BAB II KAJIAN TEORETIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Disiplin Pengertian disiplin menurut Elisabeth Hurtock (dalam Yusuf, 2008:10) Mengemukakan bahwa, Disiplin itu berasal dari kata Disipline yaitu seseorang yang belajar atau sukarelawan yang mengikuti seorang pemimpin. Selanjutnya dikemukakan bahwa ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu yang positif dan negatif. Disiplin negatif adalah yang berhubungan dengan kontrol seseorang berdasarkan otoritas dari luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa, dan dengan cara yang kurang menyenangkan. Sedangkan disiplin positif adalah sama artinya dengan pendidikan dan konseling yaitu menekankan perkembangan dari dalam (Inner Growth) yang bentuknya bisa dibagi dalam dua jenis yaitu Self disipline dan Self Controll. Pada dasarnya disiplin yang positif itu mengarahkan kepada motivasi dari dalam diri sendiri.. Kedisiplinan sekolah sangat erat kaitannya dengan kerajinan siswa di sekolah dan juga dalam belajarnya. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/ keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim BK dalam pelayanannya kepada siswa. Sesuai dengan pendapat tersebut disiplin yang dilaksanakan di sekolah terhadap siswa, siswa akan belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfat bagi dirinya dan lingkungannya baik pada saat bersekolah maupun untuk bekal hidup di kemudian hari. Tetapi

2 pendekatan dengan penegakan disiplin tersebut janganlah sampai membuat siswa tertekan, dan penerapannya harus pula demokratis dalam arti mendidik. Namun demikian, mulianya tujuan penegakan disiplin seringkali tidak mendapat respons yang positif dari siswa hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu: (a) kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter yang menyebabkan sikap siswa yang agresif ingin berontak akibat kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi, ( b) kurang diperhatikannya kelompok minoritas baik yang berada di atas rata-rata maupun yang berada di bawah rata-rata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan di sekolah, (c) siswa kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung sekolah, (d) latar belakang kehidupan keluarga dan (e) sekolah kurang mengadakan kerja sama dan saling melepas tanggung jawab. Di antara penyebab pelanggaran tersebut pelanggaran yang umum sering terjadi karena (1) kebosanan siswa dalam kelas, dikarenakan yang dikerjakan siswa monoton tidak ada variasai dalam proses pembelajaran,( 2) Siswa kurang mendapat perhatian dan apresiasi yang wajar bagi mereka yang berhasil. Untuk mengatasi hal ini seorang guru sebagai pendidik harus memilih strategi, metode dan berbagai pendekatan yang bervariasi agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. Dalam rangka meningkatkan disiplin siswa di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila siswa melanggarnya Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda cek, disuruh menghadap Kepala Sekolah atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah (Slameto, 2010: 67) 2.2 Disiplin Dalam Kehidupan Sehari-Hari Disiplin Dalam Keluarga

3 Keluarga adalah tempat dimana bapak, ibu, adik, saudara ataupun pembantu yang tinggal bersama dalam satu atap. Keluarga merupakan tempat memulai menanamkan disiplin terhadap anak, apabila dalam keluarga telah ditanamkan disiplin, maka akan lebih mudah pula ditanamkan disiplin di sekolah maupun di masyaraskat. Disiplin dalam keluarga misalnya:(a) bangun pagi, (b) melaksanakan sholat shubuh, (c) merapikan tempat tidur, (d) membersihkan rumah, (e) mandi, (f) sarapan, (g) berangkat ke sekolah. Apabila kebiasaan ini dilaksanakan oleh anak setiap hari, maka anak akan terbiasa tertib dan disiplin dalam mentaati peraturan. Disiplin akan mengembangkan diri sendiri dan orang lain bahkan disiplin mencerminkan kepribadian yang tinggi. Sebaliknya orang yang tidak disiplin akan merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Sebagai siswa hendaknya di rumah juga diterapkan disiplin dalam belajar. Contoh sikap disiplin belajar di rumah:(a) Menggunakan waktu belajar dengan baik (b) mengerjakan tugas rumah dari guru (c) belajar mengaji atau les di rumah (d) menggunakan waktu untuk istirahat Disiplin Di Lingkungan Sekolah Sama halnya dengan lingkungan keluarga, di sekolah pun diterapkan peraturan bagi para siswa. Peraturan atau tata tertib di sekolah dimaksudkan untuk mengatur segala kehidupan di sekolah. Dengan adanya tata tertib, maka kehidupan di lingkungan sekolah akan teratur dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan tertib dan lancar. Siswa yang tidak disiplin akan menghabiskan waktu belajarnya dengan bermain-main yang pada akhirnya ia akan menyesal, sebaliknya siswa yang disiplin akan memanfaatkan waktu di sekolah dengan belajar, membaca buku di perpustakaan, atau hal-hal lain yang bermanfat.

4 Adapun tata tertib di lingkungan sekolah : a. Tata tertib umum 1) Setiap siswa wajib menjaga nama baik sekolah, kapan saja dan dimana saja. 2) Setiap siswa wajib memelihara dan menjaga keamanan, kebersihan, keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan (5K) di lingkungan sekolah. 3) Setiap siswa wajib memelihara keutuhan alat-alat pelajaran, perabotan, bangunan, dan halaman sekolah. 4) Setiap siswa wajib mengenakan seragam sekolah, baik seragam upacara, maupun olahraga. 5) Setiap siswa harus berpakaian rapi, mengatur rambutnya dengan rapi dan pantas, memotong kuku, serta tidak bersolek atau mengenakan perhiasan yang berlebihan. b. Tata tertib kegiatan belajar mengajar (kegiatan intrakurikuler) 1) Para siswa wajib datang di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai 2) Sebelum pelajaran dimulai, siswa harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal 3) Pada ajam pelajaran berlangsung, para siswa wajib menjaga ketentraman dan ketenangan kelasnya. 4) Siswa yang akan meninggalkan kelas, harus minta ijin kepada guru. 5) Siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran harus bisa menunjukan surat ijin dari orang tua atau surat dokter bagi yang sakit. 6) Pada jam istrahat, siswa dilarang berada dalam kelas dan dilarang meninggalkan halaman sekolah tanpa ijin. 7) Setiap siswa harus saling menghargai, bekerja sama dan tolong menolong.

5 c. Tata tertib di luar jam pelajaran (kegiatan ekstrakurikuler) 1) Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah, sesuai dengan bakat dan minatnya. 2) Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera dengan tertib dan hikmat. d. Sanksi pelanggaran Siswa yang melanggar tata tertib dikenakan sanksi sebagai berikut : 1) Peringatan secara lisan dan tertulis 2) Siswa tidak boleh mengikuti pelajaran dalam waktu tertentu. 3) Di kemalikan pada orang tua. Itulah babarapa tata tertib yang ada di lingkungan sekolah. Dengan adanya tata tertib sekolah maka ketertiban di lingkungan sekolah akan berjalan dengan baik dan proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan tertib dan lancar, ( Murtini 12-13) Disiplin Dalam Masyarakat Kedudukan seorang anak di masyarakat adalah sebagai anggota masyarakat. Sebagai anggota masyarakat harus turut menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Di lingkungan masyarakat pun ada ketentuan atau aturan-aturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat seperti: (a) sikap hormat menghormati dan sopan santun terhadap sesama,(b) melaksanakan dan menjaga tata tertib lingkungan masyarakat,(c) ikut menegakan disiplin dan dan menjaga nama baik masyarakat,(d) menjaga kebersihan lingkungan,(e) menghindari pertengkaran, (f) menciptakan keharmonisan,(g) menciptakan ketentraman,(h) menciptakan suasana yang tenang.iitulah beberapa aturan yang di bentuk untuk menegakan

6 kebenaran.perbuatan yang benar bererti perbuatan yang tidak merugikan orang lain.dengan melaksanakan aturan aturan dimasyarakat kita dapat melaksanakan norma yang satu harus di ikuti oleh pelaksanaan norma yang lain agar tercipta tatanan kehidupan masyarakat yang aman,dan lancar. (Murtini, 2008:14-15). 2.3 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengembangkan Disiplin Memiliki siswa-siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi memang menjadi satu prestasi bagi sekolah. Namun kadang kala para guru kesulitan menerapkan disiplin kepada para siswa mereka. Seringkali, para guru terus berkutat dengan masalah kedisiplinan yang idealnya selalu dipatuhi anak-anak, tidak jarang mereka harus memaksa siswa-siswanya untuk bisa bersikap disiplin. Namun, harus diingat kedisiplinan yang diterapkan tidak hanya melakukan koreksi pada tingkah laku siswa saja. Tapi juga mengajarkan kepada mereka cara untuk bisa mengontrol dirinya, serta peduli akan lingkungannya. Untuk itu, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan disiplin antara lain sebagai berikut: a. Alasan yang masuk akal Jika siswa dilarang untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah alasan-alasan yang masuk akal, dengan memberikan penjelasan dan bimbingan pada mereka. Para siswa membutuhkan alasan jika mereka dilarang. b. Kesepakatan Pada dasarnya, siswa akan meniru apa yang mereka lihat. Begitu pun jika guru bertindak tidak konsisten terhadap suatu keputusan. Misalnya, seorang guru tidak menyukai siswa tersebut memakai sepatu putih, sementara ada guru lain malah membiarkannya. Hal ini

7 akan membuat siswa tersebut bingung, akibatnya dia jadi mengabaikan ketidaksetujuan guru yang meneguruhnya. Buatlah keputusan dengan seluruh komponen pendidikan agar para siswa lebih mudah dalam bersikap. c. Kompromi Para siswa tidak selalu dapat mengatasi dan membedakan antara persoalan besar dan kecil. Sesekali berkompromi dan mengertilah dengan mereka. Tindakan kompromi akan membuat para siswa tersebut menjadi lebih mudah menghadapi persoalan yang lebih besar nantinya. d. Beri bimbingan Disiplin yang diberlakukan di sekolah seharusnya ditegakan secara demokratis artinya tegas dan mendidik. e. Memberi peringatan Jika para siswa telah sadar dan tahu tentang aturan yang telah dibuat, maka ketika para siswa tersebut melanggar aturan mereka akan langsung merasa segan, karena ada sanksi yang harus diterimanya segera, setelah pelanggaran dibuat. f. Memberi hukuman yang mendidik Jika ingin menghukum siswa tentang disiplin, hukumlah segera setelah dia tahu dia tidak disiplin. Jangan sampai menunda memberi hukuman kepadanya. Berilah hukuman yang mendidik, seperti menyapu lantai, membersihkan kamar mandi, atau mengerjakan tugas tambahan. g. Tetap tenang

8 Terkadang saat marah para guru secara tak sadar berteriak, membentak, atau menceramahi anak tanpa henti. Akibatnya para siswa yang melanggar disiplin tersebut jadi takut dan akhirnya mempunyai dampak psikologis bagi mental mereka. h. Tetap berfikir positif Terlalu banyaak waktu yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk para siswa, sebaliknya para guru jaadi kekurangan waktu untuk memberi pujian atas sikap positifnya,( Said 2010:27 30). 2.4 Pengertian Bimbingan dan Konseling Menurut Yusuf (2009:37) Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah Guidance dan Counceling dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah Guidance berasal dari akar kata Guide, yang berarti : (1) mengarahkan (to dirrect), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Secara istilah bimbingan dan konnseling merupakan proses pemberian bantuan (proses of helping) konselor kepada individu (konseli) secara berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal maupun sosial. Makna bantuan dalam bimbingan dan konseling adalah bahwa siswalah yang seharusnya aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilatator perkembangan siswa. Istilah fasilitator disini bukan berarti konselor menyerahkan sepenuhnya kepada siswa (klien) untuk mengambil keputusan, tetapi konselor juga memiliki

9 tanggung jawab untuk membantu klien agar dalam mengambil keputusan itu didasarkan kepada pertimbangan yang matang, baik dari aspek maslahat-madratnya, baik-buruknya, atau benarsalahnya. 2.5 Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang di harapkan atau sesuatu yang ingin di capai melalui berbagai kegiatan yang di programkan untuk membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya,atau menginter analisis nilai nilai yang terkandung dalam tugas tugas perkembangan yang harus di kuasainya. Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar siswa dapat : a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perlkembangan karir, serta kehidupannya di masa yang akan datang. b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang di milikinya seoptimal mungkin. c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kerjanya. d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa atau peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir, ( Yusuf, 2009 :49). Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut mereka harus mendapatkan kesempatan untuk : a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.

10 b. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya. c. Mengenal dan menentukan tujuan dann rencana hidupnya serta rencana pencapaian tersebut. d. Memahami dan mengatasi kesulitan- kesulitan sendiri. e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingannya sendiri. f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya. g. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal. 2.6 Fungsi Bimbingan dan konseling Bimbingan konseling berfungsi untuk membimbing siwa yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Adapun fungsi bimbingan terdiri dari fungsi pemahaman,fungsi prepensif,fungsi pengembangan, perbaikan,penyaluran, adaptasi, dan fungsi penyusuaian. a. Fungsi Pemahaman yaitu: Fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharpkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. b. Fungsi Preventif yaitu: Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak di alami peserta didik. Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahyakan diri sendiri c. Fungsi Pengembangan yaitu:

11 Fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya, konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memfasilitasi perkembangan siswa. d. Fungsi Perbaikan yaitu: Fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. e. Fungsi Penyaluran yaitu: Fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantaapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan bakat, minat dan keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. f. Fungsi Adaptasi yaitu: Fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, staf, konselor, guru untuk menyesuaikan program pendidkan terhadap latar belakang pendidikan. g. Fungsi Penyesuaian yaitu: Fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama. 2.7 Tugas Pokok Guru BK Konseling merupakan proses pertemuan langsung antara konselor dengan konseli (Face to face relaationship) yang bermasalah, dimana pembimbing membantu konseli dalam memecahkan masaalahnya dan mengusahakan perubahan sikap dan tingkah laku. Tugas konselor adalah mengusahakan perubahan sikap yang mendasarinya yang mungkin akan bersifat sementara saja. Karena adanya tekannan dari luar aatau karena adanya sesuatu akan lebih bersifat

12 permanen, sebab perubahan sikap terjadi atas penemuan dan pemahamannya sendiri. (Sagala, 2009: 236) 2.8 Upaya Guru BK Dalam Mengembangkan Displin Siswa Di Sekolah Bimbingan dan konseling merupakan wadah yang diperuntukan bagi siswa dalam mengatasi masalah ataupun mengembangkan potensi yang dimilkinya agar lebih optimal. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseoarang guru BK dalam mengembangkan disiplin dalam diri siswa, yaitu dengan memberikan layanan informasi bahwa disiplin dapat membantu karakter yang baik dalam kepribadian seseorang. Dalam bimbingan dan konseling pun ada berbagai macam teknik yang dapat kita gunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan tehknik pengubahan tingkah laku. Bukan hanya itu saja, dalam mengembangkan potensi dan kemandirian siswa dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif,sejahtra dan peduli kemaslahatan umum. Dengan memberikan layanan informasi kepada siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang berguna bagi siswa seperti cara belajar yang efektif,membangun sikap dan kebiasaan belajar yang positif, etika pergaulan, bahayanya merokok, miras,dan narkoba. Itulah upaya guru BK dalam memberikan layanan konseling individual ke pada siswa yang terkait dengan aspek pribadi,sosial, akademik dan karir. Layanan bimbingan konseling sangat berguna dalam mengorganisasikan dan mengolola program bimbingan koseling, serta dapat memberikan informasi tentang program bimbingan kepada siswa,orang tua, guru- guru, kepala sekolah dan staf administrasi. Dengan melaksanakan program dan memberikan latanan tersebut, siswa akan lebih disiplin dan akan menaati semua peraturan yang berlaku di sekolah.

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #3 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Komitmen kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/ Madrasah,

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disiplin Disiplin kerja sangatlah penting dalam mempengaruhi perkembangan diri suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita.

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita. Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita. Yang saya hormati Bpk kepala sekolah SMPn 09 Kendari beserta jajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

KESADARAN, BUDAYA, DAN GENGSI. Oleh : ANASTASIA EVIRA

KESADARAN, BUDAYA, DAN GENGSI. Oleh : ANASTASIA EVIRA DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH : ANTARA KESADARAN, BUDAYA, DAN GENGSI Oleh : ANASTASIA EVIRA Tentang Penulis : Nama : ANASTASIA EVIRA Tempat & tanggal lahir : P.Raya, 6 Maret 1992 Asal Sekolah : SMAN 2 Pahandut

Lebih terperinci

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Pada bab ini penulis akan mengemukakan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Adapun data yang dimaksud yaitu data yang berkaitan dengan disiplin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Faktor-Faktor Determinan Dalam Pembinaan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Disiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Disiplinan Belajar Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu disiplin mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari ke hari. Di dalam kegiatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa BUKU SAKU Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Kewajiban Siswa Setiap siswa wajib : 1. Mempunyai dan membawa buku saku setiap mengikuti kegiatan di sekolah 2. Memahami, menghayati, dan melaksanakan semua ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Disiplin Belajar Disiplin belajar adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar

Lebih terperinci

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I 99 KISI KISI ANGKET Judul Skripsi Devenisi Operasional : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak Usia Dini dalam Belajar di TK Al- Falah 1 Kota Jambi. : Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal. Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Disiplin merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi kehidupannya, membahayakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian manusia seiiring berkembangnya ilmu teknologi dan komunikasi yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Disiplin Menurut Yani (2012:86) disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan dan modal untuk menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga erat kaitannya dengan bagimana

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora) TESIS

PENGELOLAAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora) TESIS PENGELOLAAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora) TESIS Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Manajemen Pendidikan Disusun Oleh: BASIRAN Q100080006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan BAB I PENDAHULUAN Bab awal ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai implementasi kebijakan kepala sekolah mengenai adanya pelanggaran tata tertib di ruang lingkup SMP Negeri 1 Cerme yang

Lebih terperinci

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 DISIPLIN ORGANISASI

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 DISIPLIN ORGANISASI DISIPLIN ORGANISASI Disiplin adalah tindakan para manajer untuk menegakkan standar organisasi, yang apabila para pekerja tidak mengetahui dan memahami standar tersebut, maka perilaku mereka akan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. Sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi/instansi yang merupakan suatu penegasan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani tidak hanya mengedepankan pengetahuan yang digambarkan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran penjas. Penjas menekankan adanya realisasi

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 45 JAKARTA JL. Perintis Kemerdekaan Kelapa Gading - Jakarta Utara (021) 4527345 Website: sman45-jkt.sch.id Email: sman45-gading@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto

Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto 1. Tujuan Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto 2. Petunjuk Kerja 2.1. Hal Masuk Sekolah 1) Semua peserta didik harus hadir di

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh pendidikan guna mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bangsa yang unggul adalah bangsa yang dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dengan baik bagi kesejahteraan rakyatnya serta memiliki sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Hal ini tergambar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi

Lebih terperinci

Lampiran-lampiran A. DOKUMENTASI 1. Denah Lokasi Penelitian. 2. Dokumentasi Wawancara peneliti

Lampiran-lampiran A. DOKUMENTASI 1. Denah Lokasi Penelitian. 2. Dokumentasi Wawancara peneliti Lampiran-lampiran A. DOKUMENTASI 1. Denah Lokasi Penelitian 2. Dokumentasi Wawancara peneliti 3. Dokumentasi Wawancara peneliti 4. Dokumentasi Kegiatan Siswa di pagi hari sebelum masuk ke kelas 5. Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah tapi di rumah dan di lingkungan sosial, bahkan sekarang ini peserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tata Tertib Sistim Poin 1. Pengertian Tata Tertib Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga (2007) tata tertib berasal dari dua kata yaitu tata dan tertib, tata adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMP N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1. Letak Geografis SMP N 1 Wiradesa terletak di kelurahan Pekuncen, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis bentuk kenakalan siswa di SDN 02 Kalijoyo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan SDN 02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penandasan kembali terhadap falsafah Man behind the gun. Roda organisasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penandasan kembali terhadap falsafah Man behind the gun. Roda organisasi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam suatu organisasi dipandang sebagai sumber daya. Artinya, sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi. Penggerak dari sumber daya yang lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 153 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Peran keteladanan guru PKn dalam membina kedisiplinan siswa melalui beberapa proses yaitu memberikan hukuman dan sanki yang tegas bagi siswa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian mengenai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Suasana sekolah yang penuh dengan kedisiplinan, kejujuran, kasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja Pegawai. kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja Pegawai. kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupun non BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Kerja Pegawai 1. Pengertian Disiplin Kerja Pegawai Menurut Martoyo (2000), kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin discipline yang berarti: latihan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih 1 Lampiran : Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikan STMIK Prabumulih Nomor : 018/STMIK-P/III/2014 Tanggal : 4 Maret 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik

Lebih terperinci

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang terus menerus berlangsung dan menjadi dasar bagi kelangsungan kehidupan manusia. Undangundang nomor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia secara tidak langsung menuntut guru atau dosen untuk selalu mengembangkan keterampilan dan pola pikir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada berbagai aspek diantaranya penegetahuan,sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada berbagai aspek diantaranya penegetahuan,sikap dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar adalah kegiatan berproses yang ditandai dengan diperolehnya kebiasaan,sikap dan pengetahuan yang baru. Perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan hal-hal yang mengarah pada penelitian. Pokok pembahasan dalam bab ini antara lain: (a) latar belakang masalah; (b) rumusan masalah; (c) tujuan penelitian; (d)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Panduan Silaturahmi Mahasiswa Keguruan (SIMAK) Tahun 2016 STKIP PGRI Sumatera Barat =====================================================

Panduan Silaturahmi Mahasiswa Keguruan (SIMAK) Tahun 2016 STKIP PGRI Sumatera Barat ===================================================== Panduan Silaturahmi Mahasiswa Keguruan (SIMAK) Tahun 2016 STKIP PGRI Sumatera Barat ===================================================== 1. Dasar Pelaksanaan a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal. Di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara interaktif dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci