Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8 ALTERNATIF PENGGUNAAN PIPA PSL 1 SEBAGAI PENGGANTI PIPA PSL 2 PADA PROYEK DEPOT LPG Galuh Renggani Wilis Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Jalan Halmahera KM.1 Tegal,Telp (342519) galuhrw@gmail.com ABSTRAK Pembangunan depot LPG Tanjung Priok adalah proyek penting yang memerlukan perhitungan teliti dalam perencanaannya. Segala hal yang berkaitan dengan material dan sarana prasarana harus diperhitungkan secara matang. Kendala pada proyek pembangunannya adalah pada saat order material atau sarana prasarana, tidak semua tersedia dan mudah didapat. Berkaitan dengan kurangnya material atau terkendalanya pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan agar sesuai dengan perencanaan awal, maka harus dilakukan penggantian material yang lebih mudah didapat namun dengan memperhitungkan kekuatan serta fungsi material yang sama dengan yang seharusnya digunakan pada perencanaan awalnya. Teknik perpipaan adalah bagian dari bidang mekanikal yang merupakan salah satu bagian penting dalam pengerjaan sistem perpipaan disebuah depot LPG. Pipa yang digunakan harus tahan pada temperatur rendah, karena dilalui LPG yang beroperasi mencapai temperatur dibawah 0 o C. Pipa yang digunakan awalnya adalah PSL 2. Karena adanya minimum order, maka perlu dilakukan proses penggantian pipa PSL 2 ke pipa PSL 1. Pipa PSL 1 yang kita gunakan sebagai pengganti PSL 2 merupakan jenis yang sama pada dasarnya berdasarkan API 5L, tetapi mempunyai perlakuan teknis yang berbeda mengenai Carbon Equivalent, Notch toughness, batas luluh (yield strength) maksimum, kuat tarik (tensile strength) maksimum. Pipa PSL 1 yang kita gunakan nantinya akan dilakukan charphy test sesuai standart ASTM A370 untuk setiap heat number-nya pada temperatur -10 o C dengan miminum average absorbed energy pada saat charphy test setiap heat number-nya adalah 27 Joule (sesuai persyaratan Pipa PSL 2 pada API 5L). Berdasarkan perhitungan mengenai rata-rata energy yang diserap pada saat di charphy test untuk setiap diameternya memenuhi standarisasi yang ditetapkan pada API 5 L, yaitu sebesar 27 Joule. Maka dapat disimpulkan bahwa Pipa PSL 1 dapat digunakan sebagai pengganti Pipa PSL 2. Kata kunci: PSL 1 dan PSL 2, charphy test, API 5 L, ASTM A370.a 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pembangunan depot LPG Tanjung Priok adalah proyek penting yang memerlukan perhitungan teliti dalam perencanaannya. Segala hal yang berkaitan dengan material dan sarana prasarana harus diperhitungkan secara matang. Kendala pada proyek pembangunannya adalah pada saat order material atau sarana prasarana, tidak semua tersedia dan mudah didapat. Berkaitan dengan kurangnya material atau terkendalanya pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan agar sesuai dengan perencanaan awal, maka harus dilakukan penggantian material yang lebih mudah didapat namun dengan memperhitungkan kekuatan serta fungsi material yang sama dengan yang seharusnya digunakan pada perencanaan awalnya. Teknik perpipaan adalah bagian dari bidang mekanikal yang merupakan salah satu bagian penting dalam pengerjaan sistem perpipaan di proyek ini. Pipa yang digunakan harus tahan pada temperatur rendah, karena dilalui LPG yang beroperasi mencapai temperatur dibawah 0 o C. Pipa yang digunakan dalam perencanaan awal adalah PSL 2. Karena adanya minimum order pada Pipa PSL2 yang kurang mencukupi berikut sarana prasarana Penunjangnya, maka diadakan penggantian pipa dengan PSL1. Pipa PSL 1 yang kita gunakan sebagai pengganti PSL 2 merupakan jenis yang sama pada dasaranya berdasarkan API 5L, tetapi mempunyai perlakuan teknis yang berbeda mengenai Carbon Equivalent, Notch toughness, batas luluh (yield strength) maksimum, kuat tarik (tensile strength) maksimum. Pipa PSL 1 yang kita gunakan nantinya akan dilakukan

9 charphy test untuk setiap heat number-nya pada temperatur -10 0C (sesuai dengan BOQ bahwa pipa harus di charphy test pada temperatur tersebut) dengan miminum average absorbed energy pada saat charphy test setiap heat number-nya adalah 27 Joule (sesuai persyaratan Pipa PSL 2 pada API 5L). Hal inilah yang mengancam adanya kerugian biaya pada pembelian Pipa PSL 2 sesuai dengan batas minimum tonase yang disyaratkankan oleh vendor Pipa, dimana jumlah tonase kurang memenuhi jumlah yang disyaratkan Batasan Masalah Agar penulisan makalah yang dilakukan tidak terlalu melebar dari tujuan yang hendak dicapai, maka ditentukan batasan permasalahan. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Data yang digunakan berdasarkan data eksisting pada Proyek Relokasi Depot LPG berikut Sarfas Penunjangnya, Tanjung Priok -Jakarta. 2. Pembahasan detail pada penelitian ini dibatasi pada proses charphy test pipa PSL 1 untuk setiap heat number-nya pada temperatur -10 0C dengan miminum average absorbed energy pada saat charphy test setiap heat number-nya adalah 27 Joule pada system perpipaan dengan fluida alir LPG Rumusan Masalah 1. Berapa minimum average absorbed energy pada charphy test setiap heat number nya? 2. Apakah pipa PSL 1 dapat menggantikan pipa PSL 2? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. mengetahui miminum average absorbed energy pada saat charphy test setiap heat number-nya pada sistem perpipaan dengan fluida alir LPG. 2. Mengetahui apakah pipa PSL 1 dapat digunakan sebagai pengganti PSL2 atau tidak 2. Tinjauan Pustaka Spesifikasi pipa baja Pipa baja karbon dapat dibuat dengan beberapa teknik. Dan bagi setiap produk dari pipa baja karbon mempunyai karakteristik tertentu, diantaranya kekuatan (strength), ketebalan dinding pipa (wall thickness), serta daya tahan terhadap korosi, temperatur dan tekanan tertentu. Spesifikasi ini mencakup pipa baja: 1. Seamless (pipa tanpa las) Biasanya dibuat dengan pembentukan secara solid, dengan sistem mesin roll tanpa adanya las pada dinding pipa, yang disebut dengan billet 2. Welded (pipa dengan las)

10 Butt-welded pipe dibuat dengan cara pelat baja panas yang dibentuk oleh pemotongan mesin roll yang akan menggulungkan pelat baja panas ini ke dalam satu bentuk lingkaran yang cekung yang kemudian ujungnya akan dilas satu dengan yang lainya. 3. Spiral Welded Pipe Spiral-welded pipe dibuat dengan cara membentuk plate yang lurus kedalam bentuk spiral yang kemudian ujungnya akan dismbung dingan ujung yang lain dengan cara dilas, dan pipa ini dipergunakan untuk low-pressure di sistem perpipaan. Semua manufaktur pipa akan menggunakan referensi yang ada pada standar ANSI (American National Standards Institute), JIS and dan banyak panduan yang lainya. Tipe yang berbeda untuk setiap standarisasinya mempunyai strength factor yang bebeda seperti disebutkan pada ASME B31.3. Pada dasarnya, ASME B mendeskipsikan strength factor 85% untuk rolled pipe, 60% untuk spiral-welded dan 100% untuk seamless pipe. Level Spesifikasi Produk Spesifikasi ini menetapkan persyaratan dua macam level spesifikasi produk, yaitu: 1. Spesifikasi produk level 1 (PSL1 - Product Specification Level 1) 2. Spesifikasi produk level 2 (PSL2 - Product Specification Level 2) Dan pada PSL 1 dan PSL2 mempunyai persyaratan teknik yang berbeda antara lain dalam hal: - Carbon Equivalent - Notch toughness - Batas luluh (yield strength) maksimum - Kuat tarik (tensile strength) maksimum Dimana teknik tersebut diatas mandatory requirements untuk pipa PSL 2. Dijelaskan pada API Spec. 5L edisi sebelumnya (ed. ke-41, 1995), tidak ada penggolongan pipa menurut Level Spesifikasi Produk. Pipa hanya digolongkan menurut grade-nya. Pada API Spec 5L (Forty-Third Edition, March 2004, Effective Date October 2004) ini selain digolongkan menurut grade-nya, pipa juga digolongkan menurut Level Spesifikasi Produk-nya, yaitu pipa PSL 1 dan PSL 2. Berdasarkan API 5L grade yang dicakup oleh spesifikasi pipa ini ialah : A25, A, B, X42, X46, X52, X56, X60, X65, X70, dan X80. Sedangkan untuk PSL1 dapat dipasok dengan grade A25 sampai X70, dan PSL2 dapat dipasok dengan grade B sampai X80.

11 Masing-masing grade mempunyai Yield Strength Minimum yang dapat dilihat pada angka setelah Huruf pertama, misalnya A25 mempunyai Minimum Yield Strength psi, khusus A mempunyai psi dan B psi. Sedangkan sisanya, mempunyai Yield Strength sebesar angka dibelakang huruf, seperti X65, mempunyai Minimum Yield Strength sebesar 65 ksi (65000 psi), X60, mempunyai Minimum Yield Strength sebesar 60 ksi (60000 psi), X52, mempunyai Minimum Yield Strength sebesar 52 ksi (52000 psi) dan seterusnya. Yield Strength digunakan sebagai basis untuk perhitungan Maximum Allowable Working Pressure (atau juga Perhitungan Design Pressure Wall Thickness), dalam bentuk Basic Allowable Stress. (Dapat dilihat pada formula di ASME B31.3 paragraph ). Basic Allowable Stress sendiri digunakan untuk jenis selain Bolting Material, Cast Iron and Malleable Iron, yaitu diantaranya 2/3 dari Yield Strength (ASME B31.3 paragraph Bases for Design Stress). Dari sisi Chemical Requirement materialnya sendiri, memang perlu diperhatikan apakah requirement dari Engineering termasuk dalam PSL 2, dimana ada mandatory requirements terhadap Carbon Equivalent, notch toughness, maximum yield strength dan maximum tensile strength. Dengan demikian, jika terjadi peningkatan Grade, selama masih dalam satu PSL dan selama Wall Thickness pipa adalah tetap sama, maka dapat cenderung dikatakan tidak ada masalah, terutamanya dari sisi Strength Material maupun properties dari pipa tersebut. Material Pada pipa PSL 1 dan PSL 2 berdasarkan APi 5L untuk materialnya harus memenuhi pesyaratn: Lebar plat atau skelp yang digunakan untuk membuat pipa lasan helical harus tidak boleh kurang dari 0,8 atau lebih dari 3,0 kali diameter luar pipa. Hanya untuk PSL 2 plat yang dipakai untuk membuat pipa PSL 2 tidak boleh mengandung reparasi menggunakan las Heat Treatment Pipa dengan spesifikasi ini dalam hubungannya dengan heat treatment dapat: 1. As-rolled (tanpa heat treatment) 2. Normalized 3. Normalized and tempered 4. Subcritically stress relieved 5. Subcritically age hardened Traceability (mampu telusur) 1. Persyaratan untuk PSL1 Harus dibuat dan diikuti suatu prosedur untuk mempertahankan identitas heat/lot sampai semua pengujian yang diperlukan dilakukan dan ditunjukkan kesesuaiannya dengan persyaratan spesifikasi. 2. Persyaratan untuk PSL2 Pemanufaktur harus memenuhi SR15.2, yaitu: membuat dan mengikuti prosedur untuk menjaga identitas heat atau lot dari semua pipa Prosedur tadi harus memberikan cara untuk melacak setiap batang pipa atau kopling ke nomor heat dan lot yang benar dan ke semua hasil pengujian kimia dan mekanik Sifat Kimia 1. Komposisi Kimia Untuk PSL1 komposisi kimia baja yang digunakann pipa harus memenuhi persyaratan dalam Tabel 2A (terlampir). Untuk PSL2 komposisi kimia baja yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam Tabel 2B (terlampir). Jika menggunakan unsur paduan (alloying element) harus hati-hati karena dapat berpengaruh pada sifat mampu las pipa.

12 2. Unsur kimia yang dianalisa Sekurang-kurangnya unsur kimia berikut harus dianalisa: Carbon (C), Mangan (Mn), Fosfor (P), Sulfur (S), Chromium (Cr), Columbium / Niobium (Cb / Nb), Tembaga (Cu), Molybdenum (Mo), Nikel (Ni), Silikon (Si), Titanium (Ti), Vanadium (V), Boron (Tetapi jika analisa heat menunjukkan kandungan Boron kurang dari 0.001%, maka analisa produk untuk Boron tidak perlu dilakukan). Unsur kimia lain yang ditambahkan untuk tujuan selain untuk deoksidasi Charphy Test Charphy tests juga dikenal sebagai uji v-notch Charphy, yang memberikan informasi tentang ketahanan dari suatu material yang patah secara tiba-tiba ketika mendapatkan beban kejut dari pendulum axe. Merupakan standar dari strain -rate tes yang dapat menentukan jumlah energi yang diserap oleh material karena takikan. Energi yang diserap adalah ukuran dari bahan yang menentukan ketangguhan dari suatau material dan bertindak sebagai penentu apakah material takikan ulet ataupun getas akibat di charphy test. Charphy test diterapkan secara luas di industri, karena mudah untuk persiapan dan pengujiannya serta hasilnya dapat diperoleh dengan cepat dan murah. Dan yang dihasilkan dapat digunakan untuk merekayasa penggunaanya /aplikasi pemakaiannya. Kelemahan utama charphy test adalah bahwa semua hasil hanya berupa perbandingan. Gambar 2.4 Mesin Charphy Test Alat ini terdiri dari pendulum kapak (axe) yang berayun ke sampel uji. Energi yang ditransfer ke material dapat disimpulkan dengan membandingkan perbedaan ketinggian pendulum sebelum dan setelah menakik material. Takikan pada sampel material mempengaruhi hasil uji charphy test, sehingga diperlukan takikan yang teratur dimensi dan geometrinya. Ukuran sampel juga dapat mempengaruhi hasil dari impact suatu material. Dimana standar pengujiannya di atur dalam ASTM E23, ISO atau EN , di mana semua aspek uji dan peralatan yang digunakan dijelaskan secara rinci didalamnya. Dimana kuantitatif hasil charphy test mencerminkan energi yang dibutuhkan untuk mematahkan material, yang dapat digunakan untuk mengukur ketangguhan (toughness ) material dan kekuatan luluh (yield strength) dari suatu material. Selain itu, tingkat regangannya dapat dipelajari dan dianalisis pengaruhnya terhadap hasil patahannya. Berdasarkan ASTM A370 (Standard Test Metode dan Definisi untuk Mechanical Testing of Steel Produk), ukuran spesimen standar untuk pengujian Charphy test adalah 10mm 10mm 55mm. Ukuran spesimen Subsize-nya adalah: 10mm 7.5mm 55mm, 10mm 6.7mm 55mm, 10mm 5mm 55mm, 10mm 3.3mm 55mm, 10mm 2.5mm 55mm. Menurut EN , ukuran spesimen standar 10mmx10mmx55mm, dan untuk spesimen Subsize-nya adalah: 10mmx7.5mmx 55mm dan 10mmx5mmx55mm. Berbagai standar charphy test menerapkan prinsip spesimen uji dipatahkan oleh satu ayunan bandul. Test yang paling umum dari jenis ini adalah Charphy Vnotch test dan Izod test yang dideskripsikan di ASTM E23. Banyak material, termasuk logam, menunjukkan perubahan hasil takikan akibat pengaruh dari perbedaan temperatur. Pada material yang bersuhu tinggi

13 dapat mempengaruhi temperature-transition dengan cepat dari satu tingkat ke yang lebih rendah secara relatif ataupun cenderung konstan. Perilaku temperaturetransition umum untuk material logam. Temperature-transition ini berlaku untuk berbagai baja paduan dengan kekerasan yang sama walaupun kadar karbonnya berbeda. Absorbed Energy Dengan menggunakan standar pada API 5L mengenai Supplymentary Requirements SR19 ( mengenai Additional Fracture Toughness Requirements Transverse Charpy V-Notch) untuk pipa PSL 2.Pengecualian untuk SR19.1 mengenai uji ketangguhan pematahan material, material uji yang akan di charphy test harus disiapkan sesuai dengan standar ASTM A370 (Methods and Definitions for Mechanical Testing of Steel Products). Ukuran spesimen dan orientasi dari material uji harus mengacu pada Tabel 14, kecuali untuk kasus tertentu yang disetujui untuk menggunakan 2 / 3 atau 1 / 2 spesimen test uji yang diijinkan dengan harapan dapat menyerap energi mesin uji sebesar 80 % dari full scale capacity. Spesimen material uji Charpy harus diambil dari bagian pipa uji. Untuk pipa seamless, sedangkan untuk pipa ERW lokasi pengambilan sampel pipa harus 90 dari klem las-lasan. Orientasi takikan pipa akan dijelaskan pada gambar f - 3 Apendiks F. Pengetesan ini dilakukan pada temperatur test dari 32 F (0 C) atau satu stingkat dari temperatur spesifik yang dipesan oleh pemesan pipa.. Minimum ratarata full-size energi yang diserap oleh suatu material harus lebih besar dari : a. 30 ft-lb (40 J) untuk grade dibawah X80, 60 ft-lb (80 J) untuk Grade X80 b. Nilai ini berdasarkan hasil dari perhitungan perumusan di bawah, dengan menggunakan stress factor (F) = 0.72 atau bisa lebih besar dari pemesanan pembeli pipa. Dimana : CV = energi minimum rata-rata yang diserap material full-size pda saat di Charpy Vnotch, ft-lb (J), F = stress factor, σy = minimum yield strength, ksi (MPa), D = diameter luar pipa, in. (mm). 3. Metodologi Penelitian Ada beberapa tahap yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: a. Tahap pertama : studi kasus b. Tahap kedua : studi literature c. Tahap ketiga : Pengambilan data- data lapangan d. Tahap ketiga: menyiapkan spesimen dan alat uji e. Tahap keempat pembahasan f. Tahap kelima: penarikan kesimpulan Dari data data yang ada, kemudian dilakukan persiapan spesimen dan alat uji. Alat-alat perlengkapan Charphy Test 1. Tinius Olsen Change-O-Matic impact testing machine, with Change-OMatic head untuk pengetesan: Charphy, untuk spesimen batang (beam) yang mudah Izod, spesimen kantilever Tension Impact specimens

14 Gambar 2.6 Tinius Olsen "Change-O-Matic" Gambar 2.7 Muffle Furnace Gambar 2.8 Quenching Oil Spesimen Uji 1. Charphy Impact Specimens, AISI O1 Tool Steel a) Un-Heat Treated (~ 6 HRC) b) Heat Treated to (~ 60 HRC) 2. Charphy Impact Specimens, ASTM-A36 Structural Steel Geometri spesimen Izod, Charphy, and Tension Impact ditunjukkan pada gambar 2.10

15 Gambar 2.10 Izod, Charphy and Impact Specimens (Tinius Olsen). Gambar 2.11 Spesimen Charphy test dengan takikan Charphy Impact Test - Setel mekanisme kancingan pada posisi teratas (264 foot-pound range). - Putar bandul pendulum. - Pilih arah penempatan pendulum pada posisi Change-O-Matic dan - pastikan posisi sudah kencang. - Tempatkan spesimen Charphy secara horisontal dengan adanya takikan - Pastikan spesimen berada dipusat anvil jaws Gambar 2.12 Specimens and Loading Configurations for (a) Charphy V-Notch and (b) Izod Tests (per ASTM A 370). - Arahkan indikator ke sebelah kiri hingga menandai pada range energi daya maksimum pada skala bagian atas Charphy-Tension. - Arahkan lengan bandul ke atas dengan kuat kemudian kancingkan. Awas: Pastikan palang pintu keselamatan berada di dalam jelas ketika menaikkan lengan bandul ke dalam posisi test ini. - Lepaskan bandul ayun dengan kecepatan 16.8 ft / s pada saat membentur spesimen, dengan satu ayunan sehingga spesimen uji dapat patah dan menyerap energinya. Indikator akan bergerak dan berhenti ketika mencapai puncak ayunan sesuai dengan setingan, kemudain baca hasilnya - Kembalikan posisi bandul ayun ke posisi vertical

16 - Pindahkan spesimen dari area pengetesan dan amati kegagalan takikan pada permukaan material, apakah getas atau ulet 4. Hasil dan Pembahasan Data Desain - Desain pressure dari system perpipaan LPG baik yang liquid maupun vapour adalah 18 (kgf/cm2)gauge pada suhu 60 oc. - Pipa API 5L PSL 1 grade B pada line pipa proses memiliki SMYS Psi - Corrotion rate diasumsikan bernilai 0,15 mm/th. Sehingga untuk desain selama 20 tahun corrotion allowance bernilai 3 mm. Untuk piping process menggunakan kode ASME B31.3 : Pada Pipa Penyaluran LPG dari Spherical Tank ke Pompa Filling Shed Diketahui : - Material API 5L PSL 1 Gr. B, Seamless dengan SMYS psi = ,3 psig - Tekanan desain 18 (kgf/cm2)gauge = 2562 psig - Size pipa 12 dengan diameter luar 12,75 - C = 3 mm - Y = 0 (berdasarkan table untuk cast iron) - E = 1 (dari Tabel A-1B) Maka didapatkan ketebalan dinding pipa : Sehingga ketebalan minimumnya adalah: tm = t + C = (1, ) mm = 4,645 mm karena pertimbangan persediaan pasar untuk pipa schedule 10, 20 dan 30 sangat jarang di pasar Asia untuk ketebalan dinding pipa 5,31 mm, sehingga di tawarkan pipa schedule STD dengan ketebalan dinding pipa 9,53 mm. Pada Pipa Penerimaan dari Tanker ke Tanki Spherical Diketahui : - Material API 5L PSL 1 Gr. B dengan SMYS psi = ,3 psig - Tekanan desain 18 (kgf/cm2)gauge = 2562 psig - Diameter luar 16 - A (corrosion allowance) = 3 mm Maka didapatkan ketebalan dinding pipa :

17 karena pertimbangan persediaan pasar untuk pipa schedule 10, 20 dan 30 sangat jarang di pasar Asia untuk pipa dengan ketebalan 5,79 mm, sehingga di tawarkan pipa schedule STD dengan ketebalan dinding pipa 9,53 mm. Pada Pipa Vapor dari/ke tanker loading arm ke/dari tanki spherical Diketahui : - Material API 5L PSL 1 Gr. B dengan psi = ,3 psig - Tekanan desain 18 (kgf/cm2)gauge = 2562 psig - Faktor desain 0,8 - Faktor sambungan longitudinal 1 - Pipa dengan size 6 dimana Diameter luar (D) 6,625 - C = 3 mm karena pertimbangan persediaan pasar untuk pipa schedule 10, 20 dan 30 sangat jarang di pasar Asia untuk pipa dengan ketebalan 4,648 mm, sehingga di tawarkan pipa schedule STD dengan ketebalan dinding pipa 9,53 mm. Pada Pipa Penyaluran LPG dari Spherical Tank ke Pompa Filling Shed Diketahui : - Material API 5L PSL 1 Gr. B, Seamless dengan SMYS psi = 25, 2 ksi - Safety faktor (F) = 0,72 - Size pipa 12 dengan diameter luar 12,75 Tabel Minimum Average Absorbed Energy

18 Maka didapatkan CV (energi minimal yang diserap oleh pipa) : CV = 0345.(F. σy) (3/2)(D/2)(1/2) = 0345.(0,72. 25,2 ksi) (3/2)(12,75 in /2)(1/2) = 260,15 ft-lb = 353 J Kesimpulan : dari hasil perhitungan CV (minimum average absorbed energy) sebesar 353 J lebih besar dari standar yang diharuskan dari API 5L untuk PSL 2 sebesar 27 J, maka dapat disimpulkan bahwa pipa PSL 1 dengan charphy test dapat menggantikan Pipa PSL 2. Maka berdasarkan tabel 3.2 mengenai perhitungan besarnya minimum average absorbed energy di atas dapat disimpulkan bahwa pipa PSL 1 dengan tambahan charphy test sesuai ASTM A 370 pada temperatur -10 C untuk semua ukuran pipa pada Proyek Depot LPG Tanjung Priok dapat menggantikan pipa PSL 2 yang disyaratkan dalam dokumen tender. Dengan acuan bahwa besarnya energi rata-rata yang diserap oleh pipa PSL sesuai API 5 L pada saat di charphy test besarnya adalah minimal 27 Joule. 5. Kesimpulan 6. Kesimpulan Berdasarkan hasil penulisan makalah ini, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya minimum average absorbed energy untuk semua ukuran pipa PSL 1 memenuhi 27 Joule (sesuai API 5L). Dengan penambahan charphy test ASTM A370 pada temperatur -10 C. 2. Pipa PSL 1 dapat diterima sebagai pengganti Pipa PSL 2

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan

BAB III METODE PENELITIAN. oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Jadwal Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode pengamatan langsung (survey) penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan

Lebih terperinci

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang Impact Toughness Test Sigit Ngalambang Definisi Ketangguhan (Toughness) Dalam ilmu material dan metalurgi, ketangguhan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi pembebanan dari material tanpa

Lebih terperinci

Profil pelat dan batang baja struktural paduan karbon rendah yang bermutu tinggi dan pelat baja struktural tempa dingin untuk jembatan

Profil pelat dan batang baja struktural paduan karbon rendah yang bermutu tinggi dan pelat baja struktural tempa dingin untuk jembatan Profil pelat dan batang baja struktural paduan karbon rendah yang bermutu tinggi dan pelat baja struktural tempa dingin untuk jembatan 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini mencakup profil baja struktural, pelat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA Pudin Saragih 1 Abstrak. Kekuatan sambungan las sangat sulit ditentukan secara perhitungan teoritis meskipun berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu tempering terhadap sifat mekanik baja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Sub Modul Praktikum PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Tim Penyusun Herdi Susanto, ST, MT NIDN :0122098102 Joli Supardi, ST, MT NIDN :0112077801 Mata Kuliah FTM 006 Material Teknik + Praktikum JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik IMBARKO NIM. 050401073

Lebih terperinci

UJI KETANGGUHAN MATERIAL BAJA A36 BERDASARKAN METODE PENGUJIAN IMPAK ASTM E23

UJI KETANGGUHAN MATERIAL BAJA A36 BERDASARKAN METODE PENGUJIAN IMPAK ASTM E23 UJI KETANGGUHAN MATERIAL BAJA BERDASARKAN METODE PENGUJIAN IMPAK ASTM E23 Zulkifli *, Mufti Fathonah Muvariz, and Nurman Pamungkas Batam Polytechnics Mechanical Engineering Study Program Jl. Ahmad Yani,

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK KAMPUH LAS TIG TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 CAHYANA SUHENDA (20408217) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Pada era industrialisasi dewasa ini teknik

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan dan Analisa Tegangan 4.1.1 Perhitungan Ketebalan Minimum Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. Perbedaan ketebalan pipa

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Sistem Pemodelan Sumber (referensi) data-data yang diperlukan yang akan digunakan untuk melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E Mochammad Ghulam Isaq Khan 2711100089 Dosen Pembimbing Ir. Rochman Rochiem, M.Sc. Wikan Jatimurti

Lebih terperinci

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng TUGAS AKHIR (MN 091482) ANALISIS PENGARUH APLIKASI POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) PADA PENGELASAN CAST STEEL (SC 42 ) DENGAN CARBON STEEL (Grade E) TERHADAP Oleh Wahyu Ade Saputra (4109.100.034) Dosen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Material yang digunakan adalah baja AISI 1045 berupa pelat yang memiliki komposisi kimia sebagai berikut : Tabel 7.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140 FAISAL MANTA 2108100525 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Brata, DEA Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN Sistem Perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk mentransportasikan fluida adalah dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-95 ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI Adrian Dwilaksono, Heri

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik Definisi 2 Metal Alloys (logam paduan) adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Tahan pada Perlakuan Panas Pasca Pengelasan terhadap Kekerasan dan Kuat Tarik Baja Karbon ASTM A106 Grade B

Pengaruh Waktu Tahan pada Perlakuan Panas Pasca Pengelasan terhadap Kekerasan dan Kuat Tarik Baja Karbon ASTM A106 Grade B Pengaruh Waktu Tahan pada Perlakuan Panas Pasca Pengelasan terhadap Kekerasan dan Kuat Tarik Baja Karbon ASTM A106 Grade B M. Nizar Machmud 1,*, Defri Maulana 1, Husaini 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi semakin banyak dilakukan penelitian untuk menemukan teknologi baru yang layak digunakan oleh manusia sehingga mempermudah pekerjaan

Lebih terperinci

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA 1.1 Alur Analisa Untuk mendesain sebuah pipa yang akan digunakan untuk moda distribusi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung tebal pipa minimum yang paling

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo 1.,ST.MT., Bayu Agung Susilo 2 Lecture 1,College student 2,Departement

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di : 1. STM 2 Mei Bandar Lampung sebagai tempat pembuatan kampuh las dan pembentukan spesimen. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh : Ilham Khoirul

Lebih terperinci

ANALISA UJI IMPAK CHARPY DENGAN PENDULUM YANG DIPASANG SENSOR STRAIN GAUGE

ANALISA UJI IMPAK CHARPY DENGAN PENDULUM YANG DIPASANG SENSOR STRAIN GAUGE ANALISA UJI IMPAK CHARPY DENGAN PENDULUM YANG DIPASANG SENSOR STRAIN GAUGE Djuhana, M Luqman Alfan Program Studi Teknik Mesin, Fak. Teknik, Univ. Pamulang Jl. Surya Kencana, No. 1, Pamulang, Tangerang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 PENGUJIAN AWAL PADA GARDAN IV.1.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Pengujian komposisi diperlukan untuk mengetahui komposisi unsur, termasuk unsur-unsur paduan yang terkandung dalam material

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Peneletian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguji komposisi kimia pelat baja karbon rendah A 516 g 70 Pemberian simbol dan pembuatan batang uji standar baja karbon rendah A 516 g 70 Dicatat

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method ) PERBANDINGAN PRESSURE AKTUAL HYDROTEST WELDING PIPE API 5L B PSL 1 ERW SCH 10 Ø30 TERHADAP TEGANGAN LULUH DENGAN SIMULASI NUMERIK METODE FEM ( FINITE ELEMENT METHOD ) Muhammad Irawan *, Nurul Laili Arifin

Lebih terperinci

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012 08/01/2012 MATERI KE II Pengujian merusak (DT) pada las Pengujian g j merusak (Destructive Test) dibagi dalam 2 bagian: Pengujian di bengkel las. Pengujian skala laboratorium. penyusun: Heri Wibowo, MT

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-42 Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW Abstrak PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW Gathot DW1*, Nur H 2* Budi LS 3*,Abdillah GB 4* Prodi D-3 Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 28 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Operasi Kondisi operasi dan informasi teknis dari sampel sesuai dengan data lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.1, sedangkan posisi sample dapat dilihat

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO EFEK WAKTU PERLAKUAN PANAS TEMPER TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPAK BAJA KOMERSIAL Bakri* dan Sri Chandrabakty * Abstract The purpose of this paper is to analyze

Lebih terperinci

HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY. Rofarsyam 1, Sukarman 2

HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY. Rofarsyam 1, Sukarman 2 HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY Rofarsyam 1, Sukarman 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, 2 Staf Pranata Laboratorium Pendidikan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING Nukman (1) (1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih

Lebih terperinci

1 BAB IV DATA PENELITIAN

1 BAB IV DATA PENELITIAN 47 1 BAB IV DATA PENELITIAN 4.1 Pengumpulan Data Dan Informasi Awal 4.1.1 Data Operasional Berkaitan dengan data awal dan informasi mengenai pipa ini, maka didapat beberapa data teknis mengenai line pipe

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR Oleh : Nofriady. H 1 dan Sudarisman 2 Jurusan Teknik Mesin 1 - Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT Ir. Kaidir. M. Eng., M.Si, 1) Rizky Arman, ST. MT 2) Julisman 3) Jurusan

Lebih terperinci

TINGKAT KETELITIAN PADA REDESIGN ALAT UJI IMPAK TERHADAP SKALA LABORATORIUM METALURGI FISIK Agus Suyatno 1), Suriansyah S 2) ABSTRAK

TINGKAT KETELITIAN PADA REDESIGN ALAT UJI IMPAK TERHADAP SKALA LABORATORIUM METALURGI FISIK Agus Suyatno 1), Suriansyah S 2) ABSTRAK TINGKAT KETELITIAN PADA REDESIGN ALAT UJI IMPAK TERHADAP SKALA LABORATORIUM METALURGI FISIK Agus Suyatno 1), Suriansyah S 2) ABSTRAK Pengujian impak dilakukan dengan menggunakan dua metode standar yaitu

Lebih terperinci

KAJIAN TEGANGAN DAN KEAMANAN TABUNG GAS ELPIJI BRIGHT GAS 5,5 KG MELALUI SIMULASI SOFTWARE SOLID WORK

KAJIAN TEGANGAN DAN KEAMANAN TABUNG GAS ELPIJI BRIGHT GAS 5,5 KG MELALUI SIMULASI SOFTWARE SOLID WORK KAJIAN TEGANGAN DAN KEAMANAN TABUNG GAS ELPIJI BRIGHT GAS 5,5 KG MELALUI SIMULASI SOFTWARE SOLID WORK Iwan Agustiawan1*, Muhammad Noor Widdy 2 1,2 Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional Bandung, Jalan

Lebih terperinci

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR H. Purwanto helmy_uwh@yahoo.co.id Laboratorium Proses Produksi Laboratorium Materiat Teknik Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1)

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1) PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 00 JOULE Yopi Handoyo ) ) Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi Email : handoyoyopi@yahoo.com Abstrak Perancangan dan pengujian impak

Lebih terperinci

Spesifikasi baut mutu tinggi untuk penyambung struktur baja

Spesifikasi baut mutu tinggi untuk penyambung struktur baja Spesifikasi baut mutu tinggi untuk penyambung struktur baja 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini memuat dua tipe baut mutu tinggi yaitu ukuran 1 dan lebih kecil untuk minimum kekuatan tarik 120 ksi dan 1 1½

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340 PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340 Cahyana Suherlan NIM : 213431006 Program Studi : Teknik Mesin dan Manufaktur Konsentrasi : Teknologi Pengecoran Logam

Lebih terperinci

Desain dan Penentuan Lokasi Pembebanan Pendulum Alat Uji Impak Untuk Pengujian Produk Hasil Las Gesek Rotary Bar-Plate

Desain dan Penentuan Lokasi Pembebanan Pendulum Alat Uji Impak Untuk Pengujian Produk Hasil Las Gesek Rotary Bar-Plate Desain dan Penentuan Lokasi Pembebanan Pendulum Alat Uji Impak Untuk Pengujian Produk Hasil Las Gesek Rotary Bar-Plate Panji Adino 1, Yohanes 2, Muftil Badri 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fajultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Sistem Pemodelan Sumber (referensi) data-data yang diperlukan yang akan digunakan untuk melakukan perancangan sistem pemipaan dengan menggunakan program Caesar

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING D.3 KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING Padang Yanuar *, Sri Nugroho, Yurianto Jurusan Magister Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof. Sudharto SH Kampus Undip Tembalang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Data awal: Spesifikasi awal Studi pustaka Persiapan benda uji: Pengelompokkan benda uji Proses Pengujian: Pengujian keausan pada proses

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1) ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS R. Bagus Suryasa Majanasastra 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT BAB III METODE PEMBUATAN ALAT 3.1 Diagram Alir / Flowchart Dalam proses pembuatan suatu alat atau produk memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis serta pengetahuan

Lebih terperinci

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104 PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104 Oleh : Ikhsan Kholis* ) ABSTRAK Kualifikasi prosedur pengelasan (Welding Procedure Specifiction/WPS) disiapkan

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg Rusnoto Program Studi Teknik Mesin Unversitas Pancasakti Tegal E-mail: rusnoto74@gmail.com Abstrak Piston merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

PENGARUH PROSES QUENCHING DAN TEMPERING TUGAS AKHIR PENGARUH PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA MATERIAL SCMnCr 2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111 Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *) PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Purnomo *) Abstrak Baja karbon rendah JIS G 4051 S 15 C banyak digunakan untuk bagian-bagian

Lebih terperinci

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Ir. Hari Subiyanto, MSc Tugas Akhir TM091486 METALURGI Budi Prasetya Awab Putra NRP 2104 100 018 Dosen Pembimbing: Ir. Hari Subiyanto, MSc ABSTRAK Austenitic stainless steel adalah suatu logam paduan yang mempunyai sifat tahan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. Pada pengujian mechanical test hasil pengelasan sesuai dengan WPS No. 003- WPS-ASME-MMF-2010 dilakukan di Laboratory of Mechanical Testing PT. Hi-Test di Bumi Serpong

Lebih terperinci

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045 Sigied

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN KARAKTERISTIK XRD PADA MATERIAL STAINLESS STEEL DENGAN KADAR KARBON YANG BERBEDA

ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN KARAKTERISTIK XRD PADA MATERIAL STAINLESS STEEL DENGAN KADAR KARBON YANG BERBEDA ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN KARAKTERISTIK XRD PADA MATERIAL STAINLESS STEEL DENGAN KADAR KARBON YANG BERBEDA Vuri Ayu Setyowati 1 dan Eriek Wahyu Restu Widodo 2 Jurusan Teknik Mesin 1,2 e-mail: vuri@itats.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

V. KEGIATAN BELAJAR 5 STANDARISASI BAHAN TEKNIK LOGAM. Standarisasi untuk bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar

V. KEGIATAN BELAJAR 5 STANDARISASI BAHAN TEKNIK LOGAM. Standarisasi untuk bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar V. KEGIATAN BELAJAR 5 STANDARISASI BAHAN TEKNIK LOGAM A. Sub Kompetensi Standarisasi untuk bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI Eko Surojo 1, Joko Triyono 1, Antonius Eko J 2 Abstract : Pack carburizing is one of the processes

Lebih terperinci

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 191 Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Temperatur dan Waktu Penahanan Partitioning pada Proses Quenching-Partitioning Baja

Lebih terperinci

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS Ikhsan Kholis *) ABSTRAK Untuk peningkatan kompetensi seorang Inspektur Migas atau

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMOTONGAN PLASMA FLAME CUTTING BAJA PLAT JIS G 3101 SS 400 TERHADAP KEKUATAN TARIKNYA

ANALISIS PENGARUH PEMOTONGAN PLASMA FLAME CUTTING BAJA PLAT JIS G 3101 SS 400 TERHADAP KEKUATAN TARIKNYA ANALISIS PENGARUH PEMOTONGAN PLASMA FLAME CUTTING BAJA PLAT JIS G 3101 SS 400 TERHADAP KEKUATAN TARIKNYA Sahlan Jurusan Teknik Mesin S1 STT-PLN Email: Sahlan_1956@yahoo.com Abstrak Pada analisis pengaruh

Lebih terperinci

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN 1829-8370 (p) 2301-9069 (e) http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN Pengujian Tarik Dan Impak Pada Pengerjaan Pengelasan SMAW Dengan Mesin Genset

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-Data Awal Analisa Tegangan Berikut ini data-data awal yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini baik untuk perhitungan secara manual maupun untuk data

Lebih terperinci

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH PENILAIAN KELAYAKAN PAKAI (FFS ASSESSMENTS) DENGAN METODE REMAINING WALL THICKNESS PADA PIPING SYSTEM DI FLOW SECTION DAN COMPRESSION SECTION FASILITAS PRODUKSI LEPAS PANTAI M2 SKRIPSI OLEH PURBADI PUTRANTO

Lebih terperinci

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM BAB VI L O G A M Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk

Lebih terperinci

Dimas Hardjo Subowo NRP

Dimas Hardjo Subowo NRP Dimas Hardjo Subowo NRP. 2706 100 011 Dosen Pembimbing : Budi Agung K, ST, M.Sc FAKULTAS TEKNOLOHI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Abstrak Dalam proses pengelasan seringkali dijumpai

Lebih terperinci

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data dan Analisa Metalografi Pengambilan gambar atau foto baik makro dan mikro pada Bucket Teeth Excavator dilakukan pada tiga dua titik pengujian, yaitu bagian depan spesimen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS KOMPONEN STUD PIN WINDER BAJA SKD-11 YANG MENGALAMI PERLAKUAN PANAS DISERTAI PENDINGINAN NITROGEN Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR Cahya Sutowo 1.,ST.MT. Hantawan 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine,

Lebih terperinci

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( ) SEPARATOR Nama Anggota: PITRI YANTI (03121403032} KARINDAH ADE SYAPUTRI (03121403042) LISA ARIYANTI (03121403058) 1.Separator Separator merupakan peralatan awal dalam industri minyak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Lebih terperinci

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta 3.1.2. Alat dan bahan 3.2.1 Alat Alat yang dipergunakan

Lebih terperinci

Perancangan Tire Blast Cover Sebagai Alat Pengaman Bagi Pekerja Dalam Proses Pengisian Ban Angin Head Truck di Perusahaan Jasa Maintenance Alat Berat

Perancangan Tire Blast Cover Sebagai Alat Pengaman Bagi Pekerja Dalam Proses Pengisian Ban Angin Head Truck di Perusahaan Jasa Maintenance Alat Berat Perancangan Tire Blast Cover Sebagai Alat Pengaman Bagi Pekerja Dalam Proses Pengisian Ban Angin Head Truck di Perusahaan Jasa Maintenance Alat Berat Muhammad Hamzah Habbiburrahman Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material

BAB I PENDAHULUAN. Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material terhadap perpatahan. Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya perpatahan. Material pada

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*) PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL Sutrisna*) Abstrak Pengelasana adalah proses penyambungan dua buah logam atau lebih melalui proses pencairan setempat.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci