taman dan tempat wisatanya. (point 19) 4. Desain Sistem Area Parkir Hotel Wisata Bahari. Desain penataan area area parkir bagi kendaraan roda empat dan roda dua yang cukup dan memadai serta fasilitas tempat parkir yang teduh, nyaman dan strategis bagi pengunjung Wisata Bahari dan bagi penghuni Hotel Wisata Bahari. 5. Sistem Pengelolaan Limbah Hotel di Lingkungan Waterfront City. (point 8) Desain Sarana Pengelolaan Limbah Hotel Wisata Bahari harus yang memadai dan tepat guna serta penataan tempat yang sesuai. Sehingga, tidak mengganggu lingkungan area Waterfront City dan mampu membuat pengelolaan limbah yang hemat dan efisien. Dan dengan adanya Hotel Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 12

12 Wisata Bahari ini sebagai penunjang wisata diharapkan pengelolaan limbahnya tidak dibiarkan saja di laut melainkan mampu diolah lagi dengan konsep 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Repair). (point 15) 6. Desain Massa Hotel Wisata Bahari Desain Massa Hotel Wisata Bahari terdiri dari 2 tower dengan 1 podium yang menyatu. Diharapakan Massa Hotel ini dapat menyatu dengan keadaan alam, taman dan sesuai dengan lokasinya yang berada di pesisir pantai dan view hotel ini diarahakan ke Selat Madura. Dan massa hotel ini harus unity antara ruang luar dan ruang dalam. Selain itu, massa hotel ini mampu mengadaptasi dengan kondisi eksisting alam yang ada. E. Lingkup, Batasan dan Permintaan Proyek Ruang Lingkup dari Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya, adalah : a. Meningkatkan ekonomi/investasi warga pesisir pantai dengan adanya ruang pekerjaan baru sebagai pegawai atau pemilik retail di Hotel, perbelanjaan dan tempat Wisata Bahari. b. Mengembangkan daerah pesisir pantai yang pada awalnya sebagai tempat pembuangan limbah melainkan sebagai wahana wisata terbaru untuk edukasi biota/ekosistem laut dan adanya penunjang Wisata Bahari berupa Hotel dan area perbelanjaan. c. Rencana Anggaran Biaya Desain harus dipertimbangkan sebagai aspek strategis, yang realistik agar dapat diaplikasikan ke proyek. d. Mengembangkan potensi potensi yang ada di pesisir pantai untuk tempat wisata disertai dengan penunjangnya berupa Hotel Wisata. e. Menyatukan konsep Waterfront City ke dalam desain Hotel dan Tempat Wisata. Dan memberikan desain Hotel yang secara struktur dan konstruksi yang kokoh berdiri dilahan bekas sawah dan tambak. Dan membuat desain yang hemat / ramah lingkungan. (point 12) Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 13

13 I. Ketentuan 1. Pemilik Lahan : a. Nama : Pemerintah Kota Surabaya b. Alamat : UP III Tambak Wedi, Kel. Kedung Cowek, Kec. Kenjeran. c. Sasaran : Investor Dalam Negeri maupun Luar Negeri 2. Lingkup Proyek : a. Nama Proyek : Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya. b. Lokasi Proyek : UP III Tambak Wedi, Kel. Kedung Cowek, Kec. Kenjeran. 3. Data Teknis : a. Lokasi Tanah adalah di Kec. Kenjeran 1. Kelurahan : Kedung Cowek 2. Kecamatan : Kenjeran 3. Kota : Surabaya 4. Provinsi : Jawa Timur b. Luas Lahan / Tanah : Ha. 1. KDB : 60% (tinggi lantai antara 4-10) 2. KLB : 1,0 1,8 c. Batas batas Lahan : 1. Utara : Selat Madura. 2. Selatan : Selat Madura. 3. Timur : Rencana jalan yang memisahkan Kawasan CBD dengan Kawasan Wisata dan Pesisir. 4. Barat : Saluran Tambak Wedi Barat. e. Kondisi Eksisting : Berupa area sawah dan tambak. f. Elevasi Tapak Eksisiting : ketinggian ±1 mdpl atau kemiringan 0-2% 4. Program Ruang : a. Secara operasional, kedua tower hotel dikelola secara bersamaan, sehingga tidak merupakan bagian yang terpisah. Meliputi operasional Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 14

14 basement, podium, tower dan ruang luar. Penggabungan kedua main entrance lobby menjadi lobby utama memberikan kemudahan untuk membuat desain suatu lobby yang modern. b. Fasilitas yang terdapat pada podium seperti, retail perbelanjaan, hiburan dan lain lainnya. c. Efisiensi bangunan secara arsitektur (bentuk, layout, dll) terpenuhi, sehingga layak menjadi hotel wisata yang dapat beroperasi secara optimal, fungsional dan efisien. Lantai tipikal hotel wisata yang efisien untuk tiap tipe kamar hotel wisata. d. Area bersama terbuka / ruang luar maupun taman yang terintegrasi dengan lingkungan sekitar baik pada area wisata bahari, lantai dasar, atap podium, atau bahkan pada lantai atap tower. e. Fasilitas parkir kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat khususnya baik pada lantai semi basement maupun pada lantai podium bangunan berjumlah sesuai dengan ketentuan peraturan perbandingan jumlah parkir kendaraan terhadap luasan lantai untuk bangunan hotel. II. Konsep / Kriteria Desain (point 24,25,26) Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan rancangan desain Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya yang bersifat kreatif, imajinatif dan rekreatif sehingga imaji/kesan yang ada menghasilkan desain yang integrasi antara bangunan dan lingkungan. 2. Desain Ruang Luar; pada lantai dasar bangunan berupa area plaza (ruang bersama) pada bangunan dan lansekap yang selaras dan berkesinambungan dengan kawasan wisata bahari. (point 17)

15 3. Desain dengan mempertimbangkan aspek iklim daerah pesisir pantai kota Surabaya yang beriklim tropis serta, menggunakan energy yang Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 15

16 efisien dan pemanfaatan maksimal potensi tata cahaya dan udara secara cerdas. (point 14) 4. Desain Tata Ruang Dalam mencerminkan efisiensi penggunaan ruang, fleksibel dengan desain Detail Teknis Bangunan, desain yang terintegrasi dengan sistem struktur, mekanikal dan elektrikal serta perawatan bangunan yang tepat guna dan efisien bagi sebuah bangunan hotel wisata. (point 11,21) 5. Menyediakan aksesibilitas bagi para difabel (penyandang cacat) baik di area dalam dan luar bangunan beserta lingkungannya. (point 11,12) 6. Mengadopsi prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture ); antara lain: (point 11,15,16,20) a. Konsumsi sumber daya alam, termasuk konsumsi air dan energi secara minimal dan mempertimbangkan penggunaan sumber energi terbarukan; b. Memberikan dampak negatif yang minimal terhadap alam, lingkungan dan manusia, dengan menyediakan konsep sistem pengelolaan dan pengolahan limbah dari bangunan; c. Kenyamanan termal dan visual di dalam bangunan harus terpenuhi sesuai peraturan atau standar nasional yang berlaku; d. Rancangan bangunan tidak meningkatkan konsentrasi CO2 di dalam bangunan; e. memperhatikan orientasi (hadapan) bangunan, penempatan dinding yang dapat menyerap panas berlebih secara proporsional, organisasi ruang sedemikian hingga agar penggunaan AC dapat dioptimalkan tanpa mengurangi kenyamanan termal yang disyaratkan; f. Mengoptimalkan bidang atap dan dinding vertikal bangunan untuk mengurangi efek pemanasan kawasan (heat island effect); g. Mempertimbangkan penyediaan jalur pedestrian yang nyaman dan teduh terpisah dengan jalur kendaraan bermotor. Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 16

17 h. Meminimalkan perkerasan dalam site dan memberi peneduhan yang cukup pada permukaan tanah yang membutuhkan perkerasan. i. 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Repair). j. Pemanfaatan air hujan yang diresapkan dalam lokasi (Zero Waste) 7. Bahan/Material yang ramah lingkungan. (point 19) 8. Desain kawasan ruang hijau dan bangunan memiliki keterpaduan sehingga, membentuk kawasan hijau yang terpadu. 9. Sistem penataan jaringan listrik, air, telepon dan gas yang aman, rapi, mudah dalam pemeliharaan dan terintegrasi. (point 22) 10. Menggunakan kajian / pendekatan konsep desain dengan filosofi. (point 13) F. Peta Lokasi Lokasi Gambar 3. Peta Lokasi Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 17

18 G. Dokumen / Proposal Proyek (point 3,23,29,31,33,34) 1. Penentuan Langkah Kerja dan Menyusun Penawaran Jasa Arsitektur untuk Blok Penyusunan Proposal Proyek : a. Konsep b. Laporan Proyek 2. Analisis/Sintesis Internal : a. Konsep Analisis Internal b. Foto - Foto 3. Analisis/Sintesis Tapak : a. Konsep Analisis Tapak b. Foto Eksisting Tapak 4. Permodelan 3 Dimensi : a. Modeling Desain 3D dengan Autocad dan Google Sketchup 5. Analisis/Sintesis Lingkungan, Urban dan Tekno Ekonomi : (point 23,27,28,30) a. Konsep Analisis Lingkungan, Urban b. Perhitungan Investasi dan Tekno Ekonomi c. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 6. Hasil Gambar : (point 3,23,33) a. Layout (Skala Menyesuaikan Desain) b. Siteplan (Skala Menyesuaikan Desain) c. Denah (Skala Menyesuaikan Desain) d. Tampak Tapak (Skala Menyesuaikan Desain) e. Tampak Bangunan (Skala Menyesuaikan Desain) f. Potongan Tapak (Skala Menyesuaikan Desain) g. Potongan Bangunan (Skala Menyesuaikan Desain) h. Detail Arsitektural Interior (Skala Menyesuaikan Desain) i. Detail Arsitektural Eksterior (Skala Menyesuaikan Desain) j. Persfektif Eksterior Mata Manusia (Skala Menyesuaikan Desain) k. Persfektif Eksterior Mata Burung (Skala Menyesuaikan Desain) Perancangan Hotel Wisata Bahari di Area Waterfront City KKJS Surabaya Kerangka Acuan Kerja (KAK) DESAIN ARSITEKTUR AKHIR Kelas B 18

19 l. Persfektif Interior (Skala Menyesuaikan Desain) m. Rencana Sistem Utilitas 7. Panel Ukuran A2 : (point 34) a. Panel Poster A2 menggunakan Photoshop dan Corel Draw 8. Maket 3D Skala 1:1000 (point 27,33,34) H. Waktu Pekerjaan Proyek Kegiatan Minggu Ke Penyusunan KAK (Kerangka Acuan Kerja) 1. Pembuatan dan Pengumpulan KAK/TOR perancangan 2. Delivery project/persiapan pembuatan proposal proyek perancangan Penyusunan Proposal Proyek 3. Penentuan Langkah Kerja dan Menyusun Penawaran Jasa Arsitektur untuk Blok Penyusunan Proposal Proyek 4. Analisis/Sintesis Internal 5. Analisis/Sintesis Tapak 6. Melakukan Pemodelan 3 Dimensi 7. Pengembangan Pemodelan 3 Dimensi 8. Analisis/sintesis Lingkungan, Urban, dan tekno-ekonomi 9. Project Delivery Proposal Proyek Pembuatan Panel 10. Rancangan sistematika panel - persiapan substansi panel 11. Penataan substansi panel ke dalam panel - panel layouting 12. Project Delivery Panel Pembuatan Maket 13. Penentuan Langkah Kerja dan Transformasi 3D menjadi ukuran berskala maket 14. Pembuatan Maket 15. Project Delivery Maket Penilaian dan Personal Presentation Project Delivery (untuk revisi)

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta mengalami permasalahan rumit sebagaimana halnya dialami kota-kota besar lainnya di dunia. Harus diakui betapa sulit menyediakan kebutuhan akan ruang untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG TUGAS AKHIR GEDUNG KANTOR LKPP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG TUGAS AKHIR GEDUNG KANTOR LKPP BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia. Jumlah populasi manusia yang terus bertambah membuat tingkat kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture yang kaitannya sangat erat dengan objek perancangan hotel resort wisata organik dimana konsep

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi i ii iii iv v x xiii xiv xv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG -BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berlibur merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi bagi masyarakat urban pada saat ini guna melepas kejenuhan dari padatnya aktivitas perkotaan. Banyaknya

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: AKBAR HANTAR ROCHAMADHON NIM. I 0208092

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Bandara Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan roda perekonomian berjalan dengan cepat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2009

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan harus memperhatikan beberapa macam kondisi fisik wilayah secara spesifik

Lebih terperinci

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3. Persamaan nasib, yaitu pernah dijajah oleh negara asing (kecuali Thailand).

BAB I PENDAHULUAN. 3. Persamaan nasib, yaitu pernah dijajah oleh negara asing (kecuali Thailand). BAB I PENDAHULUAN Laporan Perancangan Arsitektur Akhir I.1. Latar belakang ASEAN adalah singkatan dari Association of Southeast Asia Nations atau dalam bahasa indonesia disebut dengan Perhimpunan bangsa

Lebih terperinci

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TUGAS AKHIR - 36 Periode Januari Juni 2011 HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, memiliki implikasi yang sangat luas dan menyeluruh dalam kebijaksanaan dan pengelolaan daerah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan BAB V : KONSEP 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam konsep dasar perancangan Bangunan Hotel dan Konvensi ini dipengaruhi oleh temanya, yaitu Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK APARTEMEN DAAN MOGOT CITY

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK APARTEMEN DAAN MOGOT CITY BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK APARTEMEN DAAN MOGOT CITY 3.1. Deskripsi Proyek Apartemen Daan Mogot City 1.1.1. Data Proyek Nama Proyek Lokasi Perencana Owner Pendanaan Harga Kontrak : Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu kecamatan yang ada di sidoarjo yang berbatasan langsung dengan laut utara yaitu kecamatan Jabon. Kecamatan Jabon sendiri memiliki potensi alam yang bisa

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1. Pemilik, Jenis dan pelayanan Rumah Sakit a. Pemilik : Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta b. Nama Rumah Sakit : RS Jakarta Selatan c. Kelas

Lebih terperinci

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana?? DASAR PENATAAN RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN Semakin menurunnya kualitas permukiman Alih fungsi lahan Kesenjangan antar dan di dalam wilayah Kolaborasi bangunan yang tidak seirama Timbulnya bencana Mamanasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah Abang adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang cukup terkenal dengan pusat perbelanjaan tekstil dan fashion. Tidak dipungkiri, pusat grosir

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN PENYUSUNAN RENCANA INVESTASI Setelah ditetapkan lokasi yang akan dibuatkan

Lebih terperinci

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal ini, salah satu caranya adalah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. YOGYA SPORT SHOPPING MALLbelanjaan Perl

DAFTAR ISI. YOGYA SPORT SHOPPING MALLbelanjaan Perl DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Untaian Kata Penyejuk Kalbu... iii Lembar Persembahan... iv Kata Pengantar... v Abstraksi... vii Daftar Isi... viii Daftar Gambar... xii Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dikenal sebagai sumber ekonomi dan pusat bisnis negara Indonesia dengan jumlah penduduknya meningkat setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Isu Perkembangan Properti di DIY Jogjakarta semakin istimewa. Kekuatan brand Jogja di industri properti merupakan salah satu kota atau daerah paling

Lebih terperinci