7.1. PERKERASAN JALAN (PAVEMENT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7.1. PERKERASAN JALAN (PAVEMENT)"

Transkripsi

1 MODUL 7 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN 7.1. PERKERASAN JALAN (PAVEMENT) Perkerasan jalan (pavement) adalah suatu lapisan tambahan yang diletakkan di atas jalur jalan tanah, dimana lapisan tambahan tersebut terdiri dari bahan material yang lebih keras/ kaku dari tanah dasarnya dengan tujuan agar jalur jalan tersebut dapat dilalui oleh kendaraan (berat) dalam segala cuaca. Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisanlapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke dasar tanah. b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton. Alasan pemilihan perkerasan lentur adalah tanah dasarnya relatif bagus (CBR min 5%) biayanya lebih murah banyak dilewati kendaraan kecil (seperti mobil pribadi, pick up) Alasan permilihan perkerasan kaku adalah tanah dasarnya jelek banyak dilewati oleh kendaraan berat seperti truk dan bus 7.2. PERKERASAN LENTUR Perkerasan umumnya lentur menggunakan (flexible pavement) bahan campuran ialah perkerasan beraspal sebagai yang lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya. Konstruksi perkerasan terdiri dari (lihat Gambar 7.1) 71

2 lapisan permukaan (surface course) lapisan pondasi atas (base course) lapisan pondasi bawah (sub base course) lapisan tanah dasar (subgrade) Lapisan permukaan (surface) Lapisan pondasi atas (base) Lapisan pondasi bawah (subbase) Lapisan dasar (subgrade) Gambar 7.1. Susunan lapisan konstruksi perkerasan lentur Sumber Petunjuk Perencanaan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen o Lapisan Permukaan (Surface Course) Lapisan permukaan ialah bagian perkerasan yang terletak paling atas. Fungsi lapis permukaan antara lain Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda. Sebagai lapis kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat air Sebagai lapisan aus (wearing course), yaitu lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. Bahan untuk lapisan permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, di samping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. o Lapisan Pondasi Atas (Base Course) Lapisan pondasi ialah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan permukaan (surface course) dengan lapisan bawah (sub base course) atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapisan pondasi bawah. Fungsi lapisan pondasi antara lain Sebagai lapisan perkerasan yang menahan beban roda 72

3 Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan Bermacammacam bahan alam/bahan setempat (CBR 50%, PI 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain batu pecah, kerikil pecah dan stabilitas tanah dengan semen atau kapur. o Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course) Lapisan pondasi bawah ialah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan pondasi (base course) dan tanah dasar (subgrade). Fungsi lapisan pondasi bawah antara lain Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda (lihat Gambar 7.2) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisanlapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi). Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Bermacammacam tipe tanah setempat (CBR 50%, PI 10%) yang relatif baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Gambar 7.2. Penyebaran beban roda melalui lapisan perkerasan jalan Sumber Perkerasan Lentur Jalan Raya, Silvia Sukirman Keterangan Pada Gambar 7.2 terlihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata P o. Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ke tanah 73

4 dasar menjadi P1 yang lebih kecil dari daya dukung tanah dasar. Lapisan Tanah Dasar (Sub Grade Course) o Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya UMUR RENCANA Umur Rencana; adalah jumlah waktu dalam tahun yang dihitung dari sejak jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas sampai diperlukan perbaikan besar atau perlu diberi lapis ulang. Umur rencana untuk jenis perkerasan lentur (flexible pavement) berdasarkan Metode Analisa Komponen dari Bina Marga adalah 5 sampai 10 tahun. Penentuan umur rencana yang terlalu singkat (< 5 tahun) akan menyebabkan desain perkerasan terlalu tipis dan akan cepat rusak oleh beban lalu lintas. Sedangkan bila umur rencana terlalu lama (> 10 tahun) akan menyebabkan konstruksi menjadi desain tebal perkerasan terlalu tebal sehingga mahal, disamping itu juga menyebabkan tingkat ketelitian untuk perkiraan jumlah lalu lintas yang lewat sampai umur rencana juga menjadi kurang teliti (lihat Gambar 7.3 berikut error Volume Lalu Lintas 2000 error redesign error Real 500 Design Forecasting Tahun UmurRencana Rencana Gambar 7.3. Penentuan Umur Rencana 74

5 Biasanya pada saat perencanaan ditentukan umur rencana perkerasan lentur adalah 5 (lima) tahun. 75

6 7.4. LALU LINTAS HARIAN RATARATA (LHR) Volume lalu lintas harian ratarata ini merupakan jumlah kendaraan untuk masingmasing jenisnya. Secara umum jenis kendaraan yang berpengaruh terhadap tebal perkerasan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Truk atau kendaraan barang Bus atau angkutan penumpang umum. Mobil atau kendaraan pribadi. Khusus untuk jenis kendaraan truk, masih dibagi menjadi beberapa type berdasarkan konfigurasi beban sumbunya (lihat juga Tabel 7.4). Data jumlah kendaraan tersebut dapat diketahui melalui survey traffic counting (survey perhitungan jumlah kendaraan dengan menggunakan alat counter yang biasanya dilakukan selama 24 jam). Berdasarkan hasil survey tersebut, jumlah kendaraan dipisah berdasarkan masingmasing jenis dan tipe kendaraan seperti tersebut di atas. Data tersebut merupakan data kendaraan saat ini, padahal pada saat perencanaan diperlukan jumlah kendaraan sampai umur rencana (lihat juga perhitungan Lintas Ekivalen Akhir sub bab 7.5 point d.). Untuk memperkirakan jumlah kendaraan tersebut dipakai perumusan pertumbuhan sebagai berikut F = P(1+i)n Dimana Untuk F jumlah kendaraan pada saat umur rencana P jumlah kendaraan saat ini i faktor pertumbuhan n umur rencana memperkirakan faktor pertumbuhan jumlah kendaraan dapat digunakan pendekatan sebagai berikut a. Pertumbuhan truk atau angkutan barang dapat didekati dengan angka pertumbuhan ekonomi daerah (Product Domestic Regional Bruto PDRB) b. Pertumbuhan bus atau angkutan umum penumpang dapat didekati dengan angka pertumbuhan penduduk c. Pertumbuhan mobil penumpang dapat didekati dengan angka pertumbuhan perkapita income (PDRB per kapita). Secara skematis dapat digambarkan seperti pada Gambar 7.4 berikut. 76

7 250 F=P(1+i)n LHR (kendaraan) 200 Mobil pribadi i=pdrb/kapita Bus Truk i=penduduk 50 i=pdrb Umur TahunRencana Rencana Gambar 7.4. Skematis Penentuan Angka Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Setelah diketahui jumlah kendaraan pada saat umur rencana tersebut kemudian dihitung besar lintas kendaraan yang disesuaikan dengan beban standar (lihat juga perhitungan LEA) KONDISI TANAH DASAR Disamping kondisi lalu lintas maka kondisi tanah dasar (sub grade) juga sangat mempengaruhi perhitungan tebal perkerasan. Kondisi tanah dasar yang dimaksud adalah daya dukung dari tanah dasar. Ukuran untuk menghitung daya dukung tanah dasar konstruksi jalan adalah hasil dari test California Bearing Ratio (CBR). California Bearing Ratio (lihat Gambar 7.5) ialah suatu jenis test untuk mengukur daya dukung/ kekuatan geser tanah atau bahan pondasi jalan dengan mencari besarnya gaya yang diperlukan untuk menekan piston kepermukaan tanah sedalam 0,1 inch (atau juga 0,2 inch). Harga CBR dapat dicari dengan dua cara yaitu langsung dari lapangan dan dari laboratorium. 77

8 Gambar 7.5. Alat Ukur CBR di Laboratorium Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah dasar dilakukan dengan tabung (undisturb), kemudian direndam (hal ini dilakukan karena pada kondisi terendam sebagai simulasi kondisi hujan, tanah tersebut mempunyai daya dukung yang paling rendah) dan diperiksa harga CBRnya. Dapat juga mengukur langsung di lapangan pada saat musim hujan. CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru. Sementara ini dianjurkan untuk memperkirakan daya dukung tanah dasar berdasarkan pengukuran nilai CBR. Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai berikut 1) Ditentukan harga CBR terendah. 2) Ditentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masingmasing nilai CBR. 3) Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100 %, sedangkan jumlah lainnya merupakan prosentase dari 100%. 4) Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan prosentase jumlah tadi. 78

9 5) Harga CBR yang mewakili untuk pembuatan jalan ialah yang didapat dari angka prosentase 90% atau dari angka prosentase 75%. Contoh Bila diketahui hasil pengukuran CBR lapangan untuk tanah dasar adalah sebagai berikut 4%, 2%, 3%, 4%, 4%, 6%, 8% dan 4%. Hitung dengan cara grafis nilai CBRsegmennya. Penyelesaian 1. Diurutkan dari yang terkecil 2%, 3%, 4%, 4%, 4%, 4%, 6 % dan 8% 2. Langkah no. 2) dan no. 3) dibuat Tabel 7.1 berikut Tabel Penentuan Nilai CBR segmen Langkah no. 4) dan no. 5) dibuat grafik seperti tampak pada Gambar CBR segmen Gambar 7.6. Penentuan CBR segmen Latihan 79

10 Bila diketahui nilai CBR jalan adalah sebagai berikut 2%, 2%, 2%, 1%, 3%, 5%, 3%, 4%, 4%, 2%, 3%, 3%, 3% 4%, 2%, 3%, 3%, 1%, 3%, 2% Tentukan CBR segmen dengan cara grafis. 710

11 7.6. ANGKA EKIVALEN BEBAN SUMBU (EKIVALEN FAKTOR KERUSAKAN) Angka ekivalen beban sumbu adalah angka yang menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal seberat 8.16 ton (beban standar) yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks permukaan yang sama apabila kendaraan lewat satu kali. Beban standar tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.7 berikut. P=8.16tton lb pon 8.16 = = cm Tekanan roda 0.55 Mpa (=5.5kg/cm2) 11 cm Gambar 7.7. Beban Standar 8.16 t Besar Ekivalen Beban Sumbu Standar ini dapat dirumuskan seperti Tabel 7.2. Tabel 7.2. Rumus Untuk Ekivalen Beban Sumbu Jumlah Sumbu Konfigurasi Sumbu P ton Rumus P ton P ton Tunggal P ton P P x Tandem/Ganda P ton Tridem P ton P

12 Contoh Diketahui beban sumbu as kendaraan adalah 10 ton. Hitung ekivalen beban standarnya bila diketahui a. As kendaraan merupakan sumbu tunggal b. As kendaraan merupakan sumbu tandem Penyelesaian a. Sumbu Tunggal P P = 10 ton P 8.16 E= 4 P = = 2.25 Angka ini berarti kerusakan jalan yang terjadi akibat 1 kali beban sumbu tunggal ini lewat sama dengan kerusakan jalan yang terjadi akibat 2.25 kali beban sumbu standar lewat. b. Sumbu Tandem P = 10 ton P P P E = = = 0.19 Angka ini berarti kerusakan jalan yang terjadi akibat 1 kali beban sumbu ganda ini lewat sama dengan kerusakan jalan yang terjadi akibat 0.19 kali beban sumbu standar lewat atau dengan kata lain kerusakan jalan yang terjadi akibat 5.26 kali beban sumbu ganda (1/0.19) ini lewat sama dengan kerusakan jalan yang terjadi akibat 1 kali beban sumbu standar lewat. Dari contoh soal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konfigurasi ban tunggal atau ganda akan sangat mempengaruhi kerusakan jalan. Konfigurasi sumbu tunggal mempunyai pengaruh yang sangat besar pada kerusakan jalan dibandingkan dengan sumbu ganda. Berikut akan diberikan nilai ekivalen faktor kerusakan (EDF) untuk beberapa besar beban sumbu dan jenis kendaraan seperti tampak pada Tabel 7.3 dan Tabel

13 Tabel 7.3. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan Beban Sumbu Kg Lb Angka Ekivalen Sumbu tunggal Sumbu ganda 0,0002 0,0036 0,0003 0,0183 0,0016 0,0577 0,0050 0,1410 0,0121 0,2923 0,0251 0,5415 0,0466 0,9238 0,0794 1,0000 0,0860 1,4798 0,1273 2,2555 0,1940 3,3022 0,2840 4,6770 0,4022 6,4419 0,5540 8,6647 0, ,4184 0, ,7815 1,2712 Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga Tabel 7.4. Komposisi Roda dan Unit Ekivalen 8,16 ton Beban As Tunggal Sumber Dept.PU Bina Marga 713

14 7.7. PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODA ANALISA KOMPONEN Ada 2 macam metode yang digunakan untuk menentukan tebal perkerasan jalan yaitu metode AASTHO dan metode Bina Marga. metode Bina Marga dipilih karena metode ini telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Perencanaan tebal perkerasan lentur menggunakan metode Bina Marga berdasarkan Petunjuk Perencanaan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, beberapa parameter yang berpengaruh dalam penentuan tebal perkerasan metode Bina Marga adalah lalu lintas harian ratarata, angka ekivalen, lintas ekivalen permukaan, lintas ekivalen akhir, lintas ekivalen tengah, lintas ekivalen rencana, daya dukung tanah dasar, indeks permukaan, faktor regional, indeks tebal perkerasan dan tebal perkerasan. a. Lintas Ekivalen Permulaan Lintas Ekivalen Permukaan (LEP) adalah jumlah lintas ekivalen harian ratarata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18000 lb) pada jalur rencana yang diduga terjadi pada permulaan umur rencana. Dihitung dengan menggunakan rumus n LEP = LHR j 1 j x Cj x E j (7.1) Dimana J = Jenis kendaraan E = Angka Ekivalen tiap jenis kendaraan C = Koefisien Distribusi Kendaraan (lihat Tabel 7.5) Tabel 7.5. Koefisien Distribusi Kendaraan Pada Lajur Rencana Jumlah lajur lajur lajur lajur lajur Kendaraan Ringan (Berat total < 5 ton) 1 Arah 2 Arah 1,00 0,60 0,40 1,00 0,50 0,40 0,30 Kendaraan Berat (Berat total > 5 ton) 1 Arah 2 Arah 1,00 0,75 0,50 1,00 0,50 0,475 0,

15 5 lajur 6 lajur 0,25 0,20 0,425 0,400 Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga b. Lintas Ekivalen Akhir Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian ratarata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18000 lb) pada jalur rencana yang diduga terjadi pada akhir umur rencana. LEA dihitung dengan rumus n LEA = LHR j 1 j (1+i)Umur rencana x Cj x Ej (7.2) c. Lintas Ekivalen Tengah Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian ratarata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18000 lb) pada jalur rencana yang diduga terjadi pada pertengahan umur rencana. Untuk menghitung LET digunakan rumus LET = LEP LEA 2 (7.3) d. Lintas Ekivalen Rencana Lintas Ekivalen Rencana (LER) ialah suatu besaran yang dipakai dalam nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18000 lb) pada jalur rencana. Perumusan menghitung LER ialah LER = LET x FP (7.4) dimana FP( Faktor Penyesuaian) = Umur Re ncana 10 e. Daya Dukung Tanah Dasar Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) ialah suatu skala yang dipakai dalam nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan kekuatan tanah dasar. Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR. Nilai DDT dapat dicari dengan menggunakan gambar korelasi DDT dan CBR pada Gambar

16 Gambar 7.8. Korelasi DDT dan CBR Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga Catatan Hubungkan nilai CBR dengan garis mendatar ke sebelah kiri hingga diperoleh nilai DDT. f. Indeks Permukaan Indeks Permukaan (IP) ialah suatu angka yang digunakan untuk menyatakan kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Indeks Permukaan diperkenalkan oleh AASHTO yang diperoleh dari pengamatan kondisi jalan, meliputi kerusakankerusakan seperti retakretak, aluralur, lubanglubang, lendutan pada lajur roda, kekasaran permukaan dan lain sebagainya yang terjadi selama umur jalan tersebut. 716

17 Adapun beberapa nilai IP beserta artinya ialah seperti yang tersebut dibawah ini IP = 1,0 menyatakan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga sangat mengganggu lalu lintas kendaraan. IP = 1,5 tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus). IP = 2,0 tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap. IP = 2,5 menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik. Untuk menentukan nilai IP pada akhir umur rencana perlu dipertimbangkan faktorfaktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah Lalu Lintas Rencana (LER) seperti dicantumkan pada Tabel 7.6. Tabel 7.6. Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IPt) LER < > 1000 lokal 1,0 1,5 1,5 2,0 Klasifikasi Jalan kolektor arteri 1,5 1,5 2,0 1,5 2,0 2,0 2,0 2,0 2,5 2,0 2,5 2,5 Tol 2,5 Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga Pada proyekproyek penunjang jalan, JAPAT (Jalan Padat Tahan Cuaca)/ Jalan Murah, atau jalan darurat maka IP dapat diambil 1,0. Dalam menentukan IP pada awal umur rencana perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/ kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana seperti yang dicantumkan pada Tabel

18 Tabel 7.7. Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo) Jenis Lapis Perkerasan LASTON IPo Roughness (mm/km) 1000 > > > 2000 < 2000 < > ,9 3,5 3,9 3,5 3,4 3,0 3,9 3,5 3,4 3,0 3,9 3,4 3,4 3,0 3,4 3,0 2,9 2,5 2,9 2,5 2,9 2,5 2,9 2,5 2,4 2,4 LASBUTAG HRA BURDA BURTU LAPEN LATASBUM BURAS LATASIR JALAN TANAH JALAN KERIKIL Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga Keterangan Laston (lapisan aspal beton) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Lasbutag ( Lapisan Asbuton Campuran Dingin) adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan) yang dicampur dan dipadatkan secara dingin. HRA (Hot Rolled Asphalt) merupakan lapis penutup terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Burda (Laburan aspal dua lapis) yang terdiri dari lapisan aspal merupakan lapis penutup ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm. Burtu (Lapisan aspal satu lapis) merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal maksimum 2 cm. 718

19 Lapen (Lapisan Penetrasi) merupakan suatu lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup. Latasbum (Lapis tipis asbuton murni) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm. Buras (Laburan aspal) merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inci. g. Faktor Regional Faktor Regional (FR) ialah faktor setempat, menyangkut keadaan lapangan dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah dasar dan perkerasan. Nilai Faktor Regional (FR) didapat berdasarkan klasifikasi tanah yang ada pada Tabel 7.8. Tabel 7.8. Faktor Regional (FR) Kelandaian I (< 6%) % Berat kendaraan >30% 30% Kelandaian II (610%) % Berat kendaraan <30% >30% Kelandaian III (> 10%) % Berat Kendaraan 30 >30% % Iklim I <900 mm/th 0,5 1,0 1,5 1,0 1,5 2,0 1,5 2,0 2,5 Iklim II >900 mm/th 1,5 2,0 2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0 3,5 Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga Keterangan Iklim I<900mm/th maksudnya curah hujan yang terjadi selama 1 tahun di bawah 900mm. Pada bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau tikungan tajam (jarijari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawarawa FR ditambah dengan 1,0. 719

20 h. Indeks Tebal Perkerasan Indeks Tebal Pekerasan (ITP) ialah suatu angka yang berhubungan dengan penentuan tebal perkerasan jalan yang nilainya didapat dengan nomogram pada Gambar 7.9 sampai dengan Gambar Untuk harga LER> nilai ITP diperoleh dengan persamaan Gt 1094 ITP 1 0,2 + 0,40 ITP 2,54 1 2, 54 Log Wt18 = 9,36Log 1 FR DDT 3 1,2 + 0,372 5,19 + Log... (7.5) Wt18 = LER x Umur Rencana x (7.6) Gt = Log... (7.7) IPo 1,5 IPo IPt Dimana Wt 18 = Beban lalu lintas selama umur rencana atas dasar sumbu tunggal pon yang telah diperhitungkan terhadap faktor regional. Gt = Fungsi logaritma dari perbandingan antara kehilangan tingkat pelayanan dari IP= Ipo sampai IP=Ipt dengan kehilangan tingkat pelayanan dari Ipo sampai Ipt=1,5. ITP = Indeks Tebal Perkerasan DDT = Daya Dukung Tanah FR = Faktor Regional 720

21 Gambar 7.9. Nomogram 1 721

22 Gambar Nomogram 2 722

23 Gambar Nomogram 3 723

24 Gambar Nomogram 4 724

25 Gambar Nomogram 5 725

26 Gambar Nomogram 6 726

27 Gambar Nomogram 7 727

28 Gambar Nomogram 8 728

29 Gambar Nomogram 9 729

30 i. Tebal Perkerasan Dalam menentukan tebal perkerasan digunakan perumusan sebagai berikut ITP = a1.d1 + a2.d2 + a3.d3 (7.10) Dimana a1,2,3 = Koefisien kekuatan relatif permukaan, lapis pondasi dan pondasi bawah. D1,2,3 = Tebal tiaptiap lapisan Surface Gambar 7.6. Susunan Lapis Perkerasan Jalan Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga Koefisien kekuatan relatif (a) masingmasing bahan dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi, dan pondasi bawah ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dari aspal), kuat tekan (untuk bahan yang distabilisasi dengan semen atau kapur) atau CBR (untuk bahan dari lapis pondasi bawah). Nilai koefisien kekuatan relatif (a) ditunjukkan pada Tabel

31 Tabel 7.9. Koefisien Kekuatan Relatif (a) Koefisien Kekuatan Relatif A1 A2 A Kekuatan Bahan Jenis Bahan MS (kg) Lasbutag HRA Aspal Macadam Lapen(mekanis) Lapen(manual) Laston Atas Lapen (mekanis) Lapen(manual) Stab. Tanah dengan semen Kt (Kg/cm) CBR (%) Laston Stab. Tanah dengan kapur Batu Pecah (kelas A) Batu Pecah (kelas B) Batu Pecah (kelas C) Sirtu/ pitrum (kelas A) Sirtu/ pitrum (kelas B) Sirtu/ pitrum (keas C) Tanah/ lempung kepasiran Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga 731

32 732

33 Batasanbatasan minimum Tebal Lapisan Perkerasan 1. Lapis Permukaan; tebal minimum (lihat Tabel 7.8) dari lapis permukaan jalan tergantung dari nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP). Tabel Minimum Lapis Permukaan ITP < 3,00 3,00 6,70 6,71 7,49 7,50 9,99 10 Tebal Minimum (cm) 5 5 7,5 7,5 10 Bahan Lapis pelindung (Buras, Burtu,Burda) Lapen/ aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston Lapen/ aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston Lasbutag, Laston Laston Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga 2. Lapis Pondasi; tebal minimum (lihat Tabel 7.9) dari lapis pondasi jalan tergantung dari nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP). Tabel Tebal Minimum Lapis Pondasi ITP < Tebal Minimu m (cm) 15 20*) Bahan Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur Laston atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam Laston atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, lapen, laston atas. Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, lapen, laston atas. Sumber Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina Marga *) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi digunakan material berbutir kasar. 3. Lapis Pondasi Bawah; untuk setiap nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP) bila digunakan untuk pondasi bawah, tebal minimum 10 cm. 733

34 Contoh soal Bila diketahui data tanah CBR sebagai berikut 3.1; 3.04; 3.04; 3.12; 3.1; 3.1; 3.07; 3.18; 3.15; 3.15; 3.18; 3.18; 3.72; 4.22; 4.64 Data lalu lintas sebagai berikut Type jalan kolektor 2/2 UD (2 lajur dari tabel diketahui C=0.5) Kelandaian ratarata 12 % Curah hujan ratarata 750 mm/th Jalan menggunakan LASTON tingkat kerataan >1000 mm/km Lapis atas LASTON Lapis pondasi atas (base course) batu pecah kelas B Lapis pondasi bawah (subbase) sirtu kelas B Rencanakan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metoda analisa komponen. 734

35 Penyelesaian 1. Tentukan dahulu CBR segmennya dengan cara grafis sebagai berikut CBR Sama lebih besar Persentase CBR segmen = Tentukan nilai EAL untuk masingmasing jenis kendaraan sebagai berikut sb. depan 50 %, sb. belakang 50 %. 1. Sepeda motor 0,3 ton E = E sb. tunggal + E sb. tunggal 0,50. 0,3 8,160 = 4 0,50. 0,3 8,160 4 = 0, Kendaraan pribadi 2 ton (1.1) sb. depan 50 %, sb. belakang 50 %. E = E sb. tunggal + E sb. tunggal 0, ,160 = 4 0, ,160 4 = 0, Angkutan Umum 2 ton (1.1) sb. depan 50 %, sb. belakang 50 %. E = E sb. tunggal + E sb. tunggal Truk tiga sumbu 25 ton (1.22)4 sb. depan 25 %, sb. belakang 75 %. 4 0, , E sb. ganda E == E sb. tunggal 8,160 8, , , = 0,0004 x 0,086 8,160 8,160 = 2, Truk trailer 31,4 ton ( ) sb.pertama 17%, sb.kedua 35%, sb.ketiga 34%, sb.keempat 34%. E = E sb. tunggal + E sb. ganda 4 0,17. 31,4 0,35. 31,4 = Raya Rekayasa Geometrik Jalan 8,160 8,160 = 4, ,24. 31,4 8, ,24. 31,4 8,

36 No. Jenis Kendaraan E C LHR2003 LHR2013 LEP LEA 1 Spd. Motor, Sekuter,Spd. Kumbang Sedan, Station Wagon, Jeep Oplet, Combi, Suburban Pick Up dan Mobil Hantaran Bus Truck 2 Sumbu, Mobil Tangki Truck 3 Sumbu (tandem) Truck Gandengan, Mobil Semi Trailer LET LER (LEP+LEA LET x FP )/ Direncanakan u/ Laston, nilai roughness > 1000 mm/km IPo = Jalan kolektor; LER = 80.2 IPt = ; ambil IPt = 2 Gunakan Nomogram 4. % juml. Kend berat = ( )/9555 * 100% = 4.20% Curah hujan = 750 mm/th ; kelandaian = 12 % FR = 1.5 ; CBR = 3.05 DDT = 3.9 Perencanaan tebal perkerasan pada ruas jalan adalah sebagai berikut 736

37 ~ Tanah dasar (sub grade) dengan harga CBR 3,05 %, didapatkan daya dukung tanah (DDT) = 3,80. Dengan LER = 80 dan FR = 1,5 diperoleh = 8,5 (Nomogram 4) ~ Lapisan pondasi bawah (sub base course) menggunakan sirtu / pitrun (kelas B) dengan harga CBR 50 %, didapatkan daya dukung tanah (DDT) = 9,1. Dengan LER = 80 dan FR = 1,5 diperoleh = 3,60 (Nomogram 4). ~ Lapisan pondasi atas (base course) menggunakan batu pecah kelas B dengan harga CBR 80 %, didapatkan daya dukung tanah (DDT) = 9,8. Dengan LER = 80 dan FR = 1,5 diperoleh = 3,20 (Nomogram 4). ITP=3.1 ITP = 3.1 ITP = 3.5 ITP = 8.5 Lapis subbase Lapis base Lapis permukaan 737 ITP=3.5

38 ~Tebal lapisan permukaan (surface course), D1 ITP = a1. D = D1 D1 = 3.20 / 0,35 = 8.85 cm > tebal minimum = 5 cm Dipakai D1 sebesar 10 cm. ~Tebal lapisan pondasi atas (base course), D2 ITP = a1. D1 + a2. D2 3.5 = 0.35 x ,13 x D2 D2 = 3,09 cm < tebal minimum = 20 cm Dipakai D2 sebesar 20 cm. ~Tebal lapisan pondasi bawah (sub base course), D3 ITP = a1. D1 + a2. D2 + a3. D = 0.35 x x D3 D3 = cm 45 cm > tebal minimum = 10 cm Dipakai D3 sebesar 45 cm. SURFACE D1=10cm BASE COURSE D2=20cm SUBBASE COURSE D3=45cm SUBGRADE CBR 2.9% 738

39 LATIHAN Rencanakan perkerasan jalan dengan data sebagai berikut Perkerasan lentur dengan Metode Bina Marga (Analisa Komponen) Umur perencanaan jalan 10 tahun Jalan arteri 4/2 UD. Lapis permukaan saat ini berupa lapisan penetrasi (lapen) dengan tingkat kekesatan (roughness) 2500 mm/km. Kelandaian ratarata 7 % dengan persentase kendaraan berat 25 % dan curah hujan ratarata 750 mm/th. Bahan perkerasan Surface = Hot Rolled Asphalt (HRA) Base course = batu pecah klas A Sub base = pitrun klas A Data Lalu Lintas saat ini (2003) Kendaraan ringan (2 ton) 200 Bus (9 ton) 3 Truk 2 as (18,2 ton) 10 CBR subgrade hasil pengukuran 3%, 3%, 6%, 4%, 5%, 3%, 5%, 5%, 3%, 8%, 4%, 4%, 2%, 3%, 4%. Desain jalan saat ini tahun 2003, rencana jalan dioperasikan pada tahun 2005 dengan pertumbuhan kendaraan 7.5 % / tahun. Sedangkan pada saat jalan dioperasikan selama umur rencana pertumbuhan kendaraan 10 % per tahun Perencanaan meliputi a. CBR desain (pakai cara grafis) (10%) b. LEP, LEA, LET dan LER (15%) c. Tebal perkerasan lentur (25%) 739

40 7.8. DESAIN PERKERASAN JALAN DENGAN CARA AASHTO (1972) Seperti Metode Analisa Komponen, maka metode AASHTO ini mempunyai beberapa parameter yang berpengaruh dalam penentuan tebal perkerasan. Parameter tersebut adalah daya dukung tanah dasar (soil support Si), faktor regional (Fr), persentase jumlah kendaraan di lajur kiri (C) indeks permukaan, koefisien lapis perkerasan (ai), faktor regional, indeks tebal perkerasan dan tebal perkerasan. Rumus umum untuk metode AASHTO ini dapat dijabarkan sebagai berikut FLEXIBLE PAVEMENT 1 1 0,372 (Si 3,0) 3 2 R Gt log Wt 9,36 log (SN 1) 0, ,40 (SN 1)5,19 log Catatan Harga SN dalam satuan inch (= 2,54 cm) atau equivalen dengan Rumus Bina Marga sbb DDT ITP 1 36 log 1 0,20 log W 9, log t 18 0,372,0 23, 54 0,40 R 1,20 Gt ,19 ITP 1 2,54 Catatan Harga ITP dalam cm 4 4,2 P t Dimana Gt log 4,2 1,5 Yang harus diketahui dulu 1 Wt18 = total Equivalent Axle Load (EAL) total standard lbs atau 8.16 ton beban gandar selama umur rencana (design life) yang melewati perkerasan di lajur rencana

41 R = Regional factor, (= faktor iklim yang tergantung dari banyak curah hujan, kemungkinan tanah membeku (frozen), tanah kering (padang pasir) dll. 741

42 3 Si = harga Soil Support, harganya dapat dikorelasi langsung dengan harga CBR dari tanah subgrade dan perkerasan. (untuk Bina Marga istilahnya DDT = Daya Dukung Tanah) 4 Pt = final serviceability performance dari perkerasan pada akhir umur rencana yaitu 2,5 untuk jalan raya utama (major highway) 2,0 untuk jalan raya secondary. Saran untuk Indonesia Pt = 2,0 untuk jalan utama 1,5 untuk jalan kollektor dan lokal. Yang dicari SN = harga Structural Number dari perkerasan SN = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 +.. ai = structural coefficient untuk lapisan perkerasan. Di = tebal lapisan perkerasan (dalam inches) Atau cara Bina Marga ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 +, Di dalam cm LAJUR RENCANA = lajur yang menerima beban dan volume lalulintas terbesar. 742

43 SOIL SUPPORT (Si) Pada metode AASHTO, soil support (Si) ini mempunyai korelasi dengan CBRsubgrade, Nilai soil support ini dapat dilihat dari Gambar 7.7. Soil Support Value (Si) California Bearing Ratio (CBR) Gambar 7.7. Korelasi Soil Support dan CBR Contoh CBR = 5 maka nilai Si = 3.9 REGIONAL FACTOR (FR) Faktor Regional (FR) ialah faktor setempat, untuk cara AASHTO ini disesuaikan dengan kondisi iklim di negara Amerika. Nilai FR ini menyangkut keadaan lapangan dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah dasar dan perkerasan. Nilai Faktor Regional (FR) didapat berdasarkan kondisi iklim setempat sebagai berikut Kondisi iklim tropis (kemarau dan penghujan) 0.2 to 1.0 Kondisi iklim dengan musim semi, panas dan dingin 0.3 to 1.5 Kondisi iklim dengan musim dingin mempunyai ukuran salju besar 4.0 to 5.0 STRUKTURAL LAYER (ai) Koefisien kekuatan relatif (ai) masingmasing bahan dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi, dan pondasi bawah ditentukan secara korelasi sesuai jenis materialnya. Nilai koefisien kekuatan relatif (a) ditunjukkan pada Tabel

44 Tabel Koefisien Kekuatan Lapis Perkerasan (ai) (OLEH AASHTO COMMITTEE ON DESIGN, 1972) KOMPONEN PERKERASAN COEF. ai a) LAPISAN ATAS (SURFACE COURSE) campuran di jalan (di tempat) AC (= roadmix, low stability) hot mix (AMP), high stability AC sand asphalt 0,20 b) BASE COURSE Sandy Gravel (sirtu), Crushed stone, class A Cementtreated base Bituminous treated (ATBL) & ATB o Coarse Graded o Sand asphalt Limetreated (campuran kapur & batu). c) Subbase Sandy Gravel, sirtu class B Sand atau Sandyclay 0,44 0,40 0,07 0,14 0,150,23 0,34 0,30 0,150,30 0,11 0,050,11 Persentase Kendaraan Berat Pada Lajur Rencana Kendaraankendaraan melintasi jalan secara berulang pada jalannya, maka lintas ekivalen yang merupakan beban bagi perkerasan jalan diperhitungkan hanya untuk satu lajur yaitu lajur dengan jumlah lintasaan kendaraan berat terbanyak, dalam hal ini lajur tersebut merupakan lajur rencana. Lajur rencana tersebut biasanya adalah lajur terluar dari jalan, di Indonesia lajur tersebut adalah lajur kiri jalan. Persentase kendaraan berat pada lajur rencana atau lajur kiri berdasarkan jumlah kendaraan untuk satu arah pergerakan kendaraan dapat dilihat pada Gambar

45 Gambar 7.8. Persentase Jumlah Kendaraan Berat (Commercial Vehicle) Pada Lajur Rencana Contoh Bila diketahui LHR 1000 kendaraan maka persentase kendaraan berat (commercial vehicle) yang berada di lajur rencana adalah 80%. CONTOH DESIGN PAVEMENT CARA AASHTO Bila diketahui kondisi jalan sebagai berikut Jalan bebas hambatan 4/2 D Umur rencana 20 tahun Lalu lintas harian ratarata kendaraan Lalu lintas harian ratarata truk 14% dari LHR Pertumbuhan volume lalu lintas 2% Klasifikasi beban sumbu kendaraan berdasarkan pengukuran Loadometer dapat dilihat pada Tabel berikut. 745

46 Table 1 An Example of Traffic Data From a Loadometer Station (Data from Table W4)* Single Axle Axle load groups No. of axles (kip) per 1000 trucks Under 3000 lbs common 12 ton special 13,5 ton Tandem Axle Axle load No. of axles per groups (kip) 1000 trucks Common (22,7 t) Special (24,5 t) Under 6000 lbs KONDISI IKLIM REGIONAL FACTOR = 1,0 (= R) This data is used in this design method. Data dari the Wisconsin Automatic Data 1976 untuk Interstate No. 90 (I90), near Newville, Wisconsin. Data ini juga merupakan reprentative dari beban axle (gandar) untuk route kendaraan disebuah tempat di luar kota di negaranegara bagian MidWestern, USA. 746

47 PERHITUNGAN EAL lbs (Pt = 2,5 dan SN = 3) Axle load group (1000 lbs) Reprentative axle load (1000 lbs) Jumlah axles per 1000 trucks 2 Equiv. factor F (= Damage Factor) 3 1 Single axle Dibawah , ,0003 0,012 0,0425 0,12 0,40 0,825 1,245 1,83 6,92 426,8 669,6 228,2 678,8 230,9 147,2 109,6 39,2 0,19 Tandem axles Dibawah ,001 0,008 0,055 0,195 0,485 0,795 1,00 1,245 6,25 0,38 69,0 153,6 139,4 191,0 55,3 31,2 25,0 0,19 4 Equivalent lbs axle load per 1000 trucks. 3x4 0,13 8,03 9,70 81,46 92,36 121,45 136,45 71,74 1,31 single = 551,30 0,00 0,55 8,45 27,18 92,63 43,96 31,20 31,12 31,12 tandem = 365,41 Total = 551, ,41 = 916,71 EAL lbs = 916,71 per trucks 747

48 SURFACE a1, D1 D1 HOT MIX ASPHALT CONCRETE BASE COURSE a2, D2 D2 (GRANULAR) CBR = CBR base SUB BASE a3, D3 D3 (GRANULAR SOIL) CBR = CBRsubbase SUB GRADE CBR = CBRsubgrade 1. ITP di atas subgrade = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 2. ITP di atas subbase = a1 D1 + a2 D2 3. ITP di atas base = a1 D1 Catatan Urutan mencari tebal D harus dari Persamaan 3 dahulu, kemudian Persamaan 2, dan terakhir Persamaan

49 STRUCTURAL LAYER COEFICIENTS (ai) (OLEH AASHTO COMMITTEE ON DESIGN, 1972) KOMPONEN PERKERASAN COEF. ai d) LAPISAN ATAS (SURFACE COURSE) campuran di jalan (di tempat) AC (= roadmix, low stability) hot mix (AMP), high stability AC sand asphalt 0,20 e) BASE COURSE Sandy Gravel (sirtu), Crushed stone, class A Cementtreated base Bituminous treated (ATBL) & ATB o Coarse Graded o Sand asphalt Limetreated (campuran kapur & batu). f) Subbase Sandy Gravel, sirtu class B Sand atau Sandyclay 0,44 0,40 0,07 0,14 0,150,23 0,34 0,30 0,150,30 0,11 0,050,11 Hasil perhitungan a1 D1 a1 D1 + a2 D2 = 2,47 = 3,45 a2 D2 = 0,98 a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 = 5,55 a3 D3 = 2,10 749

50 TAMBAHAN SN 1 SN 2 SN 3 A SN 1 a1 D1 SURFACE (A.C) B = 2,47 SN 2 a1 D1 + a2 D2 = 3,45 a2 D2 = 0,98 BASE CBR = 100% C SUBBASE SN 3 a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 = 5,55 a3 D3 = 2,10 CBR = 30% D SUBGRADE Misal CBR = 3% a1 = 0,44 (hot mix di AMP) a2 = crushed stone = 0,14 a3 = sandy gravel/sirtu = 0,11 D1 = 5,61 inches = 14,3 cm 15 cm (dibulatkan ke 1 cman) Didapat Di harus dibuat D2 = Di minimum kelipatan 7 inches = 17,8 cm 20 cm (dibulatkan ke 5 cm terdekat) D3 = 19,1 inches = 48,5 cm 50 cm (dibulatkan ke kelipatan 5 cm terdekat) AWAS CBR pada permukaan lapisan selalu merupakan CBR composit dari lapisanlapisan tanah dibawahnya. Jadi misal CBR di elevasi C adalah CBRcomposit antara Subbase dan Subgrade. Tetapi bila D3 48,5 cm dapat dianggap bahwa CBRcomposit di C = CBRsubbase = 30%. Artinya ketebalan subbase sudah mencukupi untuk seolaholah subbase bereaksi sendiri. 750

51 Akan tetapi Bila D3 < 48,5 cm CBR di C < 30% Bagaimana caranya mencari CBRcomposit bila D3 < 48,5 cm? Misal D3 = 30cm a3 D3 = 0,11x 30 = 1,30 2,54 SN 3 diketahui (diatas subgrade CBR = 3%) = 5,55 Jadi = SN3 1,30 SN 2 yang ada = 5,55 1,30 = 4,25 Perhitungan CBRcomposit diatas subgrade dapat dicari sbb CBR = CBRcomposit = x Si = k.x (belum diketahui) Wt18 = log Wt18 = 6.98 Pt = 2,5 ; R = 1,0 Dengan rumus yang sama dicari harga Si yang memenuhi persamaan AASHTO sehingga dihasilkan SN2 = 4,25 Dari grafik AASHTO (di hal. 22, Figure III1), atau juga kalau mau lebih tepat pakai Persamaan (1) di dapat Si = 5,3 Jadi CBRcomposit oleh subgrade + subbase di level C 12% 751

52 Atau sebaliknya Karena CBRsubbase + subgrade hanya = 12% SN2 = 4,25 Jadi a1 D1 + a2 D2 = 4,25 Bila a1 D1 tetap = 2,47 Maka a2 D2 = 4,25 2,47 = 1,78 D2 = 1,78 x 2,54 cm = 32,3 35 cm 0,14 Jadi bisa saja D3 ditipiskan menjadi 30 cm tetapi D2 harus dipertebal menjadi 35 cm. Catatan biasanya cara yang paling ekonomis ialah dengan membuat lapisan yang sebelah atas paling tipis menurut perhitungan, karena umumnya lapisan subbase lebih murah. Analog Misalnya tebal lapisan base D2 dibuat < 17,8 cm Bila D2 < 17,8 cm dapat dianggap bahwa CBR base = CBR composit base + subbase + subgrade < 100 % (CBR base asli). Bagaimana mencarinya (misal D2 = 15cm) Sama saja!!! Misal D3 tetap = 50cm SN2 = 3,45 SN1 yang ada = 3,45 D2 = 15 cm 15x 0,14 = 2,62 2,54 Awas SN1 = 2,47 hanya bila CBRbase = 100% padahal CBRbase composit < 100% (dicari) 752

53 Untuk CBRbase = anu Si = sesuatu Wt18 = ; Pt = 2,5 dan R = 1,0 & SN = 2,62 Didapat (dari grafik AASHTO) Si 8,7 Didapat CBRcomposit base 85%. Konsekuensinya, lapisan surface menjadi lebih tebal dari 15 cm. 753

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G 9 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi perkerasan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tebal Perkerasan Dalam usaha melakukan pemeliharaan dan peningkatan pelayanan jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah daerah yang mengalami kerusakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Bina Marga Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan saat melakukan survei visual adalah kekasaran permukaan, lubang, tambalan, retak, alur,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain BAB III LANDASAN TEORI A. Parameter Desain Dalam perencanaan perkerasan jalan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu berdasarkan fungsi jalan, umur rencana, lalu lintas, sifat tanah dasar, kondisi

Lebih terperinci

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan METODE PERHITUNGAN BIAYA KONSTRUKSI JALAN Metode yang digunakan dalam menghitung tebal lapis perkerasan adalah Metode Analisa Komponen, dengan menggunakan parameter sesuai dengan buku Petunjuk Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III METODA PERENCANAAN BAB III METODA PERENCANAAN START PENGUMPULAN DATA METODA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU JALAN LAMA METODE BINA MARGA METODE AASHTO ANALISA PERBANDINGAN ANALISA BIAYA KESIMPULAN DAN SARAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 UMUM Jalan raya adalah suatu lintasan yang bermanfaat untuk melewatkan lalu lintas dan satu tempat ke tempat lain sebagai penghubung dalam satu daratan. Jalan raya sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kasifikasi Jalan Perencanaan peningkatan ruas jalan Bayah Cikotok yang berada di Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor menjadi Jalan Nasional.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tebal Perkerasan dengan Metode Analisa Komponen dari Bina Marga 1987 1. Data Perencanaan Tebal Perkerasan Data perencanaan tebal perkerasan yang digunakan dapat

Lebih terperinci

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis BAB II1 METODOLOGI 3.1 Kriteria dan Tujuan Perencanaan Dalam dunia civil, salah satu tugas dari seorang civil engineer adalah melakukan perencanaan lapis perkerasan jalan yang baik, benar dan dituntut

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR 4.1 Data Perencanaan Tebal Perkerasan Jenis jalan yang direncanakan Arteri) Tebal perkerasan = Jalan kelas IIIA (jalan = 2 lajur dan 2 arah Jalan dibuka pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Menurut Sukirman (1999), perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru umumnya dapat dibedakan atas 2 metode yaitu : 1. Metode Empiris Metode ini dikembangkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN START Jalan Lama ( Over Lay) Data data sekunder : - Jalur rencana - Angka ekivalen - Perhitungan lalu lintas - DDT dan CBR - Faktor Regional - Indeks Permukaan - Indeks Tebal

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO 1993 1 (Studi Kasus Paket Peningkatan Ruas Jalan Siluk Kretek, Bantul, DIY) Sisqa Laylatu Muyasyaroh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Perkerasan Jalan Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan yaitu : perkerasan lentur, perkerasan kaku dan gabungan dari keduanya

Lebih terperinci

TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA , PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1

TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA , PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1 TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA 0 +000 6 +017, PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1 Dosen Fakultas Teknik Universitas Almuslim 2 Alumni Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pertumbuhan ekonomi di suatu daerah juga semakin meningkat. Hal ini menuntut adanya infrastruktur yang cukup memadai

Lebih terperinci

Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan. Sri Wiwoho M, ST, MT

Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan. Sri Wiwoho M, ST, MT NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004 9 Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan Sri Wiwoho M, ST, MT ABSTRAK Campuran hot

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Penentuan Kerusakan Jalan Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan jenis dan tingkat kerusakan jalan salah satu adalah metode pavement condition index (PCI). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada penelitian penulis yang berjudul Perbandingan Tebal Perkerasan Lentur Metode Manual Desain Perkerasan 2013 dengan Metode AASHTO 1993 (Studi Kasus: Jalur JLS Ruas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229 STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229 Jalan Raya Flexible Pergerakan bebas Jarak Dekat Penelitian Metode Lokasi Kerusakan = Kerugian Materi Korban Batasan Masalah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DITERBITKAN OLEH YAYASAN BADAN PENERBIT PU

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DITERBITKAN OLEH YAYASAN BADAN PENERBIT PU PETUNJUK PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 2.3.26. 1987 UDC : 625.73 (02) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DITERBITKAN OLEH YAYASAN BADAN PENERBIT PU SKBI 2.3.26.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058 BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR Proyek pembangunan areal parkir Rukan ini terdapat di areal wilayah perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058 m2. Berikut

Lebih terperinci

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB V VERIFIKASI PROGRAM 49 BAB V VERIFIKASI PROGRAM 5.1 Pembahasan Jenis perkerasan jalan yang dikenal ada 2 (dua), yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Sesuai tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON Pavement and Widening Roads on Hepang Nita Package With System Lataston Ferdinandus Ludgerus Lana ), Esti Widodo 2), Andy

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tebal Perkerasan Menggunakan Metode Manual Desain Perkerasan Jalan 2013 1. Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Baru a. Umur Rencana Penentuan umur rencana

Lebih terperinci

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM. EVALUASI PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR METODE PT T-01-2002-B DENGAN METODE SNI-1732-1989-F DAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PAKET RUAS JALAN BATAS KOTA SIDIKALANG BATAS PROVINSI

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA Patrisius Tinton Kefie 1, Arthur Suryadharma 2, Indriani Santoso 3 dan Budiman Proboyo 4 ABSTRAK : Concrete Block merupakan salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA 3.1. Data Proyek 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul Bogor. 2. Lokasi Proyek : Bukit Sentul Bogor ` 3.

Lebih terperinci

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI 1732-1989-F DAN Pt T-01-2002-B Pradithya Chandra Kusuma NRP : 0621023 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS BAB IV STUDI KASUS BAB STUDI KASUS Untuk menguji ketepatan program FPP dalam melakukan proses perhitungan, maka perlu dilakukan suatu pengujian. Pengujian ini adalah dengan membandingkan hasil dari perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Perkerasan Jalan Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu : perkerasan lentur, perkerasan kaku dan gabungan dari keduanya

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI 03-1732-1989 Irwan Setiawan NRP : 0021067 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA Said Jalalul Akbar 1), Wesli 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. UMUM Perkerasan jalan merupakan lapisan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan langsung dengan kendaraan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ix BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM. EVALUASI PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR METODE SNI 2002 PT T-01-2002-B DENGAN METODE SNI 1732-1989-F PADA PAKET RUAS JALAN BATAS KOTA TARUTUNG BATAS KAB. TAPANULI SELATAN (SECTION

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Jalan Jalan merupakan suatu akses penghubung asal tujuan, untuk mengangkut atau memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Infrastrukur jalan di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR ( FLEXIBEL PAVEMENT) PADA PAKET PENINGKATAN STRUKTUR JALAN SIPIROK - PAL XI (KM KM. 115.

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR ( FLEXIBEL PAVEMENT) PADA PAKET PENINGKATAN STRUKTUR JALAN SIPIROK - PAL XI (KM KM. 115. ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR ( FLEXIBEL PAVEMENT) PADA PAKET PENINGKATAN STRUKTUR JALAN SIPIROK - PAL XI (KM. 114.70 KM. 115.80) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Perkerasan Jalan DOSEN PEMBIMBING Donny DJ Leihitu ST. MT. DISUSUN OLEH NAMA : KHAIRUL PUADI NPM : 11.22201.000014 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perencanaan tebal perkerasan yang mempunyai lingkup perencanaan bahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perencanaan tebal perkerasan yang mempunyai lingkup perencanaan bahan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan Perancangan jalan terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan geometrik dan tebal perkerasan jalan. Perencanaan jalan merupakan bagian perencanaan jalan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (Studi Kasus Proyek Rekonstruksi / Peningkatan Struktur Jalan Simpang Peut Batas Aceh Selatan Km 337) Tugas Akhir

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh:

LAPORAN TUGAS AKHIR. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: EVALUASI PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR METODE SNI 2002 PT T-01-2002-B DENGAN METODE SNI-1732-1989-F PADA PAKET RUAS JALAN BATAS DOLOK SANGGUL SIBORONG BORONG LAPORAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Metode Analisa Komponen Untuk merencanakan tebal perkerasan jalan ruas jalan Palbapang Barongan diperlukan data sebagai berikut: 1. Data Lalu-lintas Harian Rata rata (LHR)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI 2.1 PERKERASAN LENTUR BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI Secara umum konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan pada tanah dasar. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN PERENCANAAN PERKERASAN JALAN Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Oleh : Imam Hagni Puspito Ir. MT DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2008 PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1. Menghitung Tebal Perkerasan Lentur 4.1.1. Data Parameter Perencanaan : Jenis Perkerasan Tebal perkerasan Masa Konstruksi (n1) Umur rencana (n2) Lebar jalan : Perkerasan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA METODE NCSA. DAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DALAM MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN

PERBANDINGAN ANTARA METODE NCSA. DAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DALAM MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN INFO TEKNIK Volume 7 No. 1, Juli 2006 (19 28) PERBANDINGAN ANTARA METODE NCSA. DAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DALAM MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN Yuslan Irianie 1) There are some method to design

Lebih terperinci

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA Wesli 1), Said Jalalul Akbar 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh email: 1) ir_wesli@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 17 BABUI LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 1. Konstmksi perkerasan lentur ("fleksibel pavement"), yaitu perkerasan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data 30 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Di dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan, difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan

Lebih terperinci

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN Citra Andansari NRP : 0221077 Pembimbing Utama : Ir. Silvia Sukirman Pembimbing Pendamping : Ir. Samun Haris, MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Perbandingan Antara Metode NCSA Dan Metode Analisa Komponen Bina Marga Dalam Menentukan Tebal Perkerasan

Perbandingan Antara Metode NCSA Dan Metode Analisa Komponen Bina Marga Dalam Menentukan Tebal Perkerasan INFO TEKNIK Volume 8 No. 1, Juli 2007 (7-14) Perbandingan Antara Metode NCSA Dan Metode Analisa Komponen Bina Marga Dalam Menentukan Tebal Perkerasan Yuslan Irianie 1 There are some method to design flexible

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE Rifki Zamzam Staf Perencanaan dan Sistem Informasi Politeknik Negeri Bengkalis E-mail : rifkizamzam@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Lingkar Timur Baru STA STA 4+040,667 di Kabupaten Sidoarjo. A.

Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Lingkar Timur Baru STA STA 4+040,667 di Kabupaten Sidoarjo. A. Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Kota Sidoarjo (A Muchtar) 85 Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Lingkar Timur Baru STA +000 - STA 4+040,667 di Kabupaten Sidoarjo A. Muchtar, ST ABSTRAK:

Lebih terperinci

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP) UNTUK DAYA DUKUNG TANAH PADA PERKERASAN JALAN OVERLAY (Studi Kasus: Ruas Jalan Metro Tanjungkari STA 7+000 s/d STA 8+000) Masykur 1, Septyanto Kurniawan

Lebih terperinci

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014) Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014) PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ANTARA BINA MARGA DAN AASHTO 93 (STUDI KASUS: JALAN LINGKAR UTARA PANYI NG KI RA N- B ARI BIS AJ AL E NGKA) Abdul Kholiq, S.T.,

Lebih terperinci

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dapadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG Soraya Hais Abdillah, M. J. Paransa, F. Jansen, M. R. E. Manoppo Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG TEBAL PERKERASAN BERDASARKAN FOKTOR-FAKTOR KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus: Jalan Lapang Ujung Barasok, Kecamatan Johan Pahlawan)

PERENCANAAN ULANG TEBAL PERKERASAN BERDASARKAN FOKTOR-FAKTOR KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus: Jalan Lapang Ujung Barasok, Kecamatan Johan Pahlawan) PERENCANAAN ULANG TEBAL PERKERASAN BERDASARKAN FOKTOR-FAKTOR KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus: Jalan Lapang Ujung Barasok, Kecamatan Johan Pahlawan) Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebahagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DAN PERKERASAN JALAN CAUSEWAY PENGHUBUNG DERMAGA TELUK LAMONG

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DAN PERKERASAN JALAN CAUSEWAY PENGHUBUNG DERMAGA TELUK LAMONG TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DAN PERKERASAN JALAN CAUSEWAY PENGHUBUNG DERMAGA TELUK LAMONG Alfred Fransiscus Yoku 3105 100 070 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Indrasurya B M., Msc., PhD. Trihanyndio

Lebih terperinci

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 Reka Racana Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN Nomor 02/M/BM/2013 FAHRIZAL,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang digunakan berupa batu pecah

Lebih terperinci

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2) ANALISA PERKERASAN LENTUR (Lapen s/d Laston) PADA KEGIATAN PENINGKATAN JALAN RUAS JALAN NYAMPIR DONOMULYO (R.063) KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2) Jurusan

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93 DANIEL SARAGIH NRP : 0021114 Pembimbing :Ir. SILVIA SUKIRMAN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan (pavement) adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi sebagai sarana transportasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas jalan raya terdiri dari dua angkutan, yaitu angkutan penumpang dan angkutan barang. Angkutan penumpang adalah moda transportasi yang berfungsi untuk mengangkut

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi)

PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi) PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi) oleh : Gerry Fernandy¹, Arif Mudianto², Puji Wiranto³ Abstrak Kerusakan jalan saat ini menjadi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perkerasan Lentur

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perkerasan Lentur BAB III LANDASAN TEORI A. Perkerasan Lentur Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG) PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG) Muhammad Umar Yusup, H Herianto, Yusep Ramdani Teknik Sipil Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Lalu lintas Konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda-roda kendaraan. Besarnya tergantung dari berat total kendaraan, konfigurasi

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. Tabel 5.1 Data Tanah Ruas Jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) Optimum Maximum. Specific Water Dry Density

BAB V EVALUASI. Tabel 5.1 Data Tanah Ruas Jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) Optimum Maximum. Specific Water Dry Density V - 1 BAB V EVALUASI 5.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur).

Lebih terperinci

Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN

Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN KAJIAN PENGARUH NILAI CBR SUBGRADE TERHADAP TEBAL PERKERASAN JALAN (Studi Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta Makmur) Said Jalalul Akbar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

ALTERNATIF LAIN ANALISIS STRUKTUR JALAN PERKERASAN LENTUR PADA PEMBANGUNANJALAN LINGKAR SELATAN KOTA PASURUAN

ALTERNATIF LAIN ANALISIS STRUKTUR JALAN PERKERASAN LENTUR PADA PEMBANGUNANJALAN LINGKAR SELATAN KOTA PASURUAN ALTERNATIF LAIN ANALISIS STRUKTUR JALAN PERKERASAN LENTUR PADA PEMBANGUNANJALAN LINGKAR SELATAN KOTA PASURUAN Wateno Oetomo Fakultas Teknik, Universitas 7 Agustustus 945 Surabaya email: wateno@untag-sby.ac.id

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA Vinda Widyanti Hatmosarojo 0021070 Pembimbing : Wimpy Santosa, ST., M.Eng., MSCE., Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016 70 B. Metode AASHTO 1993 1. LHR 2016 dan LHR 2026 Tipe Kendaraan Tabel 5.9 LHR 2016 dan LHR 2026 LHR 2016 (Smp/2Arah/Hari) Pertumbuhan Lalulintas % LHR 2026 Smp/2arah/hari Mobil Penumpang (2 Ton) 195 17,3

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993 ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993 Donatul Mario, Mufti Warman, Hendri Warman Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. mahasiswa dapat melakukan identifikasi (identify) metoda-metoda yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1. mahasiswa dapat melakukan identifikasi (identify) metoda-metoda yang digunakan BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembelajaran Umum 1. mahasiswa dapat melakukan identifikasi (identify) metoda-metoda yang digunakan dalam perencanaan tebal lapis perkerasan lentur; 2. mahasiswa dapat membandingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA DAN METODE AASHTO (STUDI KASUS PROYEK PERKERASAN JALAN DI CUT MEUTIA

PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA DAN METODE AASHTO (STUDI KASUS PROYEK PERKERASAN JALAN DI CUT MEUTIA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA DAN METODE AASHTO (STUDI KASUS PROYEK PERKERASAN JALAN DI CUT MEUTIA FLY OVER BEKASI JAWA BARAT) TUGAS AKHIR Oleh : MANDRA. WINDIARTO

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN Meny Sriwati STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN Meny Sriwati Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Dharma Yadi Makassar ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR Dosen : Runi Asmaranto (runi_asmaranto@ub.ac.id) Secara umum perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu : (a) Secara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Major of Civil Engineering Scholar Script [Even] Terms Year (2005/2006)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Major of Civil Engineering Scholar Script [Even] Terms Year (2005/2006) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Major of Civil Engineering Scholar Script [Even] Terms Year (2005/2006) ECONOMICAL FLEXIBLE PAVEMENT THICKNESS DESIGN ANALYSIS BASED ON SNI 1732-1989-F Artha Wirya Bakti NIM

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN KOTA BULUH BTS. KOTA SIDIKALANG KM KM TUGAS AKHIR

PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN KOTA BULUH BTS. KOTA SIDIKALANG KM KM TUGAS AKHIR PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN KOTA BULUH BTS. KOTA SIDIKALANG KM. 196.40 KM 198.40 TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh RIZA BATARIN SIREGAR NIM.

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO Sri Nuryati

ANALISIS TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO Sri Nuryati 32 ANALISIS TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO 1986 Sri Nuryati Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi, Telp: 021-88344436 E-mail : nur_unis@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Disampaikan Pada. Pelatihan Pemeriksaan Keteknikan Bidang Bina Marga. Jakarta, 4 Juli 2011

Disampaikan Pada. Pelatihan Pemeriksaan Keteknikan Bidang Bina Marga. Jakarta, 4 Juli 2011 Disampaikan Pada Pelatihan Pemeriksaan Keteknikan Bidang Bina Marga Jakarta, 4 Juli 2011 1 I. PENDAHULUAN Definisi : Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi jalan yang disusun dengan material dan tebal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci