Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep"

Transkripsi

1 Petunjuk Sitasi; Sulistyo, S. R., & Zulfikar, M. (2017). Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep. Prosiding STI dan SATELIT 2017 (pp. H24-29). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep Sinta Rahmawidya Sulistyo (1), Muhammad Zulfikar (2) (1), (2) Program Studi Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika 2 Yogyakarta (1) sinta.sulistyo@ugm.ac.id ABSTRAK Logistik medis menjadi kebutuhan kritis saat kondisi bencana sehingga kebutuhan logistik medis di pos-pos pengungsian harus segera terpenuhi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah merancang rute distribusi bantuan logistik medis dari gudang pusat menuju pos-pos pengungsian sehingga pendistribusian dapat dilakukan secara cepat, efektif, dan efisien. Penentuan rute distribusi logistik medis yang digolongkan permasalahan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) pernah diselesaikan pada penelitian terdahulu menggunakan metode Particle Swarm Optimization (PSO) dan metode Simulated Annealing (SA). amun, rute yang dihasilkan tidak dalam satu regional. Agar rute yang dihasilkan dalam satu regional, pada penelitian ini pos-pos pengungsian dibagi menjadi beberapa kluster terlebih dahulu menggunakan algoritma Sweep yang dilanjutkan dengan optimasi rute pada masing-masing kluster. Metode ini pun menyederhanakan permasalahan CVRP menjadi permasalahan Traveling Salesman Problem (TSP). Penelitian ini mengangkat distribusi logistik medis pada kasus bencana erupsi Gunung Merapi dengan tiga skenario amatan, yaitu skenario I (pra-erupsi, 7 pos pengungsian,1 gudang logistik), skenario II (erupsi, 71 pos pengungsian, 1 gudang logistik), dan skenario III (pasca erupsi, 20 pos pengungsian, 1 gudang logistik). Jarak optimal yang diperoleh pada skenario I adalah 51,2 km dengan satu rute, skenario II 238,89 km dengan lima rute, dan skenario III 87,4 km dengan dua rute. Kata kunci Algoritma sweep, logistik medis, travelling salesman problem I. PEDAHULUA Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan ketinggian meter di atas permukaan air laut merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Dalam satu dekade terakhir, tercatat dua kali erupsi besar Gunung Merapi yaitu pada tahun 2006 dan Erupsi terakhir Gunung Merapi menyebabkan 275 korban jiwa dan pengungsi (BPB, 2010). Selain itu, kerugian secara fisik terjadi di 299 titik terdampak berupa kerusakan rumah warga, kerusakan fasilitas wisata, kerusakan sektor infrastruktur, sektor sosial, dan lintas sektor yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp 3,628 Triliun (BPB, 2011). Banyaknya korban terdampak oleh bencana erupsi Gunung Merapi mendorong perlunya perencanaan dan perhitungan yang matang sejak dini mengenai dukungan pascabencana berupa distribusi bantuan logistik yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dalam waktu yang cepat dan biaya yang efisien. Salah satu bentuk bantuan yang menjadi fokus distribusi adalah logistik peralatan medis. Menurut Situmorang (2014), masker dan obat-obatan serta peralatan P3K merupakan bantuan yang paling diperlukan dengan persentase frekuensi 100% bagi korban bencana erupsi Gunung Merapi. Oleh karena itu, proses pendistribusian bantuan harus dilakukan dengan tepat agar distribusi bantuan menjadi lebih cepat dan akurat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan optimasi rute yang dilalui oleh kendaraan dari gudang logistik menuju pos-pos pengungsian. STI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu H-24

2 Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep Permasalahan rute distribusi bantuan dapat digolongkan sebagai Vehicle Routing Problem (VRP). Rute distribusi ini merupakan rute pergerakan dari satu pos pengungsian ke pos pengungsian lainnya dengan ketentuan bahwa masing-masing pos hanya dilewati satu kali dan kembali lagi ke gudang logistik. VRP dengan kasus rute distribusi bantuan untuk bencana erupsi Gunung Merapi pernah dilakukan oleh Prathama dan Sulistyo (2016). amun, lokasi pos pengungsian yang dihasilkan pada rute distribusi tidak berada pada satu regional dan saling berjauhan. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana menentukan jalur yang optimal untuk kendaraan pengangkut bantuan medis untuk korban bencana erupsi Gunung Merapi dengan mempertimbangkan pengelompokkan pos-pos pengungsian dalam area yang sama. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penentuan rute distribusi dengan mempertimbangkan pengelompokkan pos-pos pengungsian adalah Algoritma Sweep. Prinsip yang digunakan dalam metode Algoritma Sweep adalah membagi pos-pos pengungsian menjadi beberapa kluster dan kemudian melakukan optimasi rute pada masing-masing kluster. II. METODOLOGI Objek dalam penelitian ini adalah rute kendaraan yang digunakan untuk distribusi bantuan medis ke setiap pos pengungsian. Data yang diperlukan diantaranya adalah data jumlah dan lokasi pos-pos pengungsian erupsi Gunung Merapi yang didasarkan pada data historis dari laporan Satuan Tugas asional Penanggulangan Bencana Gunung Merapi yang diterbitkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta data pada aplikasi Portal Peta Partisipatif Forum Pengurangan Risiko Bencana Tanggap Merapi. Data historis jumlah dan lokasi pos pengungsian terbagi menjadi 3 skenario; Skenario I pra-erupsi (per 26 Oktober 2010, ring 10 km ketika terjadi letusan I, sebanyak 7 pos), Skenario II erupsi (per 5 ovember 2010, ring 15 km ketika terjadi letusan II, sebanyak 71 pos), dan Skenario III pasca erupsi (per 19 ovember 2010, ring 20 km ketika terjadi letusan II, sebanyak 20 pos). Gudang logistik untuk Skenario I berada di RS Grhasia sedangkan untuk Skenario II dan Skenario III gudang logistik dipusatkan di Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data lain yang diperlukan adalah data kebutuhan logistik medis yang diperlukan di setiap pos pengungsian yang diperoleh dengan menggunakan formulasi dari Departemen Kesehatan RI yang disusun oleh Pakaya et al (2007). Kebutuhan logistik medis pada setiap pos difokuskan pada kebutuhan masker dan obat-obatan umum karena penggunaannya yang mencapai 100% (Situmorang, 2014). Sedangkan data jumlah pengungsi di setiap pos pengungsian diperoleh dari BPBD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan BPBD Kabupaten Sleman. Setiap pos pengungsian dan gudang logistik ditentukan koordinatnya (longitude dan latitude) menggunakan Google Map dan digunakan untuk proses clustering. Jarak antar pos pengungsian dalam satu kluster ditentukan setelah proses clustering. Data jarak antar pos pengungsian dalam satu kluster disimpan dalam bentuk matriks dan digunakan sebagai input model matematis. Matriks jarak merupakan matriks tidak simetris (asymmetric) untuk jarak pulang dan pergi salah satunya dikarenakan kondisi pengaturan lalu lintas. Proses clustering dilakukan agar pos-pos pengungsian yang dilalui kendaraan pengangkut berada dalam satu regional. Proses clustering diawali dengan menempatkan gudang logistik sebagai pusat koordinat dan pos-pos pengungsian sebagai titik-titik dalam koordinat kartesius. Algoritma Sweep mengelompokkan pos-pos pengungsi berdasarkan sudut polar yang terbentuk antara pos pengungsi dengan gudang logistik. Pengelompokan dimulai dari titik dengan sudut terkecil hingga titik dengan sudut polar terbesar dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan (Boonkleaw, et al., 2009). Kendaraan yang sering digunakan dalam pengangkutan logistik medis oleh Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kendaraan jenis Mitsubishi L300 dengan dimensi boks angkut 2,5 m x 1,5 m x 1,5 m (kapasitas angkut 5625 dm 3 ) dan pengangkutan dilakukan dengan full truck load. Setelah kluster terbentuk, optimasi rute dilakukan untuk setiap kluster menggunakan linear programming yang diselesaikan dengan LIGO. Model yang dibangun disederhanakan menjadi Traveling Salesman Problem (TSP) karena kapasitas kendaraan sudah dipertimbangkan saat penentuan kluster sehingga kebutuhan logistik medis dalam satu kluster dipastikan dapat dipenuhi oleh satu kali perjalanan kendaraan pengangkut logistik. STI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu H-25

3 Sulistyo dan Zulfikar III. HASIL DA PEMBAHASA 3.1 Formulasi Masalah Permasalahan penentuan rute optimal ini termasuk dalam kategori permasalahan Traveling Salesman Problem (TSP) yang bertujuan untuk menentukan rute optimal pengiriman bantuan medis dari gudang menuju pos-pos pengungsian. Model matematis permasalahan ini ditunjukkan oleh Rumus (1) hingga (6). Gudang dinotasikan dengani 1dan pos pengungsian berjumlah dinyatakan dengan i=2,3,4,, dengan masing-masing permintaan sebesar di (demand/kebutuhan logistik medis di pos pengungsian i). Jarak dari titik i ke titik j (pos pengungsian selanjutnya) diketahui sebesar c ij, dengan 0 i j. Permasalahan yang akan diselesaikan adalah bagaimana menentukan rute distribusi dalam jarak tempuh yang minimal, setiap pos pengungsian dapat terlayani oleh tepat satu kendaraan, dan kebutuhan logistik medis setiap pos pengungsian terpenuhi. Dalam model matematis ini terdapat variabel keputusan berupa x ij yang bernilai 1 apabila kendaraan melayani pos j setelah pos i, dan bernilai 0 jika tidak. Rumus (1) menunjukkan fungsi objektif yang bertujuan untuk meminimasi total jarak tempuh rute distribusi logistik medis. Rumus (2) merupakan batasan bahwa setiap pos pengungsian akan dilayani oleh kendaraan pengangkut tepat satu kali. Rumus (3) adalah batasan yang menunjukkan bahwa setiap kendaraan pengangkut logistik yang tiba di pos pengungsian akan meninggalkan pos. Rumus (4) menyatakan batasan rute kendaraan yang harus berawal dan berakhir di gudang. Rumus (5) merupakan eliminasi subtour untuk mencegah adanya lebih dari satu siklus dalam 1 rute. Terakhir, Rumus (6) merupakan batasan bahwa variabel keputusan merupakan bilangan biner. i z j i1 j1 min c x ij (1) i x 1 ij j 1 untuk j 2,3,..., x ij x i1 j1 ij (2) ji 0 (3) x j dan x i 2 i1 1 (4) ui u x 1 untuk i j; i 2,3,..., ; j 2,3,..., (5) j ij x ij binary (6) 3.2 Hasil Kluster Proses clustering dengan Algoritma Sweep dilakukan pada 3 skenario. Skenario I menghasilkan 1 kluster karena kapasitas kendaraan distribusi lebih tinggi dibandingkan total demand pos-pos pengungsian dalam Skenario I sehingga masih dapat dipenuhi dalam satu kali perjalanan. Skenario II dengan 71 pos pengungsian dan 1 gudang pusat menghasilkan 5 kluster dengan rincian Kluster 1 terdiri dari 16 pos, Kluster 2 terdiri dari 13 pos, Kluster 3 terdiri dari 14 pos, Kluster 4 terdiri dari 15 pos, Kluster 5 terdiri dari 13 pos. Skenario III yang memiliki 20 pos pengungsian dan 1 gudang logistik menghasilkan 2 kluster yang terdiri dari 15 pos di Kluster 1 dan 6 pos di Kluster Hasil Rute Optimal Penentuan rute optimal pada masing-masing kluster tidak melibatkan kapasitas kendaraan sebagai batasannya sehingga permasalahan yang terjadi pada masing-masing kluster adalah permasalahan Traveling Salesman Problem (TSP). Penentuan rute optimal pada setiap kluster dilakukan dengan linear programming. Hasil optimasi rute distribusi disajikan dalam Tabel 1. Hasil optimasi rute distribusi pada Tabel 1 dibandingkan dengan hasil penelitian Prathama dan Sulistyo (2016) yang tidak mempertimbangkan clustering meskipun mempunyai objek dan tujuan yang sama. Penelitian Prathama dan Sulistyo (2016) memiliki fungsi tujuan yang sama yaitu penentuan rute optimal untuk distribusi bantuan medis bencana Gunung Merapi menggunakan metode metaheuristik yaitu Particle Swarm Optimization (PSO) dan Simulated Annealing (SA). STI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu H-26

4 Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep Tabel 1 Hasil Rute Optimal Skenario Rute Jarak Tempuh I 1 51,20 km II 1 48,09 km 2 41,20 km 3 44,60 km 4 71,30 km 5 77,00 km III 1 66,05 km 2 44,90 km Perbandingan hasil perhitungan rute optimal untuk setiap skenario ditunjukkan dalam Tabel 2. Jumlah rute yang dihasilkan untuk setiap skenario pun sama yaitu 1 rute untuk Skenario I, 5 rute untuk Skenario II, dan 2 rute untuk Skenario III. Pada Skenario I, tidak ada perbedaan hasil antara penelitian ini dan penelitian Prathama dan Sulistyo (2016). Pada Skenario II, Algoritma Sweep memberikan hasil yang lebih baik yaitu 8,37 % lebih singkat dari hasil yang diperoleh menggunakan SA. Sedangkan pada Skenario III, penelitian ini memberikan hasil jarak tempuh 25,05 km lebih jauh dari hasil SA oleh Prathama dan Sulistyo (2016). Tabel 2 Perbandingan Rute Optimal Skenario Tanpa Clustering Dengan Clustering I 51,20 km 51,20 km II 307,98 km 282,19 km II 96,85 km 121,90 km Rute yang dihasilkan pada penelitian ini terutama pada Skenario II dan Skenario III memiliki beberapa kluster dengan pos-pos pengungsian yang tidak terletak dalam satu regional. Sebagai contoh, pos-pos pengungsian pada Kluster 5 Skenario II berada pada 3 kuadran berbeda yang berarti ada beberapa pos dalam Kluster 5 yang saling berjauhan. Hal serupa juga terjadi pada Kluster 2 Skenario III yang memiliki pos pengungsian di kuadran 2 dan kuadran 3. Oleh karena itu, perbaikan clustering pada Skenario II dan Skenario III perlu dilakukan. 3.4 Perbaikan Kluster Proses clustering dilakukan kembali karena hasil perhitungan yang diperoleh dari proses clustering sebelumnya belum optimal. Dalam proses clustering ulang, proses sweeping yang sebelumnya dilakukan dari kuadran 1 (Ѳ = 0 0 ) diubah menjadi dari kuadran 4 (Ѳ = ). Penggantian titik sweeping ini dilakukan untuk menghindari pos di kuadran 2 dan pos di kuadran 4 terdapat dalam satu kluster, atau pos di kuadran 1 dan kuadran 3 tergabung dalam satu kluster sehingga tidak ada pos yang saling berjauhan dalam satu kluster. Setelah proses clustering ulang, Skenario II tetap memiliki 5 kluster dengan rincian Kluster 1 terdiri dari 11 pos, Kluster 2 terdiri dari 17 pos, Kluster 3 terdiri dari 7 pos, Kluster 4 terdiri dari 18 pos, dan Kluster 5 terdiri dari 18 pos. Skenario 3 pun tetap menghasilkan 2 kluster dengan komposisi 16 pos pada Kluster 1 dan 4 pos pada Kluster Hasil Rute Optimal setelah Perbaikan Kluster Penentuan rute optimal pada masing-masing kluster setelah perbaikan dilakukan dengan cara yang sama yaitu menggunakan linear programming. Hasil optimasi rute distribusi setelah perbaikan kluster disajikan dalam Tabel 3. Melalui hasil perhitungan yang didapatkan untuk masing-masing skenario setelah dilakukan proses clustering ulang, total jarak yang ditempuh oleh kendaraan pada Skenario I adalah sejauh 51,2 km, Skenario II sejauh 238,89 km, dan Skenario III sejauh 87,4 km. Selain membandingkan dengan kluster awal, hasil yang diperoleh juga dibandingkan dengan hasil penelitian Prathama dan Sulistyo (2016) seperti ditunjukkan dalam Tabel 4. STI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu H-27

5 Sulistyo dan Zulfikar Tabel 3 Hasil Rute Optimal setelah Perbaikan Kluster Skenario Rute Jarak Tempuh II 1 50,97 km 2 46,02 km 3 34,50 km 4 45,29 km 5 64,80 km III 1 55,20 km 2 29,40 km Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa total jarak yang ditempuh menggunakan Algoritma Sweep dengan titik sweeping berawal pada kuadran 4 memberikan hasil yang lebih baik. Skenario II mempunyai jarak total sejauh 238,89 km atau 22,72 % lebih pendek daripada hasil dari metode SA pada penelitian Prathama dan Sulistyo (2016). Selain itu, Skenario III juga mempunyai jarak total 9,8 % lebih pendek dari hasil penelitian Prathama dan Sulistyo (2016). Tabel 4 Perbandingan Rute Optimal setelah Perbaikan Kluster Skenario Tanpa Clustering Clustering Awal Clustering Perbaikan I 51,20 km 51,20 km 51,20 km II 307,98 km 282,19 km 238,89 km III 96,85 km 121,90 km 84,60 km Menurut hasil penentuan kluster yang telah dilakukan, didapatkan total kluster terbanyak pada Skenario II yaitu sebanyak 5 kluster. Jumlah kluster ini menunjukkan bahwa minimal kendaraan yang dibutuhkan dalam distribusi bantuan medis bencana erupsi Gunung Merapi ini adalah sebanyak 5 kendaraan agar seluruh pos pengungsian dapat menerima bantuan medis secara cepat. IV. KESIMPULA Dalam penelitian optimasi rute distribusi bantuan medis dalam bencana erupsi Gunung Merapi, telah dibuat model untuk menentukan rute optimal dalam setiap skenario yang ada dengan mempertimbangkan kluster sesuai dengan area pos-pos pengungsian menggunakan Algoritma Sweep. Jumlah kluster yang dihasilkan adalah satu kluster untuk Skenario I, lima kluster untuk Skenario II, dan dua kluster untuk Skenario III. Selain itu, hasil rute yang paling optimal diperoleh saat proses clustering dilakukan pada sudut awal sweeping di kuadran 4 (Ѳ = ) dengan total jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejauh 51,2 km pada Skenario I, 238,89 km pada Skenario II, dan 87,4 km pada Skenario III. Dalam pengembangan penelitian terkait pengembangan rute distribusi selanjutnya, penambahan faktor lain seperti kondisi jalan, kondisi lalu lintas, kondisi infrastruktur, keseimbangan beban kerja kendaraan dapat dipetimbangkan. Selain itu, penambahan terkait waktu loading dan unloading pada setiap pos pengungsian juga dapat dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Badan asional Penanggulangan Bencana, 2011, Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Erupsi Gunung Merapi Provinsi D. I. Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah Tahun , Konten%20C7527.pdf, (diakses 13 September 2016). Badan asional Penanggulangan Bencana, 2010, Peta Rekapitulasi Per Kabupaten Jumlah Korban, Pengungsi dan Kerusakan Akibat Letusan Gunungapi Merapi (30 ovember 2010), (diakses pada 13 September 2016). Boonkleaw A.; Suthikannarunai R.; & Srinon R., 2009, Strategic Planning and Vehicle Routing Algorithm for ewspaper Delivery Problem: Case Study of Morning ewspaper, Bangkok, Thailand, Proceeding of the World Congress on Engineering and Computer Science, Vol. 2. Pakaya, R. S., et al., 2007, Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana: Panduan bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan Krisis Kesehatan akibat Bencana di Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia STI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu H-28

6 Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep Prathama, W.A & Sulistyo, S.R., 2016, Penentuan Rute Distribusi Bantuan Medis untuk Bencana Erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta, Prosiding Seminar asional Teknik Industri Universitas Gadjah Mada 2016, hlm. RO-87-RO-96. Situmorang, F. A., 2014, Identifikasi Daftar Kebutuhan pada Korban Bencana Alam Gunung Meletus dan Gempa Bumi, Skripsi tidak dipublikasikan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. STI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu H-29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan bencana. Dalam dekade terakhir sudah cukup banyak bencana yang melanda negeri ini. Gempa bumi, gunung meletus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya kegiatan atau aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan manusia

Lebih terperinci

Penyelesaian Capacitated Vehicle Routing Problem (Cvrp) Menggunakan Algoritma Sweep Untuk Optimasi Rute Distribusi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat

Penyelesaian Capacitated Vehicle Routing Problem (Cvrp) Menggunakan Algoritma Sweep Untuk Optimasi Rute Distribusi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Penyelesaian Capacitated Vehicle Routing Problem (Cvrp) Menggunakan Algoritma Sweep Untuk Optimasi Rute Distribusi Surat Kabar Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng yaitu, lempeng Asia, lempeng Australia, dan lempeng Pasifik. Lempeng tersebut bergerak aktif dan bertumbukan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah perkotaan atau city development memiliki beberapa aspek penting salah satunya adalah logistik perkotaan atau city logistics. Alasan mengapa city

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter diatas permukaan laut. secara geografis terletak pada posisi 7 32.5 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem logistik yang bertanggungjawab akan perpindahan material antar fasilitas. Distribusi berperan dalam membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya,

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam mendapatkan produk yang diinginkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik oleh pemerintah maupun oleh produsen. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menerapkan kombinasi algoritma NN dan metode heuristik untuk membuat program bagi kasus Sequential 2L-CVRP dengan memberikan usulan rute dan peletakan barang

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI TSP-VRP

PANDUAN APLIKASI TSP-VRP PANDUAN APLIKASI TSP-VRP oleh Dra. Sapti Wahyuningsih, M.Si Darmawan Satyananda, S.T, M.T JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 0 Pengantar Aplikasi ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam menjangkau produk yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi yang harus dikeluarkan dalam proses pendistribusian.

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi yang harus dikeluarkan dalam proses pendistribusian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendistribusian barang adalah kegiatan yang tidak pernah lepas dari kehidupan. Jarak yang jauh serta penyebaran masyarakat yang meluas menjadi salah satu alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu fase penting dalam penanggulangan bencana adalah fase respon atau fase tanggap darurat. Fase tanggap darurat membutuhkan suatu sistem yang terintegritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah pengiriman barang, sebuah rute diperlukan untuk menentukan tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui darat, air,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN EURASIA. Gambar 1.1. Kondisi Geologi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN EURASIA. Gambar 1.1. Kondisi Geologi Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan lempeng Pasifik. Pertemuan tiga lempeng

Lebih terperinci

Optimasi Rute Pengangkutan Sampah Dengan Metode Vehicle Routing Problem With Time Window Menggunakan Binary Integer Programming

Optimasi Rute Pengangkutan Sampah Dengan Metode Vehicle Routing Problem With Time Window Menggunakan Binary Integer Programming Optimasi Rute Pengangkutan Sampah Dengan Metode Vehicle Routing Problem With Time Window Menggunakan Binary Integer Programming Dwi Sutrisno 1, M. Adha Ilhami 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak gunung berapi yang mengelilingi seluruh bagian wilayahnya dan disebut juga sebagai Ring of Fire jelas saja

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan rute terpendek merupakan suatu jaringan pengarahan rute perjalanan di mana seseorang pengarah jalan ingin menentukan rute terpendek antara dua kota berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivitas masyarakat akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa dampak terhadap permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Rozak Arief Pratama 1, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan produk yang siap jual. Setelah menghasilkan produk yang siap jual, maka proses selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu permasalahan yang terdapat pada bidang Riset Operasional. Dalam kehidupan nyata, VRP memainkan peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. algoritma genetika pada penyelesaian capacitated vehicle routing problem (CVRP)

BAB IV PENUTUP. algoritma genetika pada penyelesaian capacitated vehicle routing problem (CVRP) BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai penerapan algoritma sweep dan algoritma genetika pada penyelesaian capacitated vehicle routing problem (CVRP) untuk distribusi gula di Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat pesat dalam dunia industri menuntut suatu perusahaan melakukan aktifitas bisnisnya secara optimal. Mulai dari penyediaan barang baku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN PENENTUAN RUTE PENGAMBILAN SAMPAH DI KOTA MERAUKE DENGAN KOMBINASI METODE EKSAK DAN METODE HEURISTIC Endah Wulan Perwitasari Email : dek_endah@yahoo.com Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE CODEQ UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENGGUNAAN METODE CODEQ UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENGGUNAAN METODE CODEQ UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM Dosen Pembimbing: Ir. Budi Santosa, M.Sc., Ph.D Y Giri N (2503 100 061) Latar Belakang Metode CODEQ merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari hampir semua aktivitas industri adalah menekan biaya produksi dan biaya operasional seminimal mungkin guna mendapatkan keuntungan semaksimal

Lebih terperinci

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2012 ISBN No. 978-979-96964-3-9 Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti Fifi Herni Mustofa 1), Hari Adianto

Lebih terperinci

Kata Kunci: Minimalisasi biaya mengungsi relokasi, Optimasi rute transportasi. ISBN :

Kata Kunci: Minimalisasi biaya mengungsi relokasi, Optimasi rute transportasi. ISBN : ISBN : 978-979-7763-3- MODEL MATEMATIKA UNTUK STRATEGI MENGUNGSI-RELOKASI PADA BERPELITA Buku cerdas PEnduduk Lereng gunung api Tergolong Aktif) )) Oleh: Nabih Ibrahim Bawazir 3 ABSTRAK Meletusnya Gunung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi penelitian berperan untuk membantu agar masalah dapat diselesaikan secara lebih terarah dan sistematis. Dalam metodologi penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website,  2011) BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung Merapi secara geografis terletak pada posisi 7º 32.5 Lintang Selatan dan 110º 26.5 Bujur Timur, dan secara administrasi terletak pada 4 (empat) wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Contoh Ilustrasi Kasus CVRP 13

Gambar 1.1 Contoh Ilustrasi Kasus CVRP 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan konsep umum yang digunakan untuk semua permasalahan yang melibatkan perancangan rute optimal untuk armada kendaraan yang melayani

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Traveling Salesmen Problem (TSP) Travelling Salesman Problem (TSP) merupakan sebuah permasalahan optimasi yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan seperti routing. Masalah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan Kota Medan adalah salah satu kota terbesar di Indonesia. Berdasarkan kutipan dari Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No. 56 tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas vehicle routing problem, teori lintasan dan sirkuit, metode saving matriks, matriks jarak, matriks penghematan, dan penentuan urutan konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

Grand Desain Simulasi Bencana Merapi 2014 Solusi Perencanaan dan Pengelolaan Aspek Kesehatan Masyarakat Pengungsi

Grand Desain Simulasi Bencana Merapi 2014 Solusi Perencanaan dan Pengelolaan Aspek Kesehatan Masyarakat Pengungsi Grand Desain Simulasi... Muh Fauzi, Evika P.P, Agus I, Yunisa R.R, Febita R Grand Desain Simulasi Bencana Merapi 2014 Solusi Perencanaan dan Pengelolaan Aspek Kesehatan Masyarakat Pengungsi Muh Fauzi *),

Lebih terperinci

Analisis Jarak Optimal Model Kolaborasi Distribusi Beras, Gula, dan Minyak Goreng di Area Kota Yogyakarta dan Sekitarnya

Analisis Jarak Optimal Model Kolaborasi Distribusi Beras, Gula, dan Minyak Goreng di Area Kota Yogyakarta dan Sekitarnya Analisis Jarak Optimal Model Kolaborasi Distribusi Beras, Gula, dan Minyak Goreng di Area Kota Yogyakarta dan Sekitarnya Wandhansari Sekar Jatiningrum, Anna Maria Sri Asih Jurusan Teknik Mesin dan Industri,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DITRIBUSI HASIL PRODUKSI BUKU PADA PT. BINA PUTRA MANDIRI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DITRIBUSI HASIL PRODUKSI BUKU PADA PT. BINA PUTRA MANDIRI TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DITRIBUSI HASIL PRODUKSI BUKU PADA PT. BINA PUTRA MANDIRI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: Seminar Nasional IENACO - 017 ISSN: 337-4349 ANALISIS SIMULATED ANNEALING (SA) DAN RANCANG BANGUN SISTEM PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) Shofia

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 201 210. ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Cindy Cipta Sari, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 2 Februari 2017, hlm. 95-99 http://j-ptiik.ub.ac.id Implementasi Algoritma Nearest Insertion Heuristic dan Modified

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem distribusi/trasportasi adalah salah satu hal yang penting bagi perusahaan, karena berkaitan dengan pelayana kepada konsumen. Dalam sistem distribusi/trasportasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. Berdiri sejak 15 Desember 1999, menjadi suplemen Jawa Pos. Perkembangan Radar Malang sangat pesat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Fokus dalam bidang teknologi saat ini tidak hanya berada pada proses pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang dapat membantu manusia

Lebih terperinci

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2015), hal 25 32. APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Edi Samana, Bayu Prihandono, Evi Noviani

Lebih terperinci

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Agung Hadhiatma 1*, Alexander Purbo 2* 1,2 Program Studi Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cabang distributor dari perusahaan manufaktur yang. memproduksi sandal bermerek Zandilac. Dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cabang distributor dari perusahaan manufaktur yang. memproduksi sandal bermerek Zandilac. Dalam menjalankan usahanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PD. Karunia (Zandilac) adalah perusahaan perdagangan yang merupakan cabang distributor dari perusahaan manufaktur yang memproduksi sandal bermerek Zandilac.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL DISTRIBUSI LOGISTIK BENCANA MERAPI. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri

PENGEMBANGAN MODEL DISTRIBUSI LOGISTIK BENCANA MERAPI. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri PENGEMBANGAN MODEL DISTRIBUSI LOGISTIK BENCANA MERAPI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh Christina Suryani 09 06 05777 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 4 Tahun 2008, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi bencana sangat tinggi dan bervariasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA OPTIMASI DISTRIBUSI LPG DARI AGEN KE TOKO KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA OPTIMASI DISTRIBUSI LPG DARI AGEN KE TOKO KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA OPTIMASI DISTRIBUSI LPG DARI AGEN KE TOKO KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI I MADE HARY KARTIKA PUTRA NIM. 0808605070 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau Geografic Information Sistem (GIS) merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Clustering Analysis Clustering analysis merupakan metode pengelompokkan setiap objek ke dalam satu atau lebih dari satu kelompok,sehingga tiap objek yang berada dalam satu kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian dalam pekerjaan. Dalam melakukan pemasangan kabel perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian dalam pekerjaan. Dalam melakukan pemasangan kabel perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perusahaan kontraktor perumahan, pemasangan kabel menjadi bagian dalam pekerjaan. Dalam melakukan pemasangan kabel perlu dilakukan perencanaan urutan rumah yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 58

DAFTAR PUSTAKA. 58 58 DAFTAR PUSTAKA Batubara, S., Maulidya, R. dan Kusumaningrum, I., (2013). Perbaikan Sistim Distribusi dan Transportasi dengan Menggunakan Distribution Requiremenmt Planning (DRP) dan Alogaritma Djikstra.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. menyelesaikan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) yang meliputi. teori graf, Traveling Salesman Problem (TSP), Vehicle

BAB II DASAR TEORI. menyelesaikan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) yang meliputi. teori graf, Traveling Salesman Problem (TSP), Vehicle BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan diberikan dasar-dasar teori yang digunakan untuk menyelesaikan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) yang meliputi optimasi, distribusi, teori graf, Traveling

Lebih terperinci

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion *

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 204 Pembentukan Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO Penyelesaian Capacitated Vehicle (Marchalia Sari A) 1 PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO SOLVING CAPACITATED

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya Traveling salesman problem (TSP) merupakan salah satu permasalahan yang telah sering diangkat dalam berbagai studi kasus dengan penerapan berbagai

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS Annisa Kesy Garside, Xamelia Sulistyani, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indoberka Investama merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontruksi, pabrikasi, dan distributor rangka atap. Bentuk badan usaha dari PT

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA SWEEP DAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

PENERAPAN ALGORITMA SWEEP DAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA Penerapan Algoritma Genetika (Septia Eva Fradina) 63 PENERAPAN ALGORITMA SWEEP DAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA APPLICATION

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN DEFINISI MASALAH

BAB 4 DATA DAN DEFINISI MASALAH BAB 4 DATA DAN DEFINISI MASALAH 4.1. Data Capacitated Vehicle Routing Problem Program CVRPLB yang dihasilkan diuji dengan data berupa contoh kasus yang disusun oleh peneliti terdahulu. Banyak contoh kasus

Lebih terperinci

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR MULTI TRAVELING SALESMAN PROBLEM (MTSP) DENGAN ALGORITMA Abstrak GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR Oleh : Fitriana Yuli Saptaningtyas,M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

2.2.1 Definisi VRP Model Matematis VRP Model Matematis Berbasis Travelling Salesman Problem

2.2.1 Definisi VRP Model Matematis VRP Model Matematis Berbasis Travelling Salesman Problem ABSTRAK Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) merupakan salah satu distributor dan produsen produk olahan susu sapi di Bandung. Pada bulan September 2015, KPSBU melayani 65 pelanggan produk olahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat berpendapatan rendah merupakan program nasional dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS)

PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS) PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS) Hari Santoso 146060300111019 haripinter@gmail.com Prodi Sistem Komunikasi dan Infromatika Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah Indonesia terbentang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RUTE PENDISTRIBUSIAN ICE TUBE MENGGUNAKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR DAN GENETIC ALGORITHM *

USULAN PERBAIKAN RUTE PENDISTRIBUSIAN ICE TUBE MENGGUNAKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR DAN GENETIC ALGORITHM * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 205 USULAN PERBAIKAN RUTE PENDISTRIBUSIAN ICE TUBE MENGGUNAKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri mobile phone saat ini berkembang dengan pesat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri mobile phone saat ini berkembang dengan pesat. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri mobile phone saat ini berkembang dengan pesat. Menurut International Telecomunication Union [1], jumlah mobile phone di dunia pada 2011 mencapai 5,9 miliar

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Depo dan Jalur Pengiriman Bantuan Bencana di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Penentuan Lokasi Depo dan Jalur Pengiriman Bantuan Bencana di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Penentuan Lokasi Depo dan Jalur Pengiriman Bantuan Bencana di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Hans Christian 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: This research was conducted to the determination of the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teori graf sangat pesat dari tahun ke tahun, pada tahun 1960-an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN T U G A S S A R J A N A Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Algoritma Genetika Ganda (AGG) untuk Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP)

Algoritma Genetika Ganda (AGG) untuk Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 T 6 Algoritma Genetika Ganda (AGG) untuk Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) Daryono Budi Utomo, Mohammad Isa Irawan, Muhammad Luthfi

Lebih terperinci

USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP

USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP UNTUK MEMINIMASI BIAYA TRANSPORTASI DENGAN HETEROGENEOUS FLEET DAN TIME WINDOW MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PT.XYZ Muhammad Zuhdi Aiman Anka 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan terhadap konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Evakuasi

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Evakuasi BAB V ANALISIS Pada bab ini dilakukan analisis terhadap proses dan hasil pengembangan model yang sudah dibuat. 5.1 Analisis Evakuasi Berdasarkan pengembangan model yang dilakukan untuk menentukan total

Lebih terperinci

OPTIMALISASI RUTE PENGUMPULAN SAMPAH DI KAWASAN PERUMAHAN PESONA KHAYANGAN DENGAN MODEL PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

OPTIMALISASI RUTE PENGUMPULAN SAMPAH DI KAWASAN PERUMAHAN PESONA KHAYANGAN DENGAN MODEL PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM OPTIMALISASI RUTE PENGUMPULAN SAMPAH DI KAWASAN PERUMAHAN PESONA KHAYANGAN DENGAN MODEL PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Yuliana Sukarmawati Program Sarjana Teknik Lingkungan Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 1. Di Kabupaten Malang penerapan manajemen rantai pasok dilaksakan

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 1. Di Kabupaten Malang penerapan manajemen rantai pasok dilaksakan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 1. Di Kabupaten Malang penerapan manajemen rantai pasok dilaksakan mayoritas pada masa tanggap darurat. Sedangkan proses manajemen rantai pasok pada pra

Lebih terperinci