BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan ketika akan mempelajari tentang sejarah.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempelajari sejarah sering kali memunculkan beberapa pertanyaan, untuk apa belajar sejarah; apa gunanya belajar sejarah; mengapa sejarah harus dipelajari. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan ketika akan mempelajari tentang sejarah. Banyak jawaban pula yang telah disampaikan untuk menanggapi pertanyaanpertanyaan tersebut, diantaranya: mempelajari sejarah berarti mengenal jati diri; dengan mempelajari sejarah akan menjadi lebih bijaksana untuk mengambil sebuah keputusan; belajar sejarah sebagai pijakan untuk menapaki masa depan; mempelajari sejarah berarti memelajari tentang kehidupan; dengan belajar sejarah maka cakrawala pengetahuan akan semakin luas. Presiden Sukarno bahkan pernah mengatakan jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah (Siswo, 2014:521). Namun demikian jawaban-jawaban tersebut dirasa masih kurang memuaskan untuk menjadi alasan mempelajari sejarah. Stigma tentang sejarah telah banyak dipengaruhi dengan pernyataan yang dapat dikatakan menyudutkan sejarah atau pembelajaran sejarah. Sejarah merupakan sesuatu yang telah usang; sejarah tidak perlu dipelajari karena tidak ada gunanya; tidak perlu mengingat masa lalu, yang lalu biarlah berlalu; sejarah tidak memberikan keuntungan secara finansial; belajar sejarah hanya membuangbuang waktu; mempelajari sejarah merupakan sesuatu yang membosankan. 1

2 2 Demikian pernyataan-pernyataan yang akhirnya membuat sejarah semakin ditinggalkan, kalaupun ada yang menyukai dan peduli terhadap sejarah, mungkin hanya sebagian kecil saja. Sejarah mendapat porsi waktu pembelajaran yang relatif sangat sedikit dalam kurikulum pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai pada sekolah menengah. Meskipun pada kurikulum 2013 yang sedang diuji coba atau dikembangkan oleh pemerintah saat ini, mata pelajaran sejarah mendapat tambahan jam pelajaran. Walau demikian mungkin akan sedikit sulit untuk merubah pola pikir masyarakat kebanyakan yang telah terlanjur tertanam stigma bahwa sejarah itu membosankan dan tidak penting untuk dipelajari. Perlu usaha yang ekstra keras untuk dapat merubah pola pikir yang demikian, dan tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Sejarah pada kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan bagian dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Proses pembelajaran IPS di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar ataupun pendidikan menengah secara umum juga sama dengan pembelajaran sejarah secara khusus. Pembelajaran IPS masih membutuhkan pembaharuan yang serius karena pada kenyataannya masih banyak model pembelajaran konvensional yang digunakan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam rangka pembaharuan pembelajaran IPS adalah menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) (dalam Susanto, 2014:2). Kondisi lingkungan sekitar peserta didik masih kurang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran IPS di sekolah, dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual maka kondisi

3 3 lingkungan peserta didik akan lebih memiliki peran dalam proses belajar. Somantri (dalam Susanto, 2014:3) mengemukakan beberapa permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran IPS, yaitu: (1) pendekatan ekspositori sangat menguasai keseluruhan proses belajar mengajar; (2) hirarki belajar hampir tidak ditemui baik dalam penyusunan satuan pelajaran, proses belajar, konstruksi tes, maupun dalam buku pelajaran; (3) tingkat pengetahuan sebagian besar peserta didik berada dalam kelompok peringkat satu (fakta) dan peringkat dua (konsep), generalisasi pada peringkat tiga hampir tidak pernah digunakan; (4) penyebaran kawasan tujuan instruksional tidak memungkinkan peserta didik belajar aktif; (5) mata pelajaran sejarah dan ilmu sosial lainnya sangat membosankan dan kurang membantu dalam permulaan diperguruan tinggi ataupun manfaatnya bagi kehidupan masyarakat. Pengesahan UU No. 20/2003 yang diikuti oleh peraturan pemerintah nomor 19/2005 tentang standar Nasional pendidikan (SNP) yang mengamanatkan perlunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum mata pelajaran umumnya dan khususnya mata pelajaran IPS mengacu pada panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Perkembangan IPS sebagai mata pelajaran menunjukkan adanya upaya untuk peningkatan kualitas IPS dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peraturan pemerintah nomor 19/2005 tersebut juga memuat tentang delapan standar nasional, dalam konteks pembelajaran dari delapan standar nasional tersebut, standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam hal ini adalah guru menjadi unsur utama. Peran guru menjadi aspek kunci bagi keberhasilan

4 4 peserta didik dalam belajar. Mata pelajaran IPS di SMP dalam KTSP yang bersifat terpadu tentu saja juga sangat bergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS terpadu di kelas. Kualitas guru sangat dibutuhkan untuk dapat membantu peserta didik belajar IPS yang terpadu secara baik dan benar. (dalam Gunawan, 2013:36-37) Guru IPS merupakan yang memegang peran sangat penting membentuk persepsi peserta didik khususnya tentang sejarah. Ketika guru IPS tidak sesuai dengan harapan peserta didik dalam membelajarakan sejarah maka stigma bahwa sejarah itu membosankan akan tetap melekat dalam diri peserta didik, begitu pula sebaliknya. Peserta didik sebagai individu yang belajar, harus memiliki pijakan yang kurang lebih sama dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar IPS khususnya dalam hal ini materi sejarah, sehingga dengan demikian proses pembelajaran IPS akan benar-benar bermakna positif bagi peserta didik. Guru sebagai salah satu faktor utama dalam proses pembelajaran IPS memiliki kewenangan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru dapat menentukan model pembelajaran seperti apa yang hendak dilakukannya, strategi atau metode pembelajaran apa yang akan diterapkan, media pembelajaran apa yang akan digunakannya, semua hal tersebut merupakan keputusan yang dibuat oleh guru sendiri. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru tentu saja tetap harus memperhatikan kurikulum yang ada dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung bagi guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan lebih baik. Smaldino, dkk.

5 5 (2014:7) mengatakan bahwa media merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. Lebih lanjut dikatakan bahwa media bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan belajar. Gerlach & Ely (dalam Anitah, 2011:2) juga memberikan pengertian tentang media yang mengatakan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Sehingga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari penyampai informasi (guru) kepada penerima informasi (peserta didik). Media pembelajaran memiliki banyak jenis, di antaranya media visual dan audiovisual. Media visual rutin digunakan untuk memicu belajar, yang meliputi diagram, gambar pada papan tulis, foto, gambar pada sebuah buku, kartun, dan sebagainya (Smaldino d kk, 2014:7). Media visual yang akan dikembangkan dalam pembelajaran IPS ini adalah media foto jejak sejarah. Media foto mencoba dikembangkan dalam membelajarkan IPS khususnya materi sejarah karena foto dianggap lebih nyata bagi peserta didik sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang suatu kejadian atau kondisi pada masa lampau dari pada sekedar cerita; foto lebih memudahkan peserta didik untuk merekonstruksi pengetahuannya tentang sejarah; ditengah kemajuan teknologi banyak remaja yang senang terhadap kegiatan fotografi yang menghasilkan foto baik menggunakan kamera profesional atau sekedar kamera telepon genggam masingmasing. Selain hal tersebut di atas, media foto dipilih karena untuk membantu para

6 6 peserta didik meningkatkan kemampuan psikomotornya. Keterampilan yang ingin dicapai dengan media foto jejak kolonialisme yaitu keterampilan menulis narasi dari peserta didik. Keterampilan menulis yang dimiliki peserta didik memang masih kurang, maka media foto yang akan dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi sejarah pada masing-masing peserta didik. Terdapat beberapa materi sejarah dalam pembelajaran IPS pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), untuk kelas VIII salah satunya yang terdapat dalam standar kompetensi (SK) kedua yaitu memahami proses kebangkitan nasional. Standar Kompetensi ini memuat 2 (dua) kompetensi dasar (KD) tentang materi sejarah, KD 2.1 menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dam imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya diberbagai daerah. KD 2.2 menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. Materi KD 2.1 perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya diberbagai daerah inilah yang akan digunakan dalam pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di SMPN Ambulu, Kabupaten Jember. Objek-objek yang berkaitan dengan perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat di eks Karesidenan Besuki termasuk Jember dan sekitarnya akan digunakan sebagai media pembelajaran dalam bentuk kumpulan foto-foto. Pemanfaatan objek-objek tersebut diharapkan dapat membuat peserta didik menjadi lebih tertarik pada materi yang akan dipelajari karena masih berada di

7 7 lingkungan sekitar tempat tinggalnya serta dikemas dalam bentuk yang lebih nyata dalam media pembelajaran tersebut. Selain itu dengan media pembelajaran foto, peserta didik juga diharapkan akan lebih mudah dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Pengembangan media yang berbasis foto jejak kolonialisme tersebut diharapkan dapat membuat pembelajaran IPS khususnya materi sejarah menjadi lebih bermakna bagi para peserta didik. Peserta didik menjadi lebih aktif dan dapat membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya tentang perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia, dalam hal ini terutama yang terjadi di eks-karesidenan Besuki. Selain itu, pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme ini juga berusaha digunakan sebagai salah satu cara untuk merubah pola pikir atau stigma utamanya pada peserta didik tentang pembelajaran sejarah yang dianggap membosankan dan tidak penting. Pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme ini memiliki tujuan akhir selain dalam asek kognitif peserta didik, juga bertujuan untuk mengembangkan aspek psikomotorik peserta didik yaitu meningkatkan keterampilan menulis narasi sejarah. Kumpulan foto jejak kolonialisme tersebut diharapkan dapat memberi gambaran nyata kepada para peserta didik tentang kolonialisme dan imperialisme. Gambaran nyata tersebut kemudian akan membantu daya imajinasi dan kreativitas peserta didik sehingga lebih mudah untuk belajar menuangkan apa yang sedang dipelajarinya dalam bentuk tulisan narasi sejarah.

8 8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. a. Bagaimanakah media pembelajaran IPS yang selama ini digunakan di SMP Negeri Ambulu Kabupaten Jember? b. Bagaimanakah keterampilan menulis narasi peserta didik sebelum pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme? c. Bagaimanakah kebutuhan media pembelajaran IPS di SMP Negeri Ambulu Kabupaten Jember? d. Bagaimanakah desain awal media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di eks karesidenan Besuki? 2. Bagaimanakah prosedur pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di eks-karesidenan Besuki untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi sejarah yang efektif di SMP Negeri Ambulu Kabupaten Jember? a. Bagaimanakah hasil validasi dari ahli media dan ahli materi sejarah? b. Bagaimanakah hasil uji coba media pembelajaran di lapangan? c. Bagaimanakah desain akhir dari media pembelajaran yang dikembangkan? 3. Bagaimanakah efektivitas media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di eks-karesidenan Besuki untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi sejarah di SMP Negeri Ambulu Kabupaten Jember?

9 9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. a. Untuk mengetahui media pembelajaran IPS yang selama ini digunakan di SMP Negeri Ambulu Kabupaten Jember. b. Untuk mengetahui keterampilan menulis peserta didik di SMP Negeri Ambulu sebelum dilakukan pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto. c. Untuk mengetahui kebutuhan media pembelajaran IPS di SMP Negeri Ambulu. d. Untuk mengetahui desain awal media pembelajaran berbasis foto jejak kolonialisme di eks-karesidenan Besuki. 2. Untuk mengetahui pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di eks-karesidenan Besuki untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi sejarah yang efektif di SMP Negeri Ambulu Kabupaten Jember. a. Untuk mengetahui hasil validasi ahli media pembelajaran dan ahli isi materi. b. Untuk mengetahui hasil uji coba media pembelajaran di kelas. c. Untuk mengetahui desain akhir dari media pembelajaran berbasis foto. 3. Untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di eks-karesidenan Besuki untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi sejarah di SMP Negeri Ambulu Kabupaten Jember.

10 10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di eks-karesidenan Besuki untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi sejarah merupakan sebuah upaya untuk memberikan sesuatu yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik dalam belajar IPS khususnya sejarah. Selain itu pengembangan media pembelajaran ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan kegemaran dan keterampilan dalam menulis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik Peserta didik diharapkan dapat memahami dengan lebih mudah tentang perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, memiliki pemahaman baru tentang hal tersebut, serta dapat memiliki keterampilan menulis yang lebih baik. e. Bagi Guru Melalui pengembangan media pembelajaran ini, diharapkan guru memiliki alternatif baru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar serta menjadi acuan untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran lainnya. Dengan demikian guru dapat menjadikan proses belajar-mengajar IPS terutama materi sejarah dengan lebih inovatif dan menyenangkan bagi peserta didiknya.

11 11 f. Bagi Sekolah Pengembangan media pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak sekolah untuk membuat peserta didiknya lebih mengenal lingkungan disekitarnya yang juga dapat digunakan sebagai sumber belajar, yang mungkin juga dapat dilakukan oleh guru-guru mata pelajaran lainnya. g. Bagi Pemerintah Pengembangan media pembelajaran dapat memberikan sumbangan ide-ide baru bagi Dinas Pendidikan kaitannya dengan peningkatan mutu pembelajaran IPS di sekolah-sekolah lain. E. Spesifikasi Produk yang dikembangkan Produk pengembangan media pembelajaran IPS yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah: 1. Media pembelajaran IPS tentang foto jejak kolonialisme khususnya di ekskaresidenan Besuki yang berdasarkan kurikulum KTSP. 2. Media pembelajaran IPS tentang foto jejak kolonialisme khususnya di ekskaresidenan Besuki untuk kelas VIII disusun sesuai dengan komponen kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan kebahasaan. 3. Secara garis besar media pembelajaran IPS tentang foto jejak kolonialisme untuk peserta didik SMP berisi tentang judul media pembelajaran, pendahuluan, rangkuman materi, dan foto-foto jejak kolonialisme di ekskaresidenan Besuki.

12 12 F. Asumsi Keterbatasan Pengembangan Pembelajaran IPS di SMP khususnya yang terkait dengan materi sejarah masih kurang menarik bagi peserta didik, salah satu permasalahannya karena media pembelajaran yang digunakan oleh guru merupakan media yang sederhana dan lebih banyak mengacu pada buku paket atau LKS. Maka perlu adanya pengembangan media pembelajaran IPS yang lebih menarik bagi peserta didik pada tingkat SMP, hal ini juga telah mendapat persetujuan dari guru IPS di SMP Negeri Ambulu bahwa memang perlu adanya pengembangan media pembelajaran IPS yang sesuai dengan materi, kebutuhan peserta didik serta guru, dan efektif untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme di ekskaresidenan Besuki dianggap sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan juga guru. Namun demikian dalam pengembangan media pembelajaran IPS berbasis foto jejak kolonialisme ini, terdapat keterbatasan yang mungkin akan terjadi. Keterbatasan tersebut yaitu pada foto-foto yang masih sejaman dengan masa kolonialisme di eks-karesidenan Besuki yang sulit untuk didapatkan. G. Definisi Istilah Terdapat beberapa istilah dalam rumusan judul penelitian ini yang perlu mendapat pembatasan agar tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda dan sekaligus memberikan panduan yang jelas tentang istilah yang maksud. Istilahistilah tersebut adalah: 1. Pengembangan Pengembangan merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk

13 13 menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011:407). 2. Media Pembelajaran Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide ( gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2014:4). 3. IPS IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Susanto, 2014:10).. 4. Foto Gambar diam merupakan representasi dari fotografis (atau seperti foto) dari orang, tempat, dan benda-benda (Smaldino, 2014:325). 5. Keterampilan Menulis Keterampilan menulis adalah keterampilan proses karena hampir semua orang yang membuat tulisan, baik karya ilmiah, non-ilmiah, maupun hanya catatan pribadi, jarang yang melakukannya secara spontan dan langsung jadi (Jauhari, 2013:16). 6. Narasi Sejarah Narasi adalah karangan yang menceritakan serangkaian peristiwa/kronologi, sehingga terkait dengan waktu, tempat, dan peristiwa (Jauhari, 2013:48).