PESAWAT ATWOOD. Herayanti, Lisna, Arsyam Basri, Rafika Rahmatia PENDIDIKAN FISIKA 2014 Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PESAWAT ATWOOD. Herayanti, Lisna, Arsyam Basri, Rafika Rahmatia PENDIDIKAN FISIKA 2014 Abstrak"

Transkripsi

1 PESAWAT ATWOOD Herayanti, Lisna, Arsyam Basri, Rafika Rahmatia PENDIDIKAN FISIKA 2014 Abstrak Telah dilakukan suatu praktikum tentang pesawat atwood dengan tujuan mampu memahami konsep kinematika untuk memperlihatkan berlakunya Hukum Newton kemudian menghitung momen kelembaman (inersia) katrol. Pada praktikum pesawat atwood terdapat dua kegiatan dimana kegiatan pertama dilakukan pengukuran waktu tempuh m+m 2 dari titik C ke titik A menggunakan sensor waktu dilakukan sebanyak 10 kali pengukuran dari hasil yang diperoleh diketahui berlaku Hukum II Newton (GLBB) dimana benda mengalami percepatan konstan, gerak rotasi dan Hukum III Newton tentang aksi-reaksi. Pada kegiatan kedua dilakukan pengukuran waktu tempuh M 2 dari titik A ke titik B menggunakan sensor waktu dilakukan sebanyak 8 kali pengukuran dari hasil yang diperoleh diketahui berlaku Hukum I Newton (GLB) dimana benda tidak mengalami percepatan dan kecepatannya konstan. Kemudian menghitung nilai momen inersia katrol menggunakan dua persamaan untuk yang pertama I = 1 2 m kr 2 diperoleh hasil I= 4276,6 gram/cm 2, yang kedua dengan memanipulasi persamaan a = (m+m 1)-M 2 m+m 1 +M 2 + I R 2 g diperoleh hasil I = 3338,2 gr cm 2. Kata kunci: gerak rotasi, gerak translasi, momen inersia, pesawat atwood RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara memperlihatkan berlakunya Hukum Newton dengan memahami konsep kinematika? 2. Berapa besar momen kelembaman (inersia) katrol? TUJUAN 1. Mampu memahami konsep kinematika untuk memperlihatkan berlakunya Hukum Newton. 2. Menghitung momen kelembaman (inersia) katrol

2 METODOLOGI EKSPERIMEN Teori Singkat Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk mengamati hukum mekanika gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai dikembangkan sekitar abad ke delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi g. Dalam kehiduapan sehari-hari kita bias menemui penerapan pesawat Atwood pada cara kerja lift. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa beban m1 dan m2. Jika massa benda m1 dan m2 sama (m1 = m2), maka keduanya akan diam. Akan tetapi jika massa benda m2 lebih besar dari pada massa benda m1 (m2 > m1), maka massa m1akan tertarik oleh massa benda m2. Adapun gerak yang terjadi pada pesawat Atwood diantaranya: 1. Gerak Lurus Beraturan Merupakan gerak lurus yang kelajuannya konstan, artinya benda bergerak lurus tanpa ada percepatan atau a = 0 m/s 2. Secara matematis gerak lurus beraturan dapat dirumuskan sebagai berikut: s = v/t keterangan : s = jarak tempuh benda v = kelajuan t = waktu tempuh 2. Gerak lurus Berubah Beraturan Merupakan gerak lurus dengan kelajuan berubah beraturan, dengan percepatan konstan. s= s0+v0t +1/2 at 2 keterangan : s = jarak yang ditempuh S0= jarak awal v0= kecepatan awal t = waktu

3 Hukum-hukum yang terjadi pada pesawat Atwood diantaranya: Hukum I Newton berbunyi Jika sebuah benda atau sistem tidak dipengaruhi oleh gaya luar, maka benda atau sistem benda itu akan selalu dalam keadaan setimbang.[1] Jika semula benda diam, maka selamanya benda itu akan diam. Dan jika benda semula bergerak maka benda akan terus bergerak. Secara matematis hukum I Newton dirumuskan sebagai berikut : F = 0 Gerak Translasi F 0 -T1 mg T2 + N = 0 (3.1) Gerak Rotasi I -T1 R + T2 R = I (3.2) I =1/2 MkatrolR 2 (3.3) α=1/r a (3.4) dengan a merupakan percepatan tangensial tepi katrol, percepatan ini sama dengan percepatan tali penggantung yang dililitkan pada katrol tanpa slip. Bila suatu benda digantungkan pada tali seperti gambar berikut, maka percepatan benda adalah : T 1 mg N R T 2 R T 1 T 2 a ( m M ) M m M1 M 2 I / R g (3.5) [4] m T 1 M 1 T 2 M 2 M 2 g (m+m1)g Hukum II Newton berbunyi jika suatu benda atau system benda diberikan gaya luar, maka percepatan yang ditimbulkan besarnya berbanding lurus dengan resultan gaya itu, dan searah dengan arah gaya tersebut.[2] Semakin besar

4 resultan gaya F maka percepatan a akan semakin besar. Secara matematis Hukum II Newton dapat dituliskan dengan persamaan: F = ma Hukum III Newton menyatakan bahwa gaya-gaya selalu terjadi dalam pasangan aksi-reaksi, dan bahwa gaya reaksi adalah sama besar dan berlawanan arah dengan gaya aksi.[3] Faksi = -Freaksi Alat dan Bahan 1. Alat a. Pesawat Atwood terdiri dari : 1) Tiang berskala R yang pada ujung atasnya terdapat katrol p 2) Tali penggantung yang massanya dapat diabaikan 3) Dua beban M1 dan M2 yang berbentuk silinder dengan massa sama masing-masing M yang diikatkan pada ujung-ujung tali penggantung. 4) Dua beban tambahan dengan massa masingmasing m. 5) Genggaman G dengan pegas, penahan beban B, penahan beban tambahan A yang berlubang. 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah b. Jangka sorong (skala 20) 1buah c. Sensor waktu 1buah d. Neraca Ohauss 310 gr 1buah e. Penggaris 1buah 2. Bahan Tidak ada

5 Identifikasi Variabel Kegiatan 1 1. Jarak tempuh C ke A (cm) 2. Massa beban(gr) 3. Massa katrol(gr) 4. Diameter katrol(cm) 5. Waktu tempuh C ke A (s) Kegiatan 2 1. Jarak tempuh A ke B (cm) 2. Massa benda(gr) 3. Massa katrol(gr) 4. Diameter katrol(cm) 5. Waktu tempuh A ke B (s) Definisi Operasional Variabel Kegiatan 1 1. Jarak tempuh adalah panjang lintasan yang dilalui M2 + m dari titik C ke titik A diukur menggunakan mistar dengan satuan cm. 2. Massa beban yang dimaksud adalah M1, M2, m dam mkatrol yang massanya hampir sama dan massa beban tambahan. M1 dan M2 adalah massa beban yang digantung pada masing-masing ujung tali dan m adalah massa beban tambahan yang ditambahkan pada M2 yang masing-masing beban diukur massanya menggunakan neraca ohauss 310 gram dengan satuan gram. 3. Massa katrol adalah massa yang dimiliki oleh katrol disimbolkan mkatrol diukur menggunakan Neraca Ohauss 310 gram dengan satuan gram 4. Diameter katrol diukur menggunakan benang dengan mencari keliling katrol yang diukur menggunakan penggaris dengan satuan cm, kemudian dari hasil keliling diperoleh diameter katrol melalui perhitungan jari-jari katrol dikali dua. 5. Waktu tempuh adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh M2 + m melalui dari C ke titik A diukur menggunakan sensor waktu dengan satuan sekon.

6 Kegiatan 2 1. Jarak tempuh adalah panjang lintasan yang dilalui M2 dari titik A ke titik B diukur menggunakan mistar dengan satuan cm. 2. Massa beban yang dimaksud adalah M1, M2, m dam mkatrol yang massanya hampir sama dan massa beban tambahan. M1 dan M2 adalah massa beban yang digantung pada masing-masing ujung tali dan m adalah massa beban tambahan yang ditambahkan pada M2 yang masing-masing beban diukur massanya menggunakan neraca ohauss 310 gram dengan satuan gram. 3. Massa katrol adalah massa yang dimiliki oleh katrol disimbolkan mkatrol diukur menggunakan Neraca Ohauss 310 gram dengan satuan gram 4. Diameter katrol diukur menggunakan benang dengan mencari keliling katrol yang diukur menggunakan penggaris dengan satuan cm, kemudian dari hasil keliling diperoleh diameter katrol melalui perhitungan jari-jari katrol dikali dua. 5. Waktu tempuh adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh M2 dari titik A ke titik B diukur menggunakan sensor waktu dengan satuan sekon. ProsedurKerja Menimbang semua beban M1, M2, m, dan mkatrol dengan Neraca 310 gram. Memasang genggaman G, penahan beban tambahan A dan penahan beban B pada tiang berskala. Untuk menyelidiki apakah pesawat atwood bekerja dengan baik, dilakukan percobaan sebagai berikut : 1. Menggantung M1 dan M2 pada ujung ujung tali kemudian memasang pada katrol. 2. Memasang M1 pada genggaman G, dengan menggunakan pegas, diselidiki apakah tiang berskala sejajar dengan tali. Jika tidak, diatur sampai sejajar. 3. Menambahkan beban tambahan m1 dan M2. 4. Menekan genggaman G, maka M1 akan terlepas dan dari genggaman G, dan bergerak ke atas, sedang M2 + m1 akan bergerak ke bawah. Jika pesawat atwood bekerja dengan baik maka kedua beban akan bergerak dipercepat, dan ketika M2 + m1 melalui A, m1 akan tersangkut di A, dan kemudian sistem

7 akan bergerak lurus beraturan. Jika hal ini tidak terjadi dibetulkan letak penahan beban tambahan A. 5. Selanjutnya, memasang lagi beban M1 pada genggaman dan M2 ditambah salah satu beban tambahan. Kegiatan 1 1. Mencatat kedudukan C dan A. Melepaskan M1 dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda bergerak dari titik C ke A. Melakukan 3 kali pengukuran berulang jarak yang sama. 2. Mengulangi langkah 1 dengan memindah-mindahkan posisi A minimal 10 kali. Dicatat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan. Kegiatan 2 1. Menentukan satu posisi C dan A dan mencatat posisinya. Mengatur posisi B (di bawah posisi A) pada jarak tertentu. 2. Melepas M1 dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda bergerak dari titik A ke B. Melakukan 3 kali pengukuran berulang dengan jarak dari A ke B yang sama. 3. Mengulangi langkah 2 sebanyak minimal 10 kali dengan jarak tempuh dari A ke B yang berbeda. 4. Mencatat hasil pengamatan anda pada tabel hasil pengamatan. HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA Hasil Pengamatan Massa M1 = 63,34 ± 0,01 gram Massa M2 = 63,45 ± 0,01 gram Massa m = 4,22 ± 0,01 gram Massa katrol (M) = 64,45 ± 0,01 gram Diameter katrol = 115,2 ± 0,05 mm

8 Kegiatan 1. Gerak dari C ke A Tebel 1. Hubungan antara jarak dan waktu tempuh untuk lintasan C ke A No. XCA (cm) tca (detik) 1 28,50 ± 0, ,50 ± 0, ,50 ± 0, ,50 ± 0, ,50 ± 0, ,50 ± 0, ,50 ± 0, ,50 ± 0, ,50 ± 0,05 1,691 ± 0,001 1,640 ± 0,001 1,659 ± 0,001 1,758 ± 0,001 1,795 ± 0,001 1,804 ± 0,001 1,882 ± 0,001 1,912 ± 0,001 2,001 ± 0,001 2,095 ± 0,001 2,120 ± 0,001 2,028 ± 0,001 2,284 ± 0,001 2,245 ± 0,001 2,281 ± 0,001 2,365 ± 0,001 2,330 ± 0,001 2,328 ± 0,001 2,413 ± 0,001 2,443 ± 0,001 2,438 ± 0,001 2,552 ± 0,001 2,568 ± 0,001 2,592 ± 0,001 2,680 ± 0,001 2,696 ± 0,001 2,714 ± 0,001

9 10 73,50 ± 0,05 2,826 ± 0,001 2,805 ± 0,001 2,813 ± 0,001 Kegiatan 2. Gerak dari A ke B Tabel 2. Hubungan antara jarak dan waktu tempuh untuk lintasan A ke B No. XAB (cm) TAB (s) 1 20,00 ± 0, ,00 ± 0, ,00 ± 0, ,00 ± 0, ,00 ± 0, ,00 ± 0, ,00 ± 0, ,00 ± 0,05 0,649 ± 0,001 0,640 ± 0,001 0,643 ± 0,001 0,764 ± 0,001 0,762 ± 0,001 0,760 ± 0,001 0,864 ± 0,001 0,860 ± 0,001 0,865 ± 0,001 0,989 ± 0,001 1,002 ± 0,001 0,988 ± 0,001 1,111 ± 0,001 1,113 ± 0,001 1,128 ± 0,001 1,263 ± 0,001 1,261 ± 0,001 1,256 ± 0,001 1,377 ± 0,001 1,376 ± 0,001 1,362 ± 0,001 1,493 ± 0,001 1,493 ± 0,001 1,478 ± 0,001

10 ANALISIS DATA 1. Kegiatan 1. Gerak dari C ke A a. Jarak 28,5 cm t = 1,691+1,640+1,659 =1,663 s 3 δ 1 = 1,691-1,663 = 0,028 s δ 2 = 1,640-1,663 = 0,023 s δ 3 = 1,659-1,663 = 0,004 s maks = 0,028 s maks = t = 0,028 s KR = t t t =. 100% 0,028 1, % = 1,7% (3AB) = t ± t b. Jarak 33,5 cm t = 1,786 s = 1,66 ± 0,03 s δ 1 = 0,028 s δ 2 = 0,009 s δ 3 = 0,018 s maks = 0,028 s maks = t = 0,028 s KR = 1,6 % (3AB) t c. Jarak 38,5 cm t = 1,932 s = 1,78 ± 0,03 s δ 1 = 0,050 s δ 2 = 0,020 s δ 3 = 0,069 s maks = 0,069 s maks = t = 0,069 s KR = 3,6% (3AB) t = 1,93 ± 0,07 s d. Jarak 43,5 cm t = 2,081 s δ 1 = 0,014 s δ 2 = 0,039 s δ 3 = 0,053 s maks = 0,053 s maks = t = 0,053 s KR = 2,5% (3AB) t = 2,08 ± 0,05 s e. Jarak 48,5 cm t = 2,270 s δ 1 = 0,014 s δ 2 = 0,025 s δ 3 = 0,011 s maks = 0,025 s maks = t = 0,025 s KR = 1,1% (3AB) t = 2,27 ± 0,03 s f. Jarak 53,5 cm t = 2,341 s δ 1 = 0,023 s δ 2 = 0,011 s δ 3 = 0,013 s maks = 0,023 s maks = t = 0,023 s

11 KR = 0,99% (3AB) t = 2,34 ± 0,02 s g. Jarak 58,5 cm t = 2,431 s δ 1 = 0,018 s δ 2 = 0,012 s h. Jarak 63,5 cm t = 2,571 s δ 1 = 0,019 s δ 2 = 0,003 s δ 3 = 0,021 s maks = 0,021 s maks = t = 0,021 s KR = 0,83 % (3AB) t = 2,57 ± 0,02 s j. Jarak 73,5 cm t = 2,815 s δ 1 = 0,011 s δ 2 = 0,010 s δ 3 = 0,002 s maks = 0,011 s maks = t = 0,011 s KR = 0,4% (4AB) t = 2,815 ± 0,011 s δ 3 = 0,007 s maks = 0,018 s maks = t = 0,018 s KR = 0,75% (3AB) t = 2,43 ± 0,01 s i. Jarak 68,5 cm t = 2,697 s δ 1 = 0,017 s δ 2 = 0,001 s δ 3 = 0,017 s maks = 0,017 s maks = t = 0,017 s KR = 0,64 % (3AB) t = 2,70 ± 0,02 s

12 2 X CA (cm) Tabel 3. Hubungan antara 2 XCA dengan t 2 CA 2 XCA (cm) t 2 CA (s 2 ) 57,00 ± 0,05 2,77 67,00 ± 0,05 3,19 77,00 ± 0,05 3,73 87,00 ± 0,05 4,33 97,00 ± 0,05 5,15 107,00 ± 0,05 5,48 117,00 ± 0,05 5,91 127,00 ± 0,05 6,61 137,00 ± 0,05 7,27 147,00 ± 0,05 7,92 Grafik 1. Hubungan antara 2 XCA dengan t 2 CA X CA = 17,39t 2 CA + 10,91 R² = 0, ,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 t 2 CA (s 2 ) Gambar 1. Hubungan antara 2 XCA dengan t 2 CA y = mx + c y = 17,39x + 10,91 2 XCA = m tca 2 + c δ (2XCA) δ t CA 2 = δ (m tca² + c) δ t CA 2 dtca 2

13 a = m = 17,39 cm/s 2 ketidakpastian mutlak a = y x -1 δa= δa δy dy + δa δx dx δa= δyx-1 δy dy + δyx-1 δx dx δa = x -1 dy + yx -2 dx δa = a x-1 dy + yx-2 dx a a δa a = x-1 y x -1 dy + yx-2 y x -1 dx Δa= y y + x x a a= y y + x x a Berdasarkan grafik x = Ntinggi - Nrendah = 7,9 s 2-2,8 s 2 = 5,1 s 2 Δx = 0,2 s 2 y = Ntinggi - Nrendah = 148 cm 60 cm = 88 cm Δy = 2 cm a = y y + x x a a = 2 + 0,2 88 5,1 17,39 cm/s2 a = 0, , ,39 cm/s 2 a = 0, ,39 cm/s 2 a = 1,0764 cm/s 2 KR = Δa a 1, % = 100% = 6,18% 2AB 17,39 a = a ± a satuan a = 17 ± 1,1 cm/s 2

14 Percepatan m+m2 dengan menggunakan rumus a = 2X dengan kesalahan mutlak : δa = δa δx dx + δa δt dt t² δa = δ2xt-2 δx dx + δ2xt-2 δt dt δa = 2t -2 dx + 4xt -3 dt δa a = 2t-2 a dx + 4xt-3 dt a δa a = 2t-2 2Xt -2 dx + 4xt-3 Δa = x + x 2 t a t 2Xt a = x CA x CA + 2 t CA t CA a 1. a1 = 2X t² 57 cm a1 = 2,77 s² a₁= x + 2 t x t -2 dt = 20,58 cm/s2 a a₁= 0,05 28, ,02 1,663 20,58cm/s2 a₁= 0, , ,58 cm/s 2 a₁= 0,531 cm/s KR = Δa 0, % = 100% = 2,6 % (3AB) a 20,58 a1 = a₁ ± a₁ satuan a1 = 20,6 ± 0,5 cm/s 2 2. a2 = 21,00 cm/s 2 a2 = 0,502 cm/s 2 KR = 2,4 % (3AB) a2 = 21,0 ± 0,5 cm/s 2 3. a3 = 20,64 cm/s 2 a3 = 1,523 cm/s 2 KR = 7,4 % (2AB)

15 a3 = 21 ± 1,5 cm/s 2 4. a4 = 20,09 cm/s 2 a4 = 0,989 cm/s 2 KR = 4,9 % (3AB) a4 = 20,1 ± 1,0 cm/s 2 5. a5 = 18,83 cm/s 2 a5 = 0,351 cm/s 2 KR = 1,9 % (3AB) a5 = 18,8 ± 0,4 cm/s 2 6. a6 = 19,53 cm/s 2 a6 = 0,352 cm/s 2 KR = 1,8 % (3AB) a6 = 19,5 ± 0,4 cm/s 2 7. a7 = 19,80 cm/s 2 a7 = 0,180 cm/s 2 KR = 0,9 % (3AB) a7 = 19,8 ± 0,2 cm/s 2 8. a8 = 19,21 cm/s 2 a8 = 0,314 cm/s 2 KR = 1,6 % (3AB) a8 = 19,2 ± 0,3 cm/s 2 9. a9 = 18,84 cm/s 2 a9 = 0,293 cm/s 2 KR = 1,6 % (3AB) a9 = 18,8 ± 0,3 cm/s a10 = 18,56 cm/s 2 a10= 0,144 cm/s 2 KR = 0,8 % (3AB) a10 = 18,6 ± 0,1 cm/s 2 a = 19,708 cm/s 2 Perbandingan percepatan dari grafik dengan perhitungan = (17,390 : 19,708)cm/s 2

16 Menghitung Nilai Momen Inersia Katrol Untuk I = 1 2 m kr 2 I = I I dm+ dr m R I I = (1 2 mr2 ) dm+ ( = m 1 2 R2 dm 1 2 mrdr + 1 mr2 I = m m + 2 R R I I = 1 2 m kr mr2 ) R 2 mr2 dr = ,45 x (11,52)2 = 32,23 x 132,7 = 4276,6 gram cm 2 I = m m + 2 R R I KR = I I = 0,01 64,45 + 2(0,05) 11, ,6 = 0, , ,6 = 37,78 gram cm 2 x 100% = 37, ,6 x 100% = 0,88 % (3AB) I = I ± I gram.cm 2 = 4,28 ± 0,04 x10 3 gram cm 2 Momen inersia katrol berdasarkan manipulasi persamaan a = (m+m 1)-M 2 m+m 1 +M 2 + I R 2 I = {[(m+m 1 )-M 2 ] g a - [(m+m 1)+M 2 ]} R 2 I = {[(4,22 g + 63,34 g)-63,45 g] I = {[67,56 g - 63,45 g] 980 cm/s2 17,39 cm/s 980 cm/s2 17,39 cm/s 2 -[(4,22 g+63,34 g)+63,45 g]}(5,76 cm)2 2 -[67,56 g + 63,45 g]} (5,76 cm)2 g

17 I = [231,6-131]5,76 2 cm 2 I = 100,6 g 33,18 cm 2 I= 3338,2 gr cm 2 ΔI = I I dm + dm1 + I dm2+ I I da + m m 1 m 2 a R dr2 = (R 2 g a - R 2 )dm + (R 2 g a - R 2 )dm1 + (CR 2 g a - R 2 )dm 2 + (m+m 1 -M 2 )a + 2R[(m+m 1 m 2 ) g a -(m+ m 1 + m 2 )]dr = [R 2 g a -R 2 ](dm+dm 1 + dm 2 ) + (m+m 1 -M 2 )ga -2 da + 2R[(m+m 1 - m 2 ) g a -(m+ m 1 + m 2 )]dr = [R 2 g a -R 3 ]3 dm + (m+m 1 -M 2 )ga -2 da + 2R[(m+ m 1 -m 2 ) g a -(m+ m 1 + m 2 )]dr = [R 2 g a -R 3 ]3 m + (m+m 1 -M 2 ) g a 2 a + 2R[(m+m 1 -m 2 ) g a -(m+ m 1 + m 2 )] R ΔI = [R 2 g a -R 3 ]3 m + (m+m 1 -M 2 ) g a 2 a + 2R[(m+m 1 -m 2 ) g a -(m+ m 1 + m 2 )] R = [5, ,39 - (5,76)3 ] 3 0,01 + (4,22+63,34-63,45) ,39 2 x 1, ,76 [(4,22+63,34-63,45) ,39 -(4,22+63,34+63,45)] 0,05 = [1869,7-191,1]0,03 + 4,11 3, ,52[231,62-131,01]0,05 = 50, , ,95 = 122,61 gr cm 2 KR= I I 100 % = 122, ,2 100 % = 3,7 % (3AB) I = I ± I = 3,34 ± 0,12 x 10 3 gr cm 2

18 2. Kegiatan 2. Gerak dari A ke B a. Jarak 20 cm t = 0,649+0,640+0,643 = 0,644 s 3 δ 1 = 0,649-0,644 = 0,005 s δ 2 = 0,640-0,644 = 0,004 s δ 3 = 0,643-0,644 = 0,001 s maks = 0,005 s maks = t = 0,005 s KR = t t t =. 100% 0,005 0, % = 0,78% (3AB) = t ± t b. Jarak 23 cm = 6,44 ± 0,05 x10-1 s t = 0,762 s δ 1 = 0,002 s δ 2 = 0,0 s δ 3 = 0,002 s maks = 0,002 s maks = t = 0,002 s KR = 0,26 % (4AB) t c. Jarak 26 cm t = 0,863 s = 0,762 ± 0,002 s δ 1 = 0,001 s δ 2 = 0,003 s δ 3 = 0,002 s maks = 0,003 s t = 0,863 ± 0,003 s d. Jarak 29 cm t = 0,993 s δ 1 = 0,004 s δ 2 = 0,009 s δ 3 = 0,005 s maks = 0,009 s maks = t = 0,009 s KR = 0,9% (3AB) t = 9,93 ± 0,05 x10-1 s e. Jarak 32 cm t = 1,117 s δ 1 = 0,006 s δ 2 = 0,004 s δ 3 = 0,011 s maks = 0,011 s maks = t = 0,011 s KR = 0,9% (3AB) t = 11,2 ± 0,1 x10-1 s f. Jarak 35 cm t = 1,260 s δ 1 = 0,003 s δ 2 = 0,001 s δ 3 = 0,004 s maks = 0,004 s maks = t = 0,004 s KR = 0,32% (4AB) t = 1,260 ± 0,004 s maks = t = 0,003 s KR = 0,35% (4AB)

19 g. Jarak 38 cm t = 1,372 s δ 1 = 0,005 s δ 2 = 0,004 s δ 3 = 0,010 s maks = 0,010 s maks = t = 0,010 s KR = 0,705% (3AB) t h. Jarak 41 cm t = 1,488 s = 1,37 ± 0,01 s δ 1 = 0,005 s δ 2 = 0,005 s δ 3 = 0,010 s maks = 0,010 s maks = t = 0,010 s KR = 0,67 % (3AB) t = 1,49 ± 0,01 s Tabel 4. Hubungan antara XAB dengan tab XAB (cm) tab (s) 20,00 ± 0,05 0,644 23,00 ± 0,05 0,762 26,00 ± 0,05 0,863 29,00 ± 0,05 0,993 32,00 ± 0,05 1,117 35,00 ± 0,05 1,260 38,00 ± 0,05 1,372 41,00 ± 0,05 1,488

20 X AB (cm) Grafik 2. Hubungan antara XAB dengan tab X AB = 24,50t AB + 4,468 R² = 0, ,5 1 1,5 2 t AB (s) Gambar 2. Hubungan antara XAB dengan tab y = mx + c X AB = mt AB + c δ(x AB ) = δ(mt AB+c) δt AB δt AB v = m v = 24,50 cm s Berdasarkan grafik x = Ntinggi - Nrendah = 41cm 20cm = 21 cm Δx = 0,5 cm y = Ntinggi - Nrendah = 1,448 s 0,644 s = 0,844 s Δy = 0,05 s v = y y + x x v v = 0,05 0, , ,50 v = 0, ,024 24,50 v = 0,083 24,50

21 v = 2,035 cm/s KR = v v 100% = 2,035 24,50 100% = 8,3% (2AB) v = v± v = 24 ± 2 cm/s 1. v1 = X AB t AB v1 = 20 = 31,056 cm/s 0,644 v₁= X AB X AB + t AB t AB v v₁= 0,05 + 0, ,644 31,056 cm/s v₁= 0, , ,056 cm/s v₁= 0,319 cm/s KR = Δv v 100% = 0,319 31, % = 1,03% (3AB) PF = v₁ ± v₁ satuan PF = 31,1 ± 0,3 cm/s 2. v2 = 30,184 cm/s v2 = 0,145 cm/s KR = 0,48% (4AB) PF = 30,18 ± 0,15 cm/s 3. v3 = 30,127 cm/s v3 = 0,163 cm/s KR = 0,54% (3AB) PF = 30,1 ± 0,2 cm/s 4. v4 = 29,204 cm/s v4 = 0,315 cm/s

22 KR = 1,08% (3AB) PF = 29,2 ± 0,3 cm/s 5. v5 = 28,648 cm/s v5 = 0,327 cm/s KR = 1,14% (3AB) PF = 28,6 ± 0,3 cm/s 6. v6 = 27,778 cm/s v6 = 0,128 cm/s KR = 0,46% (4AB) PF = 27,78 ± 0,13 cm/s 7. v7 = 27,697 cm/s v7 = 0,238 cm/s KR = 0,86% (3AB) PF = 27,7 ± 0,2 cm/s 8. v8 = 27,554 cm/s v8 = 0,219 cm/s KR = 0,79% (3AB) PF = 27,6 ± 0,2 cm/s V = 29,03 cm/s Perbandingan kecepatan rata-rata antara hasil analisis grafik dengan hasil perhitungan melalui rumus GLB adalah = (24,50 : 29,03) cm/s PEMBAHASAN Pada praktikum tentang pesawat atwood ini terdapat dua kegiatan, dimana pada kegiatan pertama mencari percepatan benda yang bergerak dari titik C ke titik A melalui analisis grafik dan hasil perhitungan menggunakan rumus a= 2X. Dari hasil perhitungan diperoleh data a1 = 20,58 cm/s 2, a2 = 21,00 cm/s 2, a3 = 20,64 cm/s 2, a4 = 20,09 cm/s 2, a5 = 18,83 cm/s 2, a6 = 19,53 cm/s 2, a7 = 19,80 cm/s 2, a8 = 19,21 cm/s 2, a9 = 18,84 cm/s 2, a10 = 18,56 cm/s 2. Kemudian dari hasil analisis grafik diperoleh nilai percepatan sebesar 17,39 cm/s 2. Perbandingan percepatan t²

23 dari grafik dengan perhitungan = (17,390 : 19,708)cm/s 2. Sesuai dengan teori pada kegiatan 1 ini berlaku Hukum II newton (GLBB) dimana sebuah benda yang bergerak mengalami percepatan. Sehingga praktikum ini dapat dikatakan berhasil. Dan dari hasil perbandingan percepatan antara hasil analisis grafik dengan perhitungan diperoleh nilai perbandingan yang tidak jauh berbeda. Kemudian menghitung nilai momen inersia katrol menggunakan dua persamaan untuk yang pertama I = 1 2 m kr 2 diperoleh hasil I= 4276,6 gram/cm 2, yang kedua dengan memanipulasi persamaan a = (m+m 1)-M 2 m+m 1 +M 2 + I R 2 g diperoleh hasil I= 3338,2 gr cm 2. Dari dua nilai tersebut dapat dilihat perbedaan hasil yang cukup jauh berbeda dimana semestinya nilainya sama. Hal tersebut mungkin dikarena kan oleh hasil perhitungan dan pengambilan data yang kurang teliti. Pada katrol juga berlaku Hukum II Newton tentang gerak rotasi dan pada tegangan tali terjadi hukum III Newton dimana berlaku gaya aksi-reaksi yang sebagai gaya aksinya yaitu tegangan tali yang bekerja pada benda (beban) dan sebagai gaya reaksinya yaitu tegangan tali yang bekerja pada katrol. Kegiatan kedua mencari percepatan benda yang bergerak dari titik A ke titik B melalui analisis grafik dan hasil perhitungan menggunakan rumus v = X AB t AB. Dari hasil perhitungan diperoleh data v1 = 31,056 cm/s, v2 = 30,184 cm/s, v3 = 30,127 cm/s, v4 = 29,204 cm/s, v5 = 28,648 cm/s, v6 = 27,778 cm/s, v7 = 27,697cm/s, v8 = 27,554 cm/s. Kemudian dari hasil analisis grafik diperoleh nilai kecepatan sebesar 24,50 cm/s. Perbandingan kecepatan rata-rata antara hasil analisis grafik dengan hasil perhitungan melalui rumus GLB adalah = (24,50 : 29,03) cm/s. Sesuai dengan teori pada kegiatan 2 ini berlaku Hukum I newton (GLB) dimana percepatan benda sama dengan nol (a = 0) dan kecepatannya konstan, akan tetapi hasil yang diperoleh tidak konstan tidak sesuai dengan teori terdapat perbedaan kecepatanyang tidak terlalu jauh setiap kecepatan. Sehingga praktikum ini dapat dikatakan tidak berhasil dengan baik. Dan dari hasil perbendingan kecepatan antara hasil analisis grafik dengan perhitungan diperoleh nilai perbandingan yang tidak jauh berbeda sebesar = (24,50 : 29,03) cm/s.

24 Kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan dari alat yang digunakan seperti sensor waktu yang kurang bagus, kadang terhitung waktunya sebelum benda bergerak, selain itu, disebabkan oleh praktikan yang kurang teliti dalam pengambilan data. SIMPULAN DAN DISKUSI 1. Hukum Newton yang berlaku pada pesawat atwood adalah Hukum I, II, dan III Newton. Hukum I Newton berlaku pada kegiatan kedua, sedangkan Hukum II dan III Newton berlaku pada kegiatan pertama. 2. Besar momen inersia katrol dengan menggunakan persamaan I= 1 2 m kr 2 adalah 4,28 ± 0,04 x10 3 gram cm 2 dan dengan memanipulasi persamaan a = (m+m 1 )-M 2 m+m 1 +M 2 + I R 2 g nilai momen inersianya sebesar 3,34 ± 0,12 x 10 3 gr cm 2 DAFTAR RUJUKAN [1]. Giancolli Douglas C Fisika Jilid 1 (terjemahan). Erlangga: Jakarta. [2]. Tippler Fisika Untuk Sains dan Tehnik. Erlangga:Jakarta. [3]. Supiyanto Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Phiβeta: Jakarta. [4]. Herman, asisten LFD Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar: Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM

PESAWAT ATWOOD. Kegiatan Belajar 1 A. LANDASAN TEORI

PESAWAT ATWOOD. Kegiatan Belajar 1 A. LANDASAN TEORI odul Gerak Kegiatan Belajar A. LANDASAN TEOI PESAWAT ATWOOD Dalam gerak translasi murni, sifat benda tegar mempertahankan keadaan geraknya disebut sebagai sifat kelembaman atau inersial. Sifat kelembaman

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 2 PESAWAT ATWOOD

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 2 PESAWAT ATWOOD LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 2 PESAWAT ATWOOD Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 2 Desember 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN ANGGI YUNIAR PUTRI KELOMPOK IF2B

JURNAL PRAKTIKUM GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN ANGGI YUNIAR PUTRI KELOMPOK IF2B JURNAL PRAKTIKUM GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN ANGGI YUNIAR PUTRI 1301154492 KELOMPOK IF2B LABORATORIUM FISIKA DASAR PROGRAM PERKULIAHAN DASAR DAN UMUM UNIVERSITAS TELKOM 2015-2016

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : HUKUM NEWTON

A. Judul Percobaan : HUKUM NEWTON LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA HUKUM NEWTON A. Judul Percobaan : HUKUM NEWTON B. Tujuan 1. Memahami konsep Hukum I Newton 2. Menentukan hubungan antara masa, percepatan, dan gaya 3. Memahami konsep Hukum III

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PESAWAT ATWOOD NAMA : GIA.I.T.HENGKENG NIM : KELAS : 1B

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PESAWAT ATWOOD NAMA : GIA.I.T.HENGKENG NIM : KELAS : 1B LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PESAWAT ATWOOD NAMA : GIA.I.T.HENGKENG NIM : 15 505 09 KELAS : 1B PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

MAKALAH PESAWAT ATWOOD

MAKALAH PESAWAT ATWOOD MAKALAH PESAWAT ATWOOD DISUSUN OLEH Nama : M.ARDHY ZULYO NIM : 03121403006 Kelas / Kelompok : B / 1 ( SATU ) Fakultas : Teknik Jurusan : Teknik Kimia UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG I KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood.

1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. 1. Translasi dan rotasi 1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. 2. Alat dan ahan Kereta dinamika : 1. Kereta dinamika 1 buah 2. eban tambahan @ 200 gram

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA MAHASISWA FISIKA SEKOLAH II

LEMBAR KERJA MAHASISWA FISIKA SEKOLAH II Pesawat Atwood Gerak Jatuh Bebas Telescop LEMBAR KERJA MAHASISWA FISIKA SEKOLAH II PENYUSUN Dra. Murniati, M.Si. Website : pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. SILABUS Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester SMA Dwija Praja Pekalongan FISIKA X (Sepuluh) 1 (Satu) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi 1.1 Mengukur

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring POSDNG SKF 16 Mengukur Kebenaran Konsep Momen nersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring aja Muda 1,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b) Lilik Hendrajaya 3,c) 1 Magister Pengajaran Fisika Fakultas

Lebih terperinci

A. Tujuan. 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood.

A. Tujuan. 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. 1. Translasi dan rotasi A. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. B. Alat dan Bahan Kereta dinamika : 1. Kereta dinamika 1 buah 2. Beban tambahan @ 200 gram

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Antiremed Kelas 10 FISIKA Antiremed Kelas 0 FISIKA Dinamika, Partikel, dan Hukum Newton Doc Name : K3AR0FIS040 Version : 04-09 halaman 0. Gaya (F) sebesar N bekerja pada sebuah benda massanya m menyebabkan percepatan m sebesar

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN 1 2 SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan gerak partikel melalui konsep gaya. 3 DINAMIKA Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gerak benda ditinjau dari penyebabnya.

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Ilmuwan yang sangat berjasa dalam mempelajari hubungan antara gaya dan gerak adalah Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris. Newton mengemukakan tiga buah hukumnya yang dikenal

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : X / 1 Mata Pelajaran : FISIKA 1. Standar : 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. 1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan

Lebih terperinci

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Hukum Newton dan Penerapannya 1 Hukum Newton dan Penerapannya 1 Definisi Hukum I Newton menyatakan bahwa : Materi Ajar Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus

Lebih terperinci

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN 3 GEAK MELINGKA BEATUAN Kincir raksasa melakukan gerak melingkar. Sumber: Kompas, 20 Juli 2006 Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu benda bergerak pada garis lurus, gerak

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). BAB IV DINAMIKA PARIKEL A. SANDAR KOMPEENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). B. KOMPEENSI DASAR : 1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi 1. Sistem Diskrit Tinjaulah sistem yang terdiri atas 2 benda. Benda A dan benda B dihubungkan dengan batang ringan yang tegar dengan sebuah batang tegak yang

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1 . Pengantar a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Gerak melingkar adalah gerak benda yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan jari jari r Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. SILABUS Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : MADRASAH ALIYAH NEGERI BAYAH : X (Sepuluh) / 1 (Satu) : FISIKA 1. Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi

Lebih terperinci

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D 9:4:04 Posisi, Kecepatan dan Percepatan Angular 9:4:04 Partikel di titik P bergerak melingkar sejauh θ. Besarnya lintasan partikelp (panjang busur) sebanding sebanding dengan: s = rθ Satu keliling lingkaran

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika Hukum Newton Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinematika Mempelajari gerak materi tanpa melibatkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017 PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 016/017 1. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka sorong, hasilnya digambarkan sebagai berikut: Selisih tebal kedua pelat besi

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

(translasi) (translasi) Karena katrol tidak slip, maka a = αr. Dari persamaan-persamaan di atas kita peroleh:

(translasi) (translasi) Karena katrol tidak slip, maka a = αr. Dari persamaan-persamaan di atas kita peroleh: a 1.16. Dalam sistem dibawah ini, gesekan antara m 1 dan meja adalah µ. Massa katrol m dan anggap katrol tidak slip. Abaikan massa tali, hitung usaha yang dilakukan oleh gaya gesek selama t detik pertama!

Lebih terperinci

GURUMUDA.COM. KONSEP, RUMUS DAN KUNCI JAWABAN ---> ALEXANDER SAN LOHAT 1

GURUMUDA.COM. KONSEP, RUMUS DAN KUNCI JAWABAN ---> ALEXANDER SAN LOHAT 1 GURUMUDA.COM. KONSEP, RUMUS DAN KUNCI JAWABAN ---> ALEXANDER SAN LOHAT 1 Soal UN Fisika sesuai SKL 2012 disertai dengan konsep, rumus dan kunci jawaban. Indikator 1 : Membaca hasil pengukuran suatu alat

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA a. Judul: Pembelajaran Gerak Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar Berbasis Koop untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA b. Kompetensi Dasar Setelah berpartisipasi

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ILMU DASAR SAINS

MODUL PRAKTIKUM ILMU DASAR SAINS MODUL PRAKTIKUM ILMU DASAR SAINS Disusun oleh : Fredy Jhon Philip.S,ST,MT U N I V E R S I T A S P E M B A N G U N A N J A Y A Jl. Cendrawasih Raya No.1 Sawah Baru,Ciputat Tangerang Selatan i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 evisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan PTS Semester Genap Doc. Name: K13A10FIS0PTS Version: 017-03 Halaman 1 01. Pada benda bermassa m, bekerja gaya F yang menimbulkan percepatan a. Jika gaya dijadikan

Lebih terperinci

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika. Dinamika mempelajari penyebab dari gerak yaitu gaya Hukum I Newton Hukum Newton Hukum II Newton Hukum III Newton DINAMIKA PARTIKEL gaya berat jenis gaya gaya normal gaya gesek gaya tegangan tali analisis

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMA Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester I Mata Pelajaran : FISIKA Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata adalah

Lebih terperinci

BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS. A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel).

BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS. A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel). BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel). B. INDIKATOR : 1. Mendefinisikan pengertian gerak 2. Membedakan

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek E. Penerapan Hukum Newton Hukum

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI BIDANG FISIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA Koefisien Gesek dan Resultan Gaya Sejajar Disusun Oleh : Hermy Yuanita Jefferson Syaputra Nur Fitria Ramadhani Salma Nur Amalina XII IPA 7 KATA PENGANTAR Puji Syukur tim penulis

Lebih terperinci

GERAK OSILASI. Penuntun Praktikum Fisika Dasar : Perc.3

GERAK OSILASI. Penuntun Praktikum Fisika Dasar : Perc.3 GERAK OSILASI I. Tujuan Umum Percobaan Mahasiswa akan dapat memahami dinamika sistem yang bersifat bolak-balik khususnya sistem yang bergetar secara selaras. II Tujuan Khusus Percobaan 1. Mengungkapkan

Lebih terperinci

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L) Dinamika Rotasi adalah kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus mempelajari penyebabnya. Momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda berotasi DINAMIKA ROTASI momen inersia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang sering digunakan untuk mengamati hukum mekanika pada gerak yang dipercepat secara beraturan. Sederhananya pesawat atwood

Lebih terperinci

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014 Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k Kompetensi Dasar Y Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. P Uraian Materi Pokok r Kinematika gerak translasi, terdiri dari : persamaan posisi benda, persamaan kecepatan,

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri. BAB V Hukum Newton 5.1. Pengertian Gaya. Gaya merupakan suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak. Gaya juga dapat menyebabkan perubahan pada benda misalnya perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan,

Lebih terperinci

FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS

FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS K-13 Kelas X FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Menguasai konsep gerak, jarak, dan perpindahan.. Menguasai konsep kelajuan

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

GAYA DAN HUKUM NEWTON

GAYA DAN HUKUM NEWTON GAYA DAN HUKUM NEWTON 1. Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton (N). Gbr. 1 Gaya berupa tarikan pada sebuah balok Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah balok

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Bagian pertama dari pernyataan hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain.

Bagian pertama dari pernyataan hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain. A. Formulasi Hukum-hukum Newton 1. Hukum I Newton Sebuah batu besar di lereng gunung akan tetap diam di tempatnya sampai ada gaya luar lain yang memindahkannya, misalnya gaya tektonisme/gempa, gaya mesin

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR Sri Jumini 1, Lilis Muhlisoh 2 1,2) Prodi Pendidikan Fisika, FITK UNSIQ Wonosobo jawa Tengah Email : umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK Posisi titik materi dapat dinyatakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suatu bidang datar maupun dalam bidang ruang. Vektor yang dipergunakan untuk menentukan posisi disebut

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau penyebabnya. Buah kelapa jatuh dan pohon kelapa dan bola menggelinding di atas

Lebih terperinci

STUDI TENTANG UNIT EKSPERIMEN MOMEN INERSIA PADA BIDANG MIRING DAN UNIT EKSPERIMEN AYUNAN BANDUL DALAM MENENTUKAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI

STUDI TENTANG UNIT EKSPERIMEN MOMEN INERSIA PADA BIDANG MIRING DAN UNIT EKSPERIMEN AYUNAN BANDUL DALAM MENENTUKAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI Jurnal Dinamika, April 2011, halaman 42-50 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 1 STUDI TENTANG UNIT EKSPERIMEN MOMEN INERSIA PADA BIDANG MIRING DAN UNIT EKSPERIMEN AYUNAN BANDUL DALAM MENENTUKAN PERCEPATAN GRAVITASI

Lebih terperinci

MATERI gerak lurus GERAK LURUS

MATERI gerak lurus GERAK LURUS MATERI gerak lurus Pertemuan I Waktu : Jarak, Perpindahan, Kelajuan, dan kecepatan :3 JP GERAK LURUS Gerak lurus adalah gerakan suatu benda/obyek yang lintasannya berupa garis lurus (tidak berbelok-belok).

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

Mata Diklat : Fisika Kelas : 1 MM Hari/Tanggal : Waktu :

Mata Diklat : Fisika Kelas : 1 MM Hari/Tanggal : Waktu : PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 JAKARTA Kelompok Bisnis dan Manajemen Jln. Prof. Jokosutono, SH. No.2A Kebayoran

Lebih terperinci

GuruMuda.Com. Konsep, Rumus dan Kunci Jawaban ---> Alexander San Lohat 1

GuruMuda.Com. Konsep, Rumus dan Kunci Jawaban ---> Alexander San Lohat  1 Indikator 1 : Membaca hasil pengukuran suatu alat ukur dan menentukan hasil pengukuran dengan memperhatikan aturan angka penting. Pengukuran dasar : Pelajari cara membaca hasil pengukuran dasar. dalam

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Dinamika Partikel. Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T. Modul ke: Fakultas Teknik

Fisika Dasar. Dinamika Partikel. Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T.   Modul ke: Fakultas Teknik Fisika Dasar Modul ke: Dinamika Partikel Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T. Email : snur.chotimah@gmail.com www.mercubuana.ac.id Outline Hukum Newton I, II, III

Lebih terperinci

Kinematika Dwi Seno K. Sihono, M.Si. - Fisika Mekanika Teknik Metalurgi dan Material Sem. ATA 2006/2007

Kinematika Dwi Seno K. Sihono, M.Si. - Fisika Mekanika Teknik Metalurgi dan Material Sem. ATA 2006/2007 Kinematika Kinematika Mempelajari tentang gerak benda tanpa memperhitungkan penyebab gerak atau perubahan gerak. Asumsi bendanya sebagai benda titik yaitu ukuran, bentuk, rotasi dan getarannya diabaikan

Lebih terperinci

KETEIMBANGAN GAYA. (Percobaan IV)

KETEIMBANGAN GAYA. (Percobaan IV) KETEIMBANGAN GAYA (Percobaan IV) A. PELAKSANAAN PERAKTIKUM 1. Tujuan praktikum : Mahasiswa dapat mengatahui gaya-gaya dalam keadaan setimbang Menerapkan hukum newton pertama tentang kesetimbangan 2. Hari,

Lebih terperinci

SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI

SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI 10 soal - soal fisika Dinamika Rotasi SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI 1. Momentum Sudut Seorang anak dengan kedua lengan berada dalam pangkuan sedang berputar pada suatu kursi putar dengan 1,00 putaran/s.

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek Satuan Pendidikan E. Penerapan

Lebih terperinci

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yg berkaitan dgn hukum newton MASSA: Benda adalah ukuran kelembamannya,

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

MODUL 5 BANDUL MATEMATIS DAN FISIS

MODUL 5 BANDUL MATEMATIS DAN FISIS MODUL 5 BANDUL MAEMAIS DAN FISIS I. BANDUL MAEMAIS UJUAN PRAKIKUM:. Dapat mengukur waktu ayun bandul sederhana dengan teliti.. Dapat menentukan nilai percepatan grafitasi. ALA-ALA YANG DIGUNAKAN:. Stopwatch..

Lebih terperinci

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut.

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut. Pengertian Gerak Translasi dan Rotasi Gerak translasi dapat didefinisikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan lintasan yang sama di setiap titiknya. gerak rotasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA Menguasai Hukum Neton MUH. ARAFAH, S.Pd. e-mail: muh.arafahsidrap@gmail.com ebsite://arafahtgb.ordpress.com HUKUM-HUKUM GERAK GERAK + GAYA DINAMIKA GAYA ADALAH SESUATU YANG

Lebih terperinci

Tujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA

Tujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA Tujuan Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan MOMEN INERSIA MOMEN INERSIA Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menentukan konstanta pegas spiral dan momen inersia

Lebih terperinci

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis JARAK FOKUS LENSA TIPIS Herayanti, Muh. Shadiq. K, Rezky Amaliah Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Pendidikan Fisika 204 Abstrak Telah dilakukan percobaan tentang

Lebih terperinci

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Soal Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Hukum Newton I Σ F = 0 benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan / tetap atau percepatan gerak benda nol atau benda bergerak lurus

Lebih terperinci

A. Pengertian Gaya. B. Jenis-Jenis Gaya

A. Pengertian Gaya. B. Jenis-Jenis Gaya A. Pengertian Gaya Tarikan dan dorongan yang kita berikan pada benda disebut gaya. Apakah gaya yang kita berikan memiliki arah? Tentu, gaya memiliki arah. Ketika kita mendorong ke depan, benda pun akan

Lebih terperinci

KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB

KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB KINEMATIKA Mempelajari gerak sebagai fungsi dari waktu tanpa mempedulikan penyebabnya Manfaat Perancangan suatu gerak: Jadwal kereta, pesawat terbang, dll Jadwal pits

Lebih terperinci

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule.

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule. Gerak Translasi dan Rotasi A. Momen Gaya Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titik acuan. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB

PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB memerlukan Titik acuan contoh Orang naik bus contoh Gerak matahari Pohon berjalan Gerak Semu Terdiri atas Terdiri atas GERAK Terdiri atas Gerak Lurus Terdiri atas Gerak

Lebih terperinci

METODE EVALUASI PRAKTIKUM MAHASISWA UNTUK MATAKULIAH PRAKTIKUM FISIKA

METODE EVALUASI PRAKTIKUM MAHASISWA UNTUK MATAKULIAH PRAKTIKUM FISIKA Emie Santoso, Purwidi Asri, dan Daisy Dwijati Kumala atna, Metode Evaluasi... 39 METODE EVALUASI PAKTIKUM MAHASISWA UNTUK MATAKULIAH PAKTIKUM FISIKA Oleh: Emie Santoso, Purwidi Asri, dan Daisy Dwijati

Lebih terperinci

DINAMIKA GERAK. DISUSUN OLEH : Ir. ARIANTO. Created by : Ir. Arianto, Guru Fisika SMAK. St. Louis 1 ELASTISITAS BAHAN MODULUS KELENTINGAN GAYA PEGAS

DINAMIKA GERAK. DISUSUN OLEH : Ir. ARIANTO. Created by : Ir. Arianto, Guru Fisika SMAK. St. Louis 1 ELASTISITAS BAHAN MODULUS KELENTINGAN GAYA PEGAS DINAMIKA GERAK DISUSUN OLEH : Ir. ARIANTO HUKUM I NEWTON GRAFITASI NEWTON ELASTISITAS BAHAN DEFINISI GERAK HARMONIS HUKUM II NEWTON MASSA DAN BERAT BAHAN DISKUSI PENGEMBANGAN HUKUM II NEWTON HUKUM III

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. Hukum Newton 29 HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. GERAK DAN GAYA. Gaya : ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong dan sebagainya

Lebih terperinci

Mekanika : Gaya. Hukum Newton

Mekanika : Gaya. Hukum Newton Mekanika : Gaya Hukum Newton Hukum Gerak Hukum I Newton Gaya Massa Hukum II Newton Hukum III Newton Gaya Ukuran untuk interaksi antara dua objek (arik atau dorong) Kuantitas vektor : mempunyai besar dan

Lebih terperinci