Perbandingan Analisis Biomekanika Gait Cycle pada Postur Mendorong

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbandingan Analisis Biomekanika Gait Cycle pada Postur Mendorong"

Transkripsi

1 Petunjuk Sitasi: Hardiningtyas, D., Putri, Y. W., & Efranto, R. Y. (2017). Perbandingan Analisis Biomekanika Gait Cycle pada Postur Mendorong. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B ). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Perbandingan Analisis Biomekanika Gait Cycle pada Postur Mendorong Dewi Hardiningtyas (1), Yana Windy Sesha Putri (2), Remba Yanuar Efranto (3) (1), (2), (3) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, Indonesia (1) (2) (3) ABSTRAK Pekerjaan pemindahan bahan secara manual seringkali dilakukan di tempat kerja, yang meliputi menarik, mendorong, membawa, ataupun memindahkan. Setiap kegiatan manual tersebut berpotensi menyebabkan gangguan tulang dan otot (musculoskeletal disorder) apabila dilakukan pada postur yang berlebihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai gaya dan momen pada postur mendorong benda kerja beam benang dengan berat berkisar antara kg. Gait cycle digunakan untuk mengidentifikasi secara lebih detail besarnya gaya dan momen pada setiap fase berjalan. Setiap fase tersebut sebelumnya telah digambarkan menggunakan free-body diagram untuk mennetukan titik pusat massa pada setiap segmen tubuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bawah segmen punggung mengalami gaya terbesar (2015,7 N) yang disebabkan karena aktivitas mendorong dan reaksi terhadap berat benda kerja. Nilai momen terbesar juga dialami segmen punggung pada fase midstance sebesar 1710,5 N dan nilai momen terkecil pada segmen lengan bawah fase heel off sebesar 53,8 N. Perubahan postur dengan memperkecil sudut terutama pada segmen punggung diprediksikan dapat memperkecil nilai gaya dan momen pada postur mendorong beam benang, serta mengurangi potensi risiko cidera tulang belakang. Kata kunci biomekanika, fase berjalan, gait cycle, postur kerja, mendorong I. PENDAHULUAN Aktivitas perpindahan benda kerja secara manual masih seringkali ditemukan di berbagai unit produksi. Aktivitas tersebut meliputi postur mengangkat, mendorong, menarik, maupun membawa. Perkembangan penelitian biomekanika pada fase berjalan normal telah banyak diketahui, namun masih sedikit yang fokus pada aktivitas mendorong. Menurut Roffey, dkk (2010) aktivitas mendorong masih belum terbukti secara mutlak dapat menyebabkan cidera tulang belakang (low back pain / LBP) yang merupakan salah satu penyakit pada musculoskeletal disorders (MSDs) hingga pada rentang benda kerja kg. Namun di beberapa unit produksi tekstil, masih terdapat aktivitas mendorong benda kerja seperti beam benang dengan massa kg dari satu titik ke titik lainnya. Beam diletakkan diatas alat bantu dorong berupa pallet beroda untuk mengurangi gaya gesek antara beam dengan lantai. Walaupun aktivitas mendorong menjadi lebih ringan, namun perlu diidentifikasi lebih lanjut besarnya gaya tekan terhadap setiap segmen tersebut dan evaluasi apakah postur ini tergolong postur yang membahayakan atau tidak. Beban kerja fisik yang melewati batas kemampuan dapat mengakibatkan terjadinya risiko pada gangguan sistem otot-rangka (Iridiastadi & Yassierli, 2014). Postur yang salah seperti mendorong dan membungkuk menyebabkan risiko terjadinya MSDs dan kelelahan dini. MSDs adalah cidera pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, atau cakram tulang belakang (Kuswana, 2014). Sejumlah dampak buruk lainnya akibat dari beban yang berlebih berpengaruh pada kualitas dan performansi kerja. Dampak ini dapat berupa penurunan konsentrasi saat bekerja, peningkatan kesalahan dalam pengambilan keputusan serta peningkatan potensi kecelakaan kerja. Maka dari itu sistem manajerial yang berhubungan dengan manusia membutuhkan perhatian lebih, khususnya pada manusia dan alat kerjanya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Postur mendorong yang diamati adalah seorang operator yang bertugas memindahkan gulungan benang seberat kg atau yang dikenal dengan istilah beam selama jam kerja. B-305

2 Hardiningtyas, Putri, dan Efranto Beam dipindahkan oleh operator dengan cara mendorong sejauh 6-10 m dari bagian sizing ke gudang. Dalam sehari, setiap operator dapat memindahkan 8-9 beam. Postur dasar aktivitas ini adalah dengan posisi leher serta kepala menghadap ke bawah dan juga posisi punggung yang membungkuk berlebihan. Tentunya hal tersebut berpotensi mengandung risiko LBP. Untuk mengidentifikasi postur mendorong beam pada salah satu unit produksi tekstil, terlebih dahulu dilakukan penggambaran postur sesuai dengan fase berjalan (walking gait cycle). Berjalan merupakan gerakan tubuh untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain (Perry, 2010). Pada dasarnya, gait cycle terdiri dari 2 periode, yaitu periode berdiri (stance) dimana kaki mengenai landasan dan periode mengayun (swing) dimana kaki tidak mengenai landasan. Periode berdiri dimulai pada saat tumit menyentuh tanah (heel strike), kemudian dilanjutkan dengan kaki menapak penuh ke tanah (foot flat). Mid stance adalah posisi dimulainya foot flat dan berakhir pada saat heel strike. Fase heel off terjadi pada saat salah satu kaki mulai meninggalkan tanah dan kaki yang lain mengenai landasan. Fase toe off ketika heel strike oleh kaki kiri dan kaki kanan meninggalkan landasan untuk mengayun. Periode mengayun (swing) merupakan periode ketika kaki tidak berada di landasan atau posisi berayun. Pada penelitian ini hanya akan diamati pada periode berdiri saja, Gambar 1. Fase Berjalan (Sumber : Levangie & Norkin, 2011) Pengembangan model matematis analisis gaya postur kerja telah banyak digunakan di berbagai penelitian. Pada proses scarfing, pendekatan biomekanika dikombinasikan dengan OWAS (Ovako Working Postural Analysis System) dan Mannequin Pro untuk merancang alat bantu yang lebih meringankan pekerjaan (Dirawidya, Tama, & Efranto, 2015). Perancangan alat bantu berjalan long leg braces bagi penyandang cacat kaki tunggal juga lebih tepat jika mempertimbangkan aspek perasaan pengguna (kansei) serta gaya yang bekerja pada kaki (Cendy, Sugiono, & Hardiningtyas, 2015). Kajian biomekanika pada aktivitas berjalan amputee juga dapat diterapkan ketika menaiki dan menuruni bidang miring dengan menggukana prosthetic endoskeleton sistem energy storing knee mekanisme 2 bar (Aminasti, 2010). Sehingga pada penelitian bertujuan untuk mengembangkan model matematis analisis biomekanika aktivitas mendorong beam terhadap gait cycle, mengidentifikasi besarnya gaya dan momen ketika aktivitas tersebut, serta mengevaluasi risiko gaya berlebih pada setiap segmen tubuh. II. METODE Penelitian ini dilakukan dengan mengamati langsung di unit produksi pada aktivitas mendorong beam karena tidak memungkinkan untuk memindahkan benda kerja ke ruang laboratorium. Pengambilan data antropometri tinggi dan berat badan operator digunakan sebagai data primer dalam perhitungan panjang dan berat setiap segmen tubuh. Dari 24 orang operator yang ada di unit produksi ini, memiliki deviasi tinggi badan yang tidak terlalu jauh, sehingga dipilih persentil rata-rata yaitu tinggi badan 170 cm dan berat badan 64 kg. Panjang dan berat setiap segmen tubuh merujuk pada proporsi panjang dan berat segmen yang telah dikemukan oleh Adrian & Cooper (1989). Berat dan massa segmen diperoleh dari hasil perkalian proporsi terhadap berat badan (Tabel 1). Pusat massa segmen diperoleh dari dengan hasil perkalin persentase jarak titik pusat massa terhadap tinggi tubuh (Tabel 2). B-306

3 Perbandingan Analisis Biomekanika Gait Cycle pada Postur Mendorong Tabel 1. Massa dan Berat Segmen Tubuh Segmen Proporsi Massa (kg) Berat (N) Kepala, leher & Punggung 51,4 33,1 324,4 Lengan atas (kanan) 3,0 1,9 18,9 Lengan bawah (kanan) 1,6 1,0 10,1 Tangan (kanan) 0,5 0,3 3,2 Paha (kanan) 12,9 8,3 81,4 Betis (kanan) 4,8 3,1 30,3 Kaki (kanan) 1,5 1,0 9,5 Lengan atas (kiri) 3,0 1,9 18,9 Lengan bawah (kiri) 1,6 1,0 10,1 Tangan (kiri) 0,2 0,1 1,1 Paha (kiri) 12,8 8,2 80,8 Betis (kiri) 4,7 3,0 30,0 Kaki (kiri) 1,5 1,0 9,5 Segmen Tabel 2. Jarak Pusat Massa Segmen Tubuh Pusat Massa (% ketinggian di Atas Lantai) Pusat Massa dari Atas Lantai Kepala 93,5 % 1,59 m Batang tubuh dan leher 71,1 % 1,21 m Lengan atas 71,7 % 1,22 m Lengan bawah 55,3 % 0,94 m Paha 42,5 % 0,72 m Betis 18,2 % 0,30 m Perhitungan biomekanika dilakukan dengan mengambil gambar postur mendorong beam pada kelima fase berjalan, yaitu heel strike, foot flat, midstance, heel off dan toe off. Setiap dokumentasi (gambar dan video) tersebut digambarkan ulang dengan free-body diagram untuk menyederhanakan identifikasi titik-titik gaya pada setiap segmen. Pada penelitian ini, gaya segmen pada pusat massa segmen dianggap mewakili berat rangka dan otot yang membentuk segmen tersebut. Setelah diketahui model free-body diagram setiap fase, maka dapat ditemukan sudut yang terbentuk antar segmen tubuh sebagai data untuk perhitungan gaya dan momen. Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda menjadi berubah kecepatannya. Gaya dalam pergerakan didefinisikan sebagai penyebab berpindahnya suatu benda atau objek dikarenakan suatu tindakan. Kontraksi otot dalam tubuh manusia merupakan gaya internal yang utama dalam menghasilkan suatu pergerakan pada segmen tubuh yang diberikan beban (Adrian & Cooper, 1989). F x = 0 (1) F y = 0 (2) dengan, F x = Resultan gaya yang bekerja di sumbu x (N) F y = Resultan gaya yang bekerja di sumbu y (N) Resultan gaya sama dengan nol menunjukkan bahwa benda berada pada posisi yang diam atau benda yang bergerak dengan kecepatan konstan (Tipler, 1991). Beban yang terima oleh tubuh nantinya akan didistribusikan ke anggota tiap tubuh yang lain karena tubuh merupakan satu kesatuan. Sehingga gaya dalam tubuh manusia menggambarkan tekanan yang dirasakan oleh tubuh manusia, semakin besar nilai gaya maka semakin besar pula tekanan akibat beban yang diberikan, sehingga nanti akan terjadi suatu gerakan. Gaya gesek adalah gaya yang membentuk sudut tangensial antara 2 permukaan benda yang bersentuhan. Gaya gesek merupakan pasangan dari gaya normal yang nantinya menghasilkan total B-307

4 Hardiningtyas, Putri, dan Efranto gaya yang bekerja pada dua benda yang saling bersentuhan. Gaya gesek memiliki dua koefisien gesekan yaitu koefisien gesekan statis μ s dan koefisien gesekan kinetik μ k. Koefisien gesekan statis digunakan untuk benda diam, dimana gaya tersebut berlawanan arah dengan arah gaya yang berusaha menggerakkan benda. Sedangkan koefisien gesekan kinetik digunakan untuk benda yang bergerak, dimana gaya tersebut arahnya berlawanan dengan arah gerak benda (Satriawan, 2012). F s = μ s * F N (3) dengan, F s = gaya gesek statis (N) μ s = koefisien gaya gesek statis F N = gaya normal (N) Momen gaya atau yang biasa disebut torsi merupakan gaya yang menyebabkan suatu benda mengalami pergerakan rotasi. Momen didapatkan dari hasil kali gaya dengan jarak (Kuswana, 2014). Momen dalam tubuh manusia dapat didefinisikan sebagai sebab terjadinya suatu pergerakan pada segmen tubuh akibat dari gaya yang dikeluarkan oleh tubuh. Selain mempertimbangkan gaya dan jarak. Jika jarak yang dibentuk oleh segmen tubuh semakin besar makan risiko cidera juga semakin besar. Sehingga, momen dalam tubuh manusia dapat diartikan sebagai tingkat cidera dalam tubuh ketika melakukan suatu pergerakan. M = F * d * sin ɵ (4) M = 0 (5) dengan, M = momen (Nm) F = gaya (N) d = jarak (m) Hasil formulasi matematis dan perhitungannya kemudian dibandingkan pada setiap segmen tubuh dan setiap fase berjalan. Dari nilai-nilai tersebut, dapat diketahui apakah postur mendorong beam benang tergolong aktivitas yang berisiko atau tidak, serta segmen tubuh yang manakah yang paling tinggi risiko cideranya. III. HASIL PENELITIAN Pendekatan biomekanika diterapkan pada penelitian ini untuk menganalisis gait cycle fase berjalan pada aktivitas mendorong beam benang. Kelima fase tersebut digambarkan dan ditentukan titik-titik gaya yang bekerja pada segmen baik di sumbu x maupun y, serta sudut yang terbentuk antar segmen. Gambar 2 merupakan free-body diagram untuk kelima fase berjalan pada aktivitas mendorong beam. Penggunaan free-body diagram akan menyederhanakan bentuk tubuh manusia dan memudahkan dalam mengidentifikasi gaya yang bekerja pada tubuh. Gambar 2. Fase Berjalan Aktivitas Mendorong Beam B-308

5 Perbandingan Analisis Biomekanika Gait Cycle pada Postur Mendorong Perhitungan gaya pada beam bertujuan untuk mengetahui berat beam yang di dorong oleh operator ketika terdapat alat bantu dorong. Dengan adanya alat bantu tersebut, berat beam yang dirasakan operator akan lebih kecil dari berat sebenarnya. Gambar 3 merupakan penguraian gaya pada beam. Nilai μ s yang digunakan yaitu sebesar 0,45 yang merupakan sifat kedua permukaan benda yang bersentuhan yaitu antara baja dengan baja. Dari perhitungan diperoleh nilai gaya dorong yang dikeluarkan oleh operator yaitu sebesar 1984,5 N. Gambar 3. Gaya Dorong yang Bekerja pada Beam dan Alat Bantu F x = 0 F dorong F s = 0 F dorong = F s = μ s * F N = μ s * W beam = 0,45 * 450 kg * 9,8 m/s = 1984,5 N Selanjutnya perhitungan gaya dan momen dilakukan pada setiap segmen tubuh dengan mempertimbangkan sudut yang terbentuk pada fase berjalan yang telah digambarkan sebelumnya. Gambar 4 merupakan contoh identifikasi setiap gaya yang bekerja pada segmen tubuh lengan bahwa fase pertama yaitu heel strike. Titik A merupakan tangan, dan titik B merupakan siku. Pada sumbu x terdapat gaya dorong (F dorong ) yang bekerja pada tangan, sehingga menyebabkan reaksi pada siku berupa F x1. Segmen lengan bawah mempunyai berat yang ditunjukkan dengan gaya berat (W) sehingga menyebabkan reaksi pada siku berupa F y1. Gaya yang bekerja pada siku (F B ) merupakan resultan gaya F x1 dan F y1. Perhitungan tersebut dilanjutkan hingga diperoleh nilai gaya yang bekerja pada setiap segmen tubuh dan setiap fase seperti pada tabel 3. Perhitungan momen menggunakan persamaan (4) dan (5) dengan pengaruh sudut dan jarak yang terbentuk. Rekapitulasi perhitungan momen ditunjukkan pada tabel 4. ƩF x = 0 ƩF y = 0 F x1 F dorong = 0 F y1 W = 0 F x1 = F dorong F y1 = W = 1984,5 N / 2 = m x g = 992,25 N = 10,09 N Gambar 4. Free-body diagram segmen lengan bawah fase heel strike F B = = = 992,3 N Ʃ M = 0 M 1 = (W x O x sin (33,5)) + (F dorong x P x sin (33,5)) = 148,52 Nm B-309

6 Hardiningtyas, Putri, dan Efranto Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai gaya pada segmen di semua fase cenderung sama dikarenakan besarnya gaya hanya dipengaruhi oleh gaya reaksi yang dirasakan oleh tubuh operator sebagai akibat dari aktivitas mendorong dan juga dipengaruhi berat dari segmen tersebut. Nilai gaya pada semua segmen memiliki nilai yang cukup besar, hal tersebut dipengaruhi oleh berat dari beam yang didorong oleh operator yaitu sebesar 450kg, dimana berat tersebut melebihi batas beban dorong yang dianjurkan oleh Health and Safety Executive (2012) yaitu sebesar 20 kg untuk laki-laki. Namun untuk berat beam tidak dapat dikurangi dikarenakan dalam satu beam berisi satu jenis benang dengan spesifikasi yang telah ditentukan di awal.. Tabel 3. Nilai Gaya (N) pada Setiap Segmen dan Fase Berjalan Segmen Heel strike Foot flat Mid stance Heel off Toe off Lengan bawah 992,30 992,30 992,30 992,30 992,30 Lengan atas 992,67 992,67 992,67 992,67 992,67 Punggung 2015, , , , ,73 Paha kanan 1083, , , , ,35 Betis kanan 1095, , , , ,86 Paha kiri 1083, , , , ,10 Betis kiri 1095, , , , ,32 Nilai gaya paling besar terdapat pada segmen punggung yaitu sebesar 2015,7 N, hal tersebut dikarenakan punggung menjadi penopang utama dari beban pendorongan yang melebihi dari batas pendorongan. Aktivitas mendorong termasuk ke dalam aktivitas manual material handling yang melibatkan berbagai kelompok otot terutama otot penyangga tulang belakang yang memiliki fungsi untuk memelihara postur tubuh, menjaga keseimbangan tubuh dan koordinasi keseimbangan yang baik, masa kerja yang lama juga berpengaruh pada nyeri punggung bawah akibat dari akumulasi beban pada tulang belakang, semakin besar beban yang diterima maka tekanan pada tulang belakang menjadi semakin besar.selain itu juga dikarenakan segmen punggung menerima gaya dari segmen lengan atas kanan dan segmen lengan atas kiri yang di distribusikan ke satu punggung, karena tubuh merupakan satu kesatuan yang saling berpengaruh antar segmen sebelum dan sesudahnya. Sedangkan untuk nilai gaya pada segmen paha terbagi dua dikarenakan jumlah gaya yang diterima oleh punggung diterima oleh dua paha yaitu paha kanan dan paha kiri. Nilai gaya kedua terbesar yaitu pada segmen betis sebesar 1095,8, hal tersebut dikarenakan betis menopang bagian tubuh secara keseluruhan dan juga menjadi tumpuan ketika berjalan sehingga segmen betis menerima gaya dari segmen lengan atas, lengan bawah, punggung dan paha, akibatnya tekanan yang dirasakan untuk menahan beban juga semakin besar pula. Tabel 4. Nilai Momen (Nm) pada Setiap Segmen dan Fase Berjalan Segmen Heel strike Foot flat Mid stance Heel off Toe off Lengan bawah 148,52 268,57 214,85 53,40 75,50 Lengan atas 308,95 502,67 534,37 269,13 327,93 Punggung 894, , , , ,40 Paha kanan 375,81 500, , , ,55 Betis kanan 766,30 927, , , ,79 Paha kiri 718,52 714, ,69 837, ,33 Betis kiri 1042, , , , ,54 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai momen pada semua segmen di semua fase cenderung memiliki pola yang sama berturut-turut dari nilai kecil ke besar yaitu segmen lengan bawah, segmen lengan atas, segmen paha, segmen betis dan segmen punggung. Besarnya nilai momen tersebut dipengaruhi oleh jarak perpindahan sudut pada segmen dan juga dipengaruhi oleh nilai momen di segmen yang sebelumnya. Nilai momen total terbesar terdapat pada fase mid stance yaitu sebesar 7926,10 Nm. Hal tersebut menunjukkan bahwa fase mid stance memiliki risiko cidera yang paling besar diantara semua fase berjalan. B-310

7 Perbandingan Analisis Biomekanika Gait Cycle pada Postur Mendorong Nilai momen segmen punggung rata-rata memiliki nilai yang besar diantara semua fase, terutama pada fase mid stance sebesar 1756,34 Nm, karena pengaruh dari nilai momen lengan atas yang cukup besar yaitu sebesar Nm. Nilai momen segmen punggung kedua terbesar yaitu pada fase toe off yaitu sebesar 1670,4 Nm. Hal tersebut dikarenakan ketika mendorong tubuh operator terlalu membungkuk sehingga membentuk sudut perpindahan segmen yang cukup besar. Semakin operator membungkuk maka risiko terjadinya cidera punggung belakang juga semakin besar pula. Selain itu, nilai momen terbesar juga terdapat pada segmen betis, hal tersebut dikarenakan betis menahan beban dari anggota tubuh keseluruhan dan menjadi tumpuan ketika operator berjalan. Hal tersebut selaras dengan pernyataan operator bahwa ketika operator mendorong, bagian tubuh yang sering terjadi keluhan yaitu pada segmen punggung dan betis. IV. PENUTUP Berdasarkan analisis postur tubuh operator dengan menggunakan fase berjalan gait cycle, fase berjalan dibagi menjadi lima fase yaitu heel strike, foot flat, mid stance, heel off dan toe off. Dari kelima fase tersebut memiliki nilai gaya yang cenderung sama dikarenakan besarnya gaya hanya dipengaruhi oleh gaya reaksi yang dirasakan oleh tubuh operator sebagai akibat dari aktivitas mendorong dan juga dipengaruhi berat dari segmen tersebut. Nilai gaya terbesar rata-rata terdapat pada segmen punggung di semua fase yaitu sebesar 2015,73 N, dan nilai gaya terkecil terdapat pada segmen lengan bawah yaitu sebesar 992,30 N. Sedangkan untuk nilai momen memiliki nilai yang berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan nilai momen dipengaruhi oleh sudut perpindahan segmen yang dimana setiap segmen membentuk sudut berbeda-beda. Untuk nilai momen terbesar terdapat pada segmen punggung di fase mid stance yaitu sebesar 1710,53 Nm, dan nilai momen terkecil terdapat pada segmen lengan bawah di fase heel off yaitu sebesar 53,89 Nm. DAFTAR PUSTAKA Adrian, M., & Cooper, J. (1989). The Biomechanics of Human Movement. Indianapolis: McGraw-Hills Co. Aminasti, I. K. (2010). Kajian Gait Dynamic pada Bidang Miring Bagi Pengguna Prosthetic Endoskeletal Sistem Energy Storing Knee Mekanisme 2 Bar. Surakarta: Skripsi Jurusan Teknik Industri UNS. Cendy, B., Sugiono, & Hardiningtyas, D. (2015). Analisis Perancangan Produk Long Leg Braces dengan Pendekatan Kansei Words dan Biomekanika. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, 3(2). Dirawidya, A., Tama, I., & Efranto, R. (2015). Perancangan Postur Kerja dan Alat Bantu pada Proses Scarfing dengan Analisis Biomekanika. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, 3(7). Health and Safety Executive. (2012). Manual Handling at Work : A Brief Guide. HSE. Iridiastadi, H., & Yassierli. (2014). Ergonomi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi dan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Levangie, P., & Norkin, C. (2011). Joint Structure and Function: A Comprehensive Analysis (5th ed.). F.A. Davis Company. Perry, J. (2010). Gait Analysis: Normal and Pathological Function (2nd ed.). New Jersey: SLACK Incorporated. Roffey, D., Wai, E., Bishop, P., Kwon, B., & Dagenais, S. (2010). Causal Assessment of Occupational Pushing or Pulling and Low Back Pain: Results of A Systematic Review. The Spine Journal, 10, Satriawan, M. (2012). Fisika Dasar. Yogyakarta: UGM. Tipler, P. (1991). Fisika untuk Sains dan Teknik (3 ed.). Jakarta: Erlangga. B-311

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya BIOMEKANIKA Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya Biomekanika Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Cita Anugrah Adi Prakosa 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan tersebut haruslah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang menjadi dasar permasalahan penelitian yang diambil, meliputi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PENANGANAN MATERIAL UNTUK MEMINIMASI RISIKO GANGGUAN SISTEM TULANG DAN OTOT

RANCANGAN SISTEM PENANGANAN MATERIAL UNTUK MEMINIMASI RISIKO GANGGUAN SISTEM TULANG DAN OTOT Rancangan Sistem Penanganan Material untuk Meminimasi Risiko Gangguan (Yanti Helianty, dkk) RANCANGAN SISTEM PENANGANAN MATERIAL UNTUK MEMINIMASI RISIKO GANGGUAN SISTEM TULANG DAN OTOT Yanti Helianty 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik BIOMEKANIKA Definisi Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi ergonomi, yakni penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Sriyanto, ST., MT., Widhi Adwitya S. P. Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PERAJIN SAPU RAYUNG DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC)

ANALISIS POSTUR KERJA PERAJIN SAPU RAYUNG DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) ANALISIS POSTUR KERJA PERAJIN SAPU RAYUNG DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) Dita Saraswati 1*, Choirul Bariyah 2 1,2 Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri manufaktur di masa sekarang ini masih dominan dalam melakukan aktivitas manual material handling.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, industri sangat berkontribusi bagi perekonomian nasional,baik industri kecil, menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang industri secara nasional maupun internasional saat ini semakin tinggi. Persaingan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan

Lebih terperinci

ISBN:

ISBN: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PENANGANAN MATERIAL SECARA MANUAL DENGAN MENGGUNAKAN MANNEQUIN PRO 7.1 (Studi Kasus di PT. Hidup Baru Garment & Printing) Thedy Yogasara, Daniel Siswanto, dan Indra

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) Muchlison Anis *, Mufti Hidayat 2, Mila Faila Sufa 3,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak Petunjuk Sitasi: Restuputri, D. P., Baroto, T., & Enka, P. (2017). Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B265-271). Malang:

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling USULAN PERANCANGAN METODE PEMINDAHAN MATERIAL PADA PROSES LOADING SAYURAN BUNCIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA (STUDI KASUS DI PT ABO FARM) 1 Ni Made Yunita Sari Dewi; 2 Rino Andias Anugraha;

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Kesehatan berperan dalam menentukan pembangunan kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang berfokus pada pengabdian kepada kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

Disamping gaya kontak ada juga gaya yang bekerja diantara 2 benda tetapi kedua benda tidak saling bersentuhan secara langsung. Gaya ini bekerja melewa

Disamping gaya kontak ada juga gaya yang bekerja diantara 2 benda tetapi kedua benda tidak saling bersentuhan secara langsung. Gaya ini bekerja melewa Konsep Gaya Gaya Pada waktu kita menarik atau mendorong benda kita mengatakan bahwa kita mengerjakan suatu gaya pada benda tersebut. kita mengasosiasikan gaya dengan gerakan otot atau perubahan bentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... i ii iii iv vi vii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...... I-1

Lebih terperinci

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB 9. 2D BIOMECHANICS BAB 9. 2D BIOMECHANICS Tool ini digunakan untuk memperkirakan kompresi pada low back spinal (jajaran tulang belakang), shear force (gaya geser), momen pada lengan, bahu, L5/ S1, lutut, pergelangan kaki,

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang memproduksi berbagai jenis minuman yang terbuat dari teh, mulai dari teh botol sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun yang merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) (Studi Kasus: Pabrik Roti CV. Aji Kurnia, Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang hendak diteliti, yang disusun berdasarkan latar belakang dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik Dr. Ir. Dayal Gustopo,MT, Ir. Ida Bagus Suardika, MM dan Fuad Kautsar,ST 1) Program Studi Teknik Industri D-III, 2) Program

Lebih terperinci

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik BIOMEKANIKA Definisi Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi ergonomi, yakni penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendukung perkembangan perekonomian kota Medan, pemerintah menyediakan kawasan-kawasan industri dengan manajemen terpadu. Kebijakan pengembangan sektor

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB

TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB ASSESMENT) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat

Lebih terperinci

USULAN PERANCANGAN MATERIAL HANDLING YANG ERGONOMIS BAGI OPERATOR LOADING SAYURAN BUNCIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL (STUDI KASUS DI PT. ABO FARM CIWIDEY) Mohammad Fadli Setiawan; 2 Rino Andias

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu merancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan material secara manual (Manual Material Handling) didefinisikan sebagai pekerjaan penanganan material yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah bahaya dan risiko yang melekat pada pekerjaan. Sjaaf (2006) menyatakan bahwa bahaya dan risiko tersebut akan

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi --- 1 Kata Pengantar Alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena Jurnal Tekinfo (Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diawali dengan mengetahui semua pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Setelan itu, dilakukan pengenalan istilah-istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan dalam menjalankan proses produksi, terutama kegiatan yang bersifat manual. Kegiatan manual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari keluhan LBP dapat menyerang semua orang, baik jenis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI Bernard Sianipar Bina Nusantara University, Jl. Pustaka Kencana 2 Blok U2 No.16 Sektor 12.5 Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, 0812-1897-6330, bernard9nipar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor pekerja masih sangat mempengaruhi tingkat produktivitas suatu sistem produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci