PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI,
|
|
- Erlin Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang Mengingat : a. bahwa keadaan alam, flora dan fauna, seni dan budaya di Kabupaten Kuantan Singingi yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, dapat memupuk dan memperkaya khasanah budaya dan wisata, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan terciptanya lapangan kerja dalam rangka peningkatan dan kemakmuran masyarakat; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan, keteraturan dan keserasian kegiatan penyelenggaraan sebagaimana huruf a di atas perlu kebijakan di bidang usaha kepariwisataan yang dapat meningkatkan daya tarik wisata, memelihara keindahan, kelestarian dan lingkungan hidup; c. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi tentang Usaha Kepariwisataan. : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok-Pokok Lingkungan Hidup Hidup (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 41; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten
2 Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902); 5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53; tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); sebagaimana telah dilakukan beberapa kali perubahan, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844) ; 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 42; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan ( Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor:140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578 );
3 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota ( Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Dan BUPATI KUANTAN SINGINGI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas Desentralisasi. 4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi yang terdiri dari Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya sebagai badan eksekutif daerah. 5. Kepala Daerah adalah Bupati Kuantan Singingi. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. 7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. 8. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4 9. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 10. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 11. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau pemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati orang pribadi atau badan. 12. Retribusi Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. 13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Dana Pensiunan, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya. 14. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. 15. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelanggaraan pariwisata. 16. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. 17. Usaha Kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata. 18. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 19. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. 20. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. 21. Jasa Impresariat adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik yang berupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan. 22. Wisata Agro adalah kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha dibidang agro. 23. Budaya adalah hasil karya, rasa, karsa, dan cipta manusia.
5 24. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan jalan belajar. 25. Lingkungan seni adalah sebuah perkumpulan yang begerak dalam bidang seni dan sejenisnya. 26. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 27. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari pemerintahan daerah. 28. Petugas Pemungut adalah petugas yang ditunjuk oleh Bupati untuk melaksanakan pemungutan Retribusi Izin Pariwisata. 29. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetoran. 30. Perhitungan Retribusi Daerah adalah rincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh wajib retribusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi, maupun sanksi administrasi. 31. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 32. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan / atau sanksi administrasi berupa bungan dan / atau denda. 33. Pendaftaran dan Pendataan adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh data / informasi serta penatausahaan yang dilakukan oleh petugas retribusi dengan cara menyampaikan STRD kepada wajib retribusi untuk di isi secara lengkap dan benar. 34. Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah yang disingkat dengan NPWRD adalah nomor wajib retribusi yang didaftarkan dan menjadi identitas bagi setiap wajib retribusi. 35. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SSRD, adalah surat yang oleh wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati. 36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 37. Surat ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDKB, adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah
6 kredit retribusi, besarnya kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus bayar. 39. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT, adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 40. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peratuan perundang-undangan yang berlaku. 41. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang ditentukan. 42. Penagihan Retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan retribusi daerah yang diawali dengan penyampaian surat peringatan, surat teguran yang bersangkutan melaksanakan kewajiban untuk membayar retribusi sesuai dengan jumlah retribusi yang terutang. 43. Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama wajib retribusi yang tercantum pada SKRD, SKRDKB, SKRDKBT yang belum daluarsa dan retribusi lainnya yang masih terutang. 44. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang sama dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Setiap penyelenggaraan usaha kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, berperikehidupan dalam keseimbangan kelestarian alam, serta menjaga norma sosial budaya masyarakat. Pasal 3 Setiap penyelenggaraan usaha kepariwisataan bertujuan : a. memupuk dan memperkaya khasanah budaya dan wisata; b. memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; c. memperluas, memeratakan kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan kerja; d. memupuk rasa cinta seni, budaya, alam dan meningkatkan hubungan kekeluargaan dan persaudaraan; e. meningkatkan pendapatan daerah untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
7 BAB III PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN Pasal 4 Penyelenggaraan usaha kepariwisataan dilaksanakan berpedoman kepada : a. kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan perekonomian dan sosial budaya; b. nilai-nilai agama, adat istiadat serta nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; c. pelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; d. pengaturan lokasi usaha menurut ketentuan tata ruang; e. terselenggaranya usaha kepariwisataan yang berkesinambungan dengan memperhatikan keselamatan operasional usaha kepariwisataan, perlindungan konsumen dan kepentingan umum. Objek Kepariwisataan meliputi : a. alam; b. budaya; c. fasilitas yang disediakan. Pasal 5 Pasal 6 Penyelenggaraan usaha kepariwisataan dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola dan membuat objek baru usaha pariwisata. Pasal 7 Dalam rangka melakukan pengembangan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian, perlu izin usaha kepariwisataan. BAB IV IZIN USAHA Pasal 8 Setiap usaha kepariwisataan di daerah harus mendapat izin dari Bupati Pasal 9 (1) Jenis Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 terdiri dari : a. Izin Sementara Usaha Pariwisata (ISUP); b. Izin Tetap Usaha Pariwisata (ITUP). (2) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
8 Pasal 10 (1) Jenis Usaha Kepariwisataan : a. usaha jasa pariwisata; b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata; c. usaha sarana pariwisata; d. pengusahaan atraksi dan aneka wisata. (2) Jenis izin untuk usaha kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) : a. usaha jasa pariwisata: 1. jasa biro perjalanan wisata; 2. jasa agen perjalanan wisata; 3. jasa pramuwisata/ guide (pemandu wisata); 4. jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran; 5. jasa konsultan pariwisata; 6. jasa informasi pariwisata; 7. jasa impresariat; b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata : 1. alam; 2. budaya; 3. minat khusus, yang mencakup : arung jeram, agro, berburu, dayung, ekologi, lintas hutan, panjat tebing, selam, ziarah dan lain-lain. c. usaha sarana pariwisata : 1. penyediaan akomodasi, mencakup : hotel bintang, hotel melati, pondok wisata, perkemahan, cotteg, pondokan dan lain-lain. 2. penyediaan makan dan minum, mencakup : restoran, rumah makan, coffe hause, catering, jasa boga dan lain-lain. 3. penyediaan angkutan wisata; 4. penyediaan sarana wisata tirta; 5. kawasan pariwisata. d. pengusahaan atraksi dan aneka wisata; selain atraksi alam, budaya dan minat khusus dan dapat dikelompokkan menjadi : 1. usaha rekreasi dan hiburan umum; 2. gelanggang renang, water boom dan water adventure; 3. pemandian alam; 4. padang golf; 5. kolam pancing; 6. gelanggang bermain dan ketangkasan; 7. gelanggang bowling; 8. rumah billiard; 9. gedung pertunjukan;
9 10. lapangan tenis; 11. gedung olahraga; 12. fitness center; 13. bioskop; 14. karaoke; 15. pangkas rambut/ salon kecantikan; 16. dan pengusahaan sarana lainnya. (3) Jenis usaha kebudayaan meliputi : a. jasa seni; b. sarana budaya; c. penyediaan sarana budaya. (4) Jenis izin untuk usaha kebudayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah : a. jasa seni : 1. pemanfaatan lingkungan seni; 2. penyelenggaraan kursus seni; 3. mengadakan pantas seni bagi masyarakat; 4. menyelenggarakan pekan seni; 5. jasa impresariat kesenian. b. sarana budaya : 1. pendirian sanggar seni; 2. pembuatan home industri alat kesenian; 3. pembuatan gedung kesenian. c. penyediaan sarana budaya: 1. pengelolaan peninggalan sejarah; 2. pengelolaan dan pengembangan museum; 3. pengelolaan pusat atau sarana budaya dan industri kerajinan; 4. pengelolaan monumen; 5. penyebaran informasi sejarah dan budaya dalam bentuk media informasi; 6. penyelenggaraan lomba atau sayembara penulisan sejarah daerah dan cerita rakyat; 7. penelitian ilmiah bidang seni budaya, sejarah dan kepurbakalaan. BAB V TATA CARA MEMPEROLEH DAN JANGKA WAKTU BERLAKUNYA IZIN Pasal 11 Setiap orang pribadi atau badan yang akan menyelenggarakan usaha kepariwisataan mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui SKPD yang membidangi Kepariwisataan atau perangkat daerah lainnya yang membidangi bidang perizinan.
10 Pasal 12 Permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut : a. akte pendirian berbadan hukum; b. identitas diri bagi perorangan; c. memiliki kantor atau lokasi usaha yang jelas; d. memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dibidangnya; e. modal yang cukup ( neraca keuangan bagi badan usaha); f. bagi usaha kepariwisataan yang memerlukan bangunan fisik disertakan salinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); g. Izin Tempat Usaha (SITU) h. izin gangguan (HO); i. memiliki hasil pemeriksaan penyusunan studi (AMDAL) /UPL/UKL atau bentuk lainnya yang disesuaikan dengan jenis usaha. Pasal 13 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 14 Jangka waktu berlakunya izin usaha kepariwisataan yaitu : a. Izin Sementara Usaha Pariwisata (ISUP) berlaku dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) kali enam bulan; b. Izin Tetap Usaha Pariwisata (ITUP) berlaku selama kegiatan usaha masih berjalan dan wajib daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali. Pasal 15 Izin usaha kepariwisataan dapat dicabut apabila : a. tidak memenuhi ketentuan persyaratan dan kewajiban usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ; b. melakukan tindakan kejahatan yang berkaitan dengan kegiatan usahanya; c. menghentikan kegiatan usahanya atau tidak beroperasi lagi; d. melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan peruntukan jenis izin usaha yang diberikan; dan e. melakukan kegiatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18.
11 BAB VI HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 16 Setiap pemegang izin usaha kepariwisataan berhak : a. memperoleh kepastian usaha dalam menjalankan usahanya; dan atau b. mendapatkan pelayanan dari Pemerintah Daerah. Pasal 17 Setiap pemegang izin usaha kepariwisataan wajib : a. membuat pembukuan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. mentaati ketentuan izin usaha; c. melaporkan kegiatan bulanan dan tahunan kepada SKPD terkait paling lambat tanggal 10 setiap bulan berjalan dan laporan tahunan paling lambat bulan kedua tahun berjalan; d. mentaati perjanjian kerja serta menjamin keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan; e. meningkatkan mutu penyelenggaraan usaha; f. menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung; g. memelihara kebersihan dan keindahan lokasi serta kelestarian lingkungan usaha; h. menjamin tetap terpenuhinya syarat-syarat teknis penggunaan peralatan dan perlengkapan; i. menjamin terlaksananya pemeriksaan teknis usaha kepariwisataan secara berkala oleh Pejabat yang berwenang. Pasal 18 Setiap pemegang izin usaha kepariwisataan dilarang untuk : a. melaksanakan kegiatan usaha tanpa memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, nilainilai sosial budaya; b. melaksanakan kegiatan usaha yang menganggu aspek pelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; c. memindahtangankan izin usahanya; d. mempekerjakan tenaga kerja wanita diluar ketentuan yang berlaku dan norma-norma susila lainnya; e. mempekerjakan tenaga kerja dibawah umur; f. memakai tenaga kerja asing tanpa izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku; g. menerima pelajar atau pengunjung dibawah umur untuk jenis usaha tertentu.
12 BAB VII RETRIBUSI Bagian Pertama Nama, Objek, Subjek Pasal 19 Dengan nama usaha kepariwisataan dipungut pembayaran atas pemberian izin yang diberikan dalam jangka waktu tertentu. Pasal 20 Objek usaha kepariwisataan adalah jasa pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepariwisataan. Pasal 21 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin kepariwisataan. Bagian Kedua Golongan Retribusi Pasal 22 Usaha kepariwisataan digolongkan pada Perizinan Usaha Tertentu. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 23 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah dan jenis izin yang diberikan. Bagian Keempat Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Retribusi Pasal 24 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutupi sebagian biaya penyelenggaraan pemberian izin usaha. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya survey lapangan, administrasi, penerbitan perizinan, monitoring, pembinaan dan pengawasan.
13 Bagian Kelima Struktur dan Besarnya Tarif Pasal 25 (1) Besarnya tarif diukur bedasarkan jenis izin yang diberikan. (2) Struktur besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: A. USAHA JASA PARIWISATA a. Jasa Biro Perjalanan Wisata 1. izin baru Rp daftar ulang Rp /tahun b. Jasa Cabang Perjalanan Wisata 1. izin baru Rp daftar ulang Rp /tahun c. Jasa Agen Perjalanan Wisata 1. izin baru Rp daftar ulang Rp /tahun d. Jasa Pramu Wisata/ Guide 1. izin baru Rp daftar ulang Rp /tahun e. Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pejalanan 1. izin baru Rp daftar ulang Rp /tahun f. Jasa Konsutan Pariwisata 1. izin baru Rp daftar ulang Rp /tahun g. Jasa Informasi Pariwisata 1. izin baru Rp daftar ulang Rp /tahun h. Jasa Pelayanan Masuk Tempat Wisata dan Sarana Lainnya 1. dewasa Rp /orang. 2. anak-anak Rp /orang. i. Rekomendasi 1. promosi pariwisata Rp /kali kgt 2. penambahan bangunan usaha pariwisata Rp /kali kgt j. Usaha Angkutan Wisata. 1. izin baru Rp daftar ulang Rp / tahun k. Izin pertunjukan Promosi/Pameran/Festival Rp l. Usaha Jasa Impresariat Rp
14 B. USAHA OBJEK a. Objek/ Kawasan Wisata 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun b. Wisata Agro Rp ,- c. izin Pentas dan Lomba Satwa Rp ,- d. Atraksi Wisata 1. Dengan Tanda Masuk a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun 2. Tanpa Tanda Masuk a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun e. Kesenian Tradisional 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. zin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun f. Musik Hidup 1. Kelas A a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun 2. Kelas B a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun C. USAHA SARANA WISATA a. Wisata Tirta 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun b. Taman Rekreasi 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun
15 c. Gelanggang Renang 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun d. Padang Golf 1. Kelas A a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun 2. Kelas B a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun 3. Kelas C a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun 4. Kelas D a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp / tahun e. Kolam Memancing 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun f. Gelanggang Bola Ketangkasan 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/mesin 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/mesin 3. daftar ulang Rp ,-/mesin/tahun g. Gelanggang Permainan Mekanis/Elektronik 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/mesin 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/mesin 3. daftar ulang Rp ,-/mesin/ tahun h. Gelanggang Bola Gelinding (Bowling) 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/jalur 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/jalur 3. daftar ulang Rp ,-/jalur/ tahun
16 i. Arena Bola Sodok (Billiar) 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/meja 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/meja 3. daftar ulang Rp ,-/meja/ tahun j. Arena Latihan Golf 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun k. Pusat Olahraga 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun l. Fitnes/ unit Rp ,- m. Sanggar Senam Rp ,- n. Bioskop 1. kelas A. Rp ,- 2. kelas B Rp ,- o. Tempat Konvensi, Pameran dan Balai Pertemuan 1. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- 2. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- 3. daftar ulang Rp / tahun D. PENYEDIAAN AKOMODASI a. Hotel Bintang 1. Bintang Tiga a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/kamar b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/kamar c. daftar ulang Rp ,-/kamar 2. Bintang Dua a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/kamar b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/kamar c. daftar ulang Rp ,-/kamar 3. Bintang Satu a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/kamar b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/kamar c. daftar ulang Rp ,-/kamar 4. Hotel Melati a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/kamar b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/kamar
17 c. daftar ulang Rp ,-/kamar 5. Hunian Wisata/ Service Apartement a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/kamar b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/kamar c. daftar ulang Rp ,-/kamar 6. Balai Remaja a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/unit b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/unit c. daftar ulang Rp ,-/unit 7. Pondok Wisata a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/unit b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/unit c. daftar ulang Rp ,-/unit 8. Perkemahan a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/unit b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/unit c. daftar ulang Rp ,-/unit E. PENYEDIAAN MAKAN DAN MINUM 1. Restoran / Rumah Makan a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/kursi b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/kursi c. daftar ulang Rp ,-/kursi 2. Bar a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp ,- 3. Jasa Boga/ Katering a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,- b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,- c. daftar ulang Rp ,- 4. Pangkas Rambut/ Salon Kecantikan a. izin prinsip usaha pariwisata Rp ,-/kursi b. izin tetap usaha pariwisata Rp ,-/kursi c. daftar ulang Rp ,-/kursi F. SENI BUDAYA a. Sertifikat Organisasi Seni Budaya Rp ,- b. Kartu Seniman 1. pimpinan Rp ,-
18 2. anggota Rp ,- c. Pendirian Sanggar Seni Rp ,- d. Kursus Seni Rp ,- e. Gedung Pertunjukkan/ gedung pementasan Rp ,- f. Sirkus dan sejenisnya Rp ,- (3) Penyesuaian tarif diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Keenam Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang Pasal 26 (1) Masa Retribusi adalah jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun takwim. (2) Retribusi terutang pada saat pelayanan pemberian izin diberikan. Bagian Ketujuh Wilayah Pemungutan Pasal 27 Retribusi dipungut di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi. Bagian Kedelapan Tata Cara Pemungutan Pasal 28 (1) Pungutan tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan media setoran atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Kesembilan Surat Pendaftaran Pasal 29 (1) Setiap Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD. (2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 30 (1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) retribusi terutang ditetapkan dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan.
19 (2) Dalam hal SPdORD tidak dapat dipenuhi oleh wajib retribusi, maka diterbitkan SKRD secara jabatan. (3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data yang baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKBT. (4) Bentuk, isi dan tata cara SKRD atau dokumen lain yan dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKB atau SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kesepuluh Penetapan Retribusi Pasal 31 (1) Penetapan retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD. (2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya, maka diterbitkan SKRD secara jabatan. (3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kesebelas Pembayaran Retribusi Pasal 32 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan. (3) Pembayaran dilakukan di Kas Daerah. (4) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diberikan tanda bukti pembayaran. Bagian Keduabelas Denda Pasal 33 Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).
20 Bagian Ketigabelas Tata Cara Penagihan Pasal 34 (1) Pengeluaran surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo. (2) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk. (3) Retribusi yang terutang berdasarkan SKRD, SKRDKB, SKRDBKT, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang bayar oleh wajib retribusi pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa. (4) Penagihan retribusi dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. (5) Biaya pelaksanaan penegakkan Hukum sebagai akibat pelaksanaan maksud ayat (4) dapat dibebankan seluruhnya kepada pelanggar. Bagian Keempatbelas Keberatan Pasal 35 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan atas penetapan retribusi kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dengan alasan dan dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut. (3) Keberatan diajukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat dipertimbangkan. (5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan penagihan retribusi. Pasal 36 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat menerima seluruhnya atau sebahagian, menolak atau menambah besarnya retribusi terutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.
21 Bagian Kelimabelas Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi Pasal 37 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran. (2) Bupati dalam masa waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya pemohonan kelebihan pembayaran wajib memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini telah dilewati dan tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran melebihi jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan sebesar 2% ( dua persen) sebulan atas jangka keterlambatan pembayaran. Pasal 38 Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati sekurang-kurangnya menyebutkan : a. nama dan alamat wajib retribusi; b. masa retribusi; c. besarnya Kelebihan; d. alasan singkat dan jelas. Pasal 39 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan. Bagian Keenambelas Cara Penghapusan Piutang Retribusi Pasal 40 (1) Piutang retribusi yang tidak ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah daluarsa dapat dihapus.
22 (2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi daerah yang sudah daluarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Bagian Ketujuhbelas Petugas Pemungut Pasal 41 (1) SKPD pemungut bertanggung jawab kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Petugas Pemungut diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (3) SKPD pemungut menyelenggarakan administrasi pembukuan atas kegiatan yang dilaksanakan. (4) SKPD pemungut atau juru pungut yang menyalahgunakan uang pungutan daerah yang mengakibatkan kerugian daerah akan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 42 (1) Bupati menunjuk dan mengangkat Bendaharawan Khusus Penerima sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Bendaharawan Khusus Penerima selambat-lambatnya dalam 1 (satu) hari kerja semua hasil penerimaan sudah disetorkan ke Kas Daerah. (3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan maksud pada ayat (2) untuk Daerah pemungutan tertentu. (4) Penyimpangan ketentuan pada ayat (2) dapat diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Bendaharawan Khusus Penerima dilarang menyimpan uang : a. diluar batas waktu yang ditetapkan; b. atas nama pribadi/ satuan kerja pada suatu Bank. (6) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setiap bulannya dengan persetujuan atasan langsung telah menyampaikan laporan penerimaan kepada Bupati. Bagian Kedelapanbelas Daluarsa Pasal 43 (1) Penagihan Retribusi, daluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. (2) Daluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan surat teguran dan surat paksa atau;
23 b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. Bagian Kesembilanbelas Peran Serta Masyarakat Pasal 44 (1) Masyarakat memiliki kesempatan sama dan seluas-luasnya untuk menyelenggarakan kegiatan pariwisata. (2) Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan pertimbangan untuk proses pengambilan kebijakan pengembangan pariwisata. (3) Masyarakat setempat dapat melaksanakan pembangunan, pengembangan, pengelolaan dan pemilikan kawasan pariwisata. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 45 (1) Setiap orang yang dengan sengaja dan/ atau karena kelalaiannya melakukan usaha kepariwisataan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, atau pemegang izin usaha kepariwisataan yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dan/atau pemegang izin kepariwisataan yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, serta tidak membayar denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp (lima puluh juta). (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Daerah. (3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran. BAB IX PENYIDIKAN Pasal 46 (1) Pejabat Pegawai Negeri tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
24 b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah; g. menyuruh berhenti dan/ atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/ atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaimana tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang berlaku. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya Penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 47 (1) Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi pelaksanaan Peraturan Daerah. (2) Pembinaan teknis dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi Kepariwisataan yang meliputi : a. menetapkan pedoman yang bersifat teknis; b. melakukan evaluasi dan pengawasan; c. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi. (3) Pembinaan teknis operasional dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Camat yang meliputi : a. memfasilitasi, membimbing, mengarahkan dan memotivasi masyarakat dalam menggerakkan usaha kepariwisataan; b. melakukan koordinasi, pengawasan, evaluasi dan pelaporan.
25 BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 48 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 49 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada saat Pengundangannya. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. Disahkan di Telukkuantan pada tanggal 28 Januari 2009 BUPATI KUANTAN SINGINGI, Diundangkan di Telukkuantan pada tanggal 28 Januari 2009 H. SUKARMIS SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, Drs.H. ZULKIFLI, M.Si EMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2009 NOMOR 8
26 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN I. PENJELASAN UMUM Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaan dalam rangka memperkokoh jati diri bangsa dan mempererat persatuan antar bangsa. Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten, yang salah satu bidang urusan dimaksud adalah bidang kepariwisataan, sehingga urusan tersebut perlu diwujudkan secara nyata dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat terutama dalam memberikan kesempatan berusaha dan ketersediaan lapangan kerja yang pada akhirnya juga akan dapat menjadi sumber pendapatan daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Asas manfaat adalah bahwa pelaksanaan penyelenggaraan kepariwisataan harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Asas usaha bersama dan kekeluargaan adalah bahwa penyelenggaraan usaha kepariwisataan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi masyarakat, yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan. Asas adil dan merata adalah bahwa hasil-hasil penyelenggaraan kepariwisataan harus dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.
27 Asas berperikehidupan dalam keseimbangan adalah bahwa penyelenggaraan kepariwisataan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga meningkatkan kehidupan sosial budaya serta hubungan antar manusia dalam upaya meningkatkan kehidupan bermasyarakat ataupun dalam kehidupan bangsa indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Huruf a dan b Huruf c Fasilitas yang disediakan mencakup : adalah seluruh objek wisata yang diciptakan atau dibuat oleh manusia, yang bernilai seni, dan keindahan. Pasal 6 Dalam membuat objek baru usaha kepariwisataan, harus memperhatikan keadaan sosial ekonomi, sosial budaya, nilai-nilai agama dan adat istiadat masyarakat setempat, lingkungan hidup, serta objek dan daya tarik wisata itu sendiri. Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Huruf a, Izin Sementara diberikan kepada usaha pariwisata yang usahanya dilaksanakan dalam waktu tertentu atau hanya bersifat sementara waktu, seperti ; pertunjukan ketangkasan, pasar malam, sirkus dan lain-lain. Pasal 10 ayat (1) Ayat (2) huruf a angka 4 Kegiatan konvensi berkaitan dengan kegiatan usaha pariwisata yang lain seperti; transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra dan pasca konferensi. Perjalanan insentif merupakan suatu perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan / penghargaan atas prestasi mereka. Perjalanan insentif tersebut dapat pula dikaitkan dengan penyelenggaraan pertemuan untuk membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
28 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29
29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48
30 Pasal 49 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 8
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, a. bahwa kepariwisataan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 20 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 12
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 20 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 20 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 05 Tahun 2003 Seri : B Nomor 04
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 05 Tahun 2003 Seri : B Nomor 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 16 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 08
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 16 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTEN SINGINGI NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2002 SERI B. 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya untuk menunjang
Lebih terperinciRETRIBUSI IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN HOTEL, PENGINAPAN ATAU WISMA DAN PONDOK WISATA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN HOTEL, PENGINAPAN ATAU WISMA DAN PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 24 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 16
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 24 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya UndangUndang Nomor 28 Tahun
Lebih terperinciRETRIBUSI IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
PEMERINTAH KOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR, RETRIBUSI TERMINAL DAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciS A L I N A N NOMOR 06/C 2002.
S A L I N A N NOMOR 06/C 2002. PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 14 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/ VILLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/ VILLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING SALINAN OLEH : WALIKOTA BATAM NOMOR : 4 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 APRIL 2013 SUMBER : LD
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa tempat khusus
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011
PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH diperbanyak oleh : BAGIAN HUKUM DAN HAM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR PEMERINTAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, Menimbang : 1. bahwa Retribusi Daerah mengarah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN YAPEN
BUPATI KEPULAUAN YAPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN YAPEN, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinci1 of 5 02/09/09 11:40
Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan pasal 18 (2)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 61 2001 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN
PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 11 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : Mengingat : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN POSO
PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN SELAIN UNTUK KEPENTINGAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN JASA PENGUJIAN DAN KALIBRASI PADA BALAI PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI MUTU BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 03 Tahun 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI GOWA RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,
BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf e
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 10 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 02
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 10 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, Menimbang a. bahwa dengan telah diberlakukannya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menunjang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 17 TAHUN 2006 RETRIBUSI IZIN TRAYEK
PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan semakin berkembangnya jalur
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciNCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK HIBURAN
NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK HIBURAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2009 LEMBARAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 1 Tahun 2002 Seri: B
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 1 Tahun 2002 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 11 TAHUN 2002 (11/2002) TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 52 2001 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN REKREASI DAN HIBURAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan pasal 18 (2)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 3 TAHUN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
4. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686); Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA
BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 05 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DI KABUPATEN BARITO UTARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 05 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya mengoptimalkan
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 18 TAHUN 2015
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. 3. 4..
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI SEMEN BEKU TERNAK
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI SEMEN BEKU TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DAN ATAU PENGGANDAAN PETA
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DAN ATAU PENGGANDAAN PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 3 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 18 Tahun 2002 Seri : B Nomor : 10
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 18 Tahun 2002 Seri : B Nomor : 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 18 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk pelaksanaan Pasal 18 (2) huruf a Undang-undang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya Kabupaten Sigi menjadi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG
PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf
Lebih terperinciL E M B A R A N D A E R A H
L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2002 NOMOR 31 SERI C NO. SERI 2 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2013 1 DAFTAR
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 22 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 14
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Nomor : 22 Tahun 2001 Seri : B Nomor : 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTEN SINGINGI NOMOR : 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN HASIL ALAM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci