PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI WILAYAH I (KABUPATEN BELITUNG DI PROVINSI BANGKA BELITUNG) LAPORAN AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI WILAYAH I (KABUPATEN BELITUNG DI PROVINSI BANGKA BELITUNG) LAPORAN AKHIR"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI WILAYAH I (KABUPATEN BELITUNG DI PROVINSI BANGKA BELITUNG) LAPORAN AKHIR NOVEMBER 2016 KERJASAMA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DENGAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

2 PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI WILAYAH I (KABUPATEN BELITUNG, DI PROVINSI BANGKA BELITUNG) LAPORAN AKHIR Kerjasama antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Teknologi Bandung dengan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ii

3 TIM PENYUSUN Ketua Tim Pengarah Materi Tenaga Ahli : Dr. Ir. Binsar PHN MSP. : Ir. Hastu Prabatmodjo. M.S, Ph.D : Prof. Ir. Tommy Firman, M.Sc,Ph.D Dr. Ir. Dewi Sawitri Tjokropandojo, MT. Ir. Teti Armiati Argo, MES, Ph.D Delik Hudalah, ST, MT, M.Sc, Ph.D Dr. Adiwan Fahlan Aritenang, ST, M.GIT Alhilal Furqon, B.Sc, M.Sc, Ph.D Asisten Ahli : Karla Ressita Septadinata, ST. Nina Nurrahmawati, ST. Tri Pertiwi, ST. Arini Shofi Elmia ST. Astri Briliyanti, ST. Vaulli Nurrahma, ST, MT. Ayu Shafira Kusumaningrum, ST. M. Zainal Ibad, ST. Amelia Sakinah, ST. Nuriza Wardi, ST. Novi Puspitasari, ST. Widiastuti Arini, ST. Muhammad Irfan, ST. i

4 KATA PENGANTAR Pembangunan kawasan perdesaan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa agar dapat terlihat dalam kegiatan pembangunan. Masyarakat desa harus ikut ke dalam pembangunan kawasan perdesaan serta turut terlibat dalam pembangunan kawasan perdesaan. Saat ini, Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tengah berupaya menyusun Peraturan Menteri Desa tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan yang memuat penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan, baik pengusulan, penetapan dan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan evaluasi pembangunan. Peraturan Menteri ini diharapkan akan menjadi pedoman dari berbagai kabupaten / kota untuk dapat melakukan pembangunan kawasan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di desa agar pemerintahan desa dapat berlangsung secara optimal. Buku ini merupakan laporan akhir dari kegiatan Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan di Wilayah I di Kabupaten Belitung. Dalam kegiatan ini, ITB selaku mitra dari Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi berupaya untuk memfasilitasi pemerintah Kabupaten Belitung dalam menentukan kawasan perdesaan sebagai bentuk mendorong program Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi dalam membangun kawasan perdesaan. Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini baik dari Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung, serta pihak pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi proses penyusunan pembangunan kawasan perdesaan khususnya di Kabupaten Belitung dan bahkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi wilayah lain. Bandung, November 2016 Ketua Tim Pelaksana Dr. Ir Binsar PHN MSP i

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL..v DAFTAR GAMBAR...vi BAB BAB BAB PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan dan Sasaran... 3 Dasar Hukum... 4 Ruang Lingkup Lingkup Kegiatan Lokasi Kegiatan... 5 Keluaran... 1 Sistematika Laporan... 1 METODOLOGI DAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN... 3 Kerangka Berfikir... 3 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pendekatan Studi Metode Pengumpulan Data Metode Analisis... 9 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Organisasi dan Personil Jadwal Pelaksanaan Kegiatan PEMILIHAN DAN PENETAPAN KAWASAN PERDESAAN Proses Pemilihan dan Penetapan Kawasan Perdesaan Latar Belakang Pemilihan dan Penetapan Proses Delineasi serta Penetapan Tematik dan Nama Kawasan Penetapan Potensi Unggulan Delineasi dan Pusat Kawasan Fisik Dasar Analisis Kesesuaian Lahan ii

6 BAB BAB Analisis Kecenderungan Perubahan Guna Lahan Identifikasi Kebencanaan Identifikasi Kawasan-kawasan yang Sensitif Identifikasi Kawasan yang memiliki Konflik Kepemilikan Tanah maupun Penguasaan Lahan Sosial Budaya dan Kependudukan Ekonomi Sarana dan Prasarana Kesehatan Ekonomi Pemerintahan Sosial Budaya Transportasi Energi Informatika dan Telekomunikasi Sistem Manajemen Air dan Irigasi Sanitasi Persampahan Akomodasi Ekonomi Sektoral Kelembagaan ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS KAWASAN Proses Analisis Isu-isu Strategis Potensi dan Permasalahan Klaster Komoditas dan Pendukung Penelaahan Dengan Dokumen Perencanaan Isu Strategis Kawasan Perdesaan KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN Analisis Konsep Pengembangan Kawasan Pengembangan Komoditas Unggulan Pengembangan Komoditas Pendukung Analisis Sinergisme Peta Jalan Pengembangan Kawasan iii

7 5.6 Kebutuhan Program BAB 6 KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN Kebutuhan Analisis Lanjutan Kebutuhan Rencana Detail (DED) Penyusunan Detail Desain Saluran dan Bangunan Irigasi dan Bangunan Pelengkapnya Penyusunan Detail Desain Prasarana Objek Wisata Dukungan Pendanaan Dana Pemerintah Dana Non-Pemerintah Dukungan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat TKPKP Kabupaten TKPKP Provinsi TKPKP Pusat Dukungan Sistem Informasi BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran dan Rekomendasi LAMPIRAN iv

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Desa... 6 Tabel 1.2 Penyebaran Pulau Menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung... 6 Tabel 2.1 Organisasi dan Personil Tabel 2.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Tabel 3.1 Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Dusun dan RT Tahun Tabel 3.2 Kesesuaian Kondisi dengan Kawasan Strategis di Kecamatan Selat Nasik Tabel 3.3 Kesesuian Kondisi dengan Perwujudan PKLp Selat Nasik Tabel 3.4 Identifikasi Kebencanaan di Kecamatan Selat Nasik Tabel 3.5 Curah Hujan (mm) per Bulan Kabupaten Belitung Tahun Tabel 3.6 Kawasan Sensitif di Kecamatan Selat Nasik Tabel 3.7 Daftar Daya Tarik Wisata di Kabupaten Belitung Tabel 3.8 Nama-Nama Kelompok Kerja Ekowisata Di Pulau Mendanau Kec. Selat Nasik Tabel 3.9 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Desa Tahun Tabel 3.10 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Selat Nasik Tahun Tabel 3.11 Sarana Perekonomian Pasar Umum, Toko, dan Kios/Warung Tahun Tabel 3.12 Jumlah Lembaga Keuangan Koperasi, Koperasi Unit Desa (KUD), dan Bank Tahun Tabel 3.13 Kondisi Kantor Kecamatan Selat Nasik Tabel 3.14 Jumlah Sarana dan Anggota di Pemerintahan Tahun Tabel 3.15 Jumlah Karang Taruna beserta Anggotanya di Kecamatan Selat Nasik Tahun Tabel 3.16 Jumlah Sarana Olahraga Tahun Tabel 3.17 Rencana Pengembangan Transportasi Kecamatan Selat Nasik Tabel 3.18 Jumlah Sarana Angkutan Darat di Kecamatan Selat Nasik Tahun Tabel 3.19 Penggunaan Kendaraan untuk Transportasi Penumpan dan Barang v

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Belitung... 8 Gambar 2.1 Kerangka Berfikir... 3 Gambar 2.2 Konsep Pendekatan Pembangunan Kawasan Perdesaan... 6 Gambar 2.3 Skema Pengembangan Kawasan... 7 Gambar 2.4 Bagan Tahapan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Gambar 3.1 Diagram Proses Pengusulan dan Penetapan Gambar 3.2 Diagram Proses Pengusulan dan Penyepakatan Kawasan Perdesaan Gambar 3.3 Peta Administrasi Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.4 Peta Rencana Struktur Ruang Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.5 Peta Rencana Struktur Ruang Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.6 Peta Rencana Pola Ruang Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.7 Peta Topografi Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.8 Peta Land Fisio Kecamatan Selat Nasik Tahun Gambar 3.9 Peta Land Unit Kecamatan Selat Nasik Tahun Gambar 3.10 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Selat Nasik Tahun Gambar 3.11 Kondisi Perkebunan Gambar 3.12 Pembukaan Lahan Perkebunan dengan Pembakaran Gambar 3.13 Keberadaan dan Kepadatan Kawasan permukiman Gambar 3.14 Kondisi Kawasan permukiman Gambar 3.15 Curah Hujan (mm) Kabupaten Belitung Tahun Gambar 3.16 Curah Hujan (mm) per Bulan Kabupaten Belitung Tahun Gambar 3.17 Proyeksi Penduduk Kawasan Perdesaan di Selat Nasik Gambar 3.18 Ilustrasi Persebaran Penduduk Gambar 3.19 Jenis Pekerjaan di Kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung Tahun Gambar 3.20 Kerajinan Tangan Karang Taruna Desa Petaling Gambar 3.21 Kegiatan Kebudayaan dan Olahraga di Kawasan Perdesaan Gambar 3.22 Perkebunan Lada dan Karet di Kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung Gambar 3.23 Alat-alat Perikanan Tangkap vi

10 Gambar 3.24 Keramba Apung Gambar 3.25 Kegiatan Pariwisata di Kecamatan Selat Nasik Tahun Gambar 3.26 Sebaran Daya Tarik Wisata Kabupaten Belitung Gambar 3.27 Tempat Tinggal Sementara Perkebunan Gambar 3.28 Keberadaan Jentik Nyamuk di dalam Penampungan Air Gambar 3.29 Kondisi Puskesmas Gambar 3.30 Kondisi Ambulan Gambar 3.31 Pengisian Bahan Bakar Kendaraan Gambar 3.32 Kondisi Kantor Desa di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.33 Kondisi Kantor Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.34 Kondisi di dalam Kantor Desa di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.35 Kondisi Kantor Polisi di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.36 Kondisi Bangunan bagi Aktivitas Karang Taruna dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.37 Kondisi Bangunan Serba Guna di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.38 Kondisi Masjid di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.39 Kondisi Sarana Olahraga di Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.40 Kondisi Terminal di Kabupaten Belitung Gambar 3.41 Kondisi Pelabuhan Tanjung Ru Gambar 3.42 Kondisi Dermaga (1) Gambar 3.43 Kondisi Dermaga (2) Gambar 3.44 Kondisi Dermaga (3) Gambar 3.45 Kondisi Jalan Dermaga Gambar 3.46 Kondisi Jalan menuju Daerah Permukiman Gambar 3.47 Kondisi Jalan di Daerah Permukiman Gambar 3.48 Kondisi Jalan di Daerah Permukiman Gambar 3.49 Kondisi Lampu Penerangan Gambar 3.50 Pembangkit Listri Tenaga Surya Gambar 3.51 Sarana Telekomunikasi Gambar 3.52 Peta BTS Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.53 Peta Irigasi Kecamatan Selat Nasik Tahun Gambar 3.54 Peta IPA Kecamatan Selat Nasik Tahun vii

11 Gambar 3.55 Pembakaran Sampah Gambar 3.56 Tempat Makan Gambar 3.57 Homestay Gambar 3.58 Kondisi PPI Kecamatan Selat Nasik Gambar 4.1 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Selat Nasik Gambar 4.2 Kebutuhan Intervensi atas Isu Strategis Gambar 5.1 Konsep Pengembangan Kawasan Perkebunan Karet Gambar 5.2 Konsep Pengembangan Kawasan Perkebunan Lada Gambar 5.3 Konsep Pengembangan Kawasan Perikanan Gambar 5.4 Konsep Pengembangan Kawasan Pariwisata Gambar 5.5 Peta Jalan Pengembangan Kawasan Perikanan Gambar 5.6 Peta Jalan Pengembangan Kawasan Pertanian Gambar 5.7 Peta Jalan Pengembangan Kawasan Pariwisata Gambar 6.1 Proses Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan Dana Pemerintah Gambar 6.2 Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan Gambar 6.3 Proses Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan Dana Non-Pemerintah Gambar 6.4 Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) Gambar 6.5 Tugas dan Fungsi Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) viii

12 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari perlunya penyusunan perencanaan kawasan perdesaan, tujuan dan dasar hukum dari penyusunan laporan ini, ruang lingkup kegiatan perencanaan beserta lokasinya, keluaran dari adanya laporan ini, dan sistematika pelaporan. 1.1 Latar Belakang Ruang menjadi sebuah dimensi yang keberadaannya terbatas. Keberadaan ruang berbanding terbalik dengan perkembangan masyarakat yang semakin meningkat. Guna mengatur pemanfaatan ruang maka dibutuhkan penataan ruang yang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif serta berkelanjutan. Undang Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 menjadi pedoman bagi penataan ruang di Indonesia. Kawasan budidaya menjadi salah satu hal yang diatur dalam tata ruang mengingat fungsi kawasan budidaya sebagai kawasan yang dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, serta sumber daya buatan. Kawasan budidaya sendiri dapat dibagi ke dalam beberapa jenis sesuai dengan fungsi dan karakteristiknya masing masing seperti yang tercantum dalam undang undang antara lain kawasan perdesaan, kawasan agropolitan, kawasan perkotaan, kawasan metropolitan, kawasan megapolitan, serta kawasan strategis. Diantara kawasan kawasan yang tertera dalam undang undang, kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan menjadi basis bagi pengembangan kawasan kawasan lainnya. Berdasarkan definisi yang tercantum pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sementara itu, kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kedua 1

13 definisi tersebut memperlihatkan bahwa kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda. Kesenjangan wilayah yang terjadi di Indonesia telah mendorong pemerintah untuk tidak hanya fokus bagi pembangunan kawasan perkotaan melainkan juga memperhatikan pembangunan kawasan perdesaan. Ketimpangan pembangunan yang terjadi menyebabkan banyaknya masalah baik bagi kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan itu sendiri. Padahal, pembangunan desa dan kawasan perdesaan merupakan faktor penting bagi pembangunan daerah, pengentasan kemiskinan, serta kesenjangan wilayah. Ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah ini menjadikan terpusatnya distribusi dan alokasi pemberdayaan sumber daya pada wilayah wilayah tertentu sehingga melemahkan keberadaan kawasan hinterland. Di sisi lain, desa telah mampu berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, dan mandiri. Adanya Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah guna mengurangi kesenjangan wilayah dan juga melindungi serta mempercepat pembangunan desa dengan berbagai potensi yang dimilikinya. Undang undang ini bertujuan untuk memajukan perekonomian masyarakat di perdesaan, mengatasi kesenjangan pembangunan antara desa dan kota, memperkuat penduduk dalam pembangunan, serta meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat desa. Berlakunya undang undang tersebut telah menjadikan desa sebagai daerah otonom yang dapat mengembangkan wilayahnya sendiri. Bahkan undang undang desa pun memberikan kewenangan bagi desa untuk mempunyai anggaran sendiri untuk pembangunannya. Dasar hukum dan peraturan yang jelas tentang desa menjadikan desa sebagai daerah otonom yang tidak mudah diintervensi oleh pihak luar. Desa saat berdiri sendiri merupakan sebuah daerah otonom, sementara desa dalam konstelasi yang lebih luas merupakan sebuah kawasan perdesan terdiri dari 2 (dua) atau lebih desa. Kawasan perdesaan ini belum memiliki dasar hukum dan peraturan yang jelas mengenai pembangunannya. Kawasan perdesaan masih menjadi wilayah yang tidak dikuasai atau diwenangi oleh siapapun. Kondisi seperti ini dapat membuka kesempatan bagi pihak pihak luar untuk mengintervensi pembangunan kawasan perdesaan. padahal, pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan 2

14 antara pembangunan antar desa yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa. Perencanaan kawasan perdesaan tidak dapat begitu saja dilimpahkan kepada aparat desa. Sebagai daerah otonom, tentunya aparat desa akan lebih fokus pada pembangunan desanya. Oleh karena itu, penetapan kawasan perdesaan penting dilakukan guna mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa. Rencana penetapan kawasan perdesaan merupakan langkah baru untuk melakukan intervensi terhadap kawasan perdesaan yang sebelumnya masih bias. Kegiatan ini merupakan pendampingan sesuai dengan amanah undang undang untuk memfasilitasi pemerintah daerah untuk menetapkan kawasan perdesaan di masing masing wilayah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang. Kabupaten Belitung menetapkan kawasan perdesaan yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Belitung dengan lokasi di Kecamatan Selat Nasik yang meliputi Desa Selat Nasik, Desa Suak Gual dan Desa Petaling. Kawasan perdesaan ini akan dikembangkan dengan tema pengembangan Mina-Agro Wisata sesuai dengan potensi perikanan, perkebunan dan wisata di kawasan ini. Dengan ditetapkannya kawasan perdesaan ini diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di dalam kawasan perdesaan. Dalam pengembangan kawasan perdesaan tentunya membutuhkan dokumen rencana pengembangan untuk mengarahkan pertumbuhan kawasan agar sesuai dengan sasaran pembangunan yang diharapkan dicapai oleh berbagai pihak. Untuk itu, rencana pengembangan kawasan perdesaan ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk 1.2 Tujuan dan Sasaran Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, dan/atau pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif dengan memprioritaskan pengembangan potensi dan/atau pemecahan masalah kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung dengan sasaran-sasaran sebagai berikut: 3

15 1. Mensosialisasikan rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan 2. Memberikan fasilitasi kepada pemerintah Kabupaten Belitung dalam menetapkan kawasan perdesaan 3. Menyusun rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan di Kabupaten Belitung untuk kawasan perdesaan yang terpilih 4. Menghasilkan rumusan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan untuk ditetapkan oleh Bupati 1.3 Dasar Hukum Dasar hukum yang melandasi penetapan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung antara lain: 1. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 2. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 3. UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian 4. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah 5. PP Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 6. PP Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 29/ PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 6/ PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN 9. PP Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah 10. Perda Kabupaten Belitung Nomor 3 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung tahun Perpres RI Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja 12. Perpres RI Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 4

16 1.4 Ruang Lingkup Lingkup Kegiatan Kegiatan fasilitasi perencanaan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung terdiri dari beberapa lingkup kegiatan. Ruang lingkup kegiatan tersebut adalah: 1. Studi literatur terkait rencana pengembangan wilayah dan arahan pembangunan Kabupaten Belitung, khususnya kawasan perdesaan, yang berasal dari UU, Permen / Kepmen, PP, Perda, atau Perpres. 2. Terselenggaranya kunjungan lapangan dan FGD dengan stakeholder di Kabupaten Belitung untuk memfasilitasi penetapan kawasan perdesaan yang diprioritaskan 3. Penyampaian dan pembahasan Seminar Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan 4. Terselenggaranya kunjungan lapangan di Kabupaten Belitung untuk mendapatkan data data sebagai bahan dasar merancang Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan 5. Terselenggaranya kunjungan lapangan dan FGD dengan stakeholder di Kabupaten Belitung untuk memfasilitasi perencanaan penetapan kawasan perdesaan yang terpilih 6. Perumusan rencana Rancangan Pembangunan Kawasan Perdesaan di Kabupaten Belitung 7. Penyampaian dokumen akhir dan pembahasan Laporan Akhir Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan 8. Penetapan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan oleh Bupati Lokasi Kegiatan Secara geografis Kabupaten Belitung terletak antara BT dan LS dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa. Batas Wilayah Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut: Utara : Laut Cina Selatan Selatan : Laut Jawa Barat : Selat Gaspar Timur : Kabupaten Belitung Timur 5

17 Wilayah Kabupaten Belitung terletak di Pulau Belitung dengan luas daratan lebih kurang ha atau 2.293,69 km². Secara administrasi Kabupaten Belitung memiliki 5 kecamatan dan terdiri dari 42 desa dan 7 kelurahan. Tabel 1.1 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Desa Nama Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Administrasi Kelurahan/Desa (km 2 ) (%) thd total Membalong ,550 39,65 Tanjungpandan ,448 16,50 Sijuk ,992 18,05 Badau 7 458,200 19,98 Selat Nasik 4 133,500 5,82 TOTAL ,69 100,00 Sumber: Kabupaten Belitung dalam Angka, 2016 Kabupaten Belitung terbagi menjadi lima kecamatan dengan Tanjungpandan sebagai ibukota kabupaten. Dilihat dari luas wilayah yang membagi Kabupaten Belitung, Kecamatan Membalong merupakan kecamatan dengan luas wilayah terluas yaitu 39,65 persen dari total wilayah Belitung, dan Kecamatan Selat Nasik adalah kecamatan dengan luas wilayah terkecil dengan hanya 5,82 persen dari total wilayah Belitung. Sebagai bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Belitung juga merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 100 buah pulau besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Belitung, disamping itu masih ada pulau besar lainnya seperti Pulau Seliu, Pulau Mendanau, dan Pulau Nadu. Penyebaran pulau di setiap kecamatan digambarkan melalui tabel berikut: Tabel 1.2 Penyebaran Pulau Menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung No Kecamatan Jumlah Pulau (Buah) 1. Membalong Tanjungpandan 5 3. Sijuk Badau 8 5. Selat Nasik 26 Jumlah 100 Sumber : Kabupaten Belitung dalam angka

18 Berdasarkan kondisi topografi, daerah yang paling tinggi di Kabupaten Belitung hanya mempunyai ketinggian kurang lebih 500 m dari atas permukaan laut dengan puncak tertinggi ada di daerah Gunung Tajam. Daerah pedalaman Pulau Belitung pada umumnya bergelombang dan berbukit-bukit yang kemudian membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu di daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai, sedangkan daerah aliran sungai mempunyai pola aliran sungai yang berbentuk seperti pohon. Keadaan tanah di Kabupaten Belitung pada umumnya didominasi oleh kuarsa dan pasir, batuan aluvial dan batuan granit. Daerah aliran sungai yang dimiliki Kabupaten Belitung meliputi : a. Sebelah Utara oleh Daerah Aliran Sungai Buding; b. Sebelah Selatan oleh Daerah Aliran Sungai Pala dan Kembiri; c. Sebelah Barat oleh Daerah Aliran Sungai Brang dan Cerucuk. 7

19 Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Belitung Sumber: Bappeda Kabu[paten Belitung 8

20 1.5 Keluaran Keluaran dari kegiatan ini adalah berupa rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) di Kabupaten Belitung. Kawasan perdesaan yang direncakan merupakan kawasan perdesaan yang diprioritaskan pembangunannya. Rencana RPKP dijadikan dasar untuk menetapkan RPKP yang akan diajukan ke Bupati. Kawasan perdesaan yang akan direncanakan di Kabupaten Belitung minimal meliputi 2 (dua) desa. 1.6 Sistematika Laporan BAB 1 Pendahuluan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari perlunya penyusunan perencanaan kawasan perdesaan, tujuan dan dasar hukum dari penyusunan laporan ini, ruang lingkup kegiatan perencanaan beserta lokasinya, keluaran dari adanya laporan ini, dan sistematika pelaporan. BAB 2 Metodologi dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kerangka berfikir; metode pelaksanaan yang terdiri dari pendekatan studi, metode pengumpulan data, dan analisis data; tahapan pelaksanaan kegiatan; organisasi dan personil; serta jadwal pelaksanaan kegiatan. BAB 3 Pemilihan Penetapan Kawasan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses pemilihan dan penetapan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung yang terdiri dari latar belakang pemilihan dan penetapan, proses delineasi kawasan, penamaan kawasan dan penetapan tematik, lalu penetapan potensi unggulan; delineasi dan pusat kawasan; fisik dasar; sosial budaya dan kependudukan; ekonomi; sarana dan prasarana; serta kelembagaan. BAB 4 Analisis Isu-Isu Strategis Kawasan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses analisis isu-isu strategis, potensi dan permasalahan, klaster komoditas dan pendukung, penelaahan dengan dokumen perencanaan, serta isu strategis kawasan perdesaan. 1

21 BAB 5 Konsep Pengembangan Kawasan Perdesaan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai analisis konsep pengembangan kawasan, pengembangan komoditas unggulan dan pendukung, analisis sinergisme terkait konsep mulai dari hulu sampai dengan hilir, peta jalan pengembangan kawasan, serta kebutuhan program. BAB 6 Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan analisis lanjutan; kebutuhan rencana detail seperti DED; serta dukungan pendanaan, kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan sistem informasi BAB 7 Kesimpulan dan Saran Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari seluruh analisis yang telah dilakukan dan saran untuk perbaikan dalam hal perencanaan beserta penyusunan laporannya. 2

22 BAB 2 METODOLOGI DAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kerangka berfikir; metode pelaksanaan yang terdiri dari pendekatan studi, metode pengumpulan data, dan analisis data; tahapan pelaksanaan kegiatan; organisasi dan personil; serta jadwal pelaksanaan kegiatan. 2.1 Kerangka Berfikir Nawacita Poin 5 Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia UU No. 6/2014 tentang Desa Pembangunan Kawasan Perdesaan Pemilihan Kabupaten Penentuan Delineasi Kawasan Rapat Potensi dan Masalah FGD Kesempatan dan Peluang Isu Strategis Tujuan dan Sasaran SWOT Strategi dan Arah Kebijakan Program dan Kegiatan Pendanaan dan Sumber Dana Peningkatan Daya Saing Wilayah Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Perdesaan Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Smber: Hasil Analisis,

23 2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pendekatan Studi Dalam perkembangannya di Indonesia, berbagai pendekatan telah diterapkan. Pada dasarnya, perkembangan pendekatan pembangunan wilayah ditujukan untuk mengefisienkan pembangunan berdasarkan evaluasi pelaksanaan pendekatan sebelumnya serta disesuaikan tuntutan dalam kurun waktu tertentu. Wilayah dalam hal ini meliputi lingkungan supra urban atau di luarnya sehingga pembangunan suatu wilayah adalah proses perumusan dan pengimplementasian apa yang menjadi tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Terdapat 4 (empat) dasar tujuan pengembangan wilayah, yaitu : 1. Pendayagunaan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal berdasarkan pada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah; 2. Mengurangi disparitas antar wilayah (regional inbalances); 3. Berorientasi pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development); 4. Mempertahankan serta meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam pembangunan wilayah, terdapat dua macam pendekatan, yaitu pendekatan dari Atas ke Bawah (top-down) dan dari Bawah ke Atas (bottom-up). Pendekatan dari Atas ke Bawah yaitu pembangunan wilayah dilakukan oleh pemerintah sehingga peran pemerintah lebih dominan. Sementara pendekatan dari Bawah ke Atas yaitu pembangunan wilayah dilakukan oleh masyarakat sehingga peran pemerintah hanya sebagai fasilitator. Pada praktiknya, baik pendekatan dari Atas ke Bawah maupun dari Bawah ke Atas tidak cukup berhasil dalam pembangunan wilayah. Pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah tidak berhasil tanpa partisipasi masyarakat, sebaliknya pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri terbentur berbagai permasalahan seperti kurangnya pengetahuan dan kemampuan, hingga masalah pendanaan. Dalam pengimplementasiannya, kedua pendekatan ini masih memiliki kekurangan dan tidak cukup berhasil dalam pembangunan wilayah. Pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah memerlukan dukungan dan peran aktif dari masyarakat agar dapat terimplementasi dengan baik. Sebaliknya, pembangunan yang diinisiasi oleh masyarakat juga tetap membutuhkan dukungan dari pemerintah 4

24 karena terdapatnya beberapa hambatan apabila pembangunan hanya dilakukan oleh masyarakat, seperti kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat serta kebutuhan pendanaan yang tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam pembangunan kawasan perdesaan ini mengkombinasikan kedua pendekatan, yaitu pendekatan dari atas ke bawah dan pendekatan dari bawah ke atas. Pembangunan kawasan perdesaan disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan masyarakat sehingga membutuhkan peran aktif dari kedua pihak. Dengan mengombinasikan kedua pendekatan pembangunan wilayah tersebut maka dapat dijabarkan kerangka konsep pendekatan pembangunan kawasan perdesaan sebagai berikut. A. Pemberdayaan Masyarakat Ditetapkannya UU tentang Desa Nomor 6 tahun 2014 diharapkan dapat membawa paradigma baru dalam pembangunan, mampu mengubah cara pandang pembangunan, bahwa kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi tidak selamanya berada di kota atau perkotaan, tetapi dalam membangun Indonesia haruslah dimulai dari Desa. Desa menjadi bagian terdepan dari upaya gerakan pembangunan yang berasal dari prakarsa masyarakat, guna mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, sekaligus berkeadilan dan berkesinambungan. Pembangunan Perdesaan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Untuk itu, Undang-Undang ini menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu Desa membangun dan membangun Desa yang diintegrasikan dalam perencanaan Pembangunan Desa. Sebagai konsekuensinya, Desa menyusun perencanaan pembangunan sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten. Dokumen rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di Desa dan sebagai dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. 5

25 Gambar 2.2 Konsep Pendekatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, 2016 Perencanaan Pembangunan Desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat Desa melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa. Sesuai dengan asas peraturan desa sebagaimana disebutkan dalam UU Desa pasal 3 bahwa peraturan desa harus dilandaskan pada asas diantaranya partisipasi dan pemberdayaan. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa. Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa dengan semangat gotong royong serta memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam Desa. Pelaksanaan program sektor yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa dan diintegrasikan dengan rencana Pembangunan Desa. Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi dan melakukan pemantauan mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa. 6

26 B. Skema Pengembangan Kawasan Skema pembangunan kawasan, khususnya mengenai pengembangan kawasan perdesaan yang akan dilakukan dijelaskan di dalam gambar di bawah ini. Gambar 2.3 Skema Pengembangan Kawasan Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan perencanaan kawasan perdesaan adalah sebagai berikut: 1. Data Sekunder Metode pegumpulan data ini dilakukan mulai dari sebelum dilakukan survei lapangan, hingga setelah setelah dilakukan survei lapangan sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung penetapan kawasan perdesaan dan proses perencanaannya. Data-data sekunder yang dimaksud adalah peraturanperaturan terkait yang masih berlaku, laporan studi, dokumen rencana, kumpulan data statistik, peta, artikel, dan lain-lain yang mengandung informasi yang dibutuhkan terkait wilayah studi. Data sekunder yang 7

27 dibutuhkan diurutkan beserta sumber data, misalnya instansi, literatur, media cetak, dan elektronik. 2. Data Primer a. Observasi Lapangan Observasi dilakukan dengan mengamati daerah yang menjadi objek studi untuk meningkatkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap wilayah studi serta memperoleh informasi tersirat yang ada di kawasan sekitar daerah studi. Fokus observasi dalam studi ini adalah untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana pendukung pengembangan sektor khususnya pertanian di kawasan perdesaan terpilih yang akan diprioritaskan pembangunannya. Observasi dilakukan di wilayah secara umum dan khusus pada wilayah tertentu yang ditentukan berdasarkan analisis kondisi dari data sekunder. b. Focus Group Disscussion (FGD) Focus Group Disscussion (FGD) adalah kegiatan utama dari kegiatan fasilitasi dalam penentuan kawasan perdesaan ini. FGD dilakukan sebagai proses keterlibatan atau partisipasi seluruh pemangku kepentingan wilayah, dalam menggali lebih dalam informasi dari sudut padang dari perwakilan komunitas maupun pemerintah yang dianggap lebih memahami isu penataan ruang dan kemudian secara bersama-sama merumuskan kawasan perdesaan yang akan dikembangkan berdasarkan analisis data dan informasi secara bersama-sama. c. Wawancara Wawancara dilakukan dengan stakeholder utama yang terkait dengan perencanaan kawasan perdesaan seperti Camat; Kepala Desa; dan kelompok masyarakat yang terkait dengan perkebunan, perikanan dan pariwisata. Tujuannya sama dengan FGD yaitu untuk mendapatkan informasi lebih mendalam namun dengan ketersediaan waktu yang lebih panjang dikarenakan dilakukan fokus dengan 1 stakeholder saja di dalam satu waktu. 8

28 2.2.3 Metode Analisis Analisis Kondisi Kawasan Perdesaan diperlukan dengan tujuan untuk menghasilkan dan memutakhirkan gambaran umum kondisi kawasan perdesaan yang diperlukan untuk menunjang perencanaan pembangunan kawasan perdesaan. Hasil analisis kondisi kawasan perdesaan sendiri kemudian dapat digunakan untuk menentukan potensi masalah dari suatu Kawasan Perdesaan pada umumnya. Adapun di dalam analisis kondisi kawasan perdesaan agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Menggambarkan kondisi dan kecenderungan Kawasan Perdesaan dalam aspek yang dianalisis, dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: Menggunakan formula/rumus perhitungan baku terhadap obyek tertentu Menggunakan metode regresi atau metode lainnya Menggunakan asumsi berdasarkan hasil pengamatan obyek tertentu b) Menggambarkan potensi dan masalah dari suatu aspek yang dianalisis dapat dilakukan dengan cara: Perbandingan antar waktu Perbandingan dengan daerah/wilayah/kawasan lainnya Perbandingan dengan standar yang berlaku c) Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung penjelasan potensi dan masalah, dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar, dan lain-lain disertai dengan penjelasan deskriptif yang memadai. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai analisis kondisi kawasan aspeknya: 1) Analisis fisik dasar Fisik dasar merupakan salah satu aspek penting yang dapat memberikan gambaran umum mengenai karakteristik dasar dari suatu kawasan perdesaan. Analisis fisik dasar pada dasarnya bertujuan untuk memberikan gambaran dan hasil analisis terhadap kondisi geografis kawasan perdesaan, mencakup karakteristik, kerentanan wilayah terhadap bencana, luas wilayah menurut batas administrasi pemerintahan kabupaten/kecamatan dan desa. Berdasarkan deskripsi karakteristik kawasan perdesaan tersebut kemudian dapat diidentifikasi wilayah yang berpotensi rawan bencana alam, seperti banjir, 9

29 tsunami, abrasi, longsor, kebakaran hutan, gempa tektonik dan vulkanik dan lain-lain. Selain itu, juga dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan lain-lain dengan berpedoman pada kebijakan terkait. Analisis fisik dasar dan keagrarian yang diperlukan adalah sebagai berikut: Analisis kesesuaian lahan; Analisis kecenderungan perubahan guna lahan; Identifikasi kebencanaan; Identifikasi kawasan-kawasan yang sensitif; Identifikasi kawasan yang memiliki riwayat konflik kepemilikan tanah maupun penguasaan lahan; dan Analisis lain terkait dengan fisik dasar dan keagrariaan sesuai dengan kondisi Kawasan Perdesaan tersebut. 2) Analisis Sosial Budaya dan Kependudukan Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai kemasyarakatan atau kepentingan umum, sedangkan budaya adalah segala hal yang dibuat oleh manusia dan dapat berupa kesenian, hukum, kepercayaan, maupun adat istiadat. Analisis sosial budaya dan kependudukan bertujuan untuk memberikan deskripsi demografi kependudukan diantaranya ukuran, struktur, distribusi penduduk, dan bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta kondisi sosial budaya masyarakat. Analisis aspek ini dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Analisis sosial budaya dan kependudukan yang diperlukan adalah sebagai berikut: Analisis kepadatan penduduk; Analisis laju pertumbuhan penduduk; Analisis sex ratio; Analisis proyeksi jumlah penduduk; dan Analisis lain terkait aspek sosial budaya dan kependudukan sesuai kondisi Kawasan Perdesaan tersebut. 10

30 3) Analisis Ekonomi Secara umum, ekonomi merupakan sebuah aspek yang aktivitasnya berhubungan dengan penyediaan barang dan pelayanaan jasa, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak baik privat maupun publik, dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Analisis ekonomi yang diperlukan adalah sebagai berikut: Analisis ekonomi sektoral; Analisis investasi; Analisis tingkat kesejahteraan keluarga; dan Analisis lain terkait aspek ekonomi sesuai dengan kondisi Kawasan Perdesaan tersebut. 4) Analisis Sarana dan Prasarana Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan suatu kawasan/wilayah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan sarana merupakan fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Dengan demikian sarana dan prasarana dasar merupakan hal yang harus terpenuhi bagi seluruh warga kota atau desa agar dapat mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas kehidupannya. Analisis sarana dan prasarana yang diperlukan adalah sebagai berikut: Ketersediaan jumlah dan kapasitas sarana pendidikan; Ketersediaan jumlah sarana kesehatan; Ketersediaan sarana; Ketersediaan jumlah dan kapasitas sarana produksi; Ketersediaan sarana sosial; Ketersediaan sarana pemerintahan; Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi; Ketersediaan sarana dan prasarana energi; Ketersediaan sarana dan prasarana informasi dan telekomunikasi; Ketersediaan sarana dan prasarana air bersih; Ketersediaan sarana dan prasarana irigasi dan sistem manajemen air; Ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi; dan 11

31 Ketersediaan sarana prasarana yang khusus terkait dengan ekonomi sektoral. 5) Analisis Kelembagaan Kelembagaan merupakan unsur-unsur pelaku pembangunan yang terdiri dari kelembagaan formal dan informal. Analisis kelembagaan bertujuan untuk melihat kondisi kelembagaan serta peranan lembaga lokal atau instansi teknis yang berwenang dalam pengambilan keputusan di suatu Kawasan Perdesaan. Dengan demikian penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan suatu konflik. Analisis kelembagaan yang diperlukan adalah sebagai berikut: Analisis sistem kelembagaan; Analisis susunan dan peran kelembagaan formal; dan Analisis susunan dan peran kelembagaan informal. 6) Analisis Potensi dan Masalah Setelah semua analisis kondisi kawasan perdesaan dilakukan, kemudian dapat ditentukan potensi dan masalah yang dimiliki oleh Kawasan Perdesaan tersebut. Masalah dan potensi kawasan perdesaan dapat dirumuskan berdasarkan hasil analisis inductive approach. Analisis inductive approach merupakan suatu proses analisis yang bermula dari identifikasi potensi dan masalah dari seluruh aspek seperti yang telah dilakukan sebelumnya baik aspek fisik dasar, sosial budaya, ekonomi, dan sarana prasarana lalu kemudian mengerucut menjadi masalah dan potensi dari Kawasan Perdesaan secara keseluruhan. Langkah-langkah dalam analisis potensi dan masalah antara lain: Mengidentifikasi potensi dan masalah dari setiap aspek; Mengerucutkan potensi dan masalah; dan Penelaahan Dokumen Perencanaan. 7) Analisis Isu-Isu Strategis Isu strategis merupakan kondisi yang harus diperhatikan atau diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan Kawasan Perdesaan karena dampaknya yang signifikan bagi kawasan/masyarakat di masa yang akan datang. Karakteristik suatu isu strategis sendiri adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan 12

32 pembangunan Kawasan Perdesaan di masa depan. Isu strategis Kawasan Perdesaan ditentukan berdasarkan kriteria: Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Kawasan Perdesaan dan relevan terhadap pencapaian target pembangunan daerah; dan Kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan. 8) Perumusan Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran yang dirumuskan merupakan tujuan dan sasaran strategis yang ingin dicapai melalui pembangunan Kawasan Perdesaan yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam perumusan strategi, program, dan kegiatan pembangunan Kawasan Perdesaan secara keseluruhan. Rumusan tujuan pembangunan memperhatikan: Visi kabupaten; Isu-isu strategis Kawasan Perdesaan; Aspirasi masyarakat Kawasan Perdesaan; dan Kondisi internal dan eksternal Kawasan Perdesaan. Rumusan Sasaran disusun dengan memperhatikan: Tujuan yang akan dicapai; Isu-isu strategis Kawasan Perdesaan; Sifat yang spesifik dan tingkat sasaran yang jelas; Target sasaran yang bisa diukur; Kapasitas dan sumber daya yang ada; Keterkaitan antara target sasaran dengan tujuan; Batas waktu pencapaian; Langkah-langkah pencapaian secara bertahap. 9) Perumusan Strategi dan Arah Kebijakan Strategi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Rumusan strategi dan arah kebijakan mempertimbangkan: Kondisi internal dan eksternal Kawasan Perdesaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan); Berbagai kepentingan yang berbeda; Nilai-nilai pembangunan prioritas daerah; dan Kearifan lokal masyarakat Kawasan Perdesaan. 13

33 10) Perumusan Program, Kegiatan, Pendanaan, dan Indikator Capaian Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah/non-pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan. Sedangkan kegiatan merupakan penjabaran dari suatu program sebagai arah dari pencapaian kinerja yang memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembangunan. Di dalam penyusunan kegiatan harus mencantumkan hal-hal yang meliputi: Nama kegiatan; Lokasi; Volume dan satuan; Jumlah dana, sumber dana, dan pihak pemberi dana; Waktu pelaksanaan; dan Indikator capaian kinerja kegiatan. 2.3 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Gambar 2.4 Bagan Tahapan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, 2016 Dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) Kabupaten Belitung terdapat beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan. Tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu: 14

34 1. Tahap I : Tahap Persiapan Di dalam tahap persiapan ini akan dilaksanakan Koordinasi Tim Pelaksana, Rapat persiapan dan penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan dan Pengadaan bahan/operasional kegiatan. 2. Tahap II: Pelaksanaan (Pengumpulan data dan analisis) Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi Penyusunan bahan survei & koordinasi, Pembahasan awal hasil kajian, Pelaksanaan Survei dan FGD, Perumusan kajian hasil survei dan FGD, dan Penyusunan hasil kajian (Data spasial, Rencana Aksi & Raperda). 3. Tahap III: Penyusunan dan Pembahasan Laporan Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi Supervisi hasil kajian, Penyusunan Laporan Akhir, Konsinyasi Laporan Akhir per-wilayah dan Pembahasan dan Serah Terima Laporan. 2.4 Organisasi dan Personil Tabel 2.1 Organisasi dan Personil Fungsi Nama Ketua Tim Pengarah Materi Tenaga Ahli Asisten Ahli Dr. Ir. Binsar PHN MSP. Ir. Hastu Prabatmodjo. M.S, Ph.D Prof. Ir. Tommy Firman, M.Sc,Ph.D Dr. Ir. Dewi Sawitri Tjokropandojo, MT. Ir. Teti Armiati Argo, MES, Ph.D Delik Hudalah, ST, MT, M.Sc, Ph.D Dr. Adiwan Fahlan Aritenang, ST, M.GIT Alhilal Furqon, B.Sc, M.Sc, Ph.D Karla Ressita Septadinata, ST. Nina Nurrahmawati, ST. Tri Pertiwi, ST. Arini Shofi Elmia ST. Astri Briliyanti, ST. Vaulli Nurrahma, ST, MT. Ayu Shafira Kusumaningrum, ST. M. Zainal Ibad, ST. Amelia Sakinah, ST. Nuriza Wardi, ST. Novi Puspitasari, ST. Widiastuti Arini, ST. Muhammad Irfan, ST. 15

35 2.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Kawasan Perdesaan Selat Nasik Kabupaten Belitung ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan sejak tanggal 29 Juli 2016 sampai dengan 29 November, lalu untuk rincian kegiatan- kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. Kegiatan Persiapan Koordinasi Tim Pelaksana Rapat Persiapan dan Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pendahuluan Penyusunan Bahan Survei Survei Lapangan dan FGD Penyusunan Laporan Kemajuan Penyusunan dan Pembahasan Laporan Supervisi Hasil Kajian Penyusunan Laporan Akhir dan RPKP Konsinyasi Laporan dan Pembahasan dan Serah Terima Laporan Tabel 2.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Juli Agustus September Oktober November

36 BAB 3 PEMILIHAN DAN PENETAPAN KAWASAN PERDESAAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses pemilihan dan penetapan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung yang terdiri dari latar belakang pemilihan dan penetapan, proses delineasi kawasan, penamaan kawasan dan penetapan tematik, lalu penetapan potensi unggulan; delineasi dan pusat kawasan; fisik dasar; sosial budaya dan kependudukan; ekonomi; sarana dan prasarana; serta kelembagaan. 3.1 Proses Pemilihan dan Penetapan Kawasan Perdesaan Latar Belakang Pemilihan dan Penetapan Gambar 3.1 Diagram Proses Pengusulan dan Penetapan Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, 2016 Kawasan perdesaan dapat diusulkan melalui dua pihak yaitu diusulkan oleh beberapa desa atau diprakarsai oleh Bupati dengan memperhatikan aspirasi masyarakat desa. Proses Pengusulan dan penetapan didasarkan pada (Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, 2016): 1. Proses pengusulan kawasan perdesaan sebaiknya mengedepankan prinsip partisipasi. 2. Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan untuk mengembangkan potensi dan/atau menyelesaikan permasalahan yang ada di wilayah tersebut. 3. Jika inisiatif/prakarsa pengusulan kawasan perdesaan berasal dari masyarakat/desa-desa, maka aspirasi harus disampaikan kepada pihak- 17

37 pihak atau desa terkait, ke tingkat kecamatan, dan ke tingkat kabupaten, baik oleh pemerintah desa sendiri maupun didampingi oleh pihak ketiga. 4. Jika inisiatif pengusulan kawasan perdesaan berasal dari pemerintah kabupaten, maka inisiatif tersebut harus disosialisasikan ke tingkat kecamatan dan desa-desa terkait, baik oleh pemerintah kabupaten sendiri maupun didampingi oleh pihak ketiga. 5. Pengusulan kawasan perdesaan sebaiknya dirumuskan dalam bentuk lembar usulan. 6. Kawasan perdesaan yang diusulkan disepakati oleh kepala desa-kepala desa dalam bentuk surat kesepakatan kawasan perdesaan. 7. Usulan kawasan perdesaan dipertimbangkan oleh bupati dengan memperhatikan dokumen perencanaan, kebijakan, dan peraturan terkait serta aspek-aspek berikut: Kegiatan pertanian; Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya; Tempat permukiman perdesaan; Tempat pelayanan jasa pemerintahan, sosial dan ekonomi perdesaan; Nilai strategis dan prioritas kawasan; Keserasian pembangunan antar kawasan dalam wilayah kabupaten; Kearifan lokal dan eksistensi masyarakat hukum adat; dan Keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan. 8. Kawasan perdesaan yang diprioritaskan ditetapkan dengan Peraturan Bupati Proses Delineasi serta Penetapan Tematik dan Nama Kawasan Proses pengusulan Kawasan Perdesaan dapat dilihat pada diagram di bawah ini. 18

38 Gambar 3.2 Diagram Proses Pengusulan dan Penyepakatan Kawasan Perdesaan Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, 2016 Dalam menentukan tema dan program kawasan perdesaan yang akan diprioritaskan pembangunannya di Kabupaten Belitung ditentukan melalui FGD 1 untuk menentukan tema kawasan perdesaan dan FGD 2 untuk mendiskusikan potensi dan permasalahan pengembangan kawasan serta menentukan programprogram pembangunan di kawasan perdesaan yang telah terpilih melalui kegiatan FGD 1. FGD pertama dilakukan di kantor Bappeda Kabupaten Belitung pada hari Kamis tanggal 20 September 2016 pada pukul WIB. Rangkaian acara pada FGD 1 ialah sebagai berikut: 1) Pembukaan dari Bappeda Kabupaten Belitung; 2) Presentasi dari Bappeda Kabupaten Belitung; 3) Presentasi dari LPPM ITB; dan 4) Diskusi Penentuan Kawasan Perdesaan. Delineasi Kawasan Perdesaan merupakan batas yang ditetapkan, bisa batas administrasi dan/atau batas fungsional. Dalam perencanaan di Kabupaten Belitung, batas administrasi yang digunakan. Penentuan delineasi didasarkan karena adanya keterkaitan, komplementer, dan/atau kesamaan potensi/masalah antara ketiga desa tersebut yang juga berada di dalam 1 (satu kecamatan yaitu Kecamatan Selat Nasik yang terdiri dari: 19

39 1) Desa Selat Nasik; 2) Desa Petaling; dan 3) Desa Suak Gual. Tema (ciri khas) Kawasan Perdesaan merupakan fokus penanganan kawasan yang dilakukan dengan mempertimbangkan potensi dan masalah yang ada untuk mewujudkan fungsi kawasan. Tema yang diangkat melingkupi 2 hal, yaitu menonjolkan potensi dan/atau menonjolkan masalah. Pada FGD pertama menghasilkan kesepakatan tema kawasan perdesaan dan delineasi desa yang termasuk ke dalam kawasan perdesaan yang akan diakselerasi. Tema kawasan perdesaan yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah Mina Agro Wisata. Untuk rincian dari kegiatan FGD ini dapat dilihat pada dokumen terlampir. Pada pertemuan ini juga dibahas pelaksanaan FGD yang kedua yang direncanakan diadakan di Kantor Bappeda Kabupaten Belitung pada hari Selasa, 28 September Penetapan Potensi Unggulan Didasarkan pada FGD yang dilakukan bersama dengan pemerintah daerah dan dengan kelompok masyarakat kawasan perdesaan sebagai berikut: A. FGD Pemerintah Daerah Sesuai dengan kesepakatan pada FGD pertama, FGD kedua dilaksanakan pada hari Selasa 28 September 2016 pukul WIB. Rangkaian acara FGD 2 ini ialah: 1) Pembukaan dari Bappeda Kabupaten Belitung 2) Arahan dari Asisten II Sekretaris Daerah Kabupaten Belitung 3) Presentasi dari Direktur Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi 4) Presentasi dari LPPM ITB, Pak Hastu Prabatmojo 5) Diskusi dengan SKPD dipimpin oleh Kabid Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Belitung Kegiatan FGD 2 bertujuan untuk menyusun program-program pembangunan untuk kawasan perdesaan mina agro wisata. Pertama-tama dilakukan diskusi terhadap potensi dan permasalahan yang ada di kawasan perdesaan tersebut serta usulan program untuk dikembangkan di kawasan perdesaan tersebut. Perwakilan instansi yang hadir pada FGD kedua, yaitu: 20

40 1. Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi 2. LPPM ITB 3. Bappeda Kab. Belitung 4. Sekretaris Daerah Kab. Belitung 5. Dinas DTHP2KKP 6. Dinas Kelautan dan Perikanan 7. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 8. Dinas Koperindag 9. BPMPDPKB 10. Dinsosnakertrans 11. Kecamatan Selat Nasik 12. Kepala Desa Suak Gual 13. Sekretaris Desa Petaling 14. Kepala Desa Selat Nasik B. Laporan FGD Untuk menjaring masukan dan aspirasi dengan masyarakat di kawasan perdesaan, maka dilakukan FGD ketiga yang bertempat di Kantor Kecamatan Selat Nasik pada hari Jumat, 30 September 2016 pukul Rangkaian acara FGD 3 ini berupa : 1. Pembukaan dari perwakilan ITB (Bapak Alhilal Furqan) 2. Diskusi mengenai kegiatan agro di kawasan perdesaan 3. Diskusi mengenai kegiatan mina atau perikanan di kawasan perdesaan 4. Diskusi mengenai kegiatan wisata di kawasan perdesaan. Peserta FGD ketiga ini yaitu: 1. Kepala Desa Petaling 2. Sekretasi Desa Petaling 3. BPD Petaling 4. Kepala Desa Selat Nasik 5. Sekretaris Desa Suak Gual 6. Ketua Gapoktan Selat Nasik 7. Perwakilan Koperasi Budidaya Ikan Laut Berdasarkan kedua FGD yang telah dilaksanakan maka diperoleh potensi utama dalam mendukung Mina-Agrowisata bahwa fokus Perencanaan Kawasan Perdesaan 21

41 Selat Nasik Kabupaten Belitung ini pada sektor perikanan.adalah ikan kerapu, sedangkan pada sektor perkebunan dengan potensi unggulan karet dan lada. Lalu pada sektor pariwisata adalah mengedepankan pada pariwisata berbasis alam dan minat khusus. 3.2 Delineasi dan Pusat Kawasan Gambar 3.3 Peta Administrasi Kecamatan Selat Nasik Sumber: Bappeda Kabupaten Belitung, 2012 Wilayah perencanaan yang terdiri dari 3 desa memiliki luasan yang berbeda beda beserta jumlah dusun dan RT yang berbeda pula, maka untuk rinciannya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Dusun dan RT Tahun 2015 No. Desa Luas (Km 2 ) Dusun RT 1 Desa Suak Gual 36, Desa Petaling 37, Desa Selat Nasik 40,

42 Sumber: Kantor Camat Selat Nasik, 2016 Batas wilayah perencanaan kawasan Mina-Agrowisata di Kecamatan Selat Nasik adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Natuna; - Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Badau; - Sebelah Selatan, berbatasan dengan Laut Jawa; dan - Sebelah Barat, berbatasan dengan Selat Gaspar. 23

43 Peta Rencana Struktur Ruang Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.4 Peta Rencana Struktur Ruang Kecamatan Selat Nasik Sumber: Rencata Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Di dalam kawasan perencanaan terdiri dari 3 desa di dalam kecamatan yang sama yatu ecamatan selat nasik dan untuk pusat kecamatan berapa di Desa Selat Nasik dimana terdapat kawasan pemerintahan (kantor) kecamatan di desa tersebut. Sedankan untuk ketiga desa tersebut juga memiliki pusat desa masing-masing dengan adanya kawasan pemerintahan desa. Selain itu terdapat juga PKL di Desa Suak Gual. 24

44 3.3 Fisik Dasar Analisis Kesesuaian Lahan Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung, Kecamatan Selat Nasik memiliki beberapa kawasan strategis mulai dari kawasan strategis ekonomi, provinsi, sosial budaya, daya dukung lingkungan dan rawan bencana alam seperti yang dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya. 25

45 Tabel 3.2 Kesesuaian Kondisi dengan Kawasan Strategis di Kecamatan Selat Nasik No. Pengembangan Lokasi Kondisi Foto Provinsi 1 Kawasan Minapolitan Kecamatan Selat Nasik Telah ada Master Plan/Rencana Induk Kawasan Minapolitan yang didasarkan pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.32/Men/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, telah secara jelas mengukuhkan pentingnya Belitung sebagai salah satu dari sekian banyak wilayah di Indonesia yang menjadi sentra penghasil sumberdaya ikan dan kelautan. Didasarkan pada indikator pada Lampiran J. Variabel dan Indikator Lokasi Minapolitan Kabupaten Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Belitung Tahun 2011 dan perhitungan hasilnya pada Lampiran K. Hasil Penilaian Lokasi Minapolitan di Kabupaten Belitung Tahun 2011 diperoleh hasil bahwa diantara kecamatan lainnya Kecamatan Selat Nasik berada di posisi kedua setelah Tanjungpandan. 2 Kawasan Karantina Hewan Pulau Naduk, Desa Petaling, Kecamatan Selat Nasik Kawasan strategis melalui PP untuk penempatan hewan-hewan sebelum didistribusikan ke wilayah ibukota maupun ke wilayah lain. Pada tahun 2006 terdapat DED. Serta jika sudah keluar penempatan strategis dari pemerintah pusat diperkirakan tahun 2017 akan dilakukan pembangunan karantina hewan di Pulau Naduk sudah bias dibangun. (Sumber: www. bangkapos.com) Ekonomi 3 Zona Pengembangan Minapolitan Kecamatan Selat Nasik Telah ada Master Plan/Rencana Induk Kawasan Minapolitan yang didasarkan pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.32/Men/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, telah secara jelas mengukuhkan pentingnya Belitung sebagai salah satu dari sekian banyak wilayah di Indonesia yang menjadi sentra penghasil sumberdaya ikan dan kelautan. Didasarkan pada indikator pada Lampiran J. Variabel dan Indikator Lokasi Minapolitan Kabupaten Belitung Tahun 2011 dan perhitungan hasilnya pada Lampiran K. Hasil Penilaian Lokasi Minapolitan di Kabupaten Belitung Tahun 2011 diperoleh hasil bahwa diantara kecamatan lainnya Kecamatan Sumber: Sumber: Dokumentasi Survey,

46 No. Pengembangan Lokasi Kondisi Foto Selat Nasik berada di posisi kedua setelah Tanjungpandan. Sosial Budaya 4 Kawasan Bersejarah Mercusuar Pulau Mendanau (Tanjung Lancur) Daya Dukung Lingkungan 5 Kawasan Hutan Mangrove Kecamatan Selat Nasik Kecamatan Selat Nasik Mercusuar Tanjung Lancur Mercusuar Tanjung Lancur adalah warisan budaya yang berada di Selat Nasik. Merupakan satu dari tiga mercusuar yang dibangun Belanda pada tahun Terletak di Tanjung Lancur, pada suatu tebing curam, yang berbatasan langsung dengan laut lepas. Di perairan ini terdapat banyak terumbu karang, dan pada periode kolonial merupakan jalur pelayaran yang berbahaya. (Sumber: disparekraf.belitungkab.go.id) Kecamatan Selat Nasik memliki banyak lokasi hutan mangrove yang berfungsi untuk pencegahan terjadinya abrasi/erosi di sepanjang pantai, dikarenakan kondisi lokasi yang merupakan wilayah kepulauan yang memiliki potensi yang tinggi untuk terjadinya abrasi tersebut. Lalu berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung Tahun dinyatakan bahwa tersebar sebesar 37% kawasan mangrove dari total luas wilayah Kecamatan Selat Nasik dan luasannya pun paling terbesar dibandingkan kecamatan lainnya yang dapat dilihat pada Lampiran L. Sebaran Kawasan Mangrove di Kabupaten Belitung. Sumber: Rawan Bencana Alam 6 Banjir Rob Desa Selat Nasik dan Suak Gual Kondisi tanah yang berada di kawasan memberikan potensi untuk terjadianya banjir dan genangan air Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung serta dokumentasi Survey 27

47 No. Pengembangan Lokasi Kondisi Foto 7 Abrasi/Erosi di Sepanjang Pantai Desa Suak Gual Lokasi perencanaan merupakan kepulauan segingga kawasan tersebut dikelilingi oleh pantai sehingga potensi abrasi/erosi di sepanjang pantai perlu diperhatikan. 8 Kawasan Rawan Badai Laut Tropis Tersebar di permukiman pulau-pulau dan kawasan pesisir pantai yang mangrove dan karang rusak Bentuk kewasan perencanaan yang berupa kepulauan dandikelilingi oleh laut mengakibatkan potensi terjadinya badai lau tropis perlu diperhatikan Sumber: Dokumentasi Survey, Kebakaran Daerah Gambut Desa Gual Suak Pembukaan lahan untuk perkebunan degan cara dibakar meningkatkan potensi untuk terjadinya kebakaran, terlebih lagi pembukaan lahan di dekat bahkan di dalam lahan gambut. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sumber: Hasil Analisis, 2016 Sumber: Dokumentasi Survey,

48 Pengembangan kawasan Mina Agrowisata terkait dengan kawasan strategis yang ada di Kecamatan Selat Nasik berupa Pengembangan Kawasan Minapolitan. Selain itu terdapat pula Kawasan Bersejarah Mercusuar Pulau Mendanau (Tanjung Lancur), Hutan Mangrove beserta keberadaan pantai-pantai yang mengelilingi kawasan. Lalu berdasarkan Perwujudan PKLp Selat Nasik berdasarkan kebijakan yang ada di RTRW Kabupaten Belitung yang terkait dengan Mina-Agrowisata adalah meliputi perwujudan kawasan strategis provinsi pengembangan kawasan minapolitan Selat Nasik; dilakukan melalui: - penyusunan RDTR, RTBL Kawasan minapolitan; - penyusunan masterplan kawasan industri perikanan tangkap dan budidaya; - pembangunan pabrik pengolahan ikan dan karet; - pembangunan kawasan habitat ikan alami dengan mangrove; - pembangunan tambak ikan; - pembangunan rumah ikan (pengolahan dan budidaya ikan hias); dan - pengembangan destinasi wisata minat khusus. - Pengembangan kawasan karantina hewan di Pulau Naduk Kecamatan Selat Nasik; dan - Cagar Alam Gunung Lalang di Kecamatan Tanjungpandan. Pengembangan kawasan karantina hewan di Pulau Naduk Kecamatan Selat Nasik dilakukan melalui: - penyusunan rencana rinci tata ruang RDTR dan RTBL kawasan; - pembebasan lahan; - penyiapan kelembagaan pengelola kawasan; - pembangunan sarana dan prasarana penunjang; dan - peningkatan aksesibilitas transportasi ke lokasi kawasan. 29

49 Tabel 3.3 Kesesuian Kondisi dengan Perwujudan PKLp Selat Nasik No. Pengembangan Kesesuaian dengan Rencana Pengembangan 1 Pengembangan Dengan adanya perencanaan kawasan Selat Nasik Mina-Agrowisata maka fungsinya sebagai sebagai penyangga minapolitan tetap ada karena kawasan perencanaan tetap terkait dengan penyangga peningkatan produksi di bidang perikanan minapolitan dan kualitas nelayan. Foto 2 Pengembangan prasarana industri pengolahan ikan 3 Pembangunan dermaga penyeberangan kapal roro ASDP Peningkatan kualitas produksi perikanan di kawasan Mina-Agrowisata akan berdampak pada penggunaan dan pengembangan teknologi untuk pengolahan perikanan guna pengembangkan perekonomian di bidang perikanan, khususnya untuk perikanan budidaya yang memiliki potensi yang tinggi di kawasan tersebut. Penugasan dari pemerintah ke ASDP, agar menyiapkan sarana transportasi penyeberangan untuk rute Tanjung Ru- Ketapang, agar ASDP meintis rute baru Tanjung Ru-Ketapang atau sebaliknya. ( Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung 4 Pengembangan destinasi baru kawasan wisata 5 Pembangunan infrastruktur penunjang aksesibilitas di seluruh pulau mendanau 5 Pengembangan budidaya lada tanaman karet dan prasarana industri pengolahannya Sumber: Hasil Analisis, 2016 Sumber: Tidak hanya pengembangan wisata alam saja yang terkait dengan potensi alam di Kepulauan Mendanau tapi dapat pula mengembangkan wisata yang terkait dengan kegiatan perikanan dan perkebunan. Sudah terdapat pembangunan jalan penghubung antara desa yang dilakukan pada tahun ini (2016), pembangunan tersebut dilakukan pada lokasi lokasi yang berpenduduk. Sedangkan untuk akses dan kondisi jalan menuju lokasi perkebunan dan wisata masih berapa tanah. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Hasil Produk Perkebunan yang diutamakan dalam pengembangan Mina-Agrowisata adalah lada dan karet. Tujuan dari perencanaan yang dilkaukan pun untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan perkebunan sehingga prasarana pengolahan pun akan digunakan Sumber: Dokumentasi Survey 30

50 Peta Rencana Struktur Ruang Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.5 Peta Rencana Struktur Ruang Kecamatan Selat Nasik Sumber: Rencata Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Berdasarkan rencana struktur tersebut tidak terlalu banyak pengembangan di dalam kawasan Kecamatan Selat Nasik. Hanya terdapat jalan beserta PLTD dan PKLP. 31

51 Peta Rencana Pola Ruang Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.6 Peta Rencana Pola Ruang Kecamatan Selat Nasik Sumber: Rencata Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Berdasarkan pola struktur tidak didominasi oleh hutan produksi tetap dan rata-rata dikelilingi oleh hutan lindung. Lalu tersebar kawasan-kawasan perkebunan. Untuk saat ini kegiatan pertanian dan perikanan yang mendominasi dan bukan kegiatan pertambangan. 32

52 Peta Topografi Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.7 Peta Topografi Kecamatan Selat Nasik Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Bentuk kawasan perencananaan yang merupakan kepulauan, sehingga dataran rendah mendominasi kawasan. Tetapi tetap ada dataran tinggi di bagian tengah dari Pulau Mendanau. 33

53 Data satuan lahan dan tanah diperoleh melalui hasil penelitian Peta Satuan Lahan dan Tanah Pulau Belitung pada kedua gambar berikutnya ditemukan pada setiap satuan lahan umumnya ditemukan lebih dari satu satuan tanah. Dampak yang diakibatkan adalah : a. Tanah pada grup Aluvial (A), penghambat utama di daerah ini adalah adanya banjir, genangan air yang permanen sera miskin kandungan hara. b. Tanah Pada Grup Marin (B) textur pasir, kesuburan tanah yang rendah serta kekeringan. c. Tanah Pada Grup Perbukitan (H), pembatas utama untuk pengembangan pertanian pada grup ini adalah kedalaman efektif tanah, lereng curam, tingkat kesuburan tanah rendah serta banyaknya singkapan batuan teruutama di daerah perbukitan dari batuan granit (Hg). d. Tanah Pada Grup Pegunungan dan Plato (M), tetap dipertahankan sebagai hutan untuk mempertahankan keadaan tata air dan kelestarian lingkungan daerah sekitarnya. e. Tanah Pada Grup Dataran (P), kedalaman tanah oleh adanya lapisan konkresi besi terutama pada batuan sedimen serta kesuburan tanah yang rendah di samping tekstur yang umumnya kasar. 34

54 Peta Land Fisio Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.8 Peta Land Fisio Kecamatan Selat Nasik Tahun 2012 Sumber: Revisi Masterplan Agropolitan Kabupaten Belitung,

55 Peta Land Unit Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.9 Peta Land Unit Kecamatan Selat Nasik Tahun 2012 Sumber: Revisi Masterplan Agropolitan Kabupaten Belitung,

56 3.3.2 Analisis Kecenderungan Perubahan Guna Lahan Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.10 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Selat Nasik Tahun 2012 Sumber: Revisi Masterplan Agropolitan Kabupaten Belitung,

57 Berdasarkan peta di atas untuk ketiga desa perencanaan dikelilingi oleh terumbu karang yang dapat berpotensi menjadi lokasi wisata. Berdasarkan hasil survey, untuk lokasi semak belukar dan galian c sudah berkembangan menjadi lahan perkebunan dan permukinan. Gambar 3.11 Kondisi Perkebunan Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Komoditas utama perkebunan yaitu lada dan karet. Selain itu terdapat juga duren yang berkembang dengan sendirinya. Gambar 3.12 Pembukaan Lahan Perkebunan dengan Pembakaran Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Pembukaan lahan dilakukan karena kegiatan perkebunan masih menjadi dominasi di dalam kawasan sehingga perubahan guna lahan tidak akan terlalu berubah drastis. 38

58 Gambar 3.13 Keberadaan dan Kepadatan Kawasan permukiman Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Dari segi kependudukan, masyarakat hanya berkonsentrasi di bberapa lokasi saja dan jarang yang memebuat permukiman di daerah perkebunan sehingga perubahan kepadatan penduduk akan terjadi di daerah permukiman yang ada dan tidak akan sampai membuka lahan yang cukup besar untuk permukiman di daerah perkebunan sama halnya dengan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir. Untuk melihat kondisi permukiman dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.14 Kondisi Kawasan permukiman Sumber: Dokumentasi Survey,

59 3.3.3 Identifikasi Kebencanaan Tabel 3.4 Identifikasi Kebencanaan di Kecamatan Selat Nasik No. Pengembangan Lokasi Kondisi Foto 1 Banjir Rob Desa Selat Nasik dan Suak Gual Kondisi tanah yang berada di kawasan memberikan potensi untuk terjadianya banjir dan genangan air 2 Abrasi/ Erosi di Sepanjang Pantai 3 Kawasan Rawan Badai Laut Tropis Desa Suak Gual Tersebar di permukiman pulau-pulau dan kawasan pesisir pantai yang mangrove dan karang rusak Lokasi perencanaan merupakan kepulauan segingga kawasan tersebut dikelilingi oleh pantai sehingga potensi abrasi/erosi di sepanjang pantai perlu diperhatikan. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Bentuk kewasan perencanaan yang berupa kepulauan dandikelilingi oleh laut mengakibatkan potensi terjadinya badai lau tropis perlu diperhatikan 4 Kebakaran Daerah Gambut Desa Suak Gual Sumber: Hasil Analisis, 2016 Pembukaan lahan untuk perkebunan degan cara dibakar meningkatkan potensi untuk terjadinya kebakaran, terlebih lagi pembukaan lahan di dekat bahkan di dalam lahan gambut. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Dilihat dari tabel di atas bahwa dari kondisi kawasan yang merupakan kepulauan terdapat potensi untuk terjadinya abrasi/erosi di sepanjang pantai dan badai laut tropis. Selain itu keberadaan daerah gambut apabila dalam musim kering akan meningkatkan potensi terjadinya kebakaran. 40

60 Tabel 3.5 Curah Hujan (mm) per Bulan Kabupaten Belitung Tahun Bulan Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Ttu Oktober November , Desember Total Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Buluhtumbang, Tanjungpandan Untuk perbedaan curah hujan mulai tahun 2009 sampai dengan 2015 beserta perubahannya pada tiap bulannya dapat dilihat pada grafik-grafik di halaman selanjutnya Gambar 3.15 Curah Hujan (mm) Kabupaten Belitung Tahun Sumber: Hasil Pengolahan, 2016 Curah hujan selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2005 mengalami fluktuasi dengan titik terendah pada tahun 2009 dan tertinggi pada tahun Serta dapat dilihat juga bahwa terdapat titik puncak lainnya yaitu pada tahun 2013 sedangkan untuk titik terendah lainnya pada tahun Kenaikan yang signifikan terjadi tahun serta untuk kenaikan lainnya terjadi juga pada tahun

61 dan Lalu untuk penurunan yang signifikan terjadi pada tahun serta untuk penurunan lainnya terjadi juga pada tahun dan Gambar 3.16 Curah Hujan (mm) per Bulan Kabupaten Belitung Tahun 2015 Sumber: Hasil Pengolahan, 2016 Selama tahun 2015 terjadi flustuasi curah hujan mulai dari Bulan Januari sampai dengan Desember. Untuk curah hujn tertinggi terjadi pada Bulan Desember sedangkan untuk curah hujan terendah terjadi pada Bulan September. Secara garis besar pola curah hujan mulai dari Bulan Januari mulai menurun sedikit demi sedikit ke Bulan Maret, lalu pada Bulan April meningkat cukup tajam. Selanjutnya mulai dari Bulan April sampai dengan Bulan September menurun secara eksponensial dan mulai meningkat sangat tajam sampai dengan Bulan Desember. 42

62 3.3.4 Identifikasi Kawasan-kawasan yang Sensitif Kawasan No. Sensitif 1 Cagar Budaya Mercusuar Tanjung Lancur Lokasi Kecamatan Selat Nasik Tabel 3.6 Kawasan Sensitif di Kecamatan Selat Nasik Kondisi Saat Ini Mercusuar Tanjung Lancur Mercusuar Tanjung Lancur adalah warisan budaya yang berada di Selat Nasik. Merupakan satu dari tiga mercusuar yang dibangun Belanda pada tahun Terletak di Tanjung Lancur, pada suatu tebing curam, yang berbatasan langsung dengan laut lepas. Di perairan ini terdapat banyak terumbu karang, dan pada periode colonial merupakan jalur pelayaran yang berbahaya. (Sumber: disparekraf.belitungkab.go.id) 2 Perlindungan Pesisir dan Kelautan Sumber: Hasil Analisis, 2016 Kecamatan Selat Nasik Kecamatan Selat Nasik memliki banyak lokasi hutan mangrove yang berfungsi untuk pencegahan terjadinya abrasi/erosi di sepanjang pantai, dikarenakan kondisi lokasi yang merupakan wilayah kepulauan yang memiliki potensi yang tinggi untuk terjadinya abrasi tersebut. Secara ekologis, Kecamatan Selat Nasik memiliki potensi Terumbu Karang yang cukup baik. Luas sebaran Terumbu Karang di Kecamatan Selat Nasik 4114,882 ha (Lampiran M. Luas Terumbu Karang di Kecamatan Selat Nasik Kabupataen Belitung). Sebaran karang terdapat antara lain di Pulau Aji, Aur, Baka, Bangkai, Batudinding, Bayan, Buntar, Cina, Gersik, Kalangbau, Kembung, Kera, Kimar, Kuil, Langsir, Mendanau, Naduk, Panjang, Piling, Sebongkok, Sekutai, Selemar dan Sepindang. Prosentase tutupan karang hidup di Kecamatan Selat Nasik berkisar antara 46,90 % sampai 91,50 % (Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, 2007). Sumber: Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung serta dokumentasi survey 43

63 3.3.5 Identifikasi Kawasan yang memiliki Konflik Kepemilikan Tanah maupun Penguasaan Lahan Kepemilikan tanah perkebunan yang ada di Kecamatan Selat Nasik merupakan kepemilikan masyarakat, sehingga masyarakat tidak hanya sebagai pekerja perkebunan saja, maka dari itu tanah-tanah yang dimiliki warga cenderung dalam skala-skala kecil. Namun untuk perikanan, nelayan memliki lahan seatas izin pemerintah desa, dikarenakan tanah adalah milik pemerintah. Tetapi kondisinya saat ini pemerintah mendukung degan penyediaan lahan. Sehingga untuk pengembangan pertanian dan perikanan tidak ada kendala dalam lahan. Tetapi permasalahan lahan ada pada pembangunan jalan untuk pembukaan akses ke hutan yang memerlukan izin, sehingga diperlukan persetujuan dari pihak kehutanan untuk membuka akses tersebut. 3.4 Sosial Budaya dan Kependudukan Analisis kependudukan mendeskripsikan kondisi demografi berupa ukuran komposisi, distribusi dan dinamika kependudukan. Selain itu, analisis ini menggambarkan kondisi masyarakat secara keseluruhan berdasarkan tingkat pendidikan, mata pencaharian, agama dan etnis tertentu. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Selat Nasik No Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (jiwa) Penduduk (%) , , % , % , % , % , % , % Sumber: BPS Kabupaten Belitung, 2016 Jumlah penduduk Kecamatan Selat Nasik pada tahun 2015 sebesar jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,33 persen. Laju pertumbuhan di Kecamatan Selat Nasik berfluktuasi sepanjang tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,85 persen. 44

64 Gambar 3.17 Proyeksi Penduduk Kawasan Perdesaan di Selat Nasik Sumber: Hasil Analisis, 2016 Berdasarkan hasil proyeksi penduduk dengan kecenderungan pertumbuhan 1,33% per tahun, didapatkan hasil proyeksi untuk lima tahun perencanaan ke depan. Pada tahun 2021, diperkirakan bahwa jumlah penduduk di tiga desa di Kecamatan Selat Nasik ini akan mencapai jumlah jiwa. Tabel 3.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Penduduk No Desa (jiwa) Tangga (jiwa/km 2 ) Suak Gual Petaling Selat Nasik Total Sumber: BPS Kabupaten Belitung, 2016 Jumlah penduduk kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung tahun 2015 berjumlah jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 37 jiwa/km 2. Jumlah rumah tangga di kawasan perdesaan ini mencapai di tahun 2015 dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 3,5 jiwa. 45

65 Gambar 3.18 Ilustrasi Persebaran Penduduk Sumber: Kantor Kecamatan Selat Nasik, 2015 Desa Selat Nasik merupakan desa dengan jumlah dan kepadatan penduduk tertinggi. Pada umumnya, jumlah penduduk kawasan perdesaan ini selalu mengalami peningkatan baik dalam jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah rumah tangga. 46

66 No Desa Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Sex Ratio 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik Total Sumber: BPS Kabupaten Belitung, 2016 Berdasarkan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung memiliki jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan, yaitu jiwa penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Sex ratio untuk kawasan perdesaan ini mencapai 106. Desa Suak Gual memiliki sex ratio untuk penduduk laki-laki tertinggi yaitu mencapai 110. Gambar 3.19 Jenis Pekerjaan di Kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung Tahun 2013 Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Belitung, 2014 Untuk sumber mata pencaharian kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung, 2013, sebagian besar penduduk masih berkonsentrasi pada jenis pekerjaan di bidang perikanan dan nelayan. Terdapat 83 persen dari jumlah penduduk kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung bekerja sebagai petani dan nelayan. 47

67 Tabel 3.4 Jumlah Penduduk yang Bekerja Tahun 2013 No. Jenis Pekerjaan Suak Gual Petaling Selat Nasik 1. PNS Pertambangan/Penggalian Pertanian Nelayan Peternakan Industri Lainnya Sumber: BPS Kabupaten Belitung, 2016 Berdasarkan hasil wawancara dengan perangkat desa, masyarakat di kawasan perdesaan ini dapat memiliki lebih dari satu jenis pekerjaan seperti menjadi petani dan nelayan. Jenis pertanian yang dikelola masyarakat pada umumnya merupakan perkebunan karet dan lada dengan karet sebagai sumber penghasilan harian dan lada sebagai sumber penghasilan jangka menengah. Untuk kegiatan nelayan dan perikanan sendiri terbagi menjadi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. IPM Kabupaten Belitung pada tahun 2015 mencapai 70,29. Angka harapan lama sekolah Kabupaten Belitung mencapai 11,32 tahun dan angka rata-rata lama sekolah sebesar 8,09 tahun. Hal ini menunjukan bahwa lama sekolah Kabupaten ini masih kurang dari capaian wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan pemerintah. Dilihat dari jumlah pemeluk agamanya, lebih dari 99 persen penduduk di Kecamatan Selat Nasik beragama Islam, selebihnya beragama Budha, Protestan dan Katolik. Kecamatan Selat Nasik terdiri dari banyak suku, seperti Suku Melayu, Suku Bugis, Suku Buton, Etnis Cina, Suku Jawa, Suku Batak, dan lain sebagainya. 48

68 Gambar 3.20 Kerajinan Tangan Karang Taruna Desa Petaling Sumber: Dokumentasi survey, 2016 Kawasan perdesaan ini memiliki 3 karang taruna, 3 BKB dan 1 UPPKS. Salah satu kegiatan dari karang taruna di kawasan perdesaan ini adalah membuat kerajinan tangan untuk souvenir dan dipasarkan ke pusat oleh-oleh di Tanjung Pandan. Gambar 3.21 Kegiatan Kebudayaan dan Olahraga di Kawasan Perdesaan Sumber: Instagram Selat_Nasik dan dokumentasi survey, 2016 Masyarakat di kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung ini memiliki kegiatan rutin kebudayaan seperti Upacara Maras Tahun dan kegiatan olahraga berupa Camat Cup. Selain itu, terdapat kegiatan lain yang diinisiasi oleh warga berupa fun bike dengan mengundang pengunjung luar. 49

69 3.5 Ekonomi Perekonomian kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung pada umumnya ditunjang oleh sektor pertanian perkebunan dan perikanan. Untuk perkebunan, umumnya didominasi oleh perkebunan lada dan karet. Selain itu, komoditas durian juga diunggulkan di kawasan ini, meskipun demikian, komoditas durian ini berupa tanaman liar. LADA KARET Gambar 3.22 Perkebunan Lada dan Karet di Kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap menggunakan alat yang relatif tradisional yaitu dengan: 1. Bubu 2. Bagan/Siro 3. Pancing 50

70 BUBU SIRO NELAYAN PANCING Gambar 3.23 Alat-alat Perikanan Tangkap Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Untuk perikanan tangkap, kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung ini telah memiliki PUPTD Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Selat Nasik. PPI ini berfungsi sebagai tempat pelayanan, pembinaan dan pengembangan pengusahaan perikanan tangkap khususnya di Kecamatan Selat Nasik. Gambar 3.24 Keramba Apung Sumber: Dokumentasi Survey,

71 Selain perikanan tangkap, juga terdapat perikanan budidaya ikan laut untuk ekspor yang menggunakan keramba apung. Komoditas utama hasil budidaya ikan laut ini adalah ikan kerapu yang di ekspor ke Hong Kong. Selain itu, perikanan budidaya telah memiliki koperasi budidaya ikan laut di Desa Selat Nasik. Budidaya ikan di kawasan perdesaan ini memiliki sistem berupa pemberi modal, yang disebut dengan ayah angkat, memberi modal berupa bibit ikan yang didatangkan dari Bali untuk dibesarkan di Belitung dan kemudian dipasarkan ke luar negeri. Tabel 3.5 Produksi Kegiatan Ekonomi Primer No Komoditas Pertanian 1 Karet 751 ton 232,44 ton 104,35 ton 2 Lada 43 ton 62,61 ton 49,39 ton 3. Kelapa 36 ton 24,4 ton 25,55 ton 4. Aren N/A 14 ton N/A 5. Ubi Kayu N/A 187 ton 136 ton Perikanan 1. Ikan 5.224,23 ton 5.563,5 ton ton 2. Kepiting 8,2 ton N/A N/A 3. Cumi-cumi 496,7 ton N/A N/A Sumber: BPS Kabupaten Belitung, 2016 Berdasarkan tabel di atas, produksi komoditas pertanian cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun terakhir, mayoritas komoditas pertanian mengalami penurunan produksi kecuali pada produksi kelapa. Sementara itu, pada sektor perikanan, ikan yang diproduksi juga mengalami fluktuasi dikisaran ton. Pada tahun 2015, produksi ikan tersebut cenderung menurun. Tabel 3.6 Jumlah Industri Rumah Tangga dan Kecil No Desa Suak Gual Petaling Selat Nasik Total Sumber: BPS Kabupaten Belitung,

72 Berdasarkan tabel di atas, jumlah industri rumah tangga dan kecil cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut mencapai 100 di Desa Suak Gual, 71 persen di Desa Petaling dan 32 persen di Desa Selat Nasik. Hal ini menunjukan bahwa industri rumah tangga dan kecil di kawasan perdesaan ini cukup potensial untuk dikembangkan karena pertumbuhannya mencapai 53 persen pada tahun Tabel 3.7 Jumlah Industri Makanan Non Makanan No Desa Suak Gual Petaling Selat Nasik Total Sumber: BPS Kabupaten Belitung, 2016 Jumlah industri di kawasan perdesaan ini mayoritas didominasi oleh industri makanan, kecuali di Desa Suak Gual dimana pada tahun 2015, jumlah industri non makanan lebih banyak dibandingkan industri makanan. Berdasarkan tren pertumbuhan, pada industri makanan umumnya mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2014, jumlah industri makanan tersebut sempat berkurang jumlahnya sebelum kembali meningkat pada tahun Industri non makanan memiliki kecenderungan jumlah yang selalu meningkat setiap tahunnya. Peningkatan tersebut cukup signifikan pada tahun 2014, dimana mencapai lebih dari 2 kali lipat di Desa Petaling dan Selat Nasik. Secara umum, pertumbuhan industri makanan cenderung lebih rendah daripada industri makanan. Sesuai dengan tema pengembangan kawasan perdesaan, kawasan perdesaan di Kecamatan Selat Nasik ini memiliki beberapa daya tarik wisata. Pada halaman selanjutnya ditunjukan mengenai kegiatan pariwisata yang pernah dilakukan di Kecamatan Selat Nasik. 53

73 Gambar 3.25 Kegiatan Pariwisata di Kecamatan Selat Nasik Tahun 2014 Sumber: Berikut merupakan persebaran daya tarik wisata yang berada di Kecamatan Selat Nasik beserta keterkaitan dengan wisata lainnya yang berada di Kabupaten Belitung yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 54

74 Gambar 3.26 Sebaran Daya Tarik Wisata Kabupaten Belitung Sumber: Berikut merupakan persebaran daya tarik wisata yang berada di Kecamatan Selat Nasik beserta keterkaitan degan wisata lainnya yang berada di Kabupaten Belitung yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Tabel 3.7 Daftar Daya Tarik Wisata di Kabupaten Belitung Daya No Tarik Wisata 1. Pantai Pasir Panjang 2. Pulau Batu Dinding 3. Kawasan Pulau Lima 4. Mercusuar Tanjung Lancur 5. Pulau Kalambau Jenis Lokasi Pengelola Wisata alam Wisata alam Wisata alam Wisata budaya (sejarah) Wisata Alam Desa Selat Nasik, Kec. Selat Nasik Desa Selat Nasik, Kec. Selat Nasik Kecamatan Selat Nasik Pulau Mendanau, Kec. Selat Nasik Keunggulan/ Kekhasan Tingkat Perkembangan - Pantai Perintisan - Batu yang berbentuk seperti dinding - Keunikan habitat laut dan lokasi kapal tenggelam Kemenhub RI Mercuasuar jaman Belanda di Kawasan Selat Nasik Selat Nasik - Habitat terumbu karang dan ikan yang masih terjaga Perintisan Perintisan Perintisan Perintisan 55

75 No Daya Tarik Wisata Jenis Lokasi Pengelola 6. Pulau Wisata Desa Suak Gual Naduk Alam Kec. Selat Nasik 7. Upacara Wisata Kecamatan Meras Taun Budaya Selat Nasik Sumber: BPS Kabupaten Belitung, 2016 Pantai Keunggulan/ Kekhasan Tingkat Perkembangan Perintisan Komponen daya tarik wisata di kawasan ini rata-rata merupakan wisata alam dan wisata buatan berupa Mercusuar Tanjung Lancur serta wisata budaya berupa Upacara Maras Taun yang diadakan setahun sekali. Komponen daya tarik yang ada saat ini mayoritas berada pada tahap perintisan, sehingga masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Selain itu, komponen daya tarik wisata juga dapat dikembangkan dari potensi perkebunan yang ada seperti kegiatan/aktivitas di perkebunan lada. Potensi perikanan juga dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata berupa aktivitas pemancingan ikan dan kegiatan budidaya ikan di keramba. Berdasarkan komponen amenitas, kecamatan Selat Nasik telah memiliki penginapan berupa homestay di rumah-rumah warga dengan jumlah yang terbatas. Selain itu, keberadaan fasilitas lain seperti rumah makan, toilet dan parkir juga memiliki jumlah yang cukup terbatas. Berdasarkan komponen aksesibilitas, akses dari ibukota Kabupaten Belitung menuju Pulau Mendanao bisa melalui pelabuhan di Tanjung Pandan dan dermaga di Tanjung Ro (satu jam dari Tanjung Pandan). Pulau Mendanao sendiri memiliki tiga dermaga yang terletak di masing-masing desa. Umumnya dermaga di Desa Petaling akan menghubungkan dermaga di Tanjung Ro dan dermaga di Desa Selat Nasik akan menghubungkan dermaga di Tanjung Pandan. Untuk aksesibilitas di dalam pulau, masih terbatas dengan sepeda motor milik warga lokal dan mobil milik kantor kecamatan dan desa. Untuk komponen ancillary services, atau komponen penunjang, kawasan ini masih minim memiliki manajemen wisata dan promosi wisata. Selain itu, elemen penunjang seperti tour guide juga terbatas menggunakan masyarakat lokal. Dalam mendukung kegiatan khususnya dalam pariwisata maka terdapat kelompok kelompok dari berbagai jenis bidang pada tabel berikut. 56

76 Tabel 3.8 Nama-Nama Kelompok Kerja Ekowisata Di Pulau Mendanau Kec. Selat Nasik No. Jenis Desa Anggota 1 Kelompok Pemandu Wisata Mangrove 2 Kelompok Pemandu Sampan Tur Mangrove Sungai Petaling 3 Kelompok Penginapan Home Stay 4 Kelompok Pemandu Selam (Penyelam Tradisional) 5 Kelompok Boat Pegantungan-Tanjung Nyatoh 6 Kelompok Sewa/ Ojek Motor - 1. Soni 2. Somantri 3. Sobri 4. Aprilo dosla 5. Dino 6. Ari fatahani 7. Muhammad 8. Peky 9. Pirana 10. Wiwik Desa petaling 1. Pak Mamik 2. Pak Sobri 3. Pak Kaderi Desa Suak Gual Desa Selat Nasik Desa Petaling Desa Suak Gual Desa Selat Nasik Desa Petaling Desa Suak Gual 1. Mes Desa 2. Pak Edi 3. Pak Ah madi 11. Wanabu 12. Zulpan 13. Maryani 14. Resy 15. Hendra 16. Sandi 17. Sudiyar 18. Edi 19. Devi 4. Pak Juni 5. Nurdin 6. Siamno 4. Pak Santung 5. Sadi Pak Yusup.K 1. Mes Kecamatan/Mes Sekolah 2. Pak H Amat, Pak Buen Pak Asnawi 1. Edi 2. Suhairi 3. Herman 1. Eka 2. Tono 3. Edo 1. Beni 2. Buen 3. Hendra 1. Mamik 2. Juni 1. Edi 2. Jabing 3. Wawan 7 Tempat makan Desa Selat Nasik 1. Pah H.reman 2. Pak jak 3. Warkop Desa Suak Gual 1. Warkop 2. Ibu Tina 3. Ibu Suli Desa Petaling 1. Warkop 2. Mak Jeliha 4. Ah.madi 5. Zami 6. Jail 4. Bacok 5. Suanto/Asri 57

77 No. Jenis Desa Anggota 8 Pengrajin 1. Karang Taruna Petaling (Pak Maryono) 2. Pembuat Perahu Petaling (Pak Nurdin, Pak Asik, Pak Joni, Pak Nurdin, H Matawang) 3. Pak Mansur (atap sagu) 4. Pengrajin kayu petaling (Pak Tamil) 5. Pengrajin Anyaman (Maimunah, Saparima, Mayani) 9 Pemandu Wisata Khusus 1. Pak Seridi (Kayu Petaling) 2. Pak Pandi Selat Nasik (Muar Madu) 3. Pak Mamik-Petaling, Pak Edi Suak Gual (Kepiting Bakau) 4. Pak Mudin dan Pak Umar (Berasuk Pelandok) 5. Pak Mamik Petaling (Mancing di Bakau) 6. Pak Mamik-Petaling dan Pak Juri Suak Gual (Pemandu Siro) 10 Pemilik Keramba 1. Alin 2. Maulan 11 Pelaku Kesenian Desa Suak Gual Pengekar Campo (Setambul Pajar) (Jabing, Pak ilyas, Cik mat, Andi, Wawan, Santi) Desa Selat Nasik Pak bahani 12 Kelompok Pembuat Perahu Desa Suak Gual 1. Anda 2. sehan Alimudin Desa Selat Nasik 13 Transportasi Mobil Desa Suak Gual Mobil sekolah Elf Desa Selat Nasik Mobil Kecamatan kijang pik up, Sumber: Hasil Pengolahan, 2016 Desa Petaling Mobil desa trek,pik up Kawasan perdesaan di Kecamatan Selat Nasik memerlukan beberapa investasi untuk mengembangkan wilayah sesuai tema pengembangan mina-agro wisata. Untuk kegiatan agro atau perkebunan, dibutuhkan investasi untuk inovasi teknik produksi dan teknologi paska panen, selain itu dibutuhkan investasi untuk memasarkan hasil panen agar sesuai dengan harga pasar. Untuk kegiatan perikanan dibutuhkan investasi untuk proses pembibitan ikan budidaya serta investasi terhadap penelitian terkait kesehatan ikan-ikan di wilayah tersebut. 58

78 3.6 Sarana dan Prasarana Kesehatan Dalam menjalani aktivitas di perkebunan, para petani memiliki tempat tinggal sementara beserta persedian air dari tampungan air hujan. Tetapi kondisi dari penampungan air yang terbuka mengakibatkan berkembangkan jentik nyamuk, hal tersebut tidak baik untuk kesehatan seperti berkembangkan penyakit demam berdarah. Gambar 3.27 Tempat Tinggal Sementara Perkebunan Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Gambar 3.28 Keberadaan Jentik Nyamuk di dalam Penampungan Air Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Untuk menanggulangi dan mencegah menyebarnya jentik nyamuk tersebut diperlukan penyediaan alat pencegahan seperti alat fogging. Serta diperlukan juga pengembangan penambungan air tertutup agar tidak menjadi tempat berkembangbiak jentik nyamuk. Selain penyediaan peralatan maka diperlukan juga sarana kesehatan di dalam lokasi perencanaan agar dapat merespon dengan cepat 59

79 apabila terdapat masyarakat yang terjangkit penyakit demam berdarah, malaria maupun penyaakit lainnya. Tidak hanya terkait penyakit, namun untuk kasus kecelakaan. Tabel 3.9 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Desa Tahun 2015 No. Desa Puskesmas Puskesmas Pembantu 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik 1 - Sumber: Kantor Desa Se-Kecamatan Selat Nasik dan Tanjungpandan, 2016 Gambar di bawah ini menunjukkan mengenai kondisi puskesmas yang ada di Kecamatan Selat Nasik. Gambar 3.29 Kondisi Puskesmas Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Untuk menunjang keberadaan puskesmas dan puskesmas pembantu maka terdapat beberapa pekerja di dalam bidang kesehatan seperti pada tabel di bawah ini. 60

80 Tabel 3.10 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Selat Nasik Tahun 2015 No. Desa Dokter Medis & Perawat Bidan Dukun Bayi 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik Jumlah Sumber: Puskesmas Kecamatan Selat Nasik Ketika terjadi kasus/terdapat pasien yang tidak dapat datiag langsung ke sarana kesehatan terdekat maka dari itu terdapat ambulan baik berupa mobil maupun kapal Ekonomi Gambar 3.30 Kondisi Ambulan Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Tabel 3.11 Sarana Perekonomian Pasar Umum, Toko, dan Kios/Warung Tahun 2015 No. Desa Sarana Perekonomian Pasar Umum Toko Kios/Warung 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik Sumber: Kantor Desa Se-Kecamatan Selat Nasik dan Tanjungpandan,

81 Berdasarkan tabel di atas, pasar hanya beradai di Desa Selat Nasik. Sedangkan untuk toko kebanyakan berada di Desa Selat Nasik dan untuk kios/warung tidak berbeda jauh untuk setiap desa namun Desa Suak Gual memiliki kios/warung terbanyak. Selain menjual barang-barang kebutuhan sehari, toko/kios/warung ada di kawasan menjadi tempat pendualan bensin eceran, dikarenakan tidak terdapat pom bensin, tetapi di warung-warung terdapat penjualan bensin eceran seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.31 Pengisian Bahan Bakar Kendaraan Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Tabel 3.12 Jumlah Lembaga Keuangan Koperasi, Koperasi Unit Desa (KUD), dan Bank Tahun 2015 No. Desa Lembaga Keuangan Koperasi KUD Bank 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik Sumber: Kantor Desa Se-Kecamatan Selat Nasik dan Tanjungpandan, 2016 Koperasi hanya berada di Desa Selat Nasik, Lalu tidak ada KUD dan bank di wilayah perencanaan. 62

82 3.6.3 Pemerintahan Kondisi sarana pemerintahan yang ada sudah baik, tetapi untuk aktivitas setiap harinya masih ditunjang dengan generator dikarenakan ketiadaan listrik dari jam 6 pagi sampai dengan 4 sore. Sehingga di kala bahan bakar generator habis, kegiatan yang membutuhkan listrik seketika itu tidak dapat dijalankan. Tabel 3.13 Kondisi Kantor Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Lalu untuk keberadaan kantor desa dan balai pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut beserta anggota Badan Pemberdayaan Desa (BPD) dan Lembaga Musyawarah Desa (LMD) Tabel 3.14 Jumlah Sarana dan Anggota di Pemerintahan Tahun 2015 No. Desa Kantor Desa/ Kelurahan Balai Pertemuan Anggota BPD Anggota LMD 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik Sumber: Kantor Desa Se-Kecamatan Selat Nasik dan Tanjungpandan, 2016 Dilihat kondisinyas serupa dengan kondisi Kantor Kecamatan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. 63

83 Gambar 3.32 Kondisi Kantor Desa di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey Gambar 3.33 Kondisi Kantor Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Berikut ini keadaan di dalam kantor desa dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.34 Kondisi di dalam Kantor Desa di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey,

84 Selanjutnya terdapat juga terdapat kantor polisi di dalam kawasan perencanaan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.35 Kondisi Kantor Polisi di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa terkait jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang. Ketentuan jumlah BPD di setiap memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan Desa. Untuk jumlah anggota BPD pada setiap desa disesuaikan dengan jumlah penduduk desa yakni: jumlah penduduk sampai dengan 1500 jiwa, 5 orang anggota; jumlah penduduk 1501 sampai dengan 2000 jiwa, 7 orang anggota; jumlah penduduk 2001 sampai dengan 2500 jiwa, 9 orang anggota; dan jumlah penduduk lebih 2500 jiwa, 11 orang anggota. Maka dari itu untuk mengetahui kesesuaian jumlah anggota BPD dengan peraturan yang ada dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Desa Tabel 3.8 Kebutuhan Anggota BPD Jumlah Penduduk (jiwa) Keberadaan Anggota BPD Kebutuhan Anggota BPD Kesesuaian 1 Suak Gual Sesuai 2 Petaling Sesuai 3 Selat Nasik Sesuai Total Sesuai Sumber: Hasil Pengolahan, 2016 Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota BPD yang ada saat ini di kawasan perencanaan sudah mencukupi. 65

85 3.6.4 Sosial Budaya Tabel 3.15 Jumlah Karang Taruna beserta Anggotanya di Kecamatan Selat Nasik Tahun 2015 No. Desa Karang Taruna Anggota Karang Taruna 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik 1 41 Sumber: Kantor Desa Se-Kecamatan Selat Nasik, 2016 Berikut ini merupakan kondisi dari bangunan yang dipakai untuk kegiatan kelompok karang taruna beserta Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Gambar 3.36 Kondisi Bangunan bagi Aktivitas Karang Taruna dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Bangunan ini digunakan untuk melaksanakan aktivitas Karang Taruna dan PKK, selain itu, digunakan juga untuk penyimpanan barang kerajinan untuk dipamerkan dan jual juga,. Tidak hanya kerajinan tetapi terdapat juga produk makanan. Gambar 3.37 Kondisi Bangunan Serba Guna di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Terdapat beberapa ruang serba guna yang digunakan pada acara-acara khusus, ruangan tersebut tidak sepenuhnya tertutup dan terbuat dari kayu. Terdapat beberapa masjid yang tersebar di dalam kawasan dan kondisi dapat dilihat pada gambar berikut ini. 66

86 Gambar 3.38 Kondisi Masjid di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Selain itu untuk sarana olahraga yang berada di dalam kawasan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.16 Jumlah Sarana Olahraga Tahun 2015 No. Desa Sepak Bola Bola Volly Bulu Tangkis Tenis Tenis Meja 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik Sumber: Kantor Desa Se-Kecamatan Selat Nasik dan Tanjungpandan, 2016 Penggunan sarana olahraga yang ada selain diguankan untuk aktivitas luang masyarakat tetapi digunakan juga untuk kegiatan perlombaan yang dibuat oleh pemerintah kecamatan untuk menghidupkan dan mempersatukan masyarakat seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.39 Kondisi Sarana Olahraga di Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey 67

87 3.6.5 Transportasi Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung Tahun terkait transportasi adalah sebagai berikut. Tabel 3.17 Rencana Pengembangan Transportasi Kecamatan Selat Nasik No. Rencana Pengembangan 1 Rencana Pengembangan Pelabuhan Pengumpan yaitu Pelabuhan Laut Lokal di Kecamatan Selat Nasik 2 Perwujudan Pengembangan Pembangunan dan Pengembangan Reklamasi Pantai untuk Pengembangan pelabuhan Sistem Prasarana Pembebasan Lahan untuk Pengembangan Pelabuhan Transportasi Laut Pembangunan Pelabuhan Penyebrangan Kapal Roro ASDP rute Tanjung Ru - Selat Nasik Pembangunan Pelabuhan Kapal Yacth Penunjang Pariwisata Pembangunan fasilitas dan infrastruktur penunjang pelabuhan laut Sumber: Hasil Analisis, 2016 Jalan sudah di aspal, tetapi kondisinya masih bergelombnag. Di dalam Kabupaten Belitung tidak terdapat angkutan umum kecuali angkutan bis yang beroperasi untuk perjalanan lintas kabupaten ke Kabupaten Belitung Timur. Sisanya, masyarakat memeiliki kendaraan sendiri yang didominasi oleh kendaraan bermotor. Sehingga apabila melewati jalan di Kabupaten Belitung tidak akan ada kemacetan kecuali pada hari besar/liburan. Berikut adalah kondisi terminal yang ada di Kabupaten Belitung. Gambar 3.40 Kondisi Terminal di Kabupaten Belitung Sumber: Dokumentasi Survey 68

88 Pelabuhan yang dimiliki oleh Kabupaten Belitung saat ini ada dua yaitu Pelabuhan Tanjung Pandan dan Pelabuhan Tanjung Ru yang aktif digunakan untuk transportasi wisatawan menuju Kabupaten Belitung. Untuk menyebrang ke Pulau Mendanau Kecamatan Selat Nasik melalu Pelabuhan Tanjung Pandan memerlukan waktu 2 jam sedangkan dari Tanjung Ru hanya 30 menit. Lalu perjalanan dari Tanjung Pandan ke Tanjung Ru paling lama adalah 1 jam. Tabel 2.2 Daftar Pelabuhan dan Pelayaran di Kabupaten Belitung No. Nama Pelabuhan 1. Pelabuhan Tanjung Pandan 2. Pelabuhan Tanjung Ru Sumber: Dishubkominfo Kabupaten Belitung, 2014 Tahun 2014 Frekuensi Pelayaran Rute pelayaran (perbulan) 26 kali Tanjung pandan Pangkal Balam (PP) 8 kali Tanjung Pandan Sadai (PP) 6-8 kali Tanjung Pandan - Jakarta Operator Pelayaran PT. Pelayaran Sakti Inti Makmur (Express Bahari) PT. ASDP (KM Gorare) PT. Bukit Merapin (KM. Srikandi, KM.Silvia, KM.Star Belitung) Pelabuhan Tanjung Pandan memiliki memiliki satu dermaga berkondisi baik, dengan panjang 290 meter. Selain itu Kabupaten Belitung juga memiliki pelabuhan Tanjung Ru di Pegantongan. Gambar 3.41 Kondisi Pelabuhan Tanjung Ru Sumber: Dokumentasi Survey 69

89 Setelah sampai di Pelabuhan Kecamatan Selat Nasik, kondisinya tidak seperti Pelabuhan Tanjung Ru. Apabila dilihat dari kondisi dermaganya tidak dapat dilewati oleh mobil karena mencukupi seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 3.42 Kondisi Dermaga (1) Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Gambar di atas menunjukan kondisi derga untuk trasnportasi dari Tanjung Ru ke Pulau Mendanau Kecamatan Selat Nasik. Kondisi dermaga cenderung sepi dikarenakan tidak banyak penumpang di waktu siang hari, kebanyakan penumpang ada pada pagi dan sore hari. Di Kecamatan Selat Nasik sendiri terdapat 4 dermaga yang kondisinya serupa dengan dermaga pada gambar sebelumnya, kondisinya seperti berikut. Namun terdapat 1 dermaga yang dibangun dengan kayu yang melewati hutan mangrove seperti pada gambar berikut. Gambar 3.43 Kondisi Dermaga (2) Sumber: Dokumentasi Survey,

90 Gambar 3.44 Kondisi Dermaga (3) Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Melihat dari kondisi dermaga pelabuhan yang ada saat ini maka perlu dilakukan perningkatan seperti pelebaran dermaga agar kendaraan mobil dapat melewati dermaga. Di Kecamatan Selat memiliki kondisi jalan yang berbeda-beda seperti pada tabel berikut. Tabel 2.2 Panjang Jalan di Kecamatan Selat Nasik Tahun 2015 No. Desa Panjang jalan (Km) Aspal Batu Tanah 1 Suak Gual 2,7 0,7-2 Petaling 10,4 1 3,6 3 Selat Nasik 16,5 1 1 Jumlah 29,6 2,7 4,6 Sumber: Kantor Desa Se-Kecamatan Selat Nasik, 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar jalan yang berada di kecamatan Selat Nasik sudah berupa aspal. Lalu untuk melihat kondisi jalan yang ada saat ini dapat dilihat pada gambar berikut. 71

91 Gambar 3.45 Kondisi Jalan Dermaga Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Kondisinya sudah mengalami perkerasan tetapi masih terdapat bagian jalan yang bergelombang. Lalu untuk menuju daerah permukinan meiliki kondisi jalan yang serupa seperti pada gambar di bawah ini. ini. Gambar 3.46 Kondisi Jalan menuju Daerah Permukiman Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Untuk kondisi jalan yang ada dipermukiman dapat dilihat pada gambar di bawah 72

92 Gambar 3.47 Kondisi Jalan di Daerah Permukiman Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Untuk jalan utamanya sudah di aspal baru-baru ini, sehingga kondisinya masih sangat baik. Namun masih ada kondisi jalan yang masih diperkeras oleh semen. Berbeda halnya dengan jalan ke daerah perkebunan dan pantai, kondisi jalannya belum mengalami perkerasan seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 3.48 Kondisi Jalan di Daerah Permukiman Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Berikut adalah jumlah sarana angkutan darat yang berada di Kecamatan Selat Nasik. Selain jalan sebagai perngubung untuk keberadaan jembatan adalah sebagai berikut. Tabel 2.2 Jumlah Jembatan di Kecamatan Selat Nasik Tahun 2015 No. Desa Jembatan 1 Suak Gual 3 2 Petaling 4 3 Selat Nasik 12 Jumlah 19 Sumber: Dokumentasi Survey Berdasarkan pada tabel di atas, Desa Selat nasik memliki jembatan paling banyak lalu diikuti oleh Desa Petaling dan yang paling sedikit adalah Desa Suak Gual Melihat dari kondisi jalan dan jembatan yang ada saat ini maka perbaikan yang harus dilakukan. Hal yang menjadi prioritas adalah meningkatkan kualitas akses 73

93 bagi masyarakat yaitu degan melakukan perkerasan bagi jalan yang masih berupa tanah terlebih lagi perlu pembukaan akses bagi masyarakat yang masih kesulitan terhadap akses transportasi. Di Kecamatan Selat Nasikmemiliki kondisi jalan yang berbeda-beda seperti pada tabel berikut. Tabel 3.18 Jumlah Sarana Angkutan Darat di Kecamatan Selat Nasik Tahun 2015 Jenis Kendaraan No. Desa Sepeda Sepeda Motor Mobil Truk 1 Suak Gual Petaling Selat Nasik Jumlah Sumber: Kantor Desa Se- Kecamatan Selat Nasik, 2016 Berdasarkan tabel di atas, maka kendaraan yang paling banyak digunakan adalah sepeda motor sedangkan untuk truk sangat sedikit. 74

94 Berikut adalah kendaraan-kendaraan yang digunakan oleh masyarakat pada tabel berikut. Tabel 3.19 Penggunaan Kendaraan untuk Transportasi Penumpan dan Barang No. Jenis Kendaraan Penggunaan Kondisi Foto 1 Bis Angkutan Penumpang Trayek Bis adalah lintas kabupaten yaitu Belitung ke Belitung Timur maupun sebaliknya. Namun terkadang trayek tersebut akan melalui Pelabuhan Tanjung Ru untuk mengangkut penumpang yang datang dengan perahu. Tapi tidak datang setiap waktu tergantung dengan keberadaan penumpang, apabila tidak banyak maka bis tidak akan mengambil penumpang di 2 Perahu Sedang Angkutan Penumpang pelabuhan. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Perahu dengan jenis seperti ini dapat mengangkut maksimal penumpang 50 orang dan kendaraan bermotor 30 kendaraan. Tetapi perahu ini dapat mengangkut mobil tetapi memerlukan 2 perahu yang berdampingan dan dikaitkan agar mobil dapat ditempatkan diantara kedua perahu tersebut. 3 Perahu Kecil Angkutan Penumpang Perahu jenis ini mengangkut penumpang lebih sedikit tidak lebih dari 30 orang. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sumber: Dokumentasi Survey,

95 No. Jenis Kendaraan Penggunaan Kondisi Foto 4 Taxi Angkutan Penumpang Apabila ingin menggunakan taxi maka harus memesan terlebih dahulu, dikarenakan tidak setiap waktu taxi ada. 5 Travel Angkutan Penumpang Terdapat juga kendaraan travel yang dipesan namun kendaraan tersebut hanya berada di Pulau Belitung. Sumber: Dokumentasi Survey, Pick Up Angkutan Penumpang Salah satu kendaraan yang digunakan untuk transportasi yang berada di Pulau Mendanau, terdapat kendaraan lainnya juga, tetapi seringnya menggunaan kendaraan jenis pick up. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sumber: Dokumentasi Survey,

96 sdsdsdsdsdsdsddsdsdsds Jenis No. Kendaraan 7 Sepeda Motor Penggunaan Kondisi Foto Angkutan Penumpang dan Barang Kendaraan ini yang paling sering dipakai oleh masyarakat. Dikarenakan lebih praktis karena dapat diangkut relatif mudah untuk perjalanan lintas pulau. Ke 8 Sepeda Angkutan Penumpang Kendaraan ini kebanyak di pakai olah anak-anak dan remaja, dikarenakan belum memiliki izin untuk berkendara menggunakan motor. Tetapi orang dewasa pun memakainya. Sumber: Dokumentasi Survey, Angkutan Barang Digunakan untuk mengangguk ikan dari dermaga, disebabkan lebar dermaga yang tidak bias dilewati oleh kendaraan laiinya, apabila masuk pun akan sulit untuk bergerak. Sehingga kapasitas untuk pengngkutan ikan pun hanya dapat diangkat sebanyak 2 box ikan. Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sumber: Hasil Analisis, 2016 Sumber: Dokumentasi Survey,

97 Melihat dari kondisi dermaga yang ada saat ini maka perbaikan yang harus dilakukan adalah memperbaiki kondisi dermaga kayu dikarenakan keadan dermaga yang berlubang/rusak dapat membahayakan. Selain itu untuk dermaga lain kondisinya sudah relatif baik hanya saja perlu dilakukan pelebaran kedepannya agar penganggutan barang lebih mudah yaitu dapat menganggut lebih banyak dengan menggunakan mobil Energi Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung Tahun terdapat rencana sistem pembangkit tenaga listrik di seluruh kecamatan. sistem prasarana energi dan sumber daya mineral dilakukan melalui pengembangan jaringan sampai pada kawasan perdesaan yang belum terlayani aliran listrik, peningkatan pelayanan dan penyediaan gardu listri di seluruh pkw dan pkl, penyediaan sumber energi listrik secara memadai untuk pelabuhan laut. Untuk Kecamatan Selat Nasik sendiri sudah terdapat pembangkit listrik menggunakan bahan bakar bensin. Sampai dengan saat ini, penggunaan listrik di Kecamatan Selat Nasik masih terbatas yaitu malu jam 4 sore sampai dengan 6 pagi keesokan harinya. Lalu mulai pagi sampai degan sore, kegiatan yang memerlukan dukungan listrik menggunakan generator yang baisanya ditempatkan di Kantor Kecamatan. Selain penggunaan bensin terdapat juga energy yang berasal dari tenaga surya yang digunakan untuk penerangan jalan seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 3.49 Kondisi Lampu Penerangan Sumber: Dokumentasi Survey,

98 Tidak hanya untuk penerangan jalan, namun untuk keperluan pembuatan es untuk perikanan dan konsumsi masyarakat menggunakan energi tenaga surya seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 3.50 Pembangkit Listri Tenaga Surya Sumber: Dokumentasi Survey, Informatika dan Telekomunikasi Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung Tahun terdapat perwujudan pengembangan sistem prasarana telekomunikasi dilakukan melalui pengembangan jaringan dan pelayanan informasi dan telekomunikasi sampai pada kawasan perdesaan. Gambar 3.51 Sarana Telekomunikasi Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Keberadaan sinyal di kawasan sudah baik di Desa Selat Nasik dan Suak Gual, tetapi untuk Desa Petaling masih sulit sehingga apabila ingin melakukan komunikasi tidak dapat dilakukan di sembarangan tempat. 79

99 Peta BTS Kecamatan Selat Nasik sinyal. Gambar 3.52 Peta BTS Kecamatan Selat Nasik Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Perlu ditambahkan BTS di Desa Petaling disebabkan jaringan telekomunikasi yang masih kurang baik, tidak semua tempat terdapat 80

100 3.6.8 Sistem Manajemen Air dan Irigasi Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung terdapat rencana pembangunan baru sistem jaringan air minum, sistem daerah irigasi Selat Nasik dengan luas ±30 hektar, sumber air gunung petaling, rencana pengembangan sistem jaringan air baku yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah di Kecamatan Selat Nasik. Perwujudan Pengembangan Sistem Prasarana Sumber Daya Air untuk Penghijauan Sempadan Pantai dan Pembangunan Penahan Abrasi Pantai, Perwujudan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum dilakukan melalui Penyediaan Air Bersih untuk Pelabuahan seperti pada gambar berikut. Peta Irigasi Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.53 Peta Irigasi Kecamatan Selat Nasik Tahun 2012 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung 81

101 3.6.9 Sanitasi Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung Tahun terdapat pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kecamatan Selat Nasik. Peta IPA Kecamatan Selat Nasik Gambar 3.54 Peta IPA Kecamatan Selat Nasik Tahun 2012 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung 82

102 Persampahan Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung Tahun terkait persampahan terdapat pengembangan tempat pemrosesan akhir di seluruh kecamatan dan pengembangan tempat penampungan sementara di tiap kelurahan dan desa, namun kondisinya saat ini seluruh masyarakat masih mengelola sampah dengan cara dibakar dikarenakan tidak terdapat tempat pembuangan sampah. Padahal hal tersebut tidak memiliki dampak baik untuk kesehatan dan mengakibatkan polusi udara. Gambar 3.55 Pembakaran Sampah Sumber: Dokumentasi Survey, Akomodasi Gambar 3.56 Tempat Makan Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Ketersedian tempat makan masih berasal dari masyarakat lokal, makanan yang disediakan pun berbeda-beda tetapi masih cenderung kekeurangan penyediaan makanan khas belitung. 83

103 Gambar 3.57 Homestay Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Sama halnya dengan penyediaan temapat makan, untuk penginapan/homestay pun disediakan oleh masyarakat Ekonomi Sektoral Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung Tahun , terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di seluruh kecamatan. Untuk saat ini sudah terdapat PPI di Kecamatan Selat Nasik, kondisinya adalah sebagai berikut. Gambar 3.58 Kondisi PPI Kecamatan Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Kondisinya cenderung sepi dari kegiatan, lalu untuk keberadaan sara prasarana di lokasi tersebut untuk menunjang kegiatan pendaratan ikan terdapat juga gudang es yang beroperasi menggunakan tenaga surya yang digunakan untuk mengawetkan ikan. 84

104 3.7 Kelembagaan Dalam pengembangan kawasan perdesaan di Kecamatan Selat Nasik ini, dibentuk Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Belitung. Tim koordinasi ini memiliki tugas sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan penetapan kawasan perdesaan; b. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan; c. Menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal didelegasikan oleh Bupati; d. Melaksanakan arahan kebijakan sebagai hasil evaluasi laporan kinerja pembangunan kawasan perdesaan. Susunan dari tim koordinasi ini adalah sebagai berikut: Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Belitung Wakil Ketua : Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kabupaten Belitung Sekretaris : Kepala BPMPDPKB Kabupaten Belitung Wakil Sekretaris : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Anggota : 1. Kepala Dinas TPHP2KKP Kabupaten Belitung 2. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung 3. Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Belitung 4. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Belitung 5. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung 6. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung 7. Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung 8. Kepala Bagian Ekonomi Setda. Kabupaten Belitung 9. Kepala Bagian Pembangunan Setda. Kabupaten Belitung 10. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung 11. Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung 12. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat BPMPDPKB Kabupaten Belitung 13. Kepala Bidang Pemerintahan Desa BPMPDPKB Kabupaten Belitung 14. Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Belitung 85

105 15. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Belitung 16. Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Belitung 17. Kepala Bidang Data dan Program Bappeda Kabupaten Belitung 18. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Belitung 19. Camat Selat Nasik 20. Kepala Desa Petaling 21. Kepala Desa Selat Nasik 22. Kepala Desa Suak Gual Selain itu, terdapat Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Kabupaten Belitung yang memiliki tugas sebagai berikut: a. Melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan; b. Menyusun rencana pembangunan kawasan perdesaan bersama-sama dengan TKPKP Kabupaten; c. Melaksanakan rencana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal ditunjuk oleh Bupati/TKPKP Kabupaten; d. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pembangunan kawasan perdesaan. Pelaporan dilakukan oleh TKPK Kabupaten. Anggota dari Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Kabupaten Belitung meliputi: Ketua : Kepala Bappeda Kabupaten Belitung Sekretaris : Kepala BPMPDPKB Kabupaten Belitung Koord. Klaster Kelautan : Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Koord. Klaster Pertanian : Kepala Dinas DTPHP2KKP Kabupaten Belitung Koord. Klaster Pariwisata : Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung Anggota : 1. Camat Selat Nasik 2. Kepala Desa Suak Gual 3. Kepala Desa Petaling 4. Kepala Desa Selat Nasik 86

106 BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS KAWASAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses analisis isu-isu strategis, potensi dan permasalahan, klaster komoditas dan pendukung, penelaahan dengan dokumen perencanaan, serta isu strategis kawasan perdesaan. 4.1 Proses Analisis Isu-isu Strategis Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan perdesaan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu trategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar dan begitupun sebaliknya, atau dalam hal lain apabila tidak dimanfaatkan, maka akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Analis isu-isu strategis kemudian menjadi bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan RPKP untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis dalam meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan dapat dioperasionalkan, serta secara moral dan etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan. Karakteristik suatu isu strategis sendiri adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembangaan/ keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis. Isu strategis kawasan perdesaan sendiri ditentukan berdasarkan kriteria: a. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan kawasan perdesaan; b. Merupakan tugas dan tanggung jawab TKPKP Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan 87

107 c. Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap kawasan perdesaan dan masyarakat; d. Memiliki daya ungkit yang siginifikan terhadap pembangunan kawasan perdesaan; e. Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola; f. Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan; dan g. Kriteria lain dapat dikembangkan sesuai kebutuhan/dinamika kawasan perdesaan. Metode penentuan isu-isu strategis dapat dilakukan dengan menggunakan metode inventarisasi isu dan dilanjutkan dengan pembobotan untuk mendapatkan isu strategis. Dengan demikian, tahapan dalam penentuan isu-isu strategis dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a. Melaksanakan Inventarisasi Isu Pelaksanaan inventarisasi isu dapat dilakukan dalam forum Focussed Group Discussion (FGD) yang dilakukan dengan melibatkan para stakeholder dan atau pakar yang memiliki pengalaman dalam merumuskan atau memahami isu-isu strategis perencanaan pembangunan kawasan perdesaan. FGD diarahkan untuk memilih kategori isu atau kecenderungan dalam 5 (lima) tahun mendatang, lalu menentukan sumber-sumber informasi yang tepat. b. Melakukan Pembobotan untuk Mendapatkan Isu Strategis Setelah berbagai isu diidentifikasi dan dilakukan FGD untuk memahami usulan dan masukan tentang berbagai isu strategis, maka langkah selanjutnya adalah menentukan mana isu strategis yang paling prioritas dan akan dijadikan dasar bagi penyusunan tujuan dan sasaran. 4.2 Potensi dan Permasalahan Dalam mengembangkan kawasan perdesaan mina-agro wisata di Kabupaten Belitung, perlu ditinjau dari potensi kawasan dan permasalahan yang dapat menghambat pengembangan kawasan tersebut. Potensi dan permasalahan tersebut ditinjau berdasarkan lima aspek dasar yang berhubungan dengan kegiatan minaagro wisata. Berikut ini merupakan hasil identifikasi potensi dan permasalahan kawasan perdesaan tersebut: 88

108 Tabel 4.1 Identifikasi Potensi dan Masalah Kawasan Perdesaan Aspek Potensi Masalah Fisik Dasar Sosial Budaya Ekonomi Sarana dan Prasarana Sumber: Hasil Analisis, 2016 Memiliki hutan mangrove yang cukup luas (5.139 Ha) Memiliki tanah cukup subur sehingga cocok untuk pertanian perkebunan Memiliki acara seni dan kebudayaan berupa Festival Maras Tahun Memiliki rumah adat Rumah warga digunakan sebagai homestay Memiliki potensi snorkling dan diving. Terdapat potensi perikanan budidaya yang sedang berkembang Memiliki potensi wisata Pantai Pasir Panjang dan mercusuarnya Sudah terdapat UKM pembuatan souvenir wisata Memiliki potensi perikanan tangkap Sudah tersedia akses jalan antar desa serta dermaga di setiap desa - Pengembangan dan pemanfaatan terbatas karena status sebagai hutan produksi milik Perhutani Warga sering membakar lahan untuk membersihkan dari hama Tanaman sering diganggu hama seperti monyet, tupai Akses petani kepada harga pasar terbatas, sehingga tergantung pada spekulan yang membuat harga tidak stabil Pengunjung terbatas di lingkup skala kabupaten Minim SDM yang paham manajemen pariwisata Jumlah homestay masih terbatas dengan fasilitas seadanya Masyarakat kurang akses menuju pasar modal Belum tersedia alat / penyewaan snorkling dan diving Ikan seringkali mati tidak terduga tanpa diketahui penyebabnya Tidak tersedia tempat penyimpanan ikan / cold storage Bibit ikan impor dari Bali Akses jalan menuju pantai belum diaspal, belum ada amenitas penunjang wisata Kapasitas produksi terbatas. Metode penangkapan masih tradisional Terdapat laporan penelitian kerusakan terumbu karang karena penangkapan ikan Penyediaan air bersih Perkebunan yang menjadi sarang jentik nyamuk Kurangnya meratanya jangkauan jaringan telekomunikasi Listrik hanya tersedia di jam 4 sore sampai jam 6 pagi Belum tersedia transportasi umum di dalam pulau - 89

109 4.3 Klaster Komoditas dan Pendukung Kawasan perdesaan mina-agro wisata direncanakan untuk mengembangkan komoditas pertanian perkebunan serta perikanan untuk menunjang potensi wisata yang ada. Komoditas tersebut terdiri dari : 1. Komoditas perkebunan, yang terdiri dari perkebunan karet dan lada 2. Komoditas perikanan, yang terdiri dari ikan kerapu (budidaya) Gambar 4.1 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Selat Nasik Sumber: Dokumentasi Survey, 2016 Pada komoditas perkebunan tidak memiliki sentra pengolahan tertentu, namun mayoritas lahan yang digunakan untuk perkebunan berupa perkebunan karet dan lada. Sedangkan komoditas perikanan memiliki beberapa koperasi, salah satunya adalah koperasi Budidaya Ikan Laut di Desa Selat Nasik. Komponen penunjang lain untuk komoditas perikanan adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), namun berdasarkan hasil observasi lapangan, PPI tersebut tidak setiap hari dimanfaatkan dan beberapa bagian dari PPI telah beralih fungsi menjadi bengkel reparasi. 4.4 Penelaahan Dengan Dokumen Perencanaan Dokumen perencanaan yang terkait dengan kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung meliputi RTRW Kabupaten Belitung, RPJM Kabupaten Belitung, serta rencana sektoral berupa Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Belitung, Masterplan Minapolitan dan Masterplan Agropolitan Kabupaten Belitung. Dokumen-dokumen perencanaan tersebut ditelaah dalam tabel berikut ini: 90

110 Tabel 4.2 Telaah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya No. Dokumen Rencana 1. RTRW Kabupaten Belitung (Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Tahun ) Kebijakan Terkait Rencana Struktur Ruang Kecamatan Selat Nasik sebagai Pusat Kegiatan Lokal Rencana pengembangan pelabuhan pengumpan. berupa pelabuhan laut lokal di Selat Nasik. Rencana terminal khusus karantina hewan (sapi) di Pulau Naduk. Rencana pengembangan daerah irigasi Selat Nasik dengan luas ±100 Ha. Sistem jaringan air baku di sumber air Gunung Petaling. Rencana pembangunan baru sistem jaringan air minum di Kecamatan Selat Nasik Pengembangan pengelolaan persampahan berupa Tempat Pemrosesan Akhir di Kecamatan Selat Nasik dan Tempat Penampungan Sementara di masing-masing Desa Pembangunan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) di seluruh Kecamatan Pengembangan prasarana perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di seluruh kecamatan 91

111 No. Dokumen Rencana Kebijakan Terkait Gambar Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung yang terdiri dari 92

112 No. Dokumen Rencana Kebijakan Terkait o Kawasan Cagar Budaya Museum Tanjung Lancur o Kawasan rawan resiko bencana air rob di Desa Selat Nasik dan Desa Suak Gual o Kawasan rawan bencana abrasi/erosi di Desa Suak Gual o Kawasan rawan bencana rawan kebakaran di Desa Suak Gual (daerah gambut) o Kawasan lindung lainnya habitat satwa tupai di Selat Nasik Kawasan budidaya yang terdiri dari o Kawasan peruntukan hutan produksi yang terletak di seluruh kecamatan o Pertanian lahan basah berupa budidaya tanaman pangan dan budidaya hortikultura o Pertanian lahan kering berupa budidaya tanaman pangan hortikultura dan palawija serta kawasan perkebunan rakyat o Pengembangan kegiatan peternakan skala sedang dan besar o Kawasan perikanan tangkap yang tersebar di seluruh kecamatan o Kawasan budidaya perikanan air payau dan air tawar yang tersebar di seluruh kecamatan o Kawasan pengolahan hasil perikanan yang tersebar di seluruh kecamatan o Kawasan minapolitan zona pengembangan di Kecamatan Selat Nasik o Kawasan peruntukan pertambangan didikecamatan Selat Naik o Kawasan peruntukan area industri berbasis produksi yang terletak di seluruh kecamatan o Kawasan peruntukan industri kecil dan menengah dan rumah tangga yang tersebar di seluruh kecamatan o Kawasan pariwisata alam pantai Pasir Panjang o Kawasan pariwisata alam pulau, meliputi: Pulau Naduk, Pulau Kera, Pulau Batu Dinding, Pulau Bayan, Pulau Sebongkok, Pulau Sepindang dan Pulau Sekutai o Kawasan pariwisata alam sungai berupa Sungai Petaling o Pariwisata alam lainnya dan pariwisata budaya berupa Mercusuar Tanjung Lancur o Kawasan pariwisata buatan yang tersebar di seluruh kecamatan o Kawasan permukiman perdesaan yang terletak di Kecamatan Selat Nasik 93

113 No. Dokumen Rencana Kebijakan Terkait Gambar Rencana Pola Ruang Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis provinsi berupa kawasan minapolitan Selat Nasik 94

114 No. Dokumen Rencana Kebijakan Terkait 2. RPJM Daerah (Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 Tahun 2014 tentang RPJMD Kabupaten Belitung Tahun ) 3. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Belitung (Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 12 Tahun 2015 tentang Rencana Kawasan karantina hewan di Pulau Naduk di Kecamatan Selat Nasik Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi berupa kawasan minapolitan zona pengembangan di Kecamatan Selat Nasik dan kawasan karantina hewan di Pulau Naduk Kecamatan Selat Nasik Kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup berupa kawasan konservasi perairan dan hutan mangrove. Visi RPJMD : Kabupaten Belitung sejahtera, berdaya saing, inovatif dan bermartabat. Misi : 1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia guna mendukung percepatan laju pembangunan daerah. 2. Mewujudkan kemandirian perekonomian daerah melalui pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis potensi sumberdaya lokal dan optimalisasi peranan usaha mikro kecil dan menengah. 3. Reformasi birokrasi guna mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik. 4. Menciptakan stabilitas politik, keamanan, kedamaian, ketentraman masyarakat dan ketertiban umum. Potensi Pengembangan Kawasan, Kecamatan Selat Nasik direncanakan sebagai Kawasan Etalase Perikanan dalam Kawasan Budidaya. Pasal 19 Kawasan Strategis Pariwisata Daerah meliputi : Kawasan pariwisata pulau-pulau kecil di Kecamatan Selat Nasik dan sekitarnya. CAKUPAN WILAYAH: seluruh wilayah Kecamatan Selat Nasik yaitu Desa Gual, Desa Pataling, Desa Selat Nasik dan Desa Gresik ditambah Desa Pegantungan di Kecamatan Badau Pasal 22 : Ayat (1) Tema Kawasan pariwisata pulau-pulau kecil di Kecamatan Selat Nasik dan sekitanrnya; TEMA PENGEMBANGAN: Tema primer: Pariwisata Pulau-Pulau Kecil 95

115 No. Dokumen Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Belitung Tahun ) Tema sekunder: Pariwisata Budaya Bahari Kebijakan Terkait Ayat (2) Sasaran pembangunan kawasan pariwisata pulau- pulau kecil di Kecamatan Selat Nasik dan sekitarnya; DAYA TARIK WISATA: Daya tarik wisata primer: Kawasan Pulau Lima, Kawasan Bakau Selat Nasik, Pulau Kalambau, Lokasi kapal karam dan pulau- pulau kecil di sekitarnya Daya tarik wisata sekunder: Mercusuar Tanjung Lancur, Pantai Pasir Panjang, dan Pantai Batu Dinding Ayat (3) Rencana Pembangunan Kawasan pariwisata pulau-pulau kecil di Kecamatan Selat Nasik dan sekitarnya RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN: a. pengembangan kekhasan morfologi serta flora dan fauna khas pulau-pulau kecil sebagai daya tarik wisata utama kawasan; b. pengembangan adat dan budaya masyarakat bahari khas Belitung; c. penetapan perlindungan terhadap kekayaan pulau-pulau kecil dan sumber daya bawah laut di kawasan; d. pengembangan fasilitas pariwisata dan pendukungnya yang khas lokal dan ramah lingkungan; e. pengembangan sistem transportasi laut dan darat terpadu dan ramah lingkungan bagi wisatawan; f. pengembangan sistem keamanan dan keselamatan bagi wisatawan dan masyarakat. 96

116 No. Dokumen Rencana Kebijakan Terkait 4. Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Belitung Gambar Rencana Kawasan Pariwisata Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan kawasan minapolitan Menetapkan kawasan di Selat Nasik, Tanjung Binga dan Membalong (Pulau Seliu), Tanjung Ru (Badau) sebagai zona pengembangan perikanan. Menghubungkan zona inti dengan zona pengembangan, zona pengembangan dengan zona penunjang maupun pendukung melalui jaringan jalan darat maupun laut. Rencana Pengembangan Perikanan Aspek Non Teknis: Pengembangan Sektor dan Produk Unggulan Pengolahan ikan dari industri menengah diarahkan di Tanjungpandan dan Tanjung Binga, sedangkan pengembangannya di Selat Nasik Home industry diarahkan tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Tanjungpandan, Selat Nasik, Membalong, Badau dan 97

117 No. Dokumen Rencana Kebijakan Terkait Kecamatan Sijuk. Pengolahan ikan berupa kerupuk, abon ikan, bakso ikan, ikan asin, surip, terasi, kricu, kripik ikan dan lainlain. Budidaya ikan kerapu diarahkan di Kecamatan Sijuk, Badau, Membalong dan Selat Nasik Rencana Pengembangan Perikanan Aspek Non Teknis: Rencana Struktur Pengembangan Perikanan Pusat kegiatan zona pengembangan, diarahkan di Selat Nasik, Pulau Seliu (Membalong), Tanjung Binga dan Tanjung Ru (Badau) yang memiliki fungsi : a. Pusat pemasaran perikanan skala kawasan b. Pusat pengolahan perikanan skala kawasan c. Pusat sarana prasarana perikanan skala kawasan Rencana pengembangan pelabuhan perikanan adalah: o Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Selat Nasik, Pulau Seliu, Tanjung Binga Rencana jaringan energi o Pembangkit listrik PLTD terletak di Tanjungpandan, PLTD Pilang, PLTD Selat Nasik, PLTD Pulau Seliu Rencana Jaringan Sumberdaya Air o Pengembangan sumber air baku : Sumber Air Digunung Petaling di Kecamatan Serat Nasik o Rencana pembangunan baru sistem jaringan air minum di Kecamatan Sijuk, Kecamatan Badau, Kecamatan Membalong dan Kecamatan Selat Nasik. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Pantai dan Kelautan 5. Selat Nasik termasuk ke dalam zona pengembangan perikanan tangkap dan zona pengembangan perikanan budidaya. 6. Rencana konservasi yang meliputi: a. Konservasi dan rehabilitasi hutan bakau dipesisir pantai Kecamatan Membalong, Badau Sijuk dan Selat Nasik b. Konservasi habitat penyu dan atol di Suak Guol Kecamatan Selat Nasik, maupun di Pulau Kepayang Kecamatan Sijuk 98

118 No. Dokumen Rencana Kebijakan Terkait 5. Masterplan Agropolitan Kabupaten Gambar Rencana Zonasi Wilayah Pengembangan Pesisir dan Kelautan Rencana Pusat Pelayanan Pertanian Pusat Sentra Produksi Selat Nasik dengan produk : o Produk unggulan : karet 99

119 No. Dokumen Rencana Belitung o Produk andalan : durian o Produk ketahanan pangan : padi o Produk pendukung : ayam Kebijakan Terkait Gambar Rencana Pola Ruang Agropolitan Selat Nasik Sumber: Hasil Analisis,

120 4.5 Isu Strategis Kawasan Perdesaan Berdasarkan hasil telaah potensi dan permasalahan pengembangan kawasan perdesaan mina-agro wisata di Selat Nasik, Kabupaten Belitung serta telaah dokumen perencanaan yang sudah ada, maka dirumuskan beberapa isu yang mempengaruhi pengembangan kawasan meliputi: 1. Pembangunan infrastruktur terbatasi dengan status kawasan hutan lindung dan hutan produksi 2. Potensi perikanan tangkap tinggi namun tidak disertai dengan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan 3. Potensi perikanan budidaya masih terkendala modal, sarana prasarana, pembibitan dan penelitian terkait perikanan 4. Potensi perkebunan tinggi namun penyediaan modal kurang dan petani dirugikan oleh harga pasar tidak stabil 5. Keberadaan potensi selam, belum disertai sarana dan prasarana yang memadai 6. Keberadaan potensi wisata belum didukung sepenuhnya oleh keberadaan moda transportasi, amenitas dan promosi wisata serta manajemen wisata 7. Perlunya penyediaan energi alternatif dan telekomunikasi untuk keterbatasan pasokan energi (listrik) dan telekomunikasi di Selat Nasik 8. Potensi lahan untuk dikembangkan tinggi namun iklim investasi masih rendah 9. Kondisi lingkungan perkebunan yang kurang baik bagi kesehatan Dari kedelapan isu tersebut, maka dirumuskan isu strategis untuk pengembangan kawasan perdesaan mina-agrowisata di Kabupaten Belitung berupa Belum optimalnya pengembangan potensi mina-agro wisata di Kawasan Perdesaan Selat Nasik 101

121 ISU KEBUTUHAN INTERVENSI Pembangunan infrastruktur terbatasi dengan status kawasan hutan lindung dan hutan produksi Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Perikanan Potensi perikanan tangkap tinggi namun tidak disertai dengan teknologi penangkapan yang ramah Potensi perikanan budidaya masih terkendala modal, sarana prasarana, pembibitan dan penelitian terkait Potensi perkebunan tinggi namun penyediaan modal kurang dan petani dirugikan oleh harga pasar tidak stabil Keberadaan potensi selam, belum disertai sarana dan prasarana yang memadai Keberadaan potensi wisata belum didukung sepenuhnya oleh keberadaan moda transportasi, amenitas dan promosi wisata serta Perlunya penyediaan energi alternatif dan telekomunikasi untuk keterbatasan pasokan energi (listrik) dan telekomunikasi di Selat Nasik Potensi lahan untuk dikembangkan tinggi namun iklim investasi masih rendah Peningkatan Kualitas Kesehatan Petani di Perkebunan Pengadaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendukung Mina-Agrowisata Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mempecepat Perkembangan Komoditas Perkebunan dan Perikanan Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Aktivitas Kawasan Mina- Agrowisata Perluasan dan Pengembangan Media Promosi Mina-Agrowisata Peningkatan Kualitas dan Perluasan Sarana Permodalan Kondisi lingkungan perkebunan yang kurang baik bagi kesehatan Gambar 4.2 Kebutuhan Intervensi atas Isu Strategis Sumber: Hasil Analisis,

122 BAB 5 KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai analisis konsep pengembangan kawasan, pengembangan komoditas unggulan dan pendukung, analisis sinergisme terkait konsep mulai dari hulu sampai dengan hilir, peta jalan pengembangan kawasan, serta kebutuhan program. 5.1 Analisis Konsep Pengembangan Kawasan Kawasan perdesaan Selat Nasik ini memiliki tema pengembangan berupa Mina- Agro Wisata. Hal tersebut berarti dari masing-masing unsur mina, agro dan wisata akan dikembangkan sesuai potensinya masing-masing. Berdasarkan hasil analisis pada sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa saat ini masing-masing elemen potensi ini berdiri sendiri dan kurang memiliki hubungan satu sama lain. Oleh karena itu, masing-masing elemen potensi dari unsur mina (perikanan) dan agro (pertanian) akan dikembangkan sesuai dengan potesinya dan aktivitas yang dihasilkan dari kegiatan tersebut akan dijadikan komponen daya tarik wisata pendukung kawasan perdesaan tersebut. Contoh kegiatan dari masing-masing sektor diuraikan berikut ini. Pada kegiatan di sektor perikanan, seperti aktivitas budidaya ikan serta kegiatan nelayan pancing akan dijadikan daya tarik wisata untuk dijual ke wisatawan sebagai bentuk wisata edukasi. Hal tersebut berlaku pula untuk kegiatan sektor pertanian-perkebunan, dimana wisatawan dapat mengamati dan terlibat dalam melakukan kegiatan di perkebunan karet dan lada. Pengembangan kawasan yang dilakukan, terutama untuk sektor pariwisata tidak bisa menggunakan konsep mass tourism, dimana daya tarik wisata dipasarkan secara komersial untuk menarik sebanyak-banyaknya wisatawan. Hal tersebut dikarenakan baik dari kondisi fisik lingkungan serta sosial kemasyarakatan di kawasan perdesaan Selat Nasik tidak cocok untuk dikembangkan pariwisata yang bertujuan menghadirkan sebanyak mungkin wisatawan. Sehingga daya tarik wisata di kawasan ini cenderung bersifat sebagai wisata minat khusus. Selain itu, konsep pengembangan kawasan haruslah bersifat ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan potensi di kawasan perdesaan ini sebagian besar 103

123 merupakan potensi alam yang perlu dijaga kelestariannya, terutama untuk obyek daya tarik wisata. Hal tersebut juga berlaku pada sektor perikanan agar penangkapan ikan yang dilakukan tidak merusak ekosistem di laut. Tujuan dari pengembangan kawasan berdasarkan pada isu strategi yang diperoleh dari isu-isu yang berkembang di dalam kawasan yaitu isu strategis tersebut adalah belum optimalnya pengembangan potensi kawasan dalam menunjang potensi mina-agro wisata. Selanjutnya tujuan didasarkan pula pada kondisi kawasan yang berupa wilayah kepulauan dengan kegiatan utama yaitu perkebunan, perikanan dan pariwisata. Selain itu juga, penentuan tujuan ini berdasarkan aspirasi perbaikan yang harus dilakukan dari masyarakat yaitu terkait dengan persoalan akses, sarana prasarana dasar, produksi perkebunan dan perikanan, pengembangan pariwisata yang perlu mengalai perbaikan/peningkatan kualitas. Sehingga tujuan dalam perencanaan kawasan perdesaan di Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung adalah Pengembangan Kawasan Pulau Mendanau beserta Pulau-pulau Sekitarnya dengan Menciptakan Integrasi Antara Sektor Perkebunan, Perikanan, dan Pariwisata. Berdasarkan tujuan di atas maka diperoleh sasaran-sasaran yang dapat mengakomodasi pengembangan pada sektor perkebunan, perikanan dan pariwisata untuk masing masing sektor beserta integrasinya antar satu sama lain. Maka dari itu diperoleh sasaran-sasaran sebagai berikut: 1. Peningkatan Akses dan Hasil Produksi Perkebunan 2. Pengembangan Bembenihan dan Perbaikan Manajemen Perikanan 3. Perluasan Pengembangan Potensi Pariwisata Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh strategi-strategi pengembangan kawasan perdesaan sebagai berikut: 1. Perluasan Promosi Potensi Mina-Agrowisata 2. Integrasi Kawasan Wisata 3. Penyediaan Sarana Prasaran Pendukung Pariwisata Berbasis Masyarakat 4. Perluasan Kawasan Produksi Pertanian 5. Modernisasi Pengelolaan Perkebunan dan Pertanian 6. Peningkatan Kualitas Jalan menuju Lokasi Pariwasata 7. Pengendalian Hama Tanaman yang Ramah Lingkungan 8. Peningkatan Kualitas Lingkungan Perkebunan dan Perikanan 104

124 9. Pengembangan Destinasi Wisata Baru 10. Modernisasi Pengelolaan Perkebunan dan Pertanian 11. Peningkatan Kualitas SDM Lokal 12. Pengembangan Potensi Perkebunan dan Perikanan 13. Peningkatan Akses dan Sarana Transportasi menuja Kawasan Setelah membentuk strategi maka untuk arah pengembangannya adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Perikanan 2. Peningkatan Kualitas Kesehatan Petani di Perkebunan 3. Pengadaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendukung Mina- Agrowisata 4. Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mempecepat Perkembangan Komoditas Perkebunan dan Perikanan 5. Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Aktivitas Kawasan Mina-Agrowisata 6. Perluasan dan Pengembangan Media Promosi Mina-Agrowisata 7. Peningkatan Kualitas dan Perluasan Sarana Permodalan 5.2 Pengembangan Komoditas Unggulan Komoditas unggulan pada sektor pertanian-perkebunan terdiri atas perkebunan karet dan lada. Hal ini dikarenakan bahwa perkebunan karet dan lada mendominasi sebagian besar kegiatan pertanian dan perkebunan di kawasan perdesaan Selat Nasik. Komoditas ini akan dikembangkan dari kegiatan di hulu, yakni kegiatan produksi, hingga ke kegiatan pemasaran. Kegiatan produksi yang yang akan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan hasil produksi tanaman yang berkualitas. Hal tersebut akan dilanjutkan dengan pengembangan pemasaran produk lada dan karet tersebut. Karena berdasarkan hasil analisis sebelumnya, para petani mengalami kendala pemasaran dimana mereka tidak memiliki akses untuk mendapatkan harga sesuai dengan harga pasar. Konsep lengkap untuk pengembangan masing-masing kawasan perkebunan dapat dilihat pada gambar 5.1 dan

125 Gambar 5.1 Konsep Pengembangan Kawasan Perkebunan Karet Sumber: Hasil Analisis, 2016 Gambar 5.2 Konsep Pengembangan Kawasan Perkebunan Lada Sumber: Hasil Analisis, 2016 Komoditas unggulan pada sektor perikanan terdiri atas hasil perikanan budidaya dan tangkap, berupa kerapu dan ikan lainnya. Pada sektor perikanan ini juga akan dikembangkan secara menyeluruh dari hulu ke hilir. Pengembangan dari hulu dimulai dengan proses penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan dengan melalui peningkatan teknologi penangkapan ikan. Selain itu, untuk perikanan 106

126 budidaya, akan dikembangkan penelitian terkait perikanan, yakni mengenai pengembangan bibit ikan serta kondisi kesehatan ikan agar tidak mudah mati. Setelah penangkapan ikan, akan dilanjutkan dengan penyimpanan ikan di cold storage, maupun pemasaran ikan, serta pengolahan ikan secara sederhana melalui industri usaha kecil dan menengah di Kecamatan Selat Nasik. Konsep lengkap pengembangan kawasan perikanan dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah ini. Gambar 5.3 Konsep Pengembangan Kawasan Perikanan Sumber: Hasil Analisis, 2016 Selain komoditas perikanan dan pertanian, Kawasan Perdesaan Selat Nasik ini memiliki potensi pariwisata yang akan dikembangkan. Potensi pariwisata ini pada umumnya berupa wisata alam yang meliputi pantai di sepanjang pesisir pulau, hutan mangrove, potensi bawah laut; wisata buatan yang berupa mercusuar di Tanjung Lancur; serta wisata budaya yang berupa Festival Maras Tahun yang diadakan setahun sekali. Konsep pengembangan pariwisata ini akan mengarah pada Sustainable Tourism atau pariwisata yang berkelanjutan, sesuai dengan konsep awal pengembangan kawasan yang mengarah pada pengembangan ramah lingkungan namun tetap memperhatikan potensi ekonomi dan sosial masyarakat. Untuk lebih detailnya, konsep sustainable tourism ini akan dijelaskan pada gambar 5.4 berikut. 107

127 Gambar 5.4 Konsep Pengembangan Kawasan Pariwisata Sumber: Hasil Analisis, Pengembangan Komoditas Pendukung Komoditas pendukung yang akan dikembangkan pada kawasan perdesaan Selat Nasik ini adalah buah durian. Tanaman durian di Kecamatan Selat Nasik memiliki hasil produksi yang cukup tinggi dan memiliki kualitas yang cukup baik sehingga akan dijadikan komoditas pendukung pada pengembangan kawasan perdesaan ini. Kendala yang dihadapi pengembangan durian adalah tanaman ini merupakan tanaman liar. Sehingga, usaha pengembangan yang dilakukan adalah mempreservasi tanaman durian yang sudah ada sehingga tidak diganggu oleh hama dan mengusahakan membentuk perkebunan durian jika memungkinkan. 5.4 Analisis Sinergisme Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dengan prinsip antara lain partisipatif, holistik dan komprehensif, keterpaduan, dan berkesinambungan. Sehingga, pembangunan kawasan perdesaan harus dilaksanakan melalui sinergisme antar berbagai pemangku kepentingan. Sinergisme yang dijalankan tidaknya antar pemangku kepentingan namun juga antar program/kegiatan yang dicanangkan. Analisis sinergisme ini memuat matriks sinergisme baik antar aktor maupun antar 108

128 program pengembangan kawasan perdesaan. Pada analisis sinergisme antar aktor, terdapat kerjasama antar aktor berupa instansi pemerintahan, pemerintah desa, PLN, serta masyarakat Selat Nasik. Instansi pemerintahan yang terlibat berupa DKP, DTPHP2KKP, Dinas PU, Dishubkominfo, Diskoperindag Disparekraf, Dinas Kesehatan, DKPP, dan Pemerintah Desa. Masing-masing aktor tersebut terlibat dari kegiatan hulu ke hilir pengembangan kawasan. Sedangkan pada analisis sinergisme antar program merupakan kaitan antar satu program dengan program lain untuk membentuk output pengembangan kawasan. Hasil dari sinergisme antar program akan menghasilkan: 1. Peningkatan produksi dan produktivitas 2. Peningkatan nilai jual 3. Peningkatan daya tarik wisata 4. Peningkatan pelayanan pariwisata 5. Peningkatan dan perbaikan sarana prasarana 6. Memberikan informasi pasar 7. Menambah informasi nilai jual tambahan 8. Mendukung pengembangan produk 9. Promosi produk 10. Peningkatan promosi dan kunjungan 5.5 Peta Jalan Pengembangan Kawasan Masing-masing kawasan memiliki peta jalan pengembangan kawasan yang digambarkan pada bagan berikut ini: 109

129 Tahun Ke-1 Penelitian dan kajian perikanan serta pembibitan Tahun Ke-2 Penyediaan sarana dan prasarana Pelatihan masyarakat Inventarisasi wilayah Tahun Ke-3 Penyediaan sarana dan prasarana Pengemban gan inovasi Tahun Ke-4 Pengadaan alat bantu produksi Tahun Ke-5 Peningkatan sarana dan prasarana Pemasaran Gambar 5.5 Peta Jalan Pengembangan Kawasan Perikanan Sumber: Hasil Analisis, 2016 Tahun Ke-1 Pemantauan dan analisis harga pasar dan permintaan Pelatihan masyarakat Tahun Ke-2 Penyediaan sarana dan prasarana Pelatihan masyarakat Pemasaran Tahun Ke-3 Penyediaan sarana dan prasarana Pengemban gan inovasi Tahun Ke-4 Pengadaan infrastruktur Tahun Ke-5 Peningkatan sarana dan prasarana Pemasaran Gambar 5.6 Peta Jalan Pengembangan Kawasan Pertanian Sumber: Hasil Analisis,

130 Tahun Ke-1 Peningkatan kapasitas masyarakat Pemasaran dan promosi Tahun Ke-2 Penyediaan fasilitas wisata Pembinaan penyediaan amenitas Pemasaran dan promosi Tahun Ke-3 Penyediaan sarana dan prasarana Pemasaran dan promosi Tahun Ke-4 Pelatihan kewirausaha an Pemasaran dan promosi Tahun Ke-5 Pemasaran dan promosi Peningkatan sarana dan prasarana Gambar 5.7 Peta Jalan Pengembangan Kawasan Pariwisata Sumber: Hasil Analisis, Kebutuhan Program Berdasarkan hasil tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan, serta konsep pengembangan masing-masing kawasan, maka disusunlah program-program yang diperlukan untuk pengembangan kawasan perdesaan Selat Nasik. Terdapat 18 (delapan belas) program kegiatan strategis dalam rencana pengambangan kawasan strategis, sebagai berikut: 1. Peningkatan Produksi Perkebunan dan Perikanan 2. Pemantauan dan Analisis Harga Hasil Produk Perkebunan dan Perikanan 3. Pencegahan Perkembangan Jentik 4. Peningkatan Aksesibilitas 5. Pengadaan Informasi Destinasi Agro-Minawisata 6. Penyediaan Prasarana Pengairan Perkebunan 7. Pembangunan Sarana Pembenihan Ikan 8. Penyediaan Peralatan Penangkapan dan Penanganan Ikan 9. Pengadaan Peralatan Selam 10. Pengadaan Sarana Sanitasi dan Air Bersih 111

131 11. Pengelolaan Persampahan 12. Penyediaan Sarana Energi dan Telekomunikasi 13. Pengembangan Inovasi Perkebunan dan Perikanan 14. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja Agro-Minawisata 15. Fasilitasi Pengembangan Produk Hasil Daerah dan Pariwisata (Festival Maras Taun) 16. Peningkatan Promosi Mina-Agrowisata 17. Pembuatan Media Promosi Melalui Paket-paket Mina-Agrowisata 18. Pengembangan Sarana Permodalan 112

132 BAB 6 KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan analisis lanjutan; kebutuhan rencana detail seperti DED; serta dukungan pendanaan, kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan sistem informasi 6.1 Kebutuhan Analisis Lanjutan Analisis terkait Kriteria Geologi Lingkungan perlu dilakukan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan, informasi geologi dapat membantu mewujudkannya melalui rekomendasi (lokasi) penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi (daya dukung) lingkungan geolohi dan terhindar dari bencana alam geologi. Hal ini terkait dengan rencana pengembangan kawasan untuk meningkatkan potensi lahan kawasan dengan mencoba untuk menanam/mengelola komoditas lainnya di wilayah perkebunan maupun perikanan. Selain itu pencegahan dari terjadinya bencana akibat dampak negatif dari pertumbuhan fisik tata ruang seperti penurunan muka air tanah, intrusi air laut, amblesan tanah, pencemaran air tanah, berkurangnya daerah resapan, banjir, tanah longsor (jiwa, harta benda), konflik dengan kawasan pertambangan, dan lain sebagainya. Kajian secara holistik menghasilkan tingkat keleluasaan suatu wilayah untuk dikembangkan dengan memperlihatkan peranan kondisi lingkungan geologi sebagai faktor pendukung maupun kendala dalam penggunaan lahan seperti kawasan permukiman, perdagangan, industri, pertanian, perkebunan dan pariwisata. Kriteria klasifikasi satuan geologi teknik adalah sebagai berikut: Kedalaman muka air tanah Kestabilan lereng Kemudahan penggalian Daya dukung tanah Peruntukan pondasi 113

133 6.2 Kebutuhan Rencana Detail (DED) Sistematika Penyusunan DED Secara umum, dokumen DED adalah penyusunan laporan suatu pekerjaan yang berupa gambar kerja secara lengkap dan terdiri dari berbagai skala gambar. Pelaksanaan penyusunan dokumen DED melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: 1) Pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan mobilisasi personil, peninjauan lokasi kegiatan (survei pendahuluan), penyusunan rencana kerja yang meliputi waktu dan lama pengukuran lokasi dan memantapkan rencana kerja dalam pelaksanaan perencanaan. Pada pekerjaan persiapan ini juga dilakukan penilaian kondisi awal pada lokasi yang akan direncanakan, yang meliputi: a. Melakukan pengamatan kondisi eksisting; dan b. Mengkaji beberapa fasilitas pelengkap/pendukung atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan teknis. 2) Survei lapangan Untuk lebih memahami permasalahan dan perencanaan, maka perlu diadakan survei lapangan di lokasi kegiatan. Survei lapangan juga dilakukan untuk mendapatkan kelengkapan data yang dibutuhkan untuk analisis. Beberapa survei yang akan dilakukan disesuaikan dengan jenis dan kriteria dari DED yang akan disusun. 3) Analisis dan perencanaan Berdasarkan data yang didapat dari hasil survei kemudian dilakukan analisis untuk pengambilan keputusan perencanaan suatu kegiatan. Dalam perencanaan tentunya sangat dibutuhkan data-data yang akurat agar hasilnya sesuai dengan diharapkan. 4) Penyusunan rancangan teknis (Detail Engineering Design/DED) a. Menyusun Rencana Teknis Beserta Gambar Teknisnya Meliputi kegiatan perencanaan teknis yaitu perencanaan sesuai dengan jenis masing-masing kegiatan yang berhubungan langsung dengan masalah-masalah teknis, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan gambar kerja/rencana teknis. Gambar kerja ini disusun berdasarkan hasil yang didapat dari perencanaan teknis dan dibuat rapi dalam satu bentuk album gambar; dan b. Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan Pada kegiatan ini akan disusun spesifikasi teknis bahan bangunan dan syarat pelaksanaan yang berhubungan dengan desain teknis. 114

134 6.2.1 Penyusunan Detail Desain Saluran dan Bangunan Irigasi dan Bangunan Pelengkapnya Berikut merupakan bagian-bagian yang harus diperhatikan untuk DED salurandan bangunan irigasi dan bangunan pelengkapnya (Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III: Jaringan Iriagsi): 1. Saluran primer, sekunder, dan tersier a. Tanpa pasangan Potongan melintang (geometri, kemiringan talud saluran, lengkung saluran, tinggi jagaan, lebar tanggul) Potongan memanjang (muka air yang diperlukan, kemiringan memanjang) b. Dengan pasangan Kecepatan maksimum, detail desain untuk aliran subkritis, lengkung saluran, tinggi jagaan 2. Saluran pembuangan a. Jaringan pembuangan b. Kebutuhan pembuang untuk tanaman padi (dataran rendah, daerah terjal) c. Kebutuhan pembuangan untuk sawah non-padi 3. Bangunan bagi atau sadap a. Bangunan bagi b. Bangunan pengatur c. Bangunan sadap (sekunder dan tersier) 4. Bangunan pengukur Faktor yang memperngaruhi pemilihan jenis bangunan: a. Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit b. Ketelitian pengukuran di lapangan c. Bangunan yang kokoh, sederhana, dan ekonomis d. Rumus debit sederhana dan teliti e. Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah f. Pemeliharaan sederhana dan murah 115

135 5. Petak tersier dan kuarter a. Ukuran petak tersier b. Batas petak (kondisi topografi) c. Layout jaringan jalan d. Kolam ikan 6. Bangunan pelengkap a. Siphon b. Terjunan c. Gorong-gorong d. Got miring e. Talang Penyusunan Detail Desain Prasarana Objek Wisata 1. Konsep fasilitas wisata a. Jenis Akomodasi Tempat makan dan minum Fasilitas umum di lokasi wisata b. Syarat (Soekadijo, 1997) Bentuk dari fasilitas harus dapat dikenal Pemanfaatan sesuai fungsinya Lokasi strategis Kualitas sesuai standar 2. Kriteria perancangan a. Kriteria umum Persyaratan peruntukan dan intensitas Persyaratan arsitektur dan lingkungan Persyaratan struktur bangunan Persyaratan ketahanan terhadap kebakaran Persyaratan sarana jalan masuk dan keluar Persyarakat pencahayaan darurat Persyaratan instalasi listrik Persyaratans anitasi lingkungan dan dalam bangunan 116

136 Persyaratan ventilasi dan pengkondisian udara Persyaratan pencahayaan Persyaratan kebisingan dan getaran b. Kriteria khusus Pelestarian atau konservasi bangunan yang ada Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan sekitar Solusi dan batasan kontekstual Penggunaan material yang mampu bertahan lama Bangunan harus fungsional Kreativitas desain Tidak mengganggu produktivitas kerja Bangunan gedung hendaknya menjadi generator dan ikut meningkatkan kualitas lingkungan lokasinya 3. Program aktivitas a. Pengelompokkan aktivitas b. Hubungan antar aktivitas c. Percampuran kegiatan d. Pemisahan kegiatan 4. Program ruang dan massa bangunan a. Pemilahan ruang/aktivitas b. Sistem ruang dan massa Orientasi massa bangunan Jarak antar massa dengan bangunan sekitarnya Hirarki ruangd an massa Prioritas kedekatan serta pemisahan ruang dan massa 6.3 Dukungan Pendanaan Pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan merupakan implementasi program dan kegiatan pembangunan tahunan pada kawasan perdesaan yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, atau masyarakat yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP). Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh pemangku kepentingan yang terkait yang bisa berasal dari unsur pemerintah, swasta, masyarakat, atau gabungan dari unsur-unsur tersebut. 117

137 Pelaksana pembangunan kawasan perdesaan tersebut bergantung pada sumber pendanaan Dalam hal pendanaan, pelaksanaan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan dapat bersumber dari salah satu atau gabungan dari PBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/ Kota, Dana Desa, dan/ atau sumber lain yang sah dan tidak mengikut sesuai dengan prosedur pembiayaan pembangunan yang berlaku. Berikut ini sistematika pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan berdasarkan hubungan antara sumber pendanaan dengan pelaku pembangunan kawasan perdesaan. Sumber dana untuk pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dapat bersumber dari dana pemerintah maupun dana non-pemerintah Dana Pemerintah Gambar 6.1 Proses Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan Dana Pemerintah Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan,

138 Gambar 6.2 Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, 2016 A. Dana dari Pemerintah Desa Dana pembangunan Kawasan Perdesaan yang berasal dari pemerintah desa merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang nantinya dirumuskan ke dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pelaksanaan kegiatan. APBDes merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Dalam rangka perencanaan pembangunan desa, Pemerintah Desa melaksanakan penyusunan perencanaan pembangunan desa yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). RPJMDes merupakan rencana pembangunan desa untuk jangka waktu 6 tahun, sedangkan RKPDes merupakan penjabaran RPJMDes untuk jangka waktu 1 tahun. RPJMDes dijadikan pertimbangan dalam penyusunan RPKP agar rencana yang dihasilkan terintegrasi. RPJMDes dan RKPDes dihasilkan melalui proses penyusunan rancangan awal, penyusunan rancangan, musrenbang, perumusan rancangan akhir, dan penetapan. RKPDes menjadi pedoman dalam penyusunan APBDes. Berdasarkan proses penyusunan APBDes, maka TKPKP Kabupaten melalui Kepala Desa sebagai anggotanya melaksanakan perencanaan pendanaan melalui: 119

139 a. Penyusunan RKPDes Komunikasi Pra Musrenbang. Sebelum dilakukan Musrenbang, Kepala Desa aktif mensosialisasikan Rencana Kegiatan Tahunan pembangunan Kawasan Perdesaan kepada perangkat desa dan masyarakat. Koordinasi Musrenbang Kepala Desa bermusyawarah dan bersepakat untuk memasukkan Rencana Kegiatan Tahunan dalam Rancangan Akhir RKPDes. Konsolidasi Pasca Musrenbang Kepala Desa mengawal proses penyusunan Rancangan Akhir RKPDes hingga proses penetapan RKPDes untuk memastikan diakomodasinya Rencana Kegiatan Tahunan yang disepakati didanai oleh Pemerintah Desa. b. Penyusunan APBDes Koordinasi Sekretaris Desa Kepala desa melakukan koordinasi dengan Sekretaris Desa dalam penyusunan Raperdes tentang APBDes. Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa Kepala Desa berkoordinasi dengan Badan Permusyawaratan Desa untuk menjamin diakomodasinya anggaran untuk Rencana Kegiatan Tahunan dalam Raperdes tentang APBDes. Konsolidasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan Kepala Desa mengawal penyusunan RAB kegiatan untuk pengajuan pendanaan Rencana Kegiatan Tahunan oleh Pemerintah Desa. Setelah proses pelaksanakan perencanaan pendanaan yang dilakukan di atas, maka Pemerintah Desa melaksanakan pembangunan di lapangan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan pembangunan di lapangan, Pemerintah Desa berkoordinasi dengan TKPKP Kabupaten. 120

140 B. Dana dari Pemerintah Kabupaten Dana pembangunan Kawasan Perdesaan yang berasal dari Pemerintah Kabupaten merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten. APBD Kabupaten adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah Kabupaten yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah Kabupaten dan DPRD Kabupaten dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten dalam APBD Kabupaten berasal dari berbagai sumber, meliputi: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah; b. Dana Perimbangan, berasal dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, berasal dari hibah, dana darurat, dan lain-lain yang ditetapkan pemerintah. Setiap Kabupaten menyusun dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 tahun berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan untuk periode 1 tahun berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RPJMD Kabupaten menjadi pedoman bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyusun RKPD Kabupaten, sedangkan RKPD Kabupaten menjadi pedoman dalam penyusunan APBD Kabupaten. Penyusunan RPJMD Kabupaten dan RKPD Kabupaten melalui proses penyusunan rancangan awal, penyusunan rancangan, musrenbang, perumusan rancangan akhir, dan penetapan. Sementara itu tahapan penyusunan APBD Kabupaten meliputi: 1) Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 2) Penyusunan Prioritas dan Platfon Anggaran Sementara (PPAS) 3) Penyusunan RKA-SKPD oleh Kepala SKPD 4) Penyiapan Raperda tentang APBD 5) Raperda tentang APBD disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi 6) Gubernur menetapkan hasil evaluasi Raperda tentang APBD 7) Penetapan Raperda menjadi Perda tentang APBD oleh Bupati. 121

141 Berdasarkan proses penyusunan APBD Kabupaten, maka TKPKP Kabupaten melaksanakan perencanaan pendanaan melalui: 1) Penyusunan RKPD Kabupaten Komunikasi Pra Musrenbang Sebelum dilakukan Musrenbang, TKPKP Kabupaten aktif mensosialisasikan Rencana Kegiatan Tahunan pembangunan Kawasan Perdesaan kepada Pemerintah Kabupaten. Koordinasi Musrenbang. TKPKP Kabupaten bermusyawarah dan bersepakat untuk mengakomodasi Rencana Kegiatan Tahunan dalam Rancangan Akhir RKPD Kabupaten. Konsolidasi Pasca Musrenbang. TKPKP Kabupaten mengawal proses penyusunan Rancangan Akhir RKPD Kabupaten hingga proses penetapannya untuk memastikan diakomodasinya Rencana Kegiatan Tahunan yang disepakati didanai oleh Pemerintah Kabupaten dalam RKPD Kabupaten. 2) Penyusunan APBD Kabupaten Koordinasi Rencana Kerja dan Anggaran SKPD TKPKP Kabupaten melakukan koordinasi dengan Kepala SKPD terkait dalam penyusunan RKA-SKPD. Koordinasi Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) TKPKP Kabupaten mengawal pembahasan RKA-SKPD oleh TAPD untuk menjamin diakomodasinya anggaran Rencana Kegiatan Tahunan dalam APBD Kabupaten. Konsolidasi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) TKPKP Kabupaten mengawal penyusunan DPA-SKPD untuk menjamin diakomodasinya anggaran Rencana Kegiatan Tahunan yang disepakati didanai oleh Pemerintah Kabupaten melalui SKPD terkait. Setelah proses pelaksanakan perencanaan pendanaan yang dilakukan di atas, maka Pemerintah Kabupaten melaksanakan pembangunan di lapangan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan 122

142 pembangunan di lapangan, Kabupaten. Pemerintah Provinsi berkoordinasi dengan TKPKP C. Dana dari Pemerintah Provinsi Dana pembangunan Kawasan Perdesaan yang berasal dari Pemerintah Provinsi merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)Provinsi. APBD Provinsi adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah Provinsi yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah Provinsi dan DPRD Provinsi dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi dalam APBD Provinsi berasal dari berbagai sumber yang meliputi: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah; b. Dana Perimbangan, berasal dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, berasal dari hibah, dana darurat, dan lain-lain yang ditetapkan pemerintah. Pemerintah Provinsi menyusun dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 tahun berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD Provinsi digunakan sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi yang merupakan penjabaran RPJMD Provinsi untuk periode 1 tahun. Sementara itu RKPD Provinsi menjadi landasan penyusunan APBD Provinsi. Penyusunan RPJMD dan RKPD Provinsi melalui serangkaian proses berupa penyusunan rancangan awal, penyusunan rancangan, musrenbang, perumusan rancangan akhir, dan penetapan. Sementara tahapan penyusunan APBD Provinsi meliputi: 1) Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 2) Penyusunan Prioritas dan Platfon Anggaran Sementara (PPAS) 3) Penyusunan RKA-SKPD oleh Kepala SKPD 4) Penyiapan Raperda tentang APBD 5) Raperda tentang APBD disampaikan kepada Meneteri Dalam Negeri untuk dievaluasi 123

143 6) Menteri Dalam Negeri menetapkan hasil evaluasi Raperda tentang APBD 7) Penetapan Raperda menjadi Perda tentang APBD oleh Gubernur. Berdasarkan proses penyusunan APBD Provinsi di atas, maka TKPKP Provinsi melaksanakan perencanaan pendanaan melalui: 1) Penyusunan RPJMD Provinsi Komunikasi Pra Musrenbang Sebelum dilakukan Musrenbang, TKPKP Provinsi aktif mensosialisasikan RPKP kepada Pemerintah Provinsi. Koordinasi Musrenbang TKPKP Provinsi bermusyawarah dan bersepakat untuk mengakomodasi rencana program dan kegiatan dalam RPKP yang akan didanai Pemerintah Provinsi ke dalam Rancangan Akhir RPJMD Provinsi. Konsolidasi Pasca Musrenbang TKPKP Provinsi mengawal proses penyusunan Rancangan Akhir RPJMD Provinsi hingga proses penetapannya untuk memastikan diakomodasinya rencana program dan kegiatan dalam RPKP yang disepakati didanai oleh Pemerintah Pemerintah Provinsi dalam RPJMD Provinsi. 2) Penyusunan RKPD Provinsi Komunikasi Pra Musrenbang Sebelum dilakukan Musrenbang, TKPKP Provinsi aktif mensosialisasikan Rencana Kegiatan Tahunan pembangunan Kawasan Perdesaan kepada Pemerintah Provinsi. Koordinasi Musrenbang TKPKP Provinsi bermusyawarah dan bersepakat untuk mengakomodasirencana Kegiatan Tahunan dalam Rancangan Akhir RKPD Provinsi. Konsolidasi Pasca Musrenbang TKPKP Provinsi mengawal proses penyusunan Rancangan Akhir RKPD Provinsi hingga proses penetapannya untuk memastikan diakomodasinya Rencana Kegiatan Tahunan yang disepakati didanai oleh Pemerintah Provinsi dalam RKPD Provinsi. 124

144 3) Penyusunan APBD Provinsi Koordinasi Rencana Kerja dan Anggaran SKPD TKPKP Provinsi melakukan koordinasi dengan Kepala SKPD terkait dalam penyusunan RKA-SKPD. Koordinasi Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) TKPKP Provinsi mengawal pembahasan RKA-SKPD oleh TAPD untuk menjamin diakomodasinya anggaran Rencana Kegiatan Tahunan dalam APBD Provinsi. Konsolidasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) TKPKP Provinsi mengawal penyusunan DPA-SKPD untuk menjamin diakomodasinya anggaran Rencana Kegiatan Tahunan yang disepakati didanai Pemerintah Provinsi melalui SKPD terkait. Setelah proses pelaksanakan perencanaan pendanaan yang dilakukan di atas, maka Pemerintah Provinsi melaksanakan pembangunan di lapangan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan pembangunan di lapangan, Pemerintah Provinsi berkoordinasi dengan TKPKP Provinsi dan TKPKP Kabupaten. D. Dana dari Pemerintah Pusat Dana pembangunan Kawasan Perdesaan yang berasal dari Pemerintah Pusat merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pendapatan Pemerintah Pusat dalam APBN berasal dari berbagai sumber yang meliputi: 1) Penerimaan perpajakan, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak internasional. 2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas penerimaan sumber daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP lainnya, dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU). 3) Penerimaan hibah 125

145 Pemerintah Pusat menyusun dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 tahun yang disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN dijabarkan dalam dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 tahun yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Selanjutnya RKP digunakan sebagai pedoman penyusunan APBN. Penyusunan RPJMN dan RKP melalui serangkaian proses berupa penyusunan rancangan awal, penyusunan rancangan, musrenbang, perumusan rancangan akhir, dan penetapan. Sementara itu tahapan penyusunan APBN meliputi: 1) Penyusunan Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran 2) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka penyusunan Rancangan APBN 3) Penyiapan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang APBN 4) RUU tentang APBN diajukan kepada DPR untuk dievaluasi 5) DPR menetapkan hasil evaluasi 6) Penetapan RUU menjadi UU tentang APBN oleh Presiden. Berdasarkan proses penyusunan APBN, maka TKPKP Pusat melaksanakan perencanaan pendanaan melalui: c. Penyusunan RPJMN Komunikasi Pra Musrenbang Sebelum dilakukan Musrenbang, TKPKP Pusat aktif mensosialisasikan RPKP kepada Kementrian/Lembaga di Pemerintah Pusat. Koordinasi Musrenbang TKPKP Pusat bermusyawarah dan bersepakat untuk mengakomodasi rencana program dan kegiatan dalam RPKP yang akan didanai Pemerintah Pusat ke dalam Rancangan Akhir RPJMN. Konsolidasi Pasca Musrenbang TKPKP Pusat mengawal proses penyusunan Rancangan Akhir RPJMN hingga proses penetapannya untuk memastikan diakomodasinya rencana program dan kegiatan dalam RPKP yang disepakati didanai oleh Pemerintah Pusat. 126

146 d. Penyusunan RKP Komunikasi Pra Musrenbang Sebelum dilakukan Musrenbang, TKPKP Pusat aktif mensosialisasikan Rencana Kegiatan Tahunan pembangunan Kawasan Perdesaan kepada Kementrian/Lembaga di Pemerintah Pusat. Koordinasi Musrenbang TKPKP Pusat bermusyawarah dan bersepakat untuk mengakomodasi Rencana Kegiatan Tahunan dalam Rancangan Akhir RKP. Konsolidasi Pasca Musrenbang TKPKP Pusat mengawal proses penyusunan Rancangan Akhir RKP hingga proses penetapannya untuk memastikan diakomodasinya Rencana Kegiatan Tahunan yang disepakati didanai oleh Pemerintah Pusat. e. Penyusunan APBN Koordinasi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) TKPKP Pusat melakukan koordinasi dengan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait dalam penyusunan RKA-Kementrian/Lembaga. Koordinasi Tripartit TKPKP Pusat mengawal pembahasan RKA Kementerian/Lembaga untuk menjamin diakomodasinya anggaran Kegiatan tahunan RPKP dalam APBN. Konsolidasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TKPKP Pusat mengawal penyusunan DIPA Kementerian/Lembaga untuk menjamin diakomodasinya anggaran Rencana Kegiatan Tahunan yang disepakati didanai oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian/Lembaga terkait. Setelah proses pelaksanakan perencanaan pendanaan yang dilakukan di atas, maka Pemerintah Pusat melaksanakan pembangunan di lapangan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan 127

147 pembangunan di lapangan, Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan TKPKP Pusat dan TKPKP Kabupaten Dana Non-Pemerintah Gambar 6.3 Proses Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan Dana Non-Pemerintah Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, 2016 Dana non-pemerintah dapat berupa dana swadaya masyarakat, swasta, maupun pihak lainnya. Dana dapat dari dalam negeri maupun luar negeri yang dalam pelaksanaannya sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dengan dana non-pemerintah dilakukan melalui koordinasi antara pihak pemberi dana dan TKPKP, baik TKPKP Kabupaten, TKPKP Provinsi, atau TKPKP Pusat tergantung kesepakatan dengan pihak pemberi dana. Pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dikoordinasikan oleh TKPKP, baik TKPKP Kabupaten, TKPKP Provinsi, maupun TKPKP Pusat, tergantung dari sumber dana pelaksanaan program dan kegiatannya. Proses pelaksanaan pembangunan, baik perencanaan pendanaan maupun pelaksanaan pembangunan di lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 128

148 Proses pelaksanaan pembangunan dengan sumber dana pemerintah mengikuti Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. TKPKP bertugas mensinergikan RPKP dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), kemudian mensinergikan Rencana Kegiatan Tahunan dengan Rencana Kegiatan Pemerintah (RKP), dan selanjutnya memastikan anggaran kegiatan masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja di masing-masing lingkup pemerintahan. Pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di lapangan dilakukan oleh Pemerintah Desa, Kabupaten, Provinsi, atau Pusat sesuai dengan sumber dananya. Berikut ini proses pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dengan dana pemerintah. Berikut ini proses pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dengan dana non-pemerintah. Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan dana-non pemerintah dilakukan oleh pihak pemberi dana dengan berkoordinasi dengan TKPKP. a. Apabila pihak pemberi dana bersedia mendanai pembangunan Kawasan Perdesaan melalui TKPKP Kabupaten maka koordinasi dilakukan antara pihak pemberi dana dengan TKPKP Kabupaten agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan RPKP maupun Rencana Kegiatan Tahunan; b. Apabila pihak pemberi dana bersedia mendanai pembangunan Kawasan Perdesaan melalui TKPKP Provinsi maka koordinasi dilakukan antara pihak pemberi dana dengan TKPKP Provinsi. Sementara itu TKPKP Provinsi berkoordinasi dengan TKPKP Kabupaten agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan RPKP maupun Rencana Kegiatan Tahunan; c. Apabila pihak pemberi dana bersedia mendanai pembangunan Kawasan Perdesaan melalui TKPKP Pusat maka koordinasi dilakukan antara pihak pemberi dan dengan TKPKP Pusat. Sementara itu TKPKP Pusat berkoordinasi dengan TKPKP Kabupaten, baik langsung ataupun melalui TKPKP Provinsi agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan RPKP maupun Rencana Kegiatan Tahunan Pelaksanaan pembangunan di lapangan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan TKPKP Kabupaten sebagai pengawal prosesnya. 129

149 6.4 Dukungan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat Kelembagaan pembangunan Kawasan Perdesaan diwujudkan dengan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP). Keanggotaan TKPKP terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah atau Keputusan Menteri. Anggota TKPKP diangkat sesuai dengan aturan yang berlaku dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan/kondisi di masing -masing tingkat. Penetapan dan perencanaan Kawasan Perdesaan merupakan tindak lanjut dari kesepakatan pembentukan Kawasan Perdesaan. Setelah tercapai persetujuan/ kesepakatan pembentukan Kawasan Perdesaan maka Bupati membentuk Sub-tim Kawasan dan menetapkan Sub-tim Kawasan tersebut dengan Surat Keputusan Bupati. Sub-tim Kawasan dan Sub-tim Inti sebagai unsur dari TKPKP Kabupaten bersama-sama menyusun perencanaan Kawasan Perdesaan. Perencanaan Kawasan Perdesaan termuat dalam dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan yang selanjutnya disingkat sebagai RPKP. RPKP merupakan rencana pembangunan jangka menengah yang berlaku selama 5 tahun. RPKP memuat program dan kegiatan yang bersifat proritas, terintegrasi, dan spesifik. Prioritas artinya program dan kegiatan yang direncanakan diutamakan sesuai tema (ciri khas) kawasan yang ditetapkan. Terintegrasi artinya program dan kegiatan yang direncanakan memadukan semua kepentingan antardesa. Spesifik artinya program dan kegiatan yang direncanakan bersifat khusus sesuai dengan tema (ciri khas) Kawasan Perdesaan. RPKP ditetapkan oleh Bupati dengan Peraturan Bupati. RPKP dapat diubah pada periode tertentu dengan memperhatikan perkembangan kebutuhan Kawasan Perdesaan. Pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dikoordinasikan oleh TKPKP, baik TKPKP Kabupaten, TKPKP Provinsi, maupun TKPKP Pusat, tergantung dari sumber dana pelaksanaan program dan kegiatannya. Proses pelaksanaan pembangunan, baik perencanaan pendanaan maupun pelaksanaan pembangunan di lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 130

150 Penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi tahap pengusulan, penetapan dan perencanaan, pelaksanaan pembangunan, serta pelaporan dan evaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan. Serangkaian proses tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Proses pengusulan yang berjalan dengan baik memungkinkan tindak lanjut ke tahap penetapan dan perencanaan Kawasan Perdesaan. Perencanaan Kawasan Perdesaan menghasilkan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan Bupati. RPKP menjadi tidak berarti apabila tidak dilaksanakan sehingga pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan perlu dilakukan. Pelaksanaan pembangunan perlu dimonitor dan evaluasi agar berjalan sesuai rencana yang telah disusun. Pelaporan pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat sebagai bahan evaluasi. Sementara itu evaluasi pembangunan Kawasan Perdesan dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemajuan pencapaian hasil dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan dan Rencana Kegiatan Tahunannya. Hasil evaluasi digunakan sebagai referensi perbaikan pelaksanaannya di masa yang akan datang. Pelaporan evaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh TKPKP dalam masingmasing lingkup yang meliputi TKPKP Kabupaten, TKPKP Provinsi, dan TKPKP Pusat. Kelembagaan pembangunan Kawasan Perdesaan diwujudkan dalam TKPKP yaitu Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan, merupakan lembaga yang berfungsi menangani pelaksanaan kebijakan pembangunan Kawasan Perdesaan dalam satu wilayah kabupaten dan mempertangunggjawabkan keberlangsungan Kawasan Perdesaan tersebut. TKPKP merupakan lembaga yang bertugas untuk: 1. mengkoordinasikan penetapan kawasan perdesaan; 2. mengkoordinasikan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan; 3. menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan; dan 4. melaksanakan arahan kebijakan sebagai hasil evaluasi laporan kinerja pembangunan kawasan perdesaan. 131

151 TKPKP merupakan lembaga yang terdiri dari unsur Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah, dan tokoh masyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. TKPKP terdiri dari: 1. Unsur pemerintah desa Terdiri atas Kepala Desa yang wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan perdesaan dan Kepala Badan Kerjasama Antar Desa. Kepala Desa yang wilayahnya ditetapkan masuk dalam kawasan perdesaan sebagai anggota yang mengerti betul seluk beluk desa dan perdesaan; dan Kepala Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sebagai anggota yang berfungsi menangani kegiatan pembangunan lintas desa. 2. Unsur pemerintah daerah Terdiri atas Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pembangunan dan kepala satuan kerja perangkat daerah yang terkait. Sebagai ketua tim dijabat oleh Asisten Sekretaris Daerah yang memiliki kewenangan mengkoordinasikan lembaga di daerah. Anggota tim selayaknya Kepala SKPD yang terkait dengan pembangunan desa dan Bappeda yang mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pembangunan di daerah. 3. Unsur tokoh masyarakat Tokoh yang memiliki kaitan langsung dengan potensi dan/atau masalah dalam kawasan perdesaan. Tokoh masyarakat yang terlibat dalam TKPKP dapat berjumlah lebih dari satu orang. Tokoh masyarakat dipilih oleh TKPKP sesuai dengan pengaruh, posisi, dan kemampuannya yang diakui oleh masyarakat di lingkungannya, misalnya tokoh agama, tokoh adat, tokoh perempuan,tokoh pemuda, dan lainnya. Jumlah keanggotaan TKPKP disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah.tkpkp melakukan rapat koordinasi setiap bulan minimal 1 (satu) kali (bisa lebih sejauh diperlukan), dan sub tim kerja bekerja secara harian yang melakukan penanganan fungsi dan peran TKPKP menghasilkan kerja pembangunan Kawasan Perdesaan sebagai bidang substansi dan administratif. Tim sub kerja diangkat sebagai pegawai penuh (bisa PNS dan juga non PNS) sesuai aturan yang berlaku. Selayaknya dibentuk sub tim kerja dalam 2 (dua) sub bidang tugas: 4. Kerja substansi pembangunan 5. Kerja administrasi pembangunan. 132

152 TKPKP merupakan tim yang memiliki fungsi koordinasi dalam hal pengusulan, penetapan dan perencanaan, pelaksanaan, serta pelaporan dan evaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan. Berikut ini merupakan tugas dan fungsi TKPKP, mulai dari TKPKP Kabupaten, TKPKP Provinsi, hingga TKPKP Pusat. Berikut ini merupakan rumusan keanggotaan beserta tugas dan fungsi TKPKP pada masingmasing tingkatan. Gambar 6.4 Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan,

153 Gambar 6.5 Tugas dan Fungsi Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan, TKPKP Kabupaten TKPKP Kabupaten terdiri dari 2 sub-tim, yaitu Sub-tim Inti dan Sub-tim Kawasan, yang pada akhirnya merupakan unsur TKPKP, sebagai berikut: a. Sub-tim inti Terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Kabupaten, diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan anggotanya meliputi Kepala Bappeda dan Kepala SKPD yang menangani perdesaan (BPMPD, BPMDes, atau nama lainnya tergantung Kabupaten masing-masing). Keanggotaan sub-tim inti bersifat tetap, yaitu keanggotaannya tidak berubah meskipun Kawasan Perdesaan yang ditetapkan mengalami perubahan tema maupun delineasi seiring perkembangannya atau ada penambahan Kawasan Perdesaan. Sub-tim Inti dibentuk oleh Bupati ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati tentang Sub-tim Inti TKPKP Kabupaten. Pembentukan sub-tim ini sebelum dilakukan tahap pengusulan kawasan. b. Sub-tim Kawasan Dibentuk sesuai tema dan delineasi Kawasan Perdesaan dengan susunan keanggotaan melengkapi keanggotaan sub-tim inti. Anggota Sub-tim 134

154 Kawasan meliputi Kepala SKPD terkait tema kawasan, Camat, Kepala BKAD, Kepala Desa, dan tokoh masyarakat. Keanggotaan sub-tim kawasan bersifat fleksibel, yaitu dapat berubah keanggotaannya tergantung pada tema dan delineasi Kawasan Perdesaan yang mengalami perkembangan dan dapat berubah dalam kurun waktu 5 tahun. Sub-tim Kawasan terbentuk setelah dilakukan tahap pengusulan Kawasan Perdesaan yang difasilitasi oleh Subtim Inti. Setelah ada kesepakatan Kawasan Perdesaan yang berisikan tema dan delineasi Kawasan Perdesaan, maka Bupati membentuk Sub-tim Kawasan dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati tentang Sub-tim Kawasan TKPKP Kabupaten. Sub-tim Inti sangat berperan pada awal proses pembentukan Kawasan Perdesaan yaitu pada tahap pengusulan Kawasan Perdesaan. Sub-tim inti bertugas untuk memfasilitasi pengusulan Kawasan Perdesaan berdasarkan usulan pemerintah (inisiatif Bupati) dan/atau usulan desa-desa (inisiatif masyarakat). Setelah terbentuk tema dan delineasi Kawasan Perdesaan, Sub-tim Kawasan bekerja bersama dengan Sub-tim Inti sebagai TKPKP Kabupaten dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Tugas dan fungsi TKPKP Kabupaten dapat dibagi menjadi 3, yaitu: a. TKPKP berfungsi mengawal proses penetapan dan perencanaan pembangunan Kawasan Perdesaan. Dengan demikian, tugas TKPKP Kabupaten adalah melakukan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) untuk periode 5 tahun sebagai acuan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan. Selanjutnya TKPKP Kabupaten mengawal RPKP untuk ditetapkan menjadi Peraturan Bupati. b. Dalam hal fungsi melaksanakan pembangunan Kawasan Perdesaan, TKPKP Kabupaten bertugas menjamin ketersediaan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dalam RPKP, baik yang berasal dari dana pemerintah maupun dana non-pemerintah. Selain itu tugas TKPKP Kabupaten adalah melakukan koordinasi dan supervisi dalam hal pelaksanaan pembangunan di lapangan oleh pelaksana pembangunan (implementator). c. Dalam hal melaporkan dan mengevaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan,TKPKP Kabupaten bertugas menyusun laporan evaluasi pembangunankawasan Perdesaan yang berisi laporan pelaksanaan program 135

155 dan kegiatan serta hasil evaluasinya. Laporan tersebut disampaikan kepada Bupati dengan tembusan kepada TKPKP Provinsi dan TKPKP Pusat. Dalam penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan, TKPKP Kabupaten melakukan koordinasi dengan TKPKP Provinsi dan TKPKP Pusat TKPKP Provinsi TKPKP Provinsi terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Provinsi, diketuai oleh Kepala Bappeda dengan anggotanya meliputi Kepala SKPD terkait tema kawasan. Keanggotaan TKPKP Provinsi disusun berdasarkan tema kawasan perdesaankawasan perdesaan yang telah ditetapkan oleh Bupati dalam lingkup provinsi yang bersangkutan. Pembentukan TKPKP Provinsi kemudian ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. TKPKP Provinsi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Membina TKPKP Kabupaten. TKPKP Provinsi melakukan pembinaan kepada TKPKP Kabupaten berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan di kabupten/kota. b. Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di kabupaten dalam lingkup provinsi yang bersangkutan. TKPKP Provinsi berkoordinasi dengan TKPKP Kabupaten dalam hal menjamin ketersediaan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dalam RPKP yang dapat diperjuangkan di tingkat provinsi, baik yang berasal dari dana pemerintah maupun dana non-pemerintah. d. Mengevaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan di kabupaten dalam lingkup provinsi yang bersangkutan. TKPKP Provinsi melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan pembangunan berdasarkan laporan evaluasi yangdisampaikan oleh TKPKP Kabupaten. Dalam penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan, TKPKP Provinsimelakukan koordinasi dengan TKPKP Kabupaten dan TKPKP Pusat TKPKP Pusat TKPKP Pusat terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, diketuai oleh MenteriDesa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT) dengan anggotanya meliputi Menteri/Pimpinan Lembaga yang terkait pengembangan Kawasan Perdesaan di Indonesia. TKPKP Pusat dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan 136

156 Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT). Pembentukan TKPKP Kabupaten, TKPKP Provinsi, dan TKPKP Pusat tidak bergantung satu dengan yang lainnya. TKPKP Kabupaten bisa dibentuk terlebih dahulu sebelum TKPKP Provinsi maupun TKPKP Pusat dibentuk, begitu juga sebaliknya. Pembentukan TKPKP Provinsi serta TKPKP Pusat diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri khusus mengenai hal tersebut. TKPKP Pusat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Membina TKPKP Kabupaten dan TKPKP Provinsi. TKPKP Pusat melakukan pembinaan kepada TKPKP Kabupaten dan TKPKP Provinsi berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan di kabupaten. b. Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di kabupaten. TKPKP Pusat berkoordinasi dengan TKPKP Kabupaten dan TKPKP Provinsi dalam hal menjamin ketersediaan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dalam RPKP yang dapat diperjuangkan di tingkat pusat, baik yang berasal dari dana pemerintah maupun dana non-pemerintah. c. Mengevaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan di kabupaten secara nasional. TKPKP Pusat melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan pembangunan berdasarkan laporan evaluasi yang disampaikan oleh TKPKP Kabupaten dan TKPKP Provinsi. Dalam penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan TKPKP Pusat melakukan koordinasi dengan TKPKP Kabupaten dan TKPKP Provinsi. 6.5 Dukungan Sistem Informasi Jogiyanto HM, (1999:8), menyatakan bahwa sistem informasi adalah suatu komponenyang saling berhubungan yang mengumpulkan (mendapatkan kembali), memproses,menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusandan kendali dalam suatu organisasi. Pada tahun 2012, terdapat kesepakatan pengembangan sistem informasi untuk akses data antara Badan Pemeriksa Keuangan RI dengan Pemerintah Daerah se- Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan dalam rangka pemeriksaan pengelolaand an tanggungjawab keuangan negara berbasis elektronik atau e-audit. (web.bpk.go.id) 137

157 Nota Kesepahaman antara BPK dengan Pemerintah Kabupaten Belitung Nomor 60/NK/X-XIII.2/7/2012 dan 181/021/NK/II/2012 tanggal 10 Juli 2012 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi untuk Akses Data Pemerintah Kabupaten Belitung dalam Rangka Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Selanjutnya, dalam pengelolaan sistem informasi untuk akses data perlu petunjuk teknis sebagai panduan bagi para pelaksana BPK dan Pemerintah Kabupaten Belitung yang memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan tanggung jawab para pihak yang berperan dalam pengelolaan sistem informasi untuk akses data. (pangkalpinang.bpk.go.id) Maka dari itu untuk mendukung sistem informasi yang efisien tersebut, teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan dalam pemerintahan atau yang disebut dengan e-goverment membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses kebijakan pemerintah dan mendukung pengelolaan pemerintahan yang. Penerapan teknologi informasi akan menjadi optimal apabila pengetahuan para pemakai atau pengguna jasa teknologi benar-benar memahami teknologi sehingga sasaran penerapan teknologi informasi tercapai. Hal terpenting yang harus dicermati adalah sektor pemerintah merupakan pendorong serta fasilitator dalam keberhasilan berbagai kegiatan pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan harus didukung oleh kecepatan arus data dan informasi antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem antara pemerintah dengan pihak pengguna lainnya. (sumbawabaratnews.com) Untuk menciptakan sistem informasi yang efisien antara stakeholder yang terlibat dalam perencanaan kawasan perdesaan maka perlu adanya koordinasi antar TKPKP seperti yang dilihat pada Gambar 6.4 Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) sebelumnya. 138

158 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari seluruh analisis yang telah dilakukan dan saran untuk perbaikan dalam hal perencanaan beserta penyusunan laporannya. 7.1 Kesimpulan Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan Kawasan Mina -Agrowisata di Kecamatan Selat Nasik terdiri dari pembuatan kerangka sosialisasi, penjajakan, diskusi awal Bappeda, Desk Study, rapat penetuan kawasan, dan FGD. Pembuatan Kerangka Sosialisasi dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan perencanaan kawasan perdesaan terutama Kawasan Mina -Agrowisata di Kecamatan Selat Nasik di Kabupaten Belitung. Selanjutnya penjajakan yang bertujuan untuk menginformasikan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan bentuk kerjasama dan kegiatan apa saja yang ada, sehingga antara pihak-pihak yang terkait dapat bekerjasama dengan baik. Penjajakan yang dilakukan meliputi diskusi awal Bappeda yang dilakukan agar mengetahui gambaran sementara mengenai kondisi kabupaten yang akan menjadi lokasi perencanaan untuk wilayah perdesaan. Desk study dilakukan dengan penyusunan laporan antara yang bahan masukannya berasal dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perencanaan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung. Selanjutnya rapat penetuan kawasan perdesaan yang menghasilkan 2 kesimpulan yaitu Kawasan Mina - Agrowisata di Kecamatan Selat Nasik terpilih menjadi kawasan perdesaan yang diprioritaskan untuk dikembangkan oleh Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi dan pembuatan SK Bupati mengenai penentuan Kawasan Perdesaan Agro Mina Wisata Jiput-Labuan dan Pembentukan TKPKP. Maka dari itu akhir dari kegiatan ini adalah penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan. Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan berisi latar belakang, maksud dan tujuan, serta dilakukannya pengembangan kawasan perdesaan. Selanjutnya mengenai analisis kondisi kawasan perdesaan seperti fisik dasar, sosial budaya dan kependudukan, ekonomi, serta sarana 139

159 prasarana. Lalu analisis isu-isu strategis yang meliputi potensi dan masalah, penelaahan dengan dokumen perencanan lainnya, serta isu strategis. Setelah adanya isu strategis, maka disusun tujuan, saran, strategi, arah pengembangan, sampai dengan program, kegiata, dan pendanaan beserta indikator capaiannya. Apabila dilihat dari segi potensi, kegiatan unggulan, dan arah pengembangan dari dokumen kebijakan baik itu dari RTRW Kabupaten Belitung maupun visi misi dalam dokumen RPJMD Kabupaten Belitung, ditetapkan bahwa kawasan perdesaan prioritas di Kabupaten Belitung mengusung tema Mina - Agrowisata yang berada di 3 Desa yaitu Desa Suak Gual, Selat Nasik, dan Petaling yang berada di Kecamatan Selat Nasik. Kawasan tersebut memiliki potensi di bidang perkebunan, perikanan, dan pariwisata. Akan tetapi berdasarkan hasil survei lapangan dan dokumen kebijakan milik desa, sarana dan prasarana dasar untuk menunjang kegiatan penduduk desa masih belum terbangun secara merata, sehingga skema pengembangan kawasan perdesaan Mina - Agrowisata di Kabupaten Belitung ialah pengembangan potensi di 3 sektor tersebut. 7.2 Saran dan Rekomendasi Perlu adanya pembahasan mengenai Rancangan RPKP Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung yang telah dibuat, perlu untuk dimutakhirkan oleh TKPKP kembali khususnya dalam hal pendanaan yang sesuai dengan kemampuan dan tanggungjawan SKPD terkait. Bukan hanya penentuan terkait pendanaan saja tetapi mengenai koordinasi yang perlu dilakukan oleh TKPKP untuk pengimplementasian program dan kegiatan. Maka dari itu dalam mencapai hasil implementasi perencanaan kawasan di Kabupaten Belitung maka perlu adanya koordinasi yang baik dalam TKPKP maupun dengan stakeholder lainnya yang terkait dnegan perencanaan kawasan Perdesaan Selat Nasik Kabupaten Belitung. Selain untuk implementasi rencana yang sudah dibuat, terkait juga dengan evaluasi dari perencanaan yang telah dibuat apakah sudah sesuai dengan tujuan awal. Dengan laporan yang sudah dibuat dapat menjadi gambaran awal mengenai kondisi kawasan khususnya terkait permasalahan beserta potensinya. Namun kedepannya perlu dilakukan pembaharuan data yang telah ada mengenai kondisi kawasan beserta penambahan data yang relevan. Dikarenakan untuk menyelesaikan 140

160 persoalan yang berada di dalam kawasan diperlukan data yang yang cukup untuk melakukan analisis. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa terdapat keterkaitan TKPKP dengan stakholder lainnya. Dalam perencanaan kawasan ini adalah pihak swasta dengan masyarakat. Khususnya untuk masyarakat yang menjadi subjek langsung perencanaan tersebut. Selain untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang sudah dirancang. Masyarakt juga dapat terlibat dalam proses evaluasi rencana itu sendiri, dikarenakan pengimplementasian pasti melibatkan masyarakat sehingga untuk persoalan yang terjadi akan sangat dipahami oleh amsyarakat di kawasan tersebut. Konsep pengembangan kawasan yang memiliki 3 fokus pengembangan yaitu pada sektor perkebunan, perikanan dan pariwisata pada dasarnya dikembangkan secara terpisah. Tetapi kedepannya untuk sektor pariwisata yang saat ini terbatas pada wisata alam dan minat khusus saja dapat diperluas pada pariwisata yang bersifat agrowisata dan minawisata. Hal tersebut dapat dicapai saat sektor perkebunan dan perikanan sudah mengalami pengembagan yang cukup signifikan dalam pengelolaannya. Maka dari itu untuk mencapai hal tersebut, pengembangan kualitas SDM sangat penting untuk menunjang perencanaan, dikarenakan pengelolaan sebagian besar akan melibatkan masyarakat yang berada di dalam kawasan. Agar mendukung dari perencanaan kawasan perdesaan ini, maka diperlukan integrasi anatara perencanaan yang terkait dengan kawasan khsusunya untuk RPJMDes baiknya sudah berlandasrkan RPKP. Tidak hanya perencanaan di tingkat desa saja, namun untuk tingkat yang lebih tinggi pun harus saling mendukung. 141

161 LAMPIRAN A. Notulensi Kegiatan FGD B. Peta Kawasan Perdesaan di Kabupaten Belitung C. Form Persetujuan Kawasan Perdesaan D. Berita Acara Penetapan Kesepakatan Kawasan Perdesaan Kabupaten Belitung E. Surat Keputusan Bupati tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Belitung F. Draft Surat Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan G. Draft Surat Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan H. Daftar Hadir FGD I. Dokumentasi FGD 1

162 A. Notulensi Kegiatan FGD PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Jend. A. Yani No. 99 Tanjungpandan Telp/Fax. (0719) 21666, bpd.belitung@yahoo.com Website : NOTULEN Hari : Selasa Tanggal : 20 September 2016 Waktu : WIB s.d. selesai Tempat : Ruang Rapat I Kantor Bappeda Kabupaten Belitung Acara : Diskusi Pendahuluan tentang Penetapan Calon Kawasan Lokus Penyusunan Rancangan RPKP dengan Tenaga Ahli ITB (Bapak Hastu Prabatmodjo) selaku Tim Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. Pimpinan Rapat : Kepala Bappeda Kabupaten Belitung Notulis : Kasubbid Kesejahteraan Sosial Bappeda Kabupaten Belitung Peserta Rapat : Kepala BPMPDPKB Kabupaten Belitung, Kepala DTPHP2KKP Kabupaten Belitung, Kepala Diskoperindag Kabupaten Belitung, Kepala Dinsosnakertrans Kab Belitung, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belitung, Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda, Kepala Bidang Ekonomi Bappeda, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda, Fungsional Perencana Bappeda. HASIL RAPAT : I. Kepala Bappeda Kabupaten Belitung Kepala Bappeda menyampaikan maksud pelaksanaan kegiatan adalah untuk memfasilitasi diskusi pendahuluan dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan pembangunan kawasan perdesaan yang akan difasilitasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia yang bekerjasama dengan Tenaga Ahli Institut Teknologi Bandung. 2

163 Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor B.116/DPKP/08/2016 tanggal 8 Agustus 2016 tentang Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) telah menetapkan bahwa Kecamatan Selat Nasik dan Kecamatan Tanjungpandan sebagai wilayah kecamatan yang menjadi prioritas pembangunan kawasan nasional. Dengan ini dalam menentukan tema pembangunan kawasan perdesaan yang akan difasilitasi oleh Tenaga Ahli ITB diharapkan kepada SKPD yang hadir dapat memberikan konstibusi berupa masukan ataupun saran sesuai dengan potensi yang terdapat di kawasan dengan memperhatikan dokumen perencanaan yang telah ada. II. Bapak Hastu Prabatmodjo Sebagai Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sebagai pendamping dalam proses penyusunan rancangan rencana pembangunan kawasan perdesaan menyampaikan bahwa berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2016 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 sebagai dasar untuk pelaksanaan pembangunan desa dengan pembangunan kawasan perdesaan sebagai lingkup pembangunan yang lebih luas sesuai dengan fungsi dan tujuannya yaitu mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat desa. Dalam menentukan pembangunan kawasan perdesaan dilakukan dengan pendekatan partisipatid dengan mengintegrasikan berbagai kebijakan, rencana, program dan kegiatan para pihak pada kawasan yang ditetapkan, dengan memperhatikan beberapa hal yaitu : a. Kegiatan pertanian; b. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya c. Tempat permukiman perdesaan d. Tempat pelayanan jasa pemerintahan, social dan ekonomi perdesaan e. Nilai strategis dan prioritas kawasan f. Keserasian pembangunan antar kawasan dalam wilayah kabupaten g. Kearifan local dan eksistensi masyarakat hokum adat. Tim pendamping akan memfasilitasi rencana pembangunan kawasan perdesaan sebanyak 1 (satu) Kecamatan yaitu Kecamatan Selat Nasik. Diharapkan dalam pertemuan ini dapat menyepakati beberapa hal : 1. Tema pembangunan daerah kawasan; 2. Mengklarifikasi usulan pembangunan kawasan; 3. Menginventarisir kebutuhan pembangunan kawasan. III. Dinas Pekerjaan Umum (Kabid Perkim) 3

164 Menyetujui rencana pembangunan kawasan, namun untuk pembangunan infrastruktur sulit dikembangkan untuk wilayah Kecamatan Selat Nasik dikareanakan Masuk Hutan Lindung Pantai. IV. Dinas TPHP2KKP (Kasubbag Perencanaan dan Pelaporan) Potensi Selat Nasik antara lain perkebunan (Lada, Karet), Potensi pengembangan kawasan Minapolitan, dan pengembangan wisata minat khusus. V. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kasubbag Program) Di Kecamatan Selat Nasik terdapat SMK Perikanan yang akan mendukung pengembangan kawasan minapolitan. VI. VII. Diskoperindag (Ibu Romaini) Kecamatan Selat Nasik telah didukung oleh UKM dan Koperasi. BPMPDPKB (Ibu Suyanti) Mendukung rencana pembangunan kawasan perdesaan di Kecamatan Selat Nasik sesuai dengan potensi yang ada yaitu Perkebunan dan Perikanan. VIII. Kesimpulan 1. Sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung TAhun telah menetapkan Kawasan Minapolitan di Kecamatan Selat Nasik. 2. Sesuai dengan dokumen perencanaan yang telah ada serta potensi di Kecamatan Selat Nasik, maka disepakati Tema pembangunan kawasan perdesaan Kecamatan Selat Nasik adalah Mina, Agro, Wisata. Notulis, HENNYKA, SE NIP

165 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Jend. A. Yani No. 99 Tanjungpandan Telp/Fax. (0719) 21666, bpd.belitung@yahoo.com Website : NOTULEN Hari : Rabu Tanggal : 28 September 2016 Waktu : WIB s.d. selesai Tempat : Ruang Pertemuan Bappeda Kabupaten Belitung Acara : FGD Fasilitasi Pimpinan Rapat : Notulis : Kasubbid Kesejahteraan Sosial Bappeda Kabupaten Belitung Peserta Rapat : Direktur Perencanaan Pembangunan KAwasan PErdesaan, SKPD Dinas DTHP2KKP, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Koperindag, Camat Selat Nasik, Kades Suak Gual, Kades Petaling, Kades Selat Nasik HASIL RAPAT : 1. Kabid Sosbud membuka dengan menyampaikan maksud dan tujuan merupakan kelanjutan pelaksanaan rakertek di Palembang dan kelanjutan rapat pendahuluan tgl 20 September 2016 dengan menyepakati tema Mina, Agro, Wisata. 2. Arahan Asisten II Setda Kabupaten Belitung : Sebagai tindak lanjut pelaksanaan rapat kerja teknis di Palembang, maka Tim ITB berkejasama dengan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi melaksanakan penysunan rencana pembangunan kawasan perdesaan. Kabupaten Belitung prioritas program pembangunan kearah pariwisata. Berkenaan kabupaten Belitung telah ditetapkan dengan perpres mengenai kawasan strategis pariwisata nasional. Kaupaten Belitung telah masuk 10 prioritas kawasan strategis pariwisata nasional. Sehingga sebagai dasar pembangunan di kabupaten Belitung diarahkan ke pariwisata, dan kementerian perhubungan telah menyatakan akan menjadikan bandara Belitung menjadi Bandara internasional sebagai upaya percepatan pembangunan pariwisata di Indonesia. Permasalahan di Kabupaten Belitung yang agak sulit adalah mengubah cara berfikir masyarakat Belitung dengan 5

166 berlatarbalakang daerah tambang penghasil Timah menjadi masyarakat yang sadar akan pariwisata. Terkait perencanaan pembangunan kawasan perdesaan, daerah berterimakasih dalam membantu perencanaan pengembangan kawasan perdesaan di Kecamatan Selat Nasik. Diharapkan akan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata di Kecamatan Selat Nasik dan pulau-pulau sekitarnya dengan potensi hutan mangrove. Kecamatan Selat Nasik sudah ditetapkan menjadi Pulau Karantina oleh Pemerintah pusat. Diharapkan dukungan SKPD di daerah. Diharapkan dapat terwujud sampai dengan implementasi di lapangan. 3. Direktur Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ibu Nora Ekaliana Menyampaikan paparan mengenai Prespektif Pembangunan Kawasan Perdesaan. Kementerian desa dan Tim ITB sengaja memilih Kabupaten Belitung sebagai lokasi Pembangunan Kawasan perdesaan. Sebagaimana telah disampaikan oleh Aissten II Setda Kabupaten Belitung, bahwa Kabupaten Belitung merupakan salah satu dari 40 kawasan perdesaan prioritas nasional, sesuai denngan amanat RPJMN. Kehadiran kami pada hari ini untuk melaksanakan fasilitasi sesuai dengan potensi yang ada di Kabupaten Belitung, dan bentuk fasilitasi ini adalah membangun perencanaan yang komprehensif yang tidak dapat dibangun dengan sendiri-sendiri. Pembangunan kawasan tidak dapat dilaksanakan oleh satu desa, dan sudah dirumuskan alam rapat koordinasi teknis, bahwa kabupaten Belitung telah menyampaikan surat, sehingga usulan ini dapat dilegalkan tentunya harus ada kebutusan dari Bapak Bupati Belitung, khususnya Tim ITB yang diketuai oleh Pak HAstu sebagai perwakilan kementerian desa untuk mengawasl dalam penyusunan perencanaan kawasan perdesaan yang temanya adalah PAriwisata sessuai dengan potensi yang ada di Belitung. Prose usulan seharusnya dengan partisipatif dengan melibatkan SKPD dan Kepala Desa, dan diharapkan arah pembangunan dan penanggaran diarahkan sesuai dengan tema pariwisata, sehingga diharapkan tim ITB dapat meriview kembali perencanaan yang ada sesuai dengan regulasi yang ada mengacku kepada permendesa nmor 5 tahun 2016 tentang Pembangunan kawasan perdeasan. Output fasilitasi adalah suatu dokumen, dan disadari dalam penyusunan dokumen tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu 1 minggu, sehingga data awal sudah dimiliki sehingga tim perlu melakukan review dan turun ke lokasi untuk melakukan ov=berservaasi secara langsung, sehingga dkumen dapat disusun bersama antara tim ITB dan Tim di KAbupaten. 6

167 Dokuemn perncanaan pembangunan desa akan menjadi dokuemn perencanaan KAbupaten Belitung yang akan ditundaklanjuti sebagai proses pembangunan selanjutnya. Pesan dari kemendesa, ada kenijakan yang dapat menjadi acuan dalam pembangunan kawasan mulai dari UU desa, dan Nawacita ke 3 Presiden, dan yang menjadi kebiajakan adalah pembangunan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung dalam mengintegrasikan perencanaan tersbeut, perlu adanya sinergi. Namun sinergi tidak cukup antar skpd di daerah, namun perlu dukungan kementerian lain atau sector lain diluar pemerintahan. Kementerian desa akan komit untuk turut bersama dengan kabupaten Belitung untuk membangun kawasan pariwisata di Kabupaten Belitung untuk memajukan Kabupaten Belitung di sector PAriwisata. Kementeria desa mempunyai 8 program unggulan diantaranya adalah pembangunan kawasan pertanian terpadu (agriculturestate) yang akan dibangun bersama-sama dan lokusnya dimana saja, dan tidak menutup kemungkinan Kabupaten Belitung menjadi target sasaran. 4. Pak Hastu (ITB) Berdasarkan surat Direktur kemendesa yang menyatakan Selat Nasik sudah menjadi kawasan prioritas perdesaan nasional, sebagai dasar untuk memfasilaitasi proses perencanaan pembangunan kawasan perdesaan berkerjasma dengan kemendesa. Berdasarkan UU desa 6 Tahun 2014, sesuai dengan kewenangannya desa dapat mejudukan pembangunan desa. Dan sesuai dengan uu desa menyatakan pembangunan kawasan perdesaan. Kawasan perdesaan dapat muncul sebagai prakarsa Bupati atau usulan dari desa. Dan pertemuan ini sudah menggambarkan hal tersebut dengan mengusung tema yaitu Mina, Agro, Wisata, dan hal tersebut diharapkan dapat mendorong potensi di KEcamatan Selat Nasik. Untuk mewujudkan ke pembangunan yang konrit diperlukan rencana pembangunan kawasan perdesaan, sehingga dalam diskusi hari ini muncul aspirasi dalam pengembangan kawasan dari berbagai pandangan perserta yang hadir, sehingga dapat dituangkan dalam dokumen perencanaan yang diharapkan, dan akhir November diharapkan dokumen dapat selesai disusun dan akan menjadi dokumen perencanaan pembangunan kawasan perdesaan Kabupaten Belitung. Dalam rangka merespon surat direjen pembangunan kawasan perdesaan telah dibuat draft Keputusan Tim Koordinasi TKPK dan draft keputusan penetapan kawasan perdesaan., akan sempurna 7

168 rencana pembangunan kawasan perdesaan akan ditetapkan menjadi PEraturan BUpati Belitung sehingga semua elemen/sector dapat mendukung pembangunan kawasan perdesaan sesuai dengan dokumen perencanaan tersebut. Rencana tim ITB akan menghubungi SKPD dan pihak desa untuk medapatkan informasi berupa data-data program yang sudah masuk ke Selat Nasik, dan Jumat dan Sabtu Tim akan ke Selat Nasik. Diskusi 1. Kades Suak Gual (Yusuf Kamarudin) Lahan Kosong seluas 600 Ha yang akan direncanakan sebagai agrowisata di Desa Suak Gual. Diharapkan ada invenstor yang akan mengembangkan desa suak Gual tersebut. Secara umum mata pencaharian sebagai petani lada, dan lahan di Desa Suak gual banyak masuk kawasan Hutan Produksi dengan secara kelompok diupayakan untuk dapat dipergunakan oelh kelompok masyarakat ke Dinas kehutanan. 40% mata pencaharian desa Suak Gual adalah nelayan dengan berbagai jenis. Untuk menunjang agrowisata, diharapkan dari kementerian desa dapat membantu membangun desa 2. Desa Petaling Mata pencaharian dibidang perikanan yaitu nelayan siro, bagan dan pancing, dan perkebunan lada. Perusahaan Garuda Indonesia melalui program BIna Lingkungan telah membantu mengembagkan wisata di Desa Petaling. 3. Kades Selat Nasik (Joniarsyah) Desa Selat Nasik merupakan desa Induk dari Kecamatan Selat Nasik, dengan mayoritas pencaharian penduduk nelayan budidaya dan nelayan tangkap. Dinas Kelautan dan Perikanan telah membantu nelayan sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Mata pencaharian masyarakat desa petaling petani lada dan pengelolaan kerupuk ikan laut, pengrajin tangan seperti pembuatan ikan, karung dan sebaginya. Pembangunan di desa Selat Nasik melalui program Satam Emas, dan Silpa APBN 2015 sudah dilaksanakan, dan untuk menunjang potensi wisata desa Selat Nasik mengandalkan pantai PAsir panjang dan pantai 8

169 Diharapkan kementerian Desa dan Kemenpariwisata dapat menjadikan desa Selat Nasik mengembangkan desa wisata sesuai dengan potensi yang ada. 4. Kecamatan Selat Nasik (Syafril) 5. Diskoperindag (Mula Samosir) Diskoreindag setuju untuk mengembangkan selat nasik sesuai dengan potensi yang ada, karena memiliki ciri khusus untuk dikembangkan. Diskoperindag dengan Garuda Indonesia akan dibina melalui program bina lingkungan khususnya wisata mangrove, lada. Potensi kelautan dan pertanian perkebunan perlu dikembangkan. Diskoperindag sudah memberikan bimbingan untuk mengali, mengelola potensi yang ada. Pengolahan mangrove untuk dikembangkan menjadi isdustri makanan di desa Petaling dengan bekerjasama dengan LIPI. Di desa Slat Nasik direncanakan akan membangun pasar laut, dan akan dikembangkan vila di atas laut dan berdasaran survey dari kementerian kesulitan untuk tempat tinggal wisatawan sehingga akan dikembangkan tempat tinggal wisatawan di atas laut, namun waktu yang belum tepat untuk mengembangkan hal tersebut, namun dalam beberapa waktu yang lalu ada wisatawan yang mengalami kesuliatan untuk tinggal selama diselat nasik, sehingga hal tersebut perlu menjadi pertimbangan pembangunan selanjutnya. Pengembangan pantaui panjang dan mercusuar di pasir panjang merupakan objek wisata yang perlu dikembangkan. Diskoperindag dengan memperdayakan masyarakat melaui UKM untuk mengembagkan produksinya dan penguatan lembaga. Akan dilakukan kerjasama dengan UKM dan kementerian untuk mengembangkan potensi selat nasik dan sudah didirikan koperasi budidaya pengolahan perikanan dan sudah disiapkan lembaga badan usaha untuk mendukung pembangunan desa selat nasik menjadi kawasan strategis. 6. Dinas Kelautan dan Perikanan (Firdaus Idhamsyah) Kecamatan Selat Nasik sangat potensial untuk dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada. Sesuai dengan program dan kegiatan yang telah disusun, perlu sinergi dengan SKPD terkait untuk mendukung program pembangunan di Kecamatan Selat Nasik. 9

170 Program dan Kegiatan diantaranya telah merehab PPI, pelatihan dan pembinaan nelayan, pembinaan pengolahan dan pemasar ikan yang masih minim inovasi sehingga perlu dukungan untuk dikembangkan dengan hasil ikan olahan, dan pemanfaatan mangrove yang akan menjadi olahan sebagai produk unggulan di Kecamatan Selat Nasik. Pelatihan nelayan untuk mendukung wisata di kecamatan Selat Nasik, setiap tahun telah dilaksanakan. Insentif dan bantuan modal telah diberikan untuk Desa Selat Nasik, Suak Gual dan Petaling, serta program prioritas di DKP telah diarahkan di KEcamatan Selat Nasik dengan membentuk KOperasi Budidaya dan Alat tangkap. 10

171 Insentif bina lingkungan untuk melatih nelayan masyrakat peisisr untuk mengetahui indentifikasi karang-karang dan ilmu menyelam. Memberikan pemahaman kepada nelayan untuk ramah lingkungan dengan melakukan proses pengambilan ikan dengan tidak melanggar aturan. Persoalan : dalam program RPJMD perlu revisi kedepan berkaitan dengan kewenangan pengembangan sector perikanan. Pulau Buntar, melalui kementerian tata ruang laut untuk mengembangkan pulau-pulau kecil di Selat Nasik sebagai upaya untuk mengembangkan potensi di Selat Nasik. Program Seribu Nelayan Indah Maju, DED pengembangan Minapolitan telah disiapkan oleh DKP, sehingga diharapkan pihak desa apabila membtuhkan biaya dapat berkoordinasi dengan DKP untuk perencanaan pembangunan desa sesuai dengan potensinya. DKP sangat mendukung sesuai dengan potensi Mina politan atau mina wisata di Kecamatan Selat Nasik. 7. Dinas TPHP2KKP (Tri ) Program peningkatan produksi perkebunan (lada), pelatihan budidaya dan kelembagaan. Potensi lainnya adalah karet dan telah dilakukan pelatihan budidaya dan kelembagaan. Usulan dari musrebangdesa akan dilakukan penyelarasan dengan program di SKPD pertanian. Untuk pengolahan hasil yang masih belum optimal akan dikembangkan 8. Bagian Pembangunan Setda (Riyan) Saran : Dalam penyusunan dokumen perencanaan perlu didasari oleh aspek hukum sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua pemangku kepentingan dalam proses pembangunan atau implementasi dokumen perencanaan. 9. Disparekraf (Rahili) Sesuai RIPARKAB Kabupaten Belitung, berdasarkan 4 Pilar. Sebagai upaya akselerasi pembangunan,11 desa wisata di kec Selat Nasik. Telah dilakukan pembinaan homestay di 11

172 Kecamatan Selat Nasik Nasik sebagai upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat sadar wisata. Masyarakat diikutsertakan dalam kegiatan. Permasalahan : pemasaran produk olahan. 10. KPLB/Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (Budi Setiawan) Selat Nasik 4 Desa, 6 pulau kecil di sekitarnya. Petaling (Mangrove), Suak Gual (potensi laut), ciri khusus pulau kecil, potensi bawah laut (ikan, karang), kapal tenggelam peninggalan zaman Permasalahan : pemasaran produk wilayah kecamatan selat nasik. Tren wisatawan minat khusus wilayah kecamatan selat nasik menjadi pilihan. Hal yang perlu ditingkatkan : - Standar pelayanan untuk pelaku wisata - Peningkatan kapasitas masyarakat untuk mempromosikan potensi wisata - Pengembangan industry kecil masyarakat setempat - Pemahaman mengenai hidup bersih dan sehat dalam mengembangkan homestay Garuda Indonesia menjadikan Desa Selat Nasik menjadi Desa Binaan melalui Program Bina Mitra Lingkungan. Desa Petaling menjadi pusat pembibitan tanaman Mangrove, Desa Suak Gual menjadi Desa Selam, dengan memberdayakan peran masyarakat setempat. Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda (Bherta) Gambaran umum, posisi Selat Nasik letaknya strategis. Perlu dukungan semua pihak untuk mempercepat pembangunan kecamatan selat nasik. BPMPDPKB (Eko Wijonarko) Kegiatan pembangunan kawasan perdesaan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat desa dan pemerintah desa. Dana desa dapat dipergunakan untuk mengoptimalkan potensi di desa untuk kesejahteraan masyarakat dan perlu keberkelanjutan program. Selat Nasik merupakan lokasi program PKKPM PIE Tahun 2015 oleh Kemendesa. Dinsosnakertrans (Rofrida) 12

173 Perlu peran SKPD terkait untuk pelatihan dan pendidikan tenaga kerja di kecamatan Selat Nasik. Diskoperindag (Mula Samosir) Dalam mengajukan program pusat untuk daerah, pemerintah pusat memerlukan dokumen, sejauh mana pendampingan kemendesa dalam menyusun dokumen untuk pembangunan kawasan di Selat Nasik, sebagai dasar perencanaan program di SKPD terkait. Makan di Selat Nasik, Minum Jus Petaling, Ngopi di Suak Gual, sehingga Kecamatan akan dijadikan pusat kuliner kecamatan selat nasik. Sekretaris Bappeda (Gustono) Kecamatan Selat Nasik wilayah dominan kawasan hutan. Sector unggulan di Kabupaten Belitung Pariwisata, perhubungan dan perikanan. Kapal sering membuang sampah di laut perairan Belitung. Dokumen perencanaan pembangunan kawasan perdesaan dasar hokum berdasarkan Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Asisten II Konsep perencanaan pembangunan kawasan perdesaan (desa suak gual, selat nasik dan petaling). Konsep pengembangan kawasan diharapkan tidak keluar dari dokumen RPJP kabupaten. RPJMD Kabupaten. Kecamatan Selat Nasik fokus pengembangan perikanan. Diharapkan tetap menampilkan produk unggulan dengan kearifan local masyarakat setempat. Dokumen akan ditetapkan berdasarkan Peraturan Bupati Belitung. Direktur Perencanc Pembangunan Kawasan Perdesaan Penyusunan dokumen fokus 3 lokus (desa petaling, suak gual, selat nasik). Dokumen harus mempunyai nilai jual sesuai dengan dokumen perencanaan di daerah (RPJMD, RTRW) Kementerian Desa, tidak diperbolehkan memberikan program langsung ke desa, mengingat desa sudah diberikan dana desa untuk melaksanakan kewenangannya. Belitung dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata dan salah satu kawasan perdesaan prioritas nasional, maka Kabupaten Belitung sudah mempunyai nilai yang kuat untuk dikembangkan. 13

174 Tim Koordinasi monitoring oleh Menko PMK, dokumen perencanaan akan mempunyai nilai jual untuk program K/L, sedangkan kabupaten untuk memprioritas pembangunan dipersilahkan menyesuaikan dokumen yang telah ada. Notulis, HENNYKA, SE NIP

175 B. Peta Kawasan Perdesaan di Kabupaten Belitung 15

176 C. Form Persetujuan Kawasan Perdesaan 16

177 D. Berita Acara Penetapan Kesepakatan Kawasan Perdesaan Kabupaten Belitung BERITA ACARA FORUM KONSULTASI RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN MINA, AGRO, WISATA KABUPATEN BELITUNG Pada hari tanggal.bulan..tahun Dua ribu enam belas bertempat di Ruang Rapat Bappeda Kabupaten Belitung, telah diselanggarakan forum konsultasi Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) Mina, Agro, Wisata yang dihadiri para pemangku kepentingan sebagaima daftar hadir peserta yang tercantum dalam Lampiran I berita acara ini. Setelah memperhatikan, mendengar, mendiskusikan dan mempertimbangkan : 1. Sambutan-sambutan yang disampaikan oleh Ketua TKPKP Kabupaten Belitung dan Camat Selat Nasik pada acara Forum konsultasi Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) Mina, Agro, Wisata; 2. Pemaparan tujuan, sasaran, strategis, arah kebijakan serta program dan kegiatan pembangunan Kawasan Perdesaan Mina, Agro, Wisata oleh TKPKP Kabupaten Belitung; 3. Tanggapan dan saran dari seluruh peserta forum konsultasi Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) Mina, Agro, Wisata terhadap materi yang dipaparkan, maka pada : Hari dan tanggal : Waktu : Tempat : Kantor Bappeda Kabupaten Belitung Forum Konsultasi Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Mina, Agro, Wisata : MENYEPAKATI Tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, serta program dan kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPKP Mina, Agro, Wisata dengan perbaikan sesuai masukan yang tercantum dalam LAMPIRAN II. 17

178 Demikian berita cara ini dibuat dan disahkan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Tanjungpandan, Pimpinan Rapat, Mewakili peserta Forum Kansultasi Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Mina, Agro, Wisat, No Nama Instansi/Lembaga Jabatan Tanda Tangan 18

179 E. Surat Keputusan Bupati tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Belitung 19

180 20

181 21

182 22

183 F. Draft Surat Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPUTUSAN BUPATI BELITUNG NOMOR : / /KEP/BAPPEDA /2016 TENTANG TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat desa dalam mewujudkan penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung perlu dibentuk Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Belitung; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 23

184 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 359); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Belitung (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2008 Nomor 14); 24

185 9. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2014 Nomor 3); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Belitung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2014 Nomor 4); MEMUTUSKAN: Menetapkan : Keputusan Bupati Belitung tentang Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Belitung. KESATU : Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Belitung dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, mempunyai tugas : a. Mengkoordinasikan penetapan kawasan perdesaan; b. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan; c. Menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal didelegasikan oleh Bupati; d. Melaksanakan arahan kebijakan sebagai hasil evaluasi laporan kinerja pembangunan kawasan perdesaan. 25

186 KETIGA : Untuk membantu pelaksanaan tugas Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA, dibantu oleh Pendamping Kawasan Perdesaan yang berasal dari Pihak Ketiga yang mempunyai tugas : a. Membantu Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten dalam penetapan dan perencanaan kawasan perdesaan; b. Memfasilitasi dan membimbing desa dalam pembangunan kawasan perdesaan. KELIMA : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tanjungpandan Pada tanggal September 2016 BUPATI KABUPATEN BELITUNG, SAHANI SALEH 26

187 LAMPIRAN I NOMOR : / /KEP/BAPPEDA/2016 TANGGAL : SEPTEMBER 2016 SUSUNAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN BELITUNG I Ketua Sekretaris Daerah Kabupaten Belitung II Wakil Ketua Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kabupaten Belitung III Sekretaris Kepala BPMPDPKB Kabupaten Belitung IV Wakil Sekretaris Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung II Anggota 1. Kepala Dinas TPHP2KKP Kabupaten Belitung 2. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung 3. Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Belitung 4. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Belitung 5. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung 6. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung 7. Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung 8. Kepala Bagian Ekonomi Setda. Kabupaten Belitung 9. Kepala Bagian Pembangunan Setda. Kabupaten Belitung 10. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung 11. Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung 12. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat BPMPDPKB Kabupaten Belitung 13. Kepala Bidang Pemerintahan Desa BPMPDPKB Kabupaten Belitung 27

188 14. Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Belitung 15. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Belitung 16. Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Belitung 17. Kepala Bidang Data dan Program Bappeda Kabupaten Belitung 18. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Belitung 19. Camat Selat Nasik 20. Kepala Desa Petaling 21. Kepala Desa Selat Nasik 22. Kepala Desa Suak Gual BUPATI KABUPATEN BELITUNG, SAHANI SALEH 28

189 G. Draft Surat Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPUTUSAN BUPATI BELITUNG NOMOR : / /KEP/BAPPEDA /2016 TENTANG TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN KAWASAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat desa dalam mewujudkan penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung perlu dibentuk Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Belitung; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 29

190 11. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 12. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 16. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 359); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Belitung (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2008 Nomor 14); 30

191 18. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2014 Nomor 3); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Belitung Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2014 Nomor 4); MEMUTUSKAN: Menetapkan : Keputusan Bupati Belitung tentang Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Kabupaten Belitung. KESATU : Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Kabupaten Belitung dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, mempunyai tugas : e. Melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan; f. Menyusun rencana pembangunan kawasan perdesaan bersama-sama dengan TKPKP Kabupaten; g. Melaksanakan rencana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal ditunjuk oleh Bupati/TKPKP Kabupaten; h. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pembangunan kawasan perdesaan. Pelaporan dilakukan oleh TKPK Kabupaten. 31

192 KETIGA : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Tanjungpandan Pada tanggal September 2016 BUPATI KABUPATEN BELITUNG, SAHANI SALEH 32

193 LAMPIRAN I NOMOR : / /KEP/BAPPEDA/2016 TANGGAL : SEPTEMBER 2016 SUSUNAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN KAWASAN KABUPATEN BELITUNG I Ketua Kepala Bappeda Kabupaten Belitung II Sekretaris Kepala BPMPDPKB Kabupaten Belitung III Koordinator Klaster Kelautan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Anggota IV Koordinator Klaster Pertanian Kepala Dinas DTPHP2KKP Kabupaten Belitung Anggota

194 V Koordinator Klaster Pariwisata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung Anggota VI Anggota 1. Camat Selat Nasik 2. Kepala Desa Suak Gual 3. Kepala Desa Petaling 4. Kepala Desa Selat Nasik BUPATI KABUPATEN BELITUNG, SAHANI SALEH 34

195 H. Daftar Hadir FGD 35

196 36

197 I. Dokumentasi FGD FGD 2 Selasa, 28 September 2016 Bappeda Kabupaten Belitung 37

198 38

199 FGD 3 Selasa, 30 September 2016 Kantor Kecamatan Selat Nasik 39

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Belitung terletak antara 107 08 BT sampai 107 58 BT dan 02 30 LS sampai 03 15 LS dengan luas seluruhnya 229.369 Ha atau ±2.293,69 Km2. Pada peta dunia Pulau

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERMENDES NO.1: Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa PERMENDES NO.5: Penetapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketimpangan persebaran

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015 Disampaikan dalam Acara : Sosialisasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Sungai Citarum

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN, SERTA PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEMINAR INTERNASIONAL TEMU ILMIAH NASIONAL XV FOSSEI JOGJAKARTA, 4 MARET 2015 DR HANIBAL HAMIDI, M.Kes DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1873, 2016 KEMEN-ATR/BPN. RTRW. KSP. KSK. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR, BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR PERATURAN BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR NOMOR 096 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR TAHUN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DESA

SAMBUTAN KEPALA DESA SAMBUTAN KEPALA DESA Bismillahirrokhmanirrokhim. Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh. RPJMDes - Puji syukur mari kita panjatkan ke pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN WALIKOTA TUAL NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN WALIKOTA TUAL NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN WALIKOTA TUAL NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TUAL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2012 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2012 TANJUNGPANDAN, MARET 2013 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004)

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH ( RTRW ) KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BENER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang :a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI. Kabupaten belitung

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI. Kabupaten belitung POTENSI DAN PELUANG INVESTASI Kabupaten belitung POSISI KABUPATEN BELITUNG Kabupaten Belitung terletak antara 107 08' BT sampai 107 58' BT dan 02 30' LS sampai 03 15' LS dengan luas seluruhnya 229.369

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci