PENENTUAN SPESIFIKASI GENERATOR SET 275 kva UNTUK DESAIN DASAR PABRIK YELLOW CAKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN SPESIFIKASI GENERATOR SET 275 kva UNTUK DESAIN DASAR PABRIK YELLOW CAKE"

Transkripsi

1 PENENTUAN SPESIFIKASI GENERATOR SET 275 kva UNTUK DESAIN DASAR PABRIK YELLOW CAKE Edy Karyanta dan Yan Bony Marsahala PRPN BATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, ABSTRAK PENENTUAN SPESIFIKASI GENERATOR SET 275 kva UNTUK DISAIN DASAR PABRIK YELLOW CAKE. Penentuan spesifikasi generetor set untuk desain basic pabrik yellow cake telah dilakukan. Suatu rencana untuk mendirikan pabrik yellow cake disusun melalui tahapan disain dasar (basic design). Tahap basic design meliputi electrical basic design, diantaranya Electrical Individual Specification yang didalamnya termasuk spesifikasi generator disel set. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menentukan spesifikasi generator disel set. Metode yang dilakukan untuk membuat spesifikasi generator disel set adalah dengan mengumpulkan berbagai informasi seperti spesifikasi umum kelistrikan, desain generator, desain mesin disel, kondisi lapangan, syarat desain, syarat konstruksi dan cara pengoperasian. Kumpulan dari berbagai informasi tersebut disusun menjadi suatu dokumen spesifikasi generator set. Hasil spesifikasi menunjukkan batas desain generator disel set seperti: kode dan standard, kondisi lapangan, syarat desain dan konstruksi, cara pengoperasian, desain generator, kelistrikan dan mesin disel. Kata kunci: Spesifikasi, generator set, pabrik yellow cake, desain ABSTRACT DETERMINATION OF 275 kva GENERATOR SET SPECIFICATIONS FOR BASIC DESIGN OF YELLOW CAKE PLANT. Determination of 275 kva generetor set specification for basic design of yellow cake plant has been done. A plan to construck a yellow cake plant was established through the basic design stages. The basic design stage includes also the basic electrical design, including electrical individual specification especially generator set specification. This paper focusses on determining the generator set specification. The method consist of collecting a variety of information such as general electrical specifications, design generators, diesel engine design, field conditions, terms of the design, construction and the operation conditions. These colections are compiled into a document of generator set specification. The results showed the limits of the design for specifications of generator set such as codes and standards, field conditions, design and construction requirements, method of operation, design generator, electrical and diesel engines. Keywords: Specification, generator set, yellow cake plant, design

2 1. PENDAHULUAN Fosfat diketahui secara luas sebagai sumber uranium sekunder. Uranium dari asam fosfat diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan selama 440 tahun dibandingkan dengan sumber batuan uranium yang telah diketahui hanya berumur 86 tahun. Pengambilan uranium dari asam fosfat sangat penting untuk konservasi sumber daya uranium. Pemisahan uranium dari asam fosfat penting untuk dilakukan, mengingat uranium merupakan bahan bakar pembangkit energi nuklir. Pemisahan uranium dari asam fosfat yang terkandung di dalam pupuk juga berfungsi dan bertujuan untuk pengendalian uranium ke lingkungan termasuk ke rantai makanan. Uranium dari bijih fosfat dilakukan dengan proses ekstraksi yang akan menghasilkan yellow cake yaitu uranium dalam bentuk oksida U 3 O 8.[1] Rencana untuk mendirikan pabrik yellow cake dari asam fosfat disusun melalui beberapa tahapan sebagai berikut: tahapan preliminary (conseptual design), tahapan disain dasar ( basic design), tahapan disain rinci ( detail design), tahapan procurement, tahapan konstruksi, tahapan comissioning dan operasi. Tahapan conseptual design telah dilakukan pada tahun 2011 dan tahapan basic design telah dilakukan pada tahun Salah satu tahapan basic design di bidang kelistrikan adalah penyusunan Electrical Individual Specification yang didalamnya termasuk spesifikasi Generator Set. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menentukan spesifikasi Generator Set. Permintan desain dan konstruksi generator set seperti disebutkan dalam dokumen spesifikasi umum kelistrikan desain dasar pabrik yellow cake adalah sebagai berikut: a. Genset sebagai penyedia daya listrik darurat yang bekerja hanya apabila penyedia daya utama dari PLN mengalami gangguan. b. Spesifikasi umum genset dengan kapasitas 275 kva, tegangan 380/220 volt +- 5%, frekuensi 50 Hz, 0,8 lag pada putaran rotor 1500 rpm. c. Genset dapat dioperasikan selama 1 sampai 8 jam pada keadaan darurat. d. Sistem operasi interlok antara genset dan PLN dilakukan secara otomatis. e. Sistem penyalaan genset secara elektrik dengan motor listrik dan dilakukan secara otomatis. f. Sistem bahan bakar terdiri dari beberapa tanki, pompa dan monitor level yang menyediakan pasokan bahan bakar untuk operasi selama 8 jam. g. Sistem pendingin disel dengan menggunakan pendingin air daur ulang. h. Genset dirancang untuk menyediakan daya listrik yang handal sehingga hanya beberapa sinyal gangguan yang dapat menyebabkan genset trip

3 i. Pengoperasian genset diatur dari panel kontrol untuk keselamatan dan kemudahan pengoperasian.[2] Dengan permintaan desain dan konstruksi dan beberapa masukan seperti: beban total, deain generator, desain mesin disel, code dan standar, kondisi lapangan dan cara pengoperasian maka diharapkan dapat tersusun spesifikasi genset untuk desain dasar pabrik yellow cake. 2. TEORI Ketika terjadi pemadaman catu daya utama dari Pembangkit Listrik Negara (PLN) maka dibutuhkan pasokan daya cadangan listrik. Pada kondisi tersebut generator set atau dapat disebut genset diharapkan dapat mamasok tenaga listrik terutama untuk bebanbeban prioritas. Genset sering digunakan oleh industri yang membutuhkan sumber daya yang mantap dan handal dengan tingkat kehandalan pasokan daya listrik yang tinggi. Suatu mesin disel generator set terdiri dari: 1. Penggerak mula, dalam hal ini mesin disel. 2. Generator listrik. 3. Peralatan pengontrol, antara lain terdiri dari AMF ( Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch) dan sistem pengaman daya listrik. Ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya mesin disel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut dengan motor bakar. Untuk membangkitkan listrik, sebuah mesin disel dihubungkan dengan generator dalam satu poros yaitu poros dari mesin disel dikopel dengan poros generator listrik. Gambar 1 menunjukan bagian-bagian utama Generator Disel Set

4 Mesin Disel Peralatan Pengontrol Generator Listrik Gambar 1. Bagian-bagian utama Generator Set [3] Generator listrik adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Generator ini memperoleh energi mekanis dari penggerak mula yaitu mesin disel. Keuntungan pemakaian mesin disel sebagai penggerak mula adalah disain dan instalasi sederhana, auxilary equipment atau peralatan bantu sederhana dan waktu pembebanan relatif singkat. Sedangkan kerugian pemakaian mesin disel sebagai penggerak mula adalah mesin sangat berat dan besar, starting awal berat karena kompresinya tinggi dan bahan bakar relatif lebih mahal. Untuk menjaga kestabilan daya listrik dan keselamatan, generator set dilengkapi dengan peralatan pengontrol seperti: a. AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch). b. Aoutomatic Voltage Regulator (AVR), relai differensial. c. Relay daya balik. d. Circuit Breaker (CB) e. Sekering. AMF berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan genset secara otomatis sedangkan ATS mengendalikan transfer Circuit Breaker (CB) dari catu daya utama (PLN) ke catu daya genset dan sebaliknya. Relay differensial bekerja atas dasar perbandingan tegangan atau perbandingan arus, yaitu besarnya arus sebelum lilitan stator dengan arus yang mengalir ke beban. Relay daya balik berfungsi untuk mendeteksi aliran daya aktif

5 yang masuk ke arah generator. Circuit breaker berfungsi untuk membatasi arus listrik dan sekering berfungsi untuk memutus arus listrik apabila ada gangguan hubung singkat [4]. 3. TATAKERJA Untuk memenuhi permintaan desain maka spesifikasi generator set dibuat dengan tahapan seperti terlihat pada diagram alir Gambar 2. Pada diagram alir dapat dilihat urutan pembuatan spesifikasi generator set. Dimulai dari permintaan desain pada spesifikasi umum kelistrikan yang diperoleh dari dokumen Spesifikasi Umum Kelistrikan. Kemudian spesifikasi generator set dapat disusun berdasarkan total daya listrik yang diperlukan, kode dan standard, kondisi lapangan, syarat disain dan konstruksi, cara pengoperasian, disain generator, disain mesin disel, sistim baterai dan sistem pasokan bahan bakar. Gambar 2. Diagram alir penentuan spesifikasi generator set

6 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kode dan Standard Pada spesifikasi umum kelistrikan untuk disain pabrik yellow cake dari uranium hasil samping pabrik asam fospat disebutkan antara lain standard utama yang digunakan adalah Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 dan IEC ( International Electrotechnical Commission), yang secara khusus merujuk pada IEC tentang instalasi listrik untuk gedung. Standard lain yang secara spesifik harus digunakan sebagai acuan misalnya: ISO tentang vibrasi peralatan mesin berputar [2]. 2. Kondisi Lapangan 2.1. Kondisi lingkungan Lokasi pabrik yellow cake dipilih pada suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari pantai dengan asumsi bahwa altitude kurang dari 100 meter di atas pemukaan laut dan kondisi atmosfir darat dan tropis. Temperatur udara diasumsikan maksimum 40 C, temperatur udara minimum 18 C, kelembaban relatif maksimum 95% Klasifikasi area Generator set harus ditempatkan pada area yang aman yaitu tidak mudah terbakar dan pada lokasi yang aman dari banjir Kondisi operasi Genset akan ditempatkan dan dioperasikan di dalam ruangan. Genset didisain untuk beroperasi sebagai unit berdiri sendiri dan melakukan pengisian sendiri. Genset didisain untuk pelayanan berkesinambungan, jenis duty S1 ( Continuous running duty) sesuai IEC , pada daya dasar dan pada kondisi lapangan yang terburuk Kelistrikan Kondisi kelistrikan didesain sesuai dengan kondisi kelistrikan nasional indonesia yaitu pada tegangan masuk ke transformator 20 kv, 3 phase pada frekuensi 50 Hz. Keluaran dari transformator dan genset mempunyai tegangan 380 V ± 5 % - 3 phase, frekuensi 50 Hz ± 2 % dengan pembumian solid. Kapasitas generator set untuk keperluan pabrik yellow cake ini diperkirakan sebesar 275 kva. Daftar beban dapat dilihat pada Tabel 1. Single line diagram desain basic pabrik yellow cake dapat dilihat pada Gambar 2. Pada gambar single line diagram dapat dilihat bahwa penyediaan daya listrik terbagi menjadi dua jenis yaitu pasokan penyaluran

7 daya normal dan penyaluran daya emergensi. Penyaluran daya normal yaitu penyaluran daya yang berasal dari PLN sedangkan penyaluran daya emergensi berasal dari genset. Dalam perencanaan single line diagram ini hanya terbatas pada beban dari bagian proses dan bagian utilitas sedangkan beban-beban lain misalnya dari bagian mekanik, sipil dan instrumentasi belum dimasukkan. Pembatasan ini dilakukan karena cakupan dari kegiatan desain dasar pabrik yellow cake bidang elektrik hanya terbatas pada beban proses dan utilitas. Gambar 2. Single Line diagram desain basic pabrik yellow cake

8 Tabel 1. Daftar beban. No. Menuju Daya Beban (Hp) Pelayanan Operasi C/I/S Daya Operasional Aman (HP) 1,2 c Motor Tersedia (HP) - Motor Tersedia (W) f*746 Motor Tersedia (kva) g/j Faktor Beban c/f a b c d e f g h i j 1 Ekstraction Unit I C (MS-01) 0 2 Stripping Unit C (MS-02) 0 3 Scrubbing Unit 3.00 C (MS-04) 4 Storage Tank (T-01) 5 Oxidation Tank I C (T-02) 0 6 "Tangki C Pengenceran Umpan" (T-03) 0 7 Oxidation Tank II 5.00 C (T-04) 8 Fe Reductor C Tank (T-06) 0 9 Solvent Tank I C (T-07) 0 10 Solvent Tank II 7.50 C (T-08) 11 Hopper Tank (T-09) 12 Cooler (HE-01) Acid Clarifier 4.00 C (F-01) 14 Centrifuge Filter 6.00 C (F-02) 15 Filtration Tank (F-03) 16 Mixer Setler 4.00 C (Ekstraction) (MS-03) 17 Gung Sparator I (F-04) 18 Gung Sparator I (F-05) 19 Mixer Setler 3.00 C (Stripping) (MS- 05) 20 Mixer Setler 4.00 C (Scrubbing) (MS-06) 21 "Tangki Pengendapan" 1.00 C (T-05) 22 Centrifuges C (F-06) 0 23 Rotary Kiln 5.00 C (H-01) 24 Pump (P-01) 4.00 C COS PHI

9 25 Pump (P-01) 4.00 C Pump (P-02) 3.00 C Pump (P-03) 4.00 C Pump (P-04) 2.00 C Pump (P-05) 4.00 C Pump (P-06) 1.00 C Pump (P-06) 3.00 C Pump (P-07) 4.00 C Pump (P-08) 2.00 C Pump (P-09) 1.00 C Pump (P-10) 4.00 C Pump (P-11) 2.00 C Pump (P-12) 2.00 C Pump (P-13) 5.00 C Pump (P-14) 2.00 C Pump (P-15) 2.00 C Pump (P-16) 1.00 C Pump (P-17) 2.00 C Pump (P-18) 8.00 C TOTAL Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa semua beban bersifat kontinyu yang di dalam tabel dinyatakan dengan huruf C yang berarti Continuous, hal ini merupakan permintaan dari bagian proses. Total daya beban permintaan bagian proses sebesar 241,5 HP. Daya motor aman untuk operasi harus dikalikan dengan faktor keamanan sebesar 1,2 sehingga daya total aman motor sebesar 289,8 HP. Semua besar daya motor setelah dikalikan dengan faktor keamanan kemudian disesuaikan dengan ketersediaannya di pasaran. Total daya motor yang ada di pasaran sebesar 322 HP atau 240,212 kw apabila dikonversi dalam watt dengan faktor pengali 746. Dengan cos phi yang diasumsikan sebesar 0,86 maka daya motor total sebesar 279,32 kva. Untuk beban lain seperti beban instrumentasi dan penerangan diasumsikan sebesar 20% dari total daya motor sehingga daya beban semuanya menjadi 334,8 kva. Daya motor yang ada dipasaran dipilih dengan pembulatan ke atas sehingga dapat dihitung faktor beban rata-rata sebesar 0,72. Karena pengaruh faktor beban sebagai pengali dari beban total maka daya genset dapat diketahui sebesar 241 kva. Daya genset yang akan dipasang harus sekurang-kurangnya sebesar 110% dari total beban sehingga daya genset yang diperlukan sebesar 266 kva. Daya genset ini harus disesuaikan dengan genset yang ada dipasaran yaitu sebesar 275 kva

10 3. Cara Pengoperasian Cara pengoperasian genset didesain untuk keselamatan, kemudahan pengoperasian dan kesiapan operasi mendadak. Pasokan daya listrik pada kondisi normal berasal dari jaringan listrik dari PLN sedangkan genset dalam keadaan berhenti dan siap untuk dioperasikan. Jika pasokan daya listrik PLN mati, genset akan dihidupkan secara otomatis oleh Automatic Main Failure (AMF) dan pengalihan saklar normal dan emergensi dilakukan oleh Automatic Transfer Switch (ATS) dan mensuplai beban tertentu hingga pasokan daya dari PLN normal kembali. Mode pengoperasian genset didesain untuk keselamatan dan kemudahan operasi yaitu sebagai berikut : 3.1. Mode Otomatis Ketika pasokan listrik PLN gagal, genset akan dihidupkan secara otomatis oleh AMF Mode Manual Mode kontrol manual dilakukan dari panel kontrol generator dan panel sinkron diswitchgear Mode Pemeliharaan Mode Pemeliharaan adalah proses starting dan pengoperasian genset tapi tidak diperbolehkan disambungkan ke jaringan beban. Mode pemeliharaan ini lebih ditujukan untuk mengontrol kondisi mekanis mesin dan memeriksa peralatan listrik generator. Ketika mode operasi pemeliharaan ini sedang dijalankan, pemutus outgoing milik genset didesain untuk secara otomatis terbuka Penghentian Genset Pada semua mode pengoperasian, genset didesain untuk dapat dihentikan secara manual dari panel kontrol atau dari tombol stop pada panel kontrol dari mesin. 4. Disain Generator Konstruksi mekanis generator didisain untuk memenuhi spesifikasi sebagai berikut: a. Generator dibuat dengan konstruksi baja yang kuat. b. Generator dilengkapi alat untuk tempat pengangkat pada bagian atas dan harus dibuat sesuai dengan berat total generator yang dirakit

11 c. Generator dilengkapi minimum dua terminal grounding, yaitu grounding untuk sambungan bintang dan body. d. Generator dikopel dengan mesin disel dan mampu menahan overspeed 20% tanpa kerusakan. e. Generator dilengkapi dua roller bearing jenis self aligning dengan kelas vibrasi mengacu pada ISO , f. Generator dilengkapi metoda pendinginan sesuai dengan IEC g. Generator memiliki noise maksimum kurang dari 85 db pada jarak satu meter dari enclosure [5]. Vibrasi bearing generator tidak boleh melebihi 1.8 mm/s rms pada segala arah ketika beroperasi pada kecepatan rating tak berbeban dan tak dikopel. Hal ini sesuai dengan ISO tahun 1995 pada zona A yaitu getaran pada permesinan yang baru dan kelas III yaitu pada penggerak utama ukuran besar dengan pondasi bersifat rigit [6]. Bahan konduktor untuk belitan generator didisain dengan tembaga yang memiliki tingkat isolasi kelas F maksimum C sesuai dengan NEMA MG tentang kelas isolasi. Kenaikan temperatur maksimum generator selama operasi normal harus kelas B maksimum C sesuai dengan NEMA Part 33. Belitan stator dihubungan bintang dan sistem penetralan dengan pembumian solid [7]. 5. Kelistrikan 5.1. Spesifikasi Kinerja Genset dirancang untuk ketersediaan yang tinggi dan hanya beberapa sinyal gangguan yang menyebabkan genset trip. Sinyal gangguan dari kondisi operasi yang dapat mengakibatkan kerusakan total pada genset dalam waktu singkat yang akan menyebabkan standby generator trip, sinyal tersebut adalah: a. Beban lebih maksimum 412,5 kva, sesuai dengan IEC 34-1 bahwa generator harus mampu dibebani 1,5 kali beban dasar maksimum 30 detik. b. Kecepatan lebih maksimum 114% dari kecepatan nominal genset 1500 rpm, sehingga kecepatan genset tidak boleh lebih dari 1710 rpm, sesuai dengan IEC c. Level minyak pelumas terlalu rendah, karena akan mengakibatkan kegagalan pada sistem pelumasan mesin. d. Temperatur oli terlalu tinggi, maksimum 120 o C [8]

12 e. Level air pendingin terlalu rendah karena dengan berkurangnya air pendingin akan mengakibatkan kegagalan pada sistem pendinginan mesin dan dapat mengakibatkan kerusakan mesin. Untuk pengaturan kecepatan putar genset didisain dengan governor berakurasi tinggi. Kecepatan didesain untuk dapat diatur dari interval 95% hingga 105% dari kecepatan dasar selama operasi normal. Antara kecepatan putar, tegangan output dan frekuensi akan saling berhubungan. Jika ada faktor lain yang mengakibatkan frekuensi dan tegangan tidak sesuai maka diperlukan sedikit pengaturan kecepatan Pengatur tegangan otomatis Pengatur tegangan otomatis atau Automatic Voltage Regulator (AVR) didesain dengan jenis elektronik dan ditempatkan di panel kontrol genset. 6. Mesin Disel Beberapa spesifikasi mesin disel yang penting antara lain: a. Tipe mesin : Multi-cylinder, turbocharged b. Sistem pendinginan : tipe radiator c. Pelumasan : referensi pabrik d. Enklosur : IP 55 (kedap cuaca) e. Governor : electronis, kecepatan konstan f. Sistem start : elektrik Tipe mesin dipilih multi-cylinder dengan turbocharged yang diharapkan mesin akan bekerja dengan getaran yang lebih halus dan kuat. Sistem pendinginan denganradiator dipilih karena sistem ini lebih handal. Enklosur diharapkan dapat memenuhi standar IP 55 yang kedap terhadap segala jenis cuaca. Governor merupakan alat pengatur kecepatan agar mesin bekerja dengan kecepatan konstan yang diatur secara elektronis. Sistem start dengan elektrik untuk memudahkan pengoperasian. Pengisian baterai didisain untuk mengembalikan ke baterai bermuatan penuh dengan pengisian sendiri. Sistem bakar terdiri dari beberapa tangki bahan bakar dengan kapasitas bahan bakar untuk pengoperasian mesin disel selama 8 jam pada beban penuh. Konsumsi bahan bakar untuk genset 275 kva atau diasumsikan 288 kva pada beban penuh sebesar 62,75 liter per jam. Untuk pengoperasian 8 jam maka bahan

13 bakar yang harus disediakan sebesar 502 liter [9]. Spesifikasi genset dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Spesifikasi genset 1. Referensi General Specification and Discription of Electrical System Code dan Standard : RPN.SD : PUIL, IEC, ISO,NEMA, AS 2. Kondisi Lingkungan (asumsi) Altitude Temperatur udara Kelembaban relatif Area Penempatan Ketahanan cuaca 3. Tegangan Kapasitas Tegangan Phase Frekuensi 4. Cara Pengoperasian Alih daya Starting : Kurang dari 100 meter di atas pemukaan laut : Maksimum 40 C, minimum 18 C (asumsi) : Maksimum 95% : Aman dari banjir dan kebakaran : Di dalam ruang : Duty S1 : 275 kva : 380 Volt ± 5 % : 3 phase : 50 Hz ± 2 % : Sistem interlok otomatis : Elektrik (manual dan otomatis) 5. Generator Kapasitas Konstruksi Kebisingan Vibrasi bearing Bahan konduktor Kelas isolasi Kenaikan temperatur Beban maksimum Kecepatan nominal Kecepatan maksimum Pengatur tegangan Pembumian 6. Mesin Disel Tipe Sistem pendingin Pelumasan Enklosure Governor Sistem start Pengisian batere Bahan bakar Ketahanan operasi : 275 kva : Baja : Maksimum 85 db : Maksimum 1,8 mm/s rms : Tembaga : F (maksimum C) : B (maksimum C) : 412,5 kva : 1500 rpm : 1710 rpm : Elektronis dengan Automatic Voltage Regulator (AVR) : Solid : Multi-cylinder, turbocharged : Tipe radiator : Referensi pabrik : IP 55 (kedap cuaca) : Electronis, kecepatan konstan : Elektrik : Pengisian sendiri : Solar : 8 jam

14 5. KESIMPULAN Telah dibuat spesifikasi generator disel set pada desain dasar pabrik yellow cake. Spesifikasi terpenting diantaranya: 1. Referensi yang telah sesuai dengan dokumen General Specification and Description of Electrical System pada desain dasar pabrik yellow cake, kode dan standard umum kelistrikan. 2. Kondisi lingkungan diasumsikan di daerah dekat pantai sesuai dengan kondisi di Indonesia. 3. Tegangan keluaran, sesuai dengan tegangan listrik Indonesia 380, 3 phase, 50 Hz. 4. Cara Pengoperasian, secara manual dan otomatis 5. Generator, 1500 rpm, 275 KVA 6. Mesin Disel, Multi-cylinder-turbocharger, tipe radiator untuk operasi darurat selama 8 jam. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. BAMBANG GS, Ir, MSc.,Program manual, Basic Desain Pabrik Yellow Cake dari Uranium Hasil Samping Pabrik Asam Fosfat, PRPN-BATAN, YAN BONY M. Ir., M.Eng., Spesifikasi Listrik Umum, Basic Desain Pabrik Yellow Cake dari Uranium Hasil Samping Pabrik Asam Fosfat, PRPN-BATAN, CATERPILLAR, Disel Generator Set, diunduh tanggal ENGGAR T. SANTOSA, MARADU SIBARANI, SURIPTO, Rancangan Dasar Automatic Main Failure dan Automatic Transfer Switch untuk Ruang Pertemuan Gedung 71, Prosiding Pertemuan Ilmiah Rekayasa Perangkat Nuklir, PRPN-BATAN, ANNONIMOUS, National Standard for Accupational Noise-NOHSC-1007, Australia, DHANI PRIATMOKO, TAUFIK FAJAR NUGROHO, Analisa Getaran dan Sistem Perporosan Pada Reduksi Gear KM. Kumala, Paper, Fakultas Teknologi Perkapalan, ITS, ANNONIMOUS, NEMA, Insullation Classes, diaksestanggal 2 April

15 8. Interatom GMBH, Diesel Emergency Sets, BRV 10/20/30 System Specification, ANNONIMOUS, diakses tanggal 18 November TANYA JAWAB Pertanyaan: 1. Untuk menentukan spesifikasi seharusnya dalam makalah dicantumkan cara menghitung beban genset sehingga diperoleh spesifikasi dari genset. Bagaimana pendapat anda? (Bambang Galung Susanto) 2. Untuk membedakan antara uranium premier dan uranium skunder. Yang disebut uranium premier adalah uranium yang langsung dari tambang dengan konsentrasi > 3000 ppm. Sedang uranium sekunder adalah uranium yang berasal dari batuan (fosfat) dengan kandungan maksimum 200 ppm. (Bambang Galung Susanto) 3. Bagaimana cara memelihara generator emergency? (Hafni L) 4. Jumlah bahan bakar yang diperlukan tolong dihitung dan ditambahkan. (Hafni Lissa N.) Jawaban: 1. Akan ditambahkan dalam makalah perhitungan jumlah beban yang harus dilampaui oleh genset. 2. Akan diperbaiki sesuai saran. 3. Genset didesain untuk dapat dioperasikan dengan 3 mode yaitu mode dan pemeliharaan. Pada mode pemeliharaan didesain untuk tidak tersambung ke beban, sehingga genset dapat dioperasikan untuk mengontrol kondisi mekanisme genset untuk siap dioperasikan. 4. Terima kasih sarannya telah saya tambahkan

PENENTUAN SPESIFIKASI GENERATOR SET 275 kva UNTUK DESAIN DASAR PABRIK YELLOW CAKE

PENENTUAN SPESIFIKASI GENERATOR SET 275 kva UNTUK DESAIN DASAR PABRIK YELLOW CAKE PRPN-BATAN, 14 November 2013 PENENTUAN SPESIFIKASI GENERATOR SET 275 kva UNTUK DESAIN DASAR PABRIK YELLOW CAKE Edy Karyanta dan Van Sony Marsahala PRPN - SATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN INSTALASI KELISTRIKAN DI BANDUNG TV STASIUN TELEVISI BANDUNG TV JL. SUMATERA NO. 19 BANDUNG SISTEM INSTALASI LISTRIK Sistim kekuatan / daya listrik Sistim

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 Suhanto Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET

BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET 26 BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET 3.1 Generator set Genset adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilakan daya listrik. Disebut sebagai generator set dikarenakan ia adalah suatu set peralatan

Lebih terperinci

Kiswanto, Teguh Sulistyo, Muhammad Taufiq, Yuyut S

Kiswanto, Teguh Sulistyo, Muhammad Taufiq, Yuyut S KEHANDALAN SISTEM HIDRAN GEDUNG RSG-GAS DENGAN CARA PENAMBAHAN CATU DAYA LISTRIK DARI DISEL BRV 30 Kiswanto, Teguh Sulistyo, Muhammad Taufiq, Yuyut S Sub Bidang Sistem Elektrik Bidang Sistem Reaktor Pusat

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Dasar Teori Teori Dasar Ilmu Kelistrikan: A. Muatan Listrik Muatan listrik tidak dapat dilihat oleh mata tetapi efeknya dapat dirasakan dan diamati gejalanya. Besar muatan listrik

Lebih terperinci

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR 1. Pendahuluan Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis penggunaannya oleh manusia, di mana listrik dihasilkan dari proses konversi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Kondisi Black Out adalah kondisi dimana sumber tenaga penggerak utama, permesinan bantu, dan peralatan lainnya pada kapal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi : PT. Kunago Jantan Jl. By Pass Km. 25 Korong Sei. Pinang, Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat). 3.2 Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan 17 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES KERJA PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan Mingguan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar Mesin Diesel 1. Prinsip-prinsip Diesel Salah satu pengegrak mula pada generator set adala mesin diesel, ini dipergunakan untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out put statornya menghasilkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MCB SEBAGAI PEMUTUS dan PENGHUBUNG MERESPONS TERJADINYA GANGGUAN CATU DAYA INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

KARAKTERISTIK MCB SEBAGAI PEMUTUS dan PENGHUBUNG MERESPONS TERJADINYA GANGGUAN CATU DAYA INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF KARAKTERISTIK SEBAGAI PEMUTUS dan PENGHUBUNG MERESPONS TERJADINYA GANGGUAN CATU DAYA INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF ABSTRAK Jonner Sitompul Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

Optimalsasi ATS (Automatic Transfer Switch) pada Genset (Generator Set) 2800 Watt Berbasis TDR

Optimalsasi ATS (Automatic Transfer Switch) pada Genset (Generator Set) 2800 Watt Berbasis TDR Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017 Optimalsasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

Proposal Proyek Akhir Program Studi Teknik Listrik. Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri Bandung

Proposal Proyek Akhir Program Studi Teknik Listrik. Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri Bandung Proposal Proyek Akhir 2007 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung 2007 PERANCANGAN UNIT RANGKAIAN INSTALASI GENSET DI PT AICHI TEX INDONESIA Nama Mahasiswa : Hidayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan Dunia Industri dan Teknonogi yang semakin pesat, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan Dunia Industri dan Teknonogi yang semakin pesat, tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perkembangan Dunia Industri dan Teknonogi yang semakin pesat, tenaga listrik mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting. Dalam menentukan keefektifan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ATS (AUTOMATIC TRANSFER SWITCH) SATU PHASA DENGAN BATAS DAYA PELANGGAN MAKSIMUM 4400VA

PERANCANGAN ATS (AUTOMATIC TRANSFER SWITCH) SATU PHASA DENGAN BATAS DAYA PELANGGAN MAKSIMUM 4400VA PERANCANGAN ATS (AUTOMATIC TRANSFER SWITCH) SATU PHASA DENGAN BATAS DAYA PELANGGAN MAKSIMUM 4400VA Khairul Hidayat 1, Yani Ridal 2, Arzul 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA 2 PERSYARATAN KHUSUS DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT Lampiran ini menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS

BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS 4.1 Genset Sebagai Back Up PLN Genset adalah merupakan sumber energy listrik yang bias digunakan pada peralatan yang memerlukan energy listrik. Pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Diagram Satu Garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Hotel Bonero Living Quarter Jawa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II NO BREAK SYSTEM

BAB II NO BREAK SYSTEM BAB II NO BREAK SYSTEM 2.1 Definisi Umum Sistem Catu Daya Sistem catu daya adalah suatu kumpulan dari perangkat-perangkat catu daya yang bekerja bersama-sama dalam rangka penyelenggaraan suatu energi listrik

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan oleh mesin pendingin ( mesin Chiller ) untuk didistribusikan ke unit unit mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT 1.1 Sistem Proteksi Suatu sistem proteksi yang baik diperlukan pembangkit dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia listrik untuk dapat melindungi

Lebih terperinci

Kata Kunci:Generator, genset, off-grid. 1. I. Pendahuluan

Kata Kunci:Generator, genset, off-grid. 1. I. Pendahuluan Ketika terjadi pemadaman catu daya utama (PLN) maka dibutuhkan suplai cadangan listrik dan pada kondisi tersebut Generator-Set diharapkan dapat mensuplai tenaga listrik terutama untuk beban-beban prioritas.

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak 4.1. Analisis Data di Industri BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Salah satu fungsi dari praktik industri adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV 3.1 UNIT BISNIS CNOOC SES Ltd China National Offshore Oil Company South East Sumatra

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) 4.1 Komponen-komponen Panel ATS dan AMF 4.1.1 Komponen Kontrol Relay Relay adalah alat yang dioperasikan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tugas akhir berada di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA 3.1 Sistem Kelistrikan Sejak tahun 1989 PT Maju Jaya melakukan kontrak pasokan listrik dari PLN sebesar 865 KVA dengan tegangan kerja 20 KV, 3 phasa. Seluruh sumber listrik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. digunakan dengan menggunakan bahan bakar, dan cocok untuk lokasi persediaan air

BAB II TEORI DASAR. digunakan dengan menggunakan bahan bakar, dan cocok untuk lokasi persediaan air BAB II TEORI DASAR 2.1. Penjelasan Umum Diesel Generating Set Diesel generating set adalah salah satu pembangkit listrik yang sering digunakan dengan menggunakan bahan bakar, dan cocok untuk lokasi persediaan

Lebih terperinci

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kelistrikan pada Prototipe SepHull Bubble Vessel

Perancangan Sistem Kelistrikan pada Prototipe SepHull Bubble Vessel Jurnal Wave, UPT. BPPH BPPT Vol. 3, No. 1, 2009 Perancangan Sistem Kelistrikan pada Prototipe SepHull Bubble Vessel Moch. Guruh 1, M. Ali Mudhoffar 1, Rony Witjaksono 1 Abstrak Sephull Bubble Vessel adalah

Lebih terperinci

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami konsep penggerak mula (prime mover) dalam sistem pembangkitan tenaga listrik Teknik Pembangkit Listrik 1 st

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL DATA DAN ANALISA BAB IV HASIL DATA DAN ANALISA 4.1 Pengujian Hal ini akan dilakukan mengacu pada prosedur yang tepat dan direkomendasikan berdasarkan service manual, panduan instalasi dan operasi dari modul deepsea dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1. Sistem Distribusi Listrik Dalam sistem distribusi listrik gedung Emporium Pluit Mall bersumber dari PT.PLN (Persero) distribusi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

PARALEL GENERATOR. Paralel Generator

PARALEL GENERATOR. Paralel Generator PARALEL GENERATOR Paralel generator dapat diartikan menggabungkan dua buah generatoratau lebih dan kemudian dioperasikan secara bersama sama dengan tujuan : 1. Mendapatkan daya yang lebih besar. 2. Untuk

Lebih terperinci

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA Rohmad Salam Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir ABSTRAK DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA Dosen Tetap Yayasan Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 3.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diformulasikan hubungan antara kenaikan suhu yang melebihi batas - batas kemampuan isolasi dengan susutnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 SYNCHRONOUS GENERATOR Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 1 Kelompok 7: Ainur Rofiq (0706199022) Rudy Triandi (0706199874) Reza Perkasa Alamsyah (0806366296) Riza Tamridho (0806366320) 2 TUJUAN

Lebih terperinci

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 37-42 37 Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan Samuel Marco Gunawan, Julius Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator. BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Peralatan Desain genset bermula dari genset awal yaitu berbahan bakar bensin dimana diubah atau dimodifikasi dengan cara fungsi karburator yang mencampur bensin dan udara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 PENGERTIAN Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 58 BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah dibuat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap alat yang sudah dirancang. Pengujian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BACK UP SISTEM KELISTRIKAN PLTGU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG DENGAN START UP DIESEL GENERATOR 6,3KV DAN 400V

BACK UP SISTEM KELISTRIKAN PLTGU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG DENGAN START UP DIESEL GENERATOR 6,3KV DAN 400V BACK UP SISTEM KELISTRIKAN PLTGU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG DENGAN START UP DIESEL GENERATOR 6,3KV DAN 400V Alga Bagas Setiawan 1, Ir. Agung Nugroho, Mkom 2. 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC B19 Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC Firdaus Ariansyah, Ardyono Priyadi, dan Margo Pujiantara

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TEGANGAN RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETIK KONTAKTOR (APLIKASI KAMPUS PROKLAMATOR II UNIVERSITAS BUNG HATTA)

PERENCANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TEGANGAN RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETIK KONTAKTOR (APLIKASI KAMPUS PROKLAMATOR II UNIVERSITAS BUNG HATTA) PERENCANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TEGANGAN RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETIK KONTAKTOR (APLIKASI KAMPUS PROKLAMATOR II UNIVERSITAS BUNG HATTA) Samaun Akbar. 1, Ir. Yani Ridal, MT. 2 dan Ir. Arzul, MT.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN BAKAR Warsono Rohmat Subodro (UNU Surakarta, rohmadsubodro@yahoo.com) ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000). Jakarta. [2] Mohammad Hasan Basri. 2008. Rancang Bangun Diagram Satu Garis Rencana Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Bendungan Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH cinta mekar (sumber,ibeka, 2007) PLTMH Cinta Mekar memanfaatkan aliran air irigasi dari sungai Ciasem yang berhulu di Gunung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135 ISSN 0854 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135 Saud Maruli Tua, Tonny Siahaan, Suhardi, Wagiman ABSTRAK Penambahan Pengaman Motor Listrik

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

Erik Tridianto, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS

Erik Tridianto, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Analisis Stabilitas Transien pada PT. Petrokimia Gresik Akibat Penambahan Pembangkit 20 & 30 MW serta Penambahan Pabrik Phosporit Acid dan Amunium Urea Erik Tridianto, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto

Lebih terperinci