BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
|
|
- Djaja Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pengelolaan aset bertujuan untuk memberikan kejelasan status kepemilikan aset, inventarisasi kekayaan, optimasi penggunaan dan pemanfaatan aset dan dasar penyusunan neraca (Siregar, 2004, halm.525). Pengelolaan yang baik terhadap aset yang dimiliki, dapat memberikan keuntungan untuk meningkatkan pengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen layanan, meningkatkan manajemen resiko dan meningkatkan efesiensi keuangan dalam hal biaya operasional (operational cost) aset tersebut. Oleh sebab itu diperlukan adanya tahap perencanaan dan pengendalian agar aset-aset perusahaan dapat dikelola dengan baik, karena dengan adanya sistem perencanaan untuk pengelolaan aset ini dapat lebih memaksimalkan produktivitas dan efektifitas sehingga dapat meminimalkan terjadinya over budgetting, dan juga dapat membantu proses pengelolaan berjalan dengan efektif dan tepat waktu dengan adanya tahap perencanaan, terutama perusahaan BUMN seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Didalam pengelolaan aset-aset perusahaan, terutama perusahaan BUMN seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan pengelolaan aset dengan baik sehingga dapat memperluas jaringan jalan tol yang menjadi aset utama bagi perusahaan. Perusahaan ini mengelola berbagai macam aset, selain aset jalan tol dan tanah, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. juga melakukan pengelolaan terhadap sistem transportasi. Sistem transportasi ini meliputi penggunaan sarana dan prasarana yang saling bergantung satu sama lain. Khususnya dalam hal prasarana, infrastruktur jalan sangat membutuhkan adanya faktor keamanan, keselamatan dan kenyamanan yang prima bagi para pengguna jalan tol. Salah satu sarana penunjang yang diperlukan untuk hal itu adalah sistem penerangan lampu jalan. Penerangan lampu jalan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penerangan para pengguna jalan tol khususnya pada malam hari agar tidak terjadi banyak kecelakaan akibat kurangnya penerangan. Oleh sebab itu pada tahap 1
2 pertama untuk mengelola aset penerangan jalan dibutuhkan adanya perencanaan dan pengendalian yang akurat. Perencanaan dan pengendalian yang akurat dilakukan untuk kepentingan para pengguna jalan tol khususnya pada malam hari, karena para pengguna jalan memiliki hak atas pelayanan seperti yang tertera dalam UUPK No.8 Tahun 1999 Pasal 4 mengenai hak konsumen yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, sehingga pengelola aset di PT.Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi bertanggung jawab untuk terus meningkatkan sarana dan prasarana agar hak konsumen terpenuhi salah satunya dengan cara melakukan penentuan prakiraan penerangan sesuai kebutuhan konsumen. Sistem penerangan lampu jalan yang umum diaplikasikan adalah sistem penerangan lampu jalan yang dicatu dari PLN. Sedangkan untuk jalan yang posisinya berada di luar kota yang tidak terjangkau oleh sumber PLN, menggunakan Sistem Lampu Penerangan Jalan LED dengan Solar Cell. Terutama untuk penerangan jalan tol yang sudah dan sedang dibangun serta penerangan yang diperlukan tentunya memberikan dampak pada konsumsi listrik, terutama untuk penerangan pada malam hari. Konsumsi listrik yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaan energi yang ada saat ini sedangkan hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam pembangunan jalan tol adalah masalah penerangan. Satu lampu penerangan di jalan tol menurut standar nasional memiliki daya 400 W (detikcom, 2011). Berdasarkan keadaan sudut pandang mobilitas para pengguna jalan tol saat malam hari sangat penting adanya penerangan jalan agar tidak terjadinya kecelakaan karena kurangnya penerangan dan rambu-rambu yang diberikan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi. Sehingga lampu penerangan jalan umum (PJU) merupakan suatu sarana yang dapat mewujudkan adanya rasa nyaman, aman, serta keindahan bagi setiap orang yang melakukan aktifitas khususnya saat malam hari. Melihat dari kebutuhan para pengguna jalan tol akan adanya rasa aman, nyaman serta keindahan menggunakan jalan tol khususnya saat malam hari, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. ingin menggunakan penerangan jalan umum yang 2
3 menggunakan LED tenaga surya yang menggunakan sistem penerangan bukan dari jaringan listrik tetapi solar (battery). Sehingga penerangan jalan umum yang menggunakan LED tenaga surya tidak perlu membayar listrik borongan PJU dan tidak akan adanya pemadaman listrik saat adanya aliran dari pihak PLN, serta tidak mengganggu aktifitas para pengguna jalan saat malam hari. Akan tetapi pembelian lampu PJU dengan LED tenaga surya masih tergolong mahal saat awal pembelian walaupun setiap bulannya tidak akan ada tagihan rekening listrik dari PT. PLN karena menggunakan tenaga solar. Sedangkan PJU yang menggunakan tenaga listrik saat pembelian awal PJU tersebut dapat dikatakan murah, akan tetapi setiap bulannya dikenakan rekenin biaya untuk pembayaran listrik penggunaanya walaupun ada beberapa lampu yang tidak berfungsi tetap dikenakan biaya karena bersifat borongan. Berdasarkan faktor-faktor kelemahan dan keuntungan tersebut, pihak PT. Jasa Marga menilai bahwa pengelolaan dan penggunaan aset belum dimanfaatkan secara optimal oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi, sehingga berakibat keluarnya biaya operasional yang cukup tinggi untuk aset tersebut, seperti biaya listrik dan pemeliharaan. Oleh karenanya aset tersebut harus dapat di optimalkan sehingga bisa menutupi biaya operasional aset. Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.96/PMK/2007 tentang tata cara pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan barang milik negara, bahwa barang yang sudah berstatus idle capacity dapat di optimalkan dengan cara mengubah status kepemilikan barang tersebut ataupun tidak. Adapun gambar peta lokasi pembangunan lampu penerangan jalan umum (PJU) LED tenaga surya adalah diruas jalan tol Purbaleunyi KM s/d , KM 91 s/d , KM s/d , KM 100, KM , KM 108 dan KM 109 sebagai berikut: 3
4 Sumber : Gambar1.1 Peta Tol Purbaleunyi Terdapat di 5 daerah yang telah melakukan pekerjaan pemasangan dengan menggunakan lampu PJU Solar Cell atau yang biasa disebut dengan PJU LED teanga Surya single ornament dan lampu sorot diruas jalan tol Padaleunyi, yaitu di daerah Pasteur, Pasir Koja, Kopo, Mochamad Toha, Buah Batu. Di daerah Pasteur terdapat 31 Unit pemasangan baru yang menggunakan PJU LED tenaga surya dan 9 Unit pemasangan lama yang masih menggunakan PJU tenaga listrik, di daerah Pasir Koja, Kopo, Mochamad Toha, dan Buah Batu terdapat 27 Unit pemasangan baru. Sedangkan PJU LED tenaga surya single ornament dan lampu HPIT 400 watt dilokasi KM , KM KM , KM , KM masing-masing terdapat 9 Unit titik PJU pemasangan baru. Banyaknya pemasangan baru yang telah dilaksanakan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi menuntut adanya perawatan terhadap PJU tersebut agar tetap dapat berfungsi secara maksimal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data laporan keuangan tahun 2010 konsolidasi yang telah diaudit, jumlah total penerimaan PJU PLN selama tahun 2010 pembayaran untuk PJU mencapai Rp Namun dikarenakan pajak PJU yang dikutip dari 4
5 masyarakat pengguna jalan Tol merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) disetiap daerah, maka dalam proses penganggarannya dibagi untuk pos anggaran pembangunan yang lain, mengakibatkan tidak seluruh hasil pajak yang didapat digunakan untuk pembangunan dan pemeliharaan PJU itu sendiri. Isu-isu mengenai lokasi PJU tenaga listrik yang padam belum dijadikan rujukan utama dalam perumusan anggaran dan kebijakan alokasi untuk menggunakan PJU LED tenaga surya yang dinilai dapat menghemat biaya listrik, menimbang dari data untuk penurunan subsidi yang diberikan. Namun besar anggaran pemeliharaan dan penggunaan lampu PJU LED tenaga surya belum diputuskan dan belum dipastikan dapat lebih mengurangi beban anggaran PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. setiap bulannya daripada dengan menggunakan lampu PJU tenaga listrik. Berdasarkan hasil penelitian studi kasus oleh penulis mengenai Penentuan Kebutuhan Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) LED Tenaga Surya Di Area Tol Purbaleunyi, dapat diketahui bahwa variabel-variabel penentuan kebutuhan PJU LED (komponen-komponen PJU LED tenaga surya, dan penentuan jumlah kebutuhan PJU LED tenaga surya) di sepanjang tol Purbaleunyi masih memiliki kekurangan dengan jumlah 2724 unit penerangan jalan umum LED tenaga surya. Sehingga perlu adanya perencanaan untuk pembangunan dalam upaya penambahan jumlah PJU LED tenaga surya di sepanjang tol Purbaleunyi. Dari paparan di atas, penulis akan melanjutkan berdasarkan studi kasus untuk menentukan sistem Penerangan Jalan Umum (PJU) lebih memberikan benefit maka dilakukan adanya Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). 5
6 1.2 Identifikasi Masalah Adapun beberapa permasalahan yang akan diidentifikasi dalam penyusunan laporan ini antara lain adalah: 1. Berapa anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2. Berapakah biaya tarif penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi pertahunnya? 3. Menentukan nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Sehubungan dengan identifikasi yang telah di ungkapkan di atas, tujuan dari penelitian dan manfaat penelitian, sebagai berikut ini: Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi 2. Mengetahui biaya tarif penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi pertahunnya. 3. Menganalisis besar nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. 6
7 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah: 1. Manfaat untuk Perusahaan: Memberikan masukan dengan menganalisis Benefit Cost Ratio (BCR) dari lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di ruas tol Cipularang kepada pengelola Jalan Tol PT. Jasa Marga (Persero) agar penelitian dalam penilaian aset PJU yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Manfaat untuk Penulis: Sebagai media pengembangan diri melalui pengetahuan dan ilmu manajemen aset yang di dapat dibangku kuliah dan diaplikasikan di lapangan dengan menganalisis Benefit Cost Ratio (BCR) dari PJU tenaga listrik dengan PJU LED tenaga surya yang lebih menguntungkan bagi perusahaan. 1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk keperluan penelitian ini ditentukan lokasi dan waktu penelitian terlebih dahulu untuk memfokuskan pada materi penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi yang beralamat di Plaza Tol Pasteur Jl. Dr. Djunjunan No.257 Bandung, Jawa Barat. Sedangkan objek penelitiannya berlokasi di Jalan Tol Area Purbaleunyi, Bandung. Dapat dilihat pada peta gambar 1.1 sebagai berikut: 7
8 Tol Purbaleunyi Sumber: google maps, (2011) Gambar 1.2 Peta Lokasi Jalan Tol Purbaleunyi Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai dengan awal bulan Juni Kerangka Berpikir Kerangka berfikir ini menjadi pemandu untuk melaksakan mengenai Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). Pemetaan Input-Proses-Output adalah upaya pemetaan hubungan kebutuhan data dalam kaitan proses analisa dan 8
9 hasil yang di harapkan. Berikut ini rangkaian langkah dalam kerangka berfikir Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR): 1. Input Input dari kerangka berfikir ini adalah hasil dari identifikasi dan pengukuran mengenai Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). Input dalam proses ini adalah data primer yang didapatkan melalui tinjauan lapangan (survey) pada saat akan melakukan penelitian dan data awal dari pengelola aset. Input dari penelitian ini yaitu: 1) Berapa anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2) Berapakah anggaran penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik pertahunnya di tol Purbaleunyi? 3) Menentukan nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2. Proses dan Metode Metode dan proses dalam kerangka berfikir ini adalah dengan mengelola data yang berasal dari input. Proses yang digunakan adalah dengan cara melakukan interview pada pengelola aset dan observasi terhadap aset yang akan di kaji. Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut di analisis dengan menggunakan analisis forecasting dan analisis Benefit Cost Ratio (BCR). Yang termasuk analisis forecasting adalah estimasi kejadian, waktu, atau besarnya kejadian-kejadian dimasa yang akan datang. Sedangkan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi sektor 9
10 public atau sebagai analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil dari evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya (Sugiyono, 2001). Setelah itu kemudian dilakukan analisis mengenai pengelolaan dari aset yang sedang di kaji. Dalam melakukan analisis selalu didasari oleh Landasan Normatif dan Landasan Teori. Sehingga apa yang dilakukan dalam proses dan metode ini selalu ada batasannya dan juga terarah. 3. Output Output adalah hasil yang ingin di capai dalam melakukan penelitian ini. Output ini bisa menjawab identifikasi masalah yang sudah dibuat di dalam input. Output yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. 2) Mengetahui anggaran penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik pertahunnya di tol Purbaleunyi. 3) Menganalisis besar nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka berfikir Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR) dapat dilihat pada gambar 1.3 sebagai berikut: 10
11 INPUT 1) Berapa anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2) Berapakah biaya tarif penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi pertahunnya? 3) Menentukan nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? Keterangan : Informasi Data 1. Dokumentasi 2. Interview 3. Observasi Lapangan PROSES DAN METODE Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio. Sumber Normatif : 1. UUPK No.8 Tahun KepMen Dalam Negeri No.49 Tahun PPRI No 6 Tahun PMK No 96 Tahun BSN Dirjen Bina Marga No.12/S/BNKT/ UU No. 34 tahun 2000 pasal 2 ayat 2 8. PP No.24 Tahun 2005 Analisis Deskriptif Landasan Teori Meliputi: 1. Manajemen Aset 2. Penerangan Jalan Umum (PJU) 3. Analisis Manfaat Biaya OUTPUT 1) Menganalisis anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. 2) Mengetahui biaya tariff penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik pertahunnya di tol Purbaleunyi. 3) Menganalisis besar nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi Sumber: Data Olahan Penulis, Gambar 1.3 Kerangka Berfikir Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). 11
BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan energi listrik merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manusia. Oleh karena itu, penyediaan tenaga listrik harus menjadi prioritas dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Jalan merupakan suatu prasarana yang berguna bagi manusia untuk memperlancar kegiatan ekonomi, sosial-budaya serta politik. Salah satu cara untuk memperlancar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan lahan dan bangunan gedung untuk berbagai aktifitas meningkat dari waktu ke waktu. Lahan/tanah adalah sebuah sumber daya alam yang merupakan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini tingkat mobilitas masyarakat Indonesia semakin meningkat. Masyarakat berusaha untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi
Lebih terperinciCHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)
CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Seiring dengan perkembangannya, rumah menjadi salah satu bentuk investasi yang menarik. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai untuk kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga penyediaan sarana bagi pejalan kaki seperti jembatan penyeberangan sudah mulai disediakan
Lebih terperinciBUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM
BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, Menimbang
Lebih terperinciD4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung I - 1
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jalan tol Padaleunyi yang dikelola oleh PT. Jasa Marga adalah jalan tol yang menghubungkan jalan tol Cipularang. Jalan tol ini selain menghubungkan Jakarta dengan Bandung
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina didirikan dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1971 tentang perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi Negara. Kemudian berdasarkan
Lebih terperinciPERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA OPERASI
SKRIPSI PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA OPERASI (STUDI KASUS PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG PADANG ) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN
Lampiran II-1 Pengumuman Nomor : PENG-01/Pansel.MBU/03/2016 Tanggal : 07 Maret 2016 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN 1. Nama Jabatan Kepala Biro Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar untuk melewati jalan yang dilalui dan merupakan jalan alternatif lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terus menerus dilaksanakan melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala aspek. Salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung juga merupakan kota terbesar
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA PENDANAAN 3.1 Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Pengelolaan pendapatan daerah, sebagaimana diatur dalam Undang Undang mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak dan perlindungan konsumen merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas, karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN
BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN 2005 A. Analisis Implementasi Hak Keamanan Konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang relatif padat. Jakarta juga dikenal sebagai kota dengan perlalulintasan tinggi karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan diklasifikasikan sebagai aset yang sangat vital. Potensinya dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam manajemen modern saat ini sumber daya manusia (pegawai) dalam perusahaan diklasifikasikan sebagai aset yang sangat vital. Potensinya dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah administrasi yang luas dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah administrasi yang luas dan berkembang sangat cepat di berbagai bidang. Perkembangan yang cepat ini didukung dengan tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan dapat bertahan apabila perusahaan tersebut dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaannya. Upaya ini dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi masa depan kita sulit diprediksi termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Energi listrik tidak dapat diciptakan begitu saja, diperlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan jasa transportasi khususnya transportasi darat terus meningkat dan berkembang, hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya kuantitas kendaraan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi
Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja jaringan infrastruktur publik di seluruh dunia (misalnya transportasi, air bersih, sistem pembuangan limbah) sangat mempengaruhi kelayakan ekonomi dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aset merupakan hal yang sangat fundamental bagi perseorangan maupun organisasi, karena merupakan bagian yang penting dalam pencapaian tujuan dari pemilik aset. Aset
Lebih terperinciGAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu
BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan
Lebih terperinciProposal Proyek. Judul Proyek : Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Penerangan Jalan Umum
Proposal Proyek Judul Proyek : Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Penerangan Jalan Umum Tanggal Mulai : 2015 Tanggal Berakhir : 2016 Pelaksana : Ringkasan Proyek Operasional penerangan jalan
Lebih terperinciDeskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN
1 Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkenaan dengan suatu lampu penerangan jalan umum atau dikenal dengan lampu PJU, khususnya lampu PJU yang dilengkapi
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo
No.847, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. PSAK. Poltekpel. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 63 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN POLITEKNIK PELAYARAN
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan
Lebih terperinciAnalisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-16 Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. PSAK. Politeknik. Ilmu Pelayaran. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Apalagi dengan berkembangnya zaman dan tuntutan modernisasi. Kebutuhan akan pasokan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN PT. Pegadaian merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai bisnis inti berupa usaha gadai yang dinamakan kredit cepat aman (KCA). Selain
Lebih terperinciGambar 1. Kenaikan Tarif Dasar Listrik Tahun 2013 (KESDM, 2012) Gambar 2. Biaya Tagihan Listrik Tahun 2012 dan Tahun 2013 (RSIS, 2013)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit Islam Surakarta dihadapkan pada kondisi bisnis yang sangat kompetitif dimana banyak berdiri rumah sakit baru disekitarnya. Service of excellent meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), merupakan salah satu perwujudan dari peran pemerintah di bidang ekonomi, yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti merupakan industri yang sedang mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia pada saat ini. Perkembangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
Lebih terperinciTKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.
TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia listrik sering terjadi salah satunya pada kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik yang semakin bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aset adalah suatu potensi yang baik yang dimiliki oleh organisasi atau individu untuk mencapai tujuan. Aset dapat berbentuk riil atau terukur yang disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciROADMAP PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM KOTA PARINGIN KABUPATEN BALANGAN LAPORAN AKHIR
ROADMAP PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM KOTA PARINGIN KABUPATEN BALANGAN LAPORAN AKHIR PEMERINTAH KABUPATEN BALANGAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 1 RUANG LINGKUP SPATIAL 2 2 JARINGAN DISTRIBUSI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka dalam kenyataannya,
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
Lebih terperinciSTUDI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR: KASUS JALAN TOL TG. MORAWA - TEBING TINGGI
STUDI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR: KASUS JALAN TOL TG. MORAWA - TEBING TINGGI TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.142, 2013 PENDIDIKAN Perguruan Tinggi Negeri. Pendanaan. Bentuk. Mekanisme. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5438) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004, memberikan wewenang seluasnya kepada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG
. BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan mendasar paradigma pengelolaan keuangan daerah terjadi sejak diterapkan otonomi daerah pada tahun 2001. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 3, 2016 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa penerangan jalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu ketersediaan
Lebih terperinciSALINAN NO : 14 / LD/2009
SALINAN NO : 14 / LD/2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI : D.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN
Lebih terperinciPELAYANAN PEMASANGAN LAMPU PJU
PELAYANAN PEMASANGAN LAMPU PJU PELAKSANA MUTU BAKU NO. KEGIATAN Bidang PJU dan DK Kepala Dinas KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT KETERANGAN 1. membuat Surat Permohonan kepada Walikota berkas surat 5 menit berkas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusiadan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupaya melakukan penyelenggaraanpemerintah yang menjunjung tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu upaya Good Governance saat ini pemerintah Indonesia berupaya melakukan penyelenggaraanpemerintah yang menjunjung tinggi akuntabilitas.salah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa penerangan jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia adalah sebuah Harta Kekayaan Negara (HKN) sekaligus aset yang berharga. Melimpahnya sumber daya alam di Indonesia, membuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan sistem pemerintahan sentralistik selama pemerintahan Orde Baru ternyata rapuh dan menciptakan kesenjangan ekonomi serta kemiskinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi didunia telah berkembang sangat pesat. Didorong dengan kemajuan manusia untuk dapat berfikir lebih modern dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ditegaskan bahwa salah satu tujuan yang harus diwujudkan oleh negara adalah meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang sehat. perusahaan yang dimana aktivitas manajemen sangat berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan operasional perusahaan dan tidak terlepas dari peran audit internal. Hasil laporan dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini pemenuhan kebutuhan akan sistem informasi bagi semua jenis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pemenuhan kebutuhan akan sistem informasi bagi semua jenis organisasi menyebabkan perkembangan sistem informasi yang begitu pesat. Peranan sistem informasi
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. memerlukan perlindungan tubuh atau memberikan training sebelumnya untuk
1 BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah keamanan kerja. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aparatur pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai tugas pokok yang antara lain tercermin dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pegadaian merupakan BUMN di Indonesia yang usaha intinya bergerak di bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Dasar hukum pendirian
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II
Lampiran 1 Pengumuman Nomor : PENG-01/JPT.Pratama/MBU/10/2015 Tanggal : 30 Oktober 2015 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN NO. A. KELOMPOK JABATAN I 1. Nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa provinsi dan setiap provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing memiliki pemerintah
Lebih terperinci2012, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN
Lebih terperinciInfrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %
Bab I Pendahuluan Pada Bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan manfaat penelitian. I.1 Latar Belakang Tol Cipularang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pada era sebelum tahun 1980, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia pada era sebelum tahun 1980, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini merupakan pendapat dari Kasmir
Lebih terperinciDana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil TA. 2017
DAK 2017 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil TA. 2017 Sinkronisasi Program DAK Bidang Energi Skala Kecil Jakarta, 29 April 2016 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Banyak macam dan jenis energi yang berhubungan dengan kehidupan manusia di alam ini, tetapi secara garis besar di bedakan menjadi dua macam jenis sumber energi yaitu
Lebih terperinciTulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut.
Transisi energi Indonesia untuk pencapaian target energi baru dan terbarukan dalam bauran energi primer tahun 2025: belajar dari program Energiewende di Jerman Oleh: Erina Mursanti. Ditulis September 2015.
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)
MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU) Oleh: Putri Mareta Hertika 122310101014 Amanda Putri Anugrah 122310101065 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN
SUPLY PLN SHS MCB 2 MCB 1 BEBAN Gambar 3.10 Panel daya (kombinasi solar home system dengan listrik PLN) BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN 4.1 ANALISA SOLAR HOME SYSTEM Analisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan tersebut sangatlah penting
Lebih terperinciKANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah)
Berikut di bawah ini merupakan (contoh) ilustrasi sederhana penyajian laporan keuangan yang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Komparatif; 2. Laporan Laba Rugi Komparatif; 3. Catatan Atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Transportasi saat ini merupakan kebutuhan penting dan mendesak bagi negara Indonesia, kereta api adalah salah satunya. Kereta api memiliki keunggulan
Lebih terperinciPENYERTAAN MODAL NEGARA
PENYERTAAN MODAL NEGARA A. PENGERTIAN PENYERTAAN MODAL Definisi secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha untuk memiliki perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TATA CARA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API UNTUK PELAYANAN KELAS EKONOMI a. bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden
Lebih terperinci