HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 45 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Grobogan memiliki posisi daerah yang terletak di antara BT BT dan di antara 7 LS LS. Dilihat dari tata ruang Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak di antara dua pegunungan Kendeng yang membujur dari arah Barat ke Timur. Kondisi topografi rata-rata adalah datar, terutama di bagian tengah seluas ,7 ha (22,22%) merupakan lahan landai dan agak curam, sedangkan yang berada di sebelah utara dan selatan berupa pegunungan kapur dan perbukitan yang membujur dari Barat ke Timur (Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan). Kabupaten Grobogan yang memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta dataran di bagian tengahnya, secara topografi terbagi ke dalam 3 kelompok yaitu : a. Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan 0 8 meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Gubug, Tegowanu, Godong, Purwodadi, Grobogan sebelah selatan dan Wirosari sebelah Selatan dengan luas keseluruhan 22,22% dari luas wilayah Kabupaten Grobogan. b. Daerah perbukitan berada pada ketinggian antara meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan 8 15 meliputi kecamatan Klambu, Brati, Grobogan sebelah utara, Tawangharjo sebelah utara, Wirosari sebelah utara, Ngaringan, Kedungjati, Tanggungharjo, sebagian kecil wilayah Karangrayung, Penawangan, Toroh, Geyer, Pulokulon, Kradenan dan Gabus, dengan luas 61,72% dari luas wilayah keseluruhan c. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15, meliputi wilayah Kecamatan Kedungjati, commit Tanggungharjo, to user Gubug, Karangrayung, Geyer, 45

2 digilib.uns.ac.id 46 Toroh, Kradenan, Gabus, Klambu, Brati dan sebagian kecil Kecamatan Grobogan, dengan luas sebesar 16,06%. Berdasarkan letak geografis dan reliefnya, Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten yang tiang penyangga perekonomiannya berada pada sektor pertanian dan merupakan daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air bersih. Kabupaten Grobogan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat : Kabupaten Semarang dan Demak. Sebelah Utara : Kabupaten Kudus, Pati dan Blora. Sebelah Timur : Kabupaten Blora. Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi, Sragen, Boyolali dan Semarang. 2. Luas Wilayah Kabupaten Grobogan mempunyai luas 1.975,86 Km² merupakan kabupaten terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Jarak dari utara ke selatan ± 37 Km dan jarak dari barat ke timur ± 83 Km dengan ibukota kabupaten di Purwodadi. Berikut jarak Ibukota Kabupaten Grobogan ke beberapa kota sekitarnya adalah sebagai berikut: a. Purwodadi ke Semarang : ± 64 km b. Purwodadi ke Demak : ± 39 km c. Purwodadi ke Kudus : ± 45 km d. Purwodadi ke Pati : ± 45 km e. Purwodadi ke Blora : ± 64 km f. Purwodadi ke Sragen : ± 64 km g. Puewodadi ke Surakarta : ± 64 km Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 280 desa/kelurahan yang tersebar di 19 kecamatan. Berikut persebaran wilayah Kabupaten Grobogan terlihat dalam tabel 5 berikut :

3 digilib.uns.ac.id 47 Tabel 5. Pembagian Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah No Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Jumlah Dusun Desa/Kel (Km 2 ) 1 Kedungjati ,33 2 Karangrayung ,85 3 Penawangan ,18 4 Toroh ,31 5 Geyer ,19 6 Pulokulon ,65 7 Kradenan ,74 8 Gabus ,38 9 Ngaringan ,72 10 Wirosari ,30 11 Tawangharjo ,60 12 Grobogan ,56 13 Purwodadi ,65 14 Brati ,90 15 Klambu ,56 16 Godong ,78 17 Gubug ,11 18 Tegowanu ,67 19 Tanggungharjo ,64 Jumlah ,86 Sumber : Kabupaten Grobogan, 2012 Berdasarkan Tabel 5. kecamatan dengan luasan wilayah terbesar adalah Kecamatan Geyer, dengan luas 196,19 km 2 (9,9% dari luas wilayah Kabupaten Grobogan), sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Klambu, seluas 46,564 km 2 (2,2% dari luas wilayah Kabupaten Grobogan). Luas wilayah Kabupaten Grobogan sebagaimana pada tabel di atas seluas 1.975,86 km 2 atau ,42 ha dengan tataguna lahan yang terdiri dari :

4 digilib.uns.ac.id 48 Tabel 6. Tataguna Lahan (land Used) Kabupaten Grobogan Jenis penggunaan tanah Luas (Ha) Prosentase Tanah Sawah ,210 32,791 Irigasi teknis ,780 9,310 Irigasi setengah teknis 1.658,000 0,839 Irigasi sederhana ,260 5,369 Tadah hujan ,170 17,273 Tanah bukan sawah ,210 67,209 Bangunan dan halaman ,278 11,969 Tegalan ,865 14,443 Padang gembala 0 0 Tambak/kolam 22,430 0,011 Rawa 0 0 Hutan Negara ,030 34,736 Hutan rakyat 4.443,107 2,249 Perkebunan Negara - - Lain (sungai, jalan, 7.511,500 3,802 kuburan) Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2012 Berdasarkan Tabel 6. Kabupaten Grobogan secara keseluruhan yang mempunyai luas Ha, pemanfaatan lahannya meliputi Ha lahan sawah dan Ha lahan bukan sawah. atau 32,991 % merupakan lahan sawah dan selebihnya 67,009 % merupakan lahan bukan sawah yang terdiri dari pekarangan/bangunan, tegal/kebun, padang/gembala, kolam/empang, hutan negara/hutan rakyat, perkebunan negara/swasta. Dari 32,991 % lahan sawah yang paling banyak penggunaannnya terdapat pada lahan sawah dengan pengairan tadah hujan yaitu 17,787 % sedangkan dari 67,009 % lahan bukan sawah yang paling banyak penggunannya pada hutan negara dan hutan rakyat yaitu Ha atau 36,961 %. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan penggunaan lahan sawah mengalami perubahan dalam penggunaannya, misalnya dari lahan sawah atau pekarangan berubah menjadi tegal/kebun atau perubahan penggunaan yang lainnya. Berdasarkan perbandingan antara lahan sawah 32,991 % dan lahan bukan sawah 67,009 % dapat diartikan bahwa masyarakat di Kabupaten Grobogan masih banyak menggantungkan hidupnya dengan bekerja di sektor pertanian.

5 digilib.uns.ac.id 49 Adapun kawasan lindung di wilayah Kabupaten Grobogan terdiri dari: a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya, meliputi: 1) Kawasan yang mempunyai kelerengan di atas 40%, berada di Kecamatan Grobogan, Brati, Tawangharjo dan Wirosari dengan luas kawasan 448,50 ha. 2) Kawasan resapan air yang berada di 30 desa yang tersebar di Kecamatan Tanggungharjo, Kedungjati, Karangrayung, Penawangan, Toroh, Geyer, Pulokulon, Kradenan, Gabus, Klambu dan Grobogan. b. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi : kawasan Sempadan Sungai seluas ha, Kawasan Sempadan Waduk (Waduk Gambrengan, Sanggeh, Butak, Simo, Nglangon, Kenteng) dengan luas total 149 ha, serta Kawasan Sempadan Mata Air dengan luas total ha. c. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya, yang meliputi: kawasan Bledug Kuwu seluas 168,75 ha, kawasan Mrapen seluas 12,56 ha, Kawasan Makam Ki Ageng Tarub seluas 12,56 ha, Kawasan Makam Ki Ageng Selo seluas 12,56 ha, kawasan Gua Lawa dan Gua Macan seluas 12,56 ha, dan Kawasan Gua Urang seluas 12,56 ha. 3. Iklim Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Program Kehutanan tentang iklim di Kabupaten Grobogan yang terletak di antara Daerah Pantai Utara bagian timur dan daerah Bengawan Solo Hulu mempunyai tipe iklim D yang bersifat 1 s/d 6 bulan kering dan 1 s/d 6 bulan basah dengan suhu minimum 26 0 C. Rata-rata hari hujan tahun 2012 sebanyak 148 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2012 tercatat sebanyak 1782 mm/tahun. Dengan kondisi iklim tersebut daerah Grobogan termasuk daerah beriklim kering dengan curah hujan sedang sehingga cocok untuk dikembangkan tanaman tembakau.

6 digilib.uns.ac.id Keadaan Penduduk a. Jumlah dan Komposisi Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi. Berikut ini adalah perkembangan jumlah penduduk di kabupaten Grobogan tahun : Tabel 7. Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun No Tahun Jenis Kelamin Pertumbuhan Jumlah Perub. Laki-Laki Perempuan % , , , , ,71 Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2012 Penduduk Kabupaten Grobogan terus mengalami pertumbuhan, dari tahun 2008 sebanyak jiwa, dengan pertumbuhan sebesar 0,53% sampai dengan akhir tahun 2012 menjadi sebesar jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Grobogan selama 5 tahun terjadi penambahan jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 0,66%. Tabel 8. Beberapa Indikator Kependudukan Kabupaten Grobogan Tahun 2012 Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2012 Kabupaten Grobogan jiwa jiwa jiwa Indikator Jumlah Penduduk 1. Laki-laki 2. Perempuan Rasio Jenis Kelamin 98 Penduduk Menurut Kelompok Umur tahun tahun tahun jiwa jiwa jiwa Angka Beban Tanggungan 46,11

7 digilib.uns.ac.id 51 Tabel 8 menunjukkan dari segi sex rasio, jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan lebih besar jenis kelamin Perempuan. Dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa, maka sex rasio penduduk mencapai 98, yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 98 jiwa penduduk laki-laki. Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk adalah kelompok usia produktif (usia tahun), karena mencapai jiwa atau 68,4 %, kemudian kelompok anak anak (usia 0 15 tahun) mencapai jiwa atau 22,6% dan kelompok lanjut usia (usia 65 tahun ke atas) mencapai jiwa atau 9,0%. Sedangkan rasio ketergantungan total adalah 46,11, artinya setiap 100 orang berusia produktif di Kabupaten Grobogan menanggung 46 orang yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2012, penduduk usia kerja Kabupaten Grobogan dibebani tanggung jawab terhadap penduduk usia muda lebih banyak daripada usia tua. a. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dan luas daerah yang di diami, karena itu kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduknya. Sejalan dengan kenaikan penduduk maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun ( ) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2012 tercatat sebesar 725 jiwa setiap kilometer persegi. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan. Kepadatan penduduk di kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih merupakan daerah pedesaan. Karakteristik daerah tempat tinggal juga mempengaruhi jenis pekerjaan utama yang dilakukan penduduk setempat. Besarnya

8 digilib.uns.ac.id 52 penyerapan tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, yang hasilnya akan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan penduduk. b. Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari penduduk usia produktif (umur 15 thn 65 thn) yang masuk kategori angkatan kerja. Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan Umur 15 Tahun keatas Menurut Mata Pencaharian Tahun No Lapangan Pekerjaan Tenaga Kerja * 2011* 2012** 1 Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya TOTAL Sumber : BPS Grobogan tahun 2012 * : Angka Revisi **: Angka Sementara Penduduk Kabupaten Grobogan, sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, karena itu sesuai commit potensi to user daerah yang ada pada lingkungan

9 digilib.uns.ac.id 53 sekitar maka mata pencaharian penduduk Kabupaten Grobogan sebagian besar bekerja dibidang pertanian, baik sebagai buruh tani atau petani penggarap. Sedangkan sebagian lainnya bekerja sebagai pegawai, pedagang, dan lain lain. B. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Respon Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan ini menggunakan data time series selama 17 tahun, yaitu pada tahun Penawaran tembakau dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model Nerlove yang telah disesuaikan, sehingga didapatkan penawaran tembakau sebagai variabel tak bebas (dependent) yang diukur dari produksi tembakau pada daerah penelitian. Sebagai variabel bebas (independent) yaitu harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau pada tahun t, rata-rata curah hujan pada tahun t, dan luas panen jagung pada tahun t. Penggunaan model Nerlove ini dikarenakan adanya time lag dalam komoditas tembakau yang bersifat musiman menyebabkan dalam jangka pendek petani belum mampu melakukan pengaturan dan penyesuaian kembali dalam penyaluran faktor-faktor produksi yang dimilikinya seperti lahan untuk mengusahakan tembakau. Penggunaan lahan untuk mengusahakan tembakau tidak dapat dirubah secara cepat untuk merespon kenaikan atau penurunan harga tembakau di pasaran. 1. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan a. Harga Tembakau Perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun ada beberapa tahun yang mengalami penurunan harga dari tahun sebelumnya. Perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan ditunjukkan oleh tabel berikut :

10 digilib.uns.ac.id 54 Tabel 10. Harga Tembakau di Kabupaten Grobogan tahun Tahun Harga Tembakau Perkembangan IHK Berlaku(Rp) Konstan(Rp) Rp % , , ,00 0,00 0, , , , ,02 56, , , ,00 479,49 9, , , ,00 482,71 9, , , , ,23 157, , , ,00-755,48-5, , , , ,90-13, , , ,00 710,15 5, , , , ,92 54, , , , ,24-25, , , , ,62-13, , , ,00-398,23-3, , , , ,42 68, , , ,00-987,11-4, , , , ,29 16, , , ,00 73,52 0, , , , ,88 6,79 Jumlah 2.016, , , ,03 319,63 Rata-Rata 118, , , ,94 18,80 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Tabel 10 menunjukkan bahwa harga tembakau cenderung meningkat. Kenaikan harga tembakau yang terjadi cukup besar. Tingkat harga tembakau yang digunakan dalam analisis merupakan harga yang sudah dideflasikan yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Di dalam pendeflasian tersebut digunakan indeks harga konsumen dengan tahun Perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata harga tembakau sebelum terdeflasi yaitu sebesar Rp ,42. Sedangkan rata-rata harga tembakau setelah terdeflasi yaitu sebesar Rp ,69. Harga tembakau setelah terdeflasi tertinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp ,00 dan harga tembakau setelah terdeflasi terendah pada tahun 1996 sebesar Rp 3.119,00. Perkembangan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahaun 2000 sebesar Rp 9174,23.

11 digilib.uns.ac.id 55 60,000 50,000 40,000 Perkembangan Harga Tembakau tahun Harga 30,000 20,000 10,000 Harga Tembakau Berlaku Harga Tembakau Konstan - Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun Gambar 10 menunjukkan perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun cenderung meningkat. Harga tembakau di Kabupaten Grobogan sebelum terdeflasi berkisar antara Rp ,00 Rp ,00 per kilogram. Sedangkan harga tembakau setelah terdeflasi berkisar antara Rp 3.119,00 - Rp ,00 perkilogram. Kenaikan harga tertinggi baik pada harga sebelum terdeflasi maupun setelah terdeflasi, terjadi pada tahun 2000 sebesar Rp 9.174,23 serta mengalami penurunan harga tertinggi pada tahun 2005 sebesar Rp 5.097,24. b. Jumlah Produksi Tembakau Tahun Jumlah produksi merupakan faktor yang penting dalam penawaran. Hal ini dikarenakan jumlah produk merupakan jumlah yang akan ditawarkan kepada konsumen. Produksi tembakau di Kabupaten Grobogan pada tahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

12 digilib.uns.ac.id 56 Tabel 11. Produksi tembakau Kabupaten Grobogan tahun Tahun Jumlah Produksi Perkembangan Tembakau (kg) Kg % Jumlah Rata-Rata Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Grobogan, Rata-rata produksi tembakau di Kabupaten Grobogan yaitu sebesar ,212 ton. Produksi tembakau terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 775,49 ton. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut jumlah areal yang dipanen tembakau yang sedikit dan banyak panenan tembakau yang kurang berproduksi maksimal. Produksi tembakau tertinggi yaitu pada tahun 1996 yaitu sebesar ,00 ton. Dimana pada tahun tersebut banyak petani yang menanam tembakau dari pada tahun sekarang

13 digilib.uns.ac.id 57 70,000,000 60,000,000 50,000,000 Jumlah Produksi Tembakau (kg) Produksi 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 - Jumlah Produksi Tembakau (kg) Tahun Gambar 11. Grafik Perkembangan Produksi Tembakau di Kabupaten Grobogan tahun Gambar 11 menunjukkan bahwa produksi tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun cenderung menurun. Menurunnya ini dapat disebabkan karena produsen banyak yang beralih ke komuditas lain seperti jagung dan sulitnya memperkirakan musim tanam tembakau yang sesuai sehingga banyak tanaman tembakau yang tidak dapat mengalami panen maksimal. Oleh sebab itu produksi tembakau di Kabupaten Grobogan tiap tahun mengalami menurun. c. Luas Areal Panen Tembakau Luas areal panen tembakau merupakan faktor yang menentukan jumlah produksi tembakau yang dihasilkan oleh petani. Perkembangan luas areal panen tembakau dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

14 digilib.uns.ac.id 58 Tabel 12. Perkembangan Luas Panen Tembakau Tahun Luas Lahan (ha) Perkembangan Ha % ,00 0, , ,00-34, , ,00-32, , ,00-44, , ,00 65, ,48-244,52-6, ,50 323,02 8, , ,50 32, , ,00-51, ,28-675,72-26, ,00-845,28-44, , ,50 171, , ,50 83, , ,54-67, ,00-723,46-42, ,00 26,00 2, ,00-64,00-6,32 Jumlah , ,00 9,22 Rata-rata 3.414,25-508,94 0,54 Sumber : Dinas Perkebuan Kabupaten Grobogan, Tabel 12 menunjukkan bahwa luas areal panen tembakau di Kabupaten Grobogan mengalami penurunan dari tahun ke tahunnya, dimana luas areal panen terbesar yaitu pada tahun 1996 sebesar 9600 ha, sedangkan luas panen tembakau terkecil yaitu pada tahun 2012 yaitu sebesar 948 ha. Apabila data tersebut digambarkan secara grafik, akan diperoleh gambar sebagai berikut.

15 digilib.uns.ac.id 59 Perkembangan Luas Tanam Tembakau (ha) 12,000 10,000 Luas tanam 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Luas Lahan (ha) Tahun Gambar 12. Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Tembakau tahun Gambar 12 menunjukkan bahwa luas areal panen tembakau di Kabupaten Grobogan memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena lahan yang digunakan untuk menanam tembakau juga dialih fungsikan ketanaman lain, yaitu jagung. Akibatnya luas areal panen untuk tembakau mengalami penurunan. Hal ini berdampak pada penawaran tembakau, dimana ketika luas areal panen tembakau menurun, maka penawaran tembakau juga menurun. d. Rata-rata Curah Hujan Curah hujan berpengaruh terhadap produksi tembakau. Tembakau merupakan tanaman yang tidak banyak memerlukan air untuk pertumbuhannya. Walaupun demikian, tanaman tembakau sangat peka terhadap perubahan curah hujan yang terjadi selama masa pertumbuhannya. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Grobogan dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

16 digilib.uns.ac.id 60 Tabel 13. Curah Hujan Kabupaten Grobogan Tahun Tahun Curah Hujan Rata-rata Sumber : BPS Kabupaten Grobogan Curah hujan terendah di Kabupaten Grobogan terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar 1081 mm pertahun. Rendahnya curah hujan pada tahun tersebut tersebut terjadi karena adanya musim kemarau berkepanjangan. Sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar mm pertahun. 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Curah Hujan Curah Hujan Gambar 13. Grafik Perkembangan Curah Hujan di Kabupaten Grobogan dari tahun

17 digilib.uns.ac.id 61 Grafik rata-rata curah hujan yang terlihat pada gambar menunjukkan bahwa curah hujan di Kabupaten Grobogan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Akan tetapi dapat dilihat pada tahun curah hujan cenderung menurun paling rendah dan tahun tahun curah hujan meningkat dan paling tinggi ketimbang tahuntahun yang lainnnya. Hal ini diakibatkan adanya dua musim di Indonesia, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan yang tidak terlalu tinggi sangat mendukung pertumbuhan tanaman tembakau. Selama pertumbuhannya, tanaman tembakau tidak banyak membutuhkan air. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata mm/tahun e. Luas Areal Panen Jagung Penentuan tanaman jagung sebagai komoditas subtitusi dari tanaman tembakau didasarkan pada kondisi lokasi daerah penelitian dimana tanaman jagung juga banyak dibudidayakan dan tanaman tembakau membutuhkan syarat tumbuh yang hampir sama dengan tanaman jagung. Pada lokasi penelitian masyarakat sekitar ditemukan jika masyarakat tidak menanam tanaman tembakau pada lahan miliknya, maka masyarakat tersebut memilih komoditas lain untuk ditanam pada lahan miliknya. Komuditas lain tersebut adalah tanaman jagung. Perkembangan luas panen jagung di Kabupaten Grobogan selama tahun dapat dilihat sebagai berikut :

18 digilib.uns.ac.id 62 Tabel 14. Perkembangan Luas Panen Jagung di Kabupaten Grobogan tahun Tahun Luas Panen Jagung (Ha) Perkembangan Ha % , , ,00-35, , ,00 64, , ,00-25, , ,00 31, , ,00-5, , ,00-35, , ,00 68, , ,00-15, , ,00 27, , ,00-28, , ,00 22, , ,00 26, ,00-835,00-0, , ,00-0, , ,00-31, , ,00 11,05 Jumlah , ,00 74,75 Rata-Rata ,06-144,00 4,40 Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, Tabel 14 menujukkan luas panen jagung di Kabupaten Grobogan. Perkembangan dari tahun ke tahun sangatlah fluktuatif. Luas panen jagung tertinggi terjadi pada tahun 2008 yakni ha dan luas panen jagung terendah pada tahun 1997 yakni ha. Peningkatan luas tanam tembakau teradi pada tahun 2003 yakni ha dan penurunan areal tanam tanam terendah terjadi pada tahun 2011 yakni ha.

19 digilib.uns.ac.id , , Perkembangan Luas Tanam Jagung (Ha) Luas tanam 100, , , , Luas Tanam Jagung (Ha) 20, Tahun Gambar 14. Grafik Perkembangan Luas Panen Jagung di Kabupaten Grobogan tahun Selama kurun waktu mulai tahun , luas panen jagung mengalami perubahan yang fluktuatif. Peningkatan luas panen jagung tertinggi terjadi pada tahun 1998 dan mengalami penurunan luas panen terendah terjadi pada tahun Respon Penawaran Tembakau Penelitian tentang analisis respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan ini dilakukan dengan menggunakan model penyesuaian dinamis dari Nerlove. Penelitian ini menggunakan data time series selama kurun waktu 17 tahun. Dalam penelitian ini variabel yang diduga berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan adalah harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun t, rata-rata curah hujan pada tahun t serta luas areal panen jagung pada tahun t.

20 digilib.uns.ac.id 64 Tabel 15. Rekapitulasi Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian Tahun Hasil Penelitian Qt Pt -1 A t Q t-1 W t Act , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 986, , , , , , , , , ,00 948, , ,00 Sumber : Analisis Data Sekunder Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut: LnQt = ,576 lnp t-1 0,002 lna t + 0,900 lnq t-1 + 1,349 lnw t 0,107 lnact Keterangan : Q t P t-1 Q t-1 A t W t Act : respon penawaran tembakau pada tahun t (kg) : harga tembakau pada tahun sebelumnya (Rp/kg) : jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya (kg) : luas areal panen tembakau pada tahun t (Ha) : rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/tahun) : luas areal panen jagung pada tahun t (Ha) a. Pengujian Model 1) Koefisien determinasi (R 2 ) Besarnya nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui berapa besar proporsi sumbangan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebasnya. Berdasarkan analisis

21 digilib.uns.ac.id 65 data diperoleh nilai Adjusted R 2 sebesar 0,880. Hal ini berarti 88,0 persen respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga tembakau pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan pada tahun t, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau pada tahun sebelumnya, dan luas panen jagung pada tahun t, sedangkan sisanya sebesar 12,0 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan antara lain harga input, tingkat teknologi yang digunakan oleh petani dan jumlah petani yang membudidayakan tembakau. 2) Uji F Uji F (F-test) digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Hasil analisis uji F dapat di lihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis Varian Faktor-Faktor yang Bepengaruh terhadap Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression *** Residual Total Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Keterangan: * : signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% *** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99% Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut signifikan pada tingkat kepercayaan 99% sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa commit variabel-variabel to user yang diamati yaitu harga

22 digilib.uns.ac.id 66 tembakau pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan pada tahun t, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau pada tahun sebelumnya, dan luas panen jagung pada tahun t secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. 3) Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel penduga terhadap respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Hasil analisis dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 17. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Model Koefisien Regresi Sig Harga Tembakau pada tahun sebelumnya (P t-1 ) -0,576 0,044** Jumlah Produksi Tembakau pada tahun sebelumnya (Q t-1 ) 0,9 0,001** Luas panen Tembakau tahun t (A t ) -0,002 0,994 ns Curah hujan pada tahun t (Wt) 1,349 0,034** Luas panen Jagung pada tahun t (Act) 0,107 0,894 ns Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Keterangan: ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% ns : tidak signifikan Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui hasil uji t menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan diperoleh 3 dari 5 variabel bebas yang digunakan dalam model secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan bahwa harga tembakau pada tahun sebelumnya, curah hujan pada tahun t, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan pada tingkat kepercayaan 95%, dan untuk luas panen tembakau pada tahun

23 digilib.uns.ac.id 67 t serta luas panen jagung pada tahun t tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. b. Pengujian Asumsi Klasik Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik maka dilakukan pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas. 1) Multikolinearitas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas, sehingga untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam model digunakan nilai perason correlation dalam matrix correlation. Nilai pearson correlation yang ditunjukkan pada hasil analisis data yang terdapat di Lampiran 10 diketahui bahwa korelasi antar variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas yang mempengaruhi penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. 2) Autokorelasi Uji terhadap autokorelasi digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model regresi digunakan angka D-W (Durbin-Watson). Berdasarkan analisis data yang terdapat di Lampiran diketahui bahwa nilai D-W sebesar Kriteria pengujian yang digunakan (Gujarati, 1995) adalah : d < 0,779 = menolak Ho, terjadi autokorelasi positif d > 3,221 = menolak Ho, terjadi autokorelasi negatif 1,900 < d < 2,100 = Terima Ho, tidak terjadi autokorelasi 0,779 d 1,900 = tidak dapat disimpulkan 2,100 < d < 3,221 = tidak dapat disimpulkan

24 digilib.uns.ac.id 68 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dalam model, sehingga tidak mengalami autokorelasi karena nilai tersebut diantara ) Heteroskedastisitas Scatterplot digunakan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil analsis data yang terdapat di lampiran 12, diketahui bahwa pada grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 dan sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam memprediksi penawaran tembakau berdasarkan masukan variabel independennya. Kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau terjadi homoskedastisitas. 3. Variabel yang Paling Berpengaruh Koefisien regresi parsial menunjukan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Semakin besar nilai koefisien regresi parsial, maka semakin besar pula pengaruh variabel bebas tersebut terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Hasil analisis ditampilkan pada tabel 18. Tabel 18. Nilai Koefisien Regresi Parsial Tiap Variabel yang Mempengaruhi Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Variabel Koefisien Regresi Parsial Peringkat Q t-1 0,803 1 P t-1-0,779 2 Wt -0,115 3 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Keterangan : Q t-1 = Produksi tembakau pada tahun sebelumnya (kg) P t-1 = Harga tembakau pada Tahun sebelumnya (Rp/kg) W t = Curah hujan pada tahun t (mm/thn)

25 digilib.uns.ac.id 69 Tabel 18 menunjukkan bahwa korelasi variabel produksi tembakau tahun sebelumnya dengan penawaran tembakau memiliki nilai 0,803 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang kuat dengan hubungan positif. Dimana setiap penambahan 1 satuan produksi tembakau tahun sebelumnya akan menaikan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 0,803 satuan. Selanjutnya terdapat variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya menunjukkan bahwa korelasi dengan penawaran tembakau memiliki nilai tertinggi nomer 2 yaitu sebesar -0,779. Hubungan antara penawaran tembakau dengan variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya ketika variabel bebas lainnya konstan memiliki hubungan yang kuat. Hubungan negatif menunjukkan bahwa pengaruh yang dimana setiap penambahan 1 satuan harga tembakau pada tahun sebelumnya tembakau di Kabupaten Grobogan akan menurunkan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 0,779 satuan. Hubungan antara penawaran tembakau dengan variabel curah hujan pada tahun t ketika variabel bebas lainnya konstan adalah hubungan sangat lemah. Hal ini berarti bahwa variabel curah hujan pada tahun t memberikan pengaruh paling kecil dibandingkan dengan variabel lain yang digunakan dalam model. Produksi tembakau tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi parsial nomer 3 yaitu sebesar 0,053. Hasil ini menunjukkan hubungan antara penawaran tembakau dengan variabel produksi tembakau sebelumnya memiliki hubungan yang sangat lemah. Nilai koefisien regresi parsial sebesar 0,053 satuan menunjukan bahwa pengaruh yang diberikan positif. 4. Elastisitas Penawaran Elatisitas yang dikaji dalam penelitian ini yaitu elatisitas jangka pendek dan elatististas jangka panjang. Penawaran dikatakan elastis jika para penjual dapat segera menambah jumlah barang yang ditawarkan pada saat harga naik. Sedangkan penawaran yang inelastis adalah ketika

26 digilib.uns.ac.id 70 kenaikan harga tidak dapat segera diikuti dengan bertambahnya jumlah barang yang akan dijual (Gilarso, 2003). Elastisitas penawaran adalah presentase perubahan penawaran akibat adanya perubahan faktor-faktor yang berpengaruh. Nilai elastisitas variabel yang berpengaruh signifikan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Elastisitas Penawaran Tembakau dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Grobogan Variabel Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Q t-1 0,900 9,000 P t-1 0,576 5,760 Wt 1,349 13,490 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa elastisitas penawaran tembakau terhadap perubahan produksi tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis (E<1) dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang bersifat elastis (E>1) Artinya perubahan variabel tersebut kurang berpengaruh pada perubahan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dalam jangka pendek dan akan sangat berpengaruh terhadap penawaran tembakau jangka panjang. Berdasarkan tabel 19 elastisitas penawaran tembakau terhadap perubahan harga tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis baik jangka pendek yang ditunjukkan nilai elastisitas kurang dari 1 (E<1) sedangkan bersifat elastis pada jangka panjang dengan nilai elastisitas lebih dari 1 (E>1). Artinya perubahan variabel tersebut kurang berpengaruh pada perubahan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan pada jangka pendek dan berpengaruh terhadap perubahan pada penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan pada jangka panjang. Sedangkan nilai elastisitas curah hujan pada saat panen tembakau bersifat elastis baik jangka pendek maupun jangka panjang yang ditunjukkan dengan nilai elastisitas lebih dari 1 (E>1). Artinya perubahan variabelvariabel tersebut sangat berpengaruh pada perubahan penawaran

27 digilib.uns.ac.id 71 tembakau di Kabupaten Grobogan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. C. Pembahasan a. Respon Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Respon penawaran didefinisikan sebagai perubahan perilaku petani dalam menyikapi perubahan berbagai faktor yang mempengaruhi penawaran. Secara lebih spesifik, respon penawaran tembakau menunjukkan perilaku produsen tembakau dalam menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi pada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian Respon Penawan Tembakau di Kabupaten Grobogan yang menggunakan data time series dari tahun (17 tahun), menunjukkan bahwa semua variabel yang diamati yaitu harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau tahun pada tahun yang bersangkutan, curah hujan pada tahun yang bersangkutan serta luas areal panen jagung pada tahun bersangkutan berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti perubahan pada keseluruhan variabel tersebut, penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan akan mengalami perubahan. Selain itu diperkuat dan dibuktikan berdasarkan uji R 2 sebesar 88,0 penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan oleh variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun yang bersangkutan, curah hujan pada tahun bersangkutan serta luas areal panen jagung pada tahun bersangkutan. Hasil uji-t secara individual terkait pengaruh variabel-variabel bebas terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan didapat tiga dari lima variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan yaitu jumlah produksi tembakau tahun sebelumnya, harga tembakau pada tahun sebelumnya serta curah hujan pada tahun t. Adapun hasil uji signifikansi variabel bebas terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan commit dapat to user dijabarkan sebagai berikut :

28 digilib.uns.ac.id Produksi Tembakau Tahun Sebelumnya Berdasarkan hasil analisis uji t, variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,001 dengan demikian maka nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05) yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya berpengaruh nyata secara individu terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Respon penawaran tembakau akibat perubahan variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya bernilai positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,9. Artinya produksi tembakau tahun sebelumnya memberikan pengaruh secara positif terhadap perubahan penawaran tembakau. Setiap kenaikan produksi tembakau tahun sebelumnya sebesar 1 satuan maka penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan akan meningkat sebesar 0,9 satuan kg tembakau. Produksi tembakau pada tahun sebelumnya akan mempengaruhi penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dikarenakan akan memotivasi petani untuk menanam tembakau kembali berdasarkan keberhasilan hasil panen pada tahun sebelumnya. 2. Harga Tembakau pada tahun sebelumnya Berdasarkan hasil analisis uji t, variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,044 dengan demikian maka nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 5% (0,044 < 0,05) yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya berpengaruh nyata secara individu terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Respon penawaran tembakau akibat perubahan harga tembakau pada tahun sebelumnya bernilai negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,576. Artinya harga tembakau tahun sebelumnya memberikan pengaruh secara negatif terhadap perubahan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Setiap kenaikan harga tembakau sebesar 1 satuan akan

29 digilib.uns.ac.id 73 menurunkan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 0,576 satuan rupiah Naiknya harga tembakau akan mempengaruhi seberapa besar jumlah tembakau yang ditawarkan di Kabupaten Grobogan, disini dilihat terjadi terjadi penyimpangan terhadap teori ekonomi. Hubungan yang negatif tersebut diduga karena adanya perubahan perilaku menyimpang pada pasar, Peraturan Pemerintah tentang pengendalian tembakau, Rancangan Undang-Undang tembakau, serta adanya larangan tentang bahaya akan produk dari tembakau bagi kesehatan yang gencar dilakukan pemerintah menimbulkan penurunan penawaran akan tembakau. Perubahan harga tembakau bisa juga dikarenakan lemahnya perencanaan yang dilakukan oleh petani, dimana perencanaan dalam usahatani merupakan kegiatan awal yang dilakukan petani sebelum melakukan usahatani tembakau. Dalam perencanaan, petani secara tradisional akan mengikuti apa yang menjadi trend di pasar dari komoditi pertanian yang memberikan hasil yang tinggi dan memiliki harga tinggi, sehingga harga menjadi patokan utama untuk merencanakan usahatani yang akan dilaksanakan (Endang, 2013). 3. Curah Hujan Pada Tahun t Berdasarkan hasil analisis uji t, variabel curah hujan pada tahun t menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,034 dengan demikian maka nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 5% (0,34 < 0,05) yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya variabel curah hujan pada tahun t berpengaruh nyata secara individu terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Respon penawaran tembakau sebagai akibat dari perubahan curah hujan pada tahun t bernilai positif dengan nilai koefisien sebesar 1,349. Artinya curah hujan memberikan pengaruh secara positif terhadap perubahan penawaran tembakau. Setiap kenaikan curah hujan 1 satuan mm pertahun akan meningkatkan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 1,349 satuan mm pertahun.

30 digilib.uns.ac.id 74 Hal ini dikarenakan curah hujan curah hujan rata-rata pertahun di Kabupaten Grobogan setiap tahunnya kurang dari 2000 mm pertahun. Sehingga kenaikan curah hujan akan berpengaruh positif terhadap penawaran tembakau. Menurut Dinas Perkebunan (2013) untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata mm/tahun. b. Variabel yang Paling Berpengaruh Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan adalah variabel curah hujan pada tahun t. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi parsial curah hujan pada tahun t paling besar diantara variabelvariabel yang lain, yaitu dengan nilai sebesar 0,660 dengan hubungan positif. Hal ini berarti bahwa variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya memberikan pengaruh paling besar dibandingkan dengan variabel lain yang digunakan dalam model. Hubungan positif antara penawaran tembakau dengan variabel curah hujan menjelaskan bahwa bila terjadi kenaikan curah hujan pada tahun t, maka penawaran tembakau akan turut meningkat. Hal ini dikarenakan produksi tembakau pada tahun sebelumnya memberikan gambaran akan perkiraan musim hujan yang pas untuk bercocok tanam tembakau untuk tahun depan.. c. Elastisitas Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Elastisitas penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan terhadap produksi tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis pada jangka pendek bernilai 0,900 yang artinya setiap perubahan variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 0,900%. Pada jangka panjang nilai elastisitas tembakau terhadap luas areal panen tembakau pada tahun sebelumnya bersifat elastis yakni 9,000, yang artinya bahwa setiap perubahan variabel harga tembakau pada sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah commit penawaran to user tembakau sebesar 9 %.

31 digilib.uns.ac.id 75 Elastisitas penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan terhadap harga tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis pada jangka pendek bernilai 0,576 yang artinya setiap perubahan variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 0,576%. Pada jangka panjang nilai elastisitas tembakau terhadap harga tahun sebelumnya bersifat elastis yakni 5,760, yang artinya bahwa setiap perubahan variabel harga tembakau pada sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 5,760%. Elastisitas penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan terhadap curah hujan pada tahun t memiliki nilai elastisitas lebih dari satu pada jangka pendek yaitu 1,349 maupun jangka panjang yaitu 13,490 yang berarti bersifat elastis. Nilai elastisitas tersebut dapat diartikan bahwa setiap perubahan variabel curah hujan sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 1,349% pada jangka pendek dan 13,490% pada jangka panjang. Banyaknya curah hujan sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan menanam tembakau dimana panenan tembakau itu sendiri tidak membutuhkan banyak air selama proses budidayanya. Menurut Kartasapoetra (1988), penyebab inelastisnya penawaran produk pertanian adalah : 1. Produk pertanian dihasilkan secara musiman 2. Kapasitas usaha produksinya cenderung mencapai tingkatan yang tinggi, tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan 3. Panenan terhadap panenan yang dibudidayakan memerlukan cukup waktu yaitu sampai musim panen tiba. Adanya time lag dalam komoditas tembakau yang bersifat musiman menyebabkan dalam jangka pendek petani belum mampu melakukan pengaturan dan penyesuaian kembali dalam penyaluran faktorfaktor produksi yang dimilikinya seperti penggunaan lahan untuk mengusahakan tembakau. commit Penggunaan to user lahan untuk mengusahakan

32 digilib.uns.ac.id 76 tembakau tidak dapat dirubah secara cepat untuk merespon kenaikan atau penurunan harga tembakau di pasaran. Petani tidak mungkin akan meningkatkan luas areal panen tembakau secara cepat ketika mereka mengetahui bahwa harga tembakau pada tahun ini tinggi. Mereka baru dapat melakukan penyesuaian terhadap penggunaan lahannya ketika tembakau yang sedang dipanen saat ini telah panen. Kenaikan luas areal panen ini lebih kecil daripada peningkatan luas areal panen pada tahun sebelumnya karena petani tembakau di Kabupaten Grobogan tidak dapat menambah input lahan untuk meningkatkan areal panen tembakau. Petani tembakau harus menunggu sampai tembakau yang dipanen saat ini panen. Nilai elastisitas jangka panjang lebih elastis daripada elastisitas jangka pendek. Hal ini dikarenakan dalam jangka panjang, petani mempunyai cukup waktu untuk menambah atau mengurangi penggunaan faktor-faktor produksi yang akan menambah atau mengurangi kapasitas produksi sesuai dengan kenaikan dan penurunan permintaan yang terjadi di pasar. Di Kabupaten Grobogan, penyesuaian terhadap faktor-faktor produksi dalam jangka panjang berupa peningkatan areal panen tembakau sebagai respon dari peningkatan areal panen tembakau pada tahun sebelumnya. Dalam jangka panjang, petani tembakau di Kabupaten Grobogan memiliki cukup waktu untuk menunggu sampai tembakau yang dipanen saat ini panen, sehingga lebih banyak lahan yang dapat digunakan untuk mengusahakan tembakau.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Dilihat dari peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak diantara dua pegunungan kendeng yang membujur dari arah ke timur dan berada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak Penelitian ini diakukan di Kabupaten Grobogan yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Dilihat dari Peta Provinsi Jawa Tengah,

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi, karena dalam penelitian ini menggunakan dua variabel. Metode eksplanasi

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BPS KABUPATEN GROBOGAN BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/12/ Th. I, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 209.271 RUMAH TANGGA, TURUN 18,38

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO Vica Tri Ariyani, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1. Kondisi Umum Daerah Kabupaten Grobogan secara geografis terletak di antara 110 15 BT - 111 25 BT dan di antara 7 LS - 7 30 LS.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan ialah metode penelitian eksplanatoris. Penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang bersifat noneksploratif,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

BAB II 0 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II 0 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II 0 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 0.1 Profil Daerah Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan 1. Kondisi Geografis Wilayah Kecamatan Penawangan terletak antara (07 03 31 LS dan 110 50 41 BT). Desa Penawangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Subyek penelitian Penelitian ini tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/kota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 40 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Bedono merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang terletak pada posisi 6 0 54 38,6-6 0 55 54,4

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S -- BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Letak dan Luas Wilayah Jawa Tengah terletak di antara 108 30 B.T -- 111 30 B.T dan 6 30 L.S -- 8 30 L.S. Propinsi ini terletak di

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Grobogan Tahun 2015 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Grobogan Tahun 2015 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan karunia-nya, kami dapat menyajikan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun 2015,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Semarang 1. Keadaan Alam a. Letak Geografis Penelitian ini dlakukan di Kabupeten Semarang dimana Kabupaten Semarang adalah salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Nomor

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, serta tidak lepas dari pengaruh angin muson barat maupun angin muson timur. Dalam kondisi normal, angin muson barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 96 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Dalam bab ini, akan dipaparkan secara umum tentang 14 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah penelitian ini. Kabupaten dan kota tersebut adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN SEMANGKA (Citrullus Vulgaris) DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS PENAWARAN SEMANGKA (Citrullus Vulgaris) DI KABUPATEN SRAGEN ANALISIS PENAWARAN SEMANGKA (Citrullus Vulgaris) DI KABUPATEN SRAGEN Maryani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH KODE : Sosial Humaniora ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH Zaenul Laily 1*, Wahyu Dyah Prastiwi 2 dan Hery Setiyawan 3 1 2 3 Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Development Goals (MDGs), pencapaian kesepakatan Pendidikan Untuk BAB I PENDAHULUAN

Development Goals (MDGs), pencapaian kesepakatan Pendidikan Untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Grobogan Tahun 2011 2016, dinyatakan bahwa tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Palembang Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai 3 5 Lintang Selatan dan 104 52 Bujur Timur dengan ketinggian

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti jumlah data, rata-rata, nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

pemerintah KABUPATEN GROBOGAN

pemerintah KABUPATEN GROBOGAN pemerintah KABUPATEN GROBOGAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2014 BAGIAN ORGANISASI DAN PENDAYAGUNAAN APARATUR SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN GROBOGAN PURWODADI 2015 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kecamatan Johan Pahlawan terletak antara 04 1 0 lintang utara serta antara 96 04 0 dan 96 09 0 bujur timur dengan luas 44,91 km².

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar pada perekonomian negara Indonesia. Salah satu andalan perkebunan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendapatan margin pembiayaan murabahah dan pendapatan bagi hasil pembiayaan mudharabah terhadap NPM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Sampel dan Data Penelitian ini menggunakan 30 data, sampel yang diamati selama 15 tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Data yang diambil

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2010:2) mengemukakan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah dan Harga Emas Dunia terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Dalam analisis statistik obyek penelitian pada sub bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil perhitungan nilai minimum, nilai maksimum, ratarata

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian (Sugiyono,2002). Sehingga penelitian ini mengambil obyek

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian (Sugiyono,2002). Sehingga penelitian ini mengambil obyek 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pemusatan pada kegiatan penelitian atau dengan kata lain segala sesuatu yang menjadi sasaran penelitian (Sugiyono,2002).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Pendapatan Bunga Tabel 4.1 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Perkembangan Pendapatan Bunga Tahun 2007 2011 (dalam jutaan) Tahun Pendapatan Bunga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Lampung, Disperindag Provinsi Lampung, jurnal-jurnal ekonomi serta dari

III. METODELOGI PENELITIAN. Lampung, Disperindag Provinsi Lampung, jurnal-jurnal ekonomi serta dari 42 III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantatif. Adapun yang menjadi data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Pengolahan data dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 di Jakarta terhadap Laporan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur untuk periode tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci