BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun 1960-an sering dikatakan sebagai tahun berkembangnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun 1960-an sering dikatakan sebagai tahun berkembangnya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun 1960-an sering dikatakan sebagai tahun berkembangnya strukturalisme. Strukturalisme bangkit mendominasi kultur intelektual Perancis sebagai paradigma baru menggantikan eksistensialisme (Schrift, 2006: 40). Strukturalisme menawarkan pendekatan baru dalam memahami realitas sebagai sesuatu yang terstruktur. Pendekatan ini berusaha menyingkap sebuah stuktur internal yang mendasari suatu realitas. Struktur yang dipahami oleh strukturalisme bukanlah struktur dalam pengertian empiris, tetapi merupakan struktur abstrak yang dianggap sebagai realitas yang sebenarnya. Strukturalisme berakar dari metode pendekatan disiplin ilmu humaniora yang terinspirasi oleh pemikiran ahli linguistik Ferdinand De Saussure. Saussure memperkenalkan gagasan bahasa sebagai suatu sistem yang terisolasi. Maksudnya bahasa sebagai sebuah sistem yang mandiri terlepas dari realitas. Sebelum Saussure, penelitian terhadap bahasa selalu dilakukan dengan menggunakan pendekatan sejarah atau diakronis. Perspektif ini berusaha meneliti bahasa dengan mengikuti alur perkembangannya. Saussure berpendapat penelitian terhadap bahasa tidak harus menggunakan pendekatan diakronis. Fakta-fakta bahasa dapat diperoleh melalui pendekatan sinkronis saja. Pendekatan sinkronis adalah pendekatan yang meneliti bahasa dalam waktu tertentu. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai sesuatu yang 1

2 2 berkeadaan stabil. Saussure membagi bahasa atau langage menjadi dua segi, yakni segi individual yang disebutnya sebagai parole, dan segi sosial yang disebut sebagai langue. Objek penyelidikan ilmu linguistik adalah aspek bahasa yang memuat fakta sosial masyarakat yang disebut Saussure sebagai langue (Kridalaksana dalam Saussure, 1988: 8-9). Dengan demikian, bahasa dapat diselidiki sebagai sebuah sistem stabil tanpa dipengaruhi oleh pergerakan waktu. Gagasan Strukturalisme kemudian menyebar ke wilayah ilmu humaniora khususnya antropologi yang dirintis oleh Claude Levi Strauss. Levi Strauss menggunakan kerangka berpikir Saussure untuk menganalisis kesatuan masyarakat dalam konteks komunikasi (Harland, 2006: 34). Perhatian utama Levi Strauss adalah struktur yang memuat aturan main sebagai sesuatu yang mengikat kesatuan sosial masyarakat. Levi Strauss menolak anggapan yang menyatakan fenomena totem hanyalah sekedar halusinasi atau kekeliruan pemikiran masyarakat primitif pra-ilmiah. Totem merupakan upaya manusia primitif untuk mengklasifikasikan pengalaman-pengalaman mereka secara spontan (Badcock, 2008: 58). Lebih jauh, sistem totemik adalah sebuah sistem bahasa yang membentuk hubungan antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Penekanan yang besar terhadap struktur membuat pendekatan strukturalisme meminggirkan agensi individu. Strukturalisme justru menganggap individu adalah produk dari sistem penandaan yang pada umumnya tidak disadari, daripada menganggap individu sebagai agen yang aktif. Segaris dengan penekanan Saussure terhadap langue daripada parole, strukturalisme tidak memberikan perhatian pada aspek individu sebagai agen yang bebas dan sadar.

3 3 Pengaruh strukturalisme juga terlihat dalam psikoanalisis Jacques Lacan. Lacan menyadari pentingnya bahasa dalam psikoanalisis, dan berusaha untuk mengintegrasikan konsep linguistik Saussure kedalam psikoanalisis untuk memugar kembali pemikiran Freud. Pentingnya bahasa ini terlihat dalam percakapan pasien dengan analis. Dalam konteks percakapan psikoanalisa, pasien bisa bersentuhan dengan ketidaksadaran pada saat mereka membicarakannya dengan analis. Dalam percakapan tersebut ketidaksadaran terartikulasi dalam bahasa (Bertens, 2001: 206). Lacan menginterpretasikan gagasan-gagasan Freud secara bertolak belakang dengan rekan-rekannya yang berasal dari aliran psikologi ego. Psikologi ego menafsirkan pemikiran Freud secara biologis, dan cenderung menekankan pada aspek mekanisme pertahanan dalam wilayah kesadaran dibandingkan motivasi ketidaksadaran mempengaruhi suatu aksi (Harland, 2008: 52). Konsep linguistik Saussure sangat berguna bagi Lacan untuk menginterpretasi gagasangagasan Freud kedalam kerangka sosial. Pembacaan ulang terhadap gagasan Freud mendorong perhatian Lacan pada peran bahasa dalam ketidaksadaran. Tesis sentral Lacan adalah ketidaksadaran mempunyai struktur yang analog dengan bahasa. Ketidaksadaran bukanlah suatu wilayah misterius yang benar-benar tidak bisa dipahami. Hal ini yang menjadi sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini fokus pada konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan.

4 4 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: a. Apa konsep struktur dalam strukturalisme? b. Apa konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan? 2. Keaslian Penelitian Penelusuran yang dilakukan peneliti, ada beberapa karya ilmiah yang bersinggungan dengan objek material. Berikut adalah naskah akademis yang berkaitan dengan penelitian a. Aqib Rosyidi Pembentukan aku Perspektif Filsafat Jacques Lacan. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti membahas konsepsi Aku dalam filsafat Jacques Lacan. Aku dianggap sebagai pusat identitas manusia hanyalah ilusi. Aku sebagai kesatuan terbentuk saat anak memasuki fase cermin. Dengan penekanan strukturalis pada bahasa pada pengertian positif, Lacan menonjolkan pentingnya bahasa dalam pemikirannya. b. Setiawati, Milla Konsep hasrat Jacques Lacan pada tokoh Humbert dalam Film Lolita(1997) karya Adrian Lyne. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut, secara garis besar peneliti menganalisa penyimpangan seksual pedofilia pada tokoh Humbert ditinjau dari psikoanalisis Jacques Lacan. c. Dwi Ariantoni N Eksistensi Pria Metroseksual dalam Perspektif Pos-Strukturalisme Jacques Lacan. Skripsi. Fakultas Filsafat

5 5 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian tersebut menganalisis fenomena pria metroseksual ditinjau dari konsep hasrat dalam pemikiran Jacques Lacan. 3. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu: a. Bagi Filsafat: Penelitian ini diharap dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu filsafat, dan memperkaya literatur filsafat khususnya mengenai psikoanalisis dan strukturalisme. b. Bagi Kalangan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi kajian psikoanalisis Jacques Lacan. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat, khususnya yang mempunyai minat terhadap kajian psikoanalisis, dan strukturalisme. d. Bagi peneliti Menambah wawasan baru dan kemampuan penelitian mengenai filsafat. Selain itu, memberikan kesempatan belajar untuk mendalami strukturalisme, dan psikoanalisis.

6 6 B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan konsep-konsep struktur 2. Menelaah konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan C. Tinjauan Pustaka Istilah struktur dan strukturalisme dalam kalangan ilmiah sering digunakan dalam bidang matematika, fisika, psikologi, ilmu bahasa, dan ilmu manusia lainnya, tetapi tidak selalu dalam arti yang sama. Dalam ilmu bahasa, strukturalisme juga digunakan dalam berbagai cara. Ada yang disebut strukturalisme amerika yang tidak berkaitan dengan strukturalisme di perancis. Istilah strukturalisme yang digunakan di sini mengacu pada mode filosofis yang dikembangkan oleh kelompok pemikir perancis berdasarkan ilmu bahasa rintisan Ferdinand De Saussure pada tahun 60-an. Walau terdapat banyak perbedaan pemikiran dalam kalangan pemikir strukturalis, tetapi pada dasarnya mereka menggunakan prinsip-prinsip dasar linguistik Saussure sebagai model, dan menerapkannya pada bidang-bidang lain di luar bahasa (Bertens, 2001: ). Struktur adalah sebuah bangun abstrak yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan. Hubungan sejumlah komponen yang membentuk jaringan komponen secara keseluruhan disebut sebagai sistem. Struktur adalah sebuah totalitas dalam pengertian struktur-struktur bawahan saling

7 7 membentuk suatu totalitas dalam struktur yang lebih besar. Struktur bukanlah konsep yang statis, melainkan dapat bertransformasi karena konsep struktur bukan hanya terstruktur, suatu keadaan, tetapi juga menstruktur, sesuatu yang berproses (Hoed, 2008: 29). Ferdinand De Saussure adalah orang pertama yang meletakkan dasar strukturalisme modern. Saussure melihat bahasa sebagai sebuah sistem sosial koheren yang dapat dipahami, dan dijelaskan sebagai suatu keseluruhan. Sintaksis dan semantik secara bersama-sama membentuk aturan-aturan yang harus diikuti oleh individu untuk dapat berkomunikasi dengan individu lainnya (Lane, 1970: 27). Bahasa, atau dalam istilah Saussure disebut sebagai langage terdiri dari langue dan parole. Langue adalah aspek bahasa yang bersifat sosial, sedangkan parole adalah aspek bahasa yang bersifat individual. Langue adalah norma, suatu himpunan konvensi sosial yang diterima oleh seluruh masyarakat untuk memungkinkan berfungsinya langage pada diri individu, sedangkan parole adalah keseluruhan dari ujaran atau tuturan individu dalam berbagai macam bentuk.(saussure, 1988: 80). Konsep langue-parole ini menjadi acuan bagi teori strukturalisme dalam memahami gejala sosial, budaya, dan alam (Hoed, 2008: 31). Bahasa dapat diteliti melalui dua pendekatan, pertama, secara historis, dan kedua, dalam spasial. Dua pendekatan ini oleh Saussure dinamakan sebagai diakronis, dan sinkronis. Pendekatan diakronis meneliti perkembangan bahasa

8 8 serta perubahan-perubahan bahasa sepanjang sejarah, sedangkan pendekatan sinkronis meneliti bahasa secara statis, dalam kerangka waktu tertentu. Premis dasar pendekatan sinkronis adalah kemampuan bahasa untuk berubah harus disingkirkan dalam rangka mempelajari struktur yang berkeadaan stabil. Struktur yang hendak diungkapkan oleh para strukturalis adalah struktur yang stabil, tetapi bukan berarti tak pernah akan berubah (Sturrock, 2003: 28). Kaum strukturalis merujuk pada pemikiran Saussure, melihat tanda sebagai pertemuan antara bentuk dan konsep. Saussure menggunakan istilah penanda untuk segi bentuk tanda, dan petanda untuk segi konsepnya. Saussure melihat tanda sebagai keterkaitan antara penanda dan petanda dalam kognisi manusia. Hubungan antara penanda dan petanda tidak bersifat pribadi, tetapi didasari oleh konvensi sosial (Hoed, 2008: 3). Tanda bersifat arbitrer karena tak ditentukan oleh realitas. Strukturalisme melihat tanda sebagai sebuah elemen yang saling terkait dalam suatu jaringan sistem pertandaan. Konsekuensinya, nilai suatu tanda ditentukan oleh relasi internal dengan tanda lainnya dalam suatu sistem integral. Relasi antar tanda tersebut bersifat oposisional, karena tanda selalu bergantung dengan tanda lainnya secara negatif tak ada tanda yang bisa berdiri sendiri. Menurut Saussure, bahasa adalah sebuah sistem diferensial (Sturrock, 2003: 38-39). Subjektivitas modern yang berpangkal pada cogito sebagai titik tolak filsafat semenjak Descartes ditolak oleh strukturalisme. Subjektivitas modern memprioritaskan kesadaran manusia sebagai pusat yang menjadi tolak ukur bagi

9 9 segala sesuatu. Dalam hal ini manusia melihat dirinya sebagai subjek sadar. Strukturalisme menolak prioritas kesadaran tersebut dengan mengatakan bahwa manusia bukanlah titik pusat otonom. Subjektivitas merupakan hasil dari suatu proses strukturasi yang tidak dikuasainya. Singkatnya, manusia takluk pada sistem (Bertens, 2001: ). D. Landasan Teori Jacques Lacan merupakan seorang tokoh psikoanalisis, tetapi dalam menerangkan teorinya, Lacan lebih menggabungkan metode linguistik dan bersifat sosial. Oleh karena itu Lacan disebut sebagai tokoh post-strukturalisme. Teori post-strukturalisme Lacan menerangkan tentang pembentukan manusia struktural, dalam membentuk manusia struktural manusia harus melalui mirror stage (tahap cermin). Tahap cermin merupakan proses identifikasi atas kekurangan diri seorang subjek. Pada tahap cermin the other dan hasrat mempunyai pengaruh yang besar dalam tiga tatanan psikhe (the imaginary, the symbolic, dan the real) dalam membentuk identitas subjek (Ariantoni, 2015: 86). Kesadaran dan ketidaksadaran berkesinambungan erat dalam memahami perilaku dan problematika kepribadian manusia. Ketidaksadaran tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya sedangkan kesadaran itu merupakan suatu wilayah terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Ego manusia terbentuk melalui serangkaian kontak individu dengan dunia luar., dan berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi tegangan, kekosongan (lackness) pada diri manusia. Menurut Lacan, manusia

10 10 selalu dalam kondisi kekosongan. Kekosonganlah yang bisa membuat manusia bergerak untuk memenuhi kekosongan tersebut. Dengan demikian pemikiran psikoanalisa Lacan tidak terlepas dari konsep hasrat dan kekosongan manusia (Setiawati, 2015: 95). Lacan mengatakan bahwa linguistik sangat penting dalam rangka menjelaskan ketaksadaran pada manusia. Penggunaan yang begitu solid atas linguistik menyebabkan Lacan berkesimpulan bahwa ketaksadaran itu terstruktur seperti bahasa. Komponen utama bahasa, yaitu penanda, oleh Lacan diberi prioritas, karena dalam pemahamannya petanda sebetulnya menempati penanda lain yang berbeda posisi, yaitu bertempat di bawah palang pemisah dalam penandaan (Irawan, 2008: 158). Saussure masih memahami hubungan penanda dengan petanda sebagai hubungan yang stabil, dan dapat diperkirakan. Saussure mengatakan adanya kemungkinan menentukan hubungan penanda tertentu dengan petanda tertentu untuk membentuk tanda linguistik. Di sisi lain menurut Lacan makna hanya mungkin muncul melalui wacana, sebagai konsekuensi penggantian dalam mata rantai penandaan. Sebagaimana Derrida, Lacan menekankan sifat petanda yang dapat berubah, kemampuan setiap petanda untuk berfungsi sebagai penanda. Konsekuensi status nonrepresentasional bahasa ini, tentu adalah bahwa petanda selalu bersifat sementara. Pada posisi ini Lacan berarti telah menjadi poststrukturalis (Rosyidi, 2004: 94).

11 11 Pendapat yang berbeda dengan Ariantoni dan Rosyidi dikemukakan Anika Lemaire yang berpendapat bahwa Lacan adalah seorang strukturalis. Menurut Lemaire (Lemaire, 1977: 7) dalam pandangan Lacan ketidaksadaran adalah struktur yang tersembunyi di balik kesadaran dan aksi tertentu. Dorongan yang ditekan oleh tatanan simbolik, dan penanda ketidaksadaran terorganisir dalam jaringan yang telah diatur oleh berbagai hubungan asosiatif, mengatasi segala hubungan metafor dan metonimia. Pandangan Lacan terhadap subjektivitas mengikuti skema Freud dengan satu perubahan besar. Bahasa menjadi basis perbedaan gender menggantikan anatomi tubuh. Dalam pemikiran Freud, phallus beroperasi sebagai sistem perbedaan gender,simbol kekuasaan maskulin, dan basis hukum sosial. Berbeda dengan Freud, Lacan memosisikan bahasa sebagai sesuatu yang mendefinisikan gender. Konsep phallus anatomis dalam pemikiran Freud diubah Lacan menjadi penanda transendental, phallus simbolik (Mansfield, 2000: 48). Lacan mengonseptualisasikan Oedipus complex sebagai transaksi linguistik. Ia mendukung pendapatnya ini dengan menunjuk konsep tabu inses hanya dapat diartikulasikan melalui pemisahan anggota kultural tertentu dari anggota-anggota lain dengan kategori linguistik seperti ayah dan ibu. Lacan melihat penanda paternal, apa yang dia sebut Atas-Nama-Ayah sebagai faktor terpenting dalam sejarah subjek maupun organisasi wilayah simbolik yang lebih luas (Sarup, 2008: 29)

12 12 Atas-Nama-Ayah atau Ayah simbolik adalah penanda murni dalam pengertian penanda tersebut tidak merepresentasikan apapun. Atas-Nama-Ayah adalah elemen minimal yang ada dalam setiap sistem pertandaan. Lacan menyebut penanda tersebut adalah penanda transenden yang dalam pengertian Kantian sebagai kondisi atau syarat yang memungkinkan sistem pertandaan apapun (Grigg, 2008: 30). E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan yang mengambil topik pemikiran atau konsep seorang tokoh filsafat. Objek material penelitian ini adalah adalah konsep struktur. Objek formal yang digunakan untuk menganalisis konsep tersebut adalah pemikiran Jacques Lacan. 2. Materi Penelitian Materi penelitian didapatkan dari berbagai literatur baik berupa buku, jurnal, atau internet mengenai pemikiran Jacques Lacan, dan strukturalisme yang terkait dengan tema penelitian. Data ini dibagi menjadi dua yaitu pustaka primer dan pustaka sekunder. a. Pustaka Primer Pustaka primer dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan objek formal dan objek material: 1. Lacan, Jacques Ecrits: a selection. W.W Norton & Company. New York

13 13 2. Lacan, Jacques The Seminar of Jacques Lacan: Book III The Psychoses. W.W Norton & Company: New York 3. Lemaire, Anika Jacques Lacan. Routledge & Kegan Paul: London 4. Saussure, Ferdinand De Pengantar Linguistik Umum. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta 5. Sturrock, John. 2003, Structuralism. Blackwell Publishing: Oxford b. Pustaka Sekunder Pustaka sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai tulisan maupun artikel yang terkait dengan tema penelitian, baik yang berhubungan dengan objek material maupun objek formal penelitian. Data tersebut akan peneliti gunakan sebagai bahan pelengkap dan data tambahan penelitian. 3. Alur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut ini: a. Inventarisasi data dan bahan: pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan referensi dan studi pustaka yang terkait dengan objek formal dan objek material penelitian. b. Klasifikasi data: peneliti mengklasifikasi data dan bahan hasil inventaris menjadi data primer dan data sekunder sesuai dengan penelitian

14 14 c. Penyusunan dan pengolahan data: data yang sudah diperoleh disusun dan diolah sesuai dengan kerangka berpikir dan pembahasan penelitian. d. Analisis hasil penelitian: setelah melalui penyusunan dan pengolahan data dianalisis guna menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan penelitian 4. Analisis Hasil Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode hermeneutika dengan unsur-unsur metodis sebagai berikut (Bakker & Zubair, 1990: 63-64): a. Deskripsi: peneliti akan menguraikan secara teratur konsep-struktur dalam pemikiran Jacques Lacan b. Koherensi intern: agar dapat memberikan interpretasi yang tepat mengenai konsep struktur dalam pemikiran Jacques Lacan, semua konsep-konsep akan dilihat menurut keselarasannya satu sama lain. c. Holistika: peneliti menggunakan data yang telah dikumpulkan untuk memahami konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan secara menyeluruh d. Kesinambungan historis: peneliti melihat perkembangan pemikiran strukturalisme Jacques Lacan berdasarkan latar belakang, dan pengaruh-pengaruh yang diterima oleh Jacques Lacan

15 15 F. Hasil yang Telah Dicapai Hasil yang telah dicapai dalam penelitian filsafat ini adalah sebagai berikut a. Mendeskripsikan konsep struktur b. Uraian konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan G. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang ingin dicapai, dan sistematika penulisan. Bab kedua, memaparkan pemikiran Jacques Lacan Bab ketiga,membahas tentang konsep struktur dalam strukturalisme Bab keempat, berisi tentang uraian konsep struktur dalam pemikiran Jacques Lacan Bab kelima, berisi penutup yang memuat kesimpulan yang dirumuskan peneliti dan saran.

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913)

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913) Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November 1857 22 February 1913) Strukturalisme suatu gerakan pemikiran filsafat yg mempunyai pokok pikiran bhw semua masy & kebudayaan mempunyai suatu struktur

Lebih terperinci

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme Studi Media Perspektif Media Krititis MIKOM Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

: Mas ul Hadi : B Kosma/Jur/SMT : i/psikologi/2 Label : Tugas 1 Mata Kuliah : Antropologi Dosen

: Mas ul Hadi : B Kosma/Jur/SMT : i/psikologi/2 Label : Tugas 1 Mata Kuliah : Antropologi Dosen Nama : Mas ul Hadi NIM : B07210025 Kosma/Jur/SMT : i/psikologi/2 Label : Tugas 1 Mata Kuliah : Antropologi Dosen : Chabib Mustofa, S.Sos., M.Si REVIEW TEORI ANTROPOLOGI STRUKTURAL LEVI STRAUSS Tentu kita

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik) Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni ontologi, epistemologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah sebuah karya mini objek yang dicipta oleh seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah sebuah karya mini objek yang dicipta oleh seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah sebuah karya mini objek yang dicipta oleh seorang intelektual organik tertentu yang merupakan refleksi kehidupan yang dia alami selama hidupnya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN

SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN Mu adz Fahmi 1 Semiotika Alquran yang Membebaskan Tafsir klasik konvensional seringkali dinilai hegemonik, mendominasi, anti-konteks, status-quois, mengkungkung kebebasan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menginterpretasikan atau memaknai film mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Membaca karya sastra memerlukan persiapan, strategi agar karya tersebut dapat dipahami. Pembaca mesti memahami model bahasa, bentuk sastra, dan dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

(26 November February 1913) By: Ubaidillah

(26 November February 1913) By: Ubaidillah TEORI LINGUISTIK STRUKTURAL Ferdinand de Saussure (26 November 1857 22 February 1913) Sumber Bacaan: 1. Sampson, Geoffrey. 1980. Schools of Linguistics, Competition and Evolution. Hutchinson: London, Melbourne,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data dan menganalisis masalah penelitian yaitu mengenai kebebasan intelektual di perpustakaan yang dipertentangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film, 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film, menanggapi fenomena sosial tentang nasionalisme yang disinyalir mulai memudar.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman modern sangat sulit untuk menemukan sebuah kehadiran dan relasi yang bermakna. Karena, perjumpaan

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 9 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.3. Saussure: Organisasi Tanda Menurut Saussure, ada dua cara pengoganisasian

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. rumah tangga sering dicurigai sebagai penyebab munculnya jenis incest yang seperti ini.

BAB VI PENUTUP. rumah tangga sering dicurigai sebagai penyebab munculnya jenis incest yang seperti ini. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya kejadian persetubuhan antara ayah dengan anak kandungnya ditengah-tengah masyarakat dianggap tidak lazim oleh mereka. Keretakan dalam hubungan rumah tangga sering

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma Konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan penggambaran pengalaman dan pemahaman berdasarkan hasil pemaknaan sebagai bentuk pengalaman

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek

BAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Paparan, analisis, dan argumentasi pada Bab-bab sebelumnya menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Video game merupakan permainan modern yang kehadirannya diawali sejak

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT

STRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT STRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT oleh Suma Riella Rusdiarti 1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Pendahuluan Michel Foucault adalah salah satu filsuf penting abad ke-20 yang pemikirannya

Lebih terperinci

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sains bersifat naturalistis juga bersifat empiristis. Dikatakan bersifat naturalistis dalam arti penjelasannya terhadap fenomena-fenomena alam selalu berada dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. berdasarkan Mainstream gagasan yang berkembang sebelum munculnya. psikoanalisa yang menurut hemat penulis mampu mengobrak-abrik konsep

BAB IV ANALISA. berdasarkan Mainstream gagasan yang berkembang sebelum munculnya. psikoanalisa yang menurut hemat penulis mampu mengobrak-abrik konsep BAB IV ANALISA A. Psikoanalisa dan Identitas Manusia Dalam Bab III penulis telah menguraikan sedikit banyak konsep manusia berdasarkan Mainstream gagasan yang berkembang sebelum munculnya psikoanalisa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia hidup di dunia harus memenuhi lima kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di Indonesia salah satu kota yang dikenal sebagai pusat fashion adalah kota Bandung. Kota ini menjadi salah satu kota yang dinamis dalam hal mode bahkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD TEORI PSIKOANALISIS Teori psikoanalisis yang dipakai mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Dalam Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, 58 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau bisa disebut juga metode riset ini memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, yang berarti ilmu yang menerangkan

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN Modul ke: 14Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Menurut Banister, dkk (1994) penelitian

Lebih terperinci

168 WACANA VOL. 10 NO. 1, APRIL 2008

168 WACANA VOL. 10 NO. 1, APRIL 2008 168 WACANA VOL. 10 NO. 1, APRIL 2008 di kelas yang dapat diandalkan. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan menjadi efektif. -------------------------------------- B. Herry Priyono, Anthony Giddens:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di antaranya berdasarkan pada dua hal utama, yaitu 1) Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology

Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology DOSEN PEMBIMBING BAPAK MUHAMMAD ADIB, M.Si Nama kelompok : VII B 1. Andik Setiawan (071311333020) 2. Firman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. 1 Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi penelitian atau metodologi riset berasal dari Bahasa Inggris. Metodologi berasal dari kata methology, yang berarti ilmu yang menerangkan metode-metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Seiring dengan perkembangan paradigma interpretivisme dan metodologi penelitian lapangan (f ield

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hal tersebut didasari oleh penggunaan data bahasa berupa teks di media massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1998), pendekatan merupakan suatu usaha/ proses yang dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang masalah Dalam semua agama ditemukan pola mistik sebagai puncak penghayatan keagamaan. Dalam hal ini ekstase adalah tahap akhir dari pengalaman mistik itu, dimana jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma dalam penelitian perjalanan spiritual keimanan tokoh utama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma dalam penelitian perjalanan spiritual keimanan tokoh utama BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma dalam penelitian perjalanan spiritual keimanan tokoh utama Mada dalam film Haji Backpacker ini, penulis menggunakan paradigma konstruktivisme. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berbusana. Manusia berbusana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berbusana. Manusia berbusana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Permasalahan Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berbusana. Manusia berbusana untuk menutupi tubuhnya dan menjaga dirinya, namun seiring perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK

SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK Linguistik Tradisional Dalam pendidikan formal ada istilah kata tata bahasa tradisional dan tata bahasa structural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yakni, Laskar Pelangi dengan cara menonton film tersebut. Berdasarkan objek

BAB III METODE PENELITIAN. yakni, Laskar Pelangi dengan cara menonton film tersebut. Berdasarkan objek BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini beranjak untuk memahami isi film yang dijadikan objek pada penelitian yakni, Laskar Pelangi dengan cara menonton film tersebut. Berdasarkan objek

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam membuat suatu penelitian tentunya dibutuhkan suatu metode, begitu pula dalam pembuatan penelitian hukum dalam bentuk skripsi ini. Metode sendiri ialah suatu kerangka kerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Paradigma konstruktivis adalah pandangan bahwa bahasa tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana kritik sosial yang berkaitan dengan fenomena kemiskinan yang

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana kritik sosial yang berkaitan dengan fenomena kemiskinan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menginterpretasikan atau memaknai film mengenai wacana kritik sosial yang berkaitan dengan fenomena kemiskinan yang terepresentasi

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP Kesimpulan

BAB 6 PENUTUP Kesimpulan BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan Masyarakat blogger sebagai sistem komunikatif, mengandalkan bahasa tulisan sebagai produk sistem psikis yang kemudian saling berinteraksi satu sama lain yang mengacu pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan dialog. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti yaitu fenomena yang

BAB III METODE PENELITIAN. dan dialog. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti yaitu fenomena yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang akan penulis lakukan berdasarkan pada apa yang ada di Film Kita Versus Korupsi sebagai bahan utama dari penelitian ini, mulai dari teks, adegan,

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak

PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY Abdullah Hasibuan 1 Abstrak Linguistik merupakan suatu ilmu yang bahasa secara ilmiah atau ilmu tentang bahasa. Kata Linguistik berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Guba dan Lincoln mendefenisikan paradigma sebagai serangkaian keyakinan keyakinan dasar (basic Beliefs) atau metafisika yang berhubungan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

MEMAHAMI ANTROPOLOGI STRUKTURAL CLAUDE LEVI- STRAUSS. Oleh: Gusti A. B. Menoh 1

MEMAHAMI ANTROPOLOGI STRUKTURAL CLAUDE LEVI- STRAUSS. Oleh: Gusti A. B. Menoh 1 MEMAHAMI ANTROPOLOGI STRUKTURAL CLAUDE LEVI- STRAUSS Oleh: Gusti A. B. Menoh 1 1. Sekilas Riwayat Hidup Claude Levi-Strauss dan Latar Belakang pemikiran Strukturalnya Claude Levi-Strauss 2 dilahirkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci