BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler"

Transkripsi

1 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran. Suryosubroto (2009:286) menyatakan bahwa: Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa. Ekstrakurikuler dapat dijadikan media dalam proses penanaman karakter kepada siswa. Muslich (2011:86) berpendapat bahwa: Kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan pembinaan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk pembinaan sikap siswa, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Naim (2012:146) bahwa: Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mendorong pembinaan nilai dan sikap serta memungkinkan penerapan lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dari kurikulum. Selanjutnya mengenai ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler, Suryosubroto (2009:288) menjelaskan bahwa: Kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan 11

2 12 kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran, untuk membantu pengembangan potensi siswa sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan aspek afektif dan psikomotor kepada siswa, sehingga diharapkan dapat mengembangkan watak siswa itu sendiri. Kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakurikuler. 2. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di setiap sekolah terdapat berbagai macam jenisnya. Banyaknya jenis ekstrakurikuler tersebut bertujuan agar siswa dapat memilih ekstrakurikuler yang mereka sukai dan disesuaikan dengan bakat dan minat masing-masing siswa. Jenis kegiatan ekstrakurikuler ada yang wajib dan ada juga yang pilihan. Daien (dalam Suryosubroto, 2009:288) mengemukakan tentang dua jenis kegiatan ekstrakurikuler yaitu: Bersifat rutin dan bersifat periodik. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin adalah bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus menerus, seperti latihan bola voly, latihan sepak bola, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti lintas alam, kemping, pertandingan olahraga, dan sebagainya. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, terdapat berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler pada dasarnya

3 13 merupakan kegiatan di luar jam pelajaran yang berfungsi untuk pengembangan bakat. Pemilihan ekstrakurikuler atas kehendak siswa sendiri, tetapi jika tergolong ekstrakurikuler wajib maka semua siswa wajib mengikutinya. Pelaksanaan ekstrakurikuler ada yang berlangsung terus menerus ada pula pada waktu tertentu saja disesuaikan dengan jenis ekstrakurikulernya. Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang biasanya diselenggarakan di sekolah pada setiap jenjang pendidikan terdapat berbagai macam. Secara umum oleh Suryosubroto (2009:290) jenis kegiatan ekstrakurikuler dapat disebutkan sebagai berikut: a. Pramuka b. PMR / UKS c. Olahraga prestasi d. Kesenian tradisional / modern e. Cinta alam dan lingkungan hidup, dan lain sebagainya. Uraian tersebut menjelaskan bahwa, terdapat berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat siswa pilih sesuai dengan keinginannya. Sekolah berupaya mengembangkan ekstrakurikuler yang ada karena bakat dan minat siswa perlu dibina dan digali sejak dini. Kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya untuk pembinaan minat dan bakat saja tetapi melalui kegiatan ekstrakurikuler juga dapat dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan karakter pada siswa. 3. Prinsip-Prinsip Program Ekstrakurikuler Program ekstrakurikuler sebaiknya dibuat dengan memperhatikan prinsip-prinsipnya agar rencana program tersebut terencana dan terjadwal

4 14 dengan baik. Sutrisna (dalam Suryosubroto, 2009:291) menguraikan prinsip program ekstrakurikuler adalah sebagai berikut: a. Semua murid, guru, dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam usaha meningkatkan program. b. Prosesnya adalah lebih penting daripada hasil. c. Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang dapat memenuhi kebutuhan dan minat semua siswa. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, agar ekstrakurikuler dapat berjalan dengan efektif dan maksimal harus ada kerjasama yang erat antara semua warga sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang terpenting dari berjalannya proses bukan hasilnya. 4. Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler a. Partisipasi Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan dengan efektif apabila terdapat kerjasama dan adanya partisipasi dari berbagai pihak. Suryosubroto (2009:294) menjelaskan bahwa: Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Lebih lanjut Suryosubroto (2009:295) mengatakan partisipasi yang dimaksud adalah: Partisipasi siswa yaitu keikutsertaan atau keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah dalam ekstrakurikuker. Partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sangat penting bagi pengembangan program

5 15 yang dibuat oleh sekolah. Kepala sekolah sebagai administrator sekolah agar dapat menilai secara periodik tentang kemanfaatan program bagi siswa serta perubahan dan perbaikan program kegiatan murid tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, maupun minat siswa serta memiliki kemanfaatan bagi siswa sebagai sarana pendewasaan diri dan penyaluran bakat-bakat potensial siswa, sehingga siswa berpartisipasi mengikutinya. Kepala sekolah harus dapat menjadi motivator bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mensukseskan program kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. b. Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan memberikan banyak manfaat tidak hanya terhadap siswa tetapi juga bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Daien (dalam Suryosubroto, 2009:304) menyatakan hal-hal yang perlu diketahui oleh Pembina ekstrakurikuler yaitu sebagai berikut: 1) Kegiatan harus dapat meningkatkan pengayaan siswa yang beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 2) Memberikan tempat serta penyaluran bakat dan minat sehingga siswa akan terbiasa dengan kesibukan-kesibukan yang bermakna. 3) Adanya perencanaan dan persiapan serta pembinaan yang telah diperhitungkan masak-masak sehingga program ekstrakurikuler mencapai tujuan. 4) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler oleh semua atau sebagian siswa. Uraian tersebut menjelaskan bahwa, sebelum guru membina kegiatan ekstrakurikuler terlebih dahulu harus merencanakan aktivitas

6 16 yang akan dilaksanakan. Penyusunan program aktivitas ini dimaksudkan agar guru mempunyai pedoman yang jelas dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler. Setelah program selesai, Pembina perlu mengadakan evaluasi. Suryosubroto (2009:304) menjelaskan bahwa: Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui kemanfaatan program bagi siswa maupun bagi sekolah, hemat biaya atau tidak, dan sebagainya. Evaluasi bertujuan agar kepala sekolah dapat mengambil kebijakan selanjutnya dan untuk perbaikan selanjutnya pula. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai banyak fungsi dan makna dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini akan terwujud, manakala pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaikbaiknya dan adanya kerjasama antar berbagai pihak. c. Tersedianya Sarana Sarana dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, baik yang bergerak maupun tidak agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan efektif, dan efesien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Suryosubroto (2009:305) menyatakan bahwa: Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler akan berjalan dengan lancar apabila ditunjang dengan sarana yang memadai baik dalam jumlah, keadaan maupun kelengkapan alat penunjang kegiatan. Lebih lanjut Arikunto (dalam Suryosubroto, 2009:305) berpendapat

7 17 bahwa fasilitas maupun sarana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibedakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha. 2) Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa dalam kegiatan ekstrakurikuler harus tersedia sarana dan fasilitas yang memudahkan siswa dalam mengikutinya. Sarana dan prasarana yang lengkap dapat menunjang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Sarana prasarana yang menunjang serta memadai tersebut diharapkan kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan dengan lancar serta maksimal. Oleh sebab itu, sekolah harus selalu mengoptimalkan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada. d. Tersedianya Dana Sekolah memerlukan sejumlah dana agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan misalnya saja penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler. Suryosubroto (2009:306) mengatakan bahwa: Tersedianya dana ekstrakurikuler diartikan sebagai besarnya dana yang disediakan oleh sekolah guna memberi kemudahan kepada siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Penyelenggaraan anggaran atau dana untuk kegiatan ekstrakurikuler dapat diperoleh dari berbagai sumber. Arikunto (dalam Suryosubroto,

8 :306) menguraikan sumber pembiayaan pendidikan berasal dari empat arah, yaitu: 1) Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah 2) Orang tua murid (SPP dan BP3) 3) Masyarakat 4) Dana bantuan atau pinjaman pemerintah dari luar negeri Uraian di atas menjelaskan bahwa semua dana harus dipergunakan secara terarah dan bertanggung jawab dengan tidak bertumpang tindih dengan yang lain. Pimpinan harus mampu menjalankan kebijaksanaan agar semua dana itu dapat dimanfaatkan secara efisien, dalam arti saling menunjang sehingga semua kegiatan baik ekstrakurikuler maupun kegiatan lainnya dapat dilaksanakan dengan sekecil mungkin hambatannya. e. Keberadaan Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Jadwal sangat penting sehingga jadwal harus diketahui oleh semua pihak yang ada di sekolah. Suryosubroto (2009:307) menjelaskan bahwa: Penjadwalan merupakan salah satu kegiatan administrasi di sekolah, jadwal ini dimaksudkan untuk mengatur program belajar, praktik, program lapangan dapat terselenggara secara tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang tersedia dengan segala keterbatasannya. Penjelasan di atas bermaksud bahwa, adanya jadwal ekstrakurikuler yang terprogram itu sangat penting. Hal tersebut karena sebagai pegangan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya, bagi siswa menjadi pedoman dalam mengikuti program

9 19 ekstrakurikuler, bagi administrator mempermudah dalam memberikan dukungan sarana prasarananya yang diperlukan dan bagi kepala sekolah mempermudah dalam mengadakan supervisi. 5. Ekstrakurikuler Pendidikan Berkarakter Membangun budaya moral yang positif di sekolah salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler, Lickona (2013:469) berpendapat bahwa: Kegiatan ekstrakurikuler adalah cara efektif untuk membantu siswa mengembangkan rasa dihargai sebagai manusia yang berharga di komunitas sekolahnya. Ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah dalam pelaksanaannya sebaiknya diselipkan suatu pendidikan yang bermuatan karakter bagi siswa. Diuraikan oleh Permendiknas No. 39 Tahun 2008 (dalam Aqib, 2015:60) mengenai kegiatan ekstrakurikuler untuk pengembangan bakat, minat, dan kepribadian/karakter meliputi: a. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Pembinaan budi pekerti luhur dan akhlak mulia. c. Pembinaan kepribadiaan unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara. d. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan olahraga sesuai bakat dan minat. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, ekstrakulikuler merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar mata pelajaran yang bersifat mendidik dan berperan dalam mengembangkan bakat serta penanaman karakter siswa. Kegiatan ekstrakulikuler memiliki berbagai macam kegiatan, mulai dari yang bersifat mendidik karakter

10 20 seperti melalui Kepramukaan ataupun yang bersifat mengembangkan bakat seperti beberapa ekstrakulikuler olahraga. Pendidikan karakter dapat dipadukan melalui beberapa cara, salah satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler. Fitri (2012:50) mengemukakan mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang berperan dalam pembinaan karakter diantaranya adalah Pramuka yang dikemukakan sebagai berikut: Melalui kegiatan pramuka, peserta didik dapat dilatih dan dibina untuk mengembangkan diri dan meningkatkan hampir semua karakter. Misalnya, melatih untuk disiplin, jujur, menghargai waktu, tenggang rasa, baik hati, tertib, penuh perhatian, tanggung jawab, pemaaf, peduli, cinta tanah air, cermat, dan lain-lain. Penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, ekstrakurikuler Pramuka dapat digunakan sebagai sarana dalam proses menanamkan karakter kepada siswa. Sekolah harus berperan aktif dalam memberdayakan ekstrakurikuler secara maksimal, efektif, dan efisien agar karakter baik tertanam kepada siswa sejak dini. B. Kepramukaan 1. Pengertian Pramuka, Gerakan Pramuka, dan Kepramukaan Gerakan Pramuka, Pramuka, dan Kepramukaan memiliki arti yang berbeda. Sarkonah (2012:3) menjelaskan pengertian Pramuka, Gerakan Pramuka, dan Kepramukaan adalah sebagai berikut: a. Pramuka Pramuka merupakan pendidikan di luar sekolah yang dilakukan di alam terbuka, menantang, menyenangkan, kreatif, dan inovatif sehingga mampu membentuk generasi muda yang

11 21 berkepribadian, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tinggi moral, dan tinggi keterampilannya (Orangnya). b. Gerakan Pramuka Gerakan Pramuka merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan Pendidikan Kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia (Organisasinya). c. Kepramukaan Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (Kegiatannya). Penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa, Pramuka adalah singkatan dari Praja Muda Karana, muda dimaksud bukan berarti hanya para pemuda, tetapi juga orang dewasa, yang dimaksud muda adalah orang-orang yang berjiwa muda dan suka berkarya. Jika ada orang yang mempunyai tujuan yang sama berkumpul, maka perlu adanya wadah atau tempat untuk berkumpul tersebut, wadah atau organisasi tempat dimana pramuka berkumpul dan menyelesaikan masalah secara bersama disebut Gerakan Pramuka. Jika sudah ada wadahnya atau organisasinya, Pramuka juga perlu ada kegiatan-kegiatan untuk menunjang organisasi tersebut serta mewujudkan cita-cita dari Pramuka itu sendiri, seperti melakukan pembinaan atau menanamkan karakter diri bagi setiap anggotanya, kegiatannya disebut Kepramukaan. 2. Tujuan Gerakan Pramuka Setiap organisasi sudah tentu mempunyai tujuan sebagai salah satu langkah dalam mencapai cita-cita organisasi, sebagaimana juga Gerakan Pramuka. Tujuan Gerakan Pramuka menurut Undang-Undang Nomor 12

12 22 Tahun 2010 pasal 4 (dalam Sarkonah, 2012:224) Tentang Gerakan Pramuka menjelaskan bahwa: Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap Pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa, Gerakan Pramuka bertujuan untuk menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan para pemuda-pemudi Indonesia. Anggota Pramuka diharapkan mampu menjadi manusia yang berkepribadian serta mampu dan sanggup untuk membangun dirinya dan membangun masyarakat, bangsa, dan negara. 3. Fungsi Kepramukaan Pendidikan Kepramukaan yang dilaksanakan di sekolah mempunyai fungsi yang berguna untuk mengembangkan karakter anak bangsa. Sunardi (2011:4) menguraikan fungsi Kepramukaan terdiri dari tiga fungsi yaitu: a. Kegiatan yang menarik yang mengandung pendidikan bagi anak-anak, remaja, dan pemuda. b. Suatu pengabdian (job) bagi para anggota dewasa yang merupakan tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. c. Alat (means) bagi masyarakat, Negara atau organisasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, alat bagi organisasi atau Negara untuk mencapai tujuannya. Fungsi Kepramukaan sebagai kegiatan yang menarik tetap mengandung pendidikan yang bermanfaat baik bagi anak-anak, remaja

13 23 maupun pemuda. Sejalan dengan pendapat Sunardi, Dahlan (2013:16) juga menjelaskan fungsi Gerakan Pramuka yaitu: Sebagai lembaga pendidikan diluar sekolah dan diluar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta sistem among, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia. Cuplikan di atas menjelaskan bahwa kegiatan Pramuka berfungsi untuk mengisi waktu luang di luar sekolah yang mengandung pendidikan khususnya kedisiplinan, karakter, dan nasionalisme. Fungsi dari kegiatan Pramuka itu sendiri lebih cenderung fleksibel sesuai dengan keadaan atau perkembangan yang ada di lingkungan sekitar sampai Negara. 4. Prinsip Dasar Kepramukaan Anggota Pramuka dalam bertindak sebaiknya berpedoman pada Prinsip Dasar Kepramukaa. Dahlan (2013:17) menyatakan prinsip dasar adalah: Asas yang mendasar yang menjadi dasar dalam berfikir dan bertindak. Sedangkan Prinsip Dasar Kepramukaan adalah: Asas yang mendasari kegiatan Kepramukaan dalam upaya membina watak peserta didik. Sunardi (2011:61) menguraikan mengenai Prinsip Dasar Kepramukaan adalah: a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya. c. Peduli terhadap diri sendiri. d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka. Prinsip dasar dapat dijadikan sebagai asas yang mendasar yang menjadi dasar dalam berfikir dan bertindak yang harus diperhatikan oleh

14 24 siswa. Dahlan (2013:17) mengemukakan fungsi Prinsip Dasar Kepramukaan yaitu: a. Norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka b. Landasan kode etik Gerakan Pramuka c. Landasan sistem nilai Gerakan Pramuka d. Pedoman dan arah pembinaan kaum muda anggota Gerakan Pramuka e. Landasan gerak dan kegiatan Gerakan Pramuka mencapai sasaran dan tujuan. Pramuka ditanamkan dan ditumbuhkembangkan kepada setiap siswa melalui proses penghayatan untuk diri pribadi dengan bantuan Pembina. Pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggung jawab, serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Prinsip Dasar Kepramukaan yaitu Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal tersebut karena kegiatan Pramuka merupakan kegiatan yang berakhlak mulia. Prinsip Pramuka yaitu peduli terhadap bangsa, peduli dalam arti ketika bangsa dalam hal sulit seperti terjadi bencana bahkan perang, Pramuka wajib membantu atau ikut serta dalam menanggulangi bencana bangsa. 5. Metode Kepramukaan Metode Kepramukaan merupakan cara Pembina dalam memberikan Pendidikan Kepramukaan kepada siswa. Dahlan (2013:17) menjelaskan tentang Metode Pendidikan Kepramukaan adalah: Cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan

15 25 Pendidikan Kepramukaan yang menarik, menyenangkan, dan menantang yang disesuaikan kondisi, situasi, dan kegiatan peserta didik. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) (2014:34) menguraikan mengenai Metode Kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui: a. Pengalaman Kode Kehormatan Pramuka Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas janji yang disebut Satya dan ketentuan moral yang disebut Darma. Hal tersebut merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam Metode Kepramukaan. b. Belajar Sambil Melakukan Belajar sambil melalukan dilaksanakan dengan mengutamakan sebanyak mungkin kegiatan praktik secara praktis pada setiap kegiatan Kepramukaan dalam bentuk pendidikan keterampilan dan berbagai pengalaman yang bermanfaat bagi anggota muda. Mengarahkan perhatian anggota muda untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangsang agar timbulnya keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacu agar berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan. c. Kegiatan Berkelompok, Bekerjasama, dan Berkompetisi Siswa dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh siswa itu sendiri. Kegiatan berkelompok memberikan kesempatan belajar memimpin dan dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta bekerja dan bekerjasama dalam

16 26 kerukunan. Kegiatan berkelompok memberi kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana persaudaraan guna menumbuhkan keinginan untuk menjadi lebih baik. d. Kegiatan yang Menarik dan Menantang Kegiatan menarik dan menantang merupakan kegiatan yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan mengandung pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota Gerakan Pramuka. Kegiatan yang diutamakan dapat mengembangkan bakat dan minat yang mencakup ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik siswa, serta bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa. e. Kegiatan di Alam Terbuka Kegiatan di alam terbuka merupakan kegiatan rekreasi yang edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan keamanan. Kegiatan di alam terbuka dapat memberikan pengalaman dengan adanya rasa saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, bahwa menjaga lingkungan adalah hal yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan dasar dalam setiap kegiatan yang selaras dengan alam. f. Kehadiran Orang Dewasa Kehadiran orang dewasa dalam setiap kegiatan Kepramukaan dapat berperan sebagai perencana, organisator, pengendali, pengawas,

17 27 dan penilai. Konsultan dan motivator untuk siswa dalam melaksanakan kegiatan. Pembina, pamong, pelatih, instruktur, pendamping, dan pelindung siswa pada waktu melaksanakan kegiatan serta penanggung jawab pelaksanaan kegiatan siswa. g. Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan Penghargaan berupa tanda kecakapan bertujuan mendorong dan merangsang siswa agar secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Kepramukaan serta memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Tanda kecakapan merupakan pengakuan yang diberikan kepada siswa yang telah menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi keterampilan. f. Satuan Terpisah Satuan terpisah Pramuka putra dan Pramuka putri diterapkan di gugus depan, satuan karya Pramuka, dan kegiatan bersama. Satuan Pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan Pramuka putra dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan Siaga putra dapat dibina oleh pembina putri. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Metode Kepramukaan merupakan suatu cara untuk memberikan pendidikan kepada Pramuka atau anggota yang ada didalamnya. Metode Kepramukaan pula merupakan prosedur dan cara untuk mengimplementasikan nilai dan Prinsip Dasar Kepramukaan, setiap

18 28 unsur dalam Metode Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan Pendidikan Kepramukaan. Pembina Pramuka dalam mengajar kegiatan Kepramukaan hendaknya memperhatikan metode dalam kegiatan Kepramukaan tersebut agar pelaksanaannya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 6. Pendidikan Kepramukaan Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan bagi kaum muda agar menjadi warga negara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi bangsa. Pendidikan Kepramukaan hendaknya dijalankan oleh sekolah sebagai media dalam menanamkan karakter siswa. Furqon (2015:78) mendefinisikan tentang Pendidikan Kepramukaan adalah: a. Pendidikan Kepramukaan merupakan proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Kepramukaan. b. Pendidikan Kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. c. Pendidikan Kepramukaan merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi kaum muda agar menjadi warganegara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi

19 29 kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun internasional. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan Pendidikan Kepramukaan diharapkan dapat membentuk watak siswa yang baik. Gerakan Pramuka selaku penyelenggara Pendidikan Kepramukaan memiliki peran besar dalam menanamkan karakter dan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Golongan Pramuka dalam satuan pendidikan sekolah dasar terdiri dari golongan Pramuka Siaga dan golongan Pramuka Penggalang. Dahlan (2013:18) menjelaskan bahwa golongan Pramuka Siaga merupakan anggota pramuka yang berusia 7-10 tahun. Pramuka siaga terdiri dari tiga tingkatan yaitu Siaga Mula, Siaga Bantu, dan Siaga Tata. Arti kiasan golongan Siaga yaitu kemudian segeralah kita mulai pembangunan yang membutuhkan bantuan kesadaran yang tinggi dan pemetaan yang baik. Sementara golongan Pramuka Penggalang merupakan anggota Pramuka yang berusia tahun. Pramuka golongan Penggalang juga terdiri dari tiga tingkatan yaitu Penggalang Ramu, penggalang Rakit, dan Penggalang Terap. Adapun arti kiasan dari golongan Penggalang yaitu bangsa kita mencari ramuan kemudian dirakit atau disusun kemudian kita terapkan dalam pembangunan bangsa dan Negara.

20 30 Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, Pendidikan Kepramukaan untuk golongan Penggalang yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia tahun. Dalam siklus kehidupan manusia, anak usia tahun termasuk dalam kelompok kanak-kanak akhir yang sedang memasuki usia remaja serta sedang menuju masa dewasa. Di sekolah dasar, usia Pramuka Penggalang sendiri masuk pada siswa yang sedang duduk di kelas V dan VI yaitu usia 11 dan 12 tahun. Pada usia tersebut anak-anak mempunyai sifat keingintahuan yang tinggi, semangat yang kuat, sangat aktif, dan suka berkelompok. Kode Kehormatan Pramuka ditetapkan dan diterapkan sesuai dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmani anggota Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) (2014:32) menyatakan Kode Kehormatan bagi Pramuka Penggalang, terdiri dari: a. Janji dan komitmen diri yang disebut Trisatya Trisatya berbunyi: Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup, dan mempersiapkan diri membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma. b. Ketentuan moral adalah Darma Pramuka selanjutnya disebut Dasadarma. Pramuka sudah menjawab penanaman karakter melalui 10

21 31 pilar bernama Dasadarma. Dari Dasadarma dapat dijabarkan menjadi banyak sikap hidup (pola tingkah laku) sehari-hari. Sarkonah (2012:35) menguraikan bunyi dan penjabaran dari Dasadarma adalah sebagai berikut: 1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Hal ini dibuktikan dengan selalu berperilaku baik agar dipercaya dan selalu patuh dalam menjalankan ajaran agama yang di anut. 2) Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki kerusakan pada lingkungan sekitar serta menjaga kelestarian lingkungan. 3) Patriot yang Sopan dan Kesatria Hal ini dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang menunjukkan rasa senang bergaul, bekerja sama, adil, dan memberikan rasa aman atas kehadirannya. Perbuatan lain seperti mengikuti upacara bendera, ikut serta dalam bela Negara. 4) Patuh dan Suka Bermusyawarah Hal ini dibuktikan dengan diadakannya suatu musyawarah untuk mendapatkan keputusan bersama. Tidak mengambil keputusan yang tergesa-gesa tanpa bermusyawarah.

22 32 5) Rela Menolong dan Tabah Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada setiap orang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan dan tidak mudah putus asa. 6) Rajn, Terampil, dan Gembira Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan terus berkarya untuk mengembangkan bakatnya. Selalu riang gembira dalam setiap melakukan kegiatan. 7) Hemat, Cermat, dan Besahaja Hal ini dibuktikan dengan tidak boros, teliti dalam melakukan sesuatu, serta bersikap hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. 8) Disiplin, Berani, dan Setia Hal ini dibuktikan dengan tindakan dan perilaku yang menunjukkan taat pada setiap aturan yang berlaku, setelah bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan menjalankan amanat dengan baik. 9) Bertanggungjawab dan Dapat Dipercaya Hal ini dibuktikan dengan sikap dan perilaku yang selalu menjalankan tugas dengan baik di berbagai lingkungan dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan.

23 33 10) Suci dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan Hal ini dibuktikan dengan sikap dan tindakan tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda. Upaya menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, di Kepramukaan mempergunakan 10 pilar yang menjadi Kode Kehormatan. Kode Kehormatan mempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta menjadi standar tingkah laku Pramuka di masyarakat. Pramuka telah menjawab bentuk dari pendidikan karakter pemuda yaitu melalui tujuannya, landasannya dan juga melalui 10 pilar pokok yang disebut dengan Dasadarma Pramuka. Pramuka mengandung segudang pendidikan karakter baik teori maupun praktek. Melalui Dwisatya dan Dwidarma untuk siaga, Trisatya dan Dasadarma, untuk penggalang juga kegiatan berkemah, lomba tingkat, hiking dan lain sebagainya merupakan wujud kongkrit proses pendidikan karakter pemuda. Kegiatan Kepramukaan dilakukan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, terarah, teratur serta praktis sehingga dapat mencapai tujuannya dalam membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti luhur pada siswa. Pusbangtendik (2014:22) berpendapat bahwa: Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat relevan sebagai wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan Kepramukaan seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

24 34 keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Berdasarkan cuplikan penjelasan d atas maka, terdapat berbagai keterampilan Pendidikan Kepramukaan yang dapat menanamkan karakter pada siswa, termasuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Jenis kegiatan dan materi Pramuka dalam menanamkan karakter disiplin siswa dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan dan materi yaitu: a. Dasadarma Ke Delapan Dasadarma merupakan Kode Kehormatan Gerakan Pramuka yang merupakan suatu norma dalam kehidupan Pramuka yang menjadi ukuran atau standar tingkah laku Pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Isi dari Dasadarma memuat nilai-nilai yang mengacu ke 18 nilai karakter. Dasadarma ke delapan berbunyi Disiplin, Berani dan Setia, maksudnya disiplin berarti patuh dan mengikuti aturan dan norma yang ada. Sarkonah (2012:44) menjelaskan bahwa: Pengamalan Dasadarma kedelapan dibuktikan dengan tindakan dan perilaku yang menunjukkan taat pada setiap aturan yang berlaku, setelah bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan menjalankan amanat dengan baik. Dasadarma ke delapan menjelaskan agar siswa terbentuk karakter disiplin dengan mengamalkan isi dari Dasadarma.

25 35 b. Salam Pramuka Materi salam Pramuka akan melahirkan disiplin. Dahlan (2013:11) mengungkapkan fungsi salam untuk melahirkan disiplin, tata tertib yang mewujudkan suatu ikatan jiwa yang kuat ke dalam maupun ke luar, yang hanya dapat dicapai dengan adanya saling menyampaikan penghormatan yang dilakukan secara tertib, sempurna dan penuh keikhlasan. Sarkonah (2012:51) mengatakan: Hal ini dibuktikan dengan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada aturan yang ditetapkan organisasi Pramuka dan menghargai sesama. Mengucapkan salam akan melahirkan nilai disiplin. Dalam menyampaikan salam (baik yang memakai topi dan saling menghargai sesama anggota) sama artinya dengan melakukan gerakan penghormatan. c. Tanda Pengenal dalam Gerakan Pramuka Kegiatannya anggota Penggalang menggunakan atribut pada seragamnya dan segala perlengkapan terkait dengan atribut merupakan salah satu bentuk disiplin. Pemahaman siswa mengenai penggunan atribut secara lengkap dapat dijadikan pembiasaan disiplin. Sarkonah (2012:59) berpendapat bahwa: Nilai disiplin dalam hal ini dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan yang taat terhadap peraturan dalam penggunaan seragam dan atribut Pramuka yang sesuai dengan tingkatannya. Anggota pramuka selalu disiplin dalam

26 36 berpakaian dengan menggunakan atribut dengan lengkap dan seragam yang sesuai. d. Peraturan Baris-Berbaris (PBB) Baris-berbaris merupakan suatu wujud latihan fisik, yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Perwatakan tertentu yang dimaksud yaitu terbentuk karakter disiplin. Sarkonah (2012:83) menguraikan bahwa tujuan dari baris berbaris yaitu: 1) Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap, tangkas, rasa disiplin, dan tanggung jawab. 2) Menumbuhkan rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang sangat kuat dalam menjalankan tugas. 3) Menumbuhkan rasa disiplin, artinya mengutamakan tugas di atas kepentingan pribadi. Baris berbaris bermanfaat untuk pembentukan karakter disiplin pada siswa. Baris-berbaris terdapat bermacam-macam variasnya yang menjadikan siswa belajar disiplin. Pusbangtendik (2014:30) mengatakan bahwa peraturan baris-berbaris dalam Kepramukaan disebut keterampilan baris-berbaris. Kegiatan ini merupakan keterampilan untuk melaksanakan perintah atau instruksi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan fisik. Keterampilan baris-berbaris dilakukan untuk melatih kedisiplinan, kekompakan, keserasian, dan seni dalam berbaris. Karakter disiplin sangat diperlukan agar terbiasa taat pada peraturan yang berlaku.

27 37 e. Upacara Kegiatan upacara merupakan salah satu alat pendidikan untuk membiasakan diri selalu berperilaku tertib, disiplin, menanamkan rasa cinta tanah air dan tanggung jawab. Karakter disiplin dalam upacara dapat dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan menaati segala peraturan yang berlaku. Dahlan (2013:46) menjelaskan bahwa: Gerakan Pramuka menyelenggarakan upacara sebagai alat pendidikan dan dilaksanakan dengan khidmat, teratur, dan tertib. Kegiatan upacara terdiri dari berbagai macam jenis seperti upacara umum, pembukaan dan penutupan latihan, pelantikan dan upacara pemberian penghargaan. Kepramukaan merupakan alat pendidikan berkaitan erat dengan proses perkembangan jiwa siswa untuk meumbuhkan kesadaran siswa sesuai dengan tujuan upacara. f. Perkemahan Perkemahan merupakan jenis kegiatan Pramuka Penggalang yang akan melatih anggota Pramuka untuk berdisiplin, Sarkonah (2012:168) menyatakan bahwa: Perkemahan merupakan pertemuan pramuka penggalang yang diselenggarakan secara reguler untuk mengevaluasi hasil latihan di gugus depan dalam satu periode. Kegiatan perkemahan, panitia perkemahan telah merancang program yang sangat teratur dari waktu ke waktu dengan kegiatan yang berupaya dalam penanaman pribadi unggul yang harus diikuti dan

28 38 ditaati setiap anggota Pramuka. Ini merupakan bentuk nyata dari penciptaan kedisiplinan. Macam-macam kegiatan dan materi Pramuka Penggalang dalam membentuk karakter cinta tanah air dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan dan materi yaitu: a. Penjebaran Trisatya Bagi seorang anggota Pramuka kode kehormatan Trisatya dijadikan sebagai norma atau aturan yang mengikat. Sarkonah (2012:35) menguraikan setiap butir Trisatya memiliki makna, sebagai berikut: 1) Mengakui bahwa setiap anggota Pramuka merupakan hamba Tuhan yang hidup sebagai makhluk sosial yang selalu tolong menolong dalam kebaikan. 2) Setiap anggota Pramuka selalu hidup bersama dan berkembang untuk mencintai tanah airnya, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3) Setiap anggota Pramuka juga harus mengamalkan Dasadarma Pramuka. Uraian di atas menjelaskan bahwa, setelah memahami dan mempelajari Trisatya anggota Pramuka diharapkan akan mengamalkan apa yang terkandung dari isi Trisatya tersebut. Trisatya mengandung arti bahwa seorang Pramuka berkewajiban untuk menjalankan kewajiban atau perintah Tuhan, serta menjauhi segala apa yang menjadi larangan-nya. Kewajiban terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewajiban terhadap Pancasila, yaitu dengan cara menghayati dan mengamalkan isinya. Kewajiban terhadap sesama masyarakat. Kewajiban menghayati dan

29 39 mengamalkan Dasadarma. Hal itu dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang lebih mempedulikan kepentingan bersama di atas segalanya. b. Dasadarma Ke Tiga Dasadarma ke tiga berbunyi Patriot yang sopan dan kesatria. Sarkonah (2012:39) menjelaskan Dasadarma poin ke 3 bermaksud bahwa sebagai seorang Pramuka hendaklah memiliki sifat patriot. Sikap ini dapat dituangkan dalam membela bangsa dan negara Indonesia. Sopan dapat dihubungkan dengan tingkah laku atau perilaku yang selalu menghormati orang lain sehingga orang lain dapat menghargai kita. Sementara itu kesatria adalah orang yang gagah berani dan jujur serta mampu membela dirinya untuk kepentingan orang banyak. Hal tersebut apabila benar-benar diaplikaskan dalam kehidupan sehari-hari siswa maka karakter cinta tanah air dapat tertanam sejak dini. c. Sejarah Bendera Merah Putih Bendera merupakan secarik kain yang berukuran empat persegi panjang, terbagi menjadi dua bagian berwarna merah dan putih yang mengandung arti tersendiri. Sarkonah (2012:60) menyatakan bahwa: Merah berarti berani, sedangkan putih berarti suci, jadi bendera merah putih melambangkan jiwa bangsa Indonesia yang memiliki keberanian di atas kesucian. Lebih lanjut Dahlan (2013:24) mengatakan tanggal 17 Agustus 1945 bendera merah putih pertama

30 40 kali dikibarkan saat momentum proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Bagi anggota Pramuka yang memahami akan makna dari bendera merah putih dibuktikan dengan menunjukkan kesetiaan, kepedulian, cinta tanah air, dan menempatkan kepentingan bangsa di atas diri dan kelompoknya. d. Pancasila dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Sarkonah (2012:66) menjelaskan bahwa: Panca berarti lima dan sila berarti dasar, jadi Pancasila merupakan lima dasar atau landasan negara Republik Indonesia. Lagu Indonesia raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Lagu Indonesia Raya digunakan sebagai pembakar semangat dalam setiap pertemuan organisasi. Sarkonah (2012:70) berpendapat bahwa: Setelah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan pelambang pemersatu bangsa. Bagi anggota Pramuka yang memahami akan makna dari lagu Indonesia Raya ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan yang menghargai semangat perjuangan para pahlawan dan mencintai tanah air dan bangsa sepenuh hati. e. Mengenal Lagu Nasional, Lagu Daerah, dan Lagu Pramuka Lagu nasional, lagu daerah maupun lagu Pramuka terdapat berbagai macam. Setiap anggota Pramuka hendaknya mengetahui macam-macam lagu tersebut serta dengan senang hati mempelajari maupun menghafalnya. Sarkonah (2012:213) menyatakan bahwa: Seorang Pramuka yang paham akan lagu-lagu tersebut hendaknya

31 41 dibuktikan dengan sikap dan tindakan selalu menghafal dan menyanyikan lagu nasional, lagu daerah, dan lagu Pramuka atas dasar mencintai tanah air dan bangsa. f. Penjelajahan dan Tanda Jejak Terbentuknya pribadi dan karakter cinta tanah air melalui penjelajahan merupakan salah satu perwujudan yang dapat dilihat dan diamati oleh siapapun. Sarkonah (2012:169) mengungkapkan bahwa: Tujuan dari penjelajahan adalah untuk mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu medan, peta, kompas, dan survival. Penjelajahan dapat dijadikan media bagi siswa supaya sadar akan keindahan alam yang dilakukan saat penjelajahan sehingga akan sadar akan cinta terhadap tanah air. Pusbangtendik (2014:25) berpendapat bahwa penjelajahan dan tanda jejak merupakan salah satu bentuk latihan berpetualang. Anggota Gerakan Pramuka harus terbiasa dengan alam bebas. Di alam bebas tidak terdapat rambu-rambu secara jelas sebagaimana di jalan raya. Oleh karena itu, seorang anggota Gerakan Pramuka harus dapat memanfaatkan fasilitas alam sebagai petunjuk arah dan atau tanda bahaya kepada teman kelompoknya. Kegiatan penjelajahan dapat membentuk karakter religius, toleransi, cinta tanah air, peduli lingkungan, kerja sama, dan tanggung jawab. Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, penjelajahan dan adanya tanda jejak dalam kegiatan Kepramukaan dapat dijadikan media

32 42 untuk menanamkan karakter cinta tanah air pada siswa. Tertanamnya jiwa yang tangguh, tidak cepat putus asa, dan rasa cinta terhadap tanah air menjadi tujuan dan sasaran kegiatan penjelajahan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan Kepramukaan tersebut, diharapkan untuk dapat menanamkan serta membina nilai-nilai karakter kepada siswa, sehingga siswa mampu memiliki watak yang berbudi luhur. Subagyo (2011:35) menjelaskan bahwa: Pendidikan karakter dan pendidikan Kepramukaan mempunyai keterkaitan dalam dua hal yaitu kesamaan materi pendidikan dan kesamaan dalam proses (metode) pendidikan. Materi Pendidikan Kepramukaan adalah nilai-nilai kepramukaan yang identik dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang berpengaruh pada pembentukan karakter. Sedangkan metode (proses) Pendidikan Kepramukaan adalah penerapan prinsip belajar mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi seseorang (learning to be). Penjebaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, Pendidikan Kepramukaan adalah bagian dari pendidikan karakter dalam bentuk suplemen dengan kata lain pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui Pendidikan Kepramukaan. Berbagai media bisa digunakan untuk pendidikan karakter, namun melalui Kepramukaan semua sudah dirangkum menjadi satu dalam penanaman sebuah karakter pemuda. Internalisasi nilai-nilai karakter dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui ekstrakurikuler Kepramukaan, tetapi harus memperhatikan strategi dalam menanamkannya. Pusbangtendik (2014:26) menjelaskan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk

33 43 membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka adalah sebagai berikut: a. Intervensi Intervensi merupakan bentuk campur tangan yang dilakukan pembimbing ekstrakurikuler Pramuka terhadap siswa. Intervensi dilakukan oleh pembimbing melalui pemberian pengarahan, petunjuk dan bahkan memberlakukan aturan ketat agar dipatuhi oleh siswa yang mengikutinya. b. Pemberian Keteladanan Pendidik harus dapat menjadi teladan atau contoh bagi siswanya, karena semua yang dilakukan pendidik baik itu sikap atau perilaku, perkataan maupun cara beretika akan ditiru oleh siswanya. Sudah sepantasnya pendidik memberikan contoh yang baik agar dapat ditiru oleh siswa dengan baik. c. Habituasi/Pembiasaan Pembiasaan merupakan suatu strategi yang dilakukan dengan pembiasaan yang dilakukan setiap hari dan secara terus menerus. Ini berarti bahwa pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, akan mengkristal menjadi karakter yang melekat pada siswa. d. Mentoring/Pendampingan Pendampingan adalah suatu fasilitasi yang diberikan oleh pendamping kegiatan ekstrakurikuler Pramuka terhadap berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh siswa. Hal itu bertujuan agar karakter

34 44 positif yang sudah disemaikan, dicangkokkan, dan diintervensikan tetap terkawal dan diimplementasikan oleh siswa. e. Penguatan Penguatan yang diberikan oleh pembimbing ekstrakurikuler Pramuka berkhasiat untuk memperkuat perilaku siswa. Penguasaan atas siswa ini dapat ditempuh dengan secepatnya memberikan penguatan terhadap perilaku berkarakter positif. f. Keterlibatan Berbagai Pihak Berbagai pihak yang sepatutnya terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka adalah kepala sekolah sebagai ketua mabigus, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, guru pembimbing ekstrakurikuler Pramuka sebagai ketua gugus depan Pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah, dan orang tua siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam mengimplementasikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan harus memperhatikan berbagai strategi yang ada. Pelaksanaanya diharapkan adanya kerjasama antara semua pihak agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan digunakan sistem among. Sistem among merupakan proses Pendidikan Kepramukaan yang membentuk siswa agar berjiwa merdeka, merdeka pikiran dan tenaganya, disiplin dan mandiri dalam hubungan timbal balik antar manusia. Sikap sistem among sangat diperlukan oleh setiap Pembina pramuka. Kwartir

35 45 Nasional Gerakan Pramuka dalam Anggaran Rumah Tangga bab IV pasal 11 (2014:29) menguraikan sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yaitu: a. Ing ngarso sung tulodho maksudnya di depan memberi teladan. b. Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan. c. Tut wuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan, dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian. Siswa kelas V berada pada golongan Penggalang. Hal tersebut memberikan makna bahwa dalam Penggalang, porsi terbesar adalah ing madyo mangun karso atau di tengah membangun kemauan. Sedangkan ing ngarso sung tuladha dan tut wuri handayani memiliki porsi lebih kecil. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang lebih banyak membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat mengembangkan segala dimensi kepribadian secara seimbang. Sistem among dilaksanakan dengan bentuk hubungan pendidik dengan siswa merupakan hubungan khas. Hal tersebut dimaksudkan setiap anggota dewasa wajib memperhatikan perkembangan anggota muda secara pribadi agar pembinaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka. Tiga prinsip kepemimpinan dalam sistem among tersebut, memberikan gambaran bagaimana hubungan anggota Pramuka dewasa atau pendidik dengan siswanya. Prinsip yang pertama menerangkan bahwa Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan cara memberi contoh atau keteladanan. Dalam kegiatan kepramukaan, nilai-nilai

36 46 kepramukaan yang tercermin pada perkataan dan perbuatan pendidik akan diamati, dipahami dan dapat ditiru oleh siswa. Prinsip yang kedua bahwa di tengah atau diantara siswa, pendidik harus mampu menciptakan prakarsa dan ide-ide, sementara itu prinsip ketiga menjelaskan dari belakang seorang pendidik harus memberikan dorongan, arahan, dan membangun motivasi kearah yang positif sesuai dengan tujuan Pendidikan Kepramukaan. Pendidikan Kepramukaan untuk Penggalang mempunyai beberapa pertimbangan. Penggalang sebagai anggota Pramuka pada usia tahun mempunyai karakteristik yang harus diperhatikan. Metode dan strategi yang digunakan dalam Pendidikan Kepramukaan harus memperhatikan karakteristik masing-masing anggota Pramuka Penggalang agar tepat dan potensi diri siswa dapat dikembangkan secara optimal. Kegiatan Kepramukaan harus bervariasi agar siswa tidak bosan dan tetap menyenangkan tanpa menghilangkan unsure edukasi. C. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa. Pembentukan karakter siswa harus dimulai sejak dini sehingga siswa mampu beretika, bermoral, sopan santun, dan berinteraksi dengan baik di masyarakat. Muslich (2011:84) menjelaskan bahwa: Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

37 47 pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Penjabaran di atas menjelaskan bahwa, karakter merupakan tingkah laku atau pola pikir yang dimiliki seseorang yang terbentuk baik itu secara alami ataupun faktor lingkungan. Pendidikan karakter sebagai proses mendidik seseorang untuk menjadi manusia yang berkarakter baik melalui pendidikan budi pekerti, pendidikan watak, dan lainnya. Adanya pendidikan karakter sehingga siswa mampu memutuskan atau menyikapi suatu permasalahan dengan tepat dan menimbulkan efek yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain. 2. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sangat penting untuk membimbing dan memfasilitasi siswa agar memiliki karakter positif (baik). Fitri (2012:25) menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi, dan mengembangkan nilai-nilai positif pada anak sehingga menjadi pribadi yang unggul dan bermartabat. Sedangkan Muslich (2011:81) berpendapat bahwa: Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. Penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter bertujuan agar siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya serta mengkaji nilai-nilai karakter dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya penting yang dapat menunjang pembentukan watak, karakter dan akhlak manusia adalah melalui pendidikan secara terus menerus. Pendidikan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada masa sekarang ini pergaulan bebas sangatlah berbahaya apalagi yang banyak terjadi pada kalangan pemuda calon penerus generasi bangsa diantaranya yang paling meresahkan

Lebih terperinci

Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka Kode Kehormatan Pramuka (1) Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas janji yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut Darma adalah salah satu unsur yang terdapat dalam Metode Kepramukaan. (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) Juli Desember 2014: 16-21 PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH Saipul Ambri Damanik Abstrak: Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER ISSN: 2407-2095 PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER Yatik Septi Wulandari Mahasiswa prodi PGMI Semester V yatikwulandari@yahoo.co.id Abstrak Pendidikan karakter merupakan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk masa yang akan datang. Maka dari itu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peranan Gerakan Pramuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 34 Tahun 1999 TANGGAL : 3 Mei 1999 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK oleh : Lani Widia Astuti & Eka Jayadiputra Program Studi PPKn Universitas Islam Nusantara, Bandung ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 11/Munas/2013 KWARTIR DAERAH GERAKAN PRAMUKA JAWA TENGAH TAHUN 2014 GERAKAN PRAMUKA ANGGARAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan rakyat Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN KURIKULUM 2013

BAB III DESKRIPSI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN KURIKULUM 2013 BAB III DESKRIPSI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN KURIKULUM 2013 A. UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA 1. Pendidikan Kepramukaan Pendidikan Kepramukaan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 BAB I NAMA DAN TEMPAT Pasal 1 Nama (1) Organisasi ini bernama Gerakan Pramuka yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar diperlukan usaha untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu, juga diperlukan

Lebih terperinci

AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13

AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13 AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13 2. Usul perubahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka diterima oleh Musyawarah Nasional jika disetujui oleh sekurang-kurangnya tiga perempat dari jumlah suara

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari beberapa data mengenai Implementasi Pendidikan Karakter

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari beberapa data mengenai Implementasi Pendidikan Karakter BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari beberapa data mengenai Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN Tulungagung 1, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Metode yang

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 BAB I NAMA DAN TEMPAT Pasal 1 Nama (1) Organisasi ini bernama Gerakan Pramuka yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) dewasa ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila generasi muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang semakin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UNESCO (DEPAG RI, 2004: 8) mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat mengembangkan potensi diri, sehingga dapat didayagunakan dalam kehidupan baik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya isu yang dihadapi sekolah-sekolah pada saat ini dalam menciptakan iklim sekolah yang sosial dan emosionalnya baik adalah masalah kedisiplinan siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang sangat penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia, Kata "Pramuka" merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO 64 BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan 1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan dalam satuan pendidikan, karena pendidikan karakter sebagai dasar pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA Menimbang Ketua, : a. bahwa untuk keseragaman dan keselarasan dalam

Lebih terperinci

TRISATYA DASADARMA PRAMUKA

TRISATYA DASADARMA PRAMUKA PANCASILA 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan 5. Keadilan social

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan menjadi salah satu bagian penting dalam insan pendidikan Indonesia yang berwujud pada gerakan pramuka. Gerakan pramuka adalah lembaga

Lebih terperinci

NILAI KEDISIPLINAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SISWA KELAS V (Studi Kasus di SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul) SKRIPSI

NILAI KEDISIPLINAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SISWA KELAS V (Studi Kasus di SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul) SKRIPSI NILAI KEDISIPLINAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SISWA KELAS V (Studi Kasus di SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA HARI PRAMUKA KE-53 DI LAPANGAN BUMI PERKEMAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang sangat strategis untuk membawa masyarakat dan bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga 230 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Propinsi Jawa Barat sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga terbesar di Pulau Jawa memiliki isu sentral kepadatan penduduk dengan segala permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H. REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU Oleh : H. Muhammad Syafrudin, ST, MM (Anggota DPR RI Fraksi PAN Dapil NTB Andalan Nasional Kwarnas Pramuka Urusan Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuankemampuan yang dimilikinya. Selain mendididik

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah merupakan jenjang pendidikan formal yang memiliki fungsi membina dan mengembangkan kemampuan siswa. Sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU

PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU BAB I NAMA, STATUS, FAHAM, TEMPAT, DAN WAKTU SAKO MA ARIF NU Pasal 1 1. Organisasi ini bernama Satuan Komunitas Pramuka Lembaga Pendidikan Ma arif Nahdatul

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A NASKAH PUBLIKASI PERANAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DALAM MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI I SAWAHAN, NGEMPLAK, BOYOLALI TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, kualitas sumber daya manusia pun harus terus ditingkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

PANCASILA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

PANCASILA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PANCASILA 1. KETUHANA YANG MAHA ESA 2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP 3. PERSATUAN INDONESIA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN 5. KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan peranan Gerakan Pramuka

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA A. Sejarah Gerakan Pramuka Gagasan Boden Powell yang cemerlang dan menarik mengenai konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan pramuka sebagai satu-satunya wadah kegiatan kepanduan di sekolah merupakan tempat pendidikan bagi anak-anak yang dilaksanakan dengan penuh kegembiraaan, penuh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR : 57 TAHUN 1988 (57/1988) TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR : 57 TAHUN 1988 (57/1988) TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR : 57 TAHUN 1988 (57/1988) TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.bahwa dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci