V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 60 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program P2KP di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Partisipasi menurut Mardikanto (1987) adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Keikutsertaan seseorang dalam suatu program atau kegiatan dilakukan akibat adanya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain. 1. Tingkat Partisipasi Pada Tahap Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Partisipasi petani pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan adalah peran serta responden dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan program P2KP. Partisipasi masyarakat dalam tahapan perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan dengan melibatkan masyarakat didalam program tersebut. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari indikator keikutsertaan responden dalam mengikuti sosialisasi program P2KP, pemahaman terhadap tujuan program P2KP, dan keterlibatan dan partisipasi responden dalam pengajuan gagasan atau ide dalam rapat mengenai perencanaan penentuan kebun benih, dan jadwal pelaksanaan kegiatan program P2KP. Adapun distribusi responden berdasarkan partisipasi pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program P2KP dapat dilihat pada Tabel

2 61 Tabel 16. Tingkat Partisipasi Wanita Tani Pada Tahap Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Dalam Program P2KP Tahap Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Skor Jumlah (Responden) Presentase (%) 12,7 15,0 10,3 12,6 7,9 10,2 5,5 7,8 3,0 5, ,33 16,33 38,78 24,48 4,08 Jumlah ,00 Sumber : Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi wanita tani pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan mayoritas dapat dikategorikan sedang yaitu sebanyak 19 jiwa dengan presentase 38,78%. Hal ini disebabkan karena pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan responden sebagian tidak hadir dan tidak memberikan saran dan gagasan serta tidak terlibat seluruhnya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Wanita tani sebagian besar tidak mengetahui tujuan dari program yang akan dilaksanakan. Adapun tujuan dari program P2KP adalah meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan B2SA serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras, meningkatkan partisipasi kelompok wanita tani dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagia penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, dan mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumberdaya dan kearifan lokal. Tahap perencanaan dan pengambilan keputusan, responden tidak terlibat dalam penetapan tujuan program, padahal pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan merupakan faktor penting dalam suatu program, wanita tani terlibat langsung dan mengetahui seluruh tujuan dari program yang akan dilaksanakan. Pemahaman

3 62 terhadap tujuan program dapat mempengaruhi wanita tani dalam menjalankan program tersebut dalam rasa memiliki dan tujuan program belum tertanam pada diri responden. Partisipasi tahap perencanaan dan pengambilan keputusan di ukur dengan indikator sebagai berikut rapat mengenai penentuan kebun benih, pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatan tergolong dalam kategori sedang, meskipun wanita tani sebagian besar mengikuti kegiatan rapat. Kegiatan rapat wanita tani di isi dengan pemberian kesempatan seluruh anggota untuk mengatur pembuatan jadwal kegiatan yang sesuai dengan kesempatan dan kemampuan wanita tani. Sehingga pemerintah, ataupun pihak terkait hanya menerima hasilnya, dalam rapat perencanaan dan pengambilan keputusan peserta cenderung pasif dan tidak mengajukan gagasan, ide maupun saran, sebagian anggota hanya menyetujui usulan dari anggota lain dan melengkapi usulan atau ide. Meskipun responden tidak terlibat sepenuhnya pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan, dan proses rapat yang cenderung pasif tetapi hal tersebut tidak membuat kegagalan program. Kegiatan program P2KP tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan direncanakan. 2. Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan Partisipasi responden pada tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan responden dalam memberikan kontribusinya dalam program P2KP yang telah direncanakan. Adapun partisipasi wanita tani pada tahap pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 17.

4 63 Tabel 17. Partisipasi Wanita Tani Pada Tahap Pelaksanaan Dalam Program P2KP Tahap Pelaksanaan Skor Jumlah Presentase (Responden) (%) Sangat tinggi 21,1-25,0 0 0,00 Tinggi 17,1-21, ,64 Sedang 13,1-17, ,86 Rendah 9,1-13,0 8 16,32 Sangat rendah 5,0-9,0 7 14,28 Jumlah ,00 Sumber : Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pelaksanaan mayoritas dapat dikategorikan sedang dengan jumlah 21 responden dengan presentase 42,86%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani tahap pelaksanaan program P2KP di Desa Bolopleret responden ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan namun belum maksimal. Wanita tani berpartisipasi pada tahap pelaksanaan karena mereka mempunyai waktu untuk ikut berpartisipasi, memiliki keinginan yang berbeda-beda untuk dapat menikmati hasilnya. Adanya keinginan dari wanita tani untuk ikut berpartisipasi sehingga menimbulkan kesadaran untuk berperan aktif diberbagai kegiatan agar memperoleh manfaat untuk menunjang usahataninya dan peningkatan kesejahteraan hidup mereka. Adapun indikator kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan dalam pelatihan pembuatan bibit tanaman, pembuatan kebun bibit tanaman (demplot), pembuatan kandang ternak, pelatihan perawatan tanaman, dan kegiatan perawatan ternak. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan diukur dari kriteria keikutsertaan responden dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan. Semua kegiatan dilaksanakan untuk mendukung program P2KP. Kegiatan rutin yang dijalankan yaitu perawatan tanaman dan ternak, meskipun sudah ada sesi kelompok yang mengelola dan merawat tanaman dan ternak anggota tetap dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Berbagai kegiatan yang mendukung pelaksanaan program

5 64 P2KP diharapkan wanita tani dapat mandiri dalam mengelola usahataninya untuk peningkatan kesejahteraan petani. 3. Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pemantauan dan Evaluasi Partisipasi petani pada tahap pemantauan dan evaluasi merupakan partisipasi petani dalm memberikan penilaian langsung terhadap pelaksanaan program P2KP. Adapun partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Partisipasi Wanita Tani Pada Tahap Pemantauan Dan Evaluasi Dalam Program P2KP Tahap Pemantauan Jumlah Presentase Skor dan Evaluasi (Responden) (%) Sangat tinggi 8,5-10,0 0 0,00 Tinggi 6,9-8, ,45 Sedang 5,3 6,8 8 16,33 Rendah 3,7-5, ,61 Sangat rendah 2,0-3, ,61 Jumlah ,00 Sumber : Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa partisipasi pada tahap pemantauan dan evaluasi dalam penelitian ini mayoritas dapat dikategorikan rendah dengan jumlah 15 responden dengan presentase 30,61%. Hal ini dikarenakan rasponden tidak banyak terlibat dalam melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program serta tidak terlibanya dalam memberikan penilaian untuk keberlanjutan program P2KP. Sehingga penyuluh tidak menindak lanjuti saran, ide, dan gagasan dari responden. Partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi memiliki indikator tentang keterlibatan responden dalam melakukan pemantauan dan melakukan evaluasi selama pelaksanaan kegiatan, dan keterlibatan responden dalam memberikan penilaian untuk keberlanjutan program P2KP. Partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi membantu penyuluh untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program P2KP di Desa Bolopleret apakah hasil dari

6 65 pelaksanaan program sudah sesuai dengan perencanaan yang di harapkan atau belum. Serta adanya kegiatan penilaian terhadap program dapat mengetahui seberapa banyak penilaian wanita tani terhadap pelaksanaan program P2KP untuk menentukan arah kebijakan selanjutnya, dan bertujuan untuk menindak lanjuti keberlangsungan program P2KP. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan kunjungan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Badan Ketahanan Pangan ke pelaksana program. Bertujuan untuk melakukan pengamatan, pemantauan dan mengetahui seberapa besar keikutsertaan masyarakat dalam menjalankan program serta sejauh mana manfaat yang diperoleh dari berjalannya program P2KP. kegiatan di isi dengan wawancara kepada pelaksana program apakah program P2KP memberikan manfaat, kemudahan, dan akses masyarakat yang lebih baik untuk pemenuhan gizi masyarakat yang bersumber dari pemanfaatan pekarangan dan peningkatan mutu hidup masyarakat. Selain ini wanita tani sebagai pelaksana program juga melakukan penilaian tentang pelaksanaan program dan keberlanjutan program P2KP. 4. Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pemanfaatan Hasil Partisipasi petani pada tahap pemanfaatan hasil kegiatan adalah partisipasi petani dalam memanfaatkan dan merasakan hasil dari kegiatan program P2KP. Adapun partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil dapat dilihat pada Tabel 19.

7 66 Tabel 19. Partisipasi Wanita Tani Pada Tahap Pemanfaatan Hasil Dalam Program P2KP Tahap Pemanfaatan Jumlah Presentase Skor Hasil (Responden) (%) Sangat tinggi 21, ,08 Tinggi 17,1-21,0 8 16,33 Sedang 13,1-17,0 9 18,37 Rendah 9,1-13, ,02 Sangat rendah 5,0-9,0 5 10,20 Jumlah ,00 Sumber : Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil mayoritas dapat dikategorikan rendah dengan jumlah 25 responden dengan presentase 51,02%. Hal tersebut disebabkan karena responden dalam memanfaatkan hasil dari program P2KP kurang maksimal. Keaktifan responden dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbudidaya pertanian dan peternakan kurang dimiliki oleh responden untuk mengoptimalkan hasil panennya. Serta rendahnya pengetahuan dan kurang pelatihan pengolahan pangan lokal menyebabkan sebagian besar responden hanya memanfaatkan hasil pekarangan untuk dikonsumsi sendiri, dibagikan ke saudara, dan ada sebagian yang dijual dipasar atau pedagang sayur keliling. Berdasarkan hasil penelitian di lapang hasil panen dapat membantu menghemat biaya belanja pembelian sayur dan dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih bermanfaat, karena sayuran sudah tersedia di halaman pekarangan. Hasil dari program P2KP wanita tani mengusahakan berbagai tanaman daun semusim (sawi, bayam, kangkung, selada, seledri), sayuran buah semusim (tomat, terong, cabai, timun, pare, gambas/ceme), tanaman empon-empon (jahe, kunir, sereh), tanaman buah-buahan (jeruk, kelengkeng, jambu air, belimbing, sawo) dan tanaman bunga.

8 67 Menurut Swatika (2006) pemilihan komoditas bernilai ekonomi tinggi (seperti sayuran) menentukan tingkat efisiensi usahata tani dilihatdari pemanfaatan sumber daya lahan dan tenaga serta rasio dan keuntungan biaya. Sehingga dapat diketahui bahwa pemilihan komoditas yang di usahakan wanita tani Karya Bunda sudah memenuhi syarat sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi. Selain itu hasil peternakan juga berbagai macam hewan seperti ayam, itik, mentok, ikan lele, ikan nila, kambing. Hasil panen yang dijual tiap jenis tanaman berbeda-beda, dan harga juga berganti-ganti sesuai dengan penetapan harga dipasar, bahkan bisa lebih murah dari harga pasar. Hasil peternakan sebagian besar dikonsumsi sendiri dan ada yang dijual, untuk harga jual berbeda-beda sesuai dengan jenis tenak, umur, dan kuat lemahnya proses tawar menawar. Selain itu pemanfaatan hasil program P2KP dimanfaatkan sebagian kecil anggota wanita tani untuk membuka usaha kecil olahan pangan lokal, jajanan pasar, kue kering, dan aneka cemilan Keaktifan anggota kelompok wanita tani Karya Bunda pernah mengusahakan usaha mikro kecil menengah yaitu olahan pangan lokal dan aneka cemilan dari umbi-umbian yang dipasarkan dengan label Karya Bunda. Usaha tersebut mengalami kendala dalam keterbatasan bahan baku serta variasi olahan sehingga tidak mampu bersaing dengan produk olahan lain yang lebih bervariasi. Selain itu terdapat permasalahan pemasaran dikarenanakan sulitnya dalam mengurus ijin usaha. Produk yang dihasilkan sudah memenuhi standar dalam pemasaran produk seperti sudah adanya label kemasan, kemasan di buat dari plastik yang kedap udara, pengolahan yang higienis, dan harga yang terjangkau serta aman untuk dikonsumsi. Namun, untuk ijin usaha produksi belum dimiliki oleh kelompok wanita tani Karya Bunda sehingga, produk yang dipasarkan kalah bersaing dari produk lain yang sudah memiliki ijin produksi dan tidak mampu untuk menembus pasar

9 68 yang lebih luas. Program P2KP selain memberikan manfaat secara ekonomi, pengetahuan, dan pengembangan keterampilan dalam berbudidaya tanaman dan ternak juga menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri kepada masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sujarwati (2013) bahwa dengan berkarya, berkreasi, menciptakan, mengekspresikan diri, mengembangkan diri, membagikan ilmu-ilmu pengetahuan, menemukan sesuatu, menghasilkan sesuatu serta mendapatkan penghargaan, penerimaan prestasi adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian pemenuhan diri wanita tani melalui profesi atau karir. Program P2KP juga dirasakan oleh wanita tani sebagai ruang yang diberikan oleh pemerintah untuk menjalankan program dan tujuan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Selain itu, sebagai ruang untuk berinteraksi, aktualisasi diri di masyarakat, untuk berkumpul, bersilahturahmi dengan masyarakat. 5. Partisipasi Total Wanita Tani Partisipasi wanita tani dalam penelitian ini adalah keikutsertaan responden dalam program P2KP yang dilihat dari tahap perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dan pemanfaatan hasil. Adapun tingkat partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan program P2KP dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Partisipasi Total Wanita Tani Mengikuti Program P2KP Partisipasi Total Jumlah Presentase Skor Wanita Tani (Responden) (%) Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 63,1-75,0 51,1-63,0 39,1-51,0 27,1-39,0 15,0-27, ,08 14,30 36,73 38,77 6,12 Jumlah ,00 Sumber : Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa partisipasi total wanita tani dalam mengikuti program P2KP mayoritas dapat

10 69 dikategorikan rendah dengan jumlah 19 responden dengan presentase 38,77%. Partisipasi wanita tani total pada program P2KP diperoleh dari partisipasi total pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil. Menurut Ariyani (2007) seseorang untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan ada 3 persyaratan yaitu adanya kesadaran dalam diri sendiri yang bersangkutan tentang adanya kemauan (sikap positif terhadap sasaran partisipasi), serta didukung oleh kemampuan (inisiasi untuk bertindak dengan komitmen), kemauan dan kemampuan merupakan potensi yang dimiliki oleh pelaku secara individu atau kelompok. Berdasarkan hasil penelitian di lapang menunjukkan bahwa wanita tani tidak terlibat seluruhnya dalam merencanakan dan merancang program P2KP. Serta jarang mengikuti beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh penyuluh, tidak banyak terlibat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi dan belum memanfaatkan hasil program secara maksimal untuk kegiatan usahatani dan pengembangan usaha mikro kecil menengah produk pangan lokal. Hal tesebut bisa disebabkan karena kurangnya kesadaran dari diri sendiri untuk memiliki program, serta kurangnya kemauan dan kemampuan yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam pembangunan program P2KP. Peningkatan partisipasi dan peran serta wanita tani dalam suatu program atau kegiatan berpartisipasi perlu dilakukan penanaman kesadaran dengan rasa memiliki program. Sehingga, masyarakat dapat lebih berpartisipasi dan lebih aktif dalam kegiatan program.

11 70 B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Wanita Tani Partisipasi merupakan faktor penentu keberhasilan suatu pembangunan. Seberapa kerasnya usaha pemerintah membangun, jika tidak melibatkan serta menumbuhkan partisipasi serta tidak didukung oleh petani, maka tingkat keberhasilan pembangunan dan berkelanjutan program pembangunan akan berbeda dengan kondisi jika petani ikut berpartisipasi. Partisipasi seseorang dapat dibentuk oleh beberapa faktor. Sifat faktor-faktor yang membentuk partisipasi dapat berhubungan dan ada yang tidak berhubungan. Faktor-faktor dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, kemampuan ekonomi (tingkat pendapatan), jumlah keluarga, luas lahan pekarangan. Berdasarkan data di lapang distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi wanita tani sebagai berikut: 1. Umur Responden Umur dalam penelitian ini adalah usia responden pada saat dilakukan penelitian. Umur dapat menentukan pola pikir seseorang, bertindak, dan menyelesaikan masalah. Adapun distribusi responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Kriteria Umur Jumlah Skor (Tahun) (Responden) Presentase (%) , , , ,60 > ,33 Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa umur wanita tani sebagian besar terdapat pada usia dengan jumlah 15 responden. Tingkatan umur yang dimiliki oleh respoden masih tergolong pada usia produktif dimana responden masih memiliki kemampuan fisik yang kuat untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Umur petani menentukan

12 71 karakteristik petani, dimana petani yang memiliki umur lebih muda akan lebih bersemangat dan memiliki kemampuan fisik yang baik, mampu bekerja dengan lebih baik dan akan lebih aktif untuk mengikuti berbagai kegiatan. Menurut Sulami (2014) responden yang dianggap tua lebih aktif menyampaikan pendapat baik berupa masukan, saran atau dalam penetapan keputusan karena lebih dianggap berpengalaman/ senior jika di bandingkan dengan golongan yang lebih muda. Berdasarkan hasil penelitian di lapang petani yang berumur lebih tua cenderung memiliki pengalaman yang lebih banyak, baik dari kegiatan pertanian, atau di luar pertanian. Pengalaman dan cara berfikirnya juga lebih luas namun, kondisi fisiknya sudah mulai menurun dan semangat kerjanya pun juga menurun tetapi masih memiliki keinginan untuk menyumbangkan ide atau gagasan pikiran untuk meningkatkan pengetahuan, membagi pengalaman, memberikan masukan pemecahan masalah yang terjadi dalam keanggotaan program P2KP. 2. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan formal merupakan tingkat pendidikan yang dicapai oleh responden pada lembaga pendidikan formal atau bangku sekolah. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang memberikan pengetahuan dan cara berpikir yang berbeda, baik dari penerimaan suatu informasi maupun penilaian tentang suatu masalah yang terjadi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuan dan cara berpikir yang semakin baik. Adapun distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 22.

13 72 Tabel 22. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Skor Jumlah (Responden) Presentase (%) Sarjana/diploma ,28 Tamat SMA ,53 Tamat SMP ,40 Tamat SD Tidak tamat SD 1 2 4,10 Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 22, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan wanita tani sebagian besar tamat SD dengan jumlah 17 responden. Tingkat pendidikan responden yang berbeda-beda memberikan pemahaman terhadap pengetahuan dan penerimaan informasi yang berbeda pula. Menurut Sulami (2014) semakin tinggi tingkat pendidikan tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara dalam berpartisipasi. Berdasarkan hasil penelitian di lapang responden memilih untuk tidak melanjutkan studinya dan memilih untuk bekerja. Beberapa hal yang menyebabkan responden memilih untuk bekerja diantaranya kondisi ekonomi keluarga pada saat menempuh pendidikan SD tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, akses sekolah yang jauh tidak mampu untuk ditempuh oleh responden, dan keinginan untuk membantu orang tua dengan bekerja. Pada kondisi tersebut responden harus lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan baik di sektor pertanian maupun diluar sektor pertanian. Ditambahkan oleh Suroso (2014) pendidikan atau tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Penyebaran informasi dan pengetahuan kelompok wanita tani Karya Bunda juga didukung dengan anggota yang tamat menengah atas dan tamat

14 73 sarjana/diploma yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas yang dapat dibagi dan disebarluaskan kepada anggota yang lain. Selain itu dukungan dari peningkatan teknologi berupa HP, internet, dan media sosial juga akan membantu dan mempercepat penyebaran informasi, pengetahuan dan wawasan. 3. Pengalaman Berusahatani Responden Pengukuran pengalaman berusahatani dalam penelitian ini diukur dengan mengetahui berapa lamanya responden berprofesi atau menggeluti kegiatan pertanian sejak pertama kali sampai dilakukan penelitian. Semakin lama seseorang menggeluti kegiatan pertanian maka semakin banyak pula pengalaman yang telah diperolehnya, baik pengalaman berbudidaya tanaman atau berorganisasi. Adapun distribusi responden berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pengalaman Berusahatani Jumlah Presentase Skor (Tahun) (Responden) (%) > , , , , ,80 Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa wanita tani paling banyak memiliki pangalaman berusahatani lebih lama dari 14 tahun dengan jumlah 22 responden. Berdasarkan pengalaman dari proses belajar yang dimiliki oleh petani maka pengetahuan dari hasil belajarnya selama ini dapat membatu dalam melakukan kegiatan program P2KP dan juga dapat di sebar luaskan oleh seluruh anggota kelompok wanita tani Karya Bunda. Pengalaman dari proses belajar dari berusahatani selama ini dapat meningkatkan partisipasi dan keikutsertaan responden dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang

15 74 berhubungan dengan bercocok tanam atau bertani. Pengalaman yang dimiliki oleh wanita tani dapat manjadi sumber informasi bagi petani sendiri dan petani lainnya yang membutuhkan informasi baru untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam berusahatani. Menurut Lestari (2012) pengalaman berusahatani mempengaruhi perilaku petani dalam teknik usahataninya. Petani terus belajar dari setiap pengalaman yang di peroleh dari tahapan-tahapan produksi yang dilakukan. Kegiatan P2KP wanita tani mendapatkan kesempatan untuk membagi pengalaman yang dihadapi selama ini dalam bentuk diskusi maupun praktek lapangan. Oleh karena itu, kegiatan P2KP ini mendorong wanita tani untuk ikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar untuk peningkatan produktivitas hasil usahatani mereka secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian di lapang responden yang memiliki pengalaman 1-3 berjumlah 20 orang, yang artinya dalam penelitian ini responden tidak seluruhnya wanita tani sejati melainkan wanita tani yang terbentuk karena ada program P2KP dengan sebjeknya wanita sebagai pelaksana program. Meskipun responden baru memiliki pengalaman berusahatani 1-3 tahun namun responden dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam membudidayakan tanaman dan ternak dan berpartisipasi dalam kegiatan usahatani program P2KP. 4. Kemampuan Ekonomi (Tingkat Pendapatan) Responden Tingkat pendapatan merupakan pandapatan yang diperoleh petani baik dari kegiatan usaha tani ataupun di luar usahatani. Pendapatan keluarga secara umum akan berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam berpartisipasi pada suatu program. Tingkat pendapatan dalam penelitian ini di hitung dalam 1 musim tanam atau 3 bulan baik pendapatan dari kegiatan usaha tani maupun di luar usaha tani. Adapun distribusi responden berdasarkan kemampuan ekonomi (tingkat pendapatan) dapat dilihat pada Tabel 24.

16 75 Tabel 24. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Ekonomi (Tingkat Pendapatan) Selama Kurun Waktu 1 Musim Tanam atau 3 Bulan Tingkat Pendapatan Jumlah Skor (Rupiah) (Responden) Presentase (%) > , , , ,20 < ,00 Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan keluarga paling banyak antara Rp ,00 - Rp ,00 rupiah dalam 1 musim tanam/3 bulan dengan jumlah 18 responden. Rata-rata untuk tingkat pendapatan dalam penelitian ini tergolong cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan kadang bisa untuk menabung (lihat lampiran 5). Tingkat pendapatan yang berbeda tiap keluarga juga berdampak pada pengeluaran keluarga yang berbeda pula. Pendapatan yang besar belum tentu cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana cara mengelola keuangan rumah tangganya. Menurut Suroso (2014) tingkat pendapatan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Asumsinya masyarakat yang memiliki penghasilan cukup atau lebih memiliki waktu luang dan tidak disibukkan lagi mencari tambahan penghasilan, sehingga masyarakat lebih aktif terlibat dalam pembangunan. Ditambahkan oleh Smith (2007) bahwa pekerjaan dan pendapatan yang dimiliki istri merupakan cerminan kebebasan ekonomi wanita dan kontribusi wanita terhadap pendapatan rumah tangga. Tingkat pendapatan yang berbeda tiap rumah tangga wanita tani tidak membuat wanita tani minder dan menarik diri keluar dalam organisasi. Namun wanita tani tetap ikut berpartisipasi untuk memperoleh manfaat

17 76 dari program tersebut baik secara ekonomi, pengetahuan maupun ruang untuk berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di lapang pelaksanaan program P2KP yang memanfaatkan pekarangan sebagai lumbung pangan, pemenuhan gizi masyarakat bersumber pangan lokal diharapkan dapat mengurangi biaya pengeluaran pembelian sayur dan lauk untuk setiap bulannya karena dapat diambil dari pekarangan. Selain itu hasil panen yang berlebih dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan pendapatan yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain atau sabagian ditabung. 5. Jumlah Keluarga Responden Jumlah keluarga dalam penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga dalam pemenuhan kubutuhan hidupnya masih tergantung oleh petani. Semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga tersebut maka petani akan termotivasi untuk bekerja lebih giat untuk mencukupi seluruh kebutuhan dari keluarganya. Adapun distribusi jumlah keluarga responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Jumlah Keluarga Jumlah Skor (Responden) Presentase (%) >5 orang 5 3 6,13 5 orang ,41 4 orang ,65 3 orang ,20 < 3 orang ,61 Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 25, dapat diketahui bahwa sebagian besar jumlah keluarga yang miliki wanita tani berjumlah 4 anggota keluarga dengan jumlah 16 responden. Banyak sedikitnya jumlah keluarga akan mempengaruhi seseorang dalam bekerja, seseorang yang memiliki jumlah keluarga lebih banyak akan semakin aktif untuk bekerja atau

18 77 berpartisipasi untuk mencukupi segala kebutuhan dari keluarganya dan mendapatkan manfaat dari suatu kegiatan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Nurjannah (2015) bahwa jumlah keluarga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung maka akan semakin banyak pengeluaran yang harus dipenuhi. Menurut Mulyani (2012) apabila pendapatan rumah tangga tetap namun jumlah keluarga banyak, wanita tani harus mampu berfikir bagaimana caranya mengalokasikan pendapatan yang relatif sedikit tersebut agar dapat mencukupi konsumsi rumah tangga bagi seluruh anggota keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian di lapang mayoritas responden mempunyai jumlah keluarga 4 orang dan 3 orang anggota keluarga. Wanita tani yang demikian biasanya lebih aktif dalam organisasi karena seringkali memiliki waktu luang di luar pekerjaan rumah tangga, dan usahatani. Selain untuk mengisi waktu luang, bertemunya temanteman dapat mengurangi kesepian dan menambah informasi dan pengetahuan baru untuk meningkatkan pemahaman dalam menjalankan usahatani. 6. Luas Lahan Pekarangan Responden Luas lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk melakukan kegiatan usahataninya. Luas lahan pekarangan dalam penelitian ini dinyatakan dalam m 2. Adapun distribusi luas lahan pekarangan dapat dilihat pada Tabel 26.

19 78 Tabel 26. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan Luas Lahan Pekarangan Jumlah Presentase (m 2 Skor ) (Responden) (%) > , , , ,93 < ,57 Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 26, dapat diketahui bahwa luas lahan pekarangan yang dimiliki wanita tani sebagian besar m 2 dengan jumlah 23 responden. Ketersediaan lahan yang dimiliki oleh wanita tani dapat memperlancar usahatani. Luas sempitnya lahan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi dalam pemeliharaan dan pemanfaatan pekarangan serta manfaat yang diperoleh dari lahan pekarangan tersebut. Menurut Mardikanto (2003) semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin luas usahataninya, semakin luas lahan biasanya semakin cepat mengadopsi sesuatu inovasi karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Seseorang yang mempunyai lahan lebih luas akan lebih aktif dalam mengelola lahan tersebut untuk memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya karena responden memiliki sumberdaya yang mampu untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. Berdasarkan hasil penelitian di lapang bahwa lahan pekarangan yang dimiliki wanita tani berada di sekitar rumah dan dimanfaatkan untuk mendukung program P2KP. Lahan yang dimiliki wanita tani umumnya dimanfaatkan untuk ditanami dengan tanaman buah, tanaman sayur seperti (cabai, kol, terong, tomat, bayam), umbi-umbian, palawija serta tanaman obat tradisional. Selain itu pekarangan juga dimanfaatkan untuk kegiatan peternakan seperti memelihara unggas, ikan air tawar, dan kambing. Wanita tani Karya Bunda menerapkan teknik

20 79 berbudidaya tanaman secara organik tanpa menggunankan pupuk anorganik (kimia) dan pestisida. Kotoran ternak yang dimiliki dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk tanaman. Sehingga hasil produksi yang dihasilkan tergolong sebagai tanaman organik yang aman untuk dikonsumsi. C. Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Wanita Tani Dengan Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program P2KP Penelitian ini mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam program P2KP. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, kemampuan ekonomi (tingkat pendapatan), jumlah keluarga, dan luas lahan pekarangan. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dengan tingkat partisipasi petani dalam program P2KP digunakan uji korelasi range spearman (rs) yang perhitungannya dengan menggunakan program SPSS versi 17 for windows. Pegujian tingkat signifikansi terhadap nilai yang diperoleh dengan menggunakan besarnya nilai t hitung dan t Tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Analisis mengenai hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam program P2KP dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Wanita Tani Dengan Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program P2KP Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program P2KP No X Y1 Y2 Y3 Y4 Y total Rs t hitung rs t hitung rs t hitung rs t hitung Rs t hitung 1 X1 0,112 0,722 0,008 0,054 0,125 0,863 0,053 0,363 0,118 0,814 2 X2 0,227 1,597 0,118 0,814-0,031-0,212-0,075-0,515 0,010 0,068 3 X3 0,023 0,157 0,130 0,898 0,180 1,254 0,251 1,777 0,138 0,955 4 X4 0,242 1,709 0,007 0,329 0,095 0,654 0,169 1,175 0,142 0,983 5 X5 0,035 0,240-0,053-0,363 0,026 0,178 0,139 0,962 0,045 0,308 6 X6 0,349 * 2,553 0,085 0,584 0,241 1,697 0,368 ** 2,713 0,370 ** 2,730 Sumber : Analisis Data Primer 2016

21 80 Keterangan : X : Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani X1 : Umur X2 : Tingkat pendidikan X3 : Pengalaman berusahatani X4 : Kemampuan ekonomi (tingkat pendapatan) X5 : Jumlah keluarga X6 : Luas lahan pekarangan Y1 : Partisipasi wanita tani tahap perencanaan dan pengambilan keputusan Y2 : Partisipasi wanita tani tahap pelaksanaan Y3 : Partisipasi wanita tani tahap pemantauan dan evaluasi Y4 : Partisipasi wanita tani tahap pemanfaatan hasil Y total : Partisipasi wanita tani dalam program P2KP *) : Signifikan (α = 0,05) **) : Sangat signifikan (α = 0,01) T Tabel : 2, Hubungan Antara Umur (X1) dengan Tingkat Partisipasi Wanita Tani (Y) dalam Program P2KP Berdasarkan Tabel 27, hubungan antara umur dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan dapat diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,112 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel umur dengan partisipasi tahap perencanaan dan pengambilan keputusan. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi umur, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 0,722. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 0,722 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 maka H 0 diterima, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang

22 81 mempengaruhi partisipasi wanita tani dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam program P2KP. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini umur tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi wanita tani dalam program P2KP tahap perencanaan dan pengambilan keputusan, karena tidak terdapat perbedaan aktifitas berpartisipasi antara wanita tani yang berumur tua atau muda karena sama-sama memiliki kemampuan, kesempatan untuk berpartisipasi dan memahami tujuan program P2KP. Hubungan antara umur responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pelaksanaan diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,008 dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel umur dengan partisipasi tahap pelaksanaan. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi umur, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani tahap peksanaan dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh t hitung sebesar 0,863, sehingga dapat dilihat bahwa t hitung 0,863 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 pada maka H 0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pelaksanaan program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini umur tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi dalam program P2KP. Hal tersebut dikarenakan tidak terdapat perbedaan aktifitas berpartisipasi responden yang berumur tua dan responden yang berumur muda sama-sama mempunyai kemampuan untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan bibit tanaman, pembuatan kebun bibit, pembuatan kandang ternak, dan melakukan perawatan tanaman dan ternak dalam program P2KP. Hubungan antara umur responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,125 pada tingkat kepercayaan 95%

23 82 (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara umur dengan partisipasi tahap pemantauan dan evaluasi. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi umur, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani tahap pemantauan dan evaluasi dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung 0,863. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 0,863 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 maka H 0 diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi dengan arah hubungan positif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini umur tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi dalam program P2KP, disebabkan karena tidak terdapat perbedaan aktifitas berpartisipasi antara responden yang berumur tua dan responden yang berumur muda karena sama-sama berpartisipasi dan terlibat dalam melakukan pemantauan dan melakukan evaluasi serta terlibat dalam memberikan penilaian tentang keberhasilan dan keberlanjutan program program P2KP. Hubungan antara umur responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,053 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel umur dengan partisipasi tahap pemanfaatan hasil. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi umur, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung 0,363. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 0,363 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 maka H 0 diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini umur tidak

24 83 memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil program P2KP karena tidak terdapat perbedaan aktifitas berpartisipasi responden yang berumur tua dan responden yang berumur muda sama-sama bisa memanfaatkan hasil, keterampilan dalam budidaya tanaman dan peternakan, serta memanfaatkan pengetahuan untuk mengusahakan pangan lokal sebagai bisnis pangan (off farm) dari program P2KP meskipun pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal. Hubungan antara umur responden dengan partisipasi total wanita tani dalam program P2KP diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,118 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel umur dengan partisipasi partisipasi total. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi umur, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 0,814. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 0,814 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 pada tingkat kepercayaan 95%, maka H 0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan tingkat partisipasi total wanita tani pada dalam program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini umur tidak memiliki hubungan terhadap partisipasi wanita tani dalam mengikuti program P2KP. Menurut Lestari 2012 bahwa usia produktif yang dimiliki wanita tani akan berpengaruh terhadap partisipasi wanita tani. Wanita tani akan memiliki partisipasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaan program. Hal ini dapat dipahami karena umur mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir yang lebih dinamis dalam pengembangan usahatani. Namun, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tua atau muda umur wanita tani tidak mempengaruhi aktifitas berpartisipasi wanita tani

25 84 dalam mengikuti program P2KP karena wanita tani sama-sama memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam program P2KP. Berdasarkan penelitian di lapang, dapat diambil kesimpulan bahwa umur tidak mempengaruhi partisipasi wanita tani. Tua atau muda umur wanita tani tidak mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam mengikuti program P2KP. Berdasarkan penelitian responden yang memiliki umur lebih tua belum tentu memiliki partisipasi yang sangat rendah dari pada responden dengan umur lebih muda. Begitupula sebaiknya responden yang memiliki umur lebih muda belum tentu memiliki partisipasi yang lebih tinggi dari pada responden dengan umur yang lebih tua. Hal ini disebabkan wanita tani yang memiliki umur lebih tua maupun umur lebih muda sama-sama memiliki keinginan untuk ikut merencanakan, berpartisipasi dalam program P2KP untuk mendapatkan manfaat secara ekonomi maupun peningkatan pengetahuan bagi keluarganya. 2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan (X2) dengan Tingkat Partisipasi Wanita Tani (Y) dalam Program P2KP Berdasarkan Tabel 27, hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,227 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi yang lemah artinya terdapat hubungan yang lemah antara variabel tingkat pendidikan dengan partisipasi tahap perencanaan dan pengambilan keputusan. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani tahap perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 1,597. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 1,597 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 pada tingkat kepercayaan 95% maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasi wanita

26 85 tani pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tingkat pendidikan memiliki hubungan yang rendah terhadap tingkat partisipasi wanita tani pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program P2KP. Responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD maupun tamat perguruan tinggi sama-sama memiliki kemampuan untuk mengetahui tujuan program P2KP dan berkeinginan untuk merencanakan, mengajukan idea tau gagasan untuk keberlangsungan program P2KP. Serta tidak terdapat perbedaan aktifitas berpartisipasi antara responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD maupun tamat perguruan tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,118 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel tingkat pendidikan dengan partisipasi tahap pelaksanaan. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani tahap pelaksanaan dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 0,814. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 0,814 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 maka H 0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pelaksanaan program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi wanita tani dalam program P2KP tahap pelaksanaan. Responden dengan tingkat pendidikan tamat SD maupun tamat perguruan tinggi sama-sama memiliki kemampuan untuk ikut berpartisipasi serta tidak terdapat perbedaan aktifitas berpartisipasi dalam kegiatan pembuatan bibit, kebun bibit, pembuatan kandang

27 86 ternak, serta perawatan tanaman dan ternak dan seluruh rangkaian kegiatan program P2KP. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pemantauan dan evaluasi diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar -0,031 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel tingkat pendidikan dengan partisipasi tahap pemantauan dan evaluasi. Hubungan korelasi memiliki arah negatif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka belum tentu tinggi pula partisipasi wanita tani tahap pemantauan dan evaluasi dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -0,212. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar -0,212 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 maka H 0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemantauan dan evaluasi program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi wanita tani dalam program P2KP tahap pemantauan dan evaluasi, karena responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD maupun tamat perguruan tinggi sama-sama memiliki kemampuan untuk melaksanakan usahatani dengan pengetahuan mereka dibidang budidaya. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi ataupun rendah sama-sama ikut berpartisipasi dalam pemantauan dan melakukan penilaian yang diberikan oleh PPL untuk meningkatkan usahatani program P2KP. Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar -0,075 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel tingkat pendidikan dengan partisipasi tahap pemanfaatan hasil. Hubungan korelasi memiliki arah negatif

28 87 kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka belum tentu tinggi pula partisipasi wanita tani tahap pemanfaatan hasil dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -0,515. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar -0,515 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 maka H 0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi wanita tani pada tahap pemanfaatan hasil program P2KP. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maupun rendah sama-sama memanfaatkan hasil, keterampilan dalam budidaya tanaman dan peternakan, memanfaatkan pengetahuan untuk mengusahakan pangan lokal sebagai bisnis pangan (off farm) serta tidak terdapat perbedaan aktifitas berpartisipasi dari program P2KP meskipun pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal. Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasi total wanita tani dalam program P2KP diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,010 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), terdapat korelasi sangat lemah artinya terdapat hubungan sangat lemah antara variabel tingkat pendidikan dengan partisipasi total wanita tani. Hubungan korelasi memiliki arah positif kondisi tersebut menunjukkan apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula partisipasi wanita tani dalam program P2KP. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 0,068. Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 0,068 lebih kecil dari pada t Tabel 2,023 maka H 0 diterima, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasi total wanita tani pada dalam program P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap partisipasi wanita tani dalam mengikuti program P2KP. Kondisi tersebut menunjukkan

29 88 bahwa tingkat pendidikan yang rendah maupun tingkat pendidikan yang semakin tinggi tidak mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam mengikuti program P2KP. Menurut Pinatik (2015) masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi biasanya mempunyai perhatian yang besar terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah maupun swadaya masyarakat. Pembangunan dalam bentuk ide dan pikiran biasanya dikeluarkan oleh orang-orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan penelitian di lapang, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi partisipasi wanita tani dalam program P2KP. Tingkat pendidikan tidak tamat SD maupun tamat perguruan tinggi tidak mempengaruhi aktifitas wanita tani dalam berpartisipasi mengikuti program P2KP. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan wanita tani yang tidak tamat SD belum tentu memiliki partisipasi yang sangat rendah dari pada wanita tani dengan tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi. Begitupun sebaliknya wanita tani dengan tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi belum tentu memiliki partisipasi yang lebih tinggi dari wanita tani dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD. Hal ini disebabkan wanita tani dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD maupun wanita tani dengan tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi sama-sama memiliki keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam program P2KP untuk mendapatkan manfaat secara ekonomi, maupun peningkatan pengetahuan bagi keluarganya. 3. Hubungan Antara Pengalaman Berusahatani (X3) dengan Tingkat Partisipasi Wanita Tani (Y) dalam Program P2KP Berdasarkan Tabel 27, dapat diketahui hubungan antara pengalaman berusaha tani dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,023 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05),

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 6.1 Pengembangan Kegiatan Usahatani Anggota Pengembangan usatani dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan, peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan ekonomi serta perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota Bukittinggi, Maret 2016 BIDANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Luas usahatani, Pengalaman usahatani, Lama bermitra, Status

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo Masyarakat di Desa Kalimulyo sebagian besar menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam.berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara

Daftar Pertanyaan Wawancara LAMPIRAN-LAMPIRAN Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Peran Kelompok Wanita Tani (KWT) Rizki Lestari dalam upaya peningkatan pendapatan ekonomi perempuan dan ketahanan pangan rumah tangga. 1) Bagaimana keadaan

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA TANI PEKARANGAN DI KELURAHAN BOBOSAN KABUPATEN BANYUMAS YARD FARM ASSESSMENT IN VILLAGES BOBOSAN DISTRICT BANYUMAS

KAJIAN USAHA TANI PEKARANGAN DI KELURAHAN BOBOSAN KABUPATEN BANYUMAS YARD FARM ASSESSMENT IN VILLAGES BOBOSAN DISTRICT BANYUMAS Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 207-213 ISSN 1411-0172 KAJIAN USAHA TANI PEKARANGAN DI KELURAHAN BOBOSAN KABUPATEN BANYUMAS YARD FARM ASSESSMENT IN VILLAGES BOBOSAN DISTRICT BANYUMAS Indah Widyarini, Irene

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang memegang peranan penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat dan khususnya para petani. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyedia kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang A. Karakteristik Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian minat masyarakat untuk membeli sayur dan buah di Pasar Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang dilakukan di tiga wilayah

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN Dyah Panuntun Utami 1), Arif Pramudibyo 2) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor pertanian terhadap petumbuhan ekonomi nasional selalu menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah Pendahuluan Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hayati yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan,

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 1. Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran di Provinsi Lampung

DAFTAR TABEL. 1. Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran di Provinsi Lampung DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran di Provinsi Lampung 2012... 4 2. Luas panen dan produksi tanaman sayuran Kabupaten Tanggamus... 6 3. Luas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

5 / 7

5 / 7 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Produk Sayur Organik Untuk mensuplai kebutuhan sayur, pihak Super Indo menjalin kerjasama dengan petani setempat. Sebut saja Kelompok Tani Tranggulasi Magelang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian integral bidang pertanian, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani pada umumnya dengan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kemiskinan dan pengangguran yang meningkat menjadi ketimpangan masyarakat merupakan tantangan dalam pembangunan, Masyarakat miskin umumnya lemah dalam

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI (Oryza sativa L) JAJAR LEGOWO 4 : 1 (Studi Kasus pada Kelompoktani Gunung Harja di Desa Kalijaya Kecamatan

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,

Lebih terperinci

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU 15 PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU Kausar \ Cepriadi ^, Taufik Riaunika ^, Lena Marjelita^ Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Bengkulu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN 7.1 Ragam Bidang Usaha UMKM mitra binaan IPB terdiri dari beragam jenis bidang usaha, diantaranya UMKM pangan, jasa,

Lebih terperinci