BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegaiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belaum diketahui sebelumnya. Sehingga, dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. (Fudyartanto dalam Baharuddin, 2007: 13). Morgan, dkk (dalam Baharuddin, 2007: 14), mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dkk ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Skinner bahwa belajar adalah perubahan prilaku. Jenis perubahan yang dimaksudkan dalam belajar ini meliputi perubahan tingkah laku setelah individu mendapatkan berbagai pengalaman dalam situasi belajar yang dialaminya, baik yang disengaja (dimodifikasi) atau alamiah. Dari pengalaman-pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu bersifat progresifyaitu bergerak kearah yang lebih maju.

2 Belajar menurut James O. Whittaker (dalam wismasastra, 2009:20) adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Cronchbach (dalam wismasastra, 2009:20) belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Demikian juga Belajar menurut Howard L. Kingskey (dalam wismasastra, 2009:20) belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Selain itu, menurut Liang Gie (dalam Sam, 2008:34) belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang rnengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi setelah seseorang mengalami proses belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap kearah yang lebih baik. Perubahan ini diperoleh dari pengumpulan sejumlah pengetahuan baik dalam bentuk latihan maupun pengalaman. Skinner (dalam Sagala, 2006:14) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dari uraian di atas diperoleh suatu pengertian bahwa belajar adalah sebuah proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai akibat dari usaha atau pengalaman belajar yang dialaminya. Maksud dari perubahan tingkah laku yang baru tersebut misalnya dari sesuatu yang tidak diketahui menjadi diketahui, perubahan dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan

3 pemahaman. Belajar juga diharapkan dapat membuat perilaku seseorang menjadi lebih baik Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Sudjana (2005: 22) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hamalik (2001: 159) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hamalik (2006: 159) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sudjana (2001:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya Uno (2004:265) mengemukakan bahwa Hasil belajar sebagai perubahan kapabilitas (kemampuan tertentu) sebagai akibat dari belajar. Jadi hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan proses belajar, seperti yang diuraikan Sudjana ( 2005 : 23 ) bahwa Secara umum keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat ditinjau dari dua segi, yakni dari segi proses dan hasil belajar. Dari

4 segi proses artinya keberhasilan pengajaran terletak pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa sebagai akibat proses-proses yang dilakukan oleh siswa. Pengalaman yang diperoleh siswa dapat dikatakan sebagai hasil belajar siswa. Secara sederhana hasil belajar dapat dikatakan sebagai produk dari belajar. Sebagai suatu produk, hasil belajar sesungguhnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari awal, proses, sampai dengan hasil. Sudjana (2005 : 22) mendefenisikan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kamampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar. Selanjutnya Uno (2004 : 265) mengemukakan bahwa hasil belajar sebagai perubahan kapabilitas (kemampuan tertentu) sebagai akibat dari belajar. Jadi, hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah ia melakukan proses belajar. Howard Kingsley ( dalam Sudjana, 2005 : 22 ) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan dalam belajar. Hasil belajar dapat diartikan sebagai produk dari proses belajar. Pada umumnya orang mengartikan bahwa hasil sama dengan prestasi belajar. Gagne (dalam Uno, dkk, 2004 : 187) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kapasitas

5 terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu. Hal ini sesuai denganpendapatpurwanto (2002:86) bahwa hasil belajar adalah kapabilitas orang yang memungkinkan beragam penampilan. Dimyati (2010: 109) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendeki tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar ditandai dengan skala nilai. Menurut Oemar Hamalik dalam Indra Munawar (2009:120), Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu: a. Pengetahuan (mengingat,menghapal) b. Pemahaman (mengintetpretasikan) c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah) d. Analisis (menjabarkan suatu konsep) e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya). 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu sebagai berikut:

6 a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b. Merespon (aktif berpartisifasi) c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai nilai-nilai tertentu) d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilaiyang dipercayai) e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). 3. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, sebagai berikut: a. Peniruan (menirukan gerak) b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar) d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) e. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah perubahan yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar dan dapat dikatakan bahwa setiap proses pendidikan yang dihadapi siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang mereka peroleh. Hasil belajar tersebut dapat diperoleh dari hasil test dan dapat diamati dalam setiap proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar yang telah dicapai dapat diukur melalui kemajuan yang mereka peroleh dan ditandai dengan skala nilai yang baik dan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan. Atau tingkat kemampuan yag dimiliki siswa setelah meningikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya yang biasanya ditandai dengan nilai. Hasil belajar merupakan ukuran dari

7 keberhasilan suatu proses belajar mengajar yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan diperoleh melalui evaluasi, dengan belajar seorang dapat menggunakan pengalaman kemudian pengelolaan dan pengambilan kesimpulan dari pengalaman itu. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dampak kemampuan spasial siswa terhadap hasil apa yang dipelajari pada geometri, setelah dilakukan proses pembelajaran guru atau peneliti mengukur siswa dengan evaluasi berupa permasalahan yang terkait materi yang sudah diajarkan sampai dimana pemahaman tentang materi yang diajarkan. Dalam hal ini adalah hasil belajar pada materi geometri Materi Geometri Kubus Agus (2008:184), Sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua rusuknya sama panjang, bangun ruang tersebut dinamakan kubus. Kubus mempunyai bagian-bagian dan jarring-jaring sebagai berikut: 1. Bagian-Bagian Kubus a. Sisi/Bidang Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar 1 Kubus ABCD-EFGH Gambar 1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG

8 (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan). b. Rusuk Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan kembali Gambar 1 Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH. Gambar 2 Diagonal bidang kubus c. Titik sudut Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari Gambar 1,terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C,D, E, F, G, dan H. d. Diagonal bidang Pada Gambar 2. Pada kubus tersebut terdapat garis AF yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut Gambar 3 Diagonal ruang kubus dinamakan sebagai diagonal bidang. e. Diagonal ruang Pada Gambar 3 terdapat ruas garis HB yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal

9 ruang. 4. Bidang diagonal Pada Gambar 4 terlihat dua buah diagonal bidang pada Gambar 4 Bidang diagonal kubus kubus ABCD.EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC dan EG beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE pada kubus ABCD. Bidang ACGE disebut sebagai bidang diagonal. 2. Jaring-Jaring Kubus Jaring-jaring kubus adalah rangkaian sisi-sisi suatu kubus yang jika dipadukan akan membentuk suatu kubus. Gambar 5 kubus yang direbahkan Pada gambar 5 merupakan gambar kubus yang direbahkan sehingga terbentuk jaring-jaring pada gambar 6 dibawah ini,

10 Gambar 6 jaring kubus. Berbagai macam bentuk jaring-jaring kubus. Di antaranya sebagai berikut: 3. Volume Kubus Gambar 7 contoh jaring-jaring kubus Gambar 8 kubus satuan Gambar 8 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran berbeda. (a) merupakan kubus satuan. Untuk membuat kubus satuan (b), diperlukan = 8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat kubus (c), diperlukan = 27 kubus satuan. Dengan demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali. Sehingga volume kubus = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk = s s s = S 3

11 Balok 1. Bagian-Bagian Balok a. Sisi/Bidang Dari Gambar 9, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH Gambar 9 balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi berbentuk persegipanjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan). Sebuah balok memiliki tiga pasang sisi yang berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga pasang sisi tersebut adalah ABFE Gambar 10 Diagonal bidang balok dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF dengan ADHE. b. Rusuk Gambar 9, rusuk-rusuk balok ABCD.EFGH adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan HD yakni memiliki 12 rusuk. c. Titik sudut Dari Gambar 9, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut, yaitu A,B,C,D,E,F,G,dan H. d. Diagonal bidang

12 Gambar 11 Diagonal ruang balok Pada gambar 10. Ruas garis AC yang melintang antara dua titik sudut yang saling berhadapan pada satu bidang, yaitu titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan diagonal bidang balok ABCD.EFGH. e. Diagonal ruang Ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan E pada balok ABCD.EFGH seperti pada Gambar 11 disebut diagonal ruang balok. f. Bidang diagonal Pada Gambar 12. Dari gambar tersebut terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar, yaitu diagonal bidang HF dan DB. Kedua diagonal bidang tersebut Gambar 12 Bidang diagonal balok beserta dua rusuk balok yang sejajar, yaitu DH dan BF membentuk sebuah bidang diagonal. Bidang BDHF adalah bidang diagonal balok ABCD.EFGH. 2. Jaring-Jaring Balok Sama halnya dengan kubus, jaring-jaring balok diperoleh dengan cara membuka balok tersebut sehingga terlihat seluruh permukaan balok: Gambar 13 jaring balok

13 Gambar 14 alur pembuatan jarring-jaring balok Terdapat berbagai macam bentuk jaring-jaring balok. Di antaranya adalah sebagai berikut. 3. Volume Balok Gambar 15 contoh jaring-jaring balok Gambar 16 balok satuan Gambar 16 menunjukkan pembentukan berbagai balok dari balok satuan. (a) adalah balok satuan. Untuk membuat balok seperti (b), diperlukan = 4 balok satuan, sedangkan untuk membuat balok seperti pada (c) diperlukan = 12 balok satuan. Hal ini menunjukan bahwa volume

14 suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok tersebut. Volume balok = panjang lebar tinggi = p l t Dari uraian materi Geometri diatas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada kubus dan balok yang memperhatikan indikator sebagai berikut: (1) kemampuan menjelaskan bagian-bagian kubus, (2) kemampuan membuat jarring-jaring kubus, (3) kemampuan menghitung volume kubus, (4) kemampuan menjelaskan bagian-bagian balok, (5) kemampuan membuat jarring-jaring balok, (6) kemampuan menghitung volume balok Pengertian Kemampuan Spasial Definisi kemampuan spasial yang dikemukakan oleh Black (dalam Nurkholis, 2012:18), yaitu suatu keterampilan dalam merepresentasikan, mentransformasi, membangun dan memanggil kembali informasi simbolik tidak dalam bentuk bahasa. Gee (dalam Nurkholis, 2012:18) mendefinisikan kemampuan spasial sebagai suatu kemampuan dalam memanipulasi gambar secara mental, merotasikan atau membaliknya. Kemampuan spasial diklasifikasikannya ke dalam lima komponen yaitu: persepsi spasial, visual spasial, rotasi mental, relasi mental dan orientasi spasial. Sedangkan menurut Gutierez (dalam Nurkholis, 2012:19), kemampuan spasial adalah suatu jenis penalaran didasarkan pada penggunaanimaginasi.

15 Selanjutnya, Tambunan (2006:27) mengungkapkan bahwa kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi persepsi spasial dengan melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada kemampuan rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental. Sedangakan menurut Susanto (dalam Nurkholis, 2012:19) Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk gambar. Paisak (2009:231) Kemampuan spasial yaitu kemampuan yang berhubungan dengan pemetaan tempat. Trans Media (2009:3) Kemampuan spasial yaitu kemampuan merancang, menggambarkan, dan membayangkan suatu benda atau objek secara tepat. Menurut Moriotti (dalam Nurkholis, 2012:19), kemampuan spasial merupakan keterampilan yang melibatkanpenemuan, retensi dan transfomasi informasi visual dalam konteks ruang. Daribeberapa pendapat tersebut, kemampuan spasial dapat diartikan sebagaikemampuan untuk membayangkan dengan menggunakan imajinasi danmemanipulasi suatu objek yang abstrak. Kemampuan spasial diperoleh anak secara bertahap, dimulai daripengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas anak di lingkungannya. Padaawalnya, kemampuan spasial anak belum menunjukkan pengetahuankonseptual dari hubungan visual. Dalam menentukan letak posisi objek danorientasi dalam ruang, anak masih menggunakan patokan diri. Denganbertambahnya usia, patokan tersebut berkembang menjadi patokan orang danpatokan objek. Mulai dari orientasi yang sifatnya egosentris yaitu menekankanpada dirinya sebagai patokan dalam melihat hubungan

16 visual, arah kiri-kanan dari dirinya, berkembang menjadi kerangka acuan objek pada salib sumbupasangan titik yaitu salib sumbu utara-selatan dan timur barat. Lin dan Petersen (dalam Nurkholis, 2012:20) mendefinisikan bahwa spasial sense sebagaiproses mental yang digunakan untuk menerima, menceritakan, memanggilkembali, membuat, menyusun dan membuat hubungan obyek ruang.spasial sense telah mengidentifikasi beberapa faktor perbedaan dalam memahami hubungan secara visual, merubah bentuk, menyusun dan menginter pretasikannnya. Beberapa peneliti memeriksa spasial sense ke dalam sub-dimensi, hubungan spasial dan visualisasi spasial. Menurut Abdurrahman (Dalam Widiyanto dan Rofiah, 2012:3), ada lima jenis kemampuan visual spasial yaitu : 1. Hubungan keruangan (spasial relation) Menunjukan persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau symbol (gambar, huruf, dan angka) hubungan ruangan yang menyatu dengan sekitarnya. 2. Diskriminasi visual (visual discrimination) Menunjukan pada kemampuan membedakan suatu objek dari objek yang lain. Misalkan membedakan antara gambar balok dan kubus. 3. Diskriminasi bentuk latar belakang (Figure-ground discrimination) Menunjukan pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilinginya. Anak memiliki kekurangan dalam bidang

17 ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek karena sekeliling objek tresebut ikut mempengaruhi perhatiannya. 4. Visual Clouser Menunjukan pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek tersebut tidak diperhatikan secara keseluruhan. 5. Mengenal Objek (Object recognition) Menujukan pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk geometri, huruf, angka dsb. Sedangkan yang lain memeriksanya melalui tiga faktor spasial (Thurstone dalam Nurkholis, 2012:20) kemampuan untuk mengenali identitas suatu objek ketika objek inidipandang dari sudut berbeda, kemampuan untuk membayangkan pergerakandan pemindahan bagian dari konfigurasi, kemampuan untuk memikirkanhubungan spasial melalui orientasi. Demikian pula Maier (dalam Nurkholis, 2012:19) membagi spatial sense kedalam limafaktor yaitu: 1. Visualization (membayangkan) 2. Spatial orientation (orientasi spasial) 3. Spatial Relations (hubungan spasial) 4. Mental Rotation (perputaran mental) 5. Spatial Representation (representasi spasial)

18 Sesuai dengan pendapat Maccoby dan Jacklin(dalam Nurkholis, 2012:20), Spatial sense terdiri dari 2 faktorpenting, analitik dan faktor non analitik. Faktor analitik tersusun dari proses yang komplek seperti memperkirakan obyek tertutup dan membuka bagianbagiannyasedangkan faktor non analitik hanya melakukan perputaran objek saja. Olkun (dalam Nurkholis, 2012:21), menguji Spatial sense kedalam dua komponen penting; hubungan spasial dan visualisasi spasial. Sehubungan dengan beberapa pendapat yang telah diuraikan, kemampuan spasial yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk membayangkan bentuk dan posisi suatu objek geometri yang dipandang dari sudut pandang tertentu, menyatakan kedudukan antar unsur-unsur suatu bangun ruang, mengkonstruksi dan mempresentasikan model-model geometri yang digambar pada bidang datar, serta menduga dan menentukan ukuran yang sebenarnya dari stimulus visual suatu objek. Dalam menguji kemampuan spasial secara umum dikelompokan beberapa model tes yang semuanya menggunakan simbol-simbol atau gambar. diantaranya sebagai berikut: (1) Tes Irama Gambar, (2) Tes Klasifikasi Gambar, (3) Tes Penalaran Induktif, (4) Tes Memasang Bagian dan Gambar, (5) Tes Analogi Simbolik, (6) Tes Melipat dan Mebuka Kotak, (7) Tes Menghitung Kubus dan Balok, (8) Tes Perputaran Balok Tes Kemampuan Spasial Menurut Prasetyono (2012:7) kemampuan penalaran spasial melibatkan dan memanipulasi dua dimensi dan tiga dimensi bentuk atau pola. Tingkat tinggi

19 kemampuan kemampuan penalararan spasial sangat penting dalam mata pelajaran seperti arsitektur dan dibeberapa cabang ilmu pengetahauan dan matematika. Menurut Prasetyono (2013:132)tujuan tes kemampuan spasial adalah untuk menguji sejauh mana kemampuan kita menvisualisasikan sesuatu benda dan membuat pengertiannya, serta befikir secara abstrak melalui benda atau simbolsimbol. Tes ini secara umum dikelompokan beberapa model tes yang semuanya menggunakan simbol-simbol atau gambar. diantaranya sebagai berikut: Tes Irama Gambar Menurut Prasetyono (2013:132) tes irama bergambar adalah salah satu instrumen tes yang digunakan baik dalam psikotes umum maupun tes bakat skolatik. Tes ini bertujuan untuk menguji sejauh mana kemampuan kita menvisualisasikan suatu benda dan membuat pengertiannya, serta berpikir secara abstrak melalui benda atau simbol-simbol. Banyak dari model tes ini yang semuanya memakai media gambar (visual) dalam suatu persoalan. Karena penelitian ini menguji kepada siswa sehingga tugas siswa adalah untuk mencari satu gambar yang hilang atau gambar selanjutnya yang seharusnya diisi dalam sekelompok gamabar. Kecepatan melihat dan mudahnya siswa berpikir melalui simbol-simbol merupakan kunci utama dalam menyelesaikan tes ini. Selain itu, tes ini juga menilai kemampuan dan ketelitian siswa dalam melihat suatu gambar atau simbol-simbol yang tersedia dan mencari tahu jawaban yang tepat. Tiap soal biasanya terdiri dari sembilan gambar dan lima pilihan jawaban. Dalam soal

20 terdapat satu gamabar yang hilang, tugas siswa untuk mencari satu gambar yang hilang dengan memilih salah satu gamabar yang seharusnya dari kelima pilihan gamabar yang tersedia. Contoh: gambar manakah yang paling tepat untuk menggantikan tanda tanya? Jawaban: A? A B C D E Perhatikan bangun datar dengan garis terputus-putus. Seharusnya, gambar dengan pola ini berjumlah tiga seperti pola gambar lainnya. Tanda palang terputus yang seharusnya melengkapi kolom bertanda tanya Tes Klasifikasi Gambar Menurut Prasetyono (2013:140) Dalam tes ini, siswa diberikan empat atau lima buah gambar yang mempunyai kesamaan, tetapi hanya ada satu gambar yang tidak sama atau tidak sekelompok dengan gambar lainnya. Tugas siswa adalah mencari salah satu gambar yang tidak sama dengan keempat gambar lainnya. Contoh: Dari gambar berikut, manakah yang tidak sama atau sekelompok dengan gambar lainnya?

21 A B C D E Jawaban: C Jika kita perhatikan masing-masing bidang, yang masing-masing bidang memiliki segi enam (enam sudut), kecuali gambar pilihan C. Karena gambar tersebut hanya memiliki lima sudut Tes Penalaran Induktif Menurut Prasetyono (2013:145) tes penalaran induktif ini bertujuan untuk mengukur kemampuan dalam memecahkan masalah. Tes penalaran induktif mengukur kemampuan untuk bekerja secara fleksibel dengan informasi tidak lazim serta menemukan solusi permasalahan. Oarang-orang yang melakukan dengan baik dalam tes ini cenderung memiliki kapasitas yang lebih besar untuk berpikir secara konseptual serta analitis. Tes ini juga dapat disebut tes penalaran abstrak atau tes penalaran diagram. Dalam tes ini, siswa akan menemukan urutan logis dari lima kotak atau simbol. Tugas siswa adalah memutuskan mana dari kotak atau simbol selesai urutan ini. Contoh:

22 A B C D E Jawaban: E Mengikuti pola simbol diatasnya, pertama adalah lingkaran dengan titik hitan dan panah diata lingkaran, disusul lingkaran putih dengan panah menghadap kebawah, lalu simbol ketiga dan kelima identik dengan simbol pertama, sedangkan simbol keempat identik dengan simbol kedua. Maka simbol berikutnya (keenam) yakni genap juga identik dengan simbol kedua Tes Memasang Bagian dan Gambar Menurut Prasetyono (2013:153) dalam tes ini, yang akan diuji kemampuan otak siswa untuk melihat suatu informasi visual yang tersedia, kemudian merekontruksinya menjadi suatu bangun yang utuh (bangun ruang) atau benda berdimensi. Kemampuan untuk berimajinasi dan berfikir secara abstrak sangat diperlukan dalam tes ini agar siswa dapat menjawab permasalahan dan mengvisualisasikannya. Biasanya, soal dalam tes ini terdiri atas bagian-bagian dari struktur bangun dalam bidang datar, yang kemudian direkonstruksi menjadi suatu bangun yang utuh berdimensi. Misalnya bentuk dua dimensi yang telah dipotongpotong menjadi beberapa bagian. Siswa diminta untuk mencocokan potonganpotongan untuk membentuk gambar utuh. Contoh:

23 Manakah dari bentuk lengkap disebelah kanan yang dibuat dari potongan gambar sebelah kiri? A B C D E Jawaban: B Strategi terbaik untuk menjawab pertanyaan ini adalah melihat untuk lengkap dan melihat apakah ada fitur berbeda yang tidak memungkinkan untuk membangun seperti bentuk dari komponen. Dalam contoh diatas, ini tidak terlalu jelas, tetapi kadang-kadang ada satu atau dua bentuk yang dapat segera didiskontokan berdasarkan ukuran saja. Satu hal yang perlu diingat adalah jika bentuk lengkap tidak memiliki potongan kecil yang mencuat, maka komponen harus sesuai sehingga sisi menjadi sama panjang. Hal ini akan mengurangi jumlah kombinasi yang cukup Tes Analogi Simbolik Menurut Prasetyono (2013:161) tes ini memberikan penilaian tertentu ketika pekerjaan berhubungan dengan ide-ide abstrak atau konsep sebagai pekerjaan teknis. Namun, karena tes ini juga menyediakan ukuran terbaik dari kemampuan umum intelektual, maka tidak jarang tes ini banyak digunakan.tes analogi simbolik ini akan

24 menilai kemampuan siswa untuk memahami konsep yang kompleks dan mengasimilasikan informasi baru diluar pengalaman sebelumnya. Didalam setiap baris, bentuk yang pertama dihubungkan dengan bentuk-bentuk yang kedua. Dengan cara yang sama, bentuk ketiga dihubungkan dengan bentuk keempat. Lalu, tentukan manakah dari empat pilihan yang merupakan bentuk keempat. Contoh: terhadap seperti terhadap A B C D E Jawaban: B Jika gambar pertama adalah merupakan bentuk terbuka dari sebuah lipatan disudut kanan atas, maka gambar berikutnya adalah bentuk lipatan dari bidang gambar sudut kanan atas yang dilipat kedalam. Sementara, gambar ketiga merupakan bentuk lipatan terbuka dari bidang gamabar yang terdapat disudut kanan atas. Mengacu pada model lipatan pada gambar kedua, maka gambar yang benar adalah gambar B Tes Melipat dan Mebuka Kotak Menurut Prasetyono (2013:168) tes ini berisi sejumlah gambar yang menunjukakan suatu potongan karton yang telah dilipat-lipat. Garis titk-titik

25 menunjukan bagaimana lipatan itu dibuat. Tugas siswa adalah memlih salah satu gambar karton yang diberi huruf A,B,C,D, atau E pada kolom pertama. Contoh: A B C D E Jawaban: C Bila kisi-kisi disebelah kiri dilipat, maka akan bentuk sebuah dengan kubus (deretan gambar kanan). Persoalanya adalah manakah dari deretan kubus disebelah kanan yang merupakan hasil melipat gambar kisi-kisi disebelah kiri? Perhatikan simbol dari masing-masing wajah. Jika simbol llingkaran hitam dilipat maka simbol lingakran hitam harus berada disebelah kiri simbol palang hitam. Demikian juga simbol segitiga hitam berada disebelah kanan simbol palang hitam, dan simbol lingkaran hitamtidak pernah berdampingan dengan simbol segitiga hitam. Jadi, gambar kubus yang sesuai dengan hasil melipat gambar kisi-kisi disebelah kiri adalah kubus C Tes Menghitung Kubus dan Balok Menurut Prasetyono (2013:172) pernyataan pada blok menghitung kubus atau balok muncul dalam sebuah subtes dari uji kualifikasi pejabat angkatan udara dan digunakan dalam membangun, baik untuk pilot maupun gabungan navigator-teknis.

26 Tes ini dirancang untuk menguji kemampuan melihat kedalam tumpukan tigadimensi dari kubus/balok. Pertanyaan-pertanyaannya semacam ruang persepsi untuk memastikan atau melihat hubungan spasial. Pertanyaan jenis ini biasanya digunakan dalam memeriksa bidang-bidang kejuruan, seperti teknologi komputer, desain, penyusunan, teknik, arsitektur, dan pekerjaan militer yang spesialis. Misalnya, beberapa soal yang menggambarkan beberapa jenis kubus atau balok, dimana pertanyaan diarahkan untuk menghitung jumlah susunan yang ditemukan dalam tumpukan kubus atau balok tersebut. Semua kubus atau balok disetiap tumpukan mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Contoh: Berapa jumlah kubus dalam diagram dibawah ini? A. 17 B. 15 C. 11 D. 13 E. 9 Jawaban: A Ada 8 tumpukan kubus dibagian depan dan 9 tumpukan kubus dibagian belakang. Jadi, jumlah semua tumpukan kubus adalah Tes Perputaran Balok Menurut Prasetyono (2013:177) subtes ini dirancang untuk menguji kemampuan memvisualisasikan dan memanipulasi benda-benda. Selain itu, subtes ini

27 juga dirancang untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami masalah dan mencari pemecahannya dari berbagai sudut pandang. Dalam setiap pertanyaan akan ditampilkan gambar balok dan disebelahnya digambarkan lima pilihan, masing-masing menunjukan balok yang berbeda. Siswa diminta untuk memilih pilihan yang berisi balok seperti balok pertama, meskipun berubah dalam posisi yang berbeda. Untuk samapi pada jawaban yang benar, siswa mungkin harus memutar fisik balok atas, bawah, samping kiri atau kanan, atau memutar sekelilingnya. Misalnya balok dibawah ini, meskipun dilihat dari sudut yang berbeda, balok tetap sama. Kemudian, dua balok dibawah ini tidak sama, karena fisik balok tidak pernah bisa berubah, sehingga tidak mungkin sama. Dari uraian diatas maka kemampuan spasial adalah kemampuan untuk mengenal objek atau benda yang dimanipulasi sehingga menghasilkan objek atau

28 benda yang sesuai. Kemampuan spasial memiliki indikator diantaranya sebagai berikut: a) Tes Irama Gambar, b) Tes Klasifikasi Gambar, c) Tes Penalaran Induktif, d) Tes Memasang Bagian dan Gambar, e) Tes Analogi Simbolik, f) Tes Melipat dan Mebuka Kotak, g) Tes Menghitung Kubus dan Balok, h) Tes Perputaran Balok. HIPOTESIS Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut, Terdapat hubungan positif antara kemampuan spasial siswa dengan hasil belajar matematika pada materi geometri.

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK A. Model Problem Based Learning 1. Pengertian Model Problem Based Learning Wena mendefinisikan problem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Fatmawati dengan judul Peningkatan Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Pokok Bahasan

Lebih terperinci

A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen.

A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen. A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen. Gambar 1.1 Kubus Sifat-sifat Kubus 1. Semua sisi kubus berbentuk persegi. Kubus mempunyai 6 sisi persegi

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB) Nama Siswa Kelas LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB) 5. Diagonal Ruang adalah Ruas garis yang menghubungkan dua titik : sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. : Kompetensi Dasar (KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar Matematika Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai belajar yaitu: Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior

Lebih terperinci

Dimensi 3. Penyusun : Deddy Sugianto, S.Pd

Dimensi 3. Penyusun : Deddy Sugianto, S.Pd YAYASAN PENDIDIKAN KARTINI NUSANTARA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KARTINI I JAKARTA 2009 Dimensi 3 Penyusun : Deddy Sugianto, S.Pd YAYASAN PENDIDIKAN KARTINI NUSANTARA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KARTINI

Lebih terperinci

Materi W9b GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. B. Menggambar dan Menghitung jarak.

Materi W9b GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. B. Menggambar dan Menghitung jarak. Materi W9b GEOMETRI RUANG Kelas X, Semester 2 B. Menggambar dan Menghitung jarak www.yudarwi.com B. Menggambar dan Menghitung Jarak Jarak dua objek dalam dimensi tiga adalah jarak terpendek yang ditarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KEMAMPUAN SPASIAL Menurut Fahmi (2006) kemampuan spasial adalah kemampuan anak dalam mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian 7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Belajar Matematika Menurut Sadirman, (2011: 21) Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.

Lebih terperinci

Tes Visualisasi Spasial

Tes Visualisasi Spasial Tes Visualisasi Spasial Tes visualisasi spasial ini ditujukan untuk menguji sejauh mana kemampuan kita memvisualisasikan sesuatu benda dan membuat pengertianya serta berpikir secara abstrak melalui benda

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN 97 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah : SMP Negeri 29 Bandung Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/II (Genap) Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan) A. Standar

Lebih terperinci

Materi W9a GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. A. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang.

Materi W9a GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. A. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang. Materi W9a GEOMETRI RUANG Kelas X, Semester 2 A. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang www.yudarwi.com A. Kedudukan Titik, Garis dan bidang dalam Ruang (1) Kedudukan Titik dan titik Titik berimpit

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA Ruas garis PQ Ruas garis QR Garis PQ = garis QR (karena bila diperpanjang akan mewakili garis yang sama)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA Ruas garis PQ Ruas garis QR Garis PQ = garis QR (karena bila diperpanjang akan mewakili garis yang sama) Nama Siswa Kelas LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA Ruas garis PQ Ruas garis QR : Garis PQ = garis QR (karena bila diperpanjang akan : mewakili garis yang sama) A. PENGERTIAN TITIK, GARIS DAN BIDANG Titik,

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (PEMINATAN)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (PEMINATAN) Nama Siswa Kelas : : Kompetensi Dasar (KURIKULUM 2013): LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (PEMINATAN) 3. Bidang Bidang (Bidang datar) merupakan kumpulan titik yang membentuk suatu luasan (bidang) datar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

Geometri (bangun ruang)

Geometri (bangun ruang) Geometri (bangun ruang) 9.1 BENTUK DASAR BANGUN RUANG 1. Kubus Luas = 6s2 Vol = s3 (s = panjang sisi) 2. Balok Luas = 2 x (p.l + p.t + l.t) Vol = p.l.t 3. Prisma Luas = 2 x l. alas + selimut Vol = luas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sangat penting bagi setiap orang untuk mengembangkan proses berpikir manusia sehingga menjadi logis dan sistematis. Matematika adalah suatu ilmu universal

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh LUSIANA NUSI NIM

JURNAL. Oleh LUSIANA NUSI NIM 1 JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN SIFAT-SIFAT BALOK DAN KUBUS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV A SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Oleh LUSIANA NUSI NIM. 151 409 131 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA KE-3

LEMBAR KERJA SISWA KE-3 LEMBAR KERJA SISWA KE-3 Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Dimensi Tiga Kelas / Semester : X / 2 Pertemuan Ke : 4 dan 5 Alokasi Waktu : 4 jam ( 4 x 45 menit ) C. Menggambar Kubus dan Balok 01.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN 2.1. Kajian Teori Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penulis mencoba mengungkap beberapa pendapat ahli tentang Matematika. Menurut Karso dkk (1988:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima,

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima, BAB II KAJIAN TEORI A. Retensi Siswa 1. Pengertian Retensi Siswa Retensi siswa berasal dari kata retensi dan siswa. Dari kedua kata tersebut digabungkan memiliki pengertian menjadi kemampuan siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Luas Permukaan Bangun Ruang Luas daerah permukaan bangun ruang adalah jumlah luas daerah seluruh permukaannya yaitu luas daerah bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28) 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Spasial 1. Pengertian Kemampuan Spasial Menurut Wahyudin (2015:85) kemampuan spasial adalah kemampuan membayangkan, membanding, menduga, menentukan, menkonstruksi,

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA KELAS 8 APRIL 2018

MODUL MATEMATIKA KELAS 8 APRIL 2018 MODUL MATEMATIKA KELAS 8 APRIL 2018 1. KUBUS BANGUN RUANG SISI DATAR Kubus merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh enam buah persegi yang bentuk dan ukurannya sama. Unsur-unsur Kubus 1. Sisi

Lebih terperinci

KUBUS DAN BALOK. Kata-Kata Kunci: unsur-unsur kubus dan balok jaring-jaring kubus dan balok luas permukaan kubus dan balok volume kubus dan balok

KUBUS DAN BALOK. Kata-Kata Kunci: unsur-unsur kubus dan balok jaring-jaring kubus dan balok luas permukaan kubus dan balok volume kubus dan balok 8 KUBUS DAN BALOK Perhatikan benda-benda di sekitar kita. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memanfaatkan benda-benda seperti gambar di samping, misalnya kipas angin, video cd, dan kardus bekas mainan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Matematika 1. Definisi Matematika Matematika, menurut Russefendi dalam Heruman, adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu

Lebih terperinci

CATATAN LAPANGAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN STRATEGI TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEBERANIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

CATATAN LAPANGAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN STRATEGI TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEBERANIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA Lampiran 1 79 CATATAN LAPANGAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN STRATEGI TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEBERANIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA (PTK Bagi Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 2 Banyudono

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN WINGEOM 3-DIM

PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN WINGEOM 3-DIM BAB 5 PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN WINGEOM 3-DIM Setelah mempelajari bab 5 ini, diharapkan: 1. Pembaca dapat menggunakan Program Wingeom 3-dim untuk topik kubus dan balok. 2. Pembaca dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika Menurut Erman Suherman (2003:8), pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI KATA KATA MOTIVASI TUJUAN PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK

DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI KATA KATA MOTIVASI TUJUAN PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena buku ini dapat diselesaikan. Buku ini penulis hadirkan sebagai panduan bagi siswa dalam mempelajari salah satu materi matematika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan suatu sistem yang ada. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada beberapa pendapat yang disampaikan para ahli mengenai definisi dari istilah matematika. Matematika didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengajar, dan hasil belajar. Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang

BAB II KAJIAN TEORI. mengajar, dan hasil belajar. Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Ketika berbicara tentang pendidikan tidak akan lepas dari istilah belajar, mengajar, dan hasil belajar. Istilah mengajar dan belajar adalah

Lebih terperinci

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol 1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang a. Defenisi Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol Titik digambarkan dengan sebuah noktah dan penamaannya menggunakan

Lebih terperinci

empat8geometri - - GEOMETRI - - Geometri 4108 Matematika BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR

empat8geometri - - GEOMETRI - - Geometri 4108 Matematika BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR - - GEOMETRI - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian empat8geometri Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI Gambar Teknik i halaman ini sengaja dibiarkan kosong Gambar Teknik ii Daftar Isi Daftar Isi... iii... 1 1 Pendahuluan... 1 2 Sumbu, Garis, dan Bidang Isometri... 2 3 Skala

Lebih terperinci

MAKALAH BANGUN RUANG. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Guru Bidang Matematika. Disusun Oleh: 1. Titin 2. Silvi 3. Ai Riska 4. Sita 5.

MAKALAH BANGUN RUANG. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Guru Bidang Matematika. Disusun Oleh: 1. Titin 2. Silvi 3. Ai Riska 4. Sita 5. MAKALAH BANGUN RUANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Guru Bidang Matematika Disusun Oleh: 1. Titin 2. Silvi 3. Ai Riska 4. Sita 5. Ayu YAYASAN PENDIDIKAN TERPADU PONDOK PESANTREN MADRASAH THASANAWIYAH

Lebih terperinci

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen (X-5) dan Kelas Kontrol (X-4) SMA Negeri 2 Purworejo. No Hari, Tanggal Jam ke- Kelas Materi

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen (X-5) dan Kelas Kontrol (X-4) SMA Negeri 2 Purworejo. No Hari, Tanggal Jam ke- Kelas Materi Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen (X-5) dan Kelas Kontrol (X-4) SMA Negeri 2 Purworejo No Hari, Tanggal Jam ke- Kelas Materi 1 Selasa, 31 Mei 2016 3 4 X-4 Pretest 2 Selasa, 31 Mei

Lebih terperinci

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75 Here is the Problem and the Answer. Diketahui premis premis berikut! a. Jika sebuah segitiga siku siku maka salah satu sudutnya 9 b. Jika salah satu sudutnya 9 maka berlaku teorema Phytagoras Ingkaran

Lebih terperinci

Modul Matematika X IPA Semester 2 Dimensi Tiga

Modul Matematika X IPA Semester 2 Dimensi Tiga Modul Matematika X IPA Semester Dimensi Tiga Tahun Pelajaran 0 05 SMA Santa Angela Jl. Merdeka No. Bandung Dimensi Tiga X IPA Sem /0-05 Peta Konsep Pengertian titik, garis, dan bidang Titik terhadap garis

Lebih terperinci

Modul Matematika Semester 2 Dimensi Tiga

Modul Matematika Semester 2 Dimensi Tiga Modul Matematika Semester Dimensi Tiga Tahun Pelajaran 07 08 SMA Santa Angela Jl. Merdeka No. Bandung Peta Konsep Pengertian titik, garis, dan bidang Titik terhadap garis Dimensi Tiga Kedudukan titik,

Lebih terperinci

PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGAKTIFKANSISWA SLTP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGAKTIFKANSISWA SLTP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGAKTIFKANSISWA SLTP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Pengertian Semua pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 1 Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian Lampiran 1.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1.3 Surat Permohonan Validasi (Validator I) Lampiran 1.4 Surat Permohonan Validasi (Validator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Preliminary Design (Desain Permulaan) Pada tahap desain permulaan ini telah terkumpul data yang diperoleh melalui wawancara dengan guru, wawancara dengan siswa

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA. Geometri Dimensi Tiga. Maylisa Handayani,S.Pd. Penyusun: MAT. 06. Geometri Dimensi Tiga

MODUL MATEMATIKA. Geometri Dimensi Tiga. Maylisa Handayani,S.Pd. Penyusun: MAT. 06. Geometri Dimensi Tiga MODUL MATEMATIKA Geometri Dimensi Tiga Penyusun: Maylisa Handayani,S.Pd MAT. 06. Geometri Dimensi Tiga i Kata Pengantar Puji sukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunianya, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang

Lebih terperinci

Siswa dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bagian-bagian lingkaran

Siswa dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bagian-bagian lingkaran KISI-KISI PENULISAN SOAL DAN URAIAN ULANGAN KENAIKAN KELAS Jenis Sekolah Penulis Mata Pelajaran Jumlah Soal Kelas Bentuk Soal AlokasiWaktu Acuan : SMP/MTs : Gresiana P : Matematika : 40 nomor : VIII (delapan)

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61 LAMPIRAN - LAMPIRAN 61 62 LAMPIRAN 1 Rpp Siklus 1 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah : SD Negeri Rowoboni 02 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : IV / II Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah ilmu yang sangat memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika anak memasuki dunia pendidikan

Lebih terperinci

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10 1. Diantara himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong adalah... A. { bilangan cacah antara 19 dan 20 } B. { bilangan genap yang habis dibagi bilangan ganjil } C. { bilangan kelipatan 3 yang bukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Kegiatan penelitian ini mengambil data tentang profil kemampuan spasial siswa SMP pada materi geometri bangun ruang sisi datar ditinjau dari kemampuan Rigorous Mathematical

Lebih terperinci

SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2009/2010 1. Hasil dari 8 + ( 3 x 4) ( 6 : 3) adalah... A. 6 B. 2 C. -2 D. -6 BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN 8 + ( 3 x 4) ( 6 : 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai bagian dari kurikulum, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas dasar pemikiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata

Lebih terperinci

KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG

KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG 1. Pengertian Titik, Garis Dan Bidang Tiga unsur dasar dalam geometri, yaitu titik, garis, dan bidang. Ketiga

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 58 Lampiran 1 59 Lampiran 2 60 61 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Nama Sekolah : SDN Karangduren 4 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : 4/II Alokasi Waktu : 4 x 35 menit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

P 54 TRY OUT 4 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MATEMATIKA (E-3) SMK KELOMPOK KEAHLIAN TEKNOLOGI, KESEHATAN DAN PERTANIAN UTAMA

P 54 TRY OUT 4 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MATEMATIKA (E-3) SMK KELOMPOK KEAHLIAN TEKNOLOGI, KESEHATAN DAN PERTANIAN UTAMA TRY OUT 4 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MATEMATIKA (E-3) SMK KELOMPOK KEAHLIAN TEKNOLOGI, KESEHATAN DAN PERTANIAN P 54 UTAMA SMK NEGERI 2 MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

SIMETRI BAHAN BELAJAR MANDIRI 3

SIMETRI BAHAN BELAJAR MANDIRI 3 BAHAN BELAJAR MANDIRI 3 SIMETRI PENDAHULUAN Secara umum bahan belajar mandiri ini menjelaskan tentang konsep simetri lipat dan simetri putar serta penerapannya ke dalam papan geoboard. Setelah mempelajari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menurut Clemente (1992: 3) yang telah peneliti modifikasi, letak. ruang sisi datar kubus dan balok sebesar 48.87%.

BAB V PENUTUP. menurut Clemente (1992: 3) yang telah peneliti modifikasi, letak. ruang sisi datar kubus dan balok sebesar 48.87%. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, letak kesalahan yang dilakukan siswa menurut Clemente (1992: 3) yang telah peneliti modifikasi, letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal

Lebih terperinci

Daftar Nilai Ketuntasan Siswa Pra Siklus No Nama KKM Nilai Keterangan 1 Era Susanti Tuntas 2 Nuri Safitri Belum Tuntas 3 Aldo Kurniawan

Daftar Nilai Ketuntasan Siswa Pra Siklus No Nama KKM Nilai Keterangan 1 Era Susanti Tuntas 2 Nuri Safitri Belum Tuntas 3 Aldo Kurniawan 34 35 Daftar Nilai Ketuntasan Siswa Pra Siklus No Nama KKM Nilai Keterangan 1 Era Susanti 60 80 Tuntas 2 Nuri Safitri 60 45 Belum Tuntas 3 Aldo Kurniawan 60 75 Tuntas 4 Anggi Septiana 60 70 Tuntas 5 Desi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 48 49 50 51 Lampiran 2. Instrumen Soal 52 53 Soal Evaluasi Siklus I Nama :. No absen :.. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar! 1. Benda di bawah

Lebih terperinci

Materi W9c GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. C. Menggambar dan Menghitung Sudut.

Materi W9c GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. C. Menggambar dan Menghitung Sudut. Materi W9c GEOMETRI RUANG Kelas X, Semester C. Menggambar dan Menghitung Sudut www.yudarwi.com C. Menggambar dan Menghitung Sudut Sudut dalam dimensi tiga adalah sudut antara garis dan garis, garis dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran Matematika. 1. Pengertian belajar. Menurut Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar dan Menengah, Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Jakarta (1997-1998)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diterima oleh semua lapisan masyarakat dan dipelajari pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diterima oleh semua lapisan masyarakat dan dipelajari pada setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru dunia, diterima oleh semua lapisan masyarakat dan dipelajari pada setiap tingkat pendidikan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SMA/MA. Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG DEPDIKNAS 1

GAMBARAN UMUM SMA/MA. Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG DEPDIKNAS 1 GAMBARAN UMUM Pada ujian nasional tahun pelajaran 006/007, bentuk tes Matematika tingkat berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda, sebanyak 0 soal dengan alokasi waktu 0 menit. Acuan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses melahirkan ide untuk menyelesaikan suatu persoalaan dengan cara berpikir disebut dengan proses berpikir. Proses berpikir melibatkan kerja otak yang dimulai

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD kelas awal oleh Rahayu Condro Murti, M.Si Belajar dan Pembelajaran Belajar : berusaha untuk memperoleh kepandaian atau

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 006/007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA M A T E M A T I K A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

D. 18 anak Kunci : C Penyelesaian : Gambarkan dalam bentuk diagram Venn seperti gambar di bawah ini :

D. 18 anak Kunci : C Penyelesaian : Gambarkan dalam bentuk diagram Venn seperti gambar di bawah ini : 1. Dalam suatu kelas terdapat 25 anak gemar melukis, 21 anak gemar menyanyi, serta 14 anak gemar melukis dan menyanyi, maka jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah... A. 60 anak C. 32 anak B. 46 anak

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Matematika Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang pasti, karena para ahli masing-masing memiliki pandangan yang berbeda. Ada yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tengah semester maupun ulangan akhir semester. Simbol untuk. mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tengah semester maupun ulangan akhir semester. Simbol untuk. mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan nilai-nilai yang diambil dari ulangan harian, ulangan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 007/008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA M A T E M A T I K A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan melakukan observasi, tes tertulis (tes diagnostik dan tes kemampuan spasial), angket

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara

BAB II KAJIAN TEORI. berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika di SMP Menurut Sugihartono (2012: 81), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA E. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Mustari (2014:85), menyatakan bahwa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan LAMPIRAN 57 58 Lampiran 1 Jadwal Pertemuan No Hari/Tanggal Kegiatan Tempat 1 Senin, 11 April 2016 Siklus I,pertemuan I SDN Kumpulrejo 03 2 Sabtu, 16 April 2016 Siklus I,pertemuan II SDN Kumpulrejo 03 3

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL UN MATEMATIKA SMP (KODE A) TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PEMBAHASAN SOAL UN MATEMATIKA SMP (KODE A) TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PEMBAHASAN SOAL UN MATEMATIKA SMP (KODE A) TAHUN PELAJARAN 009/00 PEMBAHAS: Th. Widyantini Wiworo Untung Trisna Suwaji Yudom Rudianto Sri Purnama Surya Nur Amini Mustajab Choirul Listiani PEMBAHASAN SOAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengajaran Berbantuan Komputer Perkembangan komputer baik dalam segi kuantitas, kualitas, maupun teknologinya cenderung sangat pesat belakangan ini. Hal ini menyebabkan semakin

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE 108 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE Satuan Pendidikan Mata

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

Bangun Ruang. 2s = s 2. 3s = s 3. Contoh Soal : Berapa Volume, luas dan keliling kubus di bawah ini?

Bangun Ruang. 2s = s 2. 3s = s 3. Contoh Soal : Berapa Volume, luas dan keliling kubus di bawah ini? SD - Bangun Ruang. Kubus H G E F D C s A s B Cii-cii Kubus :. Jumlah bidang sisi ada 6 buah yang bebentuk buju sangka (ABCD, EFGH, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE,). Mempunyai 8 titik sudut (A, B, C, D, E, F, G,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa (2009: 32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa (2009: 32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antar guru dan siswa. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan juga perguruan tinggi. Sebagai guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan latihan terus menerus.

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

Bab 7. Bangun Ruang Sisi Datar. Standar Kompetensi. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya

Bab 7. Bangun Ruang Sisi Datar. Standar Kompetensi. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya Bab 7 Bangun Ruang Sisi Datar Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar 4.1 Menentukan unsur dan bagian-bagian

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL MATEMATIKA WAKTU : 0 menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PETUNJUK UMUM 1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum menjawab.. Jawaban dikerjakan pada lembar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Observasi dan Penelitian Skripsi

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Observasi dan Penelitian Skripsi 64 LAMPIRAN 1 Surat Ijin Observasi dan Penelitian Skripsi 65 LAMPIRAN 2 Surat Ijin Uji Validitas Soal LAMPIRAN 4 66 67 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester

Lebih terperinci

PAKET 5 1. Hasil dari 4 5 2, 6 adalah B C D.

PAKET 5 1. Hasil dari 4 5 2, 6 adalah B C D. 1 3 1. Hasil dari 4 5 2, 6 adalah... 2 4 A. 13 7 B. 17 7 C. 13 12 D. 17 12 2. Operasi @ artinya kalikan bilangan pertama dengan dua, kemudian kurangilah hasilnya dengan tiga kali bilangan kedua. Nilai

Lebih terperinci

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA PERBANDINGAN KISI-KISI UN 009 DAN 00 SMA IPA Materi Logika Matematika Kemampuan yang diuji UN 009 UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh dari penarikan kesimpulan Menentukan negasi pernyataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa, serta lingkungan belajar yang saling berinteraksi

Lebih terperinci