JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG"

Transkripsi

1 SIRANG SO SIRANG (PISAH TIDAK PISAH) (PADA SUAMI DAN ISTRI ETNIS BATAK TOBA KRISTEN YANG TERJADI DI TANJUNGPINANG) ICE KRISNAWATI JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016 ABSTRAK Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerja sama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada orang lain sehingga pasangan ini di terima dan di akui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut hukum, baik agama, negara maupun adat dengan sederetan hak dan kewajiban untuk di jalankan oleh keduanya, sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan wanita bertindak sebagai istri. Terjadinya masalah-masalah yang ada dalam keluarga, tidak selamanya dapat terselesaikan dengan baik, sehingga banyak pasangan lebih memilih menyelesaikan masalah dengan perceraian. namun tidak semua nya yang melakukan perceraian, tetapi pasangan tersebut memilih untuk melakukan sirang so sirang. Sirang so sirang merupakan hubungan yang belum jelas statusnya karena tidak ada kata cerai dan pasangan tersebut tidak menjalankan fungsi keluarganya lagi. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan mengambil 14 orang informan. Alasan menggunakan penelitian dengan metode kualitatif ini untuk memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam, karena kasus yang diangkat cukup sensitif. 1 P age

2 Sirang so sirang merupakan hal yang sangat rasional bagi pasangan yang melakukannya. Karena dianggap lebih tepat dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Sehingga pasangan tersebut memilih untuk melakukan sirang so sirang. Berbagai faktor yang membuat sebuah keluarga Batak Toba Kristen memutuskan sirang so sirang dalam keluarganya diantaranya adalah karena adanya pihak ketiga (perselingkuhan), akibat masalah ekonomi didalam keluarga, tidak memiliki anak, dan adanya kekerasan dalam rumah tangga. Kata Kunci : Sirang So Sirang, Batak Toba, Kristen PENDAHULUAN Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerja sama kehidupan antara pria dan wanita didalam masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada orang lain sehingga pasangan ini di terima dan diakui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut hukum, baik agama, negara maupun adat dengan sederetan hak dan kewajiban untuk di jalankan oleh keduanya, sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan wanita bertindak sebagai istri. Perkawinan adalah gabungan antara dua manusia yang awalnya mungkin mempunyai tujuan dan mimpi yang sama, atau yang merasa dapat menjalankan walau dengan perbedaan yang ada dan pemahaman yang tidak sama dan untuk keberhasilan perkawinan itu di perlukan keinginan, tekat dan usaha dari keduanya. Bukan suatu aib jika keutuhan itu memang tidak dapat lagi dipertahankan.( Dari hasil perkawinan maka akan terbentuk keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam hubungan masyarakat, karena itu perlu adanya peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga, terutama peran dan fungsi suami dan istri dan juga anggota keluarga lainnya. Keluarga terdiri dari beberapa orang, oleh karena itu dari beberapa individu akan terjadi interaksi. Interaksi dalam keluarga juga menentukan dan berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan atau sebaliknya tidak bahagia. keluarga adalah hubungan pertalian perkawinan atau kehidupan suami istri yang disebut dengan keluarga inti. Pada pola keluarga, setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih dan menentukan calon pasangan hidupnya sendiri. 2 P age

3 Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di belahan dunia Timur dengan belahan dunia Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan masyarakat Timur khusunya masyarakat Batak Toba di penuhi dengan berbagai jenis upacara adat, mulai dari masa kandungan, kelahiran, perkawinan, penyakit, malapetaka dan kematian. Agama yang dianut oleh suku Batak Toba umumnya adalah Kristen.Pada masyarakat suku Batak Toba, agama dan budaya tidak dapat di pisahkan sehingga perkawinan sangat lekat dengan adanya pesta adat yang diselenggarakan setelah upacara pemberkatan di gereja oleh pendeta. Dalam suku Batak Toba perkawinan adalah hal yang sangat penting. Tujuan perkawinan pada suku Batak Toba adalah tanggung jawab terhadap naluri biologis dalam melanjutkan garis keturunan. Adat yang mengikat atau mengendalikan kehidupan masyarakat Batak Toba mempersempit kesempatan orang untuk berpisah. Adat dalam Batak Toba itu sangat di junjung tinggi sehingga perceraian itu sangat rendah. Agama juga yang mendukung untuk menolak terjadinya perceraian. Ajaran agama Kristen yang di anut masyarakat Batak Toba tidak mengizinkan adanya poligami dan perkawinan di yakini sebagai suatu peristiwa yang sakral. Hanya nilai budaya yang diwarisi masyarakat Batak Toba yang dapat menggambarkan apa yang mengikat perkawinan itu sehingga perkawinan itu teguh. Pahit manisnya perkawinan itu semua harus dihadapi dengan kerelaan bersama suami istri, dengan adanya prinsip tersebut maka kesempatan masyarakat juga akan semakin sempit dalam melakukan perceraian atau perpisahan sah secara hukum. Agama menyucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk. Agama juga menangani keterasingan dan kesalahan individu yang menyimpang. Agama juga melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya. Agama juga dapat memberikan standar nilai dalam arti dimana norma-norma yang telah terlembaga dapat di kaji kembali dan masyarakat membutuhkannya.(bagong Suyanto, 2004: 256) Adanya nilai-nilai, norma dan agama dalam sebuah keluarga akan mempersempit terjadinya pemutusan hubungan perkawinan dengan perceraian. Adanya norma dan agama yang mengikat keluarga agar keluarga tersebut berjalan sesuai dengan harapan. Banyaknya sekarang ini keluarga yang mengalami Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah) membuat peneliti tertarik untuk meneliti Sirang so Sirang (Pisah Tidak Pisah) yang terjadi pada suami dan istri etnis batak toba kristen di Tanjungpinang, 3 Page

4 Menurut Peter Blau dalam teorinya pertukaran sosial, adanya suatu ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran diperoleh karena adanya pengorbanan, bila sesuatu yang diharapkan dari yang lain tidak kunjung ada maka kita bisa mendapatkannya dari yang lain dan memutuskan hubungan dengan yang lama. Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Tanjungpinang banyak terdapat suku batak toba Kristen yang merantau dari kota Medan ke Tanjungpinang karena di Medan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Sehingga banyak batak toba Kristen yang merantau ke Tanjungpinang untuk mencari pekerjaan agar dapat menafkahi kehidupan rumah tangga. Terjadinya sirang so sirang pada saat tahun 1980 hingga saat sekarang ini. Sirang so sirang hanya terjadi pada masyarakat batak toba Kristen saja. tidak dengan adat batak mandailing, adat batak karo maupun adat batak nias. jumlah suku batak toba Kristen di Tanjungpinang kurang lebih ada 1000 kepala keluarga dari jiwa penduduk. Sementara menurut data yang didapat dari kepala Adat batak toba bahwa masyarakat yang mengalami sirang so sirang lebih kurang ada 5% dari jumlah masyarakat batak toba Kristen yang ada. Dari tahun 2013 hingga saat ini jumlah masyarakat yang mengalami sirang so sirang semakin meningkat. Terjadinya peningkatan setiap tahunnya karena, adanya perkembangan zaman, perkembangan Teknologi dan informasi, sehingga terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya dari sebagian masyarakat batak toba krsiten khususnya di Tanjungpinang. Bagi masyarakat adat batak toba yang akan melakukan perceraian baik itu suami maupun istri akan mendapatkan sanksi yang tegas diantaranya adalah mengembalikan materi yang sudah diberikan pada saat proses pernikahan seperti, uang sinamot, bayar adat, uang ulos, uang manortor maupun berupa gunjingan-gunjingan yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang melakukan perceraian. selain itu masyarakat batak toba yang ingin bercerai juga harus menjalankan proses-proses yang telah ditetapkan diantaranya, mereka harus mengumpulkan ketua-ketua adat maupun marga baik itu dari pihak istri maupun suami Apabila pasangan suami istri melakukan sirang so sirang dan mereka mempunyai anak baik itu anak perempuan maupun anak laki-laki yang akan menikah, ayah kandung mereka harus tetap menghadiri pada saat proses pernikahan maupun proses adatnya. Masyarakat batak toba lebih memilih untuk sirang so sirang karena ada ketakutan tersendiri selain agama dan adat yang mengikat, mereka juga ada ketakutan pada status 4 Page

5 hak asu anak. Setiap anak laki-laki maupun anak perempuan harus sepenuhnya menjadi hak keturunan dari garis keluarga ayahnya sejak ia dilahirkan, menikah bahkan meninggal dunia. Sirang so sirang ini dilakukan karena masih ada harapan suami maupun istri akan rujuk kembali untuk bersatu menjadi keluarga yang utuh. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah terjadinya Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah) dalam hubungan perkawinan suku Batak Toba Kristen Tanjungpinang? KONSEP OPERASIONAL Sirang So Sirang Sirang So Sirang adalah pisah tidak pisah yang berarti seorang suami istri berpisah begitu saja tanpa adanya kata bercerai maupun status yang jelas dalam rumah tangga mereka. Sirang so sirang disini merupakan sirang so sirang yang masih dipertahankan oleh suami istri suku batak toba Kristen di wilayah kota Tanjungpinang. Beberapa penyebab yang mengakibatkan permasalahan dalam keluarga diantaranya, masalah ekonomi, perselingkuhan dan tidak memiliki keturunan sebagai generasi penerus keluarganya (yang diutamakan adalah anak laki-laki). Pasangan lebih memilih menyelesaikan masalah dengan sirang so sirang daripada menyelesaikan masalah dengan jalan pengadilan dan cara agama, karena dianggap lebih rasional bagi pasangan menyelesaikan masalahnya. Pasangan yang memilih menyelesaikan masalah dengan cara sirang so sirang bertindak sesuai perjanjian yang telah diucapkan tanpa ada perjanjian tertulis untuk melakukan sirang so sirang yang menyangkut kepentingan bersama. Teori Pertukaran Sosial Pertukaran sosial yang dimaksud disini terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan yang berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan ini tidak kunjung datang.prinsip-prinsip teori pertukaran yang diterapkan oleh Peter M Blau di dalam menganalisis hubungan sosial antara orang yang saling mencintai, seperti halnya dengan perkawinan. Hubungan sosial dapat di kelompokkan kedalam dua kategori umum didasarkan pada apakah reward yang ditukarkan 5 Page

6 itu bersifat intrinstik (kasih sayang, kehormatan atau kecantikan) atau ekstrintik (seperti uang, barang-barang). Reward yang intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Sebaliknya, hubungan ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu reward yang lainnya, dan reward bukan untuk hubungan sendiri. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat di artikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi maupun bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Alasannya adalah karena penelitian kualitatif dapat memberikan keleluasaan dan kesempatan peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam terutama permasalahan yang akan di angkat tergolong hal yang sensitif. Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di wilayah kota Tanjungpinang. Lokasi penelitian ini diambil karena penduduk Tanjungpinang sangat komplek baik dari segi budaya maupun ekonomi. Sehingga dapat mewakili masyarakat Batak Toba Kristen untuk menjawab masalah Sirang So Sirang (Pisah tidak Pisah) dalam perkawinan masyarakat Batak Toba Kristen. Populasi dan Sampel Pada penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel karena penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data kemudian bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan dan Schumacher,2003). Peneliti akan mewawancarai orang-orang dan tokoh-tokoh sebagai informan yang dianggap peneliti berhubungan dalam terjadinya sirang so sirang. Alasan peneliti menentukan Karekteristiknya informan agar tidak meluasnya wawancara yang dilakukan, karena informan yang akan menjadi sumber wawancara adalah orang-orang yang mengerti sirang so sirang, mengerti tentang adat batak toba Kristen dan informan yang mengalami sirang so sirang adalah informan yang meninggalkan rumah. Adapun karekteristik informan adalah sebagai berikut : 1. Tokoh Adat Batak Toba 6 Page

7 2. Tokoh Agama (Pendeta Gereja) 3. Keluarga yang mengalami Sirang So sirang Berdasarkan karekteristik yang telah ditentukan oleh peneliti maka didapatkan informan sebanyak 14 orang yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. dimana 6 orang informan adalah sebagai tokoh adat dan 8 orang merupakan informan kunci dalam penelitian ini. JENIS DATA Data primer Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan data primer yang di lakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, yaitu untuk mendapatkan data secara lengkap sebagaimana yang di inginkan, di bantu oleh instrumen penelitian. Wawancara yang di lakukan oleh peneliti dalam hal ini karena permasalahannya sangat sensitif. Data Sekunder Data sekunder yaitu yang di peroleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, jurnal dan internet yang di anggap relevan dengan masalah ini. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Untuk dapat mengumpulkan data-data yang di perlukan sebagai sumber data guna menunjang penelitian ini maka peneliti akan mengumpulkan data melalui : 1. Wawancara 2. Observasi TEKNIK ANALISA DATA penulis memanfaatkan semua data yang diperoleh dengan mengecek terlebih dahulu hasil wawancara dari responden sebelum ditulis secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan permasalahan yang berkaitan dengan sirang so sirang yang terjadi pada suami dan istri di etnis batak toba Kristen tanjungpinang. TINJAUAN PUSTAKA Perkawinan Dan Perceraian Perkawinan Perkawinan adalah suatu pola sosial yang disetujui, dengan cara mana dua orang atau lebih membentuk keluarga, 7 Page

8 perkawinan tidak hanya mencakup hak untuk melahirkan dan membesarkan anak, tetapi juga seperangkat kewajiban dan hak istimewa yang mempengaruhi banyak orang (masyarakat). Arti sesungguhnya dari perkawinan adalah penerimaan status baru, dengan sederetan hak dan kewajiban baru, serta pengakuan atas status baru oleh orang lain. Perayaan dan upacara agama, perkawinan hanyalah salah satu cara untuk mengumumkan status tersebut. Horton dan Hunt (1984 : 270). Perceraian Perceraian merupakan sebuah gejala umum yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Mel Krantzler (1973) perceraian adalah berakhirnya hubungan antara dua orang yang pernah hidup bersama sebagai pasangan suami istri. Sementara menurut Kamus Sosiologi, perceraian adalah pembubaran secara hukum sebuah pernikahan yang sah sementara kedua pasangan masih hidup sehingga mereka bebas untuk menikah lagi. perceraian sebagai cerai hidup antara pasangan suami istri akibat dari kegagalan mereka menjalankan peran masingmasing. Dalam hal ini, perceraian sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan di mana pasangan suami istri kemudian hidup berpisah dan secara resmi disahkan oleh hukum yang berlaku di suatu tempat. SIRANG SO SIRANG Sirang So Sirang yang artinya pisah tidak pisah sama halnya dengan bercerai. Membahas cerai berarti membahas perkawinan. Memang dalam konsep budaya atau tradisi Batak, perkawinan seumpama pinjam-meminjam, terlalu kasar kalau disebut bagai jual beli. Meskipun mas kawin (sinamot) itu sering sinonim dengan tuhor atau boli yang berarti harga. Proses penentuan mas kawin juga seperti dagang, yakni tawarmenawar formal (marhata sinamot), ada tata tertibnya. Mas kawin dibayar, dibicarakan petinggi adat, lalu direstui, dan diantar ke gerbang rumah pihak suami. Namun, ada prinsip yang kuat: suatu perkawinan bukan hanya ikatan dua insan, akan tetapi ikatan dua keluarga besar. Pihak wanita yang terlibat dalam menerima mas kawin minimal ada 5 unsur, yaitu: (1) Orangtua pengantin perempuan sebagai penerima sinamot, (2) Saudara laki-laki penganten perempuan sebagai penerima simolohon, (3) Kakak beradik ayah sebagai penerima sijalo bara, (4) Kakak beradik perempuan ibu (Pariban/Parorot) sebagai penerima sihutti ampang, dan (5) Tulang (Om) sebagai penerima upa tulang. 8 Page

9 Kasus perceraian yang umum disebabkan oleh: (1) tidak punya anak, (2) dikemudian hari diketahui ternyata perkawinan mereka merupakan hal yang ditabukan, misalnya ikatan marga, dan (3) dikemudian hari diketahui ternyata menjadi kacau hubungan struktur keluarga (sursar partuturon).sekarang memang mungkin zaman edan, keluarga Batak cerai. Nenek moyang orang Batak kelihatannya jarang cerai, tapi mereka menganut poligami. Adat tradisi Batak bakal menghadapi era baru, bagaimana menangani perceraian cara Batak. Memang hampir tidak pernah kita mendengar berita adanya penyelenggaraan upacara adat batak untuk perceraian. Seorang pengamat, Togi Siahaan, mengatakan Batak tidak memilih cerai jika ada masalah, tapi lebih memilih kawin lagi. Jika terjadi perceraian, maka tentunya ada konsekwensi dalam adat. Mungkinkah logika diberlakukan. Misalnya, semua yang tahu bahwa mereka menikah dulu harus tahu bahwa mereka kini sudah cerai. Semua ikatan harus dilepas. Jika dulu ketika menikah ada tanda ikatan, maka semua harus kembali. TEORI PERTUKARAN SOSIAL Menurut Peter Blau teori pertukaran sosial adalah untuk memahami sosial berdasarkan analisis proses sosial yang mempengaruhi hubungan antar individu dan kelompok. Blau bermaksud menganalisis struktur sosial yang lebih kompleks, melebihi Homans yang memusatkan perhatian pada bentuk-bentuk kehidupan sosial mendasar. Blau memusatkan perhatian pada proses pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan perilaku manusia dan melandasai hubungan antar individu maupun kelompok. Pertukaran sosial yang dimaksud disini terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksireaksi penghargaan dari orang lain dan yang berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan ini tidak kunjung datang. Prinsip-prinsip teori pertukaran yang diterapkan oleh Peter M Blau di dalam menganalisis hubungan sosial antara orang yang saling mencintai, seperti halnya dengan perkawinan. Hubungan sosial dapat di kelompokkan kedalam dua kategori umum didasarkan pada apakah reward yang ditukarkan itu bersifat intrinstik (kasih sayang, kehormatan atau kecantikan) atau ekstrintik (seperti uang, barang-barang). Reward yang intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Sebaliknya, hubungan ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu reward yang lainnya, dan reward bukan untuk hubungan sendiri. Ritzer (2004: ). 9 P age

10 Perkawinan itu sudah semakin umum sifatnya. Masalahmasalah yang ada dalam keluarga bisa saja timbul karena adanya campur tangan yang besar dari pihak keluarga kedua belah pihak pasangan suami istri tersebut. Hal ini disebabkan sebagaimana yang telah dikatakan bahwa perkawinan orang batak itu tidak hanya melibatkan pasangan suami istri saja tetapi melibatkan keluarga kedua belah pihak, sehingga dalam setiap masalah apapun peranan keluarga ini sangat besar. Bagi masyarakat batak toba yang paling diutamakan adalah memiliki seorang anak laki-laki, karena seorang anak laki-laki dapat meneruskan marga ayahnya.jika sebuah perkawinan orang batak tidak memiliki keturunan maka pihak keluarga suami berusaha untuk mencari istri lain bagi anaknya sampai dapat memiliki anak.keadaan tersebut mengakibatkan perpecahan antara pasangan suami dan istri karena si istri tidak mau diduakan dan akhirnya memilih untuk sirang so sirang (pisah tidak pisah), tetapi karena adanya efek dari perpisahan tersebut banyak dialami oleh pihak istri sebagai contohnya saja dalam perkumpulan marga suaminya, si istri tidak lagi masuk dalam perkumpulan itu, maka pilihan yang tepat dirasakan istri adalah pisah ranjang.adanya pengaruh dari luar dapat membawa perubahan pada keluarga itu sendiri. Perubahan ini mengakibatkan penilain kembali dari moral dan nilai masyarakatyang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Teori pertukaran sosial ada di pendekatan objektif. Pendekatan ini disebut objektif berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku dan peristiwa-peristiwa di suatu dunia yang dapat diamati oleh pancaindra (penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pembau), dapat diukur dan diramalkan. Teori pertukaran sosial beranggapan orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapakan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Pada pendekatan obyektif cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya disebabkan kekuatan-kekuatan sosial diluar mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat ramalan perilaku alam. Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada perilaku manusia bersifat mungkin (probabilistik). Misalnya, bila suami istri sering bertengkar, mereka mungkin akan berpisah. sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan yang semakin tidak dapat terelakkan oleh setiap pihak, yang 10 Page

11 setiap hari semakin meluas, maka perubahan sosial dan budaya yang nyata tersebut juga berakibat pada berubahnya kehidupan keluarga. Terjadinya perubahan penilaian dan aspirasi individual serta kolektif manusia seperti juga cara berfikir manusia dan bertindak. Perubahan ini membawa kesulitankesulitan yang tidak sedikit juga pada keluarga. Dalam mengembagkan kemampuannya yang begitu luas, banyak keluarga tidak selalu sanggup mengendalikan kekuatannya untuk bertahan dalam mempertahankan kehidupan rumah tangganya. KESIMPULAN Dari hasil analisis yang saya lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya sirang so sirang (pisah tidak pisah) dimasyarakat Adat Batak Toba Kristen adalah: 1. Adanya Pihak Ketiga Dalam Rumah Tangga a. Pihak Mertua Perseteruan antara menantu sudah biasa kita dengar dan kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran menantu ditengah-tengah keluarga suami menjadi suatu ancaman bagi mertua perempuan yang belum bisa menerima kehadiran orang baru dalam keluarganya. Jadi kerjasama dan keterbukaan suami istri sangat dibutuhkan dalam hal ini jika mereka tinggal serumah dengan orang tua. Istri lebih harus terbuka dengan suami mengenai keberadaan dan perasaannya dan suami juga harus terbuka kepada istrinya, perhatian kepada emosional dan jiwa si istri selama satu rumah dengan orang tua. Serta bersama-sama mengambil keputusan yang tepat. b. Perselingkuhan Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah dan didasari oleh tiga unsur yaitu saling keterkaitan, saling ketergantungan dan seksual.perselingkuhan sebenarnya terjadi ketika anda memilih untuk tidak jujur kepada pasangan dan diri sendiri tentang perasaan anda kepada orang lain. Ada lima macam yang dapat memicu terjadinya perselingkuhan dalam rumah tangga yaitu: karena kurang puas dalam hubungan badan, karena sakit hati, karena tidak mendapatkan keturunan, karena lingkungan atau kesempatan dank arena kesepian. 11 P age

12 2. Adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga dapat disimpulkan sebagai tindakan kekerasan yang bersifat verbal maupun fisik dalam bentuk pemaksaan, ancaman, penghinaan yang berakibat kesengsaraan maupun penderitaan dalam keluarga. Dan biasanya yang menjadi korban dalam segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga adalah perempuan (istri). Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai unsur kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga adalah: a. Setiap tindakan kekerasan baik secara verbal maupun fisik, baik berupa tindakan atau perbuatan maupun ancaman dan nyawa. b. Tindakan tersebut diarahkan kepada korban karena ia perempuan. Disini terlihat pengabaian dan sikap merendahkan perempuan sehingga pelaku menganggap wajar melakukan tindakan kekerasan terhadap perempuan. c. Tindakan kekerasan itu dapat berupa penghinaan, perampasan kebebasan dan lain-lain. d. Tindakan tersebut dapat merugikan fisik maupun psikologis perempuan. e. Tindakan kekerasan tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga atau rumah tangga. 3. Akibat Tidak Memiliki Anak Selain kekerasan dalam rumah tangga hal yang menjadi konflik dalam rumah tangga adalah karena tidak memiliki seorang anak. Karena hadirnya seorang anak dapat menjadi keluarga lebih lengkap dan bahagia serta melanjutkan keturunan. Begitu juga dengan memiliki seorang anak lakipaki yang juga sangat penting bagi masyarakat Batak Toba, karena dapat meneruskan marga ayahnya. 4. Akibat Permasalahan Ekonomi Dalam Keluarga Penyebab ekonomi dimasa sekarang ini sangatlah besar dampaknya dalam hubungan perkawinan dikarenakan memang biaya kebutuhan sehari-hari yang semakin melambung tinggi. Dalam hal ini yang menjadi penyebab perpisahan dalam rumah tangga sebagian besar karena fungsi sebagai kepala rumah tangga digantikan oleh sang istri untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu juga fungsi suami sebagai kepala rumah tangga yang selalu tidak mencukupi kebutuhan bagi keluarga 12 P age

13 SARAN Dari hasil penelitian yang telah dianalisa diatas, peneliti mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh beberapa pihak yang brhubungan dengan penelitian ini. Saran tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Bagi keluarga dapat memperhatikan anggota keluarganya sendiri agar fungsi dari keluarga tersebut tidak disfungsi dan tetap berjalan. 2. Bagi keluarga yang mengalami sirang so sirang (pisah tidak pisah) sebaiknya berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah bagi keluarganya. 3. Bagi pemuka agama seharusnya lebih fokus untuk memberikan konseling pada keluarga yang mengalami permasalahan. Bagi masyarakat Batak Toba Kristen maupun yang tidak agar dapat selalu melestarikan dan mencintai adat, nilai-nilai budaya dan agama. 13 P age

14 DAFTAR PUSTAKA Drs.H.Khairudin,H.SS, Sosiologi Keluarga. Edisi Pertama.Cetakan Kedua, Mei Goode J. William, Sosiologi Keluarga. Edisi Pertama Cetakan Kelima Oktober 2002, Cetakan Keenam 2004, Cetakan Ketujuh Juni 2007 Horton B. Paul, Hunt L. Chester, Sosiologi, Edisi Keenam, Jilid 1, tahun 1984 Koentjaraningrat, dkk.. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Pujung Bangun Penerbit Djambatan Muhammad, Abdulkadir. Ilmu Sosial Budaya Dasar, Edisi Revisi, Cetakan Ke III Tahun Pasaribu E. Delva (2011), Realita sosial sirang so sirang (pisah tidak pisah).usu( Universitas Sumatra Utara ) fakultas ilmu sosial ilmu politik. Ritzer George. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenda Group Cetakan Ke enam SahlanMuhammad (2011), Pengamatan Sosiologis Tentang Perceraian Di Aceh. Fakultas Ushuluddin IAIN Ar- Raniry. Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI Suyanto, Bagong dan Narwoko, Dwi J. Sosiologi Teks pengantar dan Terapan, Edisi Ketiga, Cetakan Empat. Jakarta : Prenada Media Sumber lain : 22 februari Dalihan Natolu. Sumber. Hukum. Adat Batak, tgl 15 februari 2014 pukul Desember 2014 pukul tgl 5 desember 2014 pukul Page

15 tgl 15 desember 2014 pukul tgl 25 november 2014 pukul tgl 23 Juni 2015 pukul pertukaran sosial P.M.Blau,tgl 5 februari 2014pukul tgl 3 desember 2014 pukul P age

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan bukanlah sekedar ritus untuk mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh : PERKAWINAN ADAT (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem hukum civil law yang sangat menjunjung tinggi kepastian hukum. Namun dalam perkembangannya Sistem hukum di Indonesia dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. Hindu adalah salah satu agama yang di akui oleh negara. Keanekaan merupakan ciri khas negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Manusia dilahirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH (Studi Kasus Penyelenggaraan Pernikahan di KUA Kec. Mantingan Kab. Ngawi dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan pribadi (Manurung dan Rizky, 2009) adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi pencerahan pemilihan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum, dimana menurut Logemann Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya yang mengatur serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk diciptakan saling berpasangan, begitu juga manusia. Jika pada makhluk lain untuk berpasangan tidak memerlukan tata cara dan peraturan tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif, penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan dimana mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, pada bagian ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian mengenai cerai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan bagi sebagian besar masyarakat merupakan hal yang sangat urgen dan sakral.hampir seluruh adat masyarakat di Indonesia memandang pernikawan sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan

Lebih terperinci

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain.

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain. Pranata Keluarga Istilah keluarga dapat berarti : 1. Keluarga besar (extended/consanguine family), yang dapat terdiri dari kakeknenek, mertua, bapak-ibu, anak kandung dan menantu, cucu, saudara sepupu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perkawinan adalah Anugrah dari pemberian Allah Tuhan kita yang terwujud/terbentuk dalam suatu ikatan lahir batin dari hubungan antara Suami dan Isteri (kedua

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan berbagai masalah. Masalah yang ada tersebut beranekaragam,mulai dari masalah yang sukar

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1 Abstrak Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perkawinan di bawah tangan masih sering dilakukan, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pasal 1 UU.No 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan mengemban tugas pembangunan pada masa yang akan datang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Tuhan dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan

Lebih terperinci

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. DAMPAK PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT WALI YANG TIDAK SEBENARNYA TERHADAP ANAK DAN HARTA BERSAMA MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA KEDIRI (Zakiyatus Soimah) BAB I Salah satu wujud kebesaran Allah SWT bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang undang No. 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam masyarakat Indonesia adalah mutlak adanya dan merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan Bangsa seperti Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci