BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara untuk memecahkan masalah, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Dalam bab ini akan dibahas mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan metode penelitian, meliputi pendekatan penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, manipulasi, populasi dan sampel penelitian, subyek penelitian, persiapan dan tahapan penelitian, prosedur eksperimen, rancangan eksperimen, instrumen penelitian dan terakhir teknik analisis data Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Maksud pendekatan kuantitatif yaitu data penelitian adalah berupa angka-angka dan analisis dilakukan menggunakan perhitungan statistik (Sugiyono, 2014). Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti bermaksud untuk menghilangkan subjektifitas dalam penelitian Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental (experimental), dengan pola "pretest-posttest design" (Christensen, 2007). Sebagaimana makna eksperimen itu sendiri yang berarti observasi di bawah 1

2 kondisi buatan (artificial condition) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti, maka penelitian eksperimental ini adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian, di bawah kondisi yang dibuat dan diatur oleh si peneliti, dengan menyertakan adanya kontrol (Nazir, 2005). Peneliti memilih penelitian eksperimental karena metode ini lebih tepat untuk menguji ada tidaknya pengaruh suatu pemberian treatmen atau tindakan terhadap aspek psikologi individu, dalam hal ini resiliensi Variabel Penelitian Penelitian ini, terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang diuraikan sebagai berikut : a. Variabel Bebas: Latihan HIIT (X) b. Variabel Terikat: Tingkat Resiliensi Perawat (Y) 3.4. Definisi Operasional Definisi operasional dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : a. Latihan HIIT (High Intensity Interval Training) sebagai variabel bebas (X) adalah latihan kardiorespiratori dengan menggabungkan gerakan berintensitas tinggi dalam interval waktu, diselingi gerakan dengan intensitas rendah atau pemulihan (recovery) (Schoenfeld dan Dawes, 2009). Latihan ini diberikan kepada perawat selama delapan minggu. Periode latihan intensitas tinggi membuat badan melakukan usaha maksimal (full-effort) yang mengakibatkan detak jantung 2

3 bekerja 85%-95% dari detak jantung maksimal. Sedangkan periode pemulihan (recovery) membuat detak jantung berada 40%-50% detak jantung maksimal. Pengukuran intensitas latihan HIIT dimonitor dengan mengukur denyut nadi secara manual. Untuk penelitian ini digunakan teknik pengukuran denyut nadi Arteri Radialis (Radial Pulse Rate), yaitu dengan cara menyentuh daerah pergelangan tangan sebelah luar menggunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah untuk merasakan denyut nadi Arteri Radialis (Swartz, 2014). Denyut nadi yang teraba dirasakan dan dihitung selama 15 detik. Hasil hitungan kemudian dikalikan 4 untuk hasil per menit. Perhitungan denyut nadi maksimal (DNM) berdasarkan umur, DNM sesuai umur = 220 umur dalam tahun. Untuk DNM selama 1 menit dipakai sebagai patokan tercapainya intensitas latihan pada seseorang (Giriwijoyo dan Sidik, 2013). Gambar 3.1. Teknik Menghitung Denyut Nadi Arteri Radialis Disediakan training logbook atau buku catatan latihan yang diisi oleh subyek (Denyut nadi latihan dan jumlah gerakan yang dilakukan ketika latihan). 3

4 b. Tingkat Resiliensi adalah level suatu kemampuan yang dicapai oleh perawat di dalam mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Perawat mampu bertahan dalam keadaan tertekan, dan beradaptasi dalam menghadapi masalah dan belajar dari pengalaman. Tingkat resiliensi pada perawat diukur dari skala resiliensi yang diadaptasi dari aspek-aspek resiliensi Reivich dan Shatte (2002) yaitu emotion regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy self-efficacy, dan reaching out. Data mengenai resiliensi dapat diketahui dari perolehan skor hasil pengisian kuesioner, bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat resiliensi yang dimiliki perawat, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula tingkat resiliensi yang dimiliki perawat Manipulasi Latihan HIIT pada penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kriteria aktifitas fisik HIIT yang terdiri dari gabungan gerakangerakan berintensitas tinggi dalam interval tertentu yang relatif singkat, diselingi periode istirahat atau gerakan dengan intensitas rendah yang memungkinkan terjadinya masa pemulihan secara aktif disela-selanya. Seluruh subyek diharuskan melengkapi paket latihan yang berlangsung selama 8 (delapan) minggu berupa 3 (tiga) sesi latihan per minggu, yang dilakukan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Masing-masing sesi latihan terdiri beberapa bagian, yaitu antara lain : a) 4

5 Pemanasan (warming up), b) Latihan Inti (exercise), dan c) Pendinginan (cooling down). Sebelum melaksanakan latihan HIIT, subyek diminta untuk melakukan pemanasan (warming up) dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke otot untuk mempersiapkan kemampuan membawa nutrisi ke otot dan membuang limbah metabolisma dari otot pada saat melakukan latihan, sehingga menghindarkan terjadinya cedera otot atau cedera sendi. Selain itu, gerakan-gerakan pemanasan tersebut juga akan mempersiapkan sistem keseimbangan dan koordinasi untuk mengurangi resiko jatuh dan membuat gerakan lebih gesit. Pemanasan dilakukan dengan cara melakukan gerakan lompat-lompat ringan ditempat selama 1 menit dilanjutkan dengan peregangan tubuh (stretching) menurut urutan berikut ini (Nelson dan Kokkonen, 2007) : a. Otot paha depan, dilakukan dengan cara memegang ujung jari kaki dalam posisi berdiri sehingga terlihat seperti menekuk lutut ke belakang. Telapak kaki diusahakan menempel ke bagian belakang paha, dengan demikian otot paha depan akan merasakan regangan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti paha kaki sebelah. b. Otot betis belakang, diregangkan dengan cara berdiri condong ke depan sambil bertumpu pada kaki bagian depan, bersamaan itu berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot betis kaki bagian belakang. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. 5

6 c. Bagian belakang paha dan betis, dilakukan peregangan dengan menyandarkan salah satu kaki pada balok kayu atau benda apapun yang lebih tinggi daripada lantai. Badan dicondongkan ke belakang, dan sambil memfokuskan diri pada regangan yang dirasakan oleh bagian belakang paha dan betis ditahan pada posisi gerakan ini selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. d. Bahu dan lengan bagian atas. Sambil masih dalam posisi berdiri, gerakan peregangannya adalah dengan cara mendekatkan salah satu lengan pada dada, mengambil lengan menggunakan lengan yang berlawanan. Lengan ditarik sampai dirasakan bahwa bahu sedang diregangkan. Selain itu juga bisa didorong lengan yang diregangkan ke arah berlawanan untuk mengontraksi otot, jika dirasakan bahwa Anda yang meregang adalah dada dan bukannya bahu. e. Otot dada, diregangkan dengan cara mentautkan kedua jari-jari tangan dan kiri di belakang punggung. Selanjutnya perlahan-lahan naikkan tautan jari tersebut, dalam kondisi sendi siku tangan dalam keadaan lurus, bila perlu bisa diminta tolong teman untuk menaikkan tautan jari tersebut. Dirasakan cukup apabila terasa ada regangan pada dada. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, istirahat sebentar, dan kemudian diulangi lagi. 6

7 Gambar 3.2. Urutan dan Macam Gerakan Peregangan Tubuh 7

8 f. Punggung bagian atas, dengan fokus di sekitar tulang belikat maka peregangan dilakukan dengan cara mengulurkan lengan ke depan, mentautkan jari-jari kedua tangan bersama-sama dan berusaha mendorong lengan lebih jauh sehingga tulang belikat seolah-olah terdorong dan teregang ke arah berlawanan. g. Otot triceps, yaitu otot bagian belakang lengan atas diregangkan dengan cara seolah-olah menggapai atas dengan salah satu lengan lalu dilanjutkan dengan menekuk siku lengan tersebut dan menempatkannya di belakang kepala dan di antara tulang belikat. Untuk lebih meregangkan otot triceps, maka siku tangan berlawanan berusaha menarik siku lengan yang diregangkan ke arah kepala. h. Kepala dan leher, dimulai dengan gerakan menundukkan kepala ke depan yang ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, disusul dengan memiringkan kepala dengan telinga mendekati bahu yang ditahan juga kurang lebih 8 (delapan) hitungan, dan selanjutnya memiringkan kepala ke belakang dan putar kepala dari kiri ke kanan, lalu ke kanan ke kiri dalam gerakan 30 derajat. Sebagai perhatian, perlu dipastikan bahwa saat kepala miring ke 8

9 belakang, rahang dijaga agar tetap santai dan biarkan mulut sedikit terbuka. i. Otot paha bagian dalam, diregangkan dengan cara berdiri condong ke samping tubuh sambil bertumpu pada salah satu kaki namun sementara itu berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot paha bagian dalam kaki yang berlawanan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. j. Otot adduktor paha bagian dalam, diregangkan dalam posisi duduk, mempertemukan kedua telapak kaki sambil badan diatur agak condong ke depan sambil berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot adduktor paha bagian dalam kedua kaki. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya istirahat sebentar dan dilanjutkan gerakan berikutnya. k. Otot paha dan betis bagian belakang, diregangkan dalam posisi duduk, dimana salah satu kaki dijulurkan ke depan sambil mengatur badan agak condong ke depan. Sementara itu kedua tangan juga diulurkan ke depan meraih ujung jari kaki sambil berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot paha dan betis bagian belakang. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. l. Otot paha bagian luar, peregangan dilakukan dalam posisi duduk, gerakan peregangannya adalah dengan cara mendekatkan salah satu kaki ke dada menyilang kaki yang berlawanan, sementara kaki berlawanan tersebut dijulurkan lurus ke depan. Tangan membantu menahan dan mendorong kaki yang diregangkan, sampai dirasakan bahwa otot paha luar sedang 9

10 diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. m. Otot pantat, peregangan dilakukan dalam posisi berbaring, gerakan peregangannya adalah dengan cara mendekatkan salah satu kaki ke dada menumpang di atas kaki yang berlawanan, tangan membantu mengambil kaki yang diangkat ke dada, dimana kaki itu ditarik sampai dirasakan bahwa otot pantat sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. n. Otot harmstring paha bagian belakang, sama seperti sebelumnya peregangan dilakukan dalam posisi berbaring, gerakan peregangannya adalah dengan cara menjulurkan salah satu kaki ke atas sehingga terlihat lurus, tangan membantu mengangkat kaki itu semaksimal mungkin sampai dirasakan bahwa otot harmstring sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. o. Punggung bagian bawah, juga hampir sama dengan gerakan sebelumnya peregangan dilakukan dalam posisi berbaring, gerakan peregangannya adalah dengan cara menjulurkan salah satu kaki ke atas kemudian menekuknya di lutut, tangan membantu menekan dan menarik lulut itu semaksimal mungkin sampai dirasakan bahwa otot punggung bagian bawah sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. p. Punggung bagian bawah, juga hampir sama dengan gerakan sebelumnya, hanya saja gerakan peregangannya adalah dengan cara menjulurkan kedua 10

11 kaki ke atas kemudian menekuknya di lutut, tangan membantu menekan dan menarik lutut itu semaksimal mungkin sampai dirasakan bahwa otot punggung bagian bawah sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya dilanjutkan Gerakan Inti. Latihan inti pada sebuah sesi latihan HIIT akan selalu diawali dengan pemanasan selama 5-10 menit, dengan melakukan gerakan-gerakan yang secara bertahap meningkat secara perlahan segera setelah tubuh sudah menghangat, maka tiba saatnya untuk melakukan latihan inti. Rasio gerakan dan masa istirahat untuk HIIT pada penelitian ini adalah 10 detik high effort : 20 detik recovery. Tetap melakukan gerakan-gerakan aktif ringan selama masa pemulihan akan membantu tubuh untuk membuang produk-produk zat sisa metabolisme dan menggantikannya dengan energi baru untuk siap melakukan gerakan intensitas tinggi selanjutnya. Jumlah set latihan interval sedikit dahulu, baru kemudian perlahan-lahan ditingkatkan sesuai kemampuan. Gerakan pada latihan inti penelitian ini adalah gerakan-gerakan yang melibatkan hampir semua otot tubuh dan diperkirakan mampu membantu memunculkan efek HIIT pada subyek. Diantara gerakan yang dipilih peneliti untuk diikutkan sebagai modul latihan HIIT dalam penelitian ini adalah: push up, squat, burpee, jumping jack, dan lunge. a. Push Up, dilakukan dengan cara meletakkan tangan di lantai dengan posisi terbuka selebar bahu. Kaki bertumpu pada ujung jari kaki, hingga tubuh berposisi lurus sempurna. Diusahakan agar posisi atau bongkong tidak 11

12 menonjol ke atas. Bahu diturunkan sampai membentuk siku 90 derajat. Kemudian dorong bahu dan lengan hingga lurus kedepan dengan sambil mengambil nafas. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.3. Gerakan Push Up b. Squat, posisi tubuh diatur sedemikian sehingga berdiri dengan kaki kirakira selebar bahu, jari kaki sedikit mengarah keluar, dan lutut bergerak ke arah luar. Dari posisi berdiri, lutut ditekuk seolah-olah akan duduk untuk mencapai posisi jongkok. Saat menekuk lutut punggung harus tetap lurus, tumit tetap menempel pada lantai, dan paha tetap sejajar dengan lantai, untuk jangkauan gerakan secara penuh. Jongkok dilakukan sampai otot betis menyentuh paha. Setelah itu kembali ke posisi berdiri. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.4. Gerakan Squat 12

13 c. Burpee, dimulai dari posisi berdiri dengan terbuka selebar bahu. Kemudian, tubuh diturunkan ke posisi jongkok dilanjutkan dengan meletakkan tangan pada lantai di depan tubuh. Selanjutnya kaki ditendang ke belakang sehingga berubah menjadi posisi push-up. Tangan harus dijaga agar tetap kokoh di lantai untuk menyokong tubuh. Dada kemudian diturunkan untuk melakukan push-up dan segera dinaikkan kembali. Berlanjut dengan menarik kaki kembali ke posisi semula, berdiri, dan kemudian lompat ke udara sambil menepukkan tangan di atas kepala. Lalu akhirnya kembali ke posisi berdiri semula. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.5. Gerakan Burpee d. Jumping Jack, dimulai dari posisi berdiri dengan kaki rapat dan tangan diletakkan menempel di samping paha. Selanjutnya melompat sambil menggeser kedua kaki secara bersamaan ke arah luar, dibarengi kedua tangan menepuk di atas kepala. Posisi badan selama gerakan tetap tegak lurus, disusul dengan lompatan kembali sambil merapatkan kaki dan meletakkan tangan kembali di samping paha. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. 13

14 Gambar 3.6. Gerakan Jumping Jack e. Lunge, dimulai dari posisi berdiri tegak dengan kedua kaki terbuka selebar pinggul dan kedua tangan pun di pinggul. Sambil tetap menarik otot perut ke dalam dan ke atas, salah satu kaki dilangkahkan sekitar 0,6 sampai dengan 0,9 m ke depan. Saat melangkah, jaga jari tetap menempel lantai tetapi tumit terangkat dilanjutkan pada saat bersamaan menekuk kedua lutut. Posisi ini dipertahankan selama 1-5 detik, untuk kemudian dilanjutkan dengan mengangkat tumit dan menarik kaki kembali ke posisi awal. Lakukan gerakan berikutnya dengan melangkahkan kaki yang berlawanan. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.7. Gerakan Lunge 14

15 3.6. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian atau seluruh data yang menjadi perhatian peneliti (Sugiyono, 2014), maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di RSAU dr. Mohammad Sutomo, Pontianak, Kalimantan Barat yang berjumlah 86 orang. Peneliti memilih rumah sakit ini dengan pertimbangan bahwa perawat di rumah sakit belum pernah melakukan latihan HIIT Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010) untuk mendapatkan data yang representatif, tidak selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu dan memiliki karakteristik tertentu, yang dianggap bisa mewakili populasi. Jumlah populasi penelitian ini terdiri atas 86 perawat. Sebagaimana yang dikutip dari Arikunto (2010) bahwa jika jumlah populasi kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, maka semua populasi penelitian ini diambil sebagai sampel, dinamakan pula total sampling. Namun demikian, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampek tersebut digunakan Teknik Pengelompokkan Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel menggunakan randomisasi (acak) yaitu subyek 15

16 memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subyek penelitian (Periantalo, 2016). Peneliti membagi sampel secara random menjadi 2 dengan jumlah yang sama yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) Subyek Penelitian Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmojo, 2002). Beberapa kriteria yang menjadikan seorang individu sebagai subyek sampel penelitian ini antara lain adalah : a. Bersedia menjadi subyek dan mengikuti prosedur penelitian secara konsisten. b. Telah bekerja sebagai perawat di RS dr. Mohammad Sutomo minimal 6 bulan. c. Berusia antara tahun. d. Sehat jasmani rohani, dan tidak dalam pengobatan untuk penyakit apapun Kriteria Eksklusi Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili dalam sampel penelitian karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmojo, 2002). Apabila seorang perawat memiliki kriteria berikut ini, maka tidak akan diikutsertakan dalam penelitian, yaitu : 16

17 a. Sedang tidak di tempat kerja karena alasan penugasan, pendidikan, dll. b. Menolak berpartisipasi karena alasan dan sebab apapun Kontrol Lingkungan Fisik Kontrol lingkungan fisik dilakukan agar tidak terjadi bias yang muncul diakibatkan kondisi sekitar yang kurang kondusif bagi latihan HIIT, misalnya suhu udara panas dan lembab. Oleh karena itu dilakukan pengontrolan lingkungan fisik antara lain dengan cara : a. Aula tempat latihan dilengkapi AC yang disetel pada suhu nyaman ruangan C. b. Pakaian diseragamkan berupa kaos dan training pack yang terbuat dari bahan kain nyaman. c. Aula diterangi oleh lampu neon 15 watt sebanyak 6 buah Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSAU dr. Mohammad Sutomo, Pontianak, Kalimantan Barat yang merupakan salah satu institusi dengan tenaga perawat yang memiliki kriteria sesuai kebutuhan penelitian. b. Waktu Penelitian Penelitian ini akan diawali dengan observasi pendahuluan pada bulan Februari 2016, dilanjutkan dengan Pre Experimental Measurement, Treatment, 17

18 dan Post Experimental Measurement berkisar bulan Maret hingga Mei Persiapan dan Tahapan Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan studi kepustakaan guna merumuskan masalah penelitian, kerangka berpikir tinjauan teoritis dan metode penelitian yang tepat untuk penelitian ini. 2. Meminta surat pengantar dari Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana untuk melakukan uji coba alat ukur dan ijin untuk melakukan penelitian kepada Direktur Rumah Sakit. 3. Membuat proposal penelitian untuk diajukan kepada Kepala Rumah Sakit RSAU dr Soetomo Pontianak. 4. Peneliti melakukan translasi (Bahasa Inggris Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Bahasa Inggris) dan adaptasi alat ukur resiliensi di dalam penelitian ini. Alat ukur yang sudah diadaptasi dari Reivich dan Shatte (2002) selanjutnya diperiksa oleh dosen atau expert judgement dan dilakukan uji coba ketepatan alat ukur terkait konten maupun bahasa yang digunakan. 5. Pelaksanaan Latihan HIIT 6. Waktu pelaksanaan selama 3 kali dalam satu minggu yang dilakukan 8 minggu pada bulan Maret - Mei Tahapan Penelitian 18

19 Gambar 3.8. Tahapan Penelitian 3.9. Prosedur Eksperimen Minggu 1 Waktu Senin Materi Perkenalan Penjelasan Prosedur Latihan Memberi contoh gerakan 19

20 Senin Latihan Grup 1 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Squat 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Lunge 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Push up 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit 20

21 Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Squat 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Lunge 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Push up 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Rabu dan Jumat Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 2 Waktu Materi Senin Prosedur sama dengan Minggu 1 Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin 21

22 Minggu 3 Waktu Senin Latihan Grup 1 Materi Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Squat 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Lunge 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Push up 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Squat 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set 22

23 Jumping Jack 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Lunge 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Push up 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Rabu dan Jumat Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 4 Waktu Materi Senin Prosedur sama dengan Minggu 3 Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 5 Waktu Senin Latihan Grup 1 Materi Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Burpee 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set 23

24 Squat 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Lunge 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Push up 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-30 menit : Burpee 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Squat 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set 24

25 Jumping Jack 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Lunge 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Push up 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Rabu dan Jumat Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 6 Waktu Materi Senin Prosedur sama dengan Minggu 5 Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 7 Waktu Senin Latihan Grup 1 Materi Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit 25

26 Latihan Inti selama 8-30 menit : Burpee 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Squat 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Lunge 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Push up 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-30 menit : Burpee 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Squat 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set 26

27 Lunge 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Push up 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin Rancangan Eksperimen Rancangan penelitian eksperimen ini dalam bentuk pretest-posttest design. Pretest-posttest design merupakan suatu disain eksperimen di mana dampak treatmen dinilai dengan membandingkan perbedaan antara skor pretest dan skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Christensen, 2007). Berikut rancangan dari pretest-posttest design: Gambar 3.9. Pretest-posttest Design (sumber Christensen, 2007) Keterangan : R : Partisipan ditangani secara random ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 27

28 Y KE 1 : Pengukuran kondisi awal kelompok eksperimen Y KE 2 : Pengukuran kondisi akhir kelompok eksperimen X : Treatment atau pemberian perlakuan berupa latihan HIIT Y KK 1 : Pengukuran kondisi awal kelompok kontrol Y KK 2 : Pengukuran kondisi akhir kelompok kontrol Prosedur di dalam penelitian dengan pretest-posttest design, partisipan ditangani secara random untuk kelompok-kelompok dan kemudian diberikan pretest pada variabel dependen, Y, yaitu resiliensi. Variabel independen, X yaitu latihan HIIT ditangani atau diberikan suatu perlakuan berupa latihan untuk kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan latihan HIIT, dan kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan post test pada variabel dependen, Y atau variabel resiliensi. Perbedaan skor keduanya baik pada pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji secara statistik untuk menilai dampak variabel dependen atau variabel latihan HIIT Instrumen Penelitian Skala Resiliensi Alat ukur resiliensi menggunakan alat ukur dari Reivich dan Shatte (2002) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan disesuaikan konteksnya dengan fenomena yang akan diteliti. Alat ukur resiliensi ini terdiri dari 7 aspek, yaitu (1) Emotion Regulation, (2) Impulse Control, (3) Optimism, (4) Causal Analysis, (5) Empathy, (6) Self-efficacy, (7) Reaching out. Total item di dalam alat 28

29 ukur ini sebanyak 56 item. Tabel 3.1. akan memperlihatkan secara lebih lengkap mengenai pembagian item per aspek resiliensi pada alat ukur. Tabel 3.1. Aspek, Indikator dan Nomor Item Alat Ukur Resiliensi No Aspek Indikator favorabl e 1 Emotion Mampu mengendalikan emosi 1, regulation dalam menghadapi tekanan 2*,3*,4 Mampu menampilkan emosi yang wajar sesuai dengan keadaan 2 Impulse Mampu mengendalikan impuls 9,10*,12 control yang muncul dari dalam diri * unfavorabl Jum e lah 5*,8* 8 6,7 Mampu mengendalikan perilaku ,14*, Optimism Berpikir positif tentang keadaan yang dihadapi saat ini Berpikir positif akan keadaan yang akan dihadapi di masa depan 4 Causal Mampu mengidentifikasikan analysis penyebab dari permasalahan yang muncul Mampu menganalisis kemampuan diri dalam menghadapi permasalahan yang ada 5 Empathy Mampu mengenali emosi orang lain Yakin pada kemampuan sendiri untuk membantu kesulitan orang 6 Self efficacy lain Yakin pada kemampuan diri dalam mengatasi tekanan 17*,18* 22, *,20 21,24 25,26* 30*,31* 8 27*,28 29*,32* 33,34*,3 37*,38* 8 6* 35 39,40 41*,43* 45*,

30 7 Reaching out Yakin akan kemampuan diri untuk dapat sukses di masa depan Berani menghadapi resiko dari situasi yang tidak menyenangkan Mengambil aspek positif dari sebuah permasalahan 42,44 46,48* 49*,50 51,53*,54, * Jumlah 56 * item tidak digunakan Instrumen penelitian ini berbentuk angket dengan tingkat pengukuran ordinal kategori jawaban terdiri dari 5 tingkatan untuk analisis secara kuantitatif. Alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dari 1 sampai dengan 5 sebagai berikut. Untuk favorable, yaitu Sangat Setuju Sekali (SSS) diberi nilai 5, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Netral (N) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sebaliknya Untuk Unfavorable, yaitu: Sangat Setuju Sekali (SSS) diberi nilai 1, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 2, Netral (N) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 5. 8 Tabel 3.2. Format Skoring Skala Likert Kategori SSS SS N TS STS Favorable Unfavorable Adapun alat ukur resiliensi dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang diukur berdasarkan aspek-aspek resiliensi mengadaptasi pengukuran Reivich dan Shatte (2002). 30

31 3.12. Pengukuran Resiliensi Langkah-langkah Adaptasi Alat Ukur Langkah-langkah di dalam melakukan adaptasi skala resiliensi adalah sebagai berikut: a. Peneliti melakukan adaptasi dan translasi (bahasa Inggris Indonesia dan bahasa Indonesia Inggris) alat ukur resiliensi Reivich dan Shatte (2002) di dalam penelitian ini. b. Selanjutnya diperiksa oleh dosen atau expert judgement dlakukan pemeriksaan ketepatan alat ukur terkait konten maupun bahasa yang digunakan. c. Dilakukan uji coba untuk mengukur validitas dan reliabilitas alat ukur sebanyak 3 (tiga) kali. d. Membuang item-item yang validitas dan reliabilitasnya rendah Skoring Dalam pemberian skor digunakan skala Likert. Proses skoring akan dilakukan penjumlahan dari semua skor item resiliensi yang ada. Hasilnya berupa skor kasar yang kemudian akan dilakukan penggolongan tingkat resiliensi subyek ke dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi Analisis Data Teknik Uji Instrumen Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS. Teknik statistik 31

32 yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah Independent Sample T-Test Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur merupakan alat ukur yang baik atau tidak adalah dengan cara melakukan uji validitas dan reliabilitas. Alat ukur dikatakan alat ukur yang baik apabila alat ukur tersebut mengukur apa yang diukur, menghasilkan pengukuran yang konsisten serta mempunyai daya pembeda (Anastasi dan Urbina, 2007) Validitas Validitas alat ukur adalah sejauh mana akurasi suatu alat tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut (Azwar, 2012). Terdapat beberapa cara untuk menguji validitas suatu alat ukur, antara lain dengan menggunakan face validity, validitas isi (content validity), validitas kriteria (criterion validity), dan validitas konstruk (construct validity). Pada penelitian ini dilakukan teknik uji validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi alat ukur dilakukan dengan cara menggunakan penilaian yang dilakukan oleh ahli 32

33 (expert judgement) yaitu dosen yang memang ahli dalam resiliensi. Selanjutnya validitas konstruk digunakan untuk melihat apakah alat ukur sudah benar-benar mengukur konstruk yang hendak diukur. Koefisien validitas kurang dari 0,3 biasanya dianggap sebagai tidak memuaskan (Azwar, 2012) dan item yang validitasnya kurang dari 0,3 tidak digunakan. Makna skor diacukan pada posisi relatif skor terhadap suatu norma (mean) skor populasi teoretik sebagai parameter sehingga hasil ukur yang berupa angka (kuantitatif) dapat diintepretasikan secara kualitatif (Azwar, 2015). Biasanya, skor mentah (raw score) yang merepresentasikan hasil pengukuran suatu skala merupakan penjumlahan dari skor item-item dalam skala tersebut sehingga skor dapat langsung dimaknai dengan mengacu kepada norma interpretasi yan telah dibuat. Cara kategorisasi adalah kategorisasi berdasar signifikansi perbedaan. Cara ini bertujuan untuk kategorisasi individu dalam ke dalam jenjang-jenjang Rendah, Sedang, dan Tinggi namun tidak dengan mengasumsikan distribusi populasi yang normal. Kategori ini terutama digunakan apabila jumlah individu dalam kelompok yang hendak didiagnosis tidak begitu besar (Azwar, 2015). Kategorisasi diagnosis berdasar skor sebagai berikut: 1. Skor rendah adalah skor subyek yang jatuh dibawah nilai rata-rata dikurangi standar deviasi. 2. Skor rata-rata adalah skor subyek yang jatuh diantara nilai skor tinggi dan skor rendah. 3. Skor tinggi adalah skor subyek yang jatuh dibawah nilai rata-rata dikurangi standar deviasi. 33

34 Reliabilitas Reliabilitas merupakan konsistensi skor yang dicapai subyek yang sama ketika ia diuji-ulang dengan alat tes yang sama pada waktu berbeda atau dengan sejumlah item yang ekuivalen (Anastasi dan Urbina, 1997). Peneliti menggunakan teknik pengujian reliabilitas Cronbach Alpha karena merupakan penelitian dengan administrasi tunggal dan respon pada item-itemnya politomi. Pada teknik Cronbach Alpha ini akan terlihat konsistensi respon terhadap seluruh item di dalam alat ukur. Semakin homogen item-item dari alat ukur maka akan semakin tinggi konsistensi antar item yang berarti memiliki nilai koefisien yang tinggi (Anastasi dan Urbina, 1997). Item akan dinilai baik apabila memiliki skor reliabilitas diatas 0,6 (Kerlinger dan Lee, 2000). Reliabilitas asli alat ukur dari Reivich dan Shatte (2002) menggunakan teknik Test-retest Reliability dan Inter-item Reliability. Berikut data korelasi antar item menggunakan Test-retest Reliability adalah: Tabel 3.3. Test-retest Reliability Faktor Average Inter-item r s Emotion Regulation.35 Impulse Control.16 Causal Analysis.13 Self-eficasy.19 Optimism.14 Empathy.34 Reaching Out.14 (Sumber:Adaptiv Learning System, 34

35 Data korelasi antar item-faktor menggunakan Inter-item Reliability sebagai berikut: Tabel 3.4. Inter-item Reliability Faktor Average Item-factor r s Emotion Regulation.62 Impulse Control.45 Causal Analysis.49 Self-eficacy.49 Optimism.63 Empathy.66 Reaching Out.44 (Sumber:Adaptiv Learning System 35

PERAN HIIT DI DALAM MENINGKATKAN RESILIENSI PERAWAT DI RSAU DR. MOHAMMAD SOETOMO PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

PERAN HIIT DI DALAM MENINGKATKAN RESILIENSI PERAWAT DI RSAU DR. MOHAMMAD SOETOMO PONTIANAK KALIMANTAN BARAT PERAN HIIT DI DALAM MENINGKATKAN RESILIENSI PERAWAT DI RSAU DR. MOHAMMAD SOETOMO PONTIANAK KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan dalam penelitian atau biasa disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sugiyono (2008:107) Terdapat tiga metode penelitian bila dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dijelaskan oleh Sugiyono (2010:2) bahwa Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah agar

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam yaitu: penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau

III. METODOLOGI PENELITIAN. faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA Pendahuluan Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh peneliti untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. artinya penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan kausalita atau

BAB III METODE PENELITIAN. artinya penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan kausalita atau BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, artinya penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan kausalita atau sebab-akibat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMPN 2 Maja tepatnya di kabupaten majalengka kecamatan maja. Populasi penelitian adalah semua siswa dan siswi yang mengikuti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimen Semu dengan menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cilimus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2014 hlm. 3). Adapun cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang akan digunakan penulis untuk mengetahui pengaruh latihan daya tahan otot sistem set terhadap perubahan kadar lemak tubuh dan massa otot yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam setiap melakukan suatu penelitian, perlulah adanya suatu metode penelitian untuk memperoleh, menganalisis dan menyimpulkan data hasil penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian analitik eksperimental dengan desain random control trial (RCT)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian analitik eksperimental dengan desain random control trial (RCT) digilib.uns.ac.id 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian analitik eksperimental dengan desain random control trial (RCT) B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat studi eksperimental untuk melihat perbedaan pemberian antara latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric dengan latihan

Lebih terperinci

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan) SENAM REFLEKSI Senam refleksi dilakukan dengan menggabungkan gerakan tubuh dan teknik pengaturan pernapasan. Tujuannya adalah memperbaiki fungsi-fungsi otot-otot yang berhubungan dengan alat-alat/organ

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah latihan half squat jump dan split

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah latihan half squat jump dan split BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian disusun dengan penuh perhitungan agar dapat menghasilkan petunjuk yang kuat hubungannya dengan masalah penelitian. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah di Lapangan Gasmin yang beralamat di Jln. Kuningan Antapani, Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2004, hlm. 1), metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

1. Stretching Pantat. LATIHAN OTOT PANTAT DAN HAMSTRING (Paha belakang) By Ronny J. Kutadinata. Basic

1. Stretching Pantat. LATIHAN OTOT PANTAT DAN HAMSTRING (Paha belakang) By Ronny J. Kutadinata. Basic LATIHAN OTOT PANTAT DAN HAMSTRING (Paha belakang) By Ronny J. Kutadinata 1. Stretching 1.1. Pantat Basic 1. Berbaringlah dengan kedua kaki lurus di depan Anda. 2. Bawa kaki kiri ke atas, tertekuk di lutut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat. 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena salah satu ciri dari penelitian adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai penentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu. Penelitian eksperimental ini meniru kondisi penelitian eksperimental murni semirip mungkin,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan 35 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang di gunakan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah data yang dapat membantu untuk membahas masalah dalam suatu penelitian tersebut.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA 55 LAMPIRAN TEKNIK PELAKSANAAN LATIHAN HATHA YOGA PERSIAPAN LATIHAN Partisipan menggunakan pakaian yang bersih dan longgar. Partisipan tidak memakai alas kaki selama latihan. Karena latihan yoga harus

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kesegaran Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri Purwodadi Tegalrejo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007 : 13) data penelitian pada pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasilasional bentuk bivariate, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Lampiran 4. TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352).

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352). 0 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena adanna perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:35). Bertujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang 18 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang valid untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2011, hlm. 3) menyatakan bahwa metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Abdul Malik AA Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Oktober 1987 Alamat : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang No Tlp : 08569077785 Riwayat Pendidikan : 1. SDN Karawaci XII,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada tahun pelajaran 013/014. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penulisan Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan merupakan eksperimen murni tapi seolah-olah murni. Menurut Danim (2004), penulisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pembelajaran lari ABC terhadap kemampuan dasar lari sprint siswa sekolah dasar kelas IV. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Eksperimen adalah suatu penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan BAB III METODE PENELITIAN.1 Metode Penelitian Metode merupakan suatu syarat penting yang tidak boleh ditinggalkan dalam penelitian, karna keberhasilan suatu penelitian tergantung dari pemilihan metode

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (00: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penggunaan sebuah metode dalam penelitian bertujuan agar dapat memperoleh data yang dapat mengungkap permasalahan yang ingin diselesaikan. Hal ini seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian M e t o d e p e n e l i t i a n a d a l a h s u a t u c a r a a t a u t e k n i k y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e m e c a h k a n s u a t u m

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Suatu hasil dari penelitian harus diuji

Lebih terperinci

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ketiga ini, penulis akan memaparkan metode dari penelitian ini yang meliputi partisipan penelitian (didalamnya terdapat karakteristik partisipan, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan The Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini memiliki skema

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu atau kuasi (Quasi Experimental) yaitu penelitian eksperimental yang penyamaan kelompok kontrol dengan kelompok

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 42 4. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini membahas mengenai responden penelitian, peneliti, tipe dan desain penelitian, alat ukur penelitian, cara pengolahan data, metode pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Desain penelitian korelasional dipilih oleh peneliti karena desain

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan eksperimen semu, yaitu eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan bola voli SD Negeri Kemiren Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental design). Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptive dengan pendekatan kuantitatif karena dari beberapa metode penelitian yang ada, peneliti merasa

Lebih terperinci

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat Perkembangan gerakan kasar Bulan Pencapaian Titik Pencapaian 1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan 2 Setengah miring jika dalam posisi tengkurap, selalu meletakkan pipi ke alas secara bergantian disebut titik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif non eksperimen, disain yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian Sugiyono (2012, hlm. 72) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang dikemukakan Sugiyono (2012) pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 adalah penelitian inferensial. Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 adalah penelitian inferensial. Analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh kegiatan olahraga terhadap prokrastinasi akademik siswa kelas XI Teknik Permesinan SMK Muhammadyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Proses suatu penelitian hendaknya dapat ditentukan suatu metode penelitian yang akan digunakan, hal ini berdasarkan pada suatu pemahaman bahwa metode

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Mengenai metode ini Nazir (2005:63) dalam Maulina (2011:56) menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

Lebih terperinci

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI 2015 PROSEDUR PELAKSANAAN DAN RUBRIK PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN BIDANG KEOLAHRAGAAN 1. MATERI UJIAN Uji Keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. R. W. Monginsidi Karanganyar. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot tungkai, power otot lengan, kelentukan dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

Lebih terperinci