BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan suatu hal yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Hal tersebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan suatu hal yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Hal tersebut"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Masalah Penelitian Pendidikan merupakan suatu kata yang memiliki banyak definisi dan merupakan suatu hal yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Hal tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan dasar umat manusia dan merupakan titik awal bagi perkembangan peradaban. Manusia diarahkan untuk mampu mengatasi persoalan yang berubah dari masa ke masa. Kritik mengenai pendidikan akan selalu ada. Pendidikan merupakan investasi yang strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Diperlukan suatu sistem yang kokoh dan benar untuk mendukung proses tersebut, kaitannya dengan tujuan pendidikan yang merupakan usaha untuk memanusiakan manusia. Sudarminta (1990:08-12), menyatakan bahwa pendidikan dimengerti secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasa susila. Kata pendidikan mengandung sekurang-kurangnya empat pengertian, yaitu bentuk kegiatan, proses buah atau produk yang dihasilkan proses tersebut, serta sebagai

2 2 ilmu. Pengertian yang diberikan oleh Sudarminta tersebut menjelaskan bahwa lembaga pendidikan diharapkan dapat mengantarkan cita-cita atau kemauan manusia atau subjek didiknya, bukan sebaliknya, subjek didik yang ditekan agar mengantarkan cita-cita suatu lembaga pendidikan. Melihat kenyataan yang terjadi pada lembaga pendidikan saat ini, justru peserta didik dibentuk oleh suatu lembaga pendidikan agar siap bertanding dengan lembaga pendidikan lain. Hal tersebut tentu jauh dari konsep pendidikan menurut Sudarminta, yakni suatu proses pemanusiaan diri. Manusia dalam hal ini subjek didik, bukan merupakan robot yang dapat dibentuk menjadi apapun yang orang lain kehendaki. Subjek didik tidak merdeka atau memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi minat dan bakatnya. Pendidikan sesungguhnya memiliki tujuan untuk membebaskan manusia agar tidak mengalami penindasan dalam bentuk apapun. Driyarkara (1980:87), mengatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perbuatan fundamental dalam bentuk komunikasi antarpribadi, dan dalam komunikasi tersebut terjadi proses pemanusiaan manusia, dalam arti proses hominisasi (proses menjadikan seseorang sebagai manusia) dan humanisasi (proses pengembangan kemanusiaan manusia). Pendidikan harus membantu seseorang agar tahu dan mau bertindak sebagai manusia dan bukan hanya secara instingtif saja. Jadi pendidikan adalah proses hominisasi.

3 3 Peran seorang pendidik dalam proses pendidikan amatlah menentukan, pendidik merupakan salah satu pelaku pendidikan yang paling utama. Bagaimana suatu proses transformasi pengetahuan akan berjalan salah satunya tergantung dari peran pendidik. Pendidik memang memiliki otoritas tertentu, namun hendaknya pendidik mengesampingkan otoritasnya untuk menjadikan subjek didiknya semata-mata sebagai subjek didik yang pandai. Misi utama seorang pendidik adalah menyampaikan ilmunya dengan baik sehingga peserta didik dapat memahami apa yang ia sampaikan, serta mengantarkan subjek didik pada cita-citanya. Kenyataan yang sering dihadapi pada masa ini adalah adanya pendidik maupun lembaga pendidikan yang terlalu prosedural, sehinggga subjek didik juga dibebani oleh bermacam-macam kerumitan prosedur. Seseorang yang dididik hanya berdasarkan prosedur yang sudah ada di lembaga saja, tanpa melihat kebutuhan masing-masing individu hatinya akan tumpul karena tidak terbiasa diasah. Komputer, robot merupakan contoh benda-benda yang dapat melakukan segalanya sesuai prosedur, bahkan harus sesuai prosedur, karena memang diciptakan untuk itu. Lain halnya dengan manusia, manusia memiliki apa yang disebut sebagai hati nurani. Darmaningtyas (1999:184), menyatakan dalam hal metode mengajar misalnya, para pendidik dapat mengambil inspirasi dari model-model yang dikembangkan oleh orang lain, sebagai contoh metode yang dikembangkan seorang pendidik di Jepang, Sosaku Kobayashi melalui SD Tomoe antara tahun

4 Sekolah tersebut mengambil ruangan di bekas gerbong kereta api. Kecuali ruangannya itu, yang membedakan SD Tomoe adalah setiap hari subjek didik dapat memulai pelajaran dari yang disukai, sehingga dalam satu kelas tidak semua subjek didik menempuh pelajaran yang sama pada jam yang sama. Anakanak yang ingin memulai pelajaran dengan menggambar dipersilahkan, yang akan memulai dengan pelajaran berhitung dipersilahkan, demikian pula dengan yang akan memulai dengan pelajaran ilmu pengetahuan alam juga dipersilakan. Para pendidik juga harus menguasai landasan filosofis pendidikan. Landasan filosofis pendidikan harus dikuasai karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang dicita-citakan dalam pendidikan. Alasan penting lain yaitu bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis. Pendidikan merupakan cara yang strategis kaitannya dengan upaya individu mengembangkan potensinya. Strategi pembelajaran terus diperbaiki guna tercapainya cita-cita pendidikan itu sendiri.pendidikan holistik menjadi fokus kajian para aktivis dan pemerhati pendidikan. Model pendidikan holistik

5 5 menekankan pentingnya perilaku psikomotorik serta keaktifan yang menyeluruh.pengembangan kemampuan kognitif yang menyangkut nilai-nilai akademis tetap dianggap penting meskipun bukan merupakan satu-satunya tujuan utama yang harus diasah. Pendidikan holistik bukan merupakan strategi kemarin sore dalam dunia pendidikan nasional maupun internasional. Pendidikan holistik telah lama diterapkan di negara-negara maju seperti Jerman, Kanada, Perancis, Singapura, Jepang, Korea dan Australia. Semua negara pada dasarnya menjunjung tinggi pendidikan sebagai sarana mencerdaskan bangsa serta untuk mengatasi berbagai macam kemerosotan dalam hal materiil-spirituil. Strategi holistik dianggap sebagai strategi pendidikan yang utuh menyeluruh. Tujuan pendidikan holistik tidak hanya dalam aspek pencerdasaan intelektual saja, namun juga emosional, spiritual dan sosial, sehingga dianggap mampu mengatasi berbagai permasalahan suatu bangsa dan negara (Rubiyanto, 2010:05-06). Konsep pendidikan yang holistik dan humanis serta memanusiakan manusia memang tidak mudah begitu saja dilaksanakan. Hal tersebut mengingat pelaku dalam sebuah pendidikan itu sendiri masih terpaku pada sistem pendidikan tertentu, namun bukan berarti tidak mungkin. Banyak tokoh dan pemerhati pendidikan mendukung konsep pendidikan holistik sebagai usaha mencapai tujuan membangun dimensi manusia yang utuh. Terdapat beberapa tokoh klasik perintis konsep holistik diantaranya adalah Carl Jung, Ralph Waldo Emerson dan

6 6 Johan Pestalozzi.Tercatat pula beberapa tokoh yang dianggap sebagai pendukung pendidikan holistik. Salah satu tokoh pendukung konsep pendidikan holistik adalah Jiddu Krishnamurti. Diskursus mengenai pendidikan tidak akan pernah selesai untuk dikaji dan selalu menjadi hal yang menarik. Jiddu krishnamurti merupakan seorang pemikir dan pembicara yang unik. Jiddu Krishnamurti tidak pernah menulis secara langsung pemikiran-pemikirannya dalam sebuah buku, sehingga pemikiran dan sosoknya dianggap kurang familiar kecuali oleh para peneliti subjek-subjek spiritual. Pemikirannya mengenai pendidikan belum banyak yang mengkaji dan meneliti secara serius, padahal sangat relevan untuk perbaikan sistem pendidikan yang selalu menjadi sorotan dari waktu ke waktu. Persoalan mengenai pendidikan selalu menjadi kegelisahan penulis berdasarkan kenyataan-kenyataan di sekitar dan pengalaman-pengalaman yang penulis alami secara langsung. Alasan-alasan tersebut menjadi dasar bagi penelitian yang terkait dengan pemikiran Jiddu Krishnamurti mengenai pendidikan.

7 7 2. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian tesis ini dirumuskan sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan pendidikan holistik? b. Apa konsep pendidikan Jiddu Krishnamurti? c. Bagaimana relevansi filsafat pendidikan Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia? 3. Keaslian Penelitian Peneliti beranggapan belum ada penggalian atau penelitian di lingkungan Universitas Gadjah Mada, terhadap pemikiran Jiddu Krishnamurti terkait dengan tema Filsafat Pendidikan. Hal ini terbukti dari sejauh ini penulis hanya menemukan penelitian terhadap Jiddu Krishnamurti terkait tema filsafat manusia dan spiritualitas. Penelitian tersebut adalah tesis yang ditulis oleh Andrilolo yang berjudul Konsep Manusia Dalam Pandangan Jiddu Krishnamurti ( ).Pada penelitian yang berupa tesis yang ditulis pada tahun 2010 ini, Andrilolo lebih memfokuskan pada konsep manusia dan bagaimana pandangan Jiddu Krishnamurti terhadap watak dan perilaku. Penelitian lain yang penulis temukan yaitu, skripsi yang ditulis oleh Sri Hartini pada tahun 1998 yang berjudul Makna Kebebasan Manusia Menurut Jiddu Krishnamurti ( ) (Tinjauan Filsafat Moral).Penelitian ini fokus pada pandangan Jiddu Krishnamurti tentang kebebasan manusia, khususnya dari sudut pandang filsafat moral.

8 8 Penelitian lain yang terkait dengan tokoh Jiddu Krishnamurti yaitu: 1. Disertasi yang ditulis oleh Setiawan yang diiujikan pada tahun 2015 berjudul Hakikat Makyo menurut Shunryu Suzuki Dalam Perspektif Filsafat Manusia Jiddu Krishnamurti Kontribusinya Bagi Proses Penulisan Kreatif Sastra di Indonesia. Fokus kajiannya adalah konsep pemikiran manusia menurut Jiddu Krishnamurti yang digunakan untuk menelaah hakikat Makyo. 2. Disertasi yang ditulis oleh Ari Basuki pada tahun 2009 yang berjudul Revolusi Batin dan Transformasi Sosial Menurut Pemikiran Jiddu Krishnamurti ( ). Ari Basuki membahas konsep manusia menurut Jiddu Krishnamurti dan kajiannya fokus terhadap konsep revolusi batin. 4. Manfaat yang diharapkan Penelitian filsafati ini diharapkan membawa manfaat: a. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pemahaman menyeluruhdan mendalam tentang pemikiran Filsafat Pendidikan Jiddu Krishnamurti dari segi Filsafat Pendidikan, yang kemudian dapat dijadikan acuan pengembangan pribadi. b. Bagi ilmu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan studi filosofis terkait Filsafat Pendidikan.

9 9 c. Bagi bidang penelitian terkait, bermanfaat sebagai inventaris kepustakaan, wahana diskusi, dan memperkaya kajian teoritis Filsafat Pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan pandangan baru dalam melihat problem aktual pendidikan yang ada. d. Bagi Bangsa dan Negara Indonesia, penelitian tentang pemikiran Jiddu Krishnamurti diharapkan dapat menyumbang khasanah acuan cara berpikir filosofis dan akademis, serta menjadi sumbangan kritis bagi pengambil kebijakan sehingga mampu mendukung pembangunan intelektualitas Bangsa dan Negara. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menemukan apa yang dimaksud dengan pendidikan holistik. 2. Menemukan konsep pendidikan menurut Jiddu Krishnamurti. 3. Menemukan relevansi konsep pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia. C. Tinjauan Pustaka Pemikiran Jiddu Krishnamurti menurut Andrilolo adalah upaya yang revolusioner yang mengarah pada kebebasan mutlak manusia dari apapun. Pemikiran yang digagas Krishnamurti juga dapat dilihat dalam pandangan Nietzche, Husserl, Descartes dan Bergson, walaupun dalam beberapa hal ada yang berbeda bahkan bertolak belakang.

10 10 Kajian terhadap Jiddu Krishnamurti merupakan persoalan yang signifikan bagi perkembangan keilmuan dan bahkan perkembangan manusia secara khususnya (Andrilolo, 2010: 142). Andrilolo menyimpulkan bahwa Jiddu Krishnamurti merupakan seorang eksistensialis. Jiddu Krishnamurti menempatkan manusia sebagai aku yang selalu hadir dalam aku-aku yang lain. Posisi aku sebagai penentu kehidupannya, seperti karakteristik yang dimiliki oleh eksistensialisme. Begitu pula tentang keberanian manusia dalam berdiri sendiri mengartikan semua yang dilihatnya. Dalam proses pencapaian pengetahuanatau epistemologinya, Krishnamurti memiliki kesamaan dengan fenomenologi yang menekankan pengetahuan langsung menggunakan intusi (Andrilolo, 2010: 144). Setiawan (2015: 40-41), pemikiran tentang konsep manusia menurut Jiddu Krishnamurti senada dengan konsep pemikiran Shunryu Suzuki, manusia memiliki dua eksistensi, yang pertama dapat dilihat dan yang kedua tidak dapat dilihat. Antara yang pertama dan yang kedua tersebut selalu tarik menarik dan sifatnya imperative, karena terdapat unsur kehendak dan unsur keinginan. Jalan pemikiran Jiddu Krishnamurti menurut Oto Suastika (1981: 05) sejajar dengan jalan pemikiran Ki Ageng Suryomentaram, seorang spiritualis Jawa, walaupun kedua tokoh tersebut tidak saling terkait dan tidak saling mempengaruhi karena perbedaan waktu, tempat dan juga bahasa. Jiddu Krishnamurti mendasarkan ajarannya pada Self Knowledge begitu pula Ki Ageng Suryomentaram mendasarkan ajarannya pada pangawikan pribadi (pengertian tentang diri sendiri).

11 11 Jiddu Krishnamurti, laki-laki kelahiran India ( ) ini mengaku tidak menjadi warga negara manapun. Karl Marx dan Jiddu Krishnamurti sama-sama mempunyai pemikiran tentang suatu perubahan. Jika Marx menitikberatkan pada perubahan sistem, maka Jiddu Krishnamurti menitikberatkan pada perubahan batin manusia. Bagi Jiddu Krishnamurti, hanya melalui perubahan batin radikal dan menyeluruh pada individu dapat terjadi perubahan pada sosial masyarakat, karena masyarakat adalah perpanjangan individu. Seperti apa wujud individu, demikian pula wujud masyarakat (Basuki, 2008:306). Ari Basuki (2009: 01) mengatakan bahwa tidak seperti Ivan Illich maupun Paulo Freire yang menekankan perubahan pada sistem dan dominasi pemerintah, jiddu Krishnamurti menekankan perubahan pada pikiran individu, atau yang sering disebutnya sebagai revolusi batin. Perubahan bukan hanya mengenai adanya transfer pengetahuan semata, akan tetapi juga sebuah proses pemahaman terhadap diri sendiri. Guru dan siswa harus merasa bebas, bahagia, penuh cinta kasih, penuh perhatian dimana scientific mind dan religious mind dapat dipisahkan dan disadari secara simultan. Menurut Ari Basuki, Jiddu Krishnamurti percaya bahwa revolusi batin adalah yang paling penting diaktualisasikan dalam masyarakat. Jiddu Krishnamurti yakin bahwa perubahan radikal melalui revolusi batin dapat terjadi dalam setiap individu, bukan secara bertahap melainkan seketika. Jiddu Krishnamurti membantu diri sendiri untuk melihat dalam keadaan yang sebenarnya, karena dalam penglihatan yang benar-benar jelas itulah revolusi batin timbul (Lutyens, 1982:05). Orang-orang yang relijius menurut Jiddu Krishnamurti,

12 12 bukanlah orang-orang yang memuja dewa, sebuah patung yang dibuat oleh tangan atau oleh akal budi, tetapi orang-orang yang benar-benar menyelidiki apa kebenaran itu, apa Tuhan itu, dan orang yang seperti itu benar-benar terdidik. Jiddu Krishnamurti mengatakan, orang-orang itu mungkin tidak bersekolah, ia mungkin tidak mempunyai buku-buku, ia bahkan mungkin tidak dapat membaca, tetapi ia telah membebaskan dirinya dari rasa takut, dari egoisme, dari mementingkan diri sendiri serta dari ambisi. Fungsi pendidikan pertama-tama ialah membantu manusia untuk membebaskan diri dari kepicikannya sendiri dan dari ambisi-ambisinya yang bodoh (Lutyens, 1982: ). Jiddu Krishnamurti dalam pandangannya menolak semua metode untuk mendapatkan sesuatu. Jiddu Krishnamurti mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju Tuhan dan dalam hal kebebasan menurutnya tidak ada suatu teori atau metode yang dapat mengantarkan manusia ke dalam kebebasan. Tidak ada jalan menuju kebebasan karena kebebasan bukan merupakan suatu tujuan. Jiddu Krishnamurti menginngkari semua metode, sehingga menurutnya kebebasan itu hanya dapat ditemukan oleh dirinya sendiri di dalam dirinya sendiri (Osho, 1992:61). D. Landasan Teori Pendidikan merupakan institusi yang pada masa sekarang merupakan kebutuhan yang umum. Oleh karena itu, kajian tentang filsafat pendidikan merupakan kajian yang dibutuhkan dan fundamental. Penekanan yang menjadikan kajian mengenai hal tersebut adalah penting yaitu adanya temuan-temuan formula

13 13 pendidikan secara holistik tentang apa dan bagaimana suatu pendidikan seharusnya dilakukan, sehingga relevansi kegiatan pendidikan bagi kehidupan dapat dialami di dalam kehidupan sehari-hari (Gandhi HW, 2011: 84). Teori dalam pendidikan seringkali merupakan turunan dari suatu pemikiran besar tertentu yang komprehensif. Teori-teori besar yang kemudian menjadi aliran dalam pendidikan tersebut misalnya Idealisme, Realisme, maupun Tomisme. Teori tersebut tidak secara eksplisit dan spesifik membangun suatu sistem pemikiran yang berhubungan dengan sekolah maupun kurikulum. Filsuf yang fokus terhadap persoalan pendidikan kemudian mencoba menyusun bangunan pemikiran yang secara khusus membahas pendidikan melalui pendekatan aliran-aliran dalam filsafat. Aliran dalam filsafat pendidikan juga seringkali merupakan turunan dari beberapa aliran filsafat tertentu seperti misalnya akar dari perenialisme adalah tomisme dan realisme, progresivisme memiliki dua elemen pembentuk yaitu naturalisme dan pragmatism serta idealism dan realisme yang merupakan elemen pembentuk esensialisme, hal tersebut berimplikasi pula dalam filsafat pendidikan (Gutek, 2010: 251). Pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan, dapat dilakukan melalui beberapa sudut pandang. Esensialisme merupakan teori pendidikan konservatif yang merupakan respon terhadap aliran filsafat pendidikan progresivisme. Akar dari aliran pendidikan esensialisme adalah idealisme dan relativisme. Pendidikan esensialisme menekankan otoritas guru dan nilai-nilai dari kurikulum.bagi pandangan aliran esensialisme, pendidikan melibatkan pembelajaran kemampuan dasar, kesenian, dan sains yang sudah dibentuk sebelumnya (Ornstein,

14 :196). Salah satu akar dari pendidikan esensialisme adalah idealisme. Penganut idealismemenyatakan bahwa proses dari pembangunan manusia terletak pada kesadaran dan spiritual yang ada dalam dirinya. Diri atau personalitas individu dianggap penting. Aliran lain yang merupakan akar dari aliran filsafat pendidikan esensialisme yaitu realisme. Pandangan filsafat pendidikan realisme, pendidikan merupakan proses membangun kapasitas seorang manusia agar memiliki kemampuan mengetahui kebenaran sebagaimana adanya. Tujuan pengetahuan sendiri bagi aliran pendidikan realisme yaitu pencapaian pengetahuan tentang alam dan kerja alam semesta, sehinggga seseorang dapat menyesuaikan dirinya pada sesuatu yang nyata (Akinpelu, 1988: ). Esensialisme memiliki pandangan bahwa manusia itu adalah makhluk budaya, artinya makhluk yang hidupnya dilingkupi oleh nilai dan norma budaya. Ibarat orang yang berjalan atau melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan maka yang dimaksud dengan rambu-rambu lalu lintas perjalanannya nilai dan norma budaya. Jadi, manusia selalu mempunyai ikatan dengan nilai dan norma budaya tersebut. Kedudukan manusia bukan sebagai makhluk yang pasif sebab sebagai makhluk budaya manusia juga mempunyai peran sebagai kontributor bagi pengembangan maupun perubahannya. Nilai dan budaya bukan semata-mata mengenai seni, tetapi lebih luas dari itu. Di dalamnya tercakup segala sesuatu mengenai hasil budaya pikir manusia (Barnadib, 2002:59).

15 15 E. Metode Penelitian 1. Bahan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan berdasarkan dua macam bahan yakni pustaka utama dan pustaka sekunder. Pustaka utama adalah karya-karya Jiddu Krishnamurti, sedangkan pustaka sekunder merupakan materi yang bersumber dari buku, jurnal, artikel dan tulisan lain, yang terkait dengan tema penelitian ini. Data kemudian ditelaah dengan seksama, sehingga mencapai sebuah kesimpulan akhir sesuai dengan tujuan penelitian ini. Objek formal, yang merupakan sudut pandang dari penelitian ini adalah filsafat pendidikan esensialisme sementara objek material, yang merupakan fokus dari penelitian adalah pemikiran seorang tokoh Filsafat Timur yaitu Jiddu Krishnamurti. a. Pustaka utama: 1) Krishnamurti, Jiddu Education and The Significance of Life. United Kingdom: Gollancz. 2) Krishnamurti, Jiddu On Education. London: Krishnamurti FoundationTrust. 3) Krishnamurti, Jiddu Beginning of Learning. 4) Krishnamurti, Jiddu Letters To The Schools. London: Krishnamurti FoundationTrust. b. Pustaka Sekunder 1) Lutyens, Mary Pustaka Krishnamurti. Jakarta: Yayasan Idayu.

16 16 2) Yayasan Krishnamurti Indonesia Perkenalan dengan J. Krishnamurti. Malang: Yayasan Krishnamurti Indonesia. 3) Lutyens, Mary. J. Krishnamurti: A Life India: Penguin Books. 4) Lutyens, Mary Krishnamurti: The Years of Awakening. London: John Murray. 5) Barnadib, Imam Filsafat Pendidikan (Pengantar Mengenai Sistem dan Metode). Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP. 6) Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita. 7) Ali, H.B Hamdani Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang. 8) Ornstein, Allan C & Levine, Daniel U An Introduction to The Foundation of Education. Boston: Houghton Mifflin Company. 2. Jalan Penelitian Proses penelitian akan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: a. Inventarisasi data. Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang dapat dibagi menjadi dua bagian. Pembagian data tersebut berdasarkan pada objek material dan objek formal penelitian. Data yang pertama berisi pustaka tentang Filsafat Pendidikan. Data yang kedua berisi tentang pustaka mengenai pemikiran Jiddu Krishnamurti yang terdapat dalam karya-karyanya. Data-data tersebut dikumpulkan sebanyak mungkin melalui penelusuran di berbagai perpustakaan maupun melalui penelusuran internet.

17 17 b. Pengklasifikasian data. Jika pada tahap pengumpulan data penulis mengumpulkan data sebanyak mungkin, maka pada tahap ini data yang telah diperoleh mulai diklasifikasikan dan dipilah-pilah berdasarkan bab dan subbab yang telah penulis susun sesuai dengan rencana dan kebutuhan. c. Analisis data. Data yang telah diklasifikasikan mulai dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. d. Penyajian data, yaitu memaparkan hasil analisis secara sistematis dan teratur berdasarkan sub-sub bab yang telah ditentukan. Penyajian data diawali dari pokok-pokok pikiran atau unsur-unsur yang paling mendasar dan sederhana, kemudian menuju pada pokok pembahasan yang lebih rumit. 3. Analisis Hasil Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode hermeneutika filosofis (Bakker dan Charis Zubair, 1990:41), dengan unsur-unsur metodisnya sebagai berikut: a. Deskripsi Metode ini dimaksudkan untuk memaparkan konsep pendidikan holistik menurut Jiddu Krishnamurti dengan berdasarkan data-data yang terkumpul. b. Komparasi Langkah ini dimaksudkan untuk membandingkan antara pandangan yang satu dengan pandangan yang lainnya, juga dengan realitas

18 18 pendidikan di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan filsuf yang diteliti. Hasilnya akan tercermin dalam evaluasi. c. Interpretasi Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penafsiran-penafsiran yang penting terhadap konsep pendidikan holistik menurut Jiddu Krishnamurti. d. Refleksi Langkah ini mempunyai arti bahwa analisis yang telah diperoleh dengan keyakinan peneliti dicoba diberi interpretasi yang lebih baru untuk menentukan suatu pemahaman yang lebih komprehensif. Langkah ini digunakan untuk membahas dan menyoroti kontribusinya bagi pendidikan di Indonesia. F. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai oleh penulis dalam penelitian ini yaitu: 1. Memahami dan mengetahui tentang konsep pendidikan holistik. 2. Pemaparan secara jelas tentang konsep pendidikan menurut Jiddu Krishnamurti. 3. Penjelasan tentang relevansi konsep pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia.

19 19 G. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disusun dalam enam bab sesuai dengan sistematika berikut: Bab pertama, memaparkan penjelasan umum tentang penelitian ini. Secara berurutan terdiri latar belakang penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai, dan sistematika penelitian. Bab kedua, berisi paparan Filsafat Pendidikan, terdiri dari pengertian filsafat pendidikan, pendekatan filsafat pendidikan, serta aliran esensialisme dalam filsafat pendidikan dan keterkaitannya dengan pendidikan holistik. Bab ketiga, berisi biografi intelektual Jiddu Krishnamurti beserta apa yang melatarbelakangi pemikirannya. Pada bagian ini dijabarkan secara garis besar pemikiran Jiddu Krishnamurti yang terdapat dalam karya-karyanya. Bab keempat, memaparkan hasil analisis atas pemikiran filosofis Jiddu Krishnamurti tentang pendidikan. Urutan penyusunan hasil analisis penelitian ini adalah analisis filosofis pemikiran Jiddu Krishnamurti tentang pendidikan, Bab kelima, memaparkan relevansi pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia. Urutan penyusunannya adalah pemaparan kondisi pendidikan di Indonesia dewasa ini, kontribusi

20 20 pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia serta akan dipaparkan kekuatan dan kelemahan pemikiran Jiddu Krishnamurti. Bab keenam merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran oleh peneliti.

ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PANCASILA DI INDONESIA

ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PANCASILA DI INDONESIA ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PANCASILA DI INDONESIA Reno Wikandaru * Abstrak Penetapan Pancasila sebagai dasar negara membawa implikasi besar, yakni bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paulo Freire merupakan salah satu pemikir pendidikan yang berasal dari Brazil. Paulo Freire adalah tokoh penggagas pendidikan yang terkenal dengan gagasannya

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, Aristoteles, thomas Aquinas muncullah Perenialisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia karena pendidikan dan kehidupan manusia selalu berjalan bersama.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk

BAB VI PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk 173 BAB VI PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam rumusan masalah. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini antara

Lebih terperinci

Starlet Gerdi Julian / /

Starlet Gerdi Julian / / Starlet Gerdi Julian / 15105241034 / http://juliancreative.blogs.uny.ac.id/?page_id=239 TEORI PENDIDIKAN A. Pendidikan Klasik Pendidikan klasik adalah pendidikan yang dipandang sebagai konsep pendidikan

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PRAGMATISME Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN. Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum

FILSAFAT PENDIDIKAN. Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum FILSAFAT PENDIDIKAN Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi adalah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk terwujudnya efisiensi dan efektivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran yang efisien dan efektif ini

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN 101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh Azam Rizqi Muttaqin NIM. FO.5.4.10.135 Persoalan pendidikan hingga kini

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro Dasar-Dasar Michael Hariadi / 1406564332 Teknik Elektro Sama halnya antara karakter dan kepribadian, demikian juga antara etika dan moralitas yang penggunaan sering menjadi rancu. berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan 344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan Dosen : Anik Ghufron, Prof. Dr. Judul : Pendidikan sebagai Ilmu BAB I

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan Dosen : Anik Ghufron, Prof. Dr. Judul : Pendidikan sebagai Ilmu BAB I Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : 15105241002 Makul : Ilmu Pendidikan Dosen : Anik Ghufron, Prof. Dr. Judul : Pendidikan sebagai Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA

KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA Himma Ikrimah, Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA. Intelek dan kehendak manusia. Masyhar Zainuddin. Modul ke: Fakultas Fakultas. Program Studi Pendidikan Psikologi

FILSAFAT MANUSIA. Intelek dan kehendak manusia. Masyhar Zainuddin. Modul ke: Fakultas Fakultas. Program Studi Pendidikan Psikologi FILSAFAT MANUSIA Modul ke: Intelek dan kehendak manusia Fakultas Fakultas Masyhar Zainuddin Program Studi Pendidikan Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian intelek dan kehendak Intelek adalah daya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi 316 BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi antara guru dan siswa. Guru selalu mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya termasuk mengenyam pendidikan. Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyaknya permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal tersebut seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia memiliki di dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak. Manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dijadikan sebagai perhatian utama disetiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Upaya meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I. pendidikan tidak akan pernah lepas dari kritik dan usaha untuk. perbaikan ke arah yang lebih baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan

BAB I. pendidikan tidak akan pernah lepas dari kritik dan usaha untuk. perbaikan ke arah yang lebih baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan BAB I A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan tidak akan pernah lepas dari kritik dan usaha untuk perbaikan ke arah yang lebih baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan khalayak umum untuk mengkritisi

Lebih terperinci

Pembentukan Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan

Pembentukan Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan Pembentukan Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan oleh Alleya Hanifathariane Nauda, 1406618820 Judul Pengarang : Kekuatan dan Keutamaan Karakter : Bagus Takwin Data Publikasi : - Judul buku: Buku Ajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi terhadap kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung pada tanggal 29 Januari 2013. Berdasarkan hasil observasi, peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat menciptakan kemajuan peradaban dan kualitas hidup bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan faktor pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat. Filsafat beraneka ragam alirannya, sehingga dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran,

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan bagi pembinaan sumber daya manusia sangat diharapkan oleh setiap orang, Melalui pendidikan akan tercipta seorang manusia yang cakap,terampil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penjelasan istilah. A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya yaitu aspek pendidikan.

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA STRUKTUR KURIKULUM Struktur kurikulum PS S3 PBI terdiri atas: 1. Matakuliah Landasan Keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

NUR ENDAH APRILIYANI,

NUR ENDAH APRILIYANI, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fenomena globalisasi membuahkan sumber daya manusia yang menunjukkan banyak perubahan, maka daripada itu dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang lahir dengan fungsi sosial dan fungsi estetik, novel sebagai hiburan dari kelelahan rutinitas kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa dan mencapai tujuan pendidikan nasional, perkembangan jaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR Penerbit www.nulisbuku.com Menginspirasi "Guru tidak bekerja laiknya seorang tukang, tetapi bak seniman. Guru seperti ini tidak sekadar berusaha mencetak murid-murid naik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan unsur yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Kegiatan pembelajaran dalam kelas sangatlah menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Filsafat Pendidikan

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Filsafat Pendidikan Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Resume ke 4 Tgl 13 Oktober 2015 Oleh: Lilik Lestari / http://pengetahuanku.blogs.uny.ac.id NIM:15105241037 Filsafat Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri bukanlah suatu hal yang baru dalam masyarakat Jepang. Tingkat bunuh diri di Jepang setiap

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan KONSEP PENDIDIKAN Imam Gunawan KONSEP MENDIDIK Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan, dalam

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I Nama Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Kode / SKS : FIF 342 /3 SKS Waktu Pertemuan : 2 x pertemuan (2 x 300 menit) Pertemuan : I dan II Tujuan Instruksional 1. Umum : Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia. Melalui pendidikan, manusia yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu segalanya, manusia yang tidak bisa apa-apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus globalisasi menuntut semua aspek kehidupan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan karya akhir ini dapat disimpulkan bahwa materi ajar cerpen adalah subtansi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran sastra tingkat MTs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan lain dan sekaligus berperan untuk membantu perkembangan ilmu tersebut (Suherman, 2012).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita karena melalui pendidikan dapat mencetak generasi penerus yang berkualitas. Akan tetapi kompleksitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan

Lebih terperinci

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Pentingnya Filsafat Perubahan cepat yang terjadi dalam masyarakat memerlukan filsafat pendidikan jasmani yang kokoh bagi profesi agar tetap dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, Sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

Pengertian Etika. Nur Hidayat  TIP FTP UB 2/18/2012 Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Nabi Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut dengan proses humanisasi. Proses humanisasi ini tidak diperoleh dengan begitu saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- Nya. Dalam kehidupan ini secara alamiah manusia mempunyai daya tarik menarik antara satu individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Kita mengenal bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dalam kehidupan kita, seperti artikel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci