VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Hasil Regresi dengan OLS Uji Ekonometrika Sebuah model regresi dikatakan baik berdasarkan kriteria statistik jika memenuhi kebaikan uji ekonometrika dimana uji ini merupakan cara untuk mengatasi empat masalah dalam regresi berganda, yaitu normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas. Pada penelitian ini terdapat masalah multikolinearitas sehingga harus diatasi lebih lanjut agar hasil estimasi dengan menggunakan OLS menjadi valid melalui transformasi dari regresi komponen utama. Berikut adalah tabel hasil uji regresi klasik sebagai berikut. Tabel 10. Hasil Regresi OLS Uji Kolmogorov-Smirnov p-value 0.15 p-value>alfa Residual menyebar normal Uji Durbin Watson Nilai DQ du<dw<4-du Tidak ada autokorelasi Uji White p-value (t) p-value>alfa Tidak ada heteroskedastisitas p-value (F) Uji VIF Nilai VIF VIF>10 Ada multikolinearitas Signifikan pada alfa 5% Hasil regresi pada tabel 10, menunjukkan bahwa tiga asumsi klasik dalam perhitungan ekonometrika telah terpenuhi (normalitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas) pada taraf alpha lima persen (0,05). Namun demikian, terdapat masalah multikolinearitas dimana nilai VIF >10. Kriteria asumsi klasik 51

2 multikolinearitas adalah VIF<10. Oleh sebab itu, pada penelitian ini terjadi korelasi linier yang mendekati sempurna antar lebih dari dua variabel bebas. Menurut Suliyanto (2011), beberapa kemungkinan penyebab timbulnya gejala multikolinearitas pada model regresi diantaranya: 1. Kebanyakan variabel ekonomi berubah sepanjang waktu. Besaran-besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama sehingga jika satu faktor mempengaruhi variabel dependen maka seluruh variabel cenderung berubah dalam satu arah. 2. Adanya penggunaan nilai lag (lagged value) dari variabel-variabel bebas tertentu dalam model regresi. 3. Metode pengumpulan data yang dipakai (the data collection method employed). 4. Adanya kendala dalam model atau populasi yang menjadi sampel (constaint on the model or ini the population being sampled). 5. Adanya kesalahan spesifikasi model (specification model). Hal ini dapat terjadi karena peneliti memasukkan variabel penjelas yang seharusnya dimasukkan dalam model empiris. 6. Adanya model yang berlebihan (an overdetermined model). Hal ini terjadi ketika model empiris (jumlah variabel penjelas) yang digunakan melebihi jumlah data (observasi). Beberapa akibat yang timbul jika hasil estimasi model empiris terdapat masalah multikolinearitas diantaranya: 1. Penaksir kuadrat terkecil tidak bias ditentukan (indeterminate), meskipun hasil estimasi yang dihasilkan masih BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). 2. Interval kepercayaan (confidence interval) cenderung meningkat lebih besar sehingga mendorong untuk menerima hipotesis nol (antara lain koefisien populasi adalah nol). 3. Nilai t-statistik koefisien dari satu atau beberapa variabel penjelas secara statistik tidak signifikan sehingga dapat menyebabkan dikeluarkannya variabel penjelas dalam suatu model regresi, padahal variabel penjelas tersebut sangat penting perannya dalam menjelaskan variabel tergantung. 4. Penaksir-penaksir OLS dan kesalahan bakunya cenderung tidak stabil dan sangat sensitif bila ada perubahan data meskipun sangat kecil. 52

3 5. Jika multikolinearitas tinggi, mungkin R 2 bisa tinggi namun tidak satupun (sangat sedikit) taksiran koefisien regresi yang signifikan secara statistik. Walaupun demikian, masalah multikolinearitas dapat diatasi dengan menggunakan beberapa metode. Adapun metode-metode yang dapat digunakan untuk menangani masalah multikolinearitas diantaranya: 1. Memperbesar ukuran sampel 2. Menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas 3. Menggabungkan data time series dengan data cross section 4. Melakukan transformasi data 5. Menggunakan metode Principle Component Regression (Regresi Komponen Utama) Pada penelitian ini menggunakan metode regresi komponen utama (Principle Component Regression) untuk mengatasi permasalahan multikolinearitas. Dengan demikian, variabel bebas yang memiliki korelasi yang kuat dapat diringkas menjadi sebuah variabel baru yang mampu mencerminkan variabel pembentuknya Hasil regresi Komponen Utama Transformai yang dilakukan dengan mengubah bentuk W menjadi Z maka akan menghasilkan persamaan regresi baru dalam bentuk peubah baku. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya sehingga masalah multikolinearitas pada penelitian ini dapat diatasi. Reduksi ini dilakukan terhadap komponen utama yang memiliki akar terkecil atau akar cirri yang nilainya kurang dari satu. Berikut adalah tabel hasil regresi komponen utama matriks Z. 5 Suliyanto Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta. Andi Offset. Hlm 92 53

4 Tabel 11. Regresi Komponen Utama Komponen Utama Eigenvalue 3,658 1,324 0,6303 0,2399 0,1204 0,0082 Z1 0,215 0,608 0,714-0,207 0,177-0,03 Z2-0,058 0,753-0,568 0,3 0,121-0,045 Z3-0,498 0,08 0,259 0,368-0,166 0,718 Z4-0,493-0,119-0,008-0,159 0,846-0,049 Z5-0,459 0,207-0,162-0,758-0,382 0,017 Z6-0,499 0,022 0,272 0,363-0,257-0,692 Berdasarkan tabel 11, nilai eigen yang lebih besar dari satu adalah komponen PC1 dan PC2. Langkah selanjutnya yaitu dengan meregresikan antara variabel respon terhadap kedua skor komponen tersebut sehingga diperoleh persamaan hasil regresi baru yang valid. Pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi komponen utama menghasilkan nilai p-value < 0.05% sehingga diperoleh model yang signifikan pada taraf 5% (lampiran 5). Dengan demikian, langkah berikutnya yaitu dengan mentransformasikan model yang di dapat ke Z kemudian ke peubah bebas sehingga diperoleh persamaan: LnEx = LnX LnX LnX X LnX LnX 6 (5.1) Persamaan 5.1 menunjukkan hasil regresi yang diformulasikan kembali dalam bentuk awal. Dengan kata lain, persamaan tersebut merupakan hasil regresi akhir yang lebih baik dengan menghilangkan masalah multikolinieritas. Dengan demikian, dapat disimpulkan berdasarkan hasil pengolahan dengan regresi komponen utama bahwa produksi (LnX 3 ), dummy revitalisasi (LnX 4 ), volume ekspor rumput laut Indonesia (LnX 5 ) dan GDP China (LnX 6 ) memiliki koefisien positif. Sedangkan harga ekspor ke China (LnX 1 ), nilai tukar ( LnX 2 ) memiliki koefisien yang negatif terhadap volume eskpor rumput laut Indonesia ke China Uji Statistiik 1. Uji F-Statistik Pada lampiran 5 menunjukkan nilai p-value yaitu sebesar Hal tersebut menunjukkan F-statistik signifikan pada taraf nyata (α) lima persen yang artinya terdapat minimal satu peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap peubah 54

5 responnya. Salah satu peubah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peubah respon dalam penelitian ini adalah volume ekspor rumput laut ke China. 2. Uji R-Squared Pada lampiran 5 menunjukkan nilai R-Squared yaitu sebesar 92.8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 92.8% peubah bebas dalam model penelitian ini yang terdiri dari enam variabel (harga ekspor, nilai tukar, produksi, dummy revitalisasi, volume ekspor dan GDP) dapat mejelaskan peubah respon yaitu volume ekspor rumput laut Indonesia ke China. Sementara itu, 7.2% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak diikutsertakan dalam model. 3. Uji T-Statistik Pada tabel di bawah menunjukkan nilai t-hitung dari keenam variabel. Dari keenam variabel memiliki hasil yang signifikan dimana t-hitung > 1.96 sehingga terima H 0. Pada penelitian ini, semua variabel menunjukkan signifikan pada taraf nyata lima persen. Dengan demikian, variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke China. Berikut adalah tabel hasil uji-t statistika. Tabel 12. Hasil Uji-t Statistika Variabel Simpangan baku Koefisien t-hitung Keterangan X Significant X Significant X Significant X Significant X Significant X Significant 6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia Harga ekspor rumput laut ke China Pada persamaan 5.1 menunjukkan harga ekspor rumput laut Indonesia ke China yaitu sebesar negatif Artinya, setiap kenaikan harga ekspor rumput laut sebesar satu persen maka akan menurunkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke China sebesar persen 0.445%, cateris paribus. Hasil etimasi sesuai dengan teori permintaan dimana suatu barang dipengaruhi terutama oleh tingkat harga. Semakin rendah harga ekspor rumput laut Indonesia ke China maka jumlah 55

6 barang yang akan diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin tinggi harga ekspor maka jumlah barang yang akan diminta akan semakin sedikit. Koefisien harga ekspor yang bernilai negatif merupakan pertimbangan dari suatu negara pengekspor terhadap harga suatu komoditi dimana negara pengekspor adalah negara Indonesia dengan komoditi ekspor yaitu rumput laut kering Indonesia. Kenaikan harga ekspor rumput laut Indonesia merupakan kenaikan harga impor bagi negara pengimpor. Hal tersebut menyebabkan berpalingnya negara pengimpor kepada produsen rumput laut lainnya yang memiliki harga ekspor lebih rendah atau harga ekspor yang sama namun dengan kualitas yang lebih baik Nilai Tukar Pada persamaan 5.1 menunjukkan nilai tukar yaitu sebesar negatif Artinya, setiap kenaikan kurs riil satu persen akan menurunkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke China sebesar %, cateris paribus. Hal tersebut sesuai dengan teori ekonomi dimana ketika kurs riil meningkat maka harga ekspor rumput laut Indonesia akan lebih mahal jika dibandingkan dengan negara pengekspor lain. Sebaliknya, jika nilai tukar menurun maka volume eskpor akan meningkat karena harga ekspor rumput laut Indonesia menjadi murah jika dibandingkan dengan negara pengekspor lain. Selain itu, hal tersebut dapat terjadi juga dikarenakan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang relatif stabil dan rendahnya harga rumput laut Indonesia sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar selama tahun belum mampu mempengaruhi permintaan ekspor rumput laut Indonesia dari negara importir. Variabel nilai tukar sesuai dengan teori Mankiw (2003) dimana ketika kurs riil mengalami peningkatan maka barang luar negeri akan menjadi lebih murah dan harga domestik menjadi lebih mahal. Dengan demikian, para eksportir lebih menyukai untuk menjual barang dan jasa ke dalam negeri karena harga jual di dalam negeri akan menjadi lebih tinggi. Sehingga mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan menjual ke luar negeri. 56

7 Produksi Rumput Laut Indonesia Produksi rumput laut yang dimaksud yaitu produksi rumput laut kering Indonesia jenis Euchuema cottonii. Dari persamaan 5.1, menunjukkan bahwa besar koefisien regresi yaitu Artinya, setiap kenaikan produksi rumput laut Indonesia jenis Eucheuma cottonii sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke China sebesar persen, cateris paribus. Hal tersebut terjadi jika produksi rumput laut Indonesia jenis Eucheuma cottonii mengalami peningkatan maka penawaran yang dilakukan oleh eksportir untuk ekspor ke negara lain akan semakin banyak, khususnya ke negara China. Sebaliknya, jika produksi rumput laut Indonesia jenis Euchuema cottonii mengalami penurunan maka volume ekspor rumput laut juga akan menurun sehingga para eksportir akan sedikit untuk melakukan ekspor rumput laut Indonesia ke negara lain. Adanya program revitalisasi sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi rumput laut Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadhel Muhammad telah mengadakan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia sejak tahun Hal tersebut dilakukan karena melihat peluang untuk ekspor rumput laut Indonesia sangat terbuka lebar. Sehingga peningkatan produksi dibutuhkan untuk memenuhi tingginya permintaan ekspor rumput laut ke negara lain, khususnya negara China Dummy Revitalisasi Pada persamaan 5.1 menunjukkan dummy revitalisasi yaitu sebesar positif Setelah adanya revitalisasi perikanan berpengaruh terhadap peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia, khususnya ke negara China. Revitalisasi perikanan merupakan program-program yang dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan mutu dan kualitas rumput laut Indonesia. Salah satu revitalisasi yang dilakukan adalah dalam aspek produksi. Oleh sebab itu, adanya revitalisasi perikanan khususnya dalam sektor produksi dapat meningkatkan penawaran ekspor rumput laut Indonesia yang bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar dunia. 57

8 Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia Pada persamaan 5.1 menunjukkan nilai koefisien volume eskpor rumput laut Indonesia sebesar positif Artinya, setiap kenaikan volume ekspor rumput laut Indonesia maka akan menuingkatkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China sebesar persen. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis dimana peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia akan berpengaruh terhadap peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. Negara China merupakan importir terbesar tehadap ekspor rumput laut Indonesia. Hampir sekitar 58 persen ekpsor rumput laut Indonesia dikuasai oleh negara China. Sedangkan, Indonesia merupakan pemasok utama perdagangan dunia untuk komoditas rumput luat kering jenis Euchuema cottonii. Indonesia dapat mengekspor rumput laut kering jenis Euchuema cottonii sebesar 80 persen (Khostimastuti GA 2011). Hal tersebut mengindikasikan bahwa hampir sekitar 17 persen ekspor rumput laut kering Indonesia didominasi oleh negara China GDP Pada persaman 5.1 menunjukkan nilai koefisien GDP yaitu sebesar positif Artinya, setiap kenaikan GDP negara tujuan ekspor yaitu negara China sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume eskpor rumput laut Indonesia ke negara China sebesar persen, cateris paribus. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi dimana ketika GDP suatu negara semakin besar menunjukkan kemampuan negara tersebut semakin berpeluang untuk melakukan perdagangan dengan negara lain. Hasil estimasi juga sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu jika terjadi kenaikan satu persen pendapatan riil akan meningkatkan permintaan ekspor rumput laut Indonesia sebesar persen. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa variabel GDP riil berpengaruh nyata pada taraf lima persen. Hal ini menyatakan bahwa variabel GDP riil negara China memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi permintaan ekspor rumput laut Indonesia. Semakin tinggi pendapatan penduduk negara China maka permintaan terhadap rumput laut Indonesia juga semakin tinggi. Hal tersebut terjadi karena rumput laut memiliki berbagai macam manfaat untuk 58

9 industri makanan dan non makanan yang dapat diolah dan digunakan oleh industri Perkembangan dan Proyeksi Trend Ekspor Rumput Laut Indoneisa Trend dan Forecasting Produksi Rumput Laut Nasional Rumput laut Indonesia merupakan salah satu komoditas perikanan yang diperdagangkan baik secara nasional maupun internasional. Komoditas ini telah di ekspor lebih dari 30 negara. Di Indonesia rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang diunggulkan. Hal tersebut karena komoditas ini memiliki nilai ekonomis dan prospeknya yang cerah. Komoditas ini mudah untuk dibudidayakan dengan investasi yang relatif kecil. Disamping itu, kekayaan Indonesia akan melimpahnya lautan yang luas di berbagai wilayah Indonesia sangat memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan budidaya laut untuk komoditas rumput laut. Potensi budidaya laut Indonesia diperkirakan mencapai 2,5 juta ha dan sebesar ha diantaranya merupakan areal yang potensial untuk budidaya laut. Untuk budidaya komoditas rumput laut diperkirakan mencapai ha (4,6 persen dari luas areal potensial). Perkembangan budidaya rumput laut di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia. Untuk itu, Direktorat Jendral dan Perikanan Budidaya melakukan kegiatan-kegiatan berupa seminar nasional usaha rumput laut, temu usaha rumput laut, dan pelatihan dari sisi teknis budidaya rumput laut. Hal tersebut dilakukan agar dapat meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas dari pembudidaya. Program Dirjen Perikanan Budidaya yaitu berupa INBUDKAN (Intensifikasi Budidaya Perikanan) telah berhasil dilaksanakan sejak tahun 2002 sehingga jumlah rumah tangga produksi rumput laut Indonesia menjadi semakin meningkat. Selain itu, (Neish 2008) menyatakan pendapatnya dalam Seaweed International Business Forum and Exhibitation II di Makasar bahwa Indonesia adalah penghasil rumput laut tropis jenis Eucheuma cottonii nomor satu di dunia dan trend nya akan terus meningkat. Peningkatan tersebut dapat terjadi dikarenakan luasnya kawasan laut Indonesia yang memiliki peluang untuk ditanami rumput laut. Oleh sebab itu, trend peningkatan produksi rumput laut itu 59

10 bisa terus ditingkatkan karena pasar dunia masih terbuka. Berikut adalah grafik trend dan proyeksi produksi rumput laut nasional. Produksi (Ton) Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE E+01 MAD E+05 MSD E Tahun Gambar 5. Trend dan Proyeksi Produksi Rumput Laut Indonesia Berdasarkan gambar 5, terlihat bahwa produksi rumput laut nasional secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1999 hingga tahun Pada tahun 2006 produksi rumput laut nasional yaitu sebesar ton meningkat menjadi ton di tahun Kenaikan pada periode tahun ini mencapai ton atau 25,18 persen. Sementara itu, pada tahun 2008, produksi rumput laut nasional sebesar ton dengan kenaikan yang lebih besar dari tahun sebelumnya yaitu sebesar ton atau 1,66 persen. Tahun 2009 juga mengalami peningkatan produksi sebesar ton diikuti oleh kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya yaitu mencapai ton atau 14,05 persen. Terlihat bahwa dalam kurun waktu 4 tahun ini, produksi rumput laut nasional terus mengalami peningkatan yang pesat. Begitu pula pada tahun 2010, produksinya yaitu sebesar ton atau 32,12 persen. Namun demikian, pada tahun 2010 mengalami penurunan terhadap kenaikan produksinya jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini, kenaikanya hanya mencapai ton atau kenaikannya hanya sebesar 6,03 persen. Hal tersebut menandakan penurunan terhadap kenaikan produksi dari 60

11 tahun sebelumnya. Tetapi hal tersebut tidak menjadi suatu permasalahan yang serius dikarenakan target atau sasaran pada tahun tersebut telah melampaui batas dugaan. Target yang diinginkan yaitu sebesar ton, namun kenyataannya pada tahun 2010 produksi telah mencapai ton atau 32,12 persen. Hal tersebut merupakan salah satu bukti peranan revitalisasi komoditas rumput laut telah berhasil dalam pengembangan dan peningkatan produksi rumput laut secara nasional. Apabila diproyeksikan dalam jangka waktu lima tahun mendatang, produksi rumput laut Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar terdapat garis putus-putus berwarna hijau yang menandakan trend proyeksi (forecasting) produksi rumput laut Indonesia. Proyeksi pada tahun 2012 akan mengalami peningkatan produksi rumput laut Indonesia sebesar ton atau 25,86 persen. Disusul tahun berikutnya, produksi rumput laut Indonesia juga akan meningkat sebesar ton atau 17,93 persen pada tahun Selanjutnya, tahun 2014, 2015 dan 2016 akan naik masing-masing sebesar ton atau 16,35 persen, ton atau 15,20 persen dan ton atau 14,15 persen. Berikut tabel trend proyeksi (forecasting) terhadap produksi rumput laut Indonesia tahun Tabel 13. Proyeksi Trend Produksi Rumput Laut Indonesia Tahun Tahun Proyeksi Trend Produksi (Ton) Persentase Kenaikan (%) , , , , ,15 Disamping itu, terdapat beberapa daerah potensial produksi rumput laut Indonesia diantaranya adalah Sulawesi Selatan, NTT, Bali, Sulawesi Tengah dan NTB. Berikut adalah gambar produksi rumput laut di propinsi penghasil utama. 61

12 Gambar 6. Produksi Rumput Laut di Propinsi Penghasil Utama Tahun 2010 Berdasarkan gambar 6, terlihat bahwa sampai dengan tahun 2010, daerah Sulawesi Tengah merupakan daerah paling potensial dalam memproduksi rumput laut Indonesia. Propinsi ini dapat memproduksi rumput laut tertinggi yaitu sebesar ton. Kemudian, disusul oleh propinsi Sulawesi Selatan yaitu sebesar ton. Propinsi potensial berikutnya yaitu propinsi lainnya sebesar ton. Dua propinsi berikutnya yaitu propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar ton dan terakhir propinsi Bali sebesar ton. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini ( ), Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan revitalisasi secara besar-besaran untuk peningkatan produksi rumput laut Indonesia jenis Eucheuma cottonii dan ekspor di bidang perikanan budidaya. Dengan melihat luasnya peluang pangsa pasar Direktorat Jendral Perikanan dan Budidaya menetapkan beberapa strategi dasar untuk peningkatan produksi sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi dan pengembangan kawasan budidaya rumput laut di Indonesia diantaranya: 1. Kebijakan ektensifikasi Diarahkan dalam upaya memperluas dan mengembangkan jumlah unit lahan budidaya, khususnya pada kawasan potensial dan strategis untuk pengembangan rumput laut di Indonesia. 2. Kebijakan intensifikasi Diarahkan dalam upaya mengembangkan teknologi budidaya yang secara langsung berdampak pada jumlah unit budidaya dan kapasitas produksi. 62

13 3. Kebijakan diversifikasi Diarahkan dalam upaya mengembangkan jenis-jenis rumput laut komersial yang memiliki nilai ekonomis dan peluang pasar yang luas Trend dan Forecasting eskpor rumput laut Indonesia ke dunia Revitalisasi perikanan sangat mendorong perkembangan berbagai komoditas perikanan khususnya pada komoditas rumput laut Indonesia. revitalisasi yang dilakukan meningkatkan produksi rumput laut Indonesia. Adanya peningkatan produksi rumput laut nasional dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dunia akan rumput laut Indonesia. Oleh sebab itu, peningkatan terhadap produksi bertujuan untuk meningkatkan volume ekspor rumput laut Indonesia. Lima negara terbesar pengimpor rumput laut kering Indonesia terbesar yaitu China, Filipina, Vietnam, Hongkong, dan Korea Selatan. Berikut adalah grafik trend dan proyeksi volume ekspor rumput laut Indonesia. Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Volume ekspor Indonesia (Ton) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 12 MAD 7508 MSD Tahun Gambar 7. Trend dan Proyeksi Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Dunia Berdasarkan gambar 7, terlihat bahwa trend ekspor rumput laut Indonesia ke dunia cenderung mengalami kenaikan yang signifikan dari kurun waktu 2005 sampai dengan tahun Pada tahun 2004, volume ekspor rumput laut Indonesia mencapai ton dan tahun 2005 mencapai ton. Kenaikan 63

14 pada periode tahun ini yaitu sebesar ton atau 8,77 persen. Begitu pula pada tahun 2006, volume ekspornya mencapai ton. Kenaikan pada periode tahun 2005 sampai dengan 2006 hingga sebesar ton atau 2,22 persen. Terlihat pada gambar bahwa pada tahun 2009, volume ekspor rumput laut Indonesia mengalami penurunan yaitu menjadi ton. Sehingga pada periode tahun 2008 sampai dengan 2009 terjadi penurunan yaitu sebesar ton atau - 12,19 persen. Namun demikian, pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang drastis yaitu sebesar ton atau 40,18 persen. Volume ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2010 mencapai ton. Diikuti tahun 2011, volume ekspor juga semakin meningkat menjadi ton. Besarnya kenaikan pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mencapai ton atau 6,67 persen. Terlihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, volume ekspor rumput laut Indonesia mengalami perkembangan peningkatan yang signifikan. Jika diproyeksikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, trend volume ekspor rumput laut Indonesia ke dunia terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar dimana garis putus-putus berwarna hijau adalah garis untuk memproyeksikan (forecasting) volume ekspor rumput laut Indonesia. Berikut tabel proyeksi trend volume ekspor rumput laut Indonesia ke dunia tahun Tabel 14. Proyeksi Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Dunia Tahun Tahun Proyeksi Trend Persentase kenaikan (Ton) (%) , , , , , Trend dan Forecasting Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Negara China memproduksi refined carageenan sejak tahun 1973, namun tingkat produksinya masih sangat rendah. Pada tahun 1985, para pembudidaya China melakukan usaha budidaya rumput laut dengan cara mengimpor benih rumput laut dari negara Filipina. Selain itu, negara China juga mencoba untuk 64

15 menanam rumput laut di perairan Hainan Selatan. Permintaan rumput laut baik lokal maupun internasional terus meningkat sehingga produksi akan rumput laut terus ditingkatkan oleh negara tersebut. Pada dekade tahun 2002 sampai dengan 2007 terjadi peningkatan produksi rumput laut di China, yakni dari 3000 MT hingga mencapai 9000MT pada tahun Namun demikian, pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat drastis menjadi 300 ton. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya bencana taifun yang melanda di selatan China dan parasit berupa ikan-ikan pemakan rumput laut. Permintaan rumput laut Indonesia mulai mengalami peningkatan sejak tahun 1980 untuk berbagai kebutuhan di bidang farmasi. Menurut Mc Hugh dan Lanier (1983), penggunaan rumput laut akan semakin meningkat di masa mendatang. Oleh karena itu untuk memenuhi akan kebutuhan dunia industri dengan mengingat peluang yang ada maka potensi sumberdaya alam rumput laut yang kita miliki memerlukan pengembangan secara lestari dan berkelanjutan. Hal tersebut telah terbukti bahwa terdapat banyak pemanfaatan pengembangan rumput laut sampai dengan saat ini. Peningkatan kebutuhan rumput laut negara China meningkatkan industri rumput laut Indonesia. Negara Indonesia memiliki mutu dan kualitas rumput laut yang baik sehingga dapat digunakan sebagai aset dalam memperoleh nilai ekspor yang tinggi. negara China merupakan negara yang mengimpor rumput laut Indonesia terbesar sebagai bahan baku. Standar rumput laut Indonesia memiliki spesifikasi tertentu yang mencakup teknik sanitasi dan hygiene, syarat mutu dan keamanan pangan komoditas rumput laut kering. Standar tersebut hanya berlaku untuk rumput laut kering dan tidak berlaku untuk produk yang mengalami pengolahan lebih lanjut. Dengan adanya penjaminan mutu dan kualitas terhadap rumput laut kering tersebut meningkatkan penawaran terhadap kebutuhan rumput laut di negara China. Dengan demikian pada tahun 2007, industri pengolahan rumput laut di negara China mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Namun demikian, pada tahun tersebut yaitu periode tahun terjadi fluktuasi harga rumput laut Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya harga ekspor bahan baku rumput laut kering ke China karena para pengumpul lokal yang tidak terkontrol 65

16 dengan baik. Berikut adalah tabel nilai dan volume eskpor rumput laut Indonesia ke negara China. Tabel 15. Volume dan Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Negara China Tahun Volume (kg) Nilai (US$) Sumber: Statistik Ekspor Hasil Perikanan, Ditjenkan Budidaya, 2008 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada periode tahun , volume ekspor rumput laut Indonesia ke China mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 20,301,958 kg. Walaupun pada saat itu terjadi fluktuasi harga ekpor rumput laut Indonesia ternyata tidak mempengaruhi permintaan China terhadap rumput laut Indonesia. Nilai ekspor rumput laut Indonesia ke negara China juga mengalami kenaikan pada tahun 2007 yaitu sebesar US$ 11,179,508 dan pada tahun 2008 yaitu sebesar US$ 35,232,665. Terjadinya peningkatan harga ekspor rumput laut Indonesia tidak mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia ke China. Hal tersebut dikarenakan China mendominasi pangsa pasar rumput laut dunia terhadap kebutuhan bahan baku rumput laut Indonesia. Negara China hampir menguasai 58 persen pangsa pasar rumput laut kering Indonesia di dunia. Berikut adalah grafik trend dan proyeksi volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. 66

17 Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Volume Ekspor ke China (Kg) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE E+02 MAD E+07 MSD E Tahun Gambar 8. Trend dan Proyeksi Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Berdasarkan gambar 8, terlihat bahwa eskpor rumput laut Indonesia ke China mengalami kenaikan drastis pada tahun Pada tahun tersebut, volume ekspor rumput laut Indonesia ke China mencapai sebesar kg. Kenaikan pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar kg atau 275,13 persen. Namun demikian pada tahun 2009, volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China juga mengalami peningkatan walaupun kenaikan yang dialami tidak sebesar pada tahun Tahun 2009, volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China yaitu sebesar kg. Besarnya kenaikan pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 yaitu sebesar kg atau 100,55 persen. Apabila diproyeksikan dalam jangka waktu lima tahun mendatang, volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar terdapat garis putus-putus berwarna hijau yang menandakan trend proyeksi (forecasting) terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. Proyeksi pada tahun 2012 akan mengalami peningkatan ekspor rumput laut Indonesia ke negara China yaitu sebesar kg atau -24,45 persen. Disusul tahun berikutnya, volume ekspor juga akan meningkat sebesar kg atau 17,98 persen pada tahun

18 Selanjutnya, tahun 2014, 2015 dan 2016 akan naik masing-masing sebesar kg atau 16,55 persen, kg atau 15,31 persen dan kg atau 14,25 persen. Berikut tabel trend proyeksi (forecasting) volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China tahun Tabel 16. Proyeksi Trend Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Tahun Tahun Proyeksi Trend (Kg) Persentase kenaikan (%) , , , , , Trend dan Forecasting Harga Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Berdasarkan grafik analisis trend pada gambar 8, menunjukkan terjadinya fluktuasi harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. Terlihat bahwa pada tahun 1999 sampai tahun 2000 mengalami peningkatan dari US$ menjadi US$ atau sebesar 35,53 persen. Namun demikian, terjadi penurunan harga ekspor semenjak tahun 2000 sampai dengan tahun Penurunan serta fluktuasi yang signifikan ini salah satunya disesabkan oleh sifat psikologis dari para penghasil rumput laut Indonesia akan trauma dalam berproduksi dan budidaya. Sehingga hal tersebut mempengaruhi daya jual rumput laut Indonesia baik di skala nasional maupun internasional. Berikut adalah grafik trend dan proyeksi harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. 68

19 Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Harga Ekspor(US$/Kg) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 79 MAD MSD Tahun Gambar 9. Trend dan Proyeksi Harga Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Kementrian Kelautan dan Perikanan mengadakan program revitalisasi perikanan yang dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas rumput laut Indonesia khusunya untuk mendongkrak harga ekspor rumput laut Indoneisa. Dengan diadakannya program-program revitalisasi perikanan dapat meningkatkan daya saing rumput laut Indonesia secara signifikan. Terlihat pada gambar di atas, bahwa pada tahun 2009 harga ekspor sebesar US $ menjadi US $ pada tahun 2010 atau kenaikannya sebesar 70,21 persen. Apabila diproyeksikan dalam jangka waktu lima tahun mendatang, harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar terdapat garis putus-putus berwarna hijau yang menandakan trend proyeksi (forecasting) harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. Proyeksi pada tahun 2012 akan mengalami peningkatan harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China yaitu sebesar US$ atau 552,67 persen. Disusul tahun berikutnya, volume ekspor juga akan meningkat sebesar US $ atau 26,17 persen pada tahun Selanjutnya, tahun 2014, 2015 dan 2016 akan naik masing-masing sebesar US $ atau 23,81 persen, US $ atau 21,71 persen dan US 69

20 $ atau 19,87 persen. Berikut tabel trend proyeksi (forecasting) harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara China tahun Tabel 17. Proyeksi Trend Harga Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Tahun Tahun Proyeksi Trend (US$/Kg) Persentase Kenaikan (%) , , , , , Trend dan Forecasting Nilai Tukar (Exchange Rate) Berdasarkan grafik pada gambar 9, nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami fluktuasi dari tahun Pada tahun 1999, nilai tukar rupiah terhadap dollar yaitu sebesar Rp 9.491/ US$. Pada tahun 2000, nilai tukar rupiah terhadap dollar meningkat menjadi Rp / US$. Namun demikian, terjadi penurunan di tahun 2001 yaitu sebesar 22,63 persen. Setelah tahun 2002, nilai tukar rupiah terus mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan sehingga trend yang terjadi pun mengalami peningkatan kembali. Berikut adalah grafik trend dan proyeksi nilai tukar (Exchange Rate) rupiah terhadap dollar. Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Nilai Tukar (Rp/US$) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 3 MAD 277 MSD Tahun Gambar 10. Trend dan Proyeksi Nilai Tukar (Exchange Rate) 70

21 Berdasarkan gambar 10, apabila diproyeksikan dalam jangka waktu lima tahun mendatang, nilai tukar rupiah terhadap dollar cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar diatas, terdapat garis putusputus berwarna hijau yang menandakan trend proyeksi (forecasting) nilai tukar (Exchange Rate) rupiah terhadap dollar. Proyeksi pada tahun 2012 akan mengalami peningkatan nilai tukar yaitu sebesar Rp 9.766,2/ US$ atau 4,24 persen. Disusul tahun berikutnya, volume ekspor juga akan meningkat sebesar Rp ,2/US$ atau 2,49 persen pada tahun Selanjutnya, tahun 2014, 2015 dan 2016 akan naik masing-masing sebesar Rp ,3/US$ atau 2,75 persen, Rp /US$ atau 2,99 persen dan Rp /US$ atau 3,2 persen. Berikut tabel trend proyeksi (forecasting) nilai tukar (Exchange Rate) tahun Tabel 18. Proyeksi Trend Nilai Tukar (Exchange Rate) Tahun Tahun Proyeksi Trend (Rp/US$) Persentase Kenaikan (%) ,2 4, ,2 2, ,3 2, ,6 2, , Trend dan Forecasting GDP Negara China Berdasarkan grafik pada gambar 10, terlihat bahwa GDP negara China cenderung mengalami peningkatan yang stabil. Hal tesebut dapat dilihat pada gambar bahwa dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2011 nilai US$ terus meningkat dengan rata-rata peningkatan yaitu sebesar 10,25 persen per tahunnya. Keadaan aktual yang stabil akan menggambarkan proyeksi terhadap GDP negara China yang cenderung meningkat. Berikut adalah grafik trend dan proyeksi GDP negara China. 71

22 Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 GDP (US$) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 3.3 MAD MSD Tahun Gambar 11. Trend dan Proyeksi GDP Negara China Berdasarkan gambar 11, apabila diproyeksikan dalam jangka waktu lima tahun mendatang, GDP negara China cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar diatas, terdapat garis putus-putus berwarna hijau yang menandakan trend proyeksi (forecasting) GDP negara China. Proyeksi pada tahun 2012 akan mengalami peningkatan nilai tukar yaitu sebesar 8.826,8US$ atau 16,14 persen. Disusul tahun berikutnya, volume ekspor juga akan meningkat sebesar US$ atau 9,36 persen pada tahun Selanjutnya, tahun 2014, 2015 dan 2016 akan naik masing-masing sebesar ,8 US$ atau 9,01 persen, ,2 US$ atau 8,68 persen dan ,2 US$ atau 8,37 persen. Berikut tabel trend proyeksi GDP negara China tahun Tabel 19. Proyeksi Trend GDP Negara China Tahun Tahun Proyeksi Trend (US$) Persentase kenaikan (%) ,8 16, , ,8 9, ,2 8, ,2 8,37 72

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber data penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series tahunan dari tahun 1993-2013. Jenis data yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, yang bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Dan waktu penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Persamaan Regresi Linear Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Analisis regresi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode 38 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1 Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai 2008, diperoleh hasil regresi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian adalah impor migas Indonesia periode 1988-2007

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah ekspor industri tekstil dan

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah ekspor industri tekstil dan 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah ekspor industri tekstil dan produk tekstil. Fokus yang akan diteliti adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel 43 III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK Judul Nama : Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 : I Kadek Edi Wirya Berata Nim : 1206105079 ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata.

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005: :12 yang

METODE PENELITIAN. tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005: :12 yang III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005:01 2012:12 yang diperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang 52 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Volume Perdagangan Saham. Dengan populasi Indeks Harga Saham

BAB III METODE PENELITIAN. Volume Perdagangan Saham. Dengan populasi Indeks Harga Saham 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, dan faktorfaktor tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN 1993-2013 JURNAL PUBLIKASI OLEH : Nama : Futikha Kautsariyatun Rahmi Nomor Mahasiswa : 12313269 Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA

ANALISIS EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA ANALISIS EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA Ratna Sartikasari Irawan, Darsono, Erlyna Wida Riptanti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jalan Ir Sutami No 36-A Kentingan, Jebres,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

BAB III METOTOLOGI PENELITIAN

BAB III METOTOLOGI PENELITIAN BAB III METOTOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Analisis ekonomi digunakan atas dasar anggapan bahwa variabel dalam faktor faktor ekonomi dan pasar merupakan variabel yang berpengaruh secara sistematik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier berganda sebagai alat analisis data. Dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai populasi dan proses pengumpulan data untuk kepentingan analisis data penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan komoditas strategis yang sering dikaitkan dengan aspek ekonomi dan politik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu ilmu yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kontribusi Sektor Pertanian bagi PDRB di Kabupaten Simeulue Kabupaten Simeulue mempunyai sembilan sektor yang memiliki peranan besar dalam kontribusi terhadap PDRB. Indikator

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH Vera Pradani Ayuningtyas, Karnowahadi, M.Nahar Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah atas dollar Amerika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 dan mengambil data yang berasal dari situs resmi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1 BAB VI ANALISA DATA 6.1. Deskripsi Data Data yai g dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, terutama bersumber dari Badan Pusat Statistik, Intenational Financial Statistic dan situs Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini menggunakan objek Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan Dewan Syariah Nasional Majelis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melalui akses data publikasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia untuk

BAB III METODE PENELITIAN. melalui akses data publikasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian berlokasi di Bursa Efek Indonesia pada sektor pertambangan melalui akses data publikasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia untuk menghimpun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. A. Uji Statistik Deskriptif BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Disain Penelitian Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas merupakan prinsip sebab akibat. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar 87 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar internasional berupa data time series periode 1988-007. Dalam penelitian ini variabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, 391 III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia (Periode 2001:I 2012:IV)

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi 48 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun variabelnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelian ini adalah data sekunder yang merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Data

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 140

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 140 45 BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.. ANALISIS DESKRIPTIF Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), maka

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 51 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara deskriptif dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek pada penilitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. B. Jenis Data Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

PENGARUH IMPOR DAN NILAI TUKAR TERHADAP INVESTASI LANGSUNG ASING DI INDONESIA (Studi pada Bank Indonesia Periode Kuartal I 2006 Kuartal IV 2013)

PENGARUH IMPOR DAN NILAI TUKAR TERHADAP INVESTASI LANGSUNG ASING DI INDONESIA (Studi pada Bank Indonesia Periode Kuartal I 2006 Kuartal IV 2013) PENGARUH IMPOR DAN NILAI TUKAR TERHADAP INVESTASI LANGSUNG ASING DI INDONESIA (Studi pada Bank Indonesia Periode Kuartal I 2006 Kuartal IV 2013) Putri Sri Kasinta Purba Suhadak Raden Rustam Hidayat Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 12 1.3. Tujuan Penelitian... 14 1.4.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci