HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RRI Bogor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RRI Bogor"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RRI Bogor Tonggak sejarah RRI Bogor diawali pada tanggal 25 juli 1968, Walikota Bogor pada waktu itu achmad Syam menyerahkan radio Daerah Bogor (RBD) kepada Direktorat Radio. Sebelumnya, didahului dengan terbitnya SK walikota Bogor nomer 2360/6/1968 tertanggal 13 mei 1968, Walikota Bogor menyerahkan penguasaan gedung jalan pangrango 20 Bogor kepada Direktorat radio untuk digunakan oleh RRI Bogor, akan tetapi peresmiannya baru dilakukan pada tanggal 4 Agustus 1968 oleh Dirjen RTF mewakili Mentri Penerangan RI. RRI Bogor mempunyai peranan penting sebagai media penyiaran radio, lewat RRI Bogor Mempunyai peranan penting sebagai media penyiaran radio, lewat RRI Bogor disiarkan berita-berita internasional, nasional maupun lokal, pesan-pesan pembangunan, seni budaya maupun siaran pendidikan dan keagamaan. Untuk berita lokal selain bahasa indonesia juga disirkan dalam bahasa sunda. Sebelum meresmikan diresmikan menjadi RRI Bogor, RBD pernah menempati dan mengudara dari jalan Pangrango nomer 8 yang merupakan rumah tinggal dan di kelola keluarga R. Suryanto Kamarwan, kemudian dari jalan Pangrango 8 pindah kejalan Pangrango 30, dan sekarang menjadi jalan Pangrango 34. ( gedung tetap hanya saja terjadi perubahan nomer gedung yang dilakukan oleh dinas perumahan kota Bogor di tahun 1980). Visi RRI Bogor adalah menjadi radio publik milik bangsa, acuan informasi terpercaya dan hiburan yang sehat, pemberdaya masyarakat, perekat budaya bangsa, sejahtera dan unggul secara nasional, bertaraf internasional. Misi RRI Bogor adalah sebagai berikut ; 1. Memberikan layanan informasi yang terpercaya bagi masyarakat guna memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh akses informasi melalui proses kerja standar jurnalisme profesional yang bersandar pada prinsip akurat dan berimbang serta berorientasi pada keharmonisan dan kedamaian. 2. Menjadi wahana kontrol sosial melalui program siaran yang memberikan ruang yang cukup bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, kritik terhadap

2 55 suprastruktur politik guna mendorong terciptanya penyelenggaraan negara yang baik. 3. Menjadikan program siaran pendidikan sebagai pemberdayaan masyarakat dan mendorong proses demokratisasi yang bertumpu kepada hak masyarakat untuk dapat mengemukakan pendapat dan tetap berpegang pada kaidah hukum dan prinsip masyarakat madani. 4. Menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional dengan menumbuhkembangkan unsur budaya lokal, di tengah arus budaya global. 5. Menjadikan program siaran hiburan, wahana hiburan yang sehat bagi keluarga Indonesia dan mampu mendorong kreatifitas masyarakat. 6. Menyelenggarakan siaran siaran melayani kebutuhan kelompok minoritas dalam masyarakat. 7. Menyelenggarakan program siaran yang mendorong pemahaman persepsi tentang gender sesuai nilai budaya bangsa. 8. Memanfaatkan dan tanggap terhadap perkembangan teknologi media penyiaran yang efektif, efisien serta menjamin kenyamnan dan kemudahan masyarakat mendengarkan siaran RRI. 9. Menyelenggarakan siaran internasional bagi masyarakat Indonesia diluar negeri dan memberikan informasi tentang Indonesia ke dunia internasional. 10. Memberikan pelayanan jasa terkait kegiatan penyiaran sesuai kebutuhan masyarakat secara profesional guna menambah pendapatan lembaga untuk menunjang kebutuhan operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Aktivitas Siaran RRI Bogor RRI Bogor merupakan satu-satunya radio yang menggunakan nama Negara Indonesia dan siarannya ditujukan bukan hanya untuk masyarakat Bogor namun juga untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat negara kesatuan Republik Indonesia. Hal ini juga didukung oleh kepala LPP RRI Lembaga Penyiaran Publik RRI bersifat independen, RRI bertugas memberikan pelayanan siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial dan menjaga citra positif bangsa Indonesia.

3 56 Program siaran RRI sebagai lembaga penyiaran publik senantiasa meberikan hak kepada masyarakat untuk mengetahui berbagai informasi dan menyampaikan segala aspirasi masyarakat yang diimplementasikan melalui penyelenggaraan : a. Program informasi yang akurat dan terpercaya. b. Program siaran pendidikan dan budaya. c. Program siaran untuk kelompok minoritas agar masalah mereka terangkat kepermukaan. d. Program kontrol sosial untuk memberikan solusi dan pemahaman kepada pendengar dan mengurangi ketidak pastian akan masalah bangsa. e. Program dialog interaktif (talkshow) dengan semua lapisan masyarakat. Saat ini RRI sebagi lembaga penyiaran publik memerlukan kreatifitas untuk membuat lembaga ini lebih baik lagi. Karena sejak ditetapkannya RRI sebagi lembaga pelayanan publik di tahun 2002 sesuai dengan undang-undang Nomer 32 tahun2002 ketua Dewan pengawas RRI mengungkapan kepada tiap individu di RRI Bogor saya berpesan; Jangan bertanya apa yang dapat diberikan RRI kepada saya, melainkan bertanyalah apa yang dapat saya berikan kepada RRI Bogor. Inilah tekad yang harus ditanamkan seluruh stakeholders RRI Bogor. Proses Penyampaian materi siaran Talkshow RRI Dalam ilmu komunikasi ada suatu rangkaian proses yang harus dilalui, dimulai dari sumber/lingkungan, pesan, media yang digunakan, sasaran, efek dan feedback (Effendy 2007). Sebelum pesan diterima oleh pendengar, dilakukan rapat evaluasi untuk mendapatkan topik yang tepat dan kemudian disiarkan. Hal ini di lakukan agar pesan dapat tepat pada sasaran yang dituju. Topik yang diangkat bisa berasal dari buku perpustakaan, bahan seminar dan pelatihan, saran pendengar melalui telepon, sms, fax, serta hasil penjajakan terkini langsung dilapangan. RRI Bogor merupakan organisasi yang tidak berdiri sendiri. Setiap sumber yang disampaikan adalah bentuk kerjasama dengan instansi atau organisasi lain. Topik talkshow biasanya dipilih berdasarkan kesepakatan bersama, lalu disiarkan melalui radio pemancar serta perangklat lainnya kepada pendengar dari berbagai kalangan. Program talkshow disiarkan pada programa 1 RRI yang menyajikan informasi aktual, hiburan, human interst,

4 57 breaking news, human touch, infotaiment. Berbagai topik disajikan dalam program ini yang berlangsung pada pukul 08:00 hingga 10:00 setiap harinya. Pesan yang disampaikan pada program talkshow tentunya bertujuan untuk membantu kenbutuhan informasi masyarakat dan diharapkan mendapatkan efek bagi pendengar yang terlibat langsung pada program talkshow yang disiarkan RRI Bogor. Untuk memastikan pesan tersebut sampai kepada pendengar maka dikondisikan proses komunikasi dyadic, dengan menggunakan media telepon, sms dan fax agar mendapatkan feedback secara langsung (saat acara berlangsung) maupun tidak langsung (setelah acara berlangsung). Feedback ini merupakan respons berupa pertanyaan, komentar, masukan, maupun ususlan topik materi selanjutnya, agar RRI Bogor dapat menyesuaikan strategi yang ditempuh sesuai dengan kebutuhan pendengar. Materi ini kemudian diterima oleh pihak perencana program untuk kemudian didiskusikan kembali dimeja evaluasi siaran. Gambaran Umum PDAM ( Perusahaan Daerah Air Minum) Kota Bogor yang dahulu dikenal dengan nama buitenzorg telah mempunyai sistem pelayanan air minum sejak tahun 1981 yang dibangun oleh Pemerintah Belanda saat itu dengan memanfaatkan sumber mata air Kota Batu yang terletak di daerah Kabupaten Bogor dengan jarak 7 km dari Kota Bogor. Nama perusahaan Air Minum pada waktu itu adalah Gemeentre Waterleiding Buitenzorg dan sumber air Kota Batu merupakan cikal bakal keberadaan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bogor. Sejalan dengan perkembangan zaman terhitung sejak April 1977 pengelolaan air minum di Kota Bogor berubah status Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bogor dengan nama Perusahaan Minum Tirta Pakuan Kota Bogor. Daerah pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Kota Bogor adalah wilayah Kota Bogor yang telah mengalami perluasan wilayah pada tahun 1995 sehingga tanggung jawab PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor semakin bertambah. Perusahaan Daerah Air Minum ini terletak di Jalan Siliwangi no. 121 Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Saat ini jaringan air minum PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, untuk wilayah Kota Bogor sebelum perluasan sudah terjangkau seluruhnya. Sedangkan untuk wilayah perluasan baru terjangkau 39%, tidak mungkin terjangkau 30% dan

5 58 sisa yang masih harus dilayani 31%. Sebagian wialyah perluasan masih dilayani oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Jumlah pelanggan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berjumlah pelanggan. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dalam mengolah air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyrakat Kota Bogor mempunyai visi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor sebagai perusahaan terdepan dalam bidang pelayanan air berdasarkan nilai kejujuran, etika, dan keadilan. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah diatur dalam keputusan Walikota No 56 tahun 2002 tentang susunan organisasi dan tata kerja PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, yaitu sebagai berikut: A. Kedudukan 1. Perusahaan daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Bogor di bidang pengelolaan air minum untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebaik baiknya. 2. Perusahaan daerah dipimpin oleh direksi yang terdiri dari direktur utama yang dibantu oleh dua orang direktur yang bertanggung jawab kepada walikota melalui 13 divisi pengawasan. 3. Anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh walikota. B. Tugas Pokok 1. Memenuhi pendistribusian kebutuhan air minum masyarakat Kota Bogor secara memadai, adil dan merata serta berkesinambungan yang memenuhi prasyarat untuk setiap jenis pemakai. 2. Memberikan air yang cukup pada setiap tempat dan sistem penyediaan untuk pencegahan kebakaran. 3. Mengkoordinir pembangunan air minum yang diintegrasikan pada aktivitas perkembangan ekonomi daerah. 4. Menjadikan perusahaan daerah ini benar benar enguntungkan dan mampu mengembangkan diri sesuai dnegan tugas dan fungsi sehingga menambah pendapatan daerah secara tidak langsung dan langsung. 5. Melakukan usaha usaha pengembangan perushaaan daerah serta mengusulkan dan mencari bantuan modal.

6 59 C. Fungsi Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas, perusahaan daerah mempunyai fungsi: 1. Fungsi ekonomi yaitu sebagai public utility meningkatkan kemampuan pelayanan dan kewajiban lainnya dengan cara pengelolaan berdasarkan asas ekonomi perusahaan. 2. Fungsi sosial yaitu sebagai public utility yang memproduksi air minum yang merupakan kebutuhan pokok manusia senantiasa dituntu untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat dari semua golongan masyarakat dengan memberlakukan tarif air minum yang disesuaikan dengan kondisi atau fungsi tempat pelanggan dan juga memberikan subsidi silang. Gambaran Umum PLN (Perusahaan Listrik Negara) Berawal diakhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak dibidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang diawal Perang Dunia II. Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi diakhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaanperusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW. Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak dibidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari Pada saat yang sama, Dua perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)

7 60 sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang. Karakteristik Internal Pendengar Dari penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa karakteristik pendengar radio RRI. Sebanyak 30 responden yang memberikan keterangan, diduga mempengaruhi tingkat kepuasan responden dalam mendapatkan informasi melalui program talkshow yang disiarkan RRI Bogor. Penulis membagi karakteristik pendengar berdasarkan status pernikahan, jenis kelamin, tingkat pendidikana, lama berlanggannan PDAM maupun PLN, frekwensi mendengarkan RRI dan intensitas mendengarkan RRI. Umur Responden Sebagian besar pendengar yang menjadi responden pada penelitian ini memiliki kisaran umur tahun sebanyak 56,67 %. Umur rata-rata pemuda pada penelitian adalah 50 tahun. Pendengar yang memiliki kisaran umur tahun terdapat sebanyak 26,67 %, sementara itu jumlah pendengar yang memiliki kisaran umur adalah sebesar 16,67 %. Mayoritas pendengar memiliki kisaran umur antara tahun, hal ini menunjukan bahwa responden pada penelitian ini memiliki umur yang tidak muda lagi, karena lebih banyak dari pendengar adalah mereka yang sudah dewasa dan memiliki hubungan langsung dengan PLN maupun PDAM, pemuda belum memiliki orientasi terkait dengan PLN dan PDAM sehingga pada penelitian ini lebih banyak ditemui pendengar yang memiliki usia tidak muda lagi.

8 61 Tabel. 3. Distribusi Responden Menurut Karakterstik Internal Pendengar Karakteristik Internal Pendengar Umur Status Pernikahan Menikah Tidak Pernah Menikah Pernah Menikah Jenis Kelamin Laki Laki Perempuan Tingkat Pendidikan Sarjana Diploma SLTA SLTP SD Lama Berlanggaan Berlangganan PLN Baru (2 11 thn) Sedang (12 21 thn) Lama (22-31) Berlangganan PDAM Baru (2 11 thn) Sedang (12 21 thn) Lama (22-31 Keterangan: n = 30 Orang Jumlah (Orang) Pendengar RRI Persentase (%) 26,67 56,67 16,67 76, ,3 76,7 23,3 46,7 13,3 23,3 13,3 3, , ,7 Status Pernikahan Status pernikahan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: menikah tidak menikah dan pernah menikah. Hasil penelitian tersaji dalam Tabel 3. Pada Tabel 3 dapat dilihat jumlah persentase pendengar yang menikah sebesar 76,7%, dari penelitian yang dilakukan penulis melihat jumlah pendengar yang menikah lebih besar kebutuhannya untuk mendapatkan informasi dari siaran talkshow PLN dan PDAM yang disiarkan RRI. Namun pada status pendengar yang tidak menikah di temukan sebesar 10% pendengar yang mendengarkan program siaran talkshow RRI.

9 62 Jenis Kelamin Dalam penelitian ini jenis kelamin mempengaruhi tingkat kepuasan pendengar dalam mendengarkan program siaran talkshow RRI. Berdasarkan jenis kelamin di bedakan menjadi dua kategori. Laki-laki dan perempuan seperti yang tergambar pada Tabel 3. Dari tabel dapat dilihat jumlah pendengar yang mendengarkan talkshow adalah 30 orang responden. Jumlah pendengar laki-laki jauh lebih tinggi di bandingkan pendengar perempuan. Untuk laki laki sebesar 76 %. Sedangkan perempuan hanya sebesar 23,3%. Hal ini mungkin laki-laki memiliki kebutuhan lebih tinggi akan informasi dibandingkan perempuan. Kebutuhan laki-laki menyimak program siaran talkshow RRI diperkirakan karena laki-laki sebagai kepala keluarga merasa perlu mendapatkan informasi melalui program talkshow PLN dan PDAM yang di siarkan RRI. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang mempengaruhi kepuasan pendengar pada penelitian ini dibagi menjadi lima bagian. Yaitu : Sarjana, SLTA. SLTP, SD, Diploma. Data tersebut tergambar pada Tabel 3. Dari Tabel 3. dapat dilihat tingkat pendidikan masing-masing pendengar berbeda. Penulis mengidentifikasi tingkat pendidikan mempengaruhi kepuasan pendengar akan kebutuhan informasi yang disiarkan melalui program talkshow RRI bersama PLN dan PDAM. Sebanyak 46,7% pendengar yang latar belakang pendidikan mereka adalah sarjana lebih membutuhkan informasi talkshow RRI bersama PLN dan PDAM. Pendengar SLTA hanya sebesar 23,3% kebutuhan mendengarkan informasinya. Untuk pendengar dengan latar belakang SLTP jumlahnya hanya sebesar 13,3 %. Persentase terendah ada pada pendengar yang berpendidikan SD yaitu sebesar 3,3 %. Lama Berlangganan Lama berlangganan ternyata juga mempengaruhi tingkat kepuasan pendengar mendapatkan informasi dari program talkshow PLN PDAM yang disiarkan RRI Bogor. Seperti yang tergambar pada Tabel 3. Pada Tabel dijelaskan pendengar yang telah berlangganan selama 2 hingga 11 tahun terdapat 60%. Pendengar yang telah berlangganan selama 11 hingga 21 tahun sebesar 20%. Sedangkan pendengar yang sudah berlangganan PLN lebih dari 21 tahun sebesar

10 63 20%. Sementara itu untuk pelanggan PDAM. Pada tabel terlihat pendengar yang telah berlangganan selama 4 tahun jumlahnya sebesar 23,3%. Ini terlihat lebih kecil dibandingkan pendengar yang telah berlangganan selama 4 hingga 8 tahun. Yaitu sebesar 20%. Terlihat ditabel pendengar yang telah berlangganan 8 hingga 12 tahun jumlahnya sebesar 56,7%. Karakteristik Eksternal Pendengar Penulis membagi karakteristik eksternal pendengar berdasarkan atas frekuensi mendengarkan RRI Bogor dan Intensitas Mendengarkan RRI Bogor. Tabel. 4. Distribusi Responden Menurut Karakterstik Eksternal Pendengar Karakteristik Eksternal Pendengar Frekuensi Mendengarkan RRI Rendah (4 5 Kali/Minggu) Sedang (5-6 Kali/Minggu) Tinggi (6-7 Kali/Minggu) Intensitas Mendengarkan RRI Rendah ( Menit) Sedang ( Menit) Tinggi ( Menit) Keterangan: n = 30 Orang Jumlah (Orang) Pendengar RRI Persentase (%) 20 16,7 63,3 76,67 16,67 6,67 Frekuensi Mendengarkan RRI dalam Seminggu Frekuensi mendengarkan RRI masing masing pendengar berbeda-beda. Sebesar 20% pendengar mendengarkan radio RRI sebanyak 4 hingga 5 kali dalam satu pekannya. Sedangkan yang mendengarkan RRI 5 hingga 6 kali tiap minggunya sebesar 16,67% pendengar saja. Sebanyak 63,3 % pendengar selalu mendengarkan radio RRI selama satu minggu penuh. Data ini dapat dilihat dalam lampiran Tabel 4 yang dibuat penulis pada saat melakukan penelitian. Dari 30 orang pendengar yang diwawancarai penulis sebanyak 19 orang (sekitar 63,3 % ) pendengar menyatakan merasa wajib untuk mendengarkan RRI Bogor. Intensitas mendengarkan RRI dalam seminggu Dari 30 orang responden yang ada, penulis melihat kebutuhan pendengar mendengarkan RRI berkisar mulai dari 45 menit hingga 300 menit per minggunya. Pada tabel terlihat bahwa sebanyak 76,67% pendengar mendengarkan

11 64 radio mulai dari 45 menit hingga 130 menit. Sedangkan sebanyak 16,67 % responden mendengarkan RRI mulai dari 131 menit hingga 216 menit. Pendengar yang paling lama dalam mendengarkan informasi yang disiarkan RRI sebesar 6,67% saja. Dan pendengar ini mendengarkan informasi RRI rata-rata dalam tiap minggunya selama 217 hingga 300 menit. Persepsi Pendengar Persepsi pendengar untuk program talkshow RRI bersama PLN dan PDAM tergambar pada Tabel 5 berikut. Tabel. 5. Distribusi Responden Menurut Persepsi Persepsi Pendengar Rataan Skor* Persepsi terhadap Narasumber Narasumber PLN Narasumber PDAM 2,86 2,85 Persepsi Terhadap Pelayanan Pelayanan PLN Pelayanan PDAM 2,97 2,93 *Kisaran Skor: 1-1,75 = tidak puas; 1,76-2,5 = kurang puas; 2,51-3,25 = puas; 3,26 4 = sangat puas Persepsi terhadap Narasumber PLN Persepsi pendengar terhadap narasumber PLN dibagi menjadi empat kategori. Yaitu: tidak baik, kurang baik, baik, dan sangat baik. Adapun penjelasan dari data tersebut tergambar pada Tabel 5. Pada Tabel terlihat tidak ada pendengar yang menilai narasumber talkshow PLN di RRI di nilai tidak baik oleh pendengar. Namun di tabel tergambar 3,3 % pendengar menilai kurang baik terhadap narasumber PLN. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 pendengar, sebanyak 93,3% memiliki persepsi yang baik kepada narasumber PLN, sisanya sebesar 3,3% pendengar menilai narasumber PLN sangat baik dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Persepsi Narasumber PDAM Untuk narasumber PDAM pendengar yang berlangganan PDAM dibagi menjadi empat kategori. Tidak puas, kurang puas puas dan sangat puas. Adapun mengenai tingkat kepuasan pendengar terhadap peyanan narasumber PDAM

12 65 tergambar pada tabel berikut. Pada tabel tergambar sebanyak 10% pendengar kurang puas dengan narasumber PDAM. Pendengar mengeluhkan pelayanan PDAM tersebut. Namun persentase pendengar pelanggan PDAM yang medengarkan talkshow PDAM di RRI cukup tinggi yaitu 83,33%. Dan 6,67 % diantaranya sangat puas dengan pelayanan PDAM sebagai narasumber talkshow RRI. Persepsi terhadap Pelayanan PDAM Dari tabel tergambar kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PDAM tidak jauh berbeda dengan kepuasan pendengar saat mendengarkan narasumber PDAM menjadi narasumber dalam program talkshow RRI. Tidak ada pendengar yang tidak puas akan pelayanan PDAM. Tetapi sebanayk 6,67% pendengar kurang puas dengan pelayanan PDAM. Sedangkan 83,33% pelanggan PDAM mengaku puas dengan pelayanan PDAM. Dan 10% diantaranya sangat puas dengan pelayanan PDAM Persepsi terhadap Pelayanan PLN Persepsi pelanggan PLN terhadap PLN dalam penelitian ini tergambar pada tabel berikut. Pada tabel tergambar tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PLN sebesar 83,33%. 13,33 % diantaranya mengaku sangat puas dengan pelayanan PLN. Tidak ada pelanggan yang mengaku tidak puas dengan pelayanan PLN. Namun 3,33% diantaranya mengaku kurang puas dengan pelayanan PLN. Seperti yang digambarkan pada Tabel 4 berikut ini. Kepuasan Pendengar Kepuasan pendengar untuk program talkshow RRI bersama PLN dan PDAM tergambar pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Kepuasan Pendengar Kepuasan Pendengar Rataan Skor* Kepuasan Terhadap Penyiar Talkshow 3,03 Kepuasan Terhadap Materi Talksow 2,90 Kepuasan Terhadap Gelombang Talksow 3,03 *Kisaran Skor: 1-1,75 = tidak puas; 1,76-2,5 = kurang puas; 2,51-3,25 = puas; 3,26 4 = sangat puas

13 66 Dari Tabel 6. Dapat diterangkan bahwa responden banyak puas dengan penyiar talkshow dan gelombang siaran. Hal tersebut ditunjukan oleh besarnya rataan skor (3,03), sementara kepuasan untuk materi dan waktu talkshow adalah sebesar 2.90 dan 2,91 yang terkategorikan puas. Jika ditarik suatu kesimpulan maka kepuasan responden terkategorikan puas terhadap program talkshow yang disiarkan oleh RRI Bogor. Hubungan Karakteristik Internal dengan Kepuasan terhadap Program talkshow Hubungan antara karakteristik internal pendengar dengan kepuasan disajikan dalam Tabel 7 berikut. Tabel 7. Hubungan Karakteristik Internal Pendengar dengan Kepuasan terhadap Program Talkshow PDAM dan PLN Karakteristik Internal Koefi sien kore rasi Kepuasan Pendengar terhadap : Penyiar Materi Talkshow Waktu siaran Gelombang RRI Umur rs 0,299 0,189 0, 043 0,197 Status pendengar X , Tingkat pendidikan rs 0,217 0,234 0,211 0,033 Jenis kelamin X 2 0, Lama berlangganan PLN r s 0,335* 0,108 0,213 0,274 Lama berlangganan PDAM r s 0,183 0,273 0,431** 0,297 Keterangan : *berhubungan nyata pada p < 0,05 r s = koefisien rank Sperman **berhubungan sangat nyata pada p< 0,01 X= koefisien chi-square Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara lama berlangganan PLN dengan kepuasan pendengar terhadap penyiar sebesar 0,335*. Data ini menunjukkan bahwa semakin lama pendengar berlangganan PLN maka tingkat kepuasan terhadap talkshow PLN semakin baik. Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan bahwa para penyiar RRI Bogor pandai menarik minat pendengar untuk mengikuti acaranya. Selain itu bila dilihat dari karakkteristik pendengar yang berlanganan PLN terlihat bahwa pelanggan PLN yang lebih lama berlangganana PLN akan merasa tinggi tingkat kepuasannya. Karena semakin seseorang lama belangganan PLN maka pelanggan itu akan

14 67 semakin memiliki kebutuhan yang tinggi akan informasi dari PLN dimana dalam hal ini terwakili oleh penyiar dalam memandu acara talkshow PLN. Dengan adanya talkshow kebutuhan pendengar akan informasi semakin terpenuhi. Dari hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara lama berlangganan PDAM dengan kepuasan pendengar terhadap waktu siaran sebesar 0,431**. Ini menunjukkan bahwa semakin lama berlangganan PDAM maka semakin puas pula terhadap waktu siaran talkshow PDAM di RRI Bogor. Hal ini disebabkan oleh pelanggan-pelanggan PDAM yang mengikuti talkshow merasa puas dengan waktu siaran yang dibagi sebagai berikut: 20 menit untuk penyampaian materi oleh narasumber, 10 menit untuk selingan iklan, dan siasanya sebanyak 15 menit untuk tanya jawab. Selain itu, dari hasil analisis statistik ditemukan seluruh peubah penelitian menunjukkan nilai korelasi yang positif walaupun tidak terbukti secara nyata. Hal ini menunjukkan bawa terdapat hubungan yang positif antara peubah karakteristik internal dengan kepuasan pendengar mengikuti acara talkshow di RRI Bogor. Hubungan Karakteristik Eksernal Pendengar dengan Kepuasan terhadap Program talkshow Hubungan antara karakteristik eksteral pendengar dengan kepuasan disajikan dalam Tabel 8 berikut. Tabel 8. Hubungan Karakteristik Eksternal Pendengar dengan Kepuasan terhadap Program Talkshow PDAM dan PLN Karakteristik Eksternal Frekuensi Mendengarkan RRI Intensitas Mendengarkan RRI Hubungan (r s ) Kepuasan Pendengar terhadap Penyiar Materi Talkshow Waktu Siaran 0,091 0,096 0,039-0,037 Keterangan : *berhubungan nyata pada p < 0,05 Sperman 0,113 Gelombang RRI 0,115 0,332* - 0,135 r s = koefisien rank Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara intensitas mendengarkan RRI dengan kepuasan pendegar terhadap waktu siaran sebesar 0,332*. Data ini menunjukkan bahwa semakin sering pendengar

15 68 mengikuti acara talkshow di RRI Bogor maka semakin puas pula terhadap waktu siaran. Hal ini disebabkan oleh pelanggan pelanggan yang sering mengikuti acara talkshow telah mengetahui dengan pasti kapan disiarkan, bagaimana pembagian waktunya, dan kapan saatnya untuk bertanya dalam kegiatan tersebut. Berbeda dengan pendengar yang jarang mengikuti acara tersebut. Berdasarkan nilai koefisien korelasi frekwensi mendengarkan RRI dengan peubah kepuasan pendengar menunjukkan hubungan yang positif, walaupun secara statistik tidak terbukti secara nyata. Ini berarti semakin banyak frekwensi mendengarkan RRI maka tingkat kepuasan pendengar akan semakin baik. Berbeda dengan peubah intensitas mendengarkan RRI. Apabila dilihat dari nilai korelasinya terdapat nilai yang negative (tidak nyata) bila dilihat hubungannya dengan kepuasan pendengar dalam hal materi talkshow dan gelombang RRI. Data ini menunjukkan bahwa semakin sering mendengar RRI maka nilai kepuasan pendengar semakin menurun terhadap materi talkshow maupun gelombang RRI. Data ini bisa dijelaskan karena ada rasa jenuh dengan materi yang kadang kala adalah berupa materi ulangan yang sudah pernah diikutinya. Dalam hal gelombang maka dapat disimpulkan belum ada perubahan yang berarti kualitas gelombang RRI Bogor selama ini sehingga pendengar merasa perlu ada perubahan kualitas gelombang RRI sehingga dapat mengikuti acara talkshow dengan memuaskan. Hubungan Persepsi Pendengar dengan Kepuasan terhadap Program talkshow Tabel 9 menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara persepsi pendengar terhadap narasumber PLN dengan tingkat kepuasan pendengar pada penyiar talkshow (0,406*). Ini berarti semakin baik persepsi pendengar terhadap narasumber PLN maka tingkat kepuasan pendengar pada penyiar talkshow juga semakin baik. Hal ini berarti peranan penyiar untuk membangkitkan minat (interes) pendengar sangat dibantu oleh kredibilitas seorang narasumber. Tidak jauh berbeda dengan persepsi pendengat terhadap narasumber PLN, persepsi pendengar terhadap narasumber PDAM juga menjunjukkan hubungan yang sangat nyata dengan kepuasan pendengar terhadap penyiarnya. Kedua data

16 69 ini mengindikasikan bahwa begitu pentingnnya peranan seorang narasumber untuk menumbuhkan nilai kepuasan kepada pendengarnya. Data ini juga menunjukkan bahwa jika seorang narasumber yang tampil dalam acara talkshow akan memudahkan peranan seorang penyiar dalam memandu acara. Karena dengan datangnya seorang narasumber yang bermutu, maka kebutuhan akan informasi pendengar dapat terpuaskan. Tabel 9. Hubungan Karakteristik Eksternal Pendengar dengan Kepuasan terhadap Program Talkshow PDAM dan PLN Kepuasan Pendengar Persepsi Pendengar Penyiar Materi Talkshow Waktu Siaran Gelombang RRI Narasumber PLN 0,406* 0,099 0, 218 0, 254 Narasumber PDAM 0,466** 0,103 0,258 0,224 Pelayanan PLN 0,006 0,042 0,390* 0,154 Pelayanan PDAM 0,403* 0,230 Keterangan : *berhubungan nyata pada p < 0,05 Sperman 0,066 0,079 r s = koefisien rank Persepsi pendengar terhadap pelayanan PLN berhubungan nyata dengan kepuasan pendengar terhadap waktu siaran (0,390*). Ini berarti semakin baik persepsi pendengar terhadap pelayanan PLN maka semakin puas pula pendengar terhadap waktu siaran. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika pendengar telah berpandangan bahwa pelayanan PLN memuaskan maka berapapun waktu yang disediakan dalam acara talkshow akan dapat memuaskan pelanggan. Bilia dilihat hubungan persepsi pendengar terhadap pelayanan PDAM menunjukkan hubungan yang nyata dengan kepuasan pendengar terhadap penyiar talkshow (0,403*). Ini menunjukkan bahwa semakin baik persepsi pendengar terhadap pelayanan PDAM maka kepuasan pendengar terhadap penyiarnya juga akan semakin baik. Ini berarti bahwa seorang penyiar akan merasa terbantu jika audiennya telah memiliki persepsi yang baik terhadap sesuatu yang akan dibawakan dalam acara talkshow. Tabel 9 menunjukkan tingkat hubungan persepsi pendengar dengan kepuasan pendengar secara umum menunjukkan hubungan yang positif.

17 70 Walaupun tidak seluruhnya menunjukkan hubungan yang nyata. Namun dari data ini dapat disimpulkan bawa semakin baik persepsi pendengar maka tingkat kepuasannya juga akan semakin tinggi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum PT PLN (Persero) Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang. kelistrikan yang melayani masyarakat di seluruh nusantara, bertekad untuk

BAB I PENDAHULUAN. PT PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang. kelistrikan yang melayani masyarakat di seluruh nusantara, bertekad untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kelistrikan yang melayani masyarakat di seluruh nusantara, bertekad untuk memberikan pelayanan jasa ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1 Sejarah Singkat Perusahaan Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah singkat PT. PLN (PERSERO) Sejarah Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda

Lebih terperinci

PT. PLN (PERSERO) RAYON KRIAN

PT. PLN (PERSERO) RAYON KRIAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. PLN (PERSERO) RAYON KRIAN JL. Ki Hajar Dewantoro No. 11, Krian - Sidoarjo 6 7 2.1 Sejarah PLN Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia terjadi sejak awal abad

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

Analisis Sistem yang Sedang Berjalan

Analisis Sistem yang Sedang Berjalan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan waterfall. Metode ini terdiri dari 5 tahapan yaitu, analisis, perancangan, pengkodean/pembuatan, percobaan/implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Objek Penelitian Perusahaan Listrik Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Objek Penelitian Perusahaan Listrik Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian 1.1.1 Perusahaan Listrik Negara Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) atau nama resminya adalah PT. PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. secara umum di Indonesia, karena tanpa mengaitkan sejarah berdirinya

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. secara umum di Indonesia, karena tanpa mengaitkan sejarah berdirinya BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah PT.PLN (PERSERO) Untuk mempelajari sejarah singkat berdirinya PT PLN (Persero) Rayon Panam. Kita mesti mengaitkan dengan sejarah berdirinya kelistrikan

Lebih terperinci

Rincian dokumen perubahan Service Level Agreement (SLA) dan jasa yang telah disepakat

Rincian dokumen perubahan Service Level Agreement (SLA) dan jasa yang telah disepakat Optimize risk exposure system RFC (request for change) perubahan PSO SLA (Service Level Agreement) Performance Model Predicted Performance Actual Performance perubahan layanan Risk Mendukung profil resiko

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan pada akhir abad ke 19, dimana saat itu ada beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah awal ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan di akhir abad ke- 19, saat perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula, dan pabrik teh.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula, dan pabrik teh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang ketenagalistrikan di Indonesia dimulai oleh Belanda sebelum masa kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan berbagai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Studi Kasus Program SAHABAT PLN di PT PLN (Persero), objek penelitiannya yaitu

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Studi Kasus Program SAHABAT PLN di PT PLN (Persero), objek penelitiannya yaitu BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Pada penelitian mengenai Pengaruh Program CSR Terhadap Citra Perusahaan: Studi Kasus Program SAHABAT PLN di PT PLN (Persero), objek penelitiannya yaitu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan Listrik Negara Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan Listrik Negara Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Skripsi ini meneliti laporan keuangan sebagai alat penilaian kinerja keuangan. Perusahaan yang diteliti adalah salah satu perusahaan yang termasuk dalam

Lebih terperinci

harus meliputi lima komponen yakni lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, serta pengawasan

harus meliputi lima komponen yakni lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, serta pengawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurus semua aspek listrik yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG TENGAH 2.1 Profil Singkat PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Tengah 2.1.1 Sejarah Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat ini sangat menunjang mobilitas dan gaya hidup konsumen. Konsumen cenderung memiliki

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK INTERNAL, EKSTERNAL, DAN PERSEPSI DENGAN KEPUASAN PENDENGAR TERHADAP PROGRAM TALKSHOW DI RADIO RRI BOGOR

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK INTERNAL, EKSTERNAL, DAN PERSEPSI DENGAN KEPUASAN PENDENGAR TERHADAP PROGRAM TALKSHOW DI RADIO RRI BOGOR 77 Lampiran 1. Kuisioner penelitian KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK INTERNAL, EKSTERNAL, DAN PERSEPSI DENGAN KEPUASAN PENDENGAR TERHADAP PROGRAM TALKSHOW DI RADIO RRI BOGOR (Kasus pelanggan PLN dan PDAM

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) 5.1 Karakteristik Karakteristik pendengar merupakan salah satu faktor yang diduga

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN 5.1 Karakteristik Responden Karyawan Harian Jurnal Bogor yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan LPP RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Berdirinya PT. PLN (PERSERO) Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Berdirinya PT. PLN (PERSERO) Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. PLN (PERSERO) Indonesia Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke -19 ketika beberapa perusahaan Belanda medirikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Malang merupakan perusahaan listrik negara yang bertugas menyediakan tenaga listrik bagi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT.PLN (Persero) Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika bebarapa Perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

BAB II PROFIL PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG BAB II PROFIL PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG 2.1 Sejarah singkat PT. PLN ( Persero ) Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA 2010 2015 DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA 2010-2015

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL (LPPL) RADIO MANDIRI KOTA CILEGON DENGAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Analisa Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SALATIGA b. c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika

BAB III METODE PENELITIAN. Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan PT. PLN (Persero) Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bagaimana program Spirit Of Islam?

BAB V PENUTUP. 1. Bagaimana program Spirit Of Islam? 96 BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menyebarkan kuesioner oleh peneliti mengenai variabel pengaruh program Spirit Of Islam Radio Republik Indonesia Pro 2 Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. PLN (Persero) 1. Sejarah PT.PLN (Persero) Sebagaimana dikemukakan oleh PT.PLN (Persero) dalam http://www.pln.co.id, sejarah ketenagalistrikan

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB II. PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR. 2.1 Sejarah dan perkembangan Sejarah PLN

STIKOM SURABAYA BAB II. PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR. 2.1 Sejarah dan perkembangan Sejarah PLN BAB II PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR 2.1 Sejarah dan perkembangan 2.1.1 Sejarah PLN Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini adalah pendapat dari

BAB I PENDAHULUAN. masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini adalah pendapat dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era sebelum tahun 1980 di Indonesia, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini adalah pendapat dari Kasmir (2008,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG 4 Nopember 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N SERI E NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara tetap dimulai tanggal 12 November 1962.

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara tetap dimulai tanggal 12 November 1962. BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum TVRI 4.1.1 Sejarah TVRI TVRI resmi berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962 dan beberapa kali mengalami perubahan status hukum institusinya sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PESONA FM KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GANDORIAH FM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah-langkah yang dilalui oleh analis sistem dalam melakukan suatu penelitian.metode penelitian menjelaskan pendekatan dan metode yang dipakai dalam

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 4.1.1 Sejarah Rumah Makan Waroeng Steak and Shake Rumah Makan Waroeng Steak & Shake didirikan oleh pasangan suami-istri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografi Kecamatan Tampan Panam

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografi Kecamatan Tampan Panam 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis dan Demografi Kecamatan Tampan Panam 1. Letak Geografis Kecamatan Tampan Panam merupakan daerah perkembangan pemukiman di Kota Pekanbaru, dimana secara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang siarannya ditujukan untuk kepentingan Negara. TVRI berdiri tanggal 24 Agustus 1962

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT A. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 atau sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO ANANTA PRAJA SWARA FM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO MAGETAN INDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (10), Pasal 15,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN 2.1. Perusahaan Listrik Negara Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Media massa memiliki tiga fungsi dasar, yaitu fungsi informatif, fungsi edukatif, dan fungsi hiburan. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 30, 2005 Komunikasi. Frekwensi. Penyiaran. Perijinan. Pembinaan. Pengawasan (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan 2.1.1 Makna Logo PT PLN Persero Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR Oleh ARI AGUNG NUGROHO H24066002 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL AGROPOLITAN TELEVISI BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : Mengingat :

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROVINSI SUMATERA SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT PLN (Persero) APD JATENG DAN DIY

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT PLN (Persero) APD JATENG DAN DIY BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (Persero) APD JATENG DAN DIY 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia di mulai pada akhir abad ke 19, ketika beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LEMBAGA

BAB IV DESKRIPSI LEMBAGA BAB IV DESKRIPSI LEMBAGA A. Lokasi, Dasar Hukum Perusahaan dan Etika Kerja 1. Lokasi Distribusi listrik di kawasan Surakarta yang menjadi wilayah PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DIY, dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kluting Jaya Kecamatan Weda Selatan, yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam remote area lingkaran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Televisi merupakan satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Priyowidodo (2008) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era komunikasi interaktif merupakan salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era komunikasi interaktif merupakan salah satu bentuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era komunikasi interaktif merupakan salah satu bentuk dari perkembangan teknologi. Era komunikasi interaktif ini kemudian semakin berkembang pesat sejak kehadiran internet.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis 179 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan tempat pada penelitian ini dilakukan secara purposive didasarkan pada cakupan wilayah siaran (coverage area) RRI Bogor Pro 1 FM 93,75 MHz yakni

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 39 BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar belakang masalah yang mendasari proses penelitian tentang pelaksanaan penilaian kinerja pegawai pada PT Perusahaan Listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia dalam hal ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui televisi akan selalu menjadi salah satu yang mudah diterima khalayak. Ini

BAB I PENDAHULUAN. melalui televisi akan selalu menjadi salah satu yang mudah diterima khalayak. Ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari berbagai macam media massa yang ada saat ini, televisi merupakan salah satu yang menyita perhatian banyak audiens. Dengan begitu informasi yang disiarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN REMBANG RADIO CITRA BAHARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN REMBANG RADIO CITRA BAHARI PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN REMBANG RADIO CITRA BAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. listrik di seluruh Indonesia (rasio electricity). Jakarta sebagai ibukota negara, pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. listrik di seluruh Indonesia (rasio electricity). Jakarta sebagai ibukota negara, pusat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan perseroan milik negara yang bergerak dibidang ketenagalistrikan, dan bergerak dalam sektor pembangkitan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 62 BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 6.1 Agenda Pendengar Agenda pendengar adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini pendengar dan pengetahuan mereka.

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL INFO RADIO PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO LUHAK NAN TUO FM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TARAKAN TELEVISI MEDIA MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) RADIO SIARAN BANUA MALAQBI PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

1 of 8 3/17/2011 4:31 PM

1 of 8 3/17/2011 4:31 PM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci