BAB II. Kajian Pustaka. terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataupun kedua-duanya
|
|
- Widyawati Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II Kajian Pustaka 2.1 Diabetes Definisi Diabetes Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang dikarakterisasikan oleh level gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataupun kedua-duanya (PERKENI, 2015). Pada saluran cerna, karbohidrat seperti gula dan pati yang bisa ditemukan pada berbagai makanan akan dipecah menjadi glukosa yang nantinya akan masuk ke aliran darah. Sel-sel yang ada di seluruh tubuh akan diserap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi, dimana hal tersebut dibantu oleh hormon insulin. Ketika tubuh tidak bisa membuat insulin yang cukup atau tidak bisa menggunakan insulin dengan baik dan secara efektif ataupun kedua-duanya, maka terjadilah penyakit diabetes (NIDDK, 2014). Insulin merupakan suatu hormon yang dibuat oleh pankreas, dimana pankreas berisikan gugus-gugus sel yang disebut sebagai islets. Sel-sel islet tersebut mengandung sel beta yang bisa membuat insulin dan melepaskannya ke dalam darah. Jika sel beta tidak cukup dalam memproduksi insulin atau tubuh tidak mampu merespon terhadap insulin, maka glukosa akan menumpuk dalam darah dan bukannya diserap oleh sel-sel dalam tubuh sehingga akan menyebabkan prediabetes atau diabetes (NIDDK, 2014). 5
2 6 Sedangkan untuk hiperglikemia yang sudah kronik dapat dihubungkan dengan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular dimana nantinya bisa menyebabkan lemahnya pengelihatan, kebutaan, penyakit ginjal, kerusakan saraf, amputasi, penyakit jantung, dan stroke (Loghmani, 2005) Klasifikasi Diabetes Menurut ADA (2009) terdapat 4 tipe DM: 1. DM tipe 1 DM tipe 1, juga disebut insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) yang disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin. Adanya kemungkinan infeksi virus atau gangguan autoimun yang terlibat dalam perusakan atau luka pada sel beta pankreas, meskipun faktor keturunan juga memainkan peran utama dalam menentukan kerentanan sel beta, atau bisa juga dikarenakan penyakit yang dapat merusak produksi insulin. Dalam beberapa kasus, dimungkinkan ada kecenderungan turun menurun untuk degenerasi sel beta bahkan tanpa infeksi virus ataupun gangguan autoimun (Guyton dan Hall, 2006). Penyakit ini dapat diderita oleh semua orang dari segala usia, tetapi biasanya penyakit ini bisa didapatkan pada anak-anak atau anak-anak muda, dimana harus membutuhkan insulin setiap hari untuk mengontrol level glukosa dalam darah (IDF, 2013). 2. DM tipe 2, juga disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM) yang awalnya disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas jaringan target untuk efek metabolik insulin, dan penurunan sensitivitas terhadap insulin atau yang biasa disebut dengan resistensi insulin
3 7 (Guyton dan Hall, 2006). Penyakit ini ditandai oleh kurangnya kebutuhan insulin yang diperuntukkan mencegah ketoasidosis. Hal ini bukan merupakan gangguan autoimun dan gen rentan yang berdisposisi terhadap NIDDM dan belum teridentifikasi pada kebanyakan pasien (Ozougwu, 2013). Ketoasidosis jarang terjadi secara spontan pada penyakit tipe ini; ketika terlihat, biasanya akan muncul pada hubungan dengan stres penyakit lain seperti infeksi. Tipe diabetes ini sering tidak terdiagnosis selama beberapa tahun karena hiperglikemia terbentuk secara gradual dan pada tahap awal sering tidak cukup parah dikarenakan pasien tidak akan menyadari salah satu gejala klasik DM yang dialami (ADA, 2009). Berbeda dengan pasien diabetes tipe 1, mayoritas dari pasien DM tipe 2 biasanya tidak memerlukan dosis harian insulin untuk bertahan hidup, karena kondisi tersebut banyak dapat dikelola melalui diet sehat dan dengan meningkatkan aktivitas fisik atau menggunakan obat oral. Akan tetapi, jika pasien tidak mampu mengatur kadar glukosa dalam darah, maka memungkinan untuk diberikan resep insulin (IDF, 2013). 3. Diabetes melitus gestasional (DMG), merupakan penyakit dimana wanita yang memiliki perkembangan resistensi insulin dan juga disertai glukosa dalam darah tinggi selama kehamilan. Diabetes gestasional cenderung terjadi sekitar minggu ke-24 kehamilan. Kondisi ini muncul karena tindakan atau aktivitas insulin diblokir yang mungkin disebabkan oleh hormon yang dihasilkan oleh plasenta. Bayi belum lahir yang sudah cukup bagus terbentuk akan masih bisa terus
4 8 berkembang, walaupun nantinya diabetes gestasional secara normal juga berkembang pada saat kehamilan. Oleh karena itu, resiko seketika pada bayi tersebut tidak separah untuk ibu yang memiliki diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2 sebelum kehamilan (kondisi tersebut dikenal sebagai diabetes dikehamilan). Meskipun demikian, kehamilan dengan diabetes atau glukosa darah yang tidak terkendali dapat memiliki konsekuensi serius bagi ibu dan bayinya. Pengelolaan gula darah yang kurang baik akan dapat menyebabkan bayi yang akan baru lahir berukuran lebih besar secara signifikan dari rata-rata bayi (kondisi yang dikenal sebagai makrosomia janin), yang membuat kelahiran normal sulit dan berisiko, dimana bayi yang baru lahir tersebut akan berisiko mengalami cedera bahu dan masalah pernapasan. Sehingga, dalam banyak kasus, operasi Caesar dibutuhkan, dengan menempatkan resiko akan kesehatan ibu, terutama dalam pengaturan daya rendah, dimana akses yang dimiliki terbatas untuk pelayanan kesehatan yang baik. Bagi wanita yang tinggal di daerah pedesaan terpencil lebih besar memiliki resiko hingga dapat mengancam jiwa dimana hal tersebut didapatkan dari persalinan yang terhambat dan berkepanjangan. Terdapat juga resiko terjadinya preeclampsia, yaitu suatu kondisi dimana secara tibatiba tekanan darah menjadi tinggi sehingga dapat mengancam kesehatan ibu dan anaknya. Diabetes gestasional pada ibu biasanya hilang setelah lahir. Namun, para wanita yang telah memilikinya berada pada risiko lebih tinggi mengembangkan diabetes gestasional tersebut pada kehamilan berikutnya dan juga pengembangan DM tipe 2
5 9 dikemudian hari. Bayi yang terlahir dari ibu dengan kehamilan diabetes juga memiliki resiko lebih tinggi untuk obesitas seumur hidup dan pengembangan diabetes tipe 2. Para wanita dengan kehamilan diabetes perlu diawasi dan mengontrol level gula dalam darah untuk meminimalisir resiko terhadap bayinya. Biasanya, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan diet sehat dan olahraga moderat, namun dalam beberapa kasus, penggunaan insulin dan obat oral mungkin diperlukan juga (IDF, 2013). 4. DM tipe lain yang meliputi defek genetik dari fungsi sel beta, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, dikarenakan obat/zat kimia, infeksi, bentuk yang tidak biasa atau jarang dari DM yang dikarenakan imun, dan sindrom genetik lain yang terkadang dihubungkan dengan DM (ADA, 2009) Faktor Risiko Diabetes Menurut PERKENI (2015), faktor risiko diabetes yang dapat dimodifikasi adalah sebagai berikut: 1. Berat badan lebih (IMT 23 kg/m 2 ) 2. Kurangnya aktivitas fisik 3. Hipertensi (> 140/90 mmhg) 4. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan /atau trigliserida > 250 mg/dl) 5. Diet tak sehat Berat Badan Lebih Adanya kenaikan pada prevalensi berat badan berlebih dan obesitas telah memberikan tanda bahaya pada negara berkembang serta negara maju diseluruh
6 10 dunia. Sehingga, jika prevalensi tersebut dikombinasikan bersamaan dengan faktor resiko yang dimiliki, hal tersebut memberikan sebuah tantangan terhadap kesehatan masyarakat yang ada di seluruh dunia. Adapun hasil indikasi studi epidemiologi yang menyatakan bahwa berat badan lebih dan obesitas merupakan faktor resiko yang penting untuk terjadi diabetes, penyakit kardiovaskular, kanker, dan kematian prematur (Kelly, et al., 2008). Prevalensi berat badan lebih dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25 kg/m 2 yang memiliki presentase 50-70%, didapatkan pada sebagian besar negara berkembang. Diperkirakan sekitar 80% pasien dengan DM tipe 2 juga memiliki masalah obesitas, sehingga obesitas dihubungkan dengan resistensi insulin, dimana jaringan adiposa menginduksinya melalui berbagai mekanisme (Pusparini, 2007). Obesitas dapat menyebabkan suatu perubahan pada profil hormon yang disekresikan oleh jaringan adiposa (adipokin). Sehingga dalam keadaan tersebut, jaringan adiposa yang secara proposional akan mengeluarkan lebih adipokin yang menyebabkan resistensi insulin dan lebih sedikit dalam mendorong sensitivitas insulin (Hussain, et al., 2010). Terjadinya suatu penimbunan lemak tubuh yang berbahaya dikarenakan oleh lipolisis pada daerah viseral atau sentral yang sangat efisien dan lebih resisten terhadap efek insulin dibandingkan dengan adiposit di daerah lain, maka hal tersebut dikenal dengan istilah obesitas viseral atau obesitas sentral. Adipositokin juga dibuat dan dilepaskan oleh jaringan adiposa, dimana adipositokin yang terpenting yaitu TNF-alfa yang memiliki peran dalam menginduksi resistensi insulin melalui glucose transporter 4 (GLUT 4) dan juga dalam hal meningkatkan pelepasan asam lemak bebas. Adiponektin merupakan suatu adipositokin yang baru
7 11 dan memiliki peran untuk mempengaruhi sensitivitas insulin. Sehingga penurunan kadar adiponektin pada diabetes tipe 2 dan obesitas menunjukkan adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Terjadinya sindrom metabolik pada wanita juga dikarenakan adanya penurunan kadar sdipositokin. Di samping itu, didapatkan juga anti-inflammatory cytokine interleukin-10 yang memberikan efek antidiabetogenik. Obesitas sendiri merupakan kelainan poigenetik sehingga dapat menyebabkan diabetes tipe 2, dan dimana telah lama diketahui bahwa rendahnya metabolic rate dalam waktu yang lama akan menjadikannya sebagai sebuah faktor resiko terjadinya obesitas (Pusparini, 2007). Obesitas juga bisa dihubungkan dengan naiknya kemokin yang dihasilkan dari sekresi adiposit, yang mendorong infiltrasi makrofag. Sebagai tambahan dari infiltrasi makrofag, maka obesitas bisa dikaitkan juga dengan peningkatan aktivasi makrofag, sehingga makrofag yang telah diaktivasikan akan memberikan dampak secara negatif terhadap sensitivitas insulin (Hussain, et al., 2010) Kurang Aktivitas Fisik Berbagai jumlah penelitian epidemiologi yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan resiko terjadinya diabetes dibandingkan dengan perilaku menetap atau kurangnya aktivitas yang dapat meningkatkan resiko DM. Setiap 2 jam/hari yang hanya dihabiskan untuk menonton televisi (TV) mempunyai keterkaitan terhadap peningkatan resiko DM sebesar 14%. Sedangkan setiap 2 jam/hari yang dilakukan hanya untuk berdiri ataupun berjalan disekitar rumah mempunyai keterkaitan terhadap penurunan resiko DM sebesar 12%. Untuk halnya setiap 1 jam/hari yang digunakan untuk aktivitas jalan cepat dikaitkan dengan penurunan resiko diabetes sebesar 34%.
8 12 Dari hasil-hasil tersebut menunjukkan suatu hubungan rangkaian kesatuan antara tingkatan-tingkatan aktivitas fisik dan resiko DM. Resiko yang paling tinggi dikaitkan dengan perilaku-perilaku menetap atau tidak adanya aktivitas berlebih yang diantaranya seperti menonton TV, duduk saat kerja, dan aktivitas duduk lainnya, ataupun menonton TV yang secara berkepanjangan. Setidaknya terdapat dua mekanisme yang memiliki potensial dalam menjelaskan adanya hubungan positif antara menonton TV dan obesitas dan resiko DM. Hubungannya yaitu, biasanya menonton TV mengambil tempat dari aktivitas fisik, sehingga mengurangi energi yang dikeluarkan. Lalu, menonton TV juga dihubungkan dengan makan lebih banyak dan asupan energi total, dimana yang paling dimungkinkan adalah karena adanya penigkatan paparan iklan makanan dan minuman (Hu, 2011). Disamping itu, orang-orang yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk menonton TV akan memiliki kecenderungan pola makan yang tidak sehat, ditandai dengan peningkatan konsumsi makanan ringan, minuman manis, dan makanan cepat saji. Adanya juga peningkatan terhadap mekanisasi dan mengemudi telah menggantikan aktivitas fisik selama beberapa abad terakhir di negara-negara industri, dan yang juga meningkat di negara-negara berkembang (Hu, 2011) Hipertensi Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama dan sudah diidentifikasikan dalam perkembangan penyakit DM. Pasien-pasien yang memiliki hipertensi memiliki resiko 2-3 kali lebih tinggi terkena DM dari pada pasien dengan tekanan darah yang normal. Selain itu, hipertensi sendiri merupakan suatu faktor resiko yang kuat untuk morbiditas dan juga kematian dari penyakit kardiovaskular seperti yang telah didasarkan oleh data kohort selama lebih dari tiga dekade lalu
9 13 dari Framingham. Pada setiap tingkat tekanan darah sistolik, terjadinya DM secara jelas dapat meningkatkan kematian pada penyakit kardiovaskular. Berdasarkan hasil yang telah didokumentasikan oleh Stamler et al. bahwa DM yang dialami oleh pasien normotensif mempunyai risiko lebih kecil dari pada pasien dengan tekanan darah sistolik diantara 160 dan 170 mmhg. Berdasarkan pengamatan mengenai prognosis DM, dimana hasilnya tidak sebaik prognosis pada pasien yang mengalami miokardial infark akut. Juga dari catatan yang ada, sementara ini hanya berlaku untuk kematian kardiovaskular secara keseluruhan, sehingga tidak berarti bahwa DM dan hipertensi identik dalam mempengaruhi masing-masing komponen sistem kardiovaskular (Grossman dan Messerli, 2008) Dislipidemia Pada individu yang sehat, rangsang insulin oleh aktivitas GLUT 4 di otot rangka akan beraksi melalui fosforilasi insulin receptor substrate (IRS), sehingga memungkinkan untuk mengikat dan mengaktifkan aktivitas phosphatidylinositol (PI) 3-kinase. Dalam hal ini, sebaliknya akan menghasilkan sebuah pengaktifan aktivitas GLUT 4, dan menunjukkan bahwa menaikkan level fatty acid (FA) plasma pada manusia akan menghapuskan pengaktifan insulin oleh IRS-1 yang dihubungkan dengan aktivitas PI 3-kinase. Sedangkan PI 3-kinase merupakan sebuah pemain kunci dalam aktivitas transportasi glukosa untuk merangsang insulin, dimana juga sangat berperan untuk menginduksi di otot rangka (Petersen dan Shulman, 2006). Adanya hubungan yang kuat antara kelebihan lemak viseral dan penekan yang terganggu dalam pelepasan free fatty acid (FFA) untuk merespon insulin, sama halnya dengan hipertrigliseridemia dan rendahnya konsentrasi kolesterol high
10 14 density lipoprotein (HDL). Pada obesitas, secara patologi menyatakan bahwa peningkatan FFA saat puasa dan penekan FFA yang terganggu dapat juga dihubungkan dengan hipertrigliseridemia. Karakteristik yang sering didapatkan pada obesitas yaitu dislipidemia yang dikarakterisasikan dengan tingginya level trigliserida (TG) dalam very-low-density lipoproteins (VLDL) dan rendahnya level kolesterol HDL (Ebbert dan Jensen, 2013). Adapun salah satu fungsi VLDL yaitu sebagai sarana untuk melayani hati dalam mengekspor energi yang berlebihan dalam bentuk TG, sehingga untuk membentuk VLDL bergantung pada ketersediaan TG. TG hepatis sebagian besar berasal dari penyerapan FFA yang beredar, dengan pengambilan VLDL dan sisasisa kilomikron, serta sintesis asam lemak de novo dari gula yang memberikan porsi lebih kecil. Hipertrigliserida dan resistensi insulin pada obesitas disebabkan terutama oleh adanya kelebihan VLDL, walaupun pada beberapa level pembersihan VLDL adanya penurunan sebagai jaringan lipoprotein lipase (LPL) yang menjadi jenuh. Dalam situasi LPL jenuh yang lebih ekstrim, terjadinya akumulasi postprandial kilomikron dan sisa-sisa TG yang kaya akan lipoprotein. Hipertrigliseridemia dikaitkan dengan TG yang kaya akan LDL dan kolesterol HDL, dimana pengayaan TG dikaitkan dengan rendahnya konsentrasi kolesterol HDL dan tingginya konsentrasi dari partikel LDL yang kecil dan padat. Partikel LDL yang padat mengandung sedikit kolesterol, sehingga dikeluarkan melalu jalur LDL, dan tingginya proporsi kolesterol akan dikeluarkan melalui jalur VLDL. Adapun pengeluaran VLDL dilakukan melalui rute aterogenik seperti makrofag dan sel otot polos yang meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular (Ebbert dan Jensen, 2013).
11 15 Sedangkan adanya resistensi insulin yang dimediasi akan memberikan hasil dalam perkembangan DM tipe 2 dengan pengecualian yaitu resistensi insulin yang dikompensasi oleh kelebihan sekresi insulin. Semakin banyaknya bukti yang menunjukkan bahwa FFA dapat menstimulasi sekresi insulin secara akut dan kronik, dan bahwa FFA dapat menginduksi resistensi insulin yang dikompensasi oleh FFA yang dimediasi kelebihan sekresi insulin pada obesitas tetapi sebaliknya pada individu yang sehat. Akan tetapi adanya kegagalan kompensasi tersebut terjadi pada individu yang memiliki pre-diabetes dan konsekuensinya FFA yang diinduksi resistensi insulin akan menjadi DM tipe 2 (Boden, 2008) Diet Tak Sehat Adanya efek-efek diet yang tergantung pada kualitas diet seperti terlalu banyaknya asupan kalori yang dapat menjadikan kekuatan pendorong utama di balik meningkatnya epedemik obesitas dan DM tipe 2 secara mendunia. Pada Nurses Health Study (NHS) menyatakan bahwa kualitas lemak dan karbohidrat memiliki peran penting pada perkembangan DM, tingginya BMI, dan faktor-faktor resiko lainnya. Secara spesifik dapat disimpulkan bahwa diet glycemic load (GL) yang tinggi dan lemak trans memiliki hubungan dalam meningkatkan resiko DM, juga berhubungan dengan profil resiko kardiometabolik yang merugikan serta meningkatkan resiko penyakit jantung, dan juga bisa memiliki peran dalam perkembangan inflamasi kronik, dimana jika lemak trans dibandingkan dengan banyaknya mengkonsumsi sereal yang berserat dan lemak tak jenuh dapat dihubungkan dengan penurunan resiko DM. Sehingga didapatkan pada meta analisis bahwa 2 sajian/hari untuk peningkatan asupan gandum memiliki hubungan terhadap rendahnya resiko DM sebesar 21%. Sedangkan jika mengkonsumsi
12 16 fruktosa dari sirup jagung yang tinggi akan fruktosanya atau mengkonsumsi gula apapun, nantinya akan dimetabolisme menjadi lipid di dalam hati yang akan menuju ke peningkatan lipogenesis hepatik de novo, dyslipidemia, dan resistensi insulin (Hu, 2011). Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan perkembangan sosial dengan adanya pergeseran secara bersamaan pada gaya hidup dan struktur diet banyak dialami negara-negara berkembang. Sehingga, globalisasi dan perkembangan ekonomi telah memacu sebuah transisi terhadap nutrisi, dimana pergeseran nutrisi ini secara tipikal melibatkan peningkatan konsumsi lemak hewan dan makanan yang berenergi padat, penurunan serat, dan seringnya banyak mengkonsumsi makanan cepat saji (Hu, 2011). 2.2 Tingkat Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) dalam Paulus (2012) yaitu suatu hasil tahu yang diperoleh seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana penginderaan tersebut sering didapatkan sebagian besar dari pengelihatan dan pendengaran untuk memperoleh suatu informasi Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Paulus (2012), terdapat 6 tingkatan yang dicakup di dalam domain kognitif: a. Tahu (Know) artinya sebuah kemampuan untuk mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipejari atau suatu rangsangan yang sebelumnya telah diterima, dimana hal ini termasuk tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
13 17 b. Memahami (Comprehension) artinya sebuah kemampuan untuk dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan atau menginterpretasikan suatu objek yang dipelajari secara benar. c. Aplikasi (Application) artinya sebuah kemampuan dalam menggunakan suatu materi yang telah dipelajari yang berkaitan dengan penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada situasi dan kondisi nyata. d. Analisis (Analysis) artinya sebuah kemampuan dalam menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen struktur organisasi yang sama dan berkaitan satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) artinya sebuah kemampuan untuk menyusun suatu objek atau materi yang ada kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) artinya sebuah kemampuan dalam menilai berdasarkan suatu kriteria terhadap suatu objek Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Paulus (2012) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, yaitu: a. Usia Daya tangkap dan pola pikir akan berkembang dengan seiring bertambahnya usia, sehingga dipercaya bahwa pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik.
14 18 b. Pendidikan Tingginya tingkat pendidikan akan semakin mudah bagi seseorang dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. c. Lingkungan Seluruh kondisi yang ada disekitar manusia yang dapat memberikan dampak dalam perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok. d. Pekerjaan Serangkaian tugas atau kegiatan yang sesuai dengan profesi masingmasing yang harus diselesaikan, dan seringnya status pekerjaan yang rendah mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. e. Sosial Budaya dan Ekonomi Sebuah variabel yang digambarkan sebagai tingkat kehidupan seseorang dengan penentuan unsur seperti pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya serta ditentukan juga oleh tempat tinggal karena dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. f. Sumber Informasi Perkembangan pengetahuan yang sangat cepat akan membuat informasi berkembang sangat cepat pula, dan informasi bisa didapatkan di rumah, sekolah, lembaga organisasi, media cetak, dan tempat pelayanan kesehatan. Adanya pemberian informasi akan menigkatkan pengetahuan masyarakat dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
15 19 g. Pengalaman Suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan dengan mengulang kembali peristiwa yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu Pengukuran Pengetahuan Menurut Nursalam (2003) dalam Wardatul (2014) untuk mengetahui cara pengukuran pengetahuan dalam sebuah penelitian digunakanlah angket dan dituliskan dalam prosentase, yaitu baik dengan prosentase %; cukup dengan prosentase 56-75%; kurang dengan prosentase 55%. Menurut Hidayat (2007) dalam Washilah (2014) menjelaskan bahwa salah satu skala yang digunakan adalah skala Guttman yang terdiri dari benar-salah dan ya-tidak, sehingga penelitian ini menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban benar-salah.
BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
Lebih terperinciFREDYANA SETYA ATMAJA J.
HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami
Lebih terperinciPada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita
12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi
Lebih terperinciPERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD
PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciDIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara
Lebih terperinciDIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM
DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperincidan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan sindrom metabolik dengan karakteristik dimana seseorang mengalami hiperglikemik kronis akibat kelainan sekresi insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Siagian, 2004). Obesitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...
Lebih terperinciDiabetes Mellitus Type II
Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar
Lebih terperinciUPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009
BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan
Lebih terperinciDi seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko dislipidemia, diabetes melitus, hipertensi, sindrom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum
Lebih terperinciPengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi
Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Komala Appalanaidu Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (ria_not_alone@yahoo.com) Diterima: 15 Maret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus dan komplikasinya telah menjadi masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di
Lebih terperinciPencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)
Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja
Lebih terperinciObat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide
Obat Penyakit Metformin Biguanide Obat Penyakit Metformin Biguanide. Obat diabetes ini bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin, baik pada jaringan hati maupun perifer. Peningkatan sensitivitas
Lebih terperinciBAB 1 : PEMBAHASAN. 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016
BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.3dapat dilihat bahwa terdapat 27 pasang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahun. Menurut WHO pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes
Lebih terperinciKementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tanya-Jawab seputar Diabetes Diabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi. Tubuh memproduksi insulin, suatu hormon yang dikeluarkan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes adalah gangguan metabolisme kronis, ditandai dengan kadar gula darah tinggi, serta adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat
Lebih terperinciMitos dan Fakta Kolesterol
Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa terdapat lebih kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara berkembang, salah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Diabetes Melitus, penyakit gula, atau kencing manis adalah suatu penyakit, di mana tubuh penderitanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena adanya suatu kelainan
Lebih terperinciPenyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..?
Penyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..? Penyakit Diabetes bisa disembuhkan setelah para ilmuwan menemukan bahwa gumpalan beracun dari sel berhenti memproduksi hormon insulin. Para ilmuwan di Universitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global, jumlah penderita DM
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data mengenai jumlah serta tingkat penderita diabetes di Indonesia didapat dari beberapa website berita dan pengetahuan di media internet : - www.nationalgeographic.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM). DM dikenali sekitar 1500 tahun sebelum Masehi
Lebih terperinci