BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
|
|
- Johan Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil alat ukur dapat terlihat bahwa 23 (45.1%) dari 51 penulis kreatif yang menjadi sampel penelitian ini mengalami depresi. Dari 23 penulis tersebut, 20 di antaranya merupakan laki-laki dan 3 merupakan perempuan. Sementara itu, meskipun terdapat gejala-gejala yang menyerupai episode mania/hypomania pada sejumlah partisipan, pada penelitian ini tidak ditemukan subjek yang mengalami episode mania/hypomania. 5.2 Diskusi Asumsi bahwa pencapaian karya kreatif dan mood disorder memiliki suatu kaitan telah menjadi topik sejumlah literatur (Johnson et al, 2012). Hal tersebut juga tampak dalam penelitian ini. Berdasarkan norma alat ukur CESD-R, 23 partisipan (45.1%) penelitian ini tergolong mengalami depresi dalam 2 minggu terakhir. Sebagai pembanding jumlah tersebut, rata-rata kasus depresi dalam 1 bulan di wilayah Asia Pasifik adalah 1.1% hingga 19.9% dari populasi (Chiu, 2014). Melihat angka tersebut, tampak bahwa rasio penderita depresi pada sampel penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan populasi normal. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perbedaan rasio penderita depresi laki-laki dan perempuan dalam subjek. Jumlah partisipan laki-laki yang memiliki depresi adalah 55.6%, sementara pada partisipan perempuan yang memiliki depresi adalah 20%. Hal ini berbeda dari data-data dalam penelitian pada umumnya. Secara internasional, pada individu berusia tahun, perempuan mengalami depresi 1.6 hingga 2.4 kali lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (Savoie, Morettin, Green, & Kazanjian, 2004). Namun terdapat peneliti yang mengatakan bahwa fenomena ini terjadi karena laki-laki lebih sering menyembunyikan gejala depresi yang mereka alami dan laki-laki mungkin saja mengalami depresi sama seringnya dengan perempuan (Addis, 2008). 47
2 48 Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat membantu laki-laki dalam melindungi diri terhadap depresi (Miller, 2011). Faktor pertama adalah kegiatan fisik. Meskipun tidak ada penjelasan pasti mengapa hal ini berpengaruh, terdapat korelasi positif antara laki-laki yang pekerjaannya melibatkan banyak aktivitas fisik dan kesehatan mental. Faktor kedua adalah pola kognitif. Laki-laki lebih jarang melakukan perenungan atas kejadian-kejadian di masa lalu bila dibandingkan dengan perempuan (Miller, 2011). Hal di atas mungkin dapat menjelaskan mengapa terdapat lebih banyak responden laki-laki pada penelitian ini yang mengalami depresi. Perenungan merupakan aktivitas yang umum dalam menulis kreatif (Kaufman& Kaufman, 2009). Keberadaan proses perenungan dalam menulis juga tampak dalam wawancara yang dilakukan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa terdapat jumlah yang signifikan pada partisipan laki-laki yang mengalami depresi. Apabila salah satu faktor yang membantu laki-laki menghindari depresi adalah rendahnya perenungan, maka kegiatan yang melibatkan banyak perenungan dapat meningkatkan kemungkinan depresi pada laki-laki. Karakteristik seorang penulis kreatif dan sifat pekerjaan mereka dapat menjelaskan mengapa banyak penelitian yang mengaitkan seorang penulis kreatif dengan mood disorder (Kaufman& Kaufman, 2009). Melalui wawancara, didapatkan pengertian yang lebih mendalam pada proses pembuatan karya kreatif dan unsur psikologis di dalamnya. Secara umum dalam pembuatan karya tulis terdapat perencanaan dan pelaksanaan. Dari wawancara diketahui bahwa pada tahap perencanaan ini banyak terjadi proses kognitif. Riset, pengumpulan ide, visualisasi hal-hal yang akan ditulis, semuanya terkandung dalam tahap ini. Tahap perencanaan ini seringkali digambarkan sebagai proses yang menyenangkan. Namun pada wawancara juga tampak bahwa proses ini dapat menjadi hal yang memakan banyak emosi. Perenungan yang mendalam pada cerita yang memiliki tema kelam dan sedih dapat menghidupkan perasaan tersebut pada sang penulis sendiri. Dalam situasi ini penulis yang menjiwai kisah sedih yang ia tulis dapat hanyut dalam mood negatif. Ia dapat menolak interaksi dengan orang lain, kurang fokus dalam keseharian, sulit tidur, dan secara
3 49 umum merasakan distress. Perenungan yang berbahaya ini dapat mengacu pada timbulnya sebuah episode depresi (Kaufman& Kaufman, 2009). Tahap selanjutnya merupakan pelaksanaan atau penulisan. Sebagian besar narasumber menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap yang paling berat atau membutuhkan paling banyak usaha. Pada proses penulisan ini writer s block juga seringkali menghalangi usaha para penulis. Penulis kreatif sendiri memiliki berbagai sikap dalam menanggapi hal ini (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015; 5 Juli 2015). Terdapat narasumber yang memilih untuk menghindari kegiatan menulis untuk sementara, ada juga yang memilih untuk kembali ke tahap perencanaan, ada juga yang berusaha untuk terus menulis dengan tingkat kemajuan minim. Salah satu narasumber dalam penelitian ini mengakui perasaan patah semangat (komikasi pribadi, 5 Juli 2015). Usaha terus menerus untuk menulis cerita, tanpa berhasil mendapatkan hasil yang diinginkan dapat memberikan persepsi membuang-buang waktu dan rasa kecewa. Meskipun demikian, tidak seluruh narasumber melaporkan tekanan atau perasaan yang berlebih dalam writer s block ini. Dalam data penelitian juga didapatkan ketiadaan depresi pada partisipan yang menulis sebagai pekerjaan tunggal. Hal ini mungkin terjadi karena individu yang bekerja penuh sebagai penulis memiliki lebih banyak pengalaman dalam kegiatan ini. Hal tersebut tampak pada pernyataan salah satu narasumber. Ketika ditanyakan mengenai dampak kritik-kritik setelah menerbitkan buku, SM menyatakan, Lebih tahu selera pembaca, kirakira lebih ngerti mana karakter atau scene atau plot yang akan lebih diterima. Jadi gak terlalu galau saat mengonsep dan menulis (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Seperti yang dinyatakan SM, pengalaman dalam menulis dapat memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri. Seperti dapat melakukan perencanaan dan penulisan dengan lebih efisien, menghindari kritik melalui cara penulisan yang lebih diterima, dan memiliki pengalaman pribadi untuk menghadapi writer s block (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Hasil wawancara tersebut dapat memberikan gambaran mengapa partisipan dengan pekerjaan tunggal sebagai penulis memiliki rasio depresi lebih rendah bila dibandingkan dengan penulis yang berkarya hanya sebagai hobi.
4 50 Setelah seorang penulis berhasil melampaui writer s block dan menyelesaikan penulisannya, karya tersebut akan dipublikasi dan terbuka untuk kritik oleh semua orang. Penilaian yang rendah ataupun sedikitnya pembaca dapat membawa kekecewaan, namun secara keseluruhan para narasumber wawancara menyatakan bahwa tidak ada perasaan berlebih yang timbul dalam hal ini. Namun hal sebaliknya dapat memberikan dampak yang berbeda. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa komentar yang positif dan pujianpujian atas karya dapat menimbulkan perasaan senang dan percaya diri. Dampak hal ini adalah semangat untuk menciptakan lebih banyak karya. Terkadang gejala-gejala yang menyerupai episode mania/hypomania tampak dalam wawancara: aktivitas menulis yang berlebih, rasa percaya diri, menurunnya kebutuhan tidur, dan gagasan yang berpacu-pacu. Sejumlah penelitian antara kreativitas dan mood disorder sudah dilakukan dan sebagian di antaranya juga memiliki fokus pada subjek penulis (Lauronen, Veijola, Isohanni, Jones, 2004). Ludwig (1994), menemukan bahwa 11 (19%) dari 59 penulis yang menjadi sampel penelitiannya memiliki sejarah episode mania. Sejumlah studi melalui karya dan memoar penulis juga menemukan keberadaan episode mania pada tokoh-tokoh ternama (Turvey& Dolman, 2011; Koutsantoni, 2014). Walaupun tidak ditemukan partisipan yang mengalami episode mania/hypomania dalam penelitian ini, hasil wawancara dan alat ukur memang menunjukkan gejala yang dapat diasosiasikan dengan episode mania/hypomania. Pada pengukuran dengan MDQ terdapat 27 partisipan yang mengiyakan pernyataan Pikiran anda seperti berlomba-lomba dalam kepala atau anda tidak dapat memperlambat pikiran anda. Hasil wawancara juga menunjukkan gejala mania yang berpusat pada tema pengerjaan karya tulis kreatif. Terlalu fokus pada karya, kurang tidur, kurang fokus pada hal-hal di sekitar karena ide yang berpacu, dan semangat untuk mengerjakan karya adalah satu rangkaian gejala yang dapat ditemui pada beberapa narasumber. Data wawancara dan hasil alat ukur memberikan gambaran akan aktivitas dalam penulisan kreatif. Proses penulisan kreatif sendiri memiliki sejumlah hal yang dapat memicu perubahan mood. Dari wawancara yang dilakukan, faktor yang paling nampak adalah perenungan dalam membuat cerita (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Kaufman & Kaufman (2009), menunjukkan bahwa perenungan dapat memicu dalam kisah yang
5 51 diinspirasi oleh pengalaman buruk pribadi. Kendati demikian, wawancara pada penelitian ini menunjukkan bahwa rasa frustasi dapat timbul tanpa harus mengambil inspirasi dari kehidupan pribadi (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Perenungan merupakan hal yang umum dilakukan dalam membayangkan cerita yang akan ditulis dan sebuah perenungan mengenai kisah yang dramatis dapat menimbulkan distress. Melihat seluruh proses penulisan kreatif dan fenomena psikologis di dalamnya menimbulkan sebuah pertanyaan. Kenapa tidak ditemukan episode depresi dan mania pada semua partisipan, mengingat sifat pekerjaan mereka? Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah setiap orang memiliki predisposition atau diathesis yang berbeda. Maksud dari hal ini adalah setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan kecenderungan yang berbeda pula untuk menderita suatu gangguan (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2010). Kesiapan untuk menerima depresi seringkali terkait dengan kepribadian, terutama melankoli yang kronis (Comer, 2013). Sementara itu, kepribadian yang senang menerima tantangan/resiko dan genetik serotonin seringkali dikaitkan dengan predisposition mania (Comer, 2013). 5.3 Saran Saran teoritis Dalam penelitian ini terdapat beberapa titik lemah pada alak ukur. Alat ukur CESD- R memiliki 1 pertanyaan dengan korelasi antar item di bawah.30, yaitu pernyataan nomor 13. Pada CESD-R orisinil, pernyataan nomor 13 adalah I feel fidgety dan dalam penelitian ini diterjemahkan menjadi saya merasa tidak dapat diam. Peneliti menyarankan bahwa item ini dapat diterjemahkan menjadi saya merasa gugup dan tidap dapat diam. Salah satu item dalam alat ukur MDQ juga memiliki korelasi antar item di bawah.30, yaitu item gejala nomor 10. Pernyataan item ini adalah Anda lebih banyak berinteraksi atau bepergian dari biasanya, contohnya anda menghubungi teman pada larut malam dan versi orisinilnya adalah you were much more social or outgoing than usual, for example, you telephoned friends in the middle of the night?. Penerjemahan item ini sudah cukup baik, namun perlu diperhatikan bahwa MDQ dikritik lebih berguna dalam seting klinis bila
6 52 dibandingkan dengan seting komunitas (Miller, Johnson, Eisner, 2009). Penelitian selanjutnya pada topik ini akan lebih akurat dengan alat ukur yang cocok pada seting komunitas. Untuk seting populasi, direkomendasikan menggunakan General Behaviour Inventory (Miller, Johnson, Eisner, 2009). Penelitian selanjutnya juga dapat memberikan gambaran secara lebih mendalam dengan memperbanyak narasumber wawancara. Banyaknya narasumber dapat memberikan data yang lebih jelas mengenai faktor menulis yang berperan besar dalam menimbulkan gangguan mood. Mengingat faktor perenungan yang terkait dengan episode depresi penulis, penelitian selanjutnya dapat memasukkan data kontrol berupa tema karya tulis. Hal ini dapat digunakan untuk melihat peran tema karya tulis pada mood penulisnya Saran Praktis Mengingat bahwa perenungan merupakan hal yang amat umum dalam penulisan kreatif, penulis diharapkan lebih mewaspadai keadaan mood mereka dan mengatasi hal ini sebelum menjadi gangguan besar. Pennebaker (1989), menyatakan bahwa depresi akibat perenungan dapat ditanggulangi dengan membahas hal tersebut bersama orang lain. Diskusi yang bersifat suportif dalam hubungan sehat dapat membantu penulis melalui perenungan negatif ini. Dalam menghadapi writer s block, disarankan bagi penulis untuk berhenti sejenak dalam aktivitas menulis. Hal ini sesuai dengan model proses kreatif menurut Graham Wallas, tepatnya dalam langkah incubation. Langkah incubation ini mencakup pemikiran masalah secara tidak sadar (Isaksen, Dorval, Treffinger, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas telah lama dikaitkan dengan gangguan jiwa (Kyaga et al., 2011). Mulai dari Aristoteles yang menyatakan tidak ada orang jenius yang hidup tanpa sedikit kegilaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang mahasiswa sejatinya menjalani kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran ini pun tentunya berkaitan dan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi 2.1.1. Definisi Major Depressive Disorders (MDD) merupakan sindrom yang ditandai dengan perasaan tertekan atau hilangnya ketertarikan atau perasaan senang dalam kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia, mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Baik disadari ataupun tidak, perilaku abnormal banyak terjadi di sekitar kita. Ia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihargai, salah satunya adalah kebutuhan manusia untuk didengar. Manusia juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Seperti yang menjadi teori pada umumnya, setiap manusia butuh untuk dihargai, salah satunya adalah kebutuhan manusia untuk didengar. Manusia juga dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).
BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). Seseorang mengalami kecemasan ketika mereka menjadi waspada terhadap keberadaan atau adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang
Lebih terperinciTerapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania
Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Danperawat pendamping Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania Oleh: TirtoJiwo,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari kajian teoretis dan temuan penelitian sebagaimana telah disajikan pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia
Lebih terperinciDokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep
Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciPendekatan Umum Menuju Pemulihan
Pendekatan Umum Menuju Pemulihan P roses terjadinya gangguan jiwa berlangsung secara pelan pelan dan bertahap. Prosesnya bisa berlangsung berminggu-minggu hingga bertahun-tahun. Sering gejala awal dimulai
Lebih terperinciKarya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)
Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa
Bab 5 Ringkasan Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa tokoh Kazue Sato mengalami gejala gangguan kepribadian ambang, karena ditemukan 5 kriteria gangguan kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang membutuhkan tidur, makan, air dan oksigen untuk bertahan hidup. Untuk manusia sendiri, tidur adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan
Lebih terperinciLAMPIRAN I KATA PENGANTAR
LAMPIRAN I KATA PENGANTAR Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN
LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. 22 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktorfaktor apa saja yang dapat meminimalisir kambuhnya gangguan bipolar pada penderita. Untuk mendapatkan gambaran tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti
Lebih terperinciA. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang
A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada tanggal 21 Januari 2012 sampai dengan tanggal 28 Januari 2012. Pengambilan data dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang sebagai negara Asia yang penting. Begitu juga dengan kebudayaannya. Jepang merupakan negara
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti membutuhkan sistematika
BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti membutuhkan sistematika yang jelas tentang langkah-langkah yang akan diambil sehubungan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan seni cipta antara perpaduan imajinasi pengarang dan pengalaman kehidupan yang ada disekitarnya, mungkin pernah ia alami sendiri. Dalam hubungannya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SKALA EFIKASI DIRI
LAMPIRAN 1 SKALA EFIKASI DIRI No PERNYATAAN SS S TS STS 1 Saya percaya sesuatu yang saya kerjakan pasti akan berhasil dengan baik 2. Saya yakin dengan usaha yang saya lakukan maka akan berpengaruh terhadap
Lebih terperinciEPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS
DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku siswa tentu tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan pembelajaran di sekolah, karena itu seorang guru harus peduli terhadap apa yang dialami serta perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan penyakit yang mengganggu saraf otak. Epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang terjadi tanpa adanya stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di Perguruan Tinggi. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik terdiri empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pelaksanaannya keempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan
Lebih terperinciGambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan
Lebih terperinciEMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK
EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory
Lebih terperinciLAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi
LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan intelektual yang sangat penting karena dengan kreativitas manusia mampu memecahkan berbagai masalah dan menciptakan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bipolar atau disebut juga dengan Bipolar Disorder adalah sebuah penyakit gangguan emosi, atau perasaan. Bipolar sendiri memiliki arti, Bi yang artinya dua, dan Polar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam sehingga mengakibatkan timbulnya
Lebih terperinciEdukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini
Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagi pengalaman, bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBagaimana Memotivasi Anak Belajar?
Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, depresi sudah menjadi wabah dalam kehidupan modern dan sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasakan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas perkembangan yang utama dari seorang wanita adalah hamil dan melahirkan seorang anak, dan kemudian membesarkannya. Kehamilan adalah masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap akhir manusia mengalami penurunan fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang menurun. Menurut World Health Organization
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII E SMP Negeri 3 Patebon Kendal Pokok Bahasan Balok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami fase perkembangan, dimulai dari fase bayi, fase anak, fase remaja, fase dewasa dan perubahan yang signifikan dalam tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus
Lebih terperinciGangguan Mood/Suasana Perasaan
Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA
LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA Deskripsi Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses pemulihan dan faktorfaktor pendukungnya pada penderita gangguan bipolar Izin untuk
Lebih terperinciBinge eating disorder pada penderita obesitas usia dewasa awal. Nurul Anisha Jurusan Psikologi Faisal Rachmat, Spsi, M. A.
Binge eating disorder pada penderita obesitas usia dewasa awal Nurul Anisha 15511383 Jurusan Psikologi Faisal Rachmat, Spsi, M. A. Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan masalah yang sekarang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disabilitas fisik. Individu yang memiliki disabilitas fisik sudah sewajarnya memiliki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sudah tentu manusia tidak dapat terlepas dari stres. Hal tersebut pasti terjadi tanpa pengecualian, termasuk pada individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi
Lebih terperinciREFERAT Gangguan Afektif Bipolar
REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang menuntut siswa untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang menuntut siswa untuk menguasai aspek-aspek yang terdapat dalam mata pelajaran ini, yaitu mendengarkan, berbicara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun menjadi satu kesatuan dengan suatu kesesuaian yang kemudian membentuk paragraf-paragraf, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni 400 juta jiwa berada di asia. Pada negara berkembang, pertumbuhan lansia melonjak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Keempat hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa kebahagiaan bagi orang-orang disekitarnya terutama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam
Lebih terperinci