BAB I PENDAHULUAN. juga kelembagaan seperti Dewan dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya sistem teknologi di seluruh belahan dunia dewasa ini maka sudah menjadi keharusan bagi setiap entitas instansi, organisasi, baik yang bergerak di bidang usaha profit maupun nonprofit dan juga kelembagaan seperti Dewan dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) atau Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) di suatu Negara untuk dapat beradaptasi. Terkait hal tersebut tidak semestinya para pengendali di suatu instansi tersebut bisa bebas menjalankan sesuatu dengan kehendak dirinya. Perlu akan adanya tindakan pengendalian yang dapat menyeimbangkan dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat. Suatu pengendalian dirasa penting untuk mengontrol akan seluruh aktivitas suatu kegiatan yang dijalankan, bukan hanya pengendalian yang didasari atas keinginan untuk mengamankan suatu entitas maupun kelembagaan dari setiap risiko yang akan muncul setiap saat. Selama ini seringkali kelembagaan Pemerintah sukar dengan sistem pengendalian internal yang di terapkan. Sering terjadinya kecurangankecurangan atas hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menimbulkan banyak pertanyaan sebagaimana efektif sistem pengendalian internal yang sudah berjalan di kelembagaan pemerintah saat ini, apakah sudah berjalan 1

2 2 dengan jalur yang semestinya. Atau mungkin sistem tersebut masih dirasa jauh dari kata memuaskan akibat keterlambatan untuk menyesuaikan perkembangan teknologi dan informasi yang sudah semakin cepat berjalan. (Hall, James. A, 2009) Menyatakan suatu aktivitas pengendalian adalah berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa suatu tindakan yang tepat telah di ambil untuk mengatasi risiko perusahaan yang sulit terdeteksi maupun yang sudah terdeteksi. Salah satu tugas dari sistem informasi akuntansi adalah membantu pihak manajemen dalam mengendalikan suatu organisasi bisnis. Ini merupakan tindakan dan suatu kebijakan yang dapat membantu untuk memastikan bahwa tindakan berisiko dapat terdeteksi secara cepat dan langsung teratasi dengan baik. Komponen suatu pengendalian dapat mencakup berbagai kegiatan dan prosedur dari sebuah entitas dan lembaga pemerintahan untuk membangun standardisasi dengan pemisahan tugas yang tepat dalam meninjau dan menyetujui laporan operasi yang benar. Ada 5 (lima) komponen sistem pengendalian (internal control) menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO, 1992), antara lain: Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Aktivitas Pengendalian (Activity Control), Pemantauan (Monitoring), Penilaian Risiko (Risk Assessment), dan Informasi dan Komunikasi (Information and Communication). Dalam penelitian ini, penulis ingin membahas lebih lanjut 3 (tiga) dari 5 (lima) komponen pengendalian internal (internal control). Hal tersebut melatarbelakangi akan pentingnya 3 (tiga) komponen subpengendalian tersebut

3 3 ini di dalam kegiatan operasional entitas maupun kelembagaan pemerintah. Macam-macam pengendalian internal (internal control) ini sering ditemukan di sektor-sektor yang cukup rawan akan terjadinya tindakan kecurangan (fraud) yang dilakukan orang-orang/sekelompok di dalam suatu entitas perusahaan maupun lembaga pemerintahan khususnya lembaga pertahanan Negara. Hal tersebut di dukung oleh banyaknya kasus atas temuan auditor selaku lembaga penyedia jasa audit BPK di dalam lembaga pemerintahan dan aparatur Negara yang sering menemukan tindakan korektif atas munculnya kelalaian-kelalaian atas kegiatan transaksi dan kegiatan operasional maupun keuangan. Sektorsektor yang cukup rawan ialah sektor dalam informasi keuangan dan penyusunan laporan keuangan, namun bukan tidak mungkin sektor lain juga tidak terlepas dari perhatian. Dalam hal ini Sistem Informasi Akuntansi selaku penyedia sistem yang memungkinkan akses yang terbatas bagi pihak yang berwenang saja yang dapat mengotorisasi dan terintegrasi di dalam sektorsektor yang dirasa rawan akan tindakan kecurangan (fraud). Sistem yang dibangun di dalam SIA haruslah maksimal dan dilengkapi dengan teknologi masa depan, hal itu tentu saja terkait dengan sistem keamanan entitas perusahaan maupun kelembagaan pemerintah agar sistem yang berjalan dirasa efektif bagi pihak yang merasakan. Sistem juga harus dibuat terintegrasi dengan masing-masing divisi atas dan selanjutnya ke pusat, sistem yang dibuat juga haruslah sudah memenuhi standar dan bersifat terkomputerisasi. Sistem yang terkomputerisasi memungkinkan kemudahan akses bagi pihak manajemen dan

4 4 pihak yang berkepentingan di dalam membuat sebuah keputusan ekonomi. Atas dasar hal itu, penulis tertarik untuk membahas sistem pengendalian internal ini lebih lanjut untuk mengetahui dan melihat secara langsung proses pengendalian internal (internal control) di dalam suatu kegiatan aktivitas di suatu Lembaga Pemerintah yang seperti kita ketahui bahwa kelembagaan pemerintah memiliki daya tarik kuat bagi seseorang untuk berbuat tindakan kecurangan apalagi hal yang berkaitan dengan keuangan dan operasional entitas. Atas dasar pemikiran diatas, demikian juga dengan halnya terdapat fenomena hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK pertengahan tahun 2015 lalu yang pada kesempatan tersebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan 13 Kementerian/Lembaga di Lingkungan Auditorat Keuangan Negara I (AKN I) pada Senin, 1 Juni 2015 di Auditorium Kantor BPK, Jakarta. Penyerahan dilakukan oleh Anggota I BPK, Agung Firman Sampurna, di dampingi Auditor Utama Keuangan Negara I BPK, Heru Kreshna Reza, kepada Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, Plt. Ketua KPK, Taufiqurachman Ruki, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Budi Susilo Supandji, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Anang Iskandar, Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), Joko Setiadi, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Saud Nasution, Ketua Komnas HAM, Nur Kholis, Kepala Badan SAR Nasional

5 5 (Basarnas), Bambang Soelistyo, Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Erfi Triassunu, Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Letjen TNI Waris, Sekretaris Jenderal Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Gunawan Suswantoro, Sekretaris Utama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Masturyono, dan Plh. Sekretaris Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam), Arif. F Hidayat. Dalam sambutan, Anggota I BPK mengatakan bahwa pemeriksaan keuangan tidak dirancang untuk menilai efisiensi dan kehematan penggunaan sumber daya dan juga tidak ditujukan untuk menilai pencapaian target/program entitas. Pemeriksaan atas laporan keuangan tidak menunjukkan/belum menunjukkan kinerja yang dilakukan, melainkan hanya memperlihatkan akuntabilitas dari pelaksanaan anggaran atau pengelolaan terhadap keuangan yang sudah dilakukan oleh entitas. Laporan keuangan juga tidak secara khusus mengungkapkan ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan. Namun demikian, BPK harus mengungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan apabila menemukan ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan baik yang berpengaruh atas opini laporan keuangan maupun yang tidak berpengaruh. Dari hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Kementerian/lembaga yang dilaksanakan di lingkungan AKN I telah memenuhi ketentuan dan

6 6 Standar Akuntansi Pemerintah dan telah mengungkapkan informasi keuangan dalam laporan keuangan secara memadai. Namun demikian, ada entitas yang mengalami penurunan opini. Entitas yang mengalami penurunan opini mengindikasikan adanya penurunan akuntabilitas, kurangnya kompetensi dalam pengelolaan keuangan negara khususnya dalam bidang pengadaan barang dan jasa, penatausahaan aset dan perbendaharaan. Selain menghasilkan opini atas kewajaran laporan keuangan, pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh BPK juga mengungkapkan temuan mengenai kelemahan Sistem Pengendalian Internal (SPI), dan ketidakpatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk kelemahan SPI, BPK masih menemukan ketidaktertiban entitas terutama dalam pengelolaan aset tetap. Sedangkan untuk ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, BPK masih menemukan kesalahan klasifikasi penganggaran belanja barang dan jasa, belanja barang dan belanja modal serta penyimpangan perjalanan dinas. Disamping itu, BPK juga menemukan ketidakpatuhan dalam proses pengadaan barang dan jasa antara lain kelebihan pembayaran, kemahalan harga, denda belum dipungut dari rekanan, dan pertanggungjawaban yang tidak akuntabel. Atas temuan tersebut, BPK merekomendasikan agar pimpinan Kementerian/Lembaga meningkatkan pengendalian terhadap penatausahaan aset barang milik negara, meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan

7 7 pengadaan barang dan jasa, memperingatkan pelaksana kegiatan yang terbukti lalai mempertanggungjawabkan biaya perjalanan dinas dan meningkatkan pengawasan serta penilaian bukti-bukti perjalanan dinas. Terhadap berbagai temuan kelemahan SPI dan Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan, BPK mengharapkan pada Kementerian/Lembaga untuk segera menindaklanjuti rekomendasi BPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul AKTIVITAS PENGENDALIAN, MONITORING, DAN PENILAIAN RISIKO TERHADAP KUALITAS SISTEM AKUNTANSI INSTANSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka fokus masalah yang dapat ada dalam penelitian ini adalah : 1. Seberapa besar aktivitas pengendalian berpengaruh terhadap kualitas sistem akuntansi instansi? 2. Seberapa besar monitoring berpengaruh terhadap kualitas sistem akuntansi instansi? 3. Seberapa besar penilaian risiko berpengaruh terhadap kualitas sistem akuntansi instansi?

8 8 4. Seberapa besar kualitas sistem akuntansi instansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan? C. Tujuan Penelitian dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut : a. Menguji dan mengetahui tujuan penting di dalam menerapkan sistem pengendalian internal (internal control) pada entitas instansi maupun kelembagaan Pemerintah. b. Menguji dan mengetahui kelebihan dan kelemahan sistem pengendalian internal atas aktivitas pengendalian, monitoring, dan penilaian risiko terkait apabila diterapkan pada entitas instansi dan kelembagaan Pemerintah. c. Menguji dan mengetahui obyektivitas dan subyektivitas dalam mengukur sistem pengendalian internal atas aktivitas pengendalian, monitoring, dan penilaian risiko dalam identifikasi penerapan sistem internal control terhadap entitas instansi dan kelembagaan Pemerintah. d. Mengetahui tingkat keberhasilan manajemen dalam hal pengambilan sebuah keputusan berkaitan terhadap kinerja entitas instansi maupun kelembagaan Pemerintah dalam menerapkan internal control atas aktivitas pengendalian, monitoring dan penilaian risiko terhadap

9 9 kualitas sistem akuntansi instansi dan dampaknya terhadap kualitas laporan keuangan secara tepat. 2. Kontribusi Penelitian a. Akademisi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian mahasiswa selanjutnya dan pembanding guna menambah ilmu pengetahuan. b. Praktisi, sebagai media sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai pengaruh sistem pengendalian internal atas aktivitas pengendalian, monitoring, dan penilaian risiko terhadap kualitas sistem akuntansi instansi dan dampaknya terhadap kualitas laporan keuangan sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi di masa depan.