PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm."

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm. Persiapan Okulasi Langkah-langkah dalam pelaksanaan okulasi yaitu sebagai berikut : disiapkan batang bawah dan batang atas yang memenuh persyaratan seperti yang dikemukakan di atas. Batang bawah dibersihkan terlebih dahulu dengan kain sampai bersih agar debu dan kotoran yang menempel hilang. Memotong batang atas yang memiliki satu mata tunas dalam bentuk tameng, ditempelkan batang atas pada batang bawah yang telah dikelupas kulitnya sesuai ukuran, pertautan batang atas dan batang bawah diikat rapat-rapat dengan plastik bening yang arah lilitannya dari bawah ke atas. Ini untuk mencegah air masuk ke dalam sambungan yang dapat menyebabkan sambungan busuk. Aplikasi Perlakuan Setiap konsentrasi air kelapa dibuat sebanyak 1 liter. Caranya adalah dengan mencampurkan air kelapa dan aquadest sesuai konsentrasi yang akan dibuat. Kemudian disemprotkan ke bagian okulasi.

2 Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan adalah topsoil, kompos, pasir dan dengan perbandingan 2: 1: 1. Media tanam dihomogenkan dan di masukkan kedalam polibag. Penanaman Setelah proses penempelan atau okulasi selesai maka bibit siap ditanam pada media tanam yang telah disiapkan. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Penyungkupan Penyungkupan dilakukan pada saat bibit ditanam dipolibag sampai dengan 2 MST dengan paranet agar menjaga sambungan tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering terpapar matahari. Penyiraman Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dijaga kondisi tanah pada media tidak terlalu basah. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan agar sistem perakaran tidak terganggu dan cangkul atau parang untuk di sekitar luar polibag.

3 Pengendalian Hama Penyakit Pengendalian hama penyakit dilakukan secara mekanis jika tingkat serangan rendah dan penggunaan bahan kimia jika tinkat serangan tinggih. Pengamatan Peubah amatan Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Peubah amatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah: Kecepatan Bertunas (hari) Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya tunas. Diamati setiap hari setelah tanam. Perhitungan kecepatan bertunas menggunakan rumus sebagi berikut: Rata-Rata Hari NN1TT1+NN2TT2+ +NNNNNNNN JJJJJJJJJJ h TTTTTTTTTT BBBBBBBBBB BBBBBBBBBBBBBBBBBBBB h Ket: N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan Persentase Keberhasilan Okulasi (%) Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan. Perhitungan persentase bertunas yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi dengan jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100% Persentase bertunas = jumlah tanaman yang bertunas jumalah tanaman seluruhnya X 100 % Tinggi Tunas (cm) Tinggi tunas diukur dengan cara mengukur tunas yang muncul dari pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau meteran. Pengukuran dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST.

4 Diameter Tunas (mm) Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital, pengukuran dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Daun (helai) Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Umbi (umbi) Jumlah umbi yang keluar diukur pada akhir penelitian berlangsung dengan cara membongkar media tanam pada polybag dan diamati serta dihitung umbi yang telah terbentuk. Bobot Basah Akar (g) Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitic Bobot kering Akar (g) Bobot kering akar didapat dengan cara mengambil semua perakaran tanaman yang telah dikering anginkan kemuaidan akar diovenken dengan suhu C selama 48 jam sampai diperoleh berat konstan.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data rataan dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat (Lampiran 4-37) menunjukkan bahwa hasil penelitia pemberian konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas, bobot kering akar, dan bobot basah akar. Perlakuan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun, kecepatan bertunas, persentase bertunas, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Interaksi antara keduannya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Persentase Keberhasilan Okulasi (%) Data rataan dan hasil sidik ragam persentase keberhasilan okulasi umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 4 dan 5) menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bertunas, sedangakan pemberian air kelapa dengan konsentrasi berbeda serta interaksinya berpengaruh tidak nyata. Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(%)... Kontrol (K0) b Air Kelapa 25% (K1) b Air Kelapa 50% (K2) a Air Kelapa 75% (K3) b Rataan 85a 71a 65b 74 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi ubi kayu tertinggid pada umur 6 MST terdapat pada konsentrasi air kelapa 50% (K2)

6 dengan rataan 86% berbeda nyata dengan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa (K0), konsentrasi air kelapa 25% (K1), dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) dengan masing-masing rataan yang sama 69%. Selain itu perlakuan penyimpanan bahan tanam batang bawah 1 (satu) minggu (P1) yang terbaik dengan rataan 85% dan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 71% berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan terendah 65%. Namun interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata. Kecepatan Bertunas (hari) Data rataan dan hasil sidik ragam kecepatan bertunas umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 6 dan 7) menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan bertunas, sedangakan pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda serta interaksinya berpengaruh tidak nyata. Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(hari)... Kontrol (K0) 11,94 14,67 18,72 15,11 Air Kelapa 25% (K1) 13,08 13,00 17,17 14,42 Air Kelapa 50% (K2) 11,83 13,31 18,22 14,45 Air Kelapa 75% (K3) 13,22 14,17 20,56 15,98 Rataan 12,52b 13,78b 18,67a 14,99 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang tercepat dengan rataan 12,52 hari diikuti oleh penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 13,78 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan lama penyimpanan

7 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 18,67 hari. Namun perlakuan konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang tercepat dengan rataan 14,42 hari dan yang terlama perlakuan konsentrasi air kelapa 75% (K3) dengan rataan 15,98 hari serta interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas. Panjang Tunas (cm) Data rataan dan hasil sidik ragam panjang tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 30 dan 31) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah serta interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas. Namun dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang tertinggi dengan rataan 41,41cm dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 31,22 cm. Sedangkan lama penyimpanan batang bawah perlakuan 1 (satu) minggu (P1) merupakan perlakuan tertinggi dengan rataan 39,78 cm, dan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 34,69 cm, serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat. Tabel 3. Panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(cm)... Kontrol (K0) 42,25 38,10 27,73 36,03 Air Kelapa 25% (K1) 40,52 35,87 47,83 41,41 Air Kelapa 50% (K2) 41,52 36,72 35,62 37,95 Air Kelapa 75% (K3) 34,85 31,22 27,58 31,22 Rataan 39,78 35,48 34,69 36,65

8 Diameter Tunas (mm) Data rataan dan hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 14 dan 15). Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan bahan tanam serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata. Namun dapat dilihat bahwa konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang terbesar dengan rataan 9,46 mm dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) yang terkecil dengan rataan 9,16 mm. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terbesar dengan rataan 9,91 mm dan terendah dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 9,29 mm, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah yang berbeda umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(mm)... Kontrol (K0) 10,05 9,87 8,45 9,46 Air Kelapa 25% (K1) 9,63 9,47 10,65 9,92 Air Kelapa 50% (K2) 10,40 9,88 9,45 9,91 Air Kelapa 75% (K3) 9,57 9,28 8,62 9,16 Rataan 9,91 9,63 9,29 9,61 Jumlah Daun (helai) Data rataan dan hasil sidik ragam jumlah daun pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 22 dan 23) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat.

9 Tabel rataan pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama waktu penyimpanan batang bawah terhadap jumlah daun dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(helai)... Kontrol (K0) 14,83ab 15,00ab 11,17e 13,67 Air Kelapa 25% (K1) 13,50bcd 13,33bcd 13,83abcd 13,56 Air Kelapa 50% (K2) 15,33a 14,83abc 13,00cde 14,39 Air Kelapa 75% (K3) 14,17abcd 13,50bcd 12,33de 13,33 Rataan 14,46 14,17 12,58 13,74 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terbanyak dengan rataan 14,39 helai yang berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan lainnya, perlakuan jumlah daun dengan konsentrasi air kelapa 75% (K3) yang sedikit dengan rataan 13,33 helai. Sedangkan dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terbanyak dengan rataan 14,38 helai berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 12,58 helai. Serta interaksi dari keduannya berbeda nyata terhadap jumlah daun dengan interak terbanyak konsentrasi air kelapa 50% dan 1 (satu) minggu penyimpanan (K2P1). Jumlah Umbi (umbi) Data rataan dan hasil sidik ragam jumlah umbi pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 32 dan33) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan bahan tanam batang bawah serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Namun dapat dilihat

10 bahwa konsentrasi air kelapa 50% (K2) adalah perlakuan terbanyak dengan rataan 0,67 umbi dan kontrol (K0) merupakan perlakuan yang paling sedikit dengan rataan 0,33 umbi. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) adalah perlakuan terbanyak dengan rataan 0,71 umbi dan yang sedikit dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 0,25 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Tabel 6. Jumlah umbi okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(umbi)..... Kontrol (K0) 0,83 0,00 0,17 0,33 Air Kelapa 25% (K1) 0,50 0,33 0,17 0,33 Air Kelapa 50% (K2) 1,33 0,50 0,17 0,67 Air Kelapa 75% (K3) 0,17 0,50 0,50 0,39 Rataan 0,71 0,33 0,25 0,43 Bobot Basah Akar (g) Data rataan dan hasil sidik ragam bobot basa akar pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 34 dan 35) yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot basa akar namun perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat. Tabel rataan pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama waktu penyimpanan bahan tanam terhadap bobot basa akar umur 6 MST dapat dilihat pada tabel 7.

11 Tabel 7. Bobot basah akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(g)... Kontrol (K0) 26,92 19,70 13,00 19,87b Air Kelapa 25% (K1) 22,25 19,83 18,58 20,22b Air Kelapa 50% (K2) 32,55 23,72 18,63 24,97a Air Kelapa 75% (K3) 23,57 21,35 15,62 20,18b Rataan 26,32a 21,15b 16,46b 21,31 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 24,97 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 20,22 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 20,17 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa (K0) dengan rataan 19,87 g Sedangkan perlakuan lama penyimpanan dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 26,32 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 21,15g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) yang teringan dengan rataan 19,87 g, serta interaksi dari keduannya berbeda tidak nyata terhadap bobot basa akar. Bobot Kering Akar (g) Data rataan dan hasil sidik ragam bobot kering akar pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 36 dan 37) yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar namun perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata serta

12 interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar okulasi ubi kayu mukibat. Tabel 8. Bobot kering akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(g)... Kontrol (K0) 6,93 4,87 2,80 4,87b Air Kelapa 25% (K1) 6,04 4,96 4,86 5,29b Air Kelapa 50% (K2) 9,25 6,06 4,55 6,62a Air Kelapa 75% (K3) 6,60 5,15 3,99 5,25b Rataan 7,21a 5,26b 4,05b 5,50 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 6,62g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 5,25 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 4,87 g. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 7,21 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 5,26 g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) yang teringan dengan rataan 4,05 g, serta interaksi dari keduannya berbeda tidak nyata terhadap bobot kering akar. Pembahasan Pengaruh Pemberian Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Tingkat Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat Analisis statistik menunjukkan bahwa pada okulasi bibit ubi kayu mukibat dengan pemberian air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase bertunas, bobot basa akar, dan bobot kering akar.

13 Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian air kelapa 50% (K2) merupakan persentase bertunas tertinggi dengan rataan 86% sedangkan perlakuan tanpa air kelapa (K0), air kelapa 25% (K1), dan air kelapa 75% (K3) masingmasing dengan rataan 69%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang atas dan batang bawah konsentrasi air kelapa yang tepat adalah pemberian air kelapa 50%. Hal ini didukung oleh pernyataan Satyavathi et al., (2004) bahwa aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fisiologi tanaman. Untuk mendapatkan persentase yang baik penggunaan ZPT air kelapa sangat baik untuk okulasi ubi kayu mukibat dikarenakan air kelapa mengandung hormon-hormon yang baik untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Young et al., (2009) yang menyatakan bahwa di dalam air kelapa terdapat hormon sitokinin sebesar 5,8 ml/l lebih tinggi dibanding auksin sebesar 0,07 mg/l. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong pembelahan sel (sitokinesis). Dan juga pemberian zat pengatur tumbuh organik maupun sintetis dapat memacu percepatan penutupan luka dan membantu dalam proses penyatuan kambium yang didorong oleh adanya hormon auksin, sitokinin dan zat pengetur tumbuh lainnya Persentase keberhasilan yang tinggi juga diperoleh dari munculnya tunas okulasi, semangkin banyak tunas yang muncul maka semangkin tinggi persentase

14 keberhasilannya untuk itu diperlukan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk mempercepat tumbuhnya tunas. hal ini sejalan dengan penelitian Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa pemberian sumber zat pengatur tumbuh dapat mempercepat waktu bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang terbaik yang digunakan ialah air kelapa 50% dibandingkan dengan pemberian IAA 0,05% dan ekstrak bawang merah 100% Analisis statistik menunjukkan bobot basah akar konsentrasi air kelapa konsentrasi 50% (K2) merupakan perlakuan terberat dengan rataan 24,97 g berbeda nyata dengan perlakuan lainnya air kelapa konsentrasi 25 % (K1) dengan rataan 20,22 g, air kelapa konsentrasi 75% (K3) dengan rataan 20,31 g, dan perlakuan teringan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 19,87g. Pada bobot kering akar pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 6,62 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 5,25 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 4,87 g, hal ini dikarenakan pada batang bawah ubi kayu yang dipotong akan aktif meristematis dan membentuk perakaran, pemberian air kelapa yang tepat akan membantu memacu pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman ubi kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marpaung dan Hutabarat (2015) bahwa air kelapa juga dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan baik pertunasan maupun perakaran pada berbagai jenis tanaman. Selain itu air kelapa mengandung sitokini yang sangat mendukung untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Young et al., (2009) bahwa sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel

15 dan pembentukan organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong pembelahan sel (sitokinesis), membantu dalam aktivitas meristem akar, membantu dalam proses fotosintesis, pertumbuhan daun, mobilitas nutrisi, pertumbuhan akar dan membantu merespon pada saat tanaman mengalami stres. Pada peubah amatan kecepatan bertunas perlakuan pemberian air kelapa 25% (K1) merupakan perlakuan tercepat dengan rataan 14,42 hari dan hanya selisih sedikit dengan perlakuan pemberian air kelapa 50% (K2) dengan rataan 14,45 hari, sedangkan kecepatan bertunas terlama dengan pemberian air kelapa 75% (K3) dengan rataan 15,98 hari. Hal ini dikarenakan ZPT air kelapa mampu memicu fitohormon (hormon tanaman) untuk bertunas. Sesuai dengan pernyataan Adi et al., (2015) yang menyatakan bahwa hormon memiliki peranan dalam merangsang, membangkitkan atau mendorong aktivitas biokimia. ZPT yang aktif dalam jaringan tanaman akan ditransformasikan ke dalam seluruh bagian tanaman sehingga mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis tanaman. Pemberian air kelapa yang semangkin tinggi justru memperlama kecepatan bertunas dan bahkan menghambat bertunas okulasi ubi kayu mukibat. Hal ini dikarenakan kandungan air kelapa bukan hanya auksin dan sitokinin. Selain itu air kelapa juga mengandung senyawa fenolik berupa asam benzoic yang dapat menghambat pertumbuhan (Ramadhan, 2015). Analisis statistik menunjukkan pemberian air kelapa pada perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0), dengan konsentrasi air kelapa 25% (K1), konsentrasi air kelapa 50% (K2) dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas, diameter tunas, jumlah daun, tinggi tunas, dan jumlah umbi, hal ini menunjukkan bahwa air kelapa tidak berpengaruh atau

16 bahkan menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hartman et al., (1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa auksin bisa berpengaruh tidak nyata bahkan bisa bersifat menghambat pada konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi air kelapa yang bersifat organik masih berbeda-beda konsentrasi yang baik dari setiap tanaman terutama untuk ubi kayu mukibat. Sesuai dengan penyataan Lubis et al., (2016) bahwa Konsentrasi dan perlakuan zat pengatur tumbuh organik belum ada yang tepat untuk okulasi bibit ubi kayu mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang baik dan juga diduga bahwa penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi dikarenakan tanaman secara alami telah mensintesis hormon tumbuh secara mandiri untuk mengatur pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi. Pengaruh Lama Penyimpanan Batang Bawah Terhadap Tingkat Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan bahan tanam batang bawah berpengaruh nyata terhadap peubah amatan kecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Analisis statistik menunjukkan kecepatan bertunas diperoleh rataan kecepatan bertunas bibit okulasi tercepat pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yaitu tercepat dengan rataan 12,52 hari dan yang terlama pada

17 perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu dengan rataan 18,67 hari. Dari hasil pengamatan persentase bertunas diperoleh rataan persentase bertunas bibit okulasi tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan keberhasilan 85% dan terendah pada taraf perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan keberhasilan 65%. Dan dari hasil pengamatan jumlah daun diperoleh rataan jumlah daun bibit okulasi terbanyak pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan 14,38 helai dan perlakuan terendah pada taraf penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 12,58 helai. Analisis statistik menunjukkan bahwa lama penyimpanan berbeda nyata terhadap ecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar, dan bobot kering akar, hal ini dikarenakan lamanya bahan stek disimpan maka akan semangkin menurunkan kualitas dari stek tersebut, akan terjadi transpirasi sehingga batang stek akan mengering dan menurunkan daya tumbuh okulasi ubi mukibat. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa lamanya penyimpanan bahan tanam akan memperlama munculnya tunas bahkan sampai 4 MST masih ada bibit okulasi yang belum tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinartani (2011) yang menyatakan bahwa penundaan waktu tanam hingga 2-4 minggu dari saat stek dipanen akan mengakibatkan kualitas bibit menjadi rendah karena adanya gangguan dari mikroba dan kadar air dalam stek sudah sangat rendah sehingga mengganggu daya tumbuh maupun vigor tanaman. Hal ini juga diduga hormon yang ada pada tanaman tidak berfungsi dengan baik dikarenakan lamanya penyimpanan yang membuat sistem jaringan tanaman menjadi tidak normal akibat respirasi sehingga vigor tanaman menurun, hal ini sesuai dengan pernyataan Ashari (2006) yang menyatakan sitokinin pada konsentrasi rendah akan

18 mendorong kerja auksin yaitu pembentukan akar adventif sedangkan pada saat auksin rendah akan mendorong pertumbuhan tunas. Lama penyimpanan bahan tanam okulasi ubi kayu mukibat juga akan memberikan dampak pada proses pertautan antara batang atas dan batang bawah, lamanya penyimpanan batang bawah membuat kecepatan bertunas bibit okulasi menjadi semangkin lama, hal ini dikarenakan selama masa penyimpanan bibit dapat mengalami penurunan viabilitas dan vigor, karena selama penyimpanan atau setelah pemanenan, organ tanaman masih melakukan transpirasi (Santoso, 2011) dan respirasi sebagai perombakan senyawa kimia seperti mengubah heksosa menjadi bahan-bahan struktural, cadangan makanan, dan metabolik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gardner et al., 1991). Analisis statistik menunjukkan bahwa bobot basah akar perlakuan lama penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 26,32 g berbeda nyata dengan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P2) yang teringan dengan rataan 16,46 g, dan bobot kering akar penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 7,21 g berbeda nyata dengan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P2) yang teringan dengan rataan 4,05 g, hal ini dikarenakan perakaran tanaman akan berkembang dengan baik apa bila media tanam baik dan jumlah daun untuk fotosintesis optimal sehingga pertumbuhan akar akan dapat terpacu pertumbuhannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Glodsworthy dan Fisher (1992) yang menyatakan bahwa ubi kayu secara bersama-sama mengembangkan luas daun dan akar yang secara ekonomi berguna sehingga persediaan fotosintat/asimilat yang ada dibagi antara pertumbuhan daun dan akar. Hal ini

19 berarti ada indeks luas daun optimum untuk pertumbuhan akar. Rekayasa meningkatkan keseimbangan antara sink dan source dengan menggunakan teknik mukibat diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman. Analisis statistik menunjukkan perlakuan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tunas, panjang tunas, dan jumlah umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan batang bawah dengan 1 (satu) minggu penyimpanan (P1) merupakan perlakuan penyimpanan tertinggi dari tiap-tiap peubah amatan, diikuti dengan perlakuan lama penyimpanan batang bawah 2 (dua) minggu (P2), dan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan yang terendah, hal ini dikarenakan semangkin lama penyimpanan bahan stek maka akan semangkin menurun kualitas dan kuantitas dari bahan tanam tersebut. Dari hasil pengamatan penyimpanan batang bawah selama tiga minggu membuat batang bawah menjadi sedikit mengering sehingga proses pemulihan luka pada sambungan lama terjadi dan bahkan tidak terjadi tautan antara batang bawah dan batang atas ubi kayu mukibat, hal ini dikarenakan berkurangnya kambium akibat proses penguapan yang lebih lama sehingga kambium tidak dapat bersatu dan membentuk jaringan baru sebagai transfortasi makanan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Napitupulu (2013) bahwa jaringan kambium sangat penting pada tanaman, pada masa pertumbuhan kambium akan membentuk zona kambium dan akan berkembang membentuk phloem dan xylem. Pembelahan xylem umumnya adalah periclinal dan membentuk xylem sekunder ke arah luar dan ploem sekunder kearah dalam. Jika telah terjadi proses penautan maka akan tampak

20 pembengkakan pada bagian sambungan dan pada munculnya mata tunas ubi kayu mukibat. Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi Air Kelapa dan lama penyimpanan batang bawah Terhadap Persentase Keberhasilan dan pertumbuhan Okulasi Ubi Kayu Mukibat Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas, persentase bertunas, diameter tunas, panjang tunas, bobot segar akar, bobot basah akar dan jumlah umbi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa 50% dan penyimpanan 1 (satu) minggu (K2P1) dengan rataan 15,33 helai, dan perlakuan tanpa air kelapa (kontrol) dan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (K0P3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 11,17 helai. Hal ini dikarenakan zat pengatur tumbuh berperan dalam hal penyatuan kambium sehingga tanaman dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempercepat dalam hal penutupan luka pada tanaman sehingga tunas okulasi cepat tumbuh dan berkembang dibandingkan tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, sedangkan perlakuan penyimpanan sejalan dengan keberhasilan okulasi ubikayu mukibat, semangkin lama penyimpanan maka proses keberhasilan okulasi semangkin rendah dan menghambat perkembangan dan pertumbuhan dibandingkan dengan penyimpanan yang tidak terlalu lama, hal ini memberikan pengaruh yang baik apabila dilakukan pemberian zat pengatur tumbuh dengan dosis yang tepat dan didukung oleh bahan tanam yang masih dalam keadaan segar. Hal ini sejalan dengan penelitian

21 Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa sumber pengatur tumbuh yang baik digunakan ialah air kelapa dengan konsentrasi 50% dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh ektrak bawang merah dan IAA. Pemberian air kelapa dan lama penyimpanan memberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan okulasi ubi kayu mukibat. Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama mengenai pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman (Dewi, 2008). Pada saat penyimpanan akan terjadi inisiasi akar. Inisiasi terjadi sesudah bagian batang atau cabang dipotongan, di daerah bekas potongan tersebut menjadi luka, yang mana akar adventif selalu terjadi pada bagian tanaman yang bersifat meristematik. Pada luka ini terjadi diferensiasi sel kembali (Ashari, 2006).

22 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian air kelapa dapat mempercepat waktu bertunas dan meningkatkan persentase keberhasilan okulasi dan bobot basah akar ubi kayu mukibat. Konsentrasi air kelapa yang terbaik adalah konsentrasi 50% (K2). 2. Lama penyimpanan bahan tanam batang bawah yang semakin singkat meningkatkan waktu bertunas, persentase bertunas jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Lama penyimpanan terbaik ialah 1 (satu) minggu penyimpanan (P1). 3. Interaksi pemberian konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah dapat meningkatkan jumlah daun. Interaksi terbaik adalah konsentrasi air kelapa 50% dan penyimpanan 1 (satu) minggu (K2P1). Saran Dari hasil penelitian ini sebaiknya digunakan konsentrasi air kelapa dengan konsentrasi 50% dan bahan tanam batang bawah yang disimpan kurang dari 2 minggu.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pemerintah telah mencantumkan dalam jurnal kajian LEMHANNAS RI Tahun

PENDAHULUAN. pemerintah telah mencantumkan dalam jurnal kajian LEMHANNAS RI Tahun PENDAHULUAN Latar Belakang Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan ketiga setelah padi dan jagung. Menurut Suwandi (2015) ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung di belakang Masjid Alwasi i (komplek perumahan dosen), dari bulan

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Libria Widiastuti dan Muhammad Hanif Khairudin Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67% III. Metode Penelitian A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2013 bertempat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian Terpadu Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak pada ketinggian 550

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret di daerah Jumantono, Karanganyar, dengan jangka waktu penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pada ketinggian tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Nilam 1 sampai 11 MST Hasil pengamatan tentang tinggi tanaman nilam pada umur 1 sampai dengan 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 2. Sidik ragam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM. 15 Panam,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jalan H.R.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

G3K2 G1K1 G2K3 G2K2. 20cm. Ulangan 2 20cm G3K3 G3K1 G3K2. Ulangan 3 20cm. 20cm G1K1 G1K3 G1K2

G3K2 G1K1 G2K3 G2K2. 20cm. Ulangan 2 20cm G3K3 G3K1 G3K2. Ulangan 3 20cm. 20cm G1K1 G1K3 G1K2 Lampiran 1 : Bagan Plot Penelitian 1 G3K2 20cm G2K3 G1K1 G3K1 G2K2 G1K3 G3K3 20cm G2K1 G1K2 2 20cm G2K2 20cm G3K3 G1K2 G2K1 20cm G3K1 G1K3 G2S3 G3K2 G1K1 3 20cm G3K3 20cm G1K1 G2K3 G3K1 20cm G1K3 G2K1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 13, Nomor 1, Hal. 15-20 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN 20 III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 di lahan percobaan di desa Giriharjo, Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain mengandung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Juni sampai dengan September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 - November 2016. Tempat penelitian adalah Lahan Percoban Fakulas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci