BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Deskriptif Lokasi Penelitian Asrama Mahasiswa Nusantara UNG merupakan salah satu fasilitas pendukung milik Universitas Negeri Gorontalo yang berfungsi sebagai tempat tinggal mahasiswa yang berasal dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo. Asrama Mahasiswa Nusantara UNG biasa dikenal oleh masyarakat umum dengan nama Asrama Putri atau Ramsis. Asrama ini terletak di Jalan Arif Rahman Hakim dengan jumlah bangunan 50 blok, jumlah kamar 200 kamar, dan jumlah penghuni ± 500 orang. Disebut Asrama Nusantara karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari berbagai daerah yaitu mahasiswa Ternate, Kendari, Buol, Bali, Kotamobagu, Pagimana, Luwuk, Papua, Paguyaman, Sumalata, Tilamuta dan masih banyak lagi. Di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG terdapat lima kantin yang berfungsi menyediakan makanan jadi yang siap dikonsumsi oleh mahasiswa dengan harga yang relatif murah. Namun, kondisi sanitasi kantin yang ada disekitar lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG masih kurang memenuhi syarat. Perilaku penjamah makanan dalam mengelola dan melayani pembeli juga masih kurang baik seperti tidak menggunakan penutup kepala, celemek, bahkan masih ditemukan berbicara pada saat mengolah makanan serta di depan jajanan yang dijual. Makanan yang dijual di asrama ini hampir semua menggunakan sambal sebagai pelengkap makanan, sehingga dengan perilaku penjamah yang kurang baik akan sangat

2 berpengaruh pada makanan yang dihasilkan terutama sambal yang dibuat sendiri mengingat keadaan tersebut akan memudahkan terjadinya kontaminasi bakteri seperti bakteri coli Hasil Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi untuk melihat hygiene penjamah makanan serta melakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat keberadaan bakteri E.coli dalam sambal yang dibuat sendiri oleh penjamah makanan serta digunakan sebagai pelengkap makanan pada setiap kantin Karakteristik Penjamah Makanan Karakteristik penjamah makanan yang bekerja pada kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel: Tabel 4.2 Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kantin di Lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo Jenis Kelamin Jumlah n % Laki-laki 1 10 Perempuan 9 90 Jumlah Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam usaha kecil seperti kantin atau warung makan penjamah makanan yang berjenis kelamin perempuan masih lebih banyak ditemukan dari laki-laki. Selain faktor perilaku, biasanya sikap laki-laki ada kecenderungan menganggap remeh suatu pekerjaan dibanding perempuan. Namun, jika dilihat dari keberadaan bakteri E.coli, perempuan dan laki-laki memiliki risiko yang sama besar menyebabkan kontaminasi bakteri E.coli pada makanan yang diolah. Hal ini dapat disebabkan dari sikap dan perilaku penjamah yang kurang baik serta pengetahuan

3 penjamah yang kurang tentang personal hygiene seperti berbicara saat mengolah makanan, tidak menggunakan penutup kepala, lupa mencuci tangan sebelum dan setelah mengolah makanan, serta kurang menjaga kebersihan rambut dan kuku yang menyebabkan tingginya kontaminasi bakteri E.coli pada makanan. Tabel 4.3 Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Umur pada Kantin di Lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo No Umur Jumlah (Tahun) n % Jumlah Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa penjamah makanan yang bekerja di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara paling banyak yang berusia tahun dengan persentase tertinggi yaitu 7 orang (70%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pemilik kantin sekaligus penjamah makanan di kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahsiswa Nusantara UNG berusia 40 tahun keatas sedangkan untuk usia dibawah 30 tahun biasanya adalah anak atau anggota keluarga pemilik kantin tersebut Personal Hygiene Penjamah Makanan Di bawah ini dapat dilihat tabel distribusi personal hygiene penjamah makanan setiap kantin berdasarkan jenis kelamin.

4 Tabel 4.4 Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan Setiap Kantin Berdasarkan Jenis Kelamin Personal Hygiene Jumlah Kantin Tidak Memenuhi Memenuhi Syarat Syarat n % L % P % L % P % A B C D E Jumlah (Sumber : Data Primer 2012) Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 10 orang penjamah makanan yang bekerja pada kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG hampir semua tidak memenuhi syarat sebagai penjamah makanan yang baik menurut Kepmenkes No. 942 tahun Tabel 4.5 Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Jenis Kelamin Personal Hygiene Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki % Perempuan % n % Tidak memenuhi syarat 1 14,3 6 85, Memenuhi syarat Jumlah (Sumber : Data Primer 2012) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 10 orang penjamah makanan, ada 7 orang penjamah yang personal hygienenya tidak memenuhi syarat yaitu 1 orang laki-laki (14,3%) dan 6 orang perempuan (85,7%) sedangkan penjamah makanan yang personal hygienenya memenuhi syarat 3 orang (100%) yang berjenis kelamin perempuan.

5 Tabel 4.6 Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan Berdasarkan Umur Personal Hygiene Umur (Tahun) Jumlah % % % n % Tidak memenuhi syarat 1 14,3 5 71,4 1 14, Memenuhi syarat 1 33,3 2 66, Jumlah (Sumber : Data Primer 2012) Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa personal hygiene penjamah makanan berdasarkan umur persentase tertinggi untuk personal hygiene yang tidak memenuhi syarat terdapat pada umur tahun (71,4%) sedangkan untuk personal hygiene penjamah makanan yang memenuhi syarat persentase tertinggi juga pada umur tahun (66,7%). Hal ini menunjukkan bahwa usia tahun merupakan usia dimana seseorang mencapai kedewasaannya. Namun, jika dilihat dari jumlah persentase personal hygienenya masih banyak yang tidak memenuhi syarat. Sehingga bertambahnya umur seseorang tidak menjamin sikap dan tindakannya tentang kebersihan diri akan baik pula Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherchia coli Pada Sambal Untuk melihat keberadaan bakteri E.coli dalam sambal, peneliti menggunakan pemeriksaan laboratorium melalui metode MPN (Most Probable Numbers) dengan menggunakan dua uji yaitu uji penduga dan uji penguat. Pemeriksaan ini dilakukan selama 3 hari dimana sampel diambil secara bersamaan dalam waktu yang sama dan langsung dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Adapun hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut:

6 Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Bakteri Coliform pada Sambal dengan Menggunakan Uji Penduga Sambal Pengenceran MPN Coliform ,5 x ,2 x Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37 0 C, dari 5 sampel sambal yang diteliti 2 sampel mengandung bakteri Coliform dan 3 sampel tidak mengandung bakteri Coliform. Berdasarkan hitungan tabel MPN 3 sampel sambal yang bernilai 0 (nol) tersebut sebenarnya tercemar bakteri Coliform namun masih dalam skala kecil. Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherchia coli pada Sambal dengan Menggunakan Uji Penguat Sambal Pengenceran Ket (ada E.coli) (ada E.coli) (ada E.coli) Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37 0 C, dari 5 sampel sambal yang diinkubasi 3 sampel positif mengandung bakteri E.coli dan 2 sampel negatif.

7 Tabel 4.9 Keberadaan Bakteri Escherchia coli Pada Sambal Berdasarkan Kantin Keberadaan Bakteri Escherchia coli Kantin Positif Negatif A ada E.coli - B ada E.coli - C - tidak ada E.coli D - tidak ada E.coli E ada E.coli - Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium pada sampel sambal, 3 sampel sambal dari 5 sampel sambal yang diambil pada masing-masing kantin ditemukan mengandung bakteri Escherchia coli. Berdasarkan Kepmenkes RI No.715 tahun 2003 makanan memenuhi syarat bila angka bakteri E.coli 0 per gram sampel makanan. Dengan demikian, 3 sampel sambal yang ditemukan positif mengandung bakteri E.coli tidak memenuhi syarat Kepmenkes Hubungan Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan Bakteri Escherchia coli pada Sambal Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui hubungan personal hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri Escherchia coli pada sambal dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.10 Crosstabulation Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan E.coli pada Sambal Personal Hygiene Positif E.coli Jumlah α P Positif % Negatif % n % Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat ,05 0,008 Jumlah (Sumber : Data Primer 2012)

8 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 7 penjamah yang personal hygienenya tidak memenuhi syarat setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium pada sambal yang mereka hasilkan ditemukan positif mengandung bakteri Escherchia coli. Berdasarkan uji Fisher Exact menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan bermakna antara hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri Escherchia coli pada sambal (p value = 0,008) di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG. Untuk melihat besar kuat hubungan penjamah makanan dengan keberadaan bakteri Escherchia coli pada sambal di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG menggunakanan rumus : ɵ = = = ad bc a+b c+d a+c (b+d) [ 7.3) (0.0 ] (0+3) (3) = = ɵ = 1,000. Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapat nilai 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa kuat hubungan hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri E.coli pada sambal berdasarkan tabel kuat hubungan adalah sangat kuat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hygiene penjamah makanan sangat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri E.coli pada

9 makanan khususnya sambal yang dibuat sendiri oleh penjamah makanan tersebut dengan nilai kuat hubungan 1,000 (sangat kuat). 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian pada 10 orang penjamah makanan dan sambal yang mereka gunakan sebagai pelengkap makanan maka pembahasan dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan hygiene penjamah makanan dengan Keberadaan bakteri E.coli pada sambal di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG Karakteristik Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa penjamah makanan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki. Beberapa teori dari berbagai penelitian menyatakan bahwa perbedaan jumlah penjamah laki-laki dan perempuan didasarkan dari perbedaan perilaku. Selain perbedaan perilaku, umumnya pada usaha kecil seperti kantin atau warung makanan perempuan paling banyak melamar kerja sebagai penjamah makanan karena sikap laki-laki ada kecenderungan menganggap remeh suatu pekerjaan dibanding perempuan. Di samping itu, faktor lain seperti adanya hubungan kekeluargaan dengan pemilik kantin merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perempuan lebih banyak bekerja sebagai penjamah makanan dari pada laki-laki. Namun, jika dilihat dari keberadaan bakteri E.coli, perempuan dan laki-laki memiliki risiko yang sama besar menyebabkan kontaminasi bakteri E.coli pada makanan yang diolah. Hal ini dapat disebabkan karena sikap dan perilaku penjamah pada saat mengolah makanan serta pengetahuan penjamah yang masih kurang tentang pentingnya personal hygiene juga menjadi salah satu penyebab masih tingginya kontaminasi bakteri E.coli pada makanan yang dihasilkan. Hasil penelitian senada dilakukan oleh Susanna (2003) dimana jumlah pedagang laki-laki lebih sedikit dibandingkan responden perempuan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh

10 Yosvita Maria (2011) pada Instalasi Gizi RSUD Dr. Kanujoso Balikpapan dimana jenis kelamin tenaga pengolah makanan sebagian besar adalah perempuan sebanyak 8 orang (80 %), serta hasil penelitian Afriyenti (2002) di Instalasi Gizi RSJ Pekanbaru dan Instalasi Gizi RSI Ibnu Sina Pekanbaru dimana sebagian besar (83,3%) penjamah makanan di Instalasi Gizi RSJ Pekanbaru dan seluruh penjamah makanan di Instalasi Gizi RSI Ibnu Sina Pekanbaru adalah perempuan. Namun, agak berbeda dengan hasil penelitian Agustina (2009) yang dimana dari 23 pedagang makanan jajanan tradisional sebagai responden terdapat 52,2% responden berjenis kelamin lakilaki dan 47,8% responden berjenis kelamin perempuan. Namun, jika dilihat dari personal hygienenya dari 10 orang penjamah makanan ada 7 orang penjamah yang personal hygienenya tidak memenuhi syarat yaitu 1 orang laki-laki (14,3%) dan 6 orang perempuan (85,7%) sedangkan untuk penjamah makanan yang personal hygienenya memenuhi syarat yaitu 3 orang (100%) yang berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini agak berbeda dari hasil penelitian Agustina (2009) 52,2% responden yang higiene perorangan yang sudah baik, sedangkan sisanya sebesar 47,8% responden higiene perorangannya tidak baik. Beberapa hal seperti berbicara saat mengolah makanan, tidak menggunakan penutup kepala, lupa mencuci tangan sebelum mengolah makanan, tidak menggunakan celemek dan pakaian yang bersih dan rapis serta kurang menjaga kebersihan rambut dan kuku yang menyebabkan personal hygiene penjamah makanan yang ada di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG masih banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai seorang penjamah makanan berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun Karakteristik Penjamah Makanan Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3, ada 7 orang penjamah makanan berusia tahun, 2 orang (20%) yang berusia dan 1 orang (10%) yang berusia tahun.

11 Namun, jika dilihat dari personal hygienenya persentase tertinggi untuk personal hygiene yang tidak memenuhi syarat terdapat pada umur tahun (71,4%), sedangkan untuk personal hygiene penjamah makanan yang memenuhi syarat juga terdapat pada umur tahun (66,7%). Teori dari berbagai penelitian menyatakan bahwa umur mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Hal penelitian senada dilakukan oleh Marsaulina tahun 2004 di DKI Jakarta yang menyimpulkan adanya hubungan antara kebersihan perorangan dengan umur penjamah makanan. Semakin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya dan makin tepat segala tindakannya. Semakin tinggi umur penjamah makanan maka semakin baik kebersihan penjamah makanan. Beberapa penelitian mengaitkan berbagai kategori umur penjamah makanan dengan perilaku dan pengetahuan penjamah makanan. Sebuah survei di Inggris menunjukkan bahwa 81% penduduk usia 55 tahun atau lebih selalu memastikan agar makanannya disajikan dalam keadaan panas dan memakannya segera setelah disajikan, sementara pemuda usia kurang dari 24 tahun yang melakukannya hanya 54% (WHO, 2006). Hasil penelitian senada dilakukan oleh Yosvita Maria (2011) di Instalasi Gizi RSUD Dr. Kanujoso Balikpapan. Hasil penelitian dari data karakteristik subjek penelitian untuk umur tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi 60% berusia tahun serta hasil penelitian Afriyenti (2002) di Instalasi Gizi RSJ Pekanbaru dan Instalasi Gizi RSI Ibnu Sina Pekanbaru dimana usia penjamah makanan di RSJ Pekanbaru (50%) dan RSI Ibnu Sina Pekanbaru (44,4%) berusia tahun dan ini merupakan usia produktif. Tingginya persentase penjamah makanan yang tidak memenuhi syarat menunjukkan bahwa personal hygiene penjamah makanan pada lima kantin yang ada di lingkungan Asrama

12 Mahasiswa Nusantara UNG masih kurang baik, sehingga hal tersebut akan sangat berpengaruh pada kualitas makanan yang akan mereka hasilkan. Berdasarkan hasil uraian diatas, semakin bertambahnya usia tidak menjamin personal hygienenya semakin baik Hubungan Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan Bakteri Escherchia coli pada Sambal Hasil penelitian dengan uji Fisher Exact Test menunjukkan bahwa ada hubungan hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri Escherchia coli pada sambal di kantin di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo dengan nilai p value 0,008 dengan kuat hubungan 1,000 (sangat kuat). Hal ini didasarkan dari hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel sambal yang dibuat oleh 7 orang penjamah makanan yang personal hygienenya tidak memenuhi syarat ditemukan positif mengandung bakteri Escherchia coli. Dengan adanya Escherichia coli menunjukan telah terjadi kontaminasi yang berasal dari feses. Selain itu, keberadaan Escherichia coli merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau sanitasi yang tidak memadai. Hal ini tampak dari sikap penjamah yang masih kurang baik selama proses pengolahan seperti berbicara sambil mengolah sambal, ada sebagaian penjamah makanan yang ditemukan selain bertindak sebagai penjamah makanan juga bertindak sebagai kasir sehingga tangan penjamah kontak langsung dengan uang lalu kembali mengolah makanan tanpa mencuci tangan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab kontaminan bakteri terhadap makanan. Penjamah makanan (foodhandler) merupakan sumber utama kontaminasi makanan. Tangan, nafas, rambut dan keringat dapat mencemari makanan. Pemindahan feses (kotoran) manusia dan hewan melalui karyawan merupakan sumber potensial mikroorganisme pathogen yang dapat masuk kedalam rantai pangan. Kebersihan penjamah, terutama kebersihan tangan sangat perlu diperhatikan. Keadaan tangan yang kotor dan memiliki kuku panjang serta

13 kebiasaan mencuci tangan sebelum dan setelah menjamah makanan memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri seperti bakteri E.coli. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang hygiene perorangan serta perilaku yang kurang baik pada saat mengolah makanan akan menyebabkan menurunya kualitas makanan yang dihasilkan. Purnawijayanti (2001:41) mengemukakan bahwa kebersihan penjamah makanan atau higiene perorangan merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Andry Hartono (dalam Moro, 2011) mengemukakan bahwa : tingkat pengetahuan tentang higiene sanitasi makanan juga dapat mempengaruhi para pekerja untuk menerapkan higiene sanitasi makanan saat mereka sedang melakukan proses produksi. Selain personal hygiene, pengetahuan yang perlu diketahui oleh penjamah makanan berdasarkan Depkes (2003) yaitu bahan pencemaran terhadap makanan, penyakit bawaan makanan, prinsip higiene sanitasi makanan bagi penjamah makanan, dan pemeliharaan kebersihan lingkungan serta personal hygiene. Dengan demikian, penjamah makanan harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri. Hasil penelitian senada dilakukan oleh Frediyaz Moro 2011 di Warung Penyet Sekaran Gunungpati Kota Semarang. Hasil pemeriksaan terhadap 25 penjamah makanan, pengetahuan penjamah makanan yang buruk terdapat 6 (85,7%) sampel dengan keberadaan Escherichia coli yang tidak memenuhi syarat dengan nilai p value 0,030. Penelitian senada dilakukan oleh Hanif Amalia Hidayat (2010) studi pada kantin di lingkungan Universitas Diponegoro Tembalang. Hasil pemeriksasan Hubungan antara praktik penjamah makanan mengenai higiene sanitasi

14 makanan dengan keberadaan E.coli pada nasi rames diuji dengan Fisher Exact Test menunjukkan ada hubungan antara praktik penjamah makanan mengenai higiene sanitasi makanan dengan keberadaan E.coli pada nasi rames (p=0,005). Kebersihan kuku, tangan, rambut, dan pakaian merupakan aspek personal hygiene yang harus diketahui oleh penjamah makanan karena jika tidak dilakukan dengan benar akan memudahkan terjadinya kontaminasi bakteri pada makanan terutama makanan-makanan yang diolah langsung oleh penjamah makanan dalam hal ini sambal yang mereka buat untuk digunakan sebagai pelengkap makanan. Berdasarkan hasil pengamatan tentang aspek personal hygiene seperti menjaga kebersihan kuku, rambut, mencuci tangan sebelum mengolah makanan, menggunakan alas tangan pada saat mengolah makanan, mengenakan pakaian yang bersih dan rapi, menggunakan celemek dan penutup kepala serta tidak berbicara pada saat mengolah makanan masih belum dilakukan dengan benar oleh semua penjamah makanan yang bekerja pada lima kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara UNG karena para penjamah makanan lebih mementingkan kecepatan dalam melayani pembeli dari pada kualitas makanan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi sehingga hal tersebut menyebabkan tingginya kontaminasi bakteri E.coli pada makanan dalam hal ini sambal yang dibuat sendiri serta tidak memenuhi syarat Kepmenkes No.942 tahun 2003 tentang penjamah makanan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia (Mansauda, 2014). Makanan yang sehat dan aman merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu kualitas makanan yang baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan hal yang penting bagi kesehatan manusia. Saat ini banyak terjadi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor penyebab kontaminasi makanan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Food Handler s Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli RINGKASAN

ABSTRACT. Keywords: Food Handler s Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli RINGKASAN HUBUNGAN PRAKTIK HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP CEMARAN Escherichia coli PADA MAKANAN GADO-GADO DI SEPANJANG JALAN KOTA MANADO CORRELATION FOOD HANDLER S HYGIENE SANITATION PRACTICE WITH CONTENT

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2013. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Andry Hartono. 2005. Penyakit Bawaan Makanan. Jakarta: EGC. Astuti dkk, 2010. The Correlation Between Knowledge

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, pada pasal 1 menyebutkan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 2 (3) (2013) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN PRAKTEK HIGIENE PEDAGANG DENGAN KEBERADAAN ESCHERICIA COLI PADA RUJAK YANG DI JUAL DI SEKITAR KAMPUS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia.keamanan pangan menurut UU RI No. 7 Tahun (1996) adalah upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Perilaku, Penjamah Makanan, Mie Basah, Bakteri

Kata Kunci: Perilaku, Penjamah Makanan, Mie Basah, Bakteri HUBUNGAN PERILAKU PERILAKU PENJAMAH PENJAMAH MAKANAN MAKANAN DENGAN KEBERADAAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI BAKTERI PADA MIE PADA BASAH MIE DI BASAH LINGKUNGAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan penting untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti sel-sel tubuh

Lebih terperinci

SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 ABSTRAK

SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 ABSTRAK 1 SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Ratni Latudi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA Jl. Balai Rakyat No.2 Cakung Timur Jakarta Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Makanan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan khususnya bidang gizi terus berkembang dari waktu ke waktu sehingga memberikan dampak bagi pelayanan gizi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan yang bergizi sangat penting untuk kebutuhan tubuh tetapi makanan yang aman atau terjamin mutunya juga sangat penting agar tidak merusak tubuh karena penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung

Lebih terperinci

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi: HUBUNGAN SANITASI DENGAN STATUS BAKTERIOLOGI (STATUS Koliform DAN KEBERADAAN Salmonella sp) PADA JAJANAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KECAMATAN TEMBALANG, SEMARANG Ririh Citra Kumalasari 1 1) Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab makanan yang kita makan bukan saja harus memenuhi gizi tetapi harus juga aman dalam arti tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya (Santoso & Anne, 1999). Warung makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es batu merupakan bahan pelengkap yang berasal dari air yang dibekukan di dalam lemari pendingin. Pembekuan es batu melalui proses pendinginan air dibawah suhu 0 0 C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga. menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga. menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak azasi konsumen. Pangan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan papan. Makanan mengandung nilai gizi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEBERADAAN E. coli PADA AIR CUCIAN PERALATAN MAKAN PEDAGANG MAKANAN DI TEMBALANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEBERADAAN E. coli PADA AIR CUCIAN PERALATAN MAKAN PEDAGANG MAKANAN DI TEMBALANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEBERADAAN E. coli PADA AIR CUCIAN PERALATAN MAKAN PEDAGANG MAKANAN DI TEMBALANG Rifka Fauzia Bilqis, Nur Endah Wahyuningsih, Yusniar Hanani

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG Volume 4, Nomor 3, Juli 6 (ISSN: 356-3346) http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/jkm STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan atau memberi gambaran tentang hygiene sanitasi dan uji

Lebih terperinci

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 Ismiaty Abdullah Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan, biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau di masak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Makanan penting baik untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan kehidupan.

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: ) ANALISIS HUBUNGAN DAN SANITASI DENGAN KEBERADAAN COLIFORM FECAL PADA HANDLE PINTU TOILET DI TEMPAT TEMPAT UMUM DI KOTA SEMARANG Purwita Sari *), Nurjazuli **), Sulistiyani *) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian survei ini bersifat Deskriptif yaitu mengetahui gambaran hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur yang dijual oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Lampiran 1. Summary HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Djamaludin Musa NIM. 811409137 Jurusan

Lebih terperinci

STUDI HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DI KECAMATAN KOTA TIMUR DAN KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO 2012

STUDI HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DI KECAMATAN KOTA TIMUR DAN KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO 2012 STUDI HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DI KECAMATAN KOTA TIMUR DAN KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO 2012 Fitriani R. Blongkod Nim : 811408026. Studi Hygiene Sanitasi Rumah Makan di Kecamatan Kota Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna, dan berhasil guna dengan mengutamakan

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo Indonesia, Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Setelah mendengar dan membaca penjelasan diatas maka saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur : Alamat : No Hp : Menyatakan setuju untuk menjadi responden pada

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 3 (4) (2014) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DENGAN KANDUNGAN E. COLI PADA SAMBAL YANG DISEDIAKAN

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Hubungan Higiene Pedagang Dan Sanitasi Dengan Keberadaan Escherichia Coli Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo Tahun 2014. Waktu penelitian ini pada bulan Januari

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Sebagai kebutuhan dasar, manusia memerlukan makanan yang terdiri dari flora

Lebih terperinci

Lampiran 1. Summary. Nama : Defiyanti Pratiwi Nim :

Lampiran 1. Summary. Nama : Defiyanti Pratiwi Nim : Lampiran 1 Summary Hygiene Sanitasi Pedagang Kue Dan Keberadaan Escherichia coli Pada Makanan Jajanan Kue Cucur Di Wilayah Pasar Tradisional Desa Kaliyoso Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi. pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi. pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ruang lingkup kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dibagi atas empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS MAKANAN DAN GAMBARAN FASILITAS SANITASI DAPUR DI INSTALASI GIZI RS X Asih Apriliyani 1, Maya Savira 2, Lilly Haslinda 3

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS MAKANAN DAN GAMBARAN FASILITAS SANITASI DAPUR DI INSTALASI GIZI RS X Asih Apriliyani 1, Maya Savira 2, Lilly Haslinda 3 PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS MAKANAN DAN GAMBARAN FASILITAS SANITASI DAPUR DI INSTALASI GIZI RS X Asih Apriliyani 1, Maya Savira 2, Lilly Haslinda 3 ABSTRACT Food is needed by the body but food can also be

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL Heriyani Hasnawi 811408035 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI 38 PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI Chairunnisa 1, Sri Subekti 2, Ai Nurhayati 2 Abstrak: Penelitian ini di latar belakangi oleh pentingnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 6 sampai 12 tahun memiliki fisik lebih kuat dibandingkan dengan balita, memiliki sifat indifidual yang aktif, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah dijelaskan bahwa upaya penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatankegiatan kesehatan keluarga,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Pada Fakultas

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan bagian penting dalam pengolahan makanan yang harus dilaksanakan denga baik. Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk masak, minum, mencuci dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. E. coli termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber kehidupan mutlak adalah ketersediaan air dengan jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air. Manusia hidup diatas kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG Haryudi Okta Sofiyanto 1), Tri Joko 2), Nur Endah W 2) 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa.kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013 PERILAKU HIGIENE PENGOLAH MAKANAN BERDASARKAN PENGETAHUAN TENTANG HIGIENE MENGOLAH MAKANAN DALAM PENYELENGGARAAN MAKANAN DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA PELAJAR JAWA TENGAH HYGIENE BEHAVIOR OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan. penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan. penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Semarang

Universitas Muhammadiyah Semarang 30 Perilaku Higiene Pengolah Makanan Berdasarkan Pengetahuan Tentang Higiene Mengolah Makanan Dalam Penyelenggaraan Makanan Di Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa Tengah Suci Fatmawati 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan (foodborne illnesses) pada orang yang mengonsumsinya. Lebih dari 250

BAB I PENDAHULUAN. makanan (foodborne illnesses) pada orang yang mengonsumsinya. Lebih dari 250 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling utama, sehingga pemenuhan konsumsi pangan yang cukup wajib diwujudkan. Selain segi kuantitas makanan, dari segi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR ISI ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan modal pokok dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negara. Pemerintah telah telah merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi optimal seperti vitamin, mineral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food) adalah makanan dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional, untuk melihat gambaran hubungan sanitasi kantin dan pelatihan penjamah makanan dengan laik fisik tempat pengolahan

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin akan menimbulkan penyakit atau

Lebih terperinci