PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA MASA TANAM KE-II SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA MASA TANAM KE-II SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA MASA TANAM KE-II SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh TUTY ANGGRAINI NIM PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2 LEMBAR PERSETUJUAN PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA MASA TANAM KE-II Oleh : Tuty Anggraini NIM Diperiksa dan Disetujui Pada Tanggal : Pebruari 2010 Pembimbing I Pembimbing II Ir. Aman Suyadi, MP. Anis Shofiyani, SP, MP. NIP NIK Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Ir. Bambang Nugroho, MP. NIK

3 LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA MASA TANAM KE-II Tuty Anggraini NIM Telah dipertahankan di depan panitia Ujian Skripsi Pada hari Senin tanggal 18 Pebruari 2010 Ketua SUSUNAN PANITIA Sekretaris Ir. Bambang Nugroho, MP. Anis Shofiyani, SP MP. NIK NIK Penguji I Penguji II Ir. Aman Suyadi, MP. Anis Shofiyani, SP, MP. NIP NIK Penguji III Ir. Bambang Nugroho, MP NIK Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Ir. Bambang Nugroho, MP. NIK

4 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Tuty Anggraini NIM : Program Studi : Agroteknologi Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil modifikasi atau penjiplakan hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini, maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan nya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Purwokerto, Pebruari 2010 Yang menyatakan, TUTY ANGGRAINI NIM

5 Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasannya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman-tanaman yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri, Maka apakah mereka tidak memperhatikan? (As-Sajadah : 1) Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Kahfi : 109) PERSEMBAHAN Ayahanda dan Ibunda tercinta serta adik-adikku tersayang limpahan dan kasih sayang dalam hidup 5

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Masa Tanam Ke-II. Skripsi ini disusun sebagai syarat menyelesaikan studi pada pendidikan Stara Satu Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ir. Bambang Nugroho, MP., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2. Ir. Aman Suyadi, MP., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skipsi. 3. Anis Shofiyani, SP, MP., selaku Kaprodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 4. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah memberikan dorongan dan do a selama penyusunan skripsi. 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 6

7 Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Purwokerto, Pebruari 2010 Penulis 7

8 Tuty Anggraini NIM Pengaruh Media Tanam dan Penggunaan Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Masa Tanam Ke-II. Di bawah bimbingan Ir. Aman Suyadi, MP. dan Anis Shofiyani, SP, MP. RINGKASAN Penelitian pengaruh media tanam dan penggunaan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (lactuca sativa L.) pada masa tanam kedua ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui komposisi media tanam tanah, pasir dan kompos yang paling tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua, mengetahui konsentrasi pupuk organik cair yang paling tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua, serta mengetahui interaksi antara komposisi media tanam tanah, pasir dan kompos dengan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 sampai dengan Oktober 2009 di Lahan Pertanian Komplek Perumahan Tegal Sari di desa Bojong Sari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dengan ketinggian tempat 110 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah latosol, pada akhir musim kemarau. Penelitian merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor yang dicoba terdiri atas dua faktor yaitu : Faktor pertama komposisi media tanam yaitu: MI (tanah : pasir : kompos = 1:1:2), M2 (tanah : pasir : kompos = 1:2:1), M3 (tanah : pasir : kompos = 2:1:1). Faktor kedua konsentrasi pupuk organik cair Bio Super Actif (POC BSA) dengan konsentrasi B1 (1 ml/l), B2 (2 ml/l), B3 (3 ml/l). Kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan komposisi media tanam tanah : pasir : kompos berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua kecuali pada tinggi tanaman umur 18 hari setelah tanam. Penggunaan POC BSA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua, hasil yang terbaik diperoleh pada perlakuan B1 (konsentrasi 1 ml/liter) pada semua variabel pengamatan diantaranya tinggi tanaman 13,75 cm dan luas daun 666,38 cm 2 umur 32 hari setelah tanam serta bobot bernilai ekonomis 105,96 gram dan bobot basah akar 5,68 gram umur 35 hari setelah tanam. Interaksi antara komposisi media tanam tanah : pasir : kompos dan POC BSA berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. 8

9 Tuty Anggraini NIM The effect of planting media with the delivering fluid-organic fertilizer on the growing and result of planting lettuce (Latuca sativa L.) at the second planting period. This research is under guidance of Ir. Aman Suyadi, MP, and Anis Shofiyani, SP, MP. SUMMARY The research is know to discover the accurate composition of soil, sand and compost as planting media and to determine the concentration of liquidorganic fertilizer, and also to comprehend any interaction between soil, sand and compost as planting media on the growing and result of planting lettuce (Latuca sativa L.) at the second planting period. Reaserch begain from July 2009 until October 2009 on the farming field at Tegal Sari Indah Resident in Bojongsari Village of Kembaran Subdistrict in Banyumas Regency. It is positioned on 110 meters above the sea lavel with latosol soil, at the end of day seasons. The research is a factorial trying by using Random Complite Blok Design (RCBD). Factor that s used is consisted of two factors, those are; the first of planting media composition are : M1 (soil : sand : compost = 1 : 1 : 2), M2 (soil : sand : compost = 1 : 2 : 1), M3 (soil : sand : compost = 2 : 1 : 1) and the second are concentrate of liquid-organic fertilizer Bio Super Active (POC BSA) and B1 (1 ml/l). B2 (2 ml/l) and B3 (3 ml/l). those combination are repeated three times. The result of the research explain the compotation of planting media ; soil : sand : compost are non significant different to the growing and result of planting lettuce on the second planting priod with the exception of plant s height in the age of 18 days after planting. The using of POC BSA significant differnt to the growing and product of lettuce plants on the second preod, it got the best result by holding B1 treatmen (concentration 1 ml/l) at all observation variables : height of plants 13,75 cm and leaf area 666,38 cm 2 at the age of 32 days after planting and also the economical weight 105, 95 grams furthermore the weight of roat 5,68 grams at the age of 35 after planting. Interaction among the compotation of planting media ; soil : sand : compost and POC BSA are non significant different to the growing and the result of planting lettuce on the second preod. 9

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii SURAT PERNYATAN... iv PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... viii SUMMARY... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Hipotesa... 7 E. Manfaat Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8 A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)... 8 B. Media Tanam... 9 C. Pupuk Organik Cair Bio Super Active

11 BAB III METODOLOGI TANAMAN A. Waktu dan Tempat B. Alat dan Bahan C. Rancangan Penelitian D. Pelaksanaan Penelitian E. Variabel yang Diamati F. Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Tanaman Selada Selama Penelitian B. Hasil Penelitian C. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Produksi, Ekspor, Impor, dan PDB Sayuran Table 2. Kandungan Gizi Selada Table 3. Koposisi Kompos Table 4. Kombinasi Perlakuan Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Bio Super Active (POC BSA) Tabel 5. Analisis N, P dan K Total Media Tanam Tanaman Selada pada Masa Tanam Kedua. 19 Tabel 6. Matrik Hasil Analisa Data Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Masa Tanam Ke-II.. 24 Tabel 7. Angka rerata hasil analisa pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Grafik 1. Hubungan antara tinggi tanaman dengan umur tanaman pada perlakuan pemupukan POC BSA. 28 Grafik 2. Hubungan antara luas daun dengan umur tanaman pada perlakuan pemupukan POC BSA

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Denah percobaan penelitian pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii. 34 Lampiran 2. Denah Tanaman Per Unit Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Pupuk NPK Lampiran 4. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel tinggi tanaman umur 14 hst.. 37 Lampiran 5. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel tinggi tanaman umur 21 hst.. 39 Lampiran 6. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel tinggi tanaman umur 28 hst.. 42 Lampiran 7. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel luas daun umur 14 hst Lampiran 8. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel luas daun umur 21 hst.. 46 Lampiran 9. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel luas daun umur 28 hst

15 Lampiran 10. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel bobot bernilai ekonomis Lampiran 11. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-i pada variabel bobot basah akar Lampiran 12. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel tinggi tanaman umur 18 hst Lampiran 13. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel tinggi tanaman umur 25 hst Lampiran 14. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel tinggi tanaman umur 32 hst Lampiran 15. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel luas daun umur 18 hst Lampiran 16. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel luas daun umur 25 hst Lampiran 17. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel luas daun umur 32 hst

16 Lampiran 18. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel bobot bernilai ekonomis Lampiran 19. Analisa sidik ragam pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii pada variabel bobot basah akar

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan sayur khususnya untuk pasar ekspor belum sepenuhnya terpenuhi. Hal ini disebabkan oleh pola tanam yang tidak seragam dan teratur. Sebagai sumber makanan, sayuran bermanfaat sebagai sumber vitamin, mineral, serat, antioksidan dan energi. Untuk mencukupi kebutuhan, peningkatan produksi dan konsumsi merupakan langkah strategis yang perlu diambil pemerintah. Sebagai gambaran, tahun lalu, produksi sayuran sudah menembus 9,94 juta ton. Jumlah ini naik dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 9,53 juta ton. Walaupun produksi terus meningkat, Indonesia juga masih mengimpor beberapa jenis sayuran yang jumlahnya lebih dari 0,5 juta ton/tahun (tabel 1). Tabel 1.Produksi, Ekspor, Impor, dan PDB Sayuran Uraian Produksi (ton) Ekspor (ton) , , ,963 Impor (ton) , , ,747 PDB (Miliar, Rp)* Keterangan: * Berdasar harga konstan Sumber : Dirjen Hortikultura, 2008 Meski begitu, tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih rendah. Berdasar catatan Dirjen Hortikultura, Deptan, konsumsi sayuran tahun lalu baru 36,63 kg/kapita/tahun. Padahal menurut standar lembaga pangan dan pertanian dunia (FAO) mestinya 65,75 kg (Anonim, 2008). 17

18 Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu sayuran yang mempunyai arti penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Sejak PJPT I, tanaman selada diimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada PJPT II, perhatian akan pengembangan tanaman selada semakin pesat dan hingga sekarang komoditi selada telah diekspor, namun pengembangannya masih terpusat pada pulau Jawa. Pengembangan selada di Sulawesi Selatan masih sangat kurang, sehingga kebutuhan masyarakat akan produk tersebut masih didatangkan dari luar. Kebutuhan akan komoditi selada semakin meningkat sejalan dengan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi keluarga. Tanaman selada memiliki fungsi sebagai zat pembangun tubuh, dengan kandungan zat gizi dan vitamin yang cukup banyak dan baik untuk kesehatan masyarakat. Mengkonsumsi sayuran ini secara teratur setiap hari dan dalam jumlah yang cukup dapat menunjang dan memelihara kesehatan jasmani manusia (Azis, dkk. 2006). Menurut Toetoet (2007), manfaat daun selada bagi kesehatan tubuh adalah membantu menurunkan resiko gangguan jantung dan terjadinya stroke, mengurangi resiko terjadinya kanker, mengurangi resiko terkena katarak, membantu mengurangi resiko spina bifida (salah satu jenis gangguan kelainan pada tulang belakang), membantu kerja pencernaan dan kesehatan organ hati, mengurangi gangguan anemia serta membantu meringankan insomnia (sulit tidur) karena ketegangan syaraf. Selain itu, menurut Rukmana (1994), selada mengandung gizi cukup tinggi dengan komposisi seperti pada tabel. 2: 18

19 Table 2. Kandungan Gizi Selada. Komposisi Gizi Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat Besi (Fe) Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C air Sumber : Rukmana, Selada 15,00 kal 1,20 g 0,20 g 2,90 g 22,00 mg 25,00 mg 0,50 mg 540,00 S.I 0,04 mg 8,00 mg 94,80 g Menurut Rukmana (1994) dewasa ini, meskipun pengembangan selada belum membudaya tetapi prospek ekonominya cukup cerah. Permintaan terhadap komoditas selada terus meningkat, antara lain berasal dari pasar swalayan, restaurant-restauran besar (Fast Food Eropa dan Cina), hotel-hotel berbintang di kota-kota besar, serta konsumen luar negeri yang menetap di Indonesia maupun masyarakat Indonesia sendiri. Selain itu peluang bisnis selada dapat juga dilihat dari semakin berkembangnya jumlah hotel dan restauran-restauran asing (bertaraf internasional) yang banyak menyajikan masakan-masakan asing yang menggunakan daun selada, misalnya salad, hamburger, hot dog, dan sebagainya. Peningkatan jumlah hotel dan restauran menyajikan masakan dengan menggunakan daun selada akan meningkatkan permintaan selada. Selada memiliki harga jual tinggi, di pasar swalayan harga selada daun Rp 6.700,00 Rp / kg (Hastuti, 2008). Tidak seimbangnya persediaan produksi dengan permintaan selada di dalam negeri menyebabkan Indonesia harus mengimpor komoditas ini. Pada 19

20 priode tahun (Januari - Juni), Indonesia mengimpor selada sebanyak kg senilai US $ atau rata-rata 953 kg senilai US $ 1.956,2 per tahun. Dengan melihat prospek pasar ini, selada merupakan salah satu tanaman yang berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia, karena kondisi iklim yang cocok dan dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi pembudidayaannya. Menurut Saputra (2008) untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik, tanaman harus mempunyai akar dan sistem perakaran yang cukup luas dan dalam untuk memperoleh hara dan air sesuai kebutuhan pertumbuhan, namun tanaman tidak selalu memerlukan sistem perakaran yang luas dan dalam pada kondisi hara yang sudah mencukupi, oleh karena itu untuk meningkatkan produksi selada di dalam negeri dapat ditinggkatkan melalui berbagai macam cara salah satunya dengan meningkatkan secara intensifikasi melalaui penggunaan pupuk organik cair dan komposisi media tanam yang tepat. Mengingat selada memiliki sistem perakaran serabut yang dangkal dan lebar, serta tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah, maka tanah yang dikehendaki sebagai media tanamnya harus subur, gembur, dan mudah meneruskan air (Desiliyarni, dkk. 2003). Sifat tanah seperti ini dapat diperoleh dengan mencampur beberapa bahan media tanam yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan hayati media tanamnya. Campuran berbagai media tanam seperti tanah, pasir, dan kompos dalam perbandingan tertentu dapat memperbaiki tingkat kesuburan dan kegemburan tanah, serta daya meneruskan air yang sesuai untuk tanaman selada. 20

21 Menurut Hardjowigeno (2003) pupuk kompos merupakan pupuk yang termasuk kedalam jenis pupuk organik yang mempunyai banyak keuntungan seperti dapat meningkatkan kesuburan fisik tanah, mempertinggi kandungan humus, memperbaiki struktur tanah, mendorong pertumbuhan mikroorganisme, merupakan sumber unsur hara makro maupun mikro, dapat meningkatkan daya menahan air dan meningkatkan kation-kation tanah sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman. Namun pupuk organik ini juga mempunyai kekurangan yaitu merespon tanaman lebih lambat dibandingkan dengan pupuk anorganik buatan sehingga dengan umur tanaman selada yang hanya berkisar antara 30 hst 35 hst maka diduga pengaruh kompos belum terlihat nyata pada masa tanam pertama. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melihat pengaruh penggunaan media tanam kompos ini pada masa tanam kedua. Pupuk organik cair Bio Super Active (POC BSA) merupakan pupuk organik cair yang mengandung unsur hara makro dan mikro serta ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang dapat merangsang pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah serta dapat mempercepat panen dan ramah lingkungan sehingga baik bila diberikan pada tanaman selada pada fase tanam kedua dengan harapan dapat mensuplai makanan yang dibutuhkan oleh tanaman selada dan dapat meningkatkan produksi tanaman selada selama masa pembudidayaan. Untuk itulah, perlu diteliti penggunaan media tanam yang berasal dari tanah, pasir serta kompos dengan menggunakan pupuk hayati berupa POC BSA yang mengandung unsur unsur organik dengan harapan akan 21

22 mendapatkan komposisi media tanam yang tepat dari perpaduan media tanam dan dosis POC BSA yang tepat sehingga akan mendapatkan pertumbuhan selada yang optimal melalui pembudidayaan pertanian secara organik. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang akan dikaji yaitu : 1. Berapakah komposisi media tanam tanah, pasir dan kompos yang paling tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua? 2. Berapakah konsentrasi pupuk organik cair yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua? 3. Apakah terdapat interaksi antara komposisi media tanam tanah, pasir dan kompos dengan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui komposisi media tanam tanah, pasir dan kompos yang paling tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. 2. Mengetahui konsentrasi pupuk organik cair yang paling tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. 3. Mengetahui interaksi antara komposisi media tanam tanah, pasir dan kompos dengan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. 22

23 D. Hipotesis 1. Diduga komposisi media tanam yaitu tanah, pasir dan kompos dengan proporsi 1:1:2 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. 2. Diduga pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 2 ml/l air dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. 3. Diduga komposisi media tanam tanah, pasir, dan kompos dengan proporsi 1:1:2 dengan konsentrasi pupuk organik cair 2 ml/l dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. E. Manfaat Manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Memperoleh informasi tentang komposisi media tanam (tanah, pasir, dan kompos) yang tepat pada budidaya tanaman selada pada masa tanam kedua. 2. Memperoleh informasi tentang konsentrasi pupuk organik yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. 3. Bahan acuan penelitian pengembangan lanjut untuk peningkatan hasil dan pertumbuhan tanaman selada. 23

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada dalam sistematik tumbuhan : Divisi Sub divisi Kelas Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Compositae : Lactuca Species : Lactuca sativa L. Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan). Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk daerah penanaman selada karena kondisi lingkungannya (iklim dan tanah) yang mendukung pertumbuhan yang optimal pada tanaman selada. 1. Iklim Daerah yang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian m dpl dan suhu rata-rata 15º-20º C. Daerah penghasil selada antara lain Batu dan Tengger (Jawa Timur), Tawangmangu, Bandungan, dan Dieng (Jawa Tengah), Pacet, Cipanas, dan Lembang (Jawa Barat), serta Tomohon (Sulawesi Utara). Di dataran rendah selada juga bisa tumbuh, tetapi krop yang terbentuk kurang baik. Tanaman selada tidak tahan bila terlalu banyak hujan, kelembaban terlalu tinggi, dan tergenang 24

25 air. Dalam kondisi seperti itu, tanaman akan mudah terserang penyakit. Waktu tanaman yang paling cocok pada waktu musim kemarau dengan penyiraman yang cukup. Selada memerlukan sinar matahari yang cukup (tidak banyak awan) dan tempat yang terbuka. 2. Tanah Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah,. namun pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang oleh air. Selada tumbuh baik dengan ph 5,0-6,5. Bila ph terlalu rendah perlu dilakukan pengapuran. (Sunarjono, H. 2008) B. Media Tanam Tanah merupakan komponen terpenting dalam kehidupan tanaman karena merupakan medium alam sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Sebagai sumber daya alam yang terpenting, penggunaan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Bila salah penggunaannya, tanaman menjadi kurang produktif, namun apabila pengguanannya benar, yakni dilakukan dengan memperhatikan sifat fisik, kimia dan hayati tanah, maka akan dapat menghasilkan tanaman yang berdaya hasil tinggi secara berkesinamabungan. Semua jenis tanaman pada umumnya dapat diusahakan secara organik karena pada mulanya tanaman tumbuh secara alami, tanpa tambahan (pemupukan) dari luar. Hanya saja, ada tanaman yang peka terhadap hama dan penyakit sehingga perlu pemeliharaan yang intensif dan menggunakan tanah pertanian yang baik dan produktif. 25

26 Tanah pertanian yang baik dan produktif adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan jasad hidup (makro dan mikro organik). Bahan organik akan dihancurkan oleh organik hidup menjadi bahan organik yang halus dan dapat diserap oleh akar tanaman (Pracaya, 2008). Sayuran organik selain ditanam di lahan (kebun) dapat juga ditanam di dalam pot, polybag, atau wadah bekas lainnya. Karena tempatnya kecil dan praktis serta dapat diletakkan di lahan yang sempit dan dapat diisi dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos dengan berbagai macam perbandingan sehingga sistem perakaran yang dangkal dan lebar pada tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah dengan baik sehingga media tanam diharapkan subur, gembur dan mudah meluluskan air (Desiliyarni, dkk, 2003). Sifat tanah seperti ini dapat diperoleh dengan mencampur bahan media tanam di atas dengan perbandingan tertentu sehingga dapat memperbaiki tingkat kesuburan dan kegemburan tanah, serta daya meluluskan air yang sesuai untuk tanaman selada. Tanah merupakan media yang lazim digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atas atau di dalamnya, selain itu terdapat pula udara dan air. 26

27 Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena itu, tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsentrasi teguh (lembab) atau keras (kering). Media tanam yang berasal dari pasir memiliki sifat-sifat antara lain aerasi dan draenasenya lebih baik dibandingkan dengan media tanam yang berasal dari tanah. Kemampuan mengikat air media ini sangat rendah serta unsur hara yang diberikan melalui pemupukan juga cepat terbawa air keluar dari area perakaran (Novizan. 2002). Jenis pasir yang umum digunakan adalah pasir malang. Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan 27

28 manusia. Kandungan utama kompos adalah bahan organik yang berguna untuk memperbaiki struktur tanah, memperbaiki tata air tanah dan udara tanah serta dapat memperbaiki kehidupan organisme di dalam tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium. Kompos yang baik merupakan kompos yang penguraiannya sudah berhenti. Biasanya penguraian akan berhenti setelah 2,5 bulan. Kompos yang baik biasanya memiliki butiran halus berwarna cokelat sedikit kehitaman. Suwanda (2005) menyatakan bahwa pemberian pupuk kompos fermentasi dengan takaran beragam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun dikarenakan dengan pemberian kompos maka akan memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air dan sumber makan bagi tanaman sehingga kebutuhan hara untuk pertumbuhan pada tanaman kubis dapat terpenuhi. Beberapa contoh kompos yang baik dan banyak diperjual belikan adalah Fine Compos, Super Kompos, dan Kompos Super. Adapun komposisi hara kompos menurut hasil penelitian Kebun Percobaan Muara, Bogor : Table 3. Koposisi Kompos Kandungan Kompos Komposisi (%) Cairan Bahan kering Karbon ,2 Hara : - Nitrogen 0,09 - Fosfor 0,36 - Kalium 0,81 C/N ratio 23 Sumber : Lingga & Marsono,

29 Dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari sifat-sifat media media tanam di atas, maka bila ketiga media tanam tersebut dipadupadankan dengan komposisi yang tepat, maka akan diperoleh media tanam yang struktur tanahnya baik, daya meneruskan air baik, dan ketersediaan haranya cukup sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi yang optimal pada tanaman yang akan dibudidayakan. C. Pupuk Organik Cair Bio Super Active Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5%. Oleh karena itu, kandungan NPK pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan yaitu mengandung mikroorganisme yang berguna bagi tanaman. Pada saat ini telah beredar pupuk organik cair hasil pengolahan bioteknologi yang salah satunya adalah Pupuk Organik Cair Bio Super Aktive (POC BSA). POC BSA ini merupakan pupuk organik cair dari hasil penemuan yang luar biasa di dunia pertanian. Berdasarkan penelitian BSA, pupuk organik cair ini sangat cocok dan dapat memberikan nutrisi pada tanaman antara lain unsur hara makro dan mikro, zat pengatur tubuh serta mikroorganisme tanah yang sangat diperlukan oleh berbagai jenis tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang terjadi di lapang seperti kerusakan tanah, menurunnnya produktivitas hasil panen, dan meningkatnya biaya produksi (Sausio, 2009). POC BSA terbuat dari kunyit, gadung, sereh, minyak ikan dan susu. Adapun kandungan hara yang terdapat di dalamnya berupa N 16, 49 %,P 2 O 2 3,96%, K 2 O 1,45%, Al 0,03%, Fe 0,06%, B 51,5 ppm, Co 0,05 ppm, Cu 67,30 ppm, Ca 1,35%, Mg 0,17%, Mn 0,04%, Mo 5,16 ppm, Zn 21,0 ppm, 29

30 C organiks 6,32%, SO 4 4,30%, Cl 4,30% yang ditambah lagi dengan ZPT auksin, sitokinin dan giberelin (Lukitaningsih, 2009). Manfaat dan keunggulan POC BSA ini yaitu menghemat biaya produksi serta meningkatkan produktivitas tanaman, mempercepat umur panen, merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan buah, mencegah kelayuan dan kerontokan daun dan buah, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit sekaligus menekan populasi hama dan penyakit tanaman, mengandung unsur hara makro dan mikro serta protein tinggi sebagai hasil senyawa organik bahan alami nabati dan hewani yang mengandung sel-sel hidup aktif yang aman digunakan karena sangat bersahabat dengan lingkungan dan tidak membunuh musuh alami, dapat digunakan bersamaan dengan cairan jenis lain (insektisida), serta dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman. 30

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Lahan Pertanian Komplek Perumahan Tegal Sari di desa Bojong Sari Kec. Kembaran Kab. Banyumas Purwokerto dengan ketinggian tempat 110 meter dpl dengan tanah jenis latosol yang dilaksanakan pada Juli 2009 sampai Oktober B. Bahan dan Alat 1. Bahan yang digunakan - Tanah, pasir dan kompos fermentasi sapi - Selada varietas Grand Rapids - Pupuk Organik Cair Bio Super Active (POC BSA) - Furadan 3G - Air 2. Alat yang digunakan - Cangkul - Ember - Gelas ukur - Gembor - Pipet tetes - Plastik semai 7x6 cm - Polybag 35x35 cm - Sprayer - Timbangan 20 kg dan timbangan digital 31

32 C. Rancangan Penelitian Penelitian merupakan percobaan pot yang merupakan penelitian faktorial dua faktor dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), faktor pertama adalah komposisi media tanam dengan 3 taraf dan faktor kedua adalah konsentrasi Pupuk Organik Cair Bio Super Aktive (POC BSA) dengan 3 taraf yang diulangan sebanyak 3 kali yaitu : 1. Komposisi media tanam (M) terdiri atas : - M1 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (1:1:2) - M2 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (1:2:1) - M3 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (2:1:1) 2. Konsentrasi Pupuk Organik Cair Bio Super Active (POC BSA) (B) terdiri atas : - B1 : POC BSA 1 ml/liter - B2 : POC BSA 2 ml/liter - B3 : POC BSA 3 ml/liter Pada penelitian ini menggunakan 5 tanaman setiap perlakuannya sehingga jumlah tanaman yang diamati yaitu 135 tanaman. Kombinasi perlakuan yang dicoba sebagai berikut : Table 4. Kombinasi Perlakuan Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Bio Super Active (POC BSA) Media Tanam M1 M2 M3 POC BSA B1 M1B1 M2B1 M3B1 B2 M1B2 M2B2 M3B2 B3 M1B3 M2B3 M3B3 32

33 D. Pelaksanaan Penelitian a. Penanaman Tahap Pertama 1. Sanitasi Lahan Sanitasi lahan dilakukan sebelum penanaman dilakukan dengan membersihankan dan merapikan lahan dari gulma-gulma dan kotoran lain namun tidak dilakukan pengolahan lahan dengan cara membalik tanah atau mencangkul tanah dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian pot (polybag). 2. Pembuatan Media Semai dan Penyemaian Setelah areal pertanaman selesai disanitasi, maka dilakuakan pembuatan media semai yang terdiri atas tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 1:1:2, 1:2:1, dan 2:1;1 (sesuai dengan perlakuan) pada plastic semai berukuran 7cm x 6cm dan kemudian menanaman dua benih selada varietas Grand Rapids pada media semai dalam setiap plastik semai. 3. Pembuatan Media Tanam Kegiatan yang dilakukan setelah melakukan persemaian yaitu menyiapkan media tanam dimulai dari pengambilan tanah, pasir dan kompos. Untuk media tanah setelah diambil, kemudian dikeringanginkan selama dua minggu dan menyiapkan polybag berukuran 35 x 35 sebanyak 135 polybag. Tanah, pasir dan kompos dicampur sesuai perlakuan dan diaduk secara merata kemudian campuran media tanam dimasukan ke dalam polybag seberat 6 kg/polybag. kemudian polibag diletakkan sesuai dengan denah percobaan yang telah dibuat (Lampiran 1). 33

34 4. Transplanting Bibit yang berumur dua minggu dipindahkan ke polybag yang dilakukan secara hati-hati dan diusahakan agar akar dan media semai tidak rusak. Masing-masing polybag diisi dengan dua bibit. 5. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sejak awal tanam sampai tanam siap panen. b. Penjarangan Setelah bibit berusia sekitar 7 hst dan tanam telah beradaptasi dengan media tanamnya yang baru, maka dilakukan penjarangan dengan cara mencabut satu tanaman selada sehingga setiap polybag hanya terdapat satu tanaman saja. c. Pemupukan Pada penanaman pertama pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK 15:15:15 pada minggu ke-2 dan ke-4 dengan dosis 0,45 gram/tan setara dengan 300 kg/ha (Lampiran 3). 6. Pemanenan Pemanenan tanaman selada dilakukan apabila daun tanaman selada bagian bawah mulai menyentuh tanah yaitu umur 30 hst. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan menggunakan tangan. 34

35 b. Penamanan Tahap Kedua 1. Analisis Tanah Analisis tanah dilakukan di laboratorium UNSOED untuk mengetahui kandungan N, P, K total yang terdapat pada media yang digunakan pada penelitian. Tanah yang dianalisis yaitu tanah yang digunakan sebagai media pada penanaman pertama. Adapun hasil analisis N, P dan K total dari media di atas sebagai berikut. Tabel 5. Analisis N, P dan K Total Media Tanam Tanaman Selada pada Masa Tanam Kedua Kode Sampel N total (%) P 2 O 5 total(%) K 2 O total (%) Tanah 0,143 0,118 0,193 M1 0,469 0,263 0,265 M2 0,192 0,195 0,215 M3 0,333 0,200 0,224 Keteranagan : M1 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (1:1:2) M2 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (1:2:1) M3 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (2:1:1) Sumber : Laboratorium Sumber Daya Lahan/Ilmu Tanah UNSOED, Sanitasi Lahan Sanitasi lahan pada masa tanam kedua dilakukan setelah 5 hari melakukan pemanenan pada pertanaman tahap pertama. Kegiatan yang dilakukan adalah membersihankan dan merapikan lahan dari gulma-gulma dan kotorankotoran lain agar pada saat penanaman kedua areal penanaman telah siap untuk ditanam kembali tanaman selada pada masa tanam kedua. 35

36 3. Pembuatan Media Semai dan Penyemaian Pembuatan media semai pada masa tanam kedua ini dilakukan pda saat 18 hari sebelum tanaman ditranplanting ke media tanam yang telah digunakan pada masa tanam pertama. Media semai yang digunakan terdiri atas tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 1:1:2, 1:2:1, dan 2:1;1 (sesuai dengan perlakuan) pada plastic semai berukuran 7cm x 6cm dan setelah media semai siap untuk digunakan, kemudian menanaman dua benih selada varietas Grand Rapids pada media semai dalam setiap plastik semai. 4. Transplanting Bibit yang berumur 14 hst dipindahkan ke polybag tanam yang telah digunakan pada penanaman tanaman selada tahap pertama yang dilakukan secara hati-hati dan diusahakan agar akar dan media semai tidak rusak. Masing-masing polybag diisi dengan dua bibit. 5. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sejak awal tanam sampai tanam siap panen. b. Penjarangan Setelah bibit berusia sekitar 7 hst tanaman telah beradaptasi dengan media tanamnya yang baru, maka dilakukan penjarangan dengan cara mencabut satu tanaman selada sehingga setiap polybag hanya terdapat satu tanaman saja. 36

37 c. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan Pupuk Organik Cair Bio Super Active (POC BSA) sesuai dengan dosis pada perlakuan dan diberikan pada 10 hari setelah tanam dengan interval waktu sepuluh hari sekali dan diberikan dua kali. 6. Pemanenan Pemanenan tanaman selada dilakukan apabila daun tanaman selada bagian bawah mulai menyentuh tanah yaitu umur 35 hst. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan menggunakan tangan. E. Variabel yang Diamati Adapun variabel yang diamati pada masa tanam I dan II yaitu : 1. Tinggi tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dilakukan per tanaman unit dengan menggunakan mistar dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi, pengukuran tinggi tanaman dimulai sejak satu minggu setelah pemupukan (umur 18 hst) dengan interval waktu 7 hari sekali sampai umur 32 hst. 2. Luas daun (cm²) Pengukuran luas daun tanaman dilakukan setelah satu minggu tanaman dipupuk (umur 18 hst) dengan menggunakan mistar dengan interval waktu 7 hari sekali sampai umur 32 hst. Luas daun diukur dari perkalian panjang x lebar x faktor koreksi daun. Faktor koreksi diukur dengan mengambil 10 helai sampel daun terkecil, sedang dan besar. Caranya yaitu daun dijplakkan pada kertas manila kemudian digambar sesuai ukuran daun dan mengguntingnya, setelah itu 37

38 guntingan kertas diukur panjang dan lebarnya kemudian ditimbang. Perhitungan faktor koreksi dalam penelitian ini yaitu 0, Bobot bernilai ekonomis (g) Bobot bernilai ekonomis diperoleh dengan menimbang tanaman bagian atas dalam keadaan segar setelah dipanen dengan menggunakan timbangan digital. 4. Bobot segar akar tanaman (g) Bobot segar akar diperoleh dengan menimbang akar tanaman dalam keadaan bersih setelah dipanen dengan menggunakan timbangan digital. F. Analisis Data Data yang telah diperoleh ditabulasi, kemudian dianalisis dengan uji F 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. 38

39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Tanaman Selada Selama Penelitian Kondisi tanaman selada selama penelitian menunjukkan pertumbuhan yang normal. Benih selada berkecambah secara serempak pada umur tiga hst dan pada umur 14 hst bibit tanaman selada sudah siap untuk ditransplanting ke polybag tanaman. Pada penanaman tahap pertama, tanaman selada dibudidayakan pada akhir musim kemarau. Pada penanaman ini dilakukan penyiraman secara intensif pada pagi dan sore hari sampai pada saat pemanenan dilakukan. Pertumbuhan tanaman selada pada masa tanam pertama sangatlah subur karena usur hara yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan telah terpenuhi dengan baik oleh media tanam melalui kombinasi media tanam tanah : pasir : kompos sesuai dengan perlakuan sehingga pada umur 30 hst tanaman selada telah dapat dipanen secara keseluruhan. Setelah berselang satu minggu, penanam selada kembali dilaksanakan. Pada penanaman tahap kedua ini, hujan sudah mulai sering turun dan membasahi areal penanaman sehingga penyiraman tidak dilakukan pada saat hujan. Selama penanaman hingga pemanenan tidak terjadi serangan hama yang berarti sehingga tidak dilakukan kegiatan khusus dalam pengendalian hama dan penyakit dan pemanenan dilakukan pada umur 35 hst. 39

40 B. Hasil Penelitian Hasil penelitian pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam kedua Tabel 6. Matrik Hasil Analisa Data Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Masa Tanam Ke-II No Variabel yang diamati Saling tindak M B (MxB) Tinggi Tanaman umur 18 hst * * tn 1 Tinggi Tanaman umur 25 hst tn * tn Tinggi Tanaman umur 32 hst tn * tn Luas Daun umur 18 hst tn * tn 2 Luas Daun umur 25 hst tn * tn Luas Daun umur 32 hst tn * tn 3 Bobot Bernilai Ekonomis tn * tn 4 Bobot Basah Akar tn * tn Ket : M = Media Tanam B = Pupuk Organik Cair Bio Super Active (POC BSA) tn = Berpengaruh Tidak Nyata * = Brbeda Nyata Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tanam tanah : pasir : kompos tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan yang meliputi tinggi tanaman, luas daun, bobot bernilai ekonomis dan bobot segar akar tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 18 hst. Selain itu penggunaan pupuk organik cair Bio Super Active (POC BSA) berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan yang meliputi tinggi tanaman, luas daun, bobot bernilai ekonomis dan bobot segar akar serta interaksi antara media tanam dan penggunaan pupuk organik cair Bio Super Active (POC 40

41 BSA) terlihat tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman, luas daun, bobot bernilai ekonomis, dan bobot segar akar. Tabel 7. Angka rerata hasil analisa pengaruh media tanam dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada masa tanam ke-ii Tinggi Tanaman (cm) Luas Daun (cm 2 Bobot Bobot ) Perlakuan Bernilai Basah 18 hst 25 hst 32 hst 18 hst 25 hst 32 hst Ekonomis (gram) Akar (gram) M1 5.26b M2 5.47b M3 6.15a F hit F tabel BNT 5% B1 6.85a 8.21a 13.75a a a a a 5.68a B2 5.29b 7.23b 11.53b 91.27b b b 82.57ab 4.42b B3 4.74b 6.70b 10.90b 66.25c b c 63.93b 3.58b F hit F tabel BNT 5% M1B M2B M3B M1B M2B M3B M1B M2B M3B F hit F tabel BNT 5% Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan dan peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. M1 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (1:1:2) M2 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (1:2:1) M3 : tanah : pasir : kompos dengan perbandingan berat (2:1:1) B1 : POC BSA 1 ml/liter B2 : POC BSA 2 ml/liter B3 : POC BSA 3 ml/liter 41

42 C. Pembahasan 1. Pengaruh Komposisi Media Tanam (Tanah : Pasir : Kompos) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada pada Masa Tanam Ke-II Dari tabel 6 diketahui bahwa penggunaan media tanam tanah : pasir : kompos dengan dosis sesuai dengan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan yang meliputi tinggi tanaman, luas daun, bobot bernilai ekonomis dan bobot segar akar tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 18 hst yang menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman terbaik yaitu pada perlakuan M3 dengan tinggi 6, 15 cm dan berbeda nyata terhadap M1 dan M2 yang menghasilkan tinggi tanaman 5,26 cm dan 5,47 cm. Hal ini terjadi diduga karena sisa pupuk kompos dan pupuk NPK dari penanaman pertama masih dapat memenuhi kebutuhan tanaman selada. Pengaruh tidak nyata pada media tanam tanah : pasir : kompos sesuai perlakuan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua diduga karena kompos yang diberikan pada media tanam yang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah pada penanaman tahap pertama tidak dapat menyediakan bahan organik dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman selada pada masa tanam kedua sehingga struktur tanah dan tatanan air dan udaranya juga tidak sebaik pada masa tanam pertama. Selain itu penggunaan pasir pada media tanam juga mengakibatkan media tanam menjadi lebih porous dikarenakan bahan organik yang terdapat pada kompos yang berfungsi menahan air tanah telah habis digunakan oleh tanaman selada pada masa tanam pertama sehingga sifat pasir yang porous tersebut sangat mudah meneruskan air yang mengangkut zat-zat makanan 42

43 hingga jauh ke dalam tanah. Akibatnya zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman selada tidak bisa terjangkau oleh akar tanaman (Lingga & Marsono, 2008) yang pada akhirnya penggunaan media tanam dengan komposisi yang berbeda ini tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada masa tanam kedua. Lingga & Marsono menyatakan bahwa kadar hara kompos ditentukan oleh bahan yang dikomposkan serta kadar hara kompos tidak pernah tinggi, oleh karena itu penggunaan kompos sering ditambahkan unsur N, P dan K sehingga kadar NPK-nya lebih tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada penanaman kedua ini, media tanam tidak diberikan tambahan pupuk NPK lagi seperti pada masa tanam pertama sehingga asupan unsur hara pada media tanam benar-benar hanya mengandalkan dari sisa pemukan dari penanaman tahap pertama sehingga hasil yang didapat tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan kecuali pada tinggi tanaman umur 18 hst. 2. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair Bio Super Active (POC BSA) pada Masa Tanam Kedua Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa penggunaan pupuk organik cair Bio Super Active (POC BSA) berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan yang meliputi tinggi tanaman, luas daun, bobot bernilai ekonomis dan bobot segar akar diduga karena pemberian pupuk daun cepat diserap oleh daun melalui stomata dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar, akibatnya tanaman akan lebih cepat tumbuh dan tanah tidak rusak. Oleh karena itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil (Lingga & Marsono, 43

44 2008) sehingga dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman selada pada semua variabel pengamatan yang meliputi tinggi tanaman, luas daun, bobot bernilai ekonomis, dan bobot segar akar pada masa tanam kedua. Pada tabel 7, dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair Bio Super Active (POC BSA) pada pengamatan umur 18 hst, 25 hst dan 32 hst memberikan pengaruh terbaik pada variabel tinggi tanaman yaitu perlakuan B1 yang menghasilkan 6,85 cm, 8,21 cm dan 13,75 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan B2 yang menghasilkan 5,29 cm, 7,23 cm, 11,53 cm dan perlakuan B3 yang menghasilkan 4,74 cm, 6,70 cm dan 10,90 cm. Hal ini diduga karena pada pertumbuhan vegetatif tinggi tanaman, pemberian pupuk organik cair Bio Super Active (POC BSA) dengan dosis 1 ml/liter sudah dapat memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman selada pada masa tanam kedua. Hal ini dapat digambarkan pada grafik di bawah ini : Grafik 1. Hubungan antara tinggi tanaman dengan umur tanaman pada perlakuan pemupukan POC BSA Dari tabel rerata pada variabel pengamatan luas daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada penanaman kedua melalui 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR BERBAHAN DASAR LIMBAH SALAK

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR BERBAHAN DASAR LIMBAH SALAK PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR BERBAHAN DASAR LIMBAH SALAK (Salacca zalacca) DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans P.) PADA MEDIA TANAM ARANG SEKAM DAN COCOPEAT SERTA KONSENTRASI POH CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans P.) PADA MEDIA TANAM ARANG SEKAM DAN COCOPEAT SERTA KONSENTRASI POH CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans P.) PADA MEDIA TANAM ARANG SEKAM DAN COCOPEAT SERTA KONSENTRASI POH CAIR SKRIPSI Ernanda Tri Budiati 1304020004 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi sayuran hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selada banyak dipilih oleh masyarakat karena tekstur dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman bawang merah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tanaman pada dasarnya akan meninggalkan limbah baik limbah kimia maupun limbah organik, limbah organik biasanya berupa sisa tanaman seperti sisa batang dan daun tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran bagi manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi dan Manfaat Vertikultur Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture). Menurut Nitisapto (1993) vertikultur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Buana Sains Vol 6 No 2: 165-170, 2006 165 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Fauzia Hulopi PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang unik dan menarik. Selama ini budidaya cabai dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatica

I. PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatica I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kangkung merupakan salah satu anggota famili Convolvulaceae. Tanaman kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari beberapa jenis, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Sejarah Tanaman Caisim Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu,

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA L. Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA L.) Erlita

Lebih terperinci

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag Oleh: Susantidiana Abstract The objective of this research is to evaluate

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan jenis sayuran yang sebagian besar daunnya bewarna hijau pucat dengan bentuk bulat serta lonjong. Sayuran ini mengandung vitamin

Lebih terperinci

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) The Addition of Anorganic and Liquid Organic Fertilizer to the Growth

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas. Sayur

Lebih terperinci

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. ) Agrium, April 2014 Volume 18 No 3 PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. ) Suryawaty Hamzah Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK 864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) THE EFFECT OF COW MANURE DOSAGE AND NITROGEN FERTILIZER ON GROWTH AND

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN Jurnal Cendekia Vol 11 Nomor 2 Mei 2013 PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) VARIETAS HARMONY Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL Oleh : Rinda Dewi Lestari NPM 10712032 POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS KOMPOS FERMENTASI DAN PENGGUNAAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris.

PENGARUH DOSIS KOMPOS FERMENTASI DAN PENGGUNAAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris. 50 PENGARUH DOSIS KOMPOS FERMENTASI DAN PENGGUNAAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris. L) Putri Amilda 1), Oetami Dwi Hajoeningtijas 2), dan Aman Suyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.) Caisin merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN DOSIS PUPUK UREA DAN DOSIS PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI ( Brassica chinensis L.

PENGARUH PENGGUNAAN DOSIS PUPUK UREA DAN DOSIS PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI ( Brassica chinensis L. PENGARUH PENGGUNAAN DOSIS PUPUK UREA DAN DOSIS PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI ( Brassica chinensis L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Juni sampai dengan September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci