HASIL PENELITIAN 4 A. JALUR LINTAS SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENELITIAN 4 A. JALUR LINTAS SELATAN"

Transkripsi

1 HASIL PENELITIAN 4 A. JALUR LINTAS SELATAN Pada Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa, terdapat 3 lokasi studi yang akan dievaluasi lokasi black spot-nya sebagaimana dijelaskan sebagai berikut. 1. KabupatenNgawi Kabupaten Ngawi merupakan sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Ngawi. Kota kabupaten ini terletak di bagian barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km 2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km 2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 19 kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, namun karena prasarana Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka 4-1

2 administrasi di kedua kecamatan baru belum terbentuk maka dalam publikasi ini masih menggunakan Perda yang lama. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur Timur. Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (keduanya termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah), dankabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun di selatan, serta Kabupaten Sragen (Jawa Tengah) di barat. Bagian utara merupakan perbukitan, bagian dari Pegunungan Kendeng. Bagian barat daya adalah kawasan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Lawu (3.265 meter). Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), yang memulai pendataan pada tanggal 1 sampai dengan 31 Mei 2010 mencatat jumlah Penduduk Kabupaten Ngawi berkisar jiwa. Kabupaten Ngawi dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, jalur utama Cepu, Bojonegoro-Madiun dan menjadi gerbang utama Jawa Timur jalur selatan. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api Jakarta-Yogyakarta-Bandung/Jakarta, namun tidak melewati ibukota kabupaten. Stasiun kereta api terdapat di Geneng, Paron, dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-2

3 Kedunggalar, dan Walikukun. Selain itu dari jalur tengah yang menghubungkan Solo ke Ngawi ada beberapa jalur jalan kelas III yang kemudian saling berkait dari paling barat Mantingan-Sine- Ngrambe, Gendingan-Walikukun-Ngrambe-Jogorogoke utara Paron terus Ngawi, sedangkan Jogorogo ke timur Kendal terus bisa ke Magetan, jalur ini sering dipakai sebagai jalur alternatif apabila jalur utama mengalami gangguan misalnya banjir, sehingga kendaraan banyak yang melintasi jalur ini dari kota Ngawi jalur pintas ke Surabaya melalui Karangjati kemudian ke Caruban/Surabaya. a. Lokasi Kecelakaan di Jalan Nasional-Provinsi Kabupaten Ngawi. Dari hasil analisis data sekunder, terdapat 6 titik lokasi kecelakaan pada jalan nasional dan provinsi di Kabupaten Ngawi sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Sedangkan Tabel 4.1 menunjukkan jumlah kecelakaan yang terjadi di 6 lokasi tersebut. Tabel 4.1 Lokasi dan Jumlah Kecelakaan di Ruas Jalan Nasional- Provinsi Kabupaten Ngawi NO KEC. KM JENIS KECELAKAAN NILAI FATAL BERAT RINGAN TOTAL DRK 1 Mantingan Mantingan Widodaren Ngawi Padas Padas dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-3

4 Dari tabel di atas, maka dapat dianalisis mengenai lokasi black spot dan lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi black spot apabila tidak dilakukan penanganan manajemen lalu lintas. Sebagaimana yang telah diterangkan di dalam metodologi penelitian, digunakan distribusi normal untuk menentukan lokasi black spot sebagaimana hasilnya ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-4

5 Gambar 4.1 Lokasi Terjadinya Kecelakaan di Jalan Nasional-Provinsi Kabupaten Ngawi

6 µ = 27 5 σ = Potensial Menjadi Black Spot Black Spot Gambar 4.2 Penentuan Lokasi Black Spot Kabupaten Ngawi b. Lokasi Black Spot dan Potential Black Spot Kabupaten Ngawi dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-6

7 1) Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM (Widodaren) Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan raya Ngawi Mantingan 2 Lokasi ruas jalan Ds. Widodaren Kec. Widodaren. KM Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 2/2 UD Perkerasan Flexible pavement Lebar jalan 7,7 / 2 Kondisi perkerasan Bergelombang dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-7

8 Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Timur 0,5 meter Barat 1 meter Elevasi bahu jalan Sejajar dengan jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-8

9 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Memudar Kondisi cat marka tepi jalan Tidak ada 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada (baik pada jalan lurus maupun tikungan) Kondisi rambu lalu lintas - dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-9

10 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Ada tetapi jarang Kondisi penerangan jalan Baik 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Hutan Kondisi pepohonan di Lebat pinggir jalan Ketersediaan guard rail Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-10

11 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan Prosentasekumulatif kecepatan kendaraan HV LV MC 35% 26% 39% HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-11

12 2) Jalan Raya Ngawi-Caruban KM (Simpang Padas) Peta Situasi Black Spot 1 Simpang pada Ruas 2 Lokasi Simpang Jalan Raya Ngawi Caruban Kedung prahu, Ds. Padas KM Koordinat , Kondisi Simpang 1 Karakteristik Simpang Tipe simpang : 422 Tak Bersinyal Perkerasan : Flexible pavement Lebar simpang : Jalan Mayor = 7,7 m, Jalan Minor 2 m dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-12

13 Kondisi perkerasan Baik Kondisi hambatan samping Terdapat parkir kendaraan : sudut parkir 0 ; memakai bahu jalan sebagai tempat parkir 2 Karakteristik bahu jalan mayor Lebar bahu Jalan Mayor Elevasi bahu Jalan Mayor Utara 3,5 meter Selatan 3,5 meter Tidak sejajar dengan bahu jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-13

14 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Baik Tidak ada 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Ada Kondisi penerangan jalan Lampu warning light mati dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-14

15 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Komersil Baik dan tidak menghalangi jarak pandang Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-15

16 3) Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM (Mantingan) Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan 2 Lokasi ruas jalan Jalan Raya Ngawi Mantingan Ds. MantinganKecamatan Mantingan KM Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 2/2 UD Perkerasan Flexible pavement Lebar jalan 6,8 m dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-16

17 Kondisi perkerasan Bergelombang Terjadikerusakanalur Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping (kawasan hutan) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-17

18 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan Utara1 meter Selatan 1 meter Menurun darijalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Baik Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-18

19 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Kondisi penerangan jalan - 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Tidakada (baikpadajalanlurusmaupunti kungan) Tidak ada Hutan Terlalu lebat sehingga menghalangi jarak pandang Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-19

20 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan HV LV MC 25% 29% 32% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) c. Diagram Kecelakaan Black Spot dan Potential Black Spot Kabupaten Ngawi Setelah dilakukan analisis pemilihan black spot dan potential black spot, kemudian dilakukan pengamatan lapangan pada lokasi-lokasi tersebut, maka dengan bantuan data sekunder dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-20

21 dapat digambar diagram kecelakaan untuk lokasi tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 sebagai berikut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-21

22 Gambar 4.3 Diagram kecelakaan pada black spot dan potential black spot di ruas jalan Kabupaten Ngawi Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa DalamMendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-22

23 Gambar 4.4 Diagram kecelakaan pada potential black spot di Simpang Padas Kabupaten Ngawi Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa DalamMendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-23

24 d. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan di Kabupaten Ngawi Kecelakaan lalu lintas menjadi sesuatu yang paling menakutkan ketika kita sedang berada dalam perjalanan.karena kecelakaan tidak hanya menimbulkan kerugian secara material, tetapi juga mengakibatkan korban berjatuhan baik luka-luka maupun meninggal dunia. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan di Kabupaten Ngawi berdasarkan hasil wawancara: 1. Faktor Manusia (Human Error) Faktor manusia adalah faktor yang paling dominan jika terjadi peristiwa kecelakaan lalu lintas.banyak kondisi dimana pengemudi menjadi penyebab kecelakaan seperti melanggar rambu lalu lintas baik disengaja maupun tidak, memaksakan diri berkendara padahal kondisi tubuh tidak memungkinkan misalnya mengantuk dan sakit. Contoh: Mengantuk, tidak mentaati rambu-rambu lalulintas,pengemudikehilangan konsentrasi (melakukan aktifitas lain sambil berkendara), mabuk alkohol/obat-obatan, kondisi psikis (stress, depresi dll.) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-24

25 Gambar 4.5 Faktor manusia yang dapat menjadi penyebab kecelakaan 2. Faktor Kendaraan (Mechanical Failure) Faktor kendaraan juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Misalnya adalah pecah ban, rem blong, dan komponen mobil yang seharusnya diganti tetapi tidak diganti sehingga komponen tersebut tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Gambar 4.6 Faktor kondisi kendaraan yang dapat menjadi penyebab kecelakaan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-25

26 3. Faktor Jalan Kecelakaan lalu lintas pun bisa dipengaruhi oleh faktor jalan. Seperti permukaan jalan yang tidak rata, lampu jalanan yang kurang memadai, pagar pengaman jalan, dan jalan yang berlubang. Gambar 4.7 Faktor kondisi jalan yang bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan 4. Faktor Cuaca Kondisi cuaca juga dapat menjadi biang keladi kecelakaan, misalnya ketika hujan maka jarak pengereman akan lebih jauh karena jalan licin terkena guyuran hujan. Kabut juga dapat menggangu kita dalam berkendara karena jarak pandang menjadi terbatas. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-26

27 Gambar 4.8 Faktor Cuaca yang dapat menjadi penyebab kecelakaan 2. Kota Purwokerto Kota Purwokerto adalah ibukota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia.Jumlah penduduknya jiwa pada tahun 2005.Kabupaten Banyumas dilalui jalan negara yang menghubungkan kota Tegal-Purwokerto, Purwokerto- Temangggung-Magelang/Semarang, serta jalan lintas selatan Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Wangon merupakan persimpangan jalur Yogyakarta-Bandung dan Tegal-Cilacap. Purwokerto adalah sebuah kota yang tak otonom karena masih menjadi bagiankabupaten Banyumas sebagai pusat pemerintahan. Secara administratif, Purwokerto terbagi menjadi 4 kecamatan dengan 27 kelurahan. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-27

28 a. Lokasi Kecelakaan di Jalan Nasional Kota Purwokerto Dari hasil analisis data sekunder, terdapat 6 titik lokasi kecelakaan pada jalan nasional Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.5.Sedangkan Tabel 4.2 menunjukkan jumlah kecelakaan yang terjadi di 6 lokasi tersebut Gambar 4.9 Lokasi Kecelakaan di Ruas Jalan Nasional Kota Purwokerto dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-28

29 Tabel 4.2 Lokasi dan Jumlah Kecelakaan di Ruas Jalan Nasional Kota Purwokerto NO NAMA RUAS Jln. Suparjo Rustam Sokaraja Efisiensi - Rsop Jln. Pramuka Bms Smki - Rsu Bms Jln.Raya Simp. 4 Buntu - Rm. Waras Wareg Jln. Raya Sumpiuh (Daerah Sekitar Pasar) Jln. Raya Kemrajen Depan Pracetak Jln. Raya Patikraja (Perikanan-Masjid At Toha) JENIS KECELAKAAN FATAL BERAT RINGAN TOTAL NILAI DRK Dari tabel di atas, maka dapat dianalisis mengenai lokasi black spot dan lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi black spot apabila tidak dilakukan penanganan manajemen lalu lintas. Sebagaimana yang telah diterangkan di dalam metodologi penelitian, digunakan distribusi normal untuk menentukan lokasi black spot sebagaimana hasilnya ditunjukkan pada Gambar 4.6 berikut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-29

30 = 7 otential Black Spot Black Spot Gambar 4.10 Penentuan Lokasi Black Spot Kota Purwokerto dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-30

31 b. Lokasi Black Spot dan Potential Black Spot Purwokerto 1) Kemranjen Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan raya Buntu Kemranjen 2 Lokasi ruas jalan Ds Kemranjen Kab. Banyumas 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan Perkerasan Lebar jalan 4/2 UD Fleksibel pavement Lajur tengah 3,5 meter Lajur tepi 1,2 meter dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-31

32 Kondisi perkerasan Baik Kondisi hambatan samping 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan Tidak ada Utara 2,5 meter Selatan 2,3 meter Sejajar dengan jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-32

33 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Baik (masih jelas) Baik 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Tidak ada Kondisi penerangan jalan - dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-33

34 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Rumah penduduk Jarang / tinggi Tidak ada 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah Kendaraan HV LV MC 31% 41% 27% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-34

35 2) Sumpiuh Peta Situasi Potential Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan Raya Sumpiuh 2 Lokasi ruas jalan Jalan Raya Sumpiuh 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 2/2 UD Perkerasan Fleksibel pavement Lebar jalan 13.5meter total 2 arah dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-35

36 Kondisi perkerasan Mantap Kondisi hambatan samping 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan Tidak ada Utara 2 meter Selatan 2 meter Sejajar dengan ruas jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-36

37 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Baik (masih baru) Baik 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Kondisi rambu lalu lintas 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Kondisi penerangan jalan Warning light Berfungsi dengan baik Lampu jalan Berfungsi dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-37

38 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Komersial Tidak ada Tidak ada 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan HV LV MC 31% 35% 26% Prosentase kumulatif kecepatan kendaraan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-38

39 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) c. Diagram Kecelakaan Black Spot dan Potential Black Spot Purwokerto Setelah dilakukan analisis pemilihan black spot dan potential black spot, kemudian dilakukan pengamatan lapangan pada lokasi-lokasi tersebut, maka dengan bantuan data sekunder dapat digambar diagram kecelakaan untuk lokasi tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 sebagai berikut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-39

40 Gambar 4.11 Diagram Kecelakaan pada Black Spot dan Potential Black Spot di Kota Purwokerto Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa DalamMendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-40

41 d. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan di Kota Purwokerto Kecelakaan lalu lintas menjadi sesuatu yang paling menakutkan ketika kita sedang berada dalam perjalanan.karena kecelakaan tidak hanya menimbulkan kerugian secara material, tetapi juga mengakibatkan korban berjatuhan baik luka-luka maupun meninggal dunia. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan di Kabupaten Ngawi berdasarkan hasil wawancara: 1. Faktor Manusia (Human Error) Faktor manusia adalah faktor yang paling dominan jika terjadi peristiwa kecelakaan lalu lintas.banyak kondisi dimana pengemudi menjadi penyebab kecelakaan seperti melanggar rambu lalu lintas baik disengaja maupun tidak, memaksakan diri berkendara padahal kondisi tubuh tidak memungkinkan misalnya mengantuk dan sakit. Contoh : Pengendara tidak memiliki SIM, nekat membawa kendaraan di jalan umum, pengendara asik menggunakan ponselnya, mengantuk, pengendara dibawah pengaruh obat-obatan 2. Faktor Kendaraan (Mechanical Failure) Faktor ini juga menjadi pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.persentasenya sekitar 15%.Kurangnya pengetahuan pengendara terhadap kondisi kesiapan kendaraannya merupakan hal yang sangat fatal akibatnya.kerusakan mesin, spare parts, komponen pada kendaraan sangat dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-41

42 berbahaya sekali.pemilik kendaraan sering melupakan atau lalai mendeteksi adanya permasalahan di kendaraannya. Contoh : Kendaraan yang kelebihan muatan, ban yang sudah aus tidak diganti, kendaraan yang kelebihan muatan tidak kuat menanjak, rem tidak berfungsi 3. Faktor Jalan Kecelakaan lalu lintas pun bisa dipengaruhi oleh faktor jalan. Seperti permukaan jalan yang tidak rata, lampu jalanan yang kurang memadai, pagar pengaman jalan, dan jalan yang berlubang. 4. Faktor Cuaca Kondisi cuaca juga dapat menjadi biang keladi kecelakaan, misalnya ketika hujan maka jarak pengereman akan lebih jauh karena jalan licin terkena guyuran hujan. Kabut juga dapat menggangu kita dalam berkendara karena jarak pandang menjadi terbatas. 3. Nagreg (Jawa Barat) Nagregadalah sebuahkecamatandikabupatenbandung,provinsijawa Barat. Kecamatan ini terletak di sebelah timur Kota Bandung dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Garut. Jalur transportasi Nagreg juga merupakan penghubung antara Bandung dengan kotakota di Priangan Timur, seperti Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Daerah ini tempat titik rawan kemacetan pada saat mudik Lebaran. Ruas jalan Nagreg ini melalui kontur pegunungan, sehingga dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-42

43 terdapat tanjakan maupun turunan pada ruas jalan ini. Kondisi ini mengakibatkan tingkat keselamatan pada ruas jalan ini menjadi rendah, palgi bila ditambah dengan volume lalu lintas yang meningkat pada kondisi peak season, misalnya pada hari raya. Kemacetan dan kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada ruas jalan ini. Penyebab kemacetan antara lain kendaraan berat yang berjalan dengan kecepatan rendah saat melewati ruas jalan Nagreg yang berupa tanjakan, yaitu dari arah Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Sedangkan pada arah sebaliknya apabila kondisi kendaraan tidak laik, misalnya kelebihan muatan atau rem tidak berfungsi dengan baik, akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas, karena jalan berupa turunan yang cukup curam dan panjang. Saat ini telah dibangun jalan lingkar Nagreg yang mengatasi permasalahan lalu lintas di atas. Jalan ini dirancang dengan alinyemen yang lebih moderat daripada ruas jalan Nagreg lama. Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju hal ini menjadi mungkin, misalnya dengan pembuatan konstruksi semi tunnel. a. Lokasi Kecelakaan di Jalan Nagreg Dari hasil analisis data sekunder, terdapat 2 titik lokasi kecelakaan pada jalan nasional di sepanjang Jalan Nagreg sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.8.Sedangkan Tabel 4.3 menunjukkan jumlah kecelakaan yang terjadi di 2 lokasi tersebut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-43

44 2 1 Gambar 4.12 Lokasi Kecelakaan di Jalan Raya Nagreg Tabel 4.3 Lokasi dan Jumlah Kecelakaan di Jalan Nagreg NO 1 2 NAMA RUAS Jl. Raya Nagreg, Kp. Ganjar sabar. DS. Citaman Jl. Raya Rancaekek, Kp. Warungcina, Linggar, Kec, RC.Engkek JENIS KECELAKAAN FATAL BERAT RINGAN TOTAL NILAI DRK Dari tabel di atas terlihat bahwa tingginya kecelakaan di Ruas Jalan Nagreg membutuhkan suatu penanganan baik berupa manajemen dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-44

45 lalu lintas maupun perbaikan prasarana jalan sedemikian sehingga tingkat kecelakaan dapat diturunkan. Gambar 4.13 Penentuan Lokasi Black Spot di Ruas Jalan Nagreg dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-45

46 b Lokasi Black Spot Ruas Jalan Nagreg Km Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan 2 Lokasi ruas jalan Jalan Raya Nagrek km Jalan Raya Nagrek km Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 UD Fleksibel pavement di jalan Perkerasan utama dan Rigidpavement sebagai bahu jalan Lebar jalan 3 meter per lajur dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-46

47 Kondisi perkerasan Baik Kondisi hambatan samping 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan Sedang, Beberapa spot merupakan area pertokoan Utara 1 meter Selatan 2,5 meter Sejajar dengan ruas jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-47

48 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Cat marka masih baru Baik 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-48

49 Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Ada Kondisi penerangan jalan Buruk, banyak lampu yang mati 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Komersil Kondisi pepohonan di pinggir jalan Sangat jarang pepohonan Ketersediaan guard rail Tidak ada 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit HV LV MC 29% 31% 27% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-49

50 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) Setelah dilakukan analisis pemilihan black spot, kemudian dilakukan pengamatan lapangan pada lokasi-lokasi tersebut, maka dengan bantuan data sekunder dapat digambar diagram kecelakaan untuk lokasi tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 sebagai berikut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-50

51 Gambar 4.14 Diagram Kecelakaan pada Black Spot di Jalan Raya Nagreg Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa dalammendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-51

52 d. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan di Nagreg Kecelakaan lalu lintas menjadi sesuatu yang paling menakutkan ketika kita sedang berada dalam perjalanan.karena kecelakaan tidak hanya menimbulkan kerugian secara material, tetapi juga mengakibatkan korban berjatuhan baik luka-luka maupun meninggal dunia. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan di Kabupaten Ngawi berdasarkan hasil wawancara: 1. Faktor Manusia Faktor manusia adalah faktor yang paling dominan jika terjadi peristiwa kecelakaan lalu lintas.banyak kondisi dimana pengemudi menjadi penyebab kecelakaan seperti melanggar rambu lalu lintas baik disengaja maupun tidak, memaksakan diri berkendara padahal kondisi tubuh tidak memungkinkan misalnya mengantuk dan sakit. 2. Faktor Kendaraan Faktor kendaraan juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Misalnya adalah pecah ban, rem blong, dan komponen mobil yang seharusnya diganti tetapi tidak diganti sehingga komponen tersebut tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. 3. Faktor Jalan Kecelakaan lalu lintas pun bisa dipengaruhi oleh faktor jalan. Seperti permukaan jalan yang tidak rata, lampu jalanan yang kurang memadai, pagar pengaman jalan, dan jalan yang berlubang. Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa dalammendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-52

53 4. Faktor Cuaca Kondisi cuaca juga dapat menjadi biang keladi kecelakaan, misalnya ketika hujan maka jarak pengereman akan lebih jauh karena jalan licin terkena guyuran hujan. Kabut juga dapat menggangu kita dalam berkendara karena jarak pandang menjadi terbatas. B. JALUR LINTAS UTARA Kawasan yang akan dievaluasi lokasi black spot nya pada Jalur Lintas Utara Pulau Jawa adalah sebagai berikut. 1. Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu, adalah salah satu kabupaten di ProvinsiJawa Barat, Indonesia.Ibu kotanya adalah Indramayu yang merupakan pusat pemerintahan, sedangkan titik keramaian justru berada di kecamatan Jatibarang dan Haurgeulis, hal ini dikarenakan di Jatibarang terdapat pusat Pasar dan memiliki akses yang mudah seperti Jalur Pantura dan Stasiun Kereta Api, hal yang sama juga terjadi untuk Kecamatan Haurgeulis meski tak dilewati secara langsung oleh Jalur Pantura, namun Kecamatan ini dilalui oleh Jalur Kereta Api. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang di Selatan, serta Kabupaten Subang di barat. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-53

54 Kabupaten Indramayu terdiri atas 33 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 315 desa dan kelurahan.pusat pemerintahan berada di Kecamatan Indramayu.Indramayu dilintasi jalur pantura, yakni jalur utama dan terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik lebaran. Kabupaten ini juga dilintasi oleh jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa, dengan salah satu stasiun terbesarnya adalah Stasiun Jatibarang yang berada di kota Jatibarang, sekitar 19 km ke selatan dari pusat Kota Indramayu. Beberapa kecamatankecamatan penting di Wilayah Kabupaten Indramayu di antaranya adalah Indramayu, Jatibarang, Haurgeulis, Patrol, Karangampel, dan Terisi. a. Lokasi Kecelakaan di Jalan Nasional-Provinsi Kabupaten Indramayu Dari data sekunder, terdapat 8 titik lokasi kecelakaan pada jalan nasional dan provinsi di Kabupaten Indramyu sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.11.Sedangkan Tabel 4.4 menunjukkan jumlah kecelakaan yang terjadi di 8 lokasi tersebut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-54

55 Gambar 4.15 Lokasi Terjadinya Kecelakaan di Jalan Nasional Kabupaten Indramayu Tabel 4.4 Lokasi dan Jumlah Kecelakaan di Ruas Jalan Kabupaten Indramayu NO NAMA RUAS KM KANDANGHAUR (Desa Eretan Kulon) LOHBENER (Desa Larangan) WIDASARI (Desa Bangkaloa) KORBAN KECELAKAAN FATAL BERAT RINGAN TOTAL KEC. NILAI DRK PATROL (Desa Patrol) JATIBARANG (Desa Plangsari) LOSARANG (Desa Jumbleng) SUKRA (Desa Sumuradem Timur) SUKAGUMIWANG (Desa Tulungagung) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-55

56 Tabel 4.4 adalah data black spot yang telah di dapat berdasarkan data sekunder dengan rentang waktu 5 tahun terakhir.analisis penentuan lokasi black spot dan potensial black spot diperlihatkan oleh gambar berikut Potensial Blackspot Blackspot Gambar 4.16 Penentuan Lokasi Black Spot di Kabupaten Indramayu dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-56

57 b. Lokasi Black Spot Kabupaten Indramayu 1) Jalan Eretan Kulon KM (Kandanghaur) Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan Raya Pantura Eretan 2 Lokasi ruas jalan Eretan Kulon Km Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 D Perkerasan Flexible (Arah barat) Rigid (Arah Timur) Lebar jalan 14/4 dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-57

58 Kondisi perkerasan Mantap (Aspal) Berlubang dan retak (Rigid) Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-58

59 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 2,5 meter Sejajar dengan ruas jalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Memudar Memudar dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-59

60 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Ada Kondisi penerangan jalan Baik 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guardrail Komersil Sangat jarang pepohonan Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-60

61 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit HV LV MC 25% 29% 32% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-61

62 2) Lohbener KM (Larangan), Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan Raya Larangan 2 Lokasi ruas jalan Lohbener 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 D Perkerasan Aspal Lebar jalan 14/4 Kondisi perkerasan Mantap ( Aspal) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-62

63 Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 2 meter dan 3 meter Sejajar dengan ruas jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-63

64 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Cat masih jelas Cat masih jelas 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada Kondisi rambu lalu lintas - dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-64

65 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Kondisi penerangan jalan 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Tidak ada Tidak ada Pemukiman Sangat jarang pepohonan Tidak ada 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV MC 25% 29% 32% dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-65

66 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-66

67 3) Jl. Widasari, Bangkaloa Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan Widasari 2 Lokasi ruas jalan Bangkaloa 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 D Perkerasan Aspal Lebar jalan 14/4 dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-67

68 Kondisi perkerasan Mantap ( Aspal) Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 3 meter Sejajar dengan ruas jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-68

69 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Cat masih jelas Cat masih jelas 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Lampu penerangan jalan Kondisi penerangan jalan Baik dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-69

70 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Komersil Di setiap pinggir ada pepohonan Tidak ada 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit HV LV MC 31% 41% 27% dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-70

71 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV MC Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) c. Diagram Kecelakaan Black Spot dan Potential Black Spot Indramayu Setelah dilakukan analisis pemilihan black spot, kemudian dilakukan pengamatan lapangan pada lokasi-lokasi tersebut, maka dengan bantuan data sekunder dapat digambar diagram kecelakaan untuk lokasi tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.13 dan 4.14 sebagai berikut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-71

72 Gambar 4.17 Diagram Kecelakaan di Ruas Jalan Larangan dan Pantura Eretan Kabupaten Indramayu Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa dalammendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-72

73 Gambar 4.18 Diagram Kecelakaan di Ruas Jalan Widasari Kabupaten Indramayu dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-73

74 d. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan di Kabupaten Indramayu Kecelakaan lalu lintas menjadi sesuatu yang paling menakutkan ketika kita sedang berada dalam perjalanan.karena kecelakaan tidak hanya menimbulkan kerugian secara material, tetapi juga mengakibatkan korban berjatuhan baik luka-luka maupun meninggal dunia. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan di Kabupaten Ngawi berdasarkan hasil wawancara: 1. Faktor Manusia Faktor manusia adalah faktor yang paling dominan jika terjadi peristiwa kecelakaan lalu lintas.banyak kondisi dimana pengemudi menjadi penyebab kecelakaan seperti melanggar rambu lalu lintas baik disengaja maupun tidak, memaksakan diri berkendara padahal kondisi tubuh tidak memungkinkan misalnya mengantuk dan sakit. 2. Faktor Kendaraan Faktor kendaraan juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Misalnya adalah pecah ban, rem blong, dan komponen mobil yang seharusnya diganti tetapi tidak diganti sehingga komponen tersebut tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. 3. Faktor Jalan Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa dalammendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-74

75 Kecelakaan lalu lintas pun bisa dipengaruhi oleh faktor jalan. Seperti permukaan jalan yang tidak rata, lampu jalanan yang kurang memadai, pagar pengaman jalan, dan jalan yang berlubang. 4. Faktor Cuaca Kondisi cuaca juga dapat menjadi biang keladi kecelakaan, misalnya ketika hujan maka jarak pengereman akan lebih jauh karena jalan licin terkena guyuran hujan. Kabut juga dapat menggangu kita dalam berkendara karena jarak pandang menjadi terbatas. 2. Semarang Kota Semarang adalah ibukotaprovinsijawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa. Bahkan, Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah Metropolis terpadat ke 4, setelah Jabodetabek (Jakarta), Bandung Raya dan Gerbang kertosusilo (Surabaya). Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya, atau 624 km sebalah barat daya Banjarmasin (via udara). Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-75

76 Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.luas Kota km 2. Dari Data sekunder, terdapat 3 titik lokasi kecelakaan pada jalan nasional dan provinsi di Kota Semarang sebagaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Kaligawe ( Jalan Raya Semarang-Surabaya) Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan 2 Lokasi ruas jalan Jalan raya Semarang Surabaya Km 4,5 Kaligawe, kota Semarang, Jawa Tengah 3 Koordinat , Kondisi Jalan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-76

77 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 D Perkerasan Aspal Lebar jalan Kondisi perkerasan Baik ( Aspal jalur lambat, Beton jalur cepat) Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-77

78 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Memudar Memudar dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-78

79 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Ada Kondisi penerangan jalan Baik 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Komersil Tidak ada Ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-79

80 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit HV LV MC 30% 32% 28% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV MC LV Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-80

81 2) Jalan Semarang-Kendal Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan raya Semarang Kendal 2 Lokasi ruas jalan Depan terminal Mangkang, Semarang Barat, Jawa Tengah 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 2/2 UD Perkerasan Flexible pavement Lebar jalan Kondisi perkerasan Mantap ( Aspal jalur lambat, Beton jalur cepat) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-81

82 Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 2,1 meter Rata dengan jalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Memudar Memudar dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-82

83 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Kondisi penerangan jalan 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit Tidak ada Ada Baik Komersil Tidak ada Ada Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV HV LV MC 29% 31% 27% Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-83

84 3) Simpang Siliwangi Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Simpang Siliwangi 2 Lokasi ruas jalan Jalan Siliwangi, kota Semarang, Jawa Tengah 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan Nasional Perkerasan Aspal Lebar jalan 3.5 meter dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-84

85 Kondisi perkerasan Mantap Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-85

86 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 1 meter Sejajar dengan ruas jalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Sudah tidak terlihat Sudah tidak terlihat dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-86

87 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Kondisi rambu lalu lintas Ada (dilarang berhenti) Baik 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Kondisi penerangan jalan Ada Baik dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-87

88 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Komersil Tidak ada Tidak ada 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit HV LV MC 32% 30% 27% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-88

89 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) HV MC LV Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) Setelah dilakukan analisis pemilihan black spot, kemudian dilakukan pengamatan lapangan pada lokasi-lokasi tersebut, maka dengan bantuan data sekunder dapat digambar diagram kecelakaan untuk lokasi tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16 sebagai berikut. dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-89

90 Gambar 4.19 Diagram Kecelakaan di Jalan Kaligawe dan Jalan Raya Semarang-Kendal Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa dalammendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-90

91 Gambar 4.20 Diagram Kecelakaan padasimpang Siliwangi, Semarang dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-91

92 d. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan di Kota Semarang Kecelakaan lalu lintas menjadi sesuatu yang paling menakutkan ketika kita sedang berada dalam perjalanan.karena kecelakaan tidak hanya menimbulkan kerugian secara material, tetapi juga mengakibatkan korban berjatuhan baik luka-luka maupun meninggal dunia. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan di Kabupaten Ngawi berdasarkan hasil wawancara: 1. Faktor Manusia Faktor manusia adalah faktor yang paling dominan jika terjadi peristiwa kecelakaan lalu lintas.banyak kondisi dimana pengemudi menjadi penyebab kecelakaan seperti melanggar rambu lalu lintas baik disengaja maupun tidak, memaksakan diri berkendara padahal kondisi tubuh tidak memungkinkan misalnya mengantuk dan sakit. 2. Faktor Kendaraan Faktor kendaraan juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Misalnya adalah pecah ban, rem blong, dan komponen mobil yang seharusnya diganti tetapi tidak diganti sehingga komponen tersebut tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. 3. Faktor Jalan Kecelakaan lalu lintas pun bisa dipengaruhi oleh faktor jalan. Seperti permukaan jalan yang tidak rata, lampu Studi Evaluasi Lokasi Black Spot Di Jalur Utara Dan Selatan Pulau Jawa dalammendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-92

93 jalanan yang kurang memadai, pagar pengaman jalan, dan jalan yang berlubang. 4. Faktor Cuaca Kondisi cuaca juga dapat menjadi biang keladi kecelakaan, misalnya ketika hujan maka jarak pengereman akan lebih jauh karena jalan licin terkena guyuran hujan. Kabut juga dapat menggangu kita dalam berkendara karena jarak pandang menjadi terbatas. 3. Surabaya Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur.Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Surabaya berada pada dataran rendah,ketinggian antara 3-6 m di atas permukaan laut kecuali di bagian Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan ketinggiannya antara m di atas permukaan laut dan di bagian barat sedikit bergelombang. Surabaya terdapat muara Kali Mas, yakni satu dari dua pecahan Sungai Brantas. Menurut Sensus Penduduk Tahun 2010, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa.dengan wilayah dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-93

94 seluas 333,063 km², maka kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah sebesar jiwa per km². Surabaya merupakan pusat transportasi-transportasi darat di bagian timur Pulau Jawa, yakni pertemuan dari sejumlah jalan raya yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya.jalan tol termasuk ruas Surabaya-Gresik, Surabaya- Waru-Gempol, dan Waru-Bandara Juanda. Saat ini telah dikaji rencana pembangunan jalan tol dalam kota Lintas Tengah dan Lintas Timur untuk mengurangi kemacetan. Jalan tol yang akan segera dibangun adalah Surabaya-Mojokerto-Kertosono. Untuk menghubungkan Surabaya dengan pulau Madura, terdapat Jembatan Suramadu yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia.Lokasi Kecelakaan di Jalan Nasional-Provinsi Kota Surabaya dan sekitarnya. Terdapat 3 lokasi black spot di Jalan Nasional Surabaya sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 4.21 Lokasi Black Spot dan Potential Black Spot Kota Surabaya dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-94

95 1) Jalan Raya Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak) Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan Raya Surabaya-Gresik 2 Lokasi ruas jalan Kalianak, Asemrowo, Surabaya, Jawa Timur 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 D Perkerasan Lebar jalan 8/2 Fleksibel (Arah barat) Rigid (Arah Timur) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-95

96 Kondisi perkerasan Mantap ( Aspal) Berlubang dan retak (Rigid) Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-96

97 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 1meter Sejajar dengan ruas jalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Sudah hilang Sudah hilang dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-97

98 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Kondisi penerangan jalan - 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Tidak ada Tidak ada Komersil Kondisi pepohonan di pinggir jalan Sangat jarang pepohonan Ketersediaan guard rail Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-98

99 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit HV LV MC 30% 28% 30% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-99

100 2) Jalan Raya Surabaya-Gresik ( Ruas Gereges ) Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan 2 Lokasi ruas jalan Jalan Raya Surabaya- Gresik Gereges, Asemrowo, Surabaya, Jawa Timur 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 UD Perkerasan Fleksibel (Arah barat) Rigid (Arah Timur) Lebar jalan 14/4 dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-100

101 Kondisi perkerasan Mantap ( Aspal) Berlubang dan retak (Rigid) Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-101

102 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan 1 meter Elevasi bahu jalan Sejajar dengan ruas jalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Memudar Memudar dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-102

103 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Tidak ada Kondisi rambu lalu lintas - 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Ada Kondisi penerangan jalan Baik 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Komersil Ada tetapi jarang Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-103

104 Prosentase Kecepatan (%) Laporan Akhir( Final Report) 7 Karakteristik kendaraan Proporsi jumlah kendaraan / menit HV LV MC 30% 28% 30% Prosentase Kumulatif Kecepatan Kendaraan HV LV Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-104

105 3) Simpang Duduk Sampeyan Peta Situasi Black Spot 1 Nama ruas jalan Jalan Raya Duduk Sampeyan 2 Lokasi ruas jalan Jalan Raya Duduk Sampeyan, Gresik, Jawa Timur 3 Koordinat , Kondisi Jalan 1 Karakteristik jalan Tipe jalan 4/2 UD Perkerasan Fleksibel (Arah barat) Rigid (Arah Timur) Lebar jalan 8/2 dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-105

106 Kondisi perkerasan Mantap ( Aspal) Kondisi hambatan samping Tidak ada hambatan samping dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-106

107 2 Karakteristik bahu jalan Lebar bahu jalan Elevasi bahu jalan 1 meter Sejajar dengan ruas jalan 3 Karakteristik marka jalan Kondisi cat marka tengah jalan Kondisi cat marka tepi jalan Memudar Memudar 4 Kondisi rambu jalan Jenis rambu lalu lintas Kondisi rambu lalu lintas Ada Baik dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-107

108 5 Kondisi penerangan jalan Jenis penerangan jalan Kondisi penerangan jalan Ada Baik Penerangan jalan Rambu lalu lintas 6 Kondisi lingkungan Lingkungan sekitar Kondisi pepohonan di pinggir jalan Ketersediaan guard rail Komersil Ada tetapi jarang Tidak ada dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan 4-108

A. PENDAHULUAN. Executive Summary

A. PENDAHULUAN. Executive Summary A. PENDAHULUAN Untuk kapasitas pelayanannya diperlukan penelitian untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi selama masa layanan. Sebagai indikator terkuat ketika penurunan pelayanan jalan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-07-04-06-02 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN KECELAKAAN TUNGGAL MOBIL BUS AKAP JATUH KE DALAM JURANG DAN MASUK SUNGAI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagai gambaran pada pada kondisi puncak, yaitu saat lebaran jumlah total pemudik pada tahun 2012 ini adalah sebanyak 14,41 juta

PENDAHULUAN. Sebagai gambaran pada pada kondisi puncak, yaitu saat lebaran jumlah total pemudik pada tahun 2012 ini adalah sebanyak 14,41 juta Laporan Akhir (Final Report) PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi khususnya di Pulau Jawa selain dibutuhkan penciptaan kawasankawasan ekonomi baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor transportasi sangat mempengaruhi lajunya pembangunan. Transportasi dengan bermacam jenis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

FINAL KNKT

FINAL KNKT FINAL KNKT-08-09-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TRUK KAYU PADI MAS NOMOR KENDARAAN EB 2144 AC MASUK JURANG DI JALAN JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Jalan tol sebagai jalan bebas hambatan memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan jalan biasa. Akses terbatas dengan persilangan tak sebidang, kecepatan rata rata

Lebih terperinci

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Lokasi yang dipilih untuk dilakukan penelitian tentang daerah rawan kecelakaan ini yaitu ruas jalan tol Jakarta Cikampek. Lokasi ini dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geometrik Jalan Antar Kota Dalam Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 ini merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-03-03-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN MOBIL GRAND MAX LUXIO BK 1394 KO TERJUN KE SUNGAI BATANG GADIS DI DESA HUSORTOLANG,

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-09-02-01-01 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-04-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI L 300 P-2669-U MENABRAK DARI BELAKANG (REAR

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Data Satlantas Polwiltabes Semarang menunjukkan kecelakaan yang terjadi pada jalan non tol di Kota Semarang dalam kurun waktu 2001 2005 cenderung menurun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Oglesby and Hicks (1988), kecelakaan kendaraan adalah kejadian yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan cepat. Selain itu

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-05-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TABRAKAN ANTARA MOBIL BUS PO. SUMBER KENCONO W-7666-UY DENGAN

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-09-08-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI FE 304 COLT E-7586-Y MASUK JURANG DI JALAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-03-03-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL PENUMPANG SUZUKI CARRY Z-951-W TERTABRAK KERETA API PASUNDAN

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-08-12-06-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BUS PO PENANTIAN UTAMA NOMOR KENDARAAN BE 2334 FC MASUK JURANG JALAN LINTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Rest Area di Mantingan Kabupaten Ngawi. 1.1.1 Arti Kata Rest : Istirahat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan suatu lintasan yang bermanfaat untuk melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain, sehingga jalan raya menjadi salah satu prasarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI ABASTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Miro (2002), Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari satu tempat ketempat lain, dimana

Lebih terperinci

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Kecelakaan Menurut Fachrurrozy (2001) beberapa karakteristik kecelakaan yang diperlukan dalam analisis kecelakaan lalu lintas adalah : 1. Berdasarkan tingkat kecelakaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana transportasi sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK Analisis Kapasitas, Tingkat Pelayanan, Kinerja dan 43 Pengaruh Pembuatan Median Jalan ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN Adhi Muhtadi ABSTRAK Pada saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA TUGAS AKHIR Program S1 Oleh I DEWA AYU SRI EKA YADNYANI ( 0219151052 ) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK 2009 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-09-06-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TABRAKAN ANTARA MOBIL BUS ISUZU ELF AG 7103 ML DENGAN MOBIL

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya BAB II TIXJAUAX PUSTAKA 2.1 Umum Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya mempunyai corak lalu lintas yang masih tercampur {mixed traffic) dengan semua jenis kendaraan yang lewattanpa

Lebih terperinci

Persyaratan Teknis jalan

Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan adalah: ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan dapat berfungsi secara optimal memenuhi standar pelayanan minimal jalan dalam

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum I-1 I BAB I PENDAHULUAN I.1 Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali. Secara geografis Kota Denpasar terletak pada 8 o 35 31 sampai 8 o 44 49 (Lintang Selatan) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inspeksi Keselamatan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi, memuat bahwa (Inspeksi Keselamatan Jalan) IKJ merupakan pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Fungsi Ruas Jalan Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya atau daerah milik Jalan (right of way). Pengertian Jalan meliputi badan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-12-07-01 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN B-7166-TGA DENGAN MOBIL PENUMPANG TOYOTA AVANZA F-1884-HD DI JALUR PANTURA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pejalan Kaki 1. Definisi Pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur pengguna jalan. (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Daerah Rawan Kecelakaan Daerah rawan kecelakaan yang terdapat pada ruas Jogja-Solo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung merupakan Pusat Kegiatan Nasional dan daerah penyangga bagi ibukota Negara yaitu DKI Jakarta. Lokasinya sangat strategis, yaitu terletak pada jalur utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu dapat dilihat dari sejarah transportasi di Indonesia. Zaman dahulu orang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

rata-rata 19 km/jam ; Jalan Kolektor dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam ; Jalan Lokal dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam

rata-rata 19 km/jam ; Jalan Kolektor dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam ; Jalan Lokal dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam BAB VI PENUTUP 6.1. KESIMPULAN Dari hasil analisis kinerja operasional ruas jalan kota Semarang dengan studi waktu tempuh kendaraan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Panjang jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh sistem transportasi yang ada di wilayah tersebut. Sistem transportasi nasional apabila dikelola dengan baik akan menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula aktifitas masyarakat. Salah satu aktifitas manusia yang paling penting adalah berlalu lintas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan volume lalu lintas jalan khususnya di Kota Semarang terus meningkat dengan pesat akibat dari pertumbuhan dan perkembangan kota serta laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

LAPORAN PENINJAUAN PADA LINTAS SELATAN JAWA BARAT ( TANGGAL 22 S/D 24 JANUARI 2009 ) Daftar Isi

LAPORAN PENINJAUAN PADA LINTAS SELATAN JAWA BARAT ( TANGGAL 22 S/D 24 JANUARI 2009 ) Daftar Isi LAPORAN PENINJAUAN PADA LINTAS SELATAN JAWA BARAT ( TANGGAL 22 S/D 24 JANUARI 2009 ) Daftar Isi 1. Pendahuluan 2. Maksud dan tujuan 3. Peta Lokasi Kegiatan 4. Data Kondisi Ruas Jalan dan Jembatan 5. Foto-Foto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dalam transportasi dapat diartikan sebagai gerak kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, pejalan kaki termasuk subyek di dalam suatu lintasan/jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, jembatan mempunyai fungsi untuk menghubungkan dua wilayah atau daerah. Seperti halnya jalan, jembatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-09-09-07-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TABRAKAN ANTARA BUS JAYA UTAMA L 8985 NU DENGAN MOBIL PENUMPANG CARRY N-1882-AV

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Perhubungan Kabupaten Ngawi 6-1

Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Perhubungan Kabupaten Ngawi 6-1 Dalam akhir penyusunan studi ini perlu diringkas rekomendasi yang sangat diperlukan bagi pengembangan transportasi di Kabupaten Ngawi ke depan. Dengan beberapa permalsahan yang ada dan kendala serta tantangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6

LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6 LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JL. MEDAN MERDEKA BARAT NO. 8 JAKARTA 10110 Tel : +6221-3506121, 3506122, 3506124 Fax

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP - 481 Oleh: RULIANTO HARTOPO L2D 099 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalur Pantura atau pantai utara merupakan jalur yang sangat vital bagi sarana transportasi lintas provinsi di Pulau Jawa. Selain itu juga sebagai penghubung aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inspeksi Keselamatan Jalan Inspeksi keselamatan jalan menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (2016) merupakan pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat, sektor transportasi darat merupakan prasarana

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK.1321/AJ.401/DRJD/2005

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK.1321/AJ.401/DRJD/2005 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK.1321/AJ.401/DRJD/2005 TENTANG UJI-COBA RAMBU NOMOR RUTE PADA JARINGAN JALAN NASIONAL / ARTERI PRIMER DI PULAU JAWA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rambu yield

Gambar 2.1 Rambu yield BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaturan Simpang Tak Bersinyal Secara lebih rinci, pengaturan simpang tak bersinyal dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Aturan Prioritas Ketentuan dari aturan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan raya berfungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Jalan Perkotaan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, Bina Marga 1997) mendefinisikan ruas jalan perkotaan sebagai ruas jalan yang memiliki pengembangan permanen dan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci