MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta harmonisasi dalam penyusunan setiap naskah hukum di lingkungan Kementerian Sosial, diperlukan adanya pedoman mengenai prosedur penyusunan naskah hukum; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Prosedur Penyusunan Naskah Hukum di Lingkungan Kementerian Sosial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 2. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional; 3. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden; 4. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 5. Keputusan Presiden Nomor 84/M Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

2 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 8. Keputusan Menteri Sosial Nomor 38/HUK/2003 tentang Pedoman Penyusunan Prosedur Kerja di Lingkungan Departemen Sosial; 9. Keputusan Menteri Sosial Nomor 69/HUK/2003 tentang Prosedur Kerja di Lingkungan Sekretariat Jenderal; 10. Keputusan Menteri Sosial Nomor 66A/HUK/2006 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Sosial; 11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Naskah Hukum adalah produk hukum baik yang berupa peraturan perundang-undangan maupun bukan peraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman dan/atau dasar hukum dalam melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 2. Naskah hukum yang berupa Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. 3. Naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan adalah naskah hukum selain peraturan perundang-undangan yang penetapannya dan/atau penandatanganannya dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang berwenang dilingkungan Kementerian Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2

3 4. Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. 6. Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. 7. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden. 8. Program Legislasi Nasional, yang selanjutnya disingkat Prolegnas, adalah instrumen perencanaan program pembentukan Undang-Undang yang disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis. 9. Naskah Akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan suatu Rancangan Undang-Undang. 10.Peraturan Menteri Sosial adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Menteri Sosial untuk menjalankan peraturan perundang-undangan diatasnya dan/atau melaksanakan kebijakan umum Kementerian Sosial sesuai dengan kewenangannya. 11. Keputusan adalah kebijakan yang bersifat penetapan yang mengikat subyek/obyek tertentu yang dituangkan secara tertulis dan yang ditetapkan oleh Menteri dan para pejabat eselon I dan Eselon II. 12. Instruksi adalah perintah atau arahan yang dituangkan secara tertulis dari pimpinan kepada jajaran dibawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu tugas. 13. Perjanjian Kerjasama adalah persetujuan bersama yang dituangkan secara tertulis yg dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan mentaati apa yg ditetapkan dalam perjanjian itu. 14. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman adalah persetujuan/permufakatan bersama yang dituangkan secara tertulis atas suatu program/kegiatan. 15. Surat Edaran adalah naskah hukum yang memuat pemberitahuan tentang hal tertentu bisa berupa perintah, petunjuk, atau penjelasan yang dianggap penting dan mendesak. 16. Pemrakarsa adalah pejabat yang mempunyai wewenang sebagai pengusul atas suatu naskah atau rancangan hukum sesuai dengan kewenangannya untuk disusun menjadi naskah hukum. 17. Unit Kerja yang menangani bidang hukum adalah Bagian Organisasi, Hukum, dan Humas untuk lingkungan Direktorat Jenderal dan Badiklit Kesejahteraan Sosial, Bagian Umum untuk lingkungan Inspektorat Jenderal, dan Pusat Kajian Hukum untuk lingkungan Sekretariat Jenderal. 3

4 Pasal 2 Ruang lingkup prosedur penyusunan naskah hukum meliputi jenis, bentuk, materi muatan, wewenang, tanggung jawab, dan prosedur penyusunan setiap produk hukum yang berupa naskah atau rancangan hukum, sampai dengan proses pengesahan/penetapan, penomoran dan penyebarluasannya. Pasal 3 Prosedur penyusunan naskah hukum bertujuan mewujudkan kelancaran dan ketertiban dalam proses penyusunan naskah hukum untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Kementerian Sosial. BAB II JENIS, BENTUK, DAN MUATAN MATERI Bagian Kesatu Jenis Pasal 4 Jenis Naskah Hukum meliputi naskah atau rancangan yang berupa : a. peraturan perundang-undangan; dan b. bukan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 Jenis naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi : a. Undang-Undang; b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Presiden; dan e. Peraturan Menteri. Pasal 6 (1) Naskah Hukum yang berupa bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi : a. Keputusan/Instruksi Presiden; b. Keputusan/Instruksi/ Surat Edaran Menteri Sosial; c. Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Pejabat Eselon I dan Eselon II; 4

5 d. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman; dan e. Perjanjian Kerja Sama. (2) Prosedur penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana diatur dalam ketentuan Peraturan Menteri ini sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi dan tata kerja Kementerian Sosial. Bagian Kedua Bentuk Pasal 7 (1) Bentuk Naskah Hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d berdasarkan pada ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (2) Bentuk Naskah Hukum yang berupa bukan peraturan perundang-undangan yang berupa Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan huruf b, berdasarkan pada Pasal 54 Undang-Undang Nomor 10 Tahun (3) Bentuk naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan berupa Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selain berdasarkan pada Pasal 54 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, juga mengacu pada Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Sosial. (4) Bentuk naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan selain ayat (2) dan ayat (3) mengacu pada Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Sosial. Bagian Ketiga Materi Muatan Pasal 8 Materi muatan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, sebagai berikut : a. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, berisikan materi yang merupakan pengaturan lebih lanjut dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang; b. Peraturan Pemerintah, berisikan materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya; c. Peraturan Presiden berisikan materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Menteri Sosial berisikan materi yang merupakan pelaksanaan dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dan/atau untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesejahteraan sosial yang bersifat teknis. 5

6 Pasal 9 Materi muatan Naskah Hukum yang bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), sebagai berikut : a. Keputusan Menteri Sosial berisikan penetapan kebijakan Menteri untuk melaksanakan perintah dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan Menteri lainnya yang diperlukan dalam rangka melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; b. Instruksi Menteri Sosial berisikan penetapan yang memuat perintah atau arahan tentang pelaksanaan kebijakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Keputusan Pejabat Eselon I dan Eselon II berisikan penetapan kebijakan Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II untuk melaksanakan perintah dari ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan dan/atau Keputusan Menteri Sosial, dan penetapan kebijakan lainnya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan lingkup kewenangannya; d. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama berisikan materi kegiatan yang akan dilaksanakan bersama antara Kementerian Sosial c.q. Unit Pelaksana Teknis atau Unit Penunjang dengan pihak lain yang mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak; e. Surat Edaran Menteri Sosial berisikan pemberitahuan tentang hal tertentu, dapat berupa perintah, petunjuk, atau penjelasan yang dianggap penting dan mendesak. BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 10 (1) Menteri mempunyai wewenang dan tanggung jawab: a. memprakarsai penyusunan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a sampai dengan huruf d; b. menetapkan naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, huruf d, dan huruf e. (2) Kewenangan Menteri selain menetapkan naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Menteri memiliki kewenangan untuk menetapkan Peraturan Menteri. Pasal 11 (1) Menteri Sosial dapat melimpahkan wewenang penandatanganan untuk menetapkan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b, kepada para pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial sepanjang mengatur kebijaksanaan teknik operasional sesuai tugas dan fungsinya. 6

7 (2) Penandatanganan naskah hukum berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Eselon I yang bersangkutan atas nama Menteri Sosial. Pasal 12 Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum, mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan perumusan setiap rancangan naskah hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) yang diprakarsai oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Sosial sebelum ditetapkan oleh Menteri Sosial. Pasal 13 (1) Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan Kementerian Sosial berwenang menetapkan naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan dalam bentuk: a. Surat Keputusan; b. Instruksi; c. Surat Edaran; d. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman; dan e. Perjanjian Kerja Sama. (2) Penetapan naskah hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsinya dan/atau merupakan pendelegasian dari Menteri. (3) Pembentukan naskah hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproses oleh unit kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan unit pemrakarsanya masing-masing, dengan melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Sekretaris Jerderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. Pasal 14 Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan kementerian sosial dapat mengajukan rancangan peraturan perundang-undangan sesuai tugas dan fungsinya untuk dilakukan proses penyusunannya. Pasal 15 Penyusunan rancangan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan dan bukan peraturan perundang-undangan dilaksanakan sesuai prosedur penyusunan sebagaimana diatur dalam peraturan ini. 7

8 BAB IV PROSEDUR PENYUSUNAN Bagian Kesatu Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 16 (1) Penyusunan naskah hukum yang berupa rancangan peraturan perundang-undangan, prakarsa penyusunannya dapat diajukan oleh unit pemrakarsa dan/atau dari Pusat Kajian Hukum (2) Prosedur penyusunan naskah hukum yang berupa rancangan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, selain Peraturan Menteri, dilakukan dengan tata cara: a. Unit Pemrakarsa mempersiapkan materi rancangan peraturan perundang-undangan; b. Unit Pemrakarsa menyampaikan materi rancangan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal c.q Kepala Pusat Kajian Hukum untuk dilakukan pengkajian, penelaahan, dan diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan melibatkan unit pemrakarsa. c. Sekretaris Jenderal c.q Kepala Pusat Kajian Hukum melakukan proses penyusunan perundangundangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Prosedur penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan Unit Pemrakarsa kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. (4) Pengajuan rancangan oleh Unit Pemrakarsa kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum harus melalui Sekretaris Unit Eselon I cq Kepala Unit Kerja yang menangani bidang hukum dilingkungan kewenangannya masing-masing. Pasal 17 (1) Rancangan peraturan perundang-undangan bidang kesejahteraan sosial yang berupa undangundang, penyusunannya dapat berupa inisiatif dari Dewan Perwakilan Rakyat atau Kementerian Sosial. (2) Penyusunan rancangan undang-undang yang merupakan inisiatif Kementerian Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh unit pemrakarsa dan/atau dari Pusat Kajian Hukum. Pasal 18 Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan berupa Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri, prakarsa penyusunannya dapat di ajukan oleh unit pemrakarsa dan/atau dari Pusat Kajian Hukum. 8

9 Pasal 19 Prosedur penyusunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 selain berlaku untuk rancangan peraturan perundang-undangan juga berlaku untuk Keputusan Presiden atau Instruksi Presiden. Bagian Kedua Rancangan Peraturan, Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Menteri Sosial Pasal 20 (1) Prosedur penyusunan naskah hukum yang berupa Rancangan Peraturan Menteri Sosial, Keputusan Menteri Sosial, Instruksi Menteri Sosial, dan Surat Edaran Menteri Sosial dilakukan dengan tata cara: a. Unit Pemrakarsa mempersiapkan materi rancangan; b. Unit Pemrakarsa menyampaikan materi rancangan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum untuk dilakukan pengkajian dan penelaahan; c. Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum mengadakan konsultasi dengan semua unit di lingkungan Kementerian Sosial yang terkait dengan penyusunan rancangan dimaksud; d. Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum dapat membentuk Tim dengan keanggotaan dari instansi dan/atau unit terkait untuk melakukan pengkajian dan pembahasan atas materi rancangan; e. Rancangan yang telah selesai disusun, dimintakan persetujuan kepada pimpinan unit pemrakarsa dan unit terkait, dengan menyusun konsep verbal yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Kajian Hukum, Pejabat Eselon II dan Eselon I sebagai Pemrakarsa, Sekretaris Jenderal, dan kemudian disampaikan kepada Menteri Sosial; f. Pusat Kajian Hukum membuat draft Net terhadap rancangan Verbal yang telah ditandatangani dan kemudian diajukan penetapannya kepada Menteri Sosial melalui Sekretaris Jenderal. (2) Prosedur penyusunan Rancangan Peraturan, Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Menteri Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Unit Pemrakarsa melalui Sekretaris pada Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan kewenangannya masingmasing. (3) Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan telahan secara draft hukumnya atas rancangan dimaksud sebelum diajukan kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. Pasal 21 Keputusan, Instruksi Menteri Sosial, dan Surat Edaran di lingkungan Kementerian Sosial sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini. 9

10 Bagian Ketiga Rancangan Peraturan, Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I dan Eselon II Pasal 22 (1) Prosedur penyusunan naskah hukum berupa Rancangan Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I atau Eselon II, dilakukan dengan tata cara: a. unit pemrakarsa mempersiapkan materi Rancangan Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I atau Eselon II yang akan disusun; b. unit pemrakarsa menyampaikan materi rancangan dimaksud kepada sekretaris unit kerja eselon I c.q. unit kerja yang menangani bidang hukum untuk dilakukan pengkajian dan penelaahan; c. unit kerja yang menangani bidang hukum mengadakan konsultasi dengan unit di lingkungan Kementerian Sosial yang terkait dengan penyusunan rancangan dimaksud; d. rancangan yang telah selesai disusun, dimintakan persetujuan kepada pimpinan unit pemrakarsa dan unit terkait; e. permohonan persetujuan dapat dilakukan dengan cara menyusun konsep verbal yang ditandatangani oleh pejabat berwenang sesuai dengan sturuktur jabatan yang terkait; f. dengan disetujuinya rancangan dimaksud, kemudian diajukan kepada Pejabat Eselon I atau Eselon II pada unit pemrakarsa untuk diperoleh penetapannya. (2) Prosedur penyusunan Rancangan Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I atau Eselon II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Unit Pemrakarsa melalui Sekretaris pada Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan kewenangannya masing-masing. (3) Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan telahan secara draft hukumnya atas rancangan dimaksud sebelum diajukan kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum Bagian Keempat Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama Pasal 23 (1) Prosedur penyusunan naskah hukum berupa Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama, dilakukan dengan cara: a. unit pemrakarsa mempersiapkan materi rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama sesuai dengan tugas dan fungsi di lingkungan unitnya masingmasing; 10

11 b. penyusunan materi rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama oleh unit pemrakarsa Eselon II berkoordinasi dengan Sekretaris Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan; c. naskah Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama yang ditandatangani oleh Menteri Sosial atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Sosial yang materi muatannya berkaitan dengan tugas dan fungsi Kementerian Sosial; d. naskah Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama yang materi muatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya serta sesuai kewenangannya atau berdasarkan pendelegasian wewenang, ditandatangani oleh Pejabat Eselon I dan/atau Eselon II di lingkungan Kementerian Sosial; e. penyusunan naskah Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama harus disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Prosedur penyusunan Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh unit pemrakarsa kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. (3) Pengajuan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus melalui Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan kewenangannya masing-masing. (4) Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan telahan secara draft hukumnya atas rancangan dimaksud sebelum diajukan kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. BAB V NOMOR, KODE,DAN TAHUN PENETAPAN Pasal 24 Pemberian nomor, kode, dan tahun penetapan peraturan perundang-undangan selain Peraturan Menteri Sosial dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 25 (1) Pemberian, nomor, kode, dan tahun penetapan Peraturan dan Keputusan Menteri Sosial yang ditandatangani oleh Menteri Sosial atau Pejabat Eselon I atas nama Menteri Sosial dilaksanakan oleh Pusat Kajian Hukum yang pencatatannya dimulai sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. 11

12 (2) Pemberian nomor, kode, dan tahun penetapan Keputusan Pejabat Eselon I dan Eselon II dilaksanakan oleh Sekretariat yang bersangkutan dan pencatatannya dimulai sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. (3) Pemberian nomor, kode, dan tahun pada Nota Kesepahaman, Kesepakatan Bersama, dan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh Menteri Sosial atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Sosial dilaksanakan oleh Pusat Kajian Hukum, sedangkan yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I atau Eselon II dilaksanakan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal/Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial/Inspektorat Jenderal yang bersangkutan dan pencatatannya dimulai sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. (4) Bentuk pemberian kode, nomor dan tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri yang menetapkan tentang Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Sosial. BAB VI PENDOKUMENTASIAN, PENYEBARLUASAN, DAN SOSIALISASI Pasal 26 (1) Pendokumentasian naskah hukum dilingkungan Sekretariat Jenderal dan dokumentasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Sosial dilaksanakan di Pusat Kajian Hukum. (2) Pendokumentasian naskah hukum dilingkungan Direktorat Jenderal dan Badiklit Kesejahteraan Sosial dilaksanakan di Bagian Organisasi, Hukum, dan Humas. (3) Pendokumentasian naskah hukum dilingkungan Inspektorat Jenderal dilaksanakan di Bagian Umum. Pasal 27 (1) Sosialisasi peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh Pusat Kajian Hukum. (2) Pusat Kajian Hukum selain menyelenggarakan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga melaksanakan pengundangan Peraturan Menteri Sosial dengan penempatannya dalam Berita Negara. (3) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selain diselenggarakan oleh Pusat Kajian Hukum juga dapat dilakukan oleh unit kerja di bidang hukum di lingkungan unit masing-masing. (4) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pelaksanaannya harus berkoordinasi dengan Pusat Kajian Hukum. 12

13 Pasal 28 (1) Penggandaan dan penyebarluasan hasil naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan, dilakukan oleh unit kerja di bidang hukum di lingkungan unit masing-masing. (2) Setiap naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan yang diproses oleh unit pemrakarsa, wajib dikirimkan salinannya kepada Kepala Pusat Kajian Hukum c.q. Bidang Bantuan Hukum dan Dokumentasi, untuk dipergunakan sebagai dokumentasi hukum. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Sosial ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Pebruari 2011 MENTERI SOSIAL, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Pebruari 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ttd. PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 89 13

14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13 / HUK / 2011 Tanggal : 14 PEBRUARI 2011 PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL NO URAIAN KEGIATAN UNIT PEMRAKARSA OHH/ BAGIAN UMUM PUSKUM TIM INTERNAL PUSKUM SEKRETARIS JENDERAL MENTERI Penelaahan dan pengkajian materi 2 Penyusunan Naskah Materi Rancangan 3 Penyusunan Rancangan Awal 4 Pengkajian dan pembahasan 5 Penyusunan Verbal (proses persetujuan pejabat terkait) 6 Penyusunan Net Rancangan dan Penetapan 7 Pemberian Kode, Nomor, dan Tahun Penetapan 8 Penyebarluasan/pendokumentasian/sosialisasi Keterangan : = alur prosedur = Rekomendasi teknis = Persetujuan = Rancangan Peraturan/Keputusan = Penetapan = Net/Surat Keputusan/Peraturan = Koordinasi Jakarta, 14 Pebruari 2011 MENTERI SOSIAL, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI

15 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. FORMAT FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN A. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Kementerian Sosial Kementerian : (a) Tahun : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi Nama Kementerian. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Kementerian sesuai dengan Dokumen Perencanaan Jangka Menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja atas sasaran strategis dari kementerian dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. 10

16 B. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Unit Kerja Eselon I Unit Kerja Eselon I : (a) Tahun : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi nama Unit Organisasi Eselon I Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Unit organisasi Eselon I sesuai dengan Dokumen Perencanaan jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja atas sasaran strategis dari Unit organisasi Eselon I dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. C. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Satuan Kerja Eselon II Satuan Kerja Eselon II Tahun : (a) : (b) Sasaran strategis Indikator kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi nama Satuan Organisai Eselon II Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahunan Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Organisai Eselon II sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja atas sasaran strategis dari Satuan Organisasi Eselon II dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. 11

17 D. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Satuan Kerja Mandiri Satuan Kerja Mandiri Tahun : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi nama Satuan Kerja Mandiri Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahunan Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Kerja Mandiri sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menegah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja atas sasaran strategis dari Satuan Kerja Mandiri Dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 12

18 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. A. FORMAT PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA 1. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Kementerian Sosial (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL RI PENETAPAN KINERJA TAHUN. Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Pada Tahun. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tesebut manjadi tanggung jawab kami. Jakarta, tgl-bln-thn Menteri Sosial (nama Jelas) 13

19 2. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Unit Kerja Eselon I (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL PENETAPAN KINERJA TAHUN. (NAMA UNIT KERJA ESELON I) Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama : Jabatan : Selaku Atasan Langsung PIHAK PERTAMA Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA pada tahun.. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut manjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap pencapaian kinerja dari perjanjian ini, dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka Pemberian Penghargaan dan Sanksi. tgl-bln-thn PIHAK KEDUA, Nama Jabatan (Atasan Langsung) PIHAK PERTAMA, Nama Jabatan (Nama Jelas) (Nama Jelas) 14

20 3. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Eselon II (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL PENETAPAN KINERJA TAHUN. (SATUAN KERJA ESELON II) Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama : Jabatan : Selaku Atasan Langsung PIHAK PERTAMA Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA pada tahun.. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut manjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap pencapaian kinerja dari perjanjian ini, dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka Pemberian Penghargaan dan Sanksi. tgl-bln-thn PIHAK KEDUA, Nama Jabatan (Atasan Langsung) PIHAK PERTAMA, Nama Jabatan (Nama Jelas) (Nama Jelas) 15

21 4. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Mandiri (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL PENETAPAN KINERJA TAHUN. (SATUAN KERJA MANDIRI) Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama : Jabatan : Selaku Atasan Langsung PIHAK PERTAMA Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA pada tahun.. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut manjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap pencapaian kinerja dari perjanjian ini, dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka Pemberian Penghargaan dan Sanksi. tgl-bln-thn PIHAK KEDUA, Nama Jabatan (Atasan Langsung) PIHAK PERTAMA, Nama Jabatan (Nama Jelas) (Nama Jelas) 16

22 B. FORMAT LAMPIRAN FORMULIR PENETAPAN KINERJA 1. Format Lampiran Formulir Penetapan Kinerja Tingkat Kementerian Sosial Kementerian Tahun anggaran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah anggaran tahun : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menteri Sosial (Nama jelas) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan di perjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran straregis kementerian sesuai dengan rencana strategis kementerian sosial. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja yang relevan untuk mengukur sasaran strategis K/L sesuai dengan rencana strategis kementerian sosial ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan, akan dicapai dari setiap indikator kinerja. 6. Kolom (4) diisi dengan nama program yang digunakan untuk pencapaian kinerja organisasi kementerian sosial. 7. Kolom (5) diisi jumlah atau nilai pagu anggaran pada program sesuai dengan kolom (5). 8. Footer (c) diisi dengan total jumlah atau nilai pagu anggaran yang di rencanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 17

23 2. Format Lampiran Formulir Dokumen Penetapan Kinerja Tingkat Unit Kerja Eselon I Unit Kerja eselon I : (a) Tahun anggran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Jumlah Anggaran: Program : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menyetujui, Menteri Sosial Kepala Nama Unit Kerja Es I. (Nama Jelas) (Nama Jelas) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan Nama Unit Organisasi Eselon I. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan diperjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Eselon I/ Sasaran kegiatan utama sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit Organisasi Eselon I sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan dari setiap Indikator kinerja. 6. Footer (c) diisi dengan total jumlah/ nilai pagu anggaran yang direncanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 18

24 3. Format Lampiran Formulir Dokumen Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Eselon II Satuan Kerja Tahun anggran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Jumlah Anggaran: Kegiatan : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menyetujui, Kepala Unit Kerja Es I Kepala Nama Satuan Kerja. (Nama Jelas) (Nama Jelas) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan Nama Unit Organisasi Eselon II. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan diperjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Eselon II/ Sasaran kegiatan utama sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja sasaran strategis dari unit Organisasi Eselon I sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan dari setiap Indikator kinerja. 6. Footer (c) diisi dengan total jumlah/ nilai pagu anggaran yang direncanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 19

25 4. Format Lampiran Formulir Dokumen Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Mandiri/Satker Satuan Kerja Tahun anggran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Jumlah Anggaran: Kegiatan : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menyetujui, Kepala Unit Kerja Es I Kepala Nama Satuan Kerja. (Nama Jelas) (Nama Jelas) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan Nama Unit Organisasi Eselon I. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan diperjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Eselon I/ Sasaran kegiatan utama sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit Organisasi Eselon I sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan dari setiap Indikator kinerja. 6. Footer (c) diisi dengan total jumlah/ nilai pagu anggaran yang direncanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 20

26 LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. FORMAT FORMULIR PENGUKURAN KINERJA A. Format Pengukuran Kinerja Tingkat Kementerian Sosial Kementerian : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Indikator Anggaran Target Realisasi % Program Strategis Kinerja Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jumlah Anggaran Tahun Rp.(c) Realisasi Pagu Anggaran Tahun.Rp..(d) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama kementerian Negara/lembaga; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Kementerian sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari kementerian sesuai dengan dokumen penetapan kinerja 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama program yang digunakan untuk pencapaian sasaran strategis organisasi sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 9. Kolom (7) diisi dengan pagu anggaran program; 10. Kolom (8) diisi dengan realisasi anggaran; 11. Kolom (9) diisi dengan persentase realisasi anggaran (realisasi/pagu x 100% ); 21

27 12. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 13. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. B. Format Pengukuran Kinerja Unit Kerja Eselon I Unit Kerja Eselon I : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Anggaran Program Tahun.Rp.(c) Jumlah Realisasi Anggaran Program.Rp.(d) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama unit organisasi eselon I; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis unit kerja eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit organisasi eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan angka persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja (realisasi/target x 100% ); 8. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran program yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 9. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran program yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 22

28 C. Format Pengukuran Kinerja Satuan Kerja Eselon II. Satuan Kerja Eselon II Tahun Anggaran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun.Rp.(c) Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan.Rp.(d) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama unit organisasi eselon II; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis satuan kerja eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit organisasi eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan angka persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja (realisasi/target x 100% ); 8. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran program yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 9. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran program yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. D. Format Pengukuran Kinerja Satuan Kerja Mandiri. Satuan Kerja mandiri Tahun Anggaran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun.Rp.(c) Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan.Rp.(d) 23

29 Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama satker mandiri; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran satker mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari satker mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan angka persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja (realisasi/target x 100% ); 8. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran program yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 9. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran program yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 24

30 LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. A. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama pada dokumen Penetapan Kinerja Kementerian. Kementerian : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Kementerian; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Kementerian sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Kementerian sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Kemeterian; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Kementerian; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan pimpinan Unit Kerja Eselon I sebagai penanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 25

31 8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat pimpinan satuan kerja eselon II sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. B. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama Pada dokumen Penetapan Kinerja Unit Kerja Eselon I Unit Kerja Eselon I : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Unit Kerja Eselon I; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Unit Kerja Eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Unit Kerja Eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Unit Kerja Eselon I; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Unit Kerja Eselon I; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 26

32 7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan pimpinan Unit Kerja Eselon II sebagai penanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat pimpinan satuan kerja eselon III sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. C. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama Pada dokumen Penetapan Kinerja Satuan Kerja Eselon II Satuan Kerja Eselon II : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. 27 Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Satuan Kerja Eselon II; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Kerja Eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Satuan Kerja Eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Satuan Kerja Eselon II; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Satuan Kerja Eselon II; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja;

33 7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan pimpinan Satuan Kerja Eselon III sebagai penanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat pimpinan satuan kerja eselon IV sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. D. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama Pada dokumen Penetapan Kinerja Satuan Kerja Mandiri Satuan Kerja Mandiri : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Satuan Kerja Mandiri; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Kerja Mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Satuan Kerja Mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Satuan Kerja Mandiri; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Satuan Kerja Mandiri; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 28

34 7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan yang bertanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat yang melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 29

35 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. A. KATA PENGANTAR Memuat gambaran singkat sebagai Pengantar berkaitan dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja. B. IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) Memuat ringkasan berupa pokok-pokok isi dari seluruh Laporan Akuntabilitas Kinerja. C. BAB I PENDAHULUAN Memuat gambaran singkat mengenai Unit Kerja yang melaporkan dan sekilas Pengantar lainnya (misalnya kedudukan, tugas dan fungsi, dan halhal lain yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi pada tahun yang bersangkutan). D. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN XXXX Dalam Bab II ini diikhtisarkan beberapa hal penting dalam Perencanaan dan Perjanjian Kinerja (Dokumen Penetapan Kinerja) terkait: 1. Visi dan Misi Kementerian sebagaimana dicantumkan dalam Dokumen Rencana Strategis. 2. Tujuan dan sasaran yang terkait dengan tugas dan fungsi Unit Kerja yang memuat uraian dari tujuan dan sasaran pada tahun yang bersangkutan, dan faktor-faktor lainnya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (sesuai dengan periode Rencana Strategis). Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran yang menjelaskan mengenai cara yang diterapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran, dalam bentuk program dan kegiatan beserta Indikator Kinerja Utama yang digunakan. E. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Dalam Bab III ini diuraikan pencapaian sasaran-sasaran Unit Organisasi, dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja. Evaluasi Kinerja dimulai dengan pengukuran Kinerja yang mencakup Penetapan Kinerja dan Pencapaian Kinerja. 30

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.405, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Prosedur. Penyusunan. Naskah Hukum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 12

Lebih terperinci

A. Perjanjian Kinerja Tingkat Kementerian Sosial 1. Pernyataan Perjanjian Kinerja Tingkat Kementerian Sosial. (Lambang Kementerian Sosial)

A. Perjanjian Kinerja Tingkat Kementerian Sosial 1. Pernyataan Perjanjian Kinerja Tingkat Kementerian Sosial. (Lambang Kementerian Sosial) - 14 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19 TAHUN 2015 TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, LAPORAN KINERJA, DAN REVIU ATAS LAPORAN KINERJA DI

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 131/KA/VI/2011 TENTANG PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, ESELON I, DAN ESELON II DI BADAN

Lebih terperinci

FORMAT FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN. A. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Kementerian Perhubungan

FORMAT FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN. A. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Kementerian Perhubungan 2013, No.52 14 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.69 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI KAPUAS HULU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU DENGAN

Lebih terperinci

2017, No tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Keputusan Presiden

2017, No tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Keputusan Presiden BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.656, 2017 LIPI. Pembentukan Peraturan Perundangundangan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.729, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Peraturan. Keputusan. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.01/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2013 Menimbang: a. Mengingat: TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, DRAFT 9 APRIL 2015 PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Kinerja. Rencana Tahunan. Rencana Aksi. LAKIP. Penyusunan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN NOMOR 88 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0057 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia No.999, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PERMENTAN/OT.010/7/2017 TENTANG

Lebih terperinci

a. bahwa pelaksanaan penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perlu dilakukan penyempurnaan;

a. bahwa pelaksanaan penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perlu dilakukan penyempurnaan; MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 567 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

Lebih terperinci

2016, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

2016, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P No. 253, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Produk Hukum. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

a. bahwa pelaksanaan penyusunan penetapan kinerjadan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perlu dilakukan penyempurnaan;

a. bahwa pelaksanaan penyusunan penetapan kinerjadan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perlu dilakukan penyempurnaan; MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASIBIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 29TAHUN2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1210, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Penyusunan. Produk Hukum. Tata Cara. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Yth.: 1. Pimpinan Tinggi Madya; dan 2. Pimpinan Tinggi Pratama.

Yth.: 1. Pimpinan Tinggi Madya; dan 2. Pimpinan Tinggi Pratama. Yth.: 1. Pimpinan Tinggi Madya; dan 2. Pimpinan Tinggi Pratama. SURAT EDARAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1474, 2015 KEMENKUMHAM. Peraturan Menteri. Pembentukan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Produk Hukum. Pembentukan dan Evaluasi. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Produk Hukum. Pembentukan dan Evaluasi. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL No.733, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Produk Hukum. Pembentukan dan Evaluasi. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DI

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA STRATEGIS TAHUN s.d Uraian Uraian Indikator Kebijakan Program

FORMULIR RENCANA STRATEGIS TAHUN s.d Uraian Uraian Indikator Kebijakan Program LAMPIRAN I FORMULIR RENCANA STRATEGIS TAHUN 20... s.d 20... Kesatuan :... Visi :... Misi :... No Tujuan Sasaran Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran Keterangan Uraian Uraian Indikator Kebijakan Program 1 2

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1243, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Pembentukan Permen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

2017, No sehingga perlu diganti dengan Peraturan Menteri yang baru; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

2017, No sehingga perlu diganti dengan Peraturan Menteri yang baru; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1278, 2017 KEMENPP-PA. Penyusunan Produk Hukum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1263, 2014 KEMENDIKBUD. Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

2 Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Ne

2 Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Ne BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.411, 2015 KEMENAKER. Pembentukan RUU, RPP, RPerpres. Rpermen. Mempersiapkan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1519, 2017 KEMENDAGRI. Hibah. Penerimaan dan Pengelolaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

284 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 16/2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah

284 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 16/2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah 284 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 16/2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA, DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN KINERJA

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.611, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Program Legislasi. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.612, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Rancangan. Peraturan Perundangundangan. Mempersiapkan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014

Lebih terperinci

2 Perumahan Rakyat tentang Pembentukan Dan Evaluasi Produk Hukum Di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2 Perumahan Rakyat tentang Pembentukan Dan Evaluasi Produk Hukum Di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1421, 2015 KEMEN-PUPR. Produk Hukum. Evaluasi. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PRT/M/2015

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.87, 2018 KEMLU. Pembentukan Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, dan Keputusan Pimpinan Eselon I. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 N

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 N No.696, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Penyusunan PUU dan Keputusan. Pedoman. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1017, 2014 Pertanian. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2013 KEJAKSAAN AGUNG. Peraturan Kejaksaan. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-008/A/JA/05/2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 20152015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, LAPORAN KINERJA, DAN REVIU ATAS LAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2017 LAPAN. PEMBENTUKAN PERKA LAPAN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

2017, No Eselon I, dan Keputusan Pimpinan Unit OrganisasiEselon I di Lingkungan Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah tidak sesuai dengan tata

2017, No Eselon I, dan Keputusan Pimpinan Unit OrganisasiEselon I di Lingkungan Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah tidak sesuai dengan tata BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.328, 2017 KEMENPORA. Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Peraturan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I/ Pimpinan Tinggi Madya, dan Keputusan Pimpinan Unit Organisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penyusunan Rancangan. Peraturan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penyusunan Rancangan. Peraturan. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penyusunan Rancangan. Peraturan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: PER/06/M/ IV/2008 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERIPENDIDIKANNASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN2006 TENTANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERIPENDIDIKANNASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN2006 TENTANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERIPENDIDIKANNASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN2006 TENTANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa Departemen

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5)

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5) No.1902, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Laporan Kinerja. Perjanjian Kerja. Pengukuran Kinerja. Juknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 20152015 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2017 BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN. Pembentukan Peraturan Kepala. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN NOMOR 9 TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH, RANCANGAN PERATURAN BUPATI, RANCANGAN PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreat

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreat No. 1977, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Peraturan Kepala Badan. Pembentukan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERIPERHUBUNGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN a. bahwa dalam rangka pelaksanaan penyusunan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.60,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, penyusunan, rancangan, peraturan daerah, peraturan bupati, peraturan bersama, kepala daerah,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH, DAN RANCANGAN PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN,

PERATURAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN, KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.317, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Indikator Kinerja. Pengukuran. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1946, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMSANEG. Penyusun. PUU. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LEMBAGA SANDI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.412, 2014 KEMENSOS. Rencana Kerja. Penyusunan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

-2-3. Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 4. Badan Legis

-2-3. Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 4. Badan Legis PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 15 TAHUN 2010

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 15 TAHUN 2010 - 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR15 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci