BAB I PENDAHULUAN. negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. DalamUU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas Pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. DalamUU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas Pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Globalisasi yang melanda dunia menyebabkan perubahan yang sangat mendasar dalam setiap ruas kehidupan manusia. Dunia menjadi lebih transparan dan terbuka karena sikap interdependensi antar negara semakin besar. Kejadian disuatu negara baik yang positif maupun negatif dengan cepat dapat diterima dan dengan serta merta akan membias pada setiap kehidupan manusia. Dalam transformasi nilai yang sangat cepat dan pelik tersebut, pendidikan tampil sebagai satu-satunya institusi yang mempunyai peluang banyak untuk meluruskan bias dan efek dari nilainilai transformatif kepada anak didik sebagai generasi penerus bangsa (Rosyadi, 2004). Pendidikan merupakan pilar kehidupan bangsa. Masa depan bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa atau negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. DalamUU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas Pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan 1

2 nasional tersebut menunjukkan bahwa peran pendidikan menjadi sangat penting sebagai prasyarat bagi terciptanya peningkatan sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Dalam rangka perwujudan fungsi idealnya untuk meningkatkan kualitas SDM, sistem pendidikan di Indonesia harus senantiasa mempersiapkan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat sebagai konsekwensi logis dari perubahan (Rini, 2012). Pendidikan yang berkualitas akan dapat dicapai dengan adanya guru yang memiliki dedikasi dan komitmen. Adanya komitmen pada guru akan berpengaruh terhadap masa depan siswa dan sekolah (Mark, 2013). Park (dalam Razak dkk, 2010) menjelaskan 2 alasan pentingnya komitmen pada guru. Pertama, komitmen merupakan kekuatan internal yang muncul dari dalam diri guru yang memiliki tanggung jawab dan merasa tertantang dalam bekerja. Kedua, ada kekuatan eksternal yang berasal dari usaha reformasi pendidikan yang menetapkan standar yang lebih tinggi dan akuntabilitas yang lebih besar sehingga menuntut guru agar memiliki upaya yang berkelanjutan dan komitmen terhadap siswa, sekolah dan pekerjaan mereka sebagai guru. Menurut Reyes (dalam Razak, 2010) guru yang memiliki komitmen akan menunjukkan ciri-ciri : a). jarang terlambat, giat bekerja, dan jarang meninggalkan kelas/sekolah, b). menyediakan waktu untuk aktifitas ekstra kurikuler sesuai dengan tujuan sekolah, c) menampilkan hasil kerja yang lebih baik, d). mampu mempengaruhi prestasi siswa, e). memiliki keyakinan dan bekerja sesuai dengan tujuan 2

3 sekolah, f). bekerja melebihi kepentingan pribadinya, g). memiliki keinginan untuk tetap menjadi bagian dari sekolah. Ebmeier (dalam Chan dkk, 2008) menyebutkan ada 2 komitmen yang dimiliki oleh guru, yaitu komitmen profesi atau komitmen guru terhadap profesi mengajar, dan komitmen organisasi atau komitmen guru terhadap sekolah. Ditambahkan oleh Somech dan Bogler (dalam Chan dkk, 2008) bahwa komitmen profesi guru menunjukkan perilaku kewargaan organisasi (Organizational Citizenship Behavior, OCB) terhadap siswa, sedangkan komitmen organisasi menunjukkan perilaku kewargaan organisasi (Organizational Citizenship Behavior, OCB) terhadap organisasi. Selanjutnya Chan (2008) mendefinisikan ciri-ciri guru yang memiliki komitmen profesi adalah guru yang menerima profesi guru secara afektif maupun kognitif, mempunyai keinginan berbuat sesuai dengan tuntutan profesi sebagai guru dan mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi guru yang professional. Sedangkan guru yang memiliki komitmen organisasi adalah guru yang menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi, mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya, dan mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan organisasinya. Hasil penelitian Somech dan Bogler (dalam Chan dkk, 2008) menyimpulkan bahwa guru yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi adalah guru yang juga memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi. 3

4 Allen dan Meyer (1997), menjelaskan ada 3 komponen komitmen organisasi yaitu : komitmen afektif, kontinuen dan normatif. Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan melanjutkan pekerjaannya dalam organisasi karena setuju dengan tujuan organisasi dan adanya keinginan untuk melakukan hal tersebut (want to do so). Karyawan yang mempunyai komitmen kontinuen (berkesinambungan) akan tetap bekerja karena ia menganggap rugi bila meninggalkan organisasi dan karena adanya kebutuhan melakukan hal tersebut (need to do so). Sedangkan kayawan yang memilik komitmen normatif akan tetap bekerja dalam organisasi karena adanya nilai-nilai dan norma-norma yang telah terinternalisasi dalam dirinya yang mengharuskannya melakukan hal tersebut (ought to do so). Ketiga komponen tersebut berkembang dari sebagai hasil pengalaman yang berbeda serta memiliki implikasi yang berbeda pula. Misalnya seorang karyawan dapat secara bersamaan merasa terikat dengan organisasi sekaligus merasa wajib untuk bertahan dalam organisasi sehingga ia berusaha untuk memberikan kontribusi maksimal bagi organisasi. Sementara itu ada pula karyawan yang bertahan karena ia sadar bahwa lebih baik berada dalam organsasi karena situasi ekonomi, namun tidak merasakan adanya ikatan emosional dengan organisasi. Karyawan tersebut tidak dapat diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap organisasi. 4

5 Guru yang memiliki komitmen organisasi akan berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah demi kemajuan sekolah tersebut (Hutapea, 2012). Beberapa penelitian membuktikan bahwa banyak hal yang mempengaruhi komitmen organisasi pada guru. Hasil penelitian oleh Sezgin (2010) dan Balay (2010) menunjukkan budaya organisasi sekolah dan penerimaan terhadap lingkungan organisasi sekolah merupakan hal yang penting dalam membangun persepsi guru tentang komitmen organisasi. Lebih lanjut Balay (2010) juga menyimpulkan pengalaman mengajar dan status perkawinan mempengaruhi persepsi guru terhadap komitmen organisasi. Penelitian oleh Sutarno dan Nurhadi (2006) pada guru SMP Negeri di Kabupaten Boyolali menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, masa kerja dan gaji terhadap komitmen organisasi guru. Beberapa penelitian lainnya menfokuskan hanya pada guru yang bekerja di sekolah swasta yang cenderung menghadapi lebih banyak tuntutan pekerjaan namun mereka harus menerima ketidakpastian dalam hal pendapatan. Penelitian pada guru sekolah swasta di Organisasi Pendidikan Islam X di Jakarta Barat yang dilakukan oleh Buraidah (2010) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari kompensasi dan motivasi kerja terhadap komitmen organisasi guru. Penelitian mengenai komitmen guru pria di sekolah swasta oleh Hutapea (2012) menyimpulkan bahwa sifat kepribadian dan dukungan organisasi merupakan prediktor terhadap komitmen organisasi guru terhadap sekolah. 5

6 Sekolah swasta adalah sekolah yang dikelola oleh masyarakat/kelompok masyarakat. Sekolah swasta didirikan atas motivasi yang kompleks dalam rangka membantu pemerintah memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat. Dalam hal ini pemerintah dipandang belum mampu untuk mencukupi kebutuhan akan satuan pendidikan yang diminta untuk diadakan bagi warga negaranya. Dalam pelaksanaannya standar pendidikan yang harus ada dan berlangsung pada sekolah swasta sama dengan standar yang ada pada sekolah negeri, sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan tentang Standar Nasional Pendidikan, dan ketentuan organik yang mengikutinya (Sinaga, 2012). Sekolah swasta menghadapi tantangan yang lebih berat daripada sekolah negeri terutama dalam hal memberikan warna yang indah pada satuan pendidikan agar terlihat oleh masyarakat sehingga mereka memilih sekolah tersebut sebagai tempat pendidikan bagi putra-putrinya. Hal ini penting diperhatikan karena bagi sekolah swasta siswa adalah nafas hidup dan nafas keberlangsungan kehidupan sekolah. Untuk itu sekolah swasta juga perlu memiliki berbagai fasilitas pendukung seperti harus memiliki tanah sendiri, membangun gedung sendiri, melengkapi sarana prasarana sendiri, mengadakan pendanaan usaha sendiri serta kemampuan sumber daya manusia yang di dalamnya (Sinaga, 2012). 6

7 Salah satu bentuk sekolah swasta di Indonesia adalah Sekolah Islam Terpadu. Sekolah ini berusaha memadukan pendidikan umum dan agama, yaitu kurikulum pendidikan umum yang ada di Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), seperti pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA, IPS, dan lain-lain, serta kurikulum pendidikan agama Islam yang ada di Kementrian Agama (Kemenag), ditambah dengan kurikulum hasil kajian Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Selain itu, sekolah ini juga memadukan metode pembelajaran yang memaksimalkan ranah kognitif, afektif dan konatif dengan menciptakan proses belajar mengajar yang variatif dan menggunakan media serta sumber pembelajaran dari lingkungan sekitarnya. Besarnya tuntutan pembelajaran pada sekolah ini menuntut komitmen guru yang lebih tinggi, sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan optimal (Kuswandi (2012), Tim JSIT (2006). SDIT X merupakan salah satu Sekolah Islam Terpadu yang ada di Kota Medan. Sekolah ini berdiri sejak tahun Pada tahun 2007 kegiatan belajar mengajar di SDIT X sudah dilakukan di gedung milik sekolah yang terletak di kecamatan Medan Tuntungan. Saat ini tercatat ada 16 orang guru yang bekerja pada sekolah tersebut. Guru-guru tersebut terdiri atas 12 orang guru kelas dan 4 orang guru bidang studi (2 diantaranya merangkap sebagai Wakil Kepala Sekolah). Selain guru, sekolah juga memiliki 1 orang staf adminsitrasi dan 1 orang OB. 7

8 Sejak berdiri hingga saat ini SDIT X mengalami permasalahan yang berhubungan dengan turnover guru termasuk pada guru kelas. Berikut data turnover guru SDIT X sejak tahun 2004 : Tabel 1 Jumlah Guru yang Keluar Masuk SDIT X per Tahun Tahun Jumlah guru Jumlah guru Jumlah guru Jumlah keluar (orang) tetap (orang) masuk (orang) (orang) Sumber : wawancara dengan Kepala Sekolah dan dokumen laporan bulanan SDIT X bulan September 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa SDIT X mengalami turnover 1 s/d 2 orang guru setiap tahun dan mencapai puncaknya pada tahun 2012 ada 6 orang guru yang keluar, sehingga membutuhkan 6 orang guru pengganti. Adanya guru yang keluar dari sekolah mengindikasikan bahwa ada permasalahan berkaitan dengan komitmen organisasi. Menurut Allen dan Meyer (1997), turnover merupakan akibat (konsekuensi) dari rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasi. Berdasarkan keterangan Kepala Sekolah, alasan guru keluar atau mengundurkan diri setiap tahun (termasuk kejadian turnover 6 orang guru pada tahun 2012) disebabkan karena mereka sudah berkeluarga, ingin mengasuh anak, lulus tes PNS, pindah ke daerah lain atau dipecat oleh 8

9 sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan Kepala Sekolah pada Kamis, 31 Oktober iya, biasanya mereka ada yang keluar alasannya karena menikah, punya anak, atau lulus PNS. Ada juga karena terpaksa di pecat. Tahun ini kami baru memecat 1 orang guru. Sebenarnya sudah beberapa kali kita toleransi sikapnya, tapi setelah dipertimbangkan oleh yayasan, akhirnya beliau dipecat. Ada juga karena alasan pindah domisili. Kalau guru yang pindah ini, saya merasa kehilangan karena beliau itu sangat potensial. Istilahnya kalau sama guru lain ga selesai, sama beliau ini selesai (wawancara dengan Kepala Sekolah, Kamis, 31 Oktober 2013) Biasanya setiap tahun itu ada 1 atau 2 orang guru yang keluar. Yang kemarin yang tahun 2012 memang ada 6 orang yang keluar, tapi bulannya berbeda-beda (wawancara dengan Kepala Sekolah, Kamis, 18 April 2013) Bila ada guru yang keluar, pihak sekolah harus segera mencari guru pengganti untuk menyempurnakan pekerjaan yang ditinggalkan oleh guru yang sudah keluar. Keadaan menjadi sulit bila sekolah mulai memasuki masa akhir tahun ajaran, karena guru pengganti memiliki beban yang lebih berat, yaitu ikut menentukan nilai siswa yang baru dikenalnya. Disamping itu, adanya pergantian guru mengharuskan siswa beradaptasi kembali dengan guru baru. Sebenarnya peraturan disini mewajibkan guru yang keluar agar mencari pengganti. Tapi realitanya kan ga seperti itu. Besok mau keluar, hari ini baru dikasi tau. Jadi bagaimanapun kita kan ga bisa diam. Kalo ada guru yang mau keluar, semua guru berusaha mencari pengganti. Kadang kosong juga sampai satu atau dua minggu. Tapi kita coba atasi lah. (wawancara dengan Kepala Sekolah, Kamis, 18 April 2013) Kadang sulitnya itu kalau sudah mendekati akhir tahun, anakanak mau ujian, terpaksa lah guru baru yang ngerjain masalah nilai anak. Kadang ada juga orang tua yang complain, kalau sama guru lama nilainya bagus, kalo dengan guru ini nilainya jelekjelek. Yah, bagaimanapun kalau ada guru baru, pasti anak-anak harus beradaptasi lagi. Mungkin disitu masalahnya. (wawancara dengan Kepala Sekolah, Kamis, 18 April 2013). 9

10 Turnover dalam organisasi biasanya diawali dengan adanya intensi turnover, yaitu adanya keinginan yang mengarahkan karyawan untuk meninggalkan organisasi dimasa yang akan datang (Mobley dkk dalam Sinuhaji, 2005) Hasil wawancara dengan 2 orang guru SDIT X menunjukkan adanya intensi turnover pada guru SDIT X. Menurut pengakuan 2 orang guru tersebut, mereka memiliki rencana suatu saat akan keluar dari sekolah dengan alasan menikah atau berkeluarga, atau memilih pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan minat mereka. Prediksi saya ke depan, ya tergantung, kalo nanti saya berkeluarga ya gimana nanti izin suami. Kalo diizinkan ya udah, tapi kalo tidak diizinkan yaa mungkin saya tidak bisa lah selamanya disini (wawancara dengan guru A, Rabu, 24 April 2013) Kalo saya sebenarnya ada keinginan lain. Saya pingin buka usaha. Mungkin ke depannya ga ingin disini lagi. saya dulu kan tamatan SMK. Saya ingin buka usaha jahit menjahit gitu bu. Bagi saya kalo saya punya usaha, waktu kita kan tidak banyak diluar. Kalo mengajar gini, apalagi sekolah SD kan sampe sore bu. (wawancara dengan guru B, Rabu, 24 April 2013) Intensi turnover guru yang terjadi di SDIT X berhubungan dengan komitmen organisasi guru, yaitu keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Guru yang tidak memiliki komitmen organisasi akan cenderung menunjukkan kurangnya tanggung jawab terhadap sekolah dan memiliki keinginan untuk tidak mempertahankan keanggotaan di sekolah tempat ia bekerja (Kardiman dan Indriana, 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beberapa guru SDIT X memiliki komitmen organisasi yang rendah karena memiliki keinginan 10

11 untuk keluar dari SDIT X bila ada alternatif pekerjaan lain atau karena alasan lainnya. Komitmen organisasi juga terkait dengan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Mowday & Steers, 1979). Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SDIT X dan beberapa guru kelas, serta hasil observasi selama preliminary research, membuktikan bahwa ada beberapa guru kelas di SDIT X yang menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan tujuan sekolah. Namun ada juga guru yang menerima nilai dan tujuan sekolah dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai dan tujuan sekolah. Tujuan SDIT X yang telah dirumuskan dalam visi sekolah yaitu : Membentuk generasi berkualitas yaitu yang memiliki karakter seorang muslim dengan ciri-ciri : akidah yang lurus, ibadah yang benar dan berakhlak yang mulia. Menurut Kepala Sekolah, untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru kelas SDIT X dituntut mampu memberikan keteladanan sehingga dapat menjadi contoh nyata bagi seluruh siswa dalam membentuk karakter siswa sebagai seorang muslim sesuai dengan visi sekolah. Tujuan sekolah ini membentuk generasi berkualitas, maksudnya sekolah ini ingin mewujudkan siswa-siswa yang memiliki karakter, atau akhlak. Karena kita ingin membentuk karakter, maka peran guru itu menjadi sangat penting. Untuk membentuk karakter anak, mereka kan harus melihat contoh langsung. Prilaku yang kita tampilkan sehari-hari itu menjadi contoh bagi mereka. Jadi, kita mendidik agar siswa memiliki karakter, kita sebagai guru juga harus punya karakter. Keteladanan prilaku yang bisa dicontoh oleh siswa. (wawancara dengan Kepala Sekolah, Kamis, 18 April 2013) 11

12 Pentingnya keteladanan guru dalam membentuk karakter siswa ditunjukkan melalui perilaku guru terhadap siswa yang menampilkan prilaku berakhlak mulia, yaitu santun, kasih sayang, peduli, suka menolong, jujur, menunaikan amanah dan qanaah. Perilaku yang menunjukkan akhlak mulia tersebut tidak dikotori oleh perilaku berakhlak buruk seperti pemarah, kasar, kikir, hasad dan dengki, fitnah, curang, dusta, prasangka, khianat dan sebagainya (Tim JSIT, 2006). Hasil observasi selama penelitian awal, terlihat bahwa mayoritas guru sudah menunjukkan contoh prilaku berakhlak mulia. Mereka memperlakukan siswa dengan penuh kasih sayang seperti mendengarkan perkataan/pertanyaan siswa dengan penuh perhatian, bahkan sambil mengusap kepala, merangkul atau bahkan memeluk siswa. Meskipun demikian ada juga guru kelas tertentu yang tidak menunjukkan prilaku berakhlak mulia seperti memukul siswa bila mereka melakukan kesalahan. Berdasarkan pengalaman guru tersebut, menghukum siswa dengan cara memukul merupakan cara yang efektif untuk merubah perilaku siswa. Menurut kepala sekolah hal tersebut terjadi disebabkan karena kurangnya kesabaran guru terhadap perilaku siswa dan pemahaman mereka mengenai cara mendidik siswa masih sangat minim. Sebaliknya, SDIT X tidak membenarkan mendidik siswa dengan cara kekerasan dalam bentuk apapun. saya pernah menghadapi guru yang menendang siswa,katanya karena siswa sulit diatur ketika shalat. Awalnya saya panggil, dia bilang gini : saya dulu juga dididik begitu bu, disekolah lama juga seperti itu. Terus saya bilang : bapak ngajar disini, jangan bawabawa gaya bapak atau sekolah lama bapak. Kalau ngajar disini, 12

13 ikuti aturan disini. Saya gitukan.(wawancara dengan Kepala Sekolah, Rabu, 31 Oktober 2013) Kemarin itu baru aja kejadian, guru memukul siswa. Cuma karena masalah galon air. Kalau udah gitu saya panggil guru itu. Bagi saya itu masalah penting. Kita disini dapat amanah dari orang tua siswa mendidik anak-anaknya. Itu kepercayaan. Disini ga bisa anak dididik dengan cara begitu. Kenapa anak-anak manjat pagar, liat saya dari jauh langsung turun. Tapi ibu liat sendiri kan, anak keluar masuk ruangan saya itu biasa aja. Nanya ini itu. Bebas.(wawancara dengan Kepala Sekolah, 6 Maret 2013). Anak-anak itu cuma butuh ketegasan, diberikan aturan yang konsisten. Pasti berubah. Namanya juga anak-anak. Orang besar juga kalau diingatkan ga langsung bisa berubah. Apalagi anakanak. Pernah juga dia buat perjanjian si anakakan dimaafkan, asal berperilaku baik selama 2 minggu. Itu kejadiannya pagi, siangnya si anak udah ngelempar sepatu ke atap sekolah. Itu kan anak-anak. Ga bisa sekali diingatkan. Kenapa mereka tidak tertib?? karna itu lah makanya mereka disekolahkan. Biar jadi tertib. Iya kan??yang penting tegas dan konsisten aja anak dah ngerti, ga perlu dibuat takut. (wawancara dengan Kepala Sekolah, 6 Maret 2013) Disamping menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan sekolah, beberapa guru kelas tertentu juga menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sekolah. Menurut Kepala Sekolah ada beberapa nilai penting yang harus dimiliki setiap guru SDIT X, yaitu patuh terhadap aturan sekolah (seperti : menjaga kehadiran disekolah, mengikuti setiap kegiatan wajib sekolah seperti rapat guru setiap hari Selasa, PKG setiap hari Sabtu), bertanggungjawab terhadap pekerjaan (menyelesaikan Lesson plan, mengawasi siswa), dan mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan aturan sekolah. Selama ini ada beberapa guru kelas yang tidak patuh terhadap aturan sekolah (sering terlambat, sering tidak hadir sekolah atau kegiatan wajib sekolah lainnya), kurang bertanggung 13

14 jawab terhadap pekerjaannya (tidak menyelesaikan lesson plan), dan sulit beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi disekolah. Salah satu peraturan bagi guru kelas di SDIT X adalah hadir disekolah pukul 7.30 Wib setiap hari. Data kartu checklock pada bulan Juli s/d Desember 2013 menunjukkan gambaran kehadiran guru kelas di sekolah, sebagaimana terlihat pada tabel 1 dibawah ini : Tabel 2 Rekapitulasi Keterlambatan Guru Kelas Bulan Juli s/d Desember 2013 Guru Jul Agust Sept Okt Nov Des Jlh Rata-rata Keterlambatan Guru/Bulan 1 4x 6x 8x 7x 7x 4x 36x 6x 6x x - - 1x 0,17x 0 3 8x 7x 5x 6x 4x 5x 35x 5,83x 6x 4 10x 9x 8x 7x 7x 8x 49x 8,17x 8x 5 3x 3x 5x 4x 4x 3x 22x 3,67x 4x 6 8x 12x 12x 13x 10x 12x 67x 11,17 11x 7 6x 4x 3x 4x 5x 4x 36x 6x 6x 8 5x 2x 4x 3x 5x 3x 22x 3,67x 4x 9 1x x 0,33x x 4x 7x 4x 3x 6x 26x 4,33x 4x 11 4x 7x 4x 5x 6x 6x 32x 5,33x 5x 12 3x 1x 9x 3x 6x 4x 26x 4,33x 4x Sumber : Kartu checkclock guru SDIT X Bulan Juli s/d Desember 2013 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar guru kelas SDIT X pernah terlambat hadir disekolah. Dari 12 orang guru kelas terdapat 2 orang guru kelas yang jumlah keterlambatannya paling banyak yaitu mencapai 8 kali dan 11 kali perbulan, sedangkan 8 orang guru kelas lainnya bervariasi antara 4 hingga 6 kali keterlambatan perbulan. Hanya 2 orang guru kelas yang jumlah keterlambatannya hanya 1 atau 2 kali selama 6 bulan. Menurut kepala sekolah keterlambatan guru kelas bukan saja disebabkan oleh jarak rumah dan sekolah yang jauh. Beberapa guru yang 14

15 berdomisili disekitar sekolah justru sering terlambat. Kondisi ini sangat disayangkan oleh Kepala Sekolah karena kehadiran guru disekolah tepat waktu merupakan bagian dari pendidikan kedisiplinan bagi siswa. Beberapa kali Kepala Sekolah mendapatkan keluhan dari wali murid mengenai hal ini. Sebenarnya jarak rumah dan sekolah itu bukan alasan ya bu. Memang ada guru-guru yang tinggal di daerah Pancing, Tembung, Johor. Tapi justru mereka adalah guru-guru yang konsisten datang tepat waktu setiap hari. Sedangkan guru yang tinggal didekat sini malah sering terlambat (wawancara dengan Kepala Sekolah, 6 Maret 2013) Konsekuensinya bagi sekolah kan imej orang tua murid untuk sekolah jadi jelek kan. Saya beberapa kali pernah dapat komplain dari orang tua Gimana anak mau disuru datang cepat. Sampe disekolah gurunya belum datang. Ini sebenarnya yang terjadi. Walaupun beberapa kali diingatkan, dipanggil, diberikan teguran. Masih saja seperti ini kejadiannya. Padahal kehadiran guru tepat waktu itu sebenarnya jadi contoh bagi siswa. Mereka kan setiap hari memantau apa yang dilakukan oleh gurunya (wawancara dengan Kepala Sekolah, 6 Maret 2013) Selain diwajibkan hadir tepat waktu, guru kelas di SDIT X juga diwajibkan untuk menjaga kehadirannya disekolah selama 6 hari setiap minggu. Kegiatan belajar mengajar di SDIT X dilakukan 5 hari seminggu, yaitu hari Senin hingga Jumat sejak pukul 7.30 s/d Wib, sedangkan hari Sabtu diadakan kegiatan PKG (Peningkatan Kompetensi Guru) yang juga wajib dihadiri oleh seluruh guru SDIT X. Tabel 2 di bawah ini merupakan rekapitulasi absensi kehadiran guru kelas selama 9 bulan, sejak bulan Juli 2012 sampai Maret Terlihat bahwa ada beberapa guru kelas yang tidak hadir ke sekolah karena alasan izin, sakit dan alpa (tanpa pemberitahuan). 15

16 Tabel 3 Rekapitulasi Kehadiran Guru Kelas SDIT X Bulan Juli 2012 s/d Maret 2013 Guru Izin Sakit Alpa Jumlah hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari Sumber : Daftar rekapitulasi kehadiran guru SDIT X bulan Juli 2012 s/d Maret 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam jangka waktu 9 bulan (216 hari kerja) ketidakhadiran guru berkisar antara dari 0 hingga 24 hari. Terdapat 2 orang guru kelas dengan jumlah ketidakhadiran terbanyak yaitu 9 dan 24 hari. Sedangkan jumlah ketidakhadiran 9 orang guru kelas lainnya berkisar antara 1 hingga 5 hari. Hanya ada 1 orang guru kelas saja yang selalu hadir di sekolah. Umumnya mereka tidak dapat hadir karena alasan menghadiri acara keluarga, mengurusi orang tua atau anak yang sedang sakit atau mengikuti pelatihan/seminar atas rekomendasi sekolah. Keadaan tersebut biasanya diatasi oleh guru kelas pada kelas yang sama atau meminta bantuan guru dari kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) yang sedang tidak mengajar. Ketidakhadiran guru kelas seperti yang dijelaskan diatas akan mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, yaitu berkaitan dengan kelanjutan pelajaran yang sedang diajarkan, pemantauan terhadap 16

17 pemahaman siswa serta pemberian nilai terhadap kemampuan siswa selama 1 semester. Kepatuhan guru kelas terhadap peraturan sekolah merupakan bagian dari ciri komitmen organisasi guru terhadap sekolah yang berkaitan dengan penerimaan nilai-nilai organisasi (Mowday & Steers, 1979). Guru yang sering terlambat tiba disekolah dan tidak hadir menunjukkan rendahnya komitmen organisasi terhadap sekolah. Sebaliknya guru yang hadir tepat waktu dan menjaga kehadirannya disekolah adalah guru yang menunjukkan komitmennya terhadap sekolah. Selain menaati peraturan sekolah, setiap guru kelas di SDIT X, memiliki kewajiban mengawasi siswa dalam setiap kegiatan sekolah dan membuat lesson plan untuk setiap mata pelajaran yang diajarkan. Lesson Plan merupakan rancangan rencana pelajaran untuk setiap pembahasan dalam setiap mata pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Setiap guru kelas bertanggung jawab atas 2 hingga 3 mata pelajaran. Dengan demikian, mereka harus membuat 2 hingga 3 lesson plan setiap minggu atau 8 hingga 12 lesson plan setiap bulan. Setiap lesson plan harus dibuat pada akhir minggu sebelum pelajaran tersebut diajarkan dikelas dan harus dikumpulkan pada Kepala Sekolah setiap akhir semester. Selama ini sebagian besar guru kelas tidak dapat menyelesaikan tugas pembuatan Lesson Plan dengan alasan keterbatasan waktu untuk mengerjakannya. Berikut rekapitulasi ketuntasan Lesson Plan pada bulan Januari s/d Juni 2013 dan Juli s/d Desember

18 Tabel 4 Rekapitulasi Ketuntasan Pengerjaan Lesson Plan Bulan Januari s/d Juni 2013 Dan Juli s/d Desember 2013 Guru Januari s/d Juni 2013 Juli s/d Desember 2013 Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Sumber : Dokumen SDIT X Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar guru tidak dapat menyelesaikan pembuatan Lesson Plan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hanya ada 3 guru kelas yang dapat menuntaskan seluruh lesson plan tepat waktu, sedangkan 8 guru lainnya hanya dapat mengumpulkan sebagian, bahkan ada juga yang hanya mengumpulkan 1 dari 3 mata pelajaran yang diasuhnya. Menurut mereka, membuat Lesson Plan membutuhkan waktu untuk mencari inspirasi agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pelajaran yang akan diajarkan. Mereka harus membuat games atau simulasi untuk membangkitkan semangat siswa, merancang proses belajar yang akan dilakukan serta membuat evaluasi. Selama ini proses tersebut tidak sesuai dengan waktu yang tersedia. Setiap hari mereka harus mengajar, mengawasi siswa dalam setiap kegiatan sekolah serta melakukan tugas-tugas lain seperti laporan perkembangan siswa, daftar nilai siswa, dan tugas-tugas tambahan lainnya sehingga sulit untuk fokus merancang lesson plan. 18

19 Paling yaa sebagai guru, beban dari kepala sekolah itu kan ada juga yang harus disiapkan. Paling ya itu aja. Waktunya itu kadang tidak ada. Sebagian besar kan habis untuk mengajar, jadi waktu untuk mengerjakan tugas dari yayasan dan kepala sekolah itu jadi sedikit. Disitu aja yang agak terkendala. misalnya sebelum mengajar kami harus menyiapkan Lesson Plan. Sebenarnya itu tidak dibuat ketika sedang mengajar. Ada waktu yang disediakan setiap hari sabtu, itu 2 jam. Cuma dengan waktu 2 jam itupun ga cukup juga yang lain seperti laporan perkembangan anak.. kemudian nilai-nilai anak lah yang harus diserahkan. Kemudian kalo ada acara-acara. Nah, itu kan harus lebih banyak mengeluarkan tenaga sama fikiran. (wawancara dengan guru A, Rabu, 24 April 2013) Membuat Lesson Plan itu butuh waktu. Kita kan harus memikirkan gamesnya, simulasi pengantarnya. Itu biar anak-anak tertarik dengan pelajaran yang mau kita ajarkan. Kemudian kita buat prosesnya. Misalnya tentang air, gimana cara kita menjelaskan sifat-sifat air, kemudian harus ada evaluasinya juga. Jadi lengkap semuanya. Makanya kalau lagi dapat ide, bisa cepat. Tapi kalo enggak, yaa... harus mikir dulu. Heheee.. (wawancara dengan guru A, Rabu, 24 April 2013) Menurut Kepala Sekolah, Lesson Plan bagi guru adalah panduan penting dalam mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, setiap guru memiliki tanggungjawab untuk membuat lesson plan untuk setiap pembahasan dalam setiap mata pelajaran. Penerapan peraturan mengenai Lesson Plan juga sudah dilakukan beberapa tahun sebelumnya, termasuk supervisi yang rutin dilakukan oleh Kepala Sekolah setiap bulan bagi masing-masing guru agar mereka semakin terlatih dalam membuat Lesson Plan. Selain itu sekolah juga mengadakan kegiatan PKG untuk meningkatkan kompetensi guru setiap hari Sabtu, serta mengikutsertakan guru dalam seminar-seminar di luar sekolah agar mendapatkan wawasan yang luas serta inspirasi dalam mengajar, termasuk dalam membuat Lesson Plan. Dengan demikian, mestinya tugas ini bukanlah merupakan hal yang baru bagi guru. Menurut 19

20 Kepala Sekolah, ada beberapa orang guru kelas tertentu tidak mau keluar dari zona nyaman sehingga mereka tidak siap dengan tuntutan tugas dari sekolah, khususnya pembuatan Lesson Plan. Penerapan aturan tentang Lesson Plan ini bukan baru tahun ini bu. 2 tahun sebelumnya, kita udah mulai memperkenalkan Lesson Plan pada guru. Awalnya setiap mata pelajaran, 1 Lesson Plan setiap bulan. Kemudian, pada semester berikutnya kita minta mereka membuat Lesson Plan untuk setiap mata pelajaran dan dikumpulkan setiap akhir semester. Berikutnya kita minta mereka membuat Lesson Plan untuk setiap pelajaran dan dikumpulkan setiap bulan. Tapi setelah kita evaluasi setiap 3 bulan, masih juga banyak yang belum selesai untuk peningkatan kompetensi guru, kita rutin adakan kegiatan PKG setiap sabtu. Disitu guru-guru dapat tips-tips mengajar, metode-metode baru, segala macam lah. Kemudian kalau ada seminar-seminar diluar, mereka kita ikutkan. Itu untuk wawasan mereka juga. Kita sadar bahwa ilmu ini kan berkembang terus. Jadi kita juga harus bergerak terus, berubah. Masalahnya sekarang kitanya, mau berubah atau tidak, kan gitu. Guru-guru disini saya lihat ga mau keluar dari zona nyaman Sejak awal berdiri hingga diusia yang ke 10 tahun, SDIT X memang sering melakukan perubahan berkaitan dengan kebijakan sekolah terhadap peran guru disekolah, khususnya terhadap guru kelas yang selalu berhubungan dengan siswa. Hal itu dilakukan agar kegiatan sekolah dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan kebutuhan siswa. Selama ini kita memang belum memiliki format yang baku ya bu. Mungkin karena disini sistem itu yang tidak berjalan. itu tadi ya, kita menyadari bahwa peran yayasan masih kurang, jadi saya (Kepala Sekolah) yang ngedraft, merancang program sampai tingkat pelaksanaan oleh guru. Nanti setelah berjalan, kita evaluasi kita bicarakan di rapat dengan guru-guru. Kalau ada yang masih kurang atau harus diperbaiki ya kita perbaiki. Kita lihat bagaimana efeknya terhadap siswa. Selama ini seperti itu (wawancara dengan Kepala Sekolah, Kamis, 18 April 2013). 20

21 Perubahan yang terjadi disekolah menuntut kemampuan guru dalam beradaptasi sehingga dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi. Namun demikian, masih ada guru yang belum dapat menerima kondisi ini, sehingga sering mengeluh mengenai penerapan aturan-aturan baru. Kepala Sekolah sering menerapkan peraturan-peraturan baru. Nanti ada tugas-tugas baru untuk guru. Yang seperti itulah yang buat kita gitu, kadang-kadang mendadak, kadang-kadang ada penambahan juga dari kepala sekolah, entah ngisi apa gitu. udah kata kepala sekolah, mulai sekarang guru-guru harus ini yaa.. dah, jadi ada tugas lagi memang yang seringnya berkaitan dengan kebutuhan anak. (wawancara dengan guru A, Rabu, 24 April 2013) sebenarnya memang kalau peraturan disini itu dibuat oleh guru. Jadi, dari guru untuk guru. Memang ide awalnya biasanya dari Kepala Sekolah. nah itu tiap tahun kita bicarakan diraker gitu, Itu dievaluasi. Nanti tiap minggu, hari selasa siang kita juga rapat untuk evaluasi. Jadi disitu kita evaluasi dan kita buat lagi. Cuma yaa... kadang-kadang kesannya mendadak, padahal kita dengan siswa saja sudah menguras waktu dan tenaga. Nanti harus mengerjakan yang lainnya juga. (wawancara dengan guru A, Rabu, 24 April 2013) Peraturan disini sering berubah. Belum lama ada peraturan baru, nanti dah berubah lagi. Kadang kita jadi bingung juga.. tapi ya udah dijalani aja semampunya. Walaupun sebenarnya rasanya nambah-nambah kerjaan yaa... kerjaan yang ada aja belum selesai, dah ditambah lagi aturan baru. Jadi tambah lagi kerjaan baru. (wawancara dengan guru B, Rabu, 24 April 2013) Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan yang terjadi di SDIT X. Diantaranya terkait dengan turnover yang terjadi setiap tahun, serta indikasi adanya intensi turnover guru karena ada beberapa guru yang memiliki keinginan untuk keluar dari sekolah. Ada juga permasalahan yang berhubungan dengan penerimaan terhadap tujuan sekolah, yaitu terkait dengan keteladanan guru dalam 21

22 menampilkan perilaku yang berakhlak mulia, serta permasalahan yang terkait dengan penerimaan nilai-nilai organisasi, seperti kepatuhan terhadap aturan sekolah (dalam menjaga kehadiran di sekolah), tanggung jawab dalam menyelesaikan kewajibannya sebagai guru kelas (misalnya menyelesaikan lesson plan) dan kemampuan adaptasi guru kelas terhadap berbagai perubahan peraturan yang terjadi disekolah. Semua kondisi diatas memberikan gambaran adanya permasalahan mengenai komitmen organisasi, khususnya pada guru kelas. Adanya fenomena tersebut mendorong peneliti untuk menggali lebih dalam bagaimana gambaran kecenderungan tingkatan komitmen organisasi pada guru kelas di SDIT X melalui pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kecenderungan tingkatan komitmen organisasi pada guru kelas SDIT X. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang berarti kepada manajemen sekolah mengenai komitmen organisasi terutama pada guru kelas sehingga sekolah dapat membuat kebijakan atau memberikan dukungan organisasi 22

23 (organizational support) yang tepat agar komitmen organisasi guru kelas tetap terjaga b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat membantu guru untuk meninjau kembali sejauhmana komitmennya terhadap organisasi dan meminimalisir faktor-faktor yang dapat mengganggu perkembangan komitmennya terhadap organisasi. 2. Manfaat Teoritis Sebagai salah satu sumber informasi di bidang psikologi pada umumnya serta secara khusus pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi serta Psikologi Pendidikan terutama yang berkaitan dengan komitmen organisasi. D. Sistematika Penulisan Laporan hasil penelitian ini disusun dalam sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Dalam Bab ini akan disajikan uraian singkat mengenai latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bagian ini berisikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. 23

24 Bab III : Metode Penelitian Dalam Bab ini akan dijelaskan jenis metode penelitian kualitatif yang digunakan, termasuk subjek dan lokasi penelitian, juga memuat tahap-tahap penelitian. Bab IV : Analisis dan Interpretasi Data Berisi análisis dan interpretasi data hasil wawancara dan observasi yang dilakukan Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran Bab ini memuat kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian, diskusi dan saran-saran yang diajukan dalam rangka perbaikan bagi penelitian selanjutnya. 24

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN ORGANISASI 1. Definisi Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut Robbins (2003) ialah suatu keadaan dimana karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Karena melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang cerdas, berwawasan,

Lebih terperinci

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi suatu bangsa kedepan ditengah persaingan global ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bangsa yang menyadari peran SDM tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Kualitas pendidikan suatu negara merupakan indikator keberhasilan dari maju tidaknya

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu aset penting negara. Sumber daya manusia yang dimiliki akan menentukan berkembang atau tidaknya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut globalisasi, dan pilar penyangganya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang penuh dengan harapan dan citacita. Hal ini tertuang dalam Pembukaan UUD alinea keempat yang menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu peradaban, manusia merupakan unsur terpenting didalamnya. Maka wajar jika suatu bangsa ingin maju maka hal utama yang harus diperhatikan adalah mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan tongkat estafet majunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari waktu kewaktu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi semakin pesat. Arus globalisasi juga semakin hebat. Akibat dari fanomena ini muncul persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa dapat dilihat melalui pendidikan, semakin maju pendidikan maka semakin cerah dan terarah juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi guru merupakan pekerjaan yang mulia, sebab dari gurulah segala peradaban dimulai dan mengalami perkembangan yang sangat mengagumkan hingga detik ini. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri rumah sakit terus meningkat di Indonesia seiring dengan perkembangan perekonomian negara dan global (Djumena, 2012). Hal ini juga disebabkan oleh penertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia, dan dalam kondisi apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pendidikan harus kita optimalkan sedini mungkin. Soedijarto (dalam Tambak, 2013:3) mengemukakan: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pendidikan harus kita optimalkan sedini mungkin. Soedijarto (dalam Tambak, 2013:3) mengemukakan: Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan saat ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengantisipasi adanya berbagai masalah, hambatan dan tantangan di era globalisasi ini, perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah. 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal yang negatif dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman-temannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi muda yang bertakwa dan berilmu pengetahuan,, sesuai dengan tujuan UUD No 20 tahun 2003 yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar bergantung pada kualitas sumber daya manusia, baik dalam kapasitas individu, keluarga,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

Lebih terperinci

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dan memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya pendidikan tidak mungkin pembangunan suatu bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan kita, pendidikan memegang peran untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan sebuah perubahan-perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mensukseskan rencana pemerintah dalam membentuk manusia Indonesia yang bermoral dan berkualitas maka pengembangan dunia pendidikan sangat diperlukan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk manusia dengan tujuan tertentu dan merupakan upaya manusia secara sadar untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMK Otomotif merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu yaitu bidang otomotif. Pada prinsipnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan nasional di era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, perkembangannya meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan pendidikan. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu Negara. Dalam pelaksanaan pendidikan terdapat permasalahan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki standar mutu profesional tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan sangat berperan dalam mewujudkan perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting pada zaman sekarang ini. Tanpa adanya pendidikan suatu bangsa dan negara tentunya akan sangat tertinggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pencetak generasi penerus bangsa yang menentukan kehidupan dimasa yang akan datang untuk perubahan setiap orang dan negaranya. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu dimuka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan perkembangan zaman. Era kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terobosan baru dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif dalam meningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Pendidikan juga mempengaruhi manusia baik dari segi berfikir maupun berprilaku dimana berfikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik termaktub dalam tujuan

Lebih terperinci

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Pendidikan bukan hanya sebatas media menyalurkan ilmu dari pendidik kepada siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu bangsa adalah melalui

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci