BIMBINGAN TEKNIS DAN MONITORING BRIKET BATUBARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIMBINGAN TEKNIS DAN MONITORING BRIKET BATUBARA"

Transkripsi

1 BIMBINGAN TEKNIS DAN MONITORING BRIKET BATUBARA Oleh : Toton S. Kunrat Yenny Sofaeti Stefano Munir Sumaryono Wahid Supriatna Endang Yuyu Tatang Koswara DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN LITBANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA 2009

2 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan salah satu hasil kegiatan Kelompok Program Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara pada tahun anggaran Adapun kegiatannya adalah melakukan bimbingan teknis dan monitoring briket batubara di 7-8 lokasi daerah percontohan yang berada di wilayah Propinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Bahan yang digunakan dalam penyusunan laporan antara lain berasal dari laporan hasil kegiatan tahun sebelumnya, beberapa literatur, hasil monitoring ke para produsen dan pengguna di sekitar lokasi percontohan tersebut di atas, serta pengembangan penelitian tentang briket batubara di Sentra Pemanfaatan Batubara di Palimanan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, dan kami menyadari masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan, baik kegiatan penelitian dan pengembangan maupun dalam penyempurnaan laporan di masa mendatang. Bandung, Desember 2009 Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Prof. Dr. Bukin Daulay, M.Sc. NIP ii

3 ABSTRAK Pemanfaatan batubara dalam bentuk briket batubara untuk keperluan rumah tangga di Indonesia telah diperkenalkan ke masyarakat sejak tahun 1993, namun perkembangannya sampai saat ini dapat dikatakan tidak signifikan, baik dari sisi produksi maupun konsumsi (pemanfaatannya). Pada tahun 2007 dan 2008 telah dicoba dimasyarakatkan kembali pemanfaatan briket batubara dengan mengaplikasikan tungku terintegrasi yang dikembangkan oleh Puslitbang tekmira di beberapa pondok pesantren dan industri kecil atau UKM sebagai percontohan. Pengalihan segmen pasar UKM dan pesantren telah menimbulkan kembali minat terhadap penggunaan briket batubara dengan adanya permintaan bantuan teknis pembuatan tungku di beberapa pesantren maupun industri kecil lainnya di sekitar daerah percontohan. Namun dari hasil monitoring, karena kontinuitas tata niaga briket batubara yang sampai saat ini masih belum lancar menyebabkan banyak pengguna briket beralih ke bahan bakar lain seperti kayu bakar, gas LPG atau kembali ke minyak tanah. Adanya kebijakan pemerintah berupa substitusi penggunaan minyak tanah dengan gas (LPG) akan menjadi kompetitor yang cukup signifikan bagi perkembangan pemanfaatan briket batubara sebagai bahan bakar alternatif. Hasil uji coba proses penguapan air dengan menggunakan briket batubara dan gas LPG, ternyata penggunaan briket batubara lebih mahal biayanya dibanding gas LPG untuk yang 3 kg, tetapi lebih murah (23,80 %) dibanding dengan LPG yang 12 kg. Oleh karena itu, guna meningkatkan peran briket batubara sebagai bahan bakar maka penggunaannya lebih diarahkan untuk keperluan industri atau usaha kecil menengah (IKM/UKM) yang tepat. Disamping dukungan kebijakan tentang larangan penggunaan gas LPG bersubsidi untuk industri dan adanya kebijakan pemerintah yang lebih kondusif bagi para pengusaha/produsen seperti insentif berupa pengurangan pajak penjualan, harga bahan baku yang lebih murah, pinjaman lunak, juga tersedianya informasi produsen dan konsumen. iii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... Halaman ii iii iv vi vii Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang lingkup Lokasi Kegiatan Tujuan Sasaran Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Briket Batubara dan Tungku Briket batubara Tungku briket batubara Peranan Briket Batubara Sejarah dan Kondisi Perkembangan Pemanfaatan Briket Batubara Pengguna Briket Batubara Saat ini PROGRAM KEGIATAN Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Monitoring Pemanfaatan Briket Batubara Litbang Pemanfaatan Briket Batubara Penyusunan Draft Usulan RSNI Tungku dan Dapur Briket Barubara Penyusunan Laporan Kegiatan METODOLOGI Persiapan Pelaksanaan Pengolahan Data Penulisan Laporan iv

5 5 HASIL BIMBINGAN TEKNIS, MONITORING, DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN BRIKET BATUBARA UNTUK INDUSTRI KECIL Bimbingan Teknis dan Monitoring Briket Batubara Litbang Briket Batubara Spesifikasi bahan baku dan komposisi campuran pembuatan briket batubara Karakteristik atau spesifikasi briket batubara yang dihasilkan Tungku terintegrasi briket batubara Pengukuran temperatur, emisi dan efisiensi pembakaran PEMBAHASAN HASIL LITBANG, BIMBINGAN TEKNIS DAN MONITORING BRIKET BATUBARA Analisis Hasil Bimbingan Teknik dan Monitoring Pemanfaatan... Briket Batubara Hasil Litbang Briket Batubara Kualitas briket batubara Penyalaan awal Karakteristik keterbakaran Emisi gas pembakaran Perbandingan efisiensi pembakaran briket batubara dengan gas LPG Perbandingan keekonomian briket batubara dengan gas LPG Prospek Pemanfaatn Briket Batubara Usulan RSNI Tungku dan Dapur Briket Batubara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Bentuk briket batubara Tungku briket batubara untuk industri kecil atau dapur umum Pengembangan tungku briket batubara di industri bandeng presto Sari Rasa Pemanfaatan briket batubara di industri abon dan industri permen Kondisi tungku briket batubara di pondok pesantren Cipasung Tungku briket dengan bahan bakar gas LPG Skema tungku terintedrasi briket batubara Pengukuran temperatur pembakaran briket batubara Uji-coba penguapan air dengan briket batubara dan gas LPG Grafik temperatur pembakaran untuk lima tipe briket batubara vi

7 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Perkembangan pemasokan dan konsumsi briket batubara Hasil analisis spesifikasi bahan baku batubara Spesifikasi bahan baku imbuhan Komposisi bahan baku dalam pembuatan briket batubara Spesifikasi briket batubara hasil percobaan Hasil pengukuran temperatur pembakaran briket pada tungku 5 kg Hasil pengukuran temperatur pembakaran briket pada tungku 1 kg Hasil pengukuran emisi pembakaran Volume air teruapkan dan jumlah bahan bakar terpakai Kualitas briket batubara hasil percobaan Pengunaan briket penyulut pada penyalaan awal Emisi gas pembakaran briket Batubara hasil percobaan Perbandingan keekonomian penggunaan briket batubara dan gas LPG Kendala dan rekomendasi dalam pengembangan pemanfaatan briket batubara vii

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman A. Draft Usulan RSNI Tungku dan Dapur Briket Batubara B. Notulen Hasil Pembahasan draft Usulan RSNI Tungku dan Dapur Briket Batubara viii

9 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan bakar padat yang kaya akan unsur karbon, dan merupakan komponen penting di dalam bauran energi di banyak negara, termasuk di Indonesia. Peran batubara yang semakin strategis, pada dasarnya tidak terlepas dari kondisi suplai minyak bumi yang tidak stabil. Di sisi lain, cadangan yang terus menipis dan permintaan yang terus meningkat, telah mendorong pemerintah untuk mencari energi lain di luar minyak bumi. Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif yang diharapkan mampu menggantikan posisi minyak bumi yang pada dasarnya berasal dari sumber yang sama, yakni karbon (C). Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar padat membutuhkan sentuhan teknologi berupa teknologi batubara bersih (clean coal technology), agar mampu berfungsi sejajar dengan minyak bumi dan dapat menghasilkan sumber energi yang bersih, aman, terjangkau, serta berkesinambungan. Di Indonesia, pemanfaatan batubara dalam bentuk briket batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar alternatif dengan karakteristik tertentu. Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar dalam bentuk briket telah diperkenalkan ke masyarakat sejak tahun 1993, namun tidak banyak berkembang, baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Pada tahun 2006, program pemanfaatan briket batubara di bawah Koordinator Kementerian Bidang Perekonomian, telah banyak menerima masukan dari masyarakat tentang penggunaan briket batubara sebagai bahan bakar alternatif baik masalah suplai, kualitas briket maupun kualitas kompor. Kompor briket batubara yang beredar di pasaran umumnya menghasilkan emisi pembakaran di atas Baku Mutu Emisi briket batubara yang telah dituangkan di dalam Permen ESDM Nomor 047/2006. Kemudian berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2007 dan 2008, dengan memakai tungku terintegrasi dan menggunakan briket batubara yang sesuai standar, tenyata lebih efisien dan ekonomis apabila digunakan pada aktivitas memasak yang dilakukan secara terus menerus, seperti di pondok-pondok pesantren dan industri kecil atau UKM (Usaha Kecil Menengah), serta memberikan penghematan biaya energi hampir 50% dibandingkan dengan penggunaan minyak tanah. Penggunaan tungku terintegrasi yang dilengkapi dengan cerobong dapat mengurangi permasalahan kualitas udara pembakaran di ruang kerja, dan juga mempunyai efisiensi yang cukup tinggi. Untuk meningkatkan kembali minat masyarakat terhadap briket batubara, maka spesifikasi yang sudah tertuang di dalam Permen harus dijadikan standar nasional, yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) Pembuatan Briket Batubara sebagai acuan. Pada kegiatan tahun anggaran 2007 dan 2008 telah dirumuskan usulan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Pembuatan Briket Batubara yang didukung dengan data kajian pada tahun 1

10 tersebut, untuk selanjutnya dapat diajukan ke Badan Standar Nasional (BSN) sebagai SNI (Standar Nasional Indonesia). Mengingat segmen pasar briket batubara untuk keperluan rumah tangga tidak berkembang, maka dialihkan ke industri kecil atau UKM dan pondok-pondok pesan tren. Berdasarkan hasil sosialisasi tahun beberapa industri kecil atau UKM dan pondok pesantren ternyata telah menunjukkan minat penggunaan briket batubara sebagai bahan bakar, yang ditandai dengan adanya beberapa permintaan bantuan teknis pembuatan tungku di pondok-pondok pesantren maupun industri kecil lainnya. Namun kondisi ini perlu diimbangi oleh kontinuitas tata niaga briket batubara, yang sampai saat ini masih belum terpecahkan. Di samping itu, adanya kebijakan pemerintah berupa substitusi penggunaan minyak tanah dengan gas bumi (LPG) akan menjadi kompetitif yang cukup signifikan bagi pemanfaatan briket batubara sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, pada tahun anggaran 2009 dilakukan bimbingan teknis dan monitoring penyediaan dan kesinambungan penggunaan briket di sekitar 7-8 lokasi yang telah ada tungku percontohan, dan juga dilakukan perbandingan penggunaan briket batubara terhadap gas LPG. 1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup yang dilaksanakan pada kegiatan bimbingan teknis dan monitoring tungku dan briket batubara pada tahun 2009 meliputi : 1. Monitoring kualitas, kondisi tata niaga briket batubara di pasaran serta faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pemanfaatan briket batubara; 2. Melakukan bimbingan teknis dan monitoring kesinambungan penggunaan tungku dan briket batubara di sekitar 7-8 lokasi percontohan, yaitu di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur; 3. Melakukan litbang pemanfaatan briket batubara (karakterisasi, emisi, dan teknik pembakaran awal), serta dengan adanya kompetitor gas elpiji (LPG) yang memiliki tata niaga yang lebih baik akan dilakukan kajian kualitatif prospek perkembangan pemanfaatan briket batubara di masa mendatang; 4. Menyusun konsep usulan RSNI untuk tungku dan dapur briket batubara. 1.3 Lokasi Kegiatan Kegiatan bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan briket akan dilakukan di 7-8 daerah lokasi yang sudah dibuatkan tungku briket percontohan pada tahun 2007 dan 2008, yaitu : a. Kalimantan Selatan; di sekitar daerah Pondok Pesantren Modern An- Najah, di Kecamatan Cindai Alus, Marta Pura; 2

11 b. Kalimantan Timur; di daerah Pondok Pesantren Hidayatullah, Kecamatan Sempaja, dan Al Husna Kecamatan Samarinda Seberang, Kabupaten Samarinda; c. Jawa Tengah; di daerah Industri Bandeng Presto Sari Rasa, Desa Loram Kulon, Kabupaten Kudus; d. Jawa timur; di daerah Pondok Pesantren Al Munawwariyyah di Batulawang, industri abon dan industri permen, Kabupaten Malang, Jawa Timur; e. DI Yogyakarta; di Industri gerabah, Bantul, dan rambak kulit, Sleman; f. Jawa Barat; di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya; g. Banten di Pondok Pesantren Al Mubarok, Serang. 1.4 Tujuan Tujuan dari kegiatan bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan briket batubara adalah : 1. Mengetahui sampai sejauh mana para produsen dalam memperhatikan kualitas produk briket yang diproduksi serta kendala yang mempengaruhinya; 2. Mengetahui sikap dan kesinambungan konsumen dalam hal ini masyarakat industri kecil atau UKM dan lembaga-lembaga sosial dalam menggunakan briket batubara sebagai bahan bakar; 3. Sejauh mana emisi pembakaran yang ditimbulkan oleh tungku percontohan; 4. Mengetahui sampai sejauh mana keekonomian briket batubara dan prospeknya dengan adanya subsidi minyak tanah oleh gas LPG; 1.5 Sasaran Diperolehnya data kondisi kesinambungan pemanfaatan briket batubara terutama di sekitar 7-8 lokasi tungku percontohan (industri kecil atau UKM dan pondok-pondok pesantren) dan produsennya, serta usulan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) tungku dan dapur briket batubara. 1.6 Manfaat Meningkatkan kemampuan dan peran baik produsen maupun konsumen dalam pemanfaatan briket batubara yang berwawasan lingkungan sebagai bahan bakar alternatif serta memberikan masukan bagi pihak yang berkompeten untuk mendukung perkembangan briket batubara di masa mendatang. 3

12 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Briket Batubara dan Tungku Briket batubara Briket batubara dibuat dengan menggunakan teknologi pembriketan yaitu dengan cara dicetak pada tekanan tertentu sedemikian rupa, sehingga tidak mudah hancur. Kelebihan briket batubara dibandingkan dengan batubara bongkah adalah dari kinerja pembakarannya. Briket batubara dibuat melalui proses penggerusan untuk menghasilkan partikel-partikel kecil dengan ukuran antara -16 mesh sampai 35 mesh, membuat luas permukaan batubara akan semakin besar sehingga mempermudah pembakaran. Pengecilan ukuran partikel serta pembriketan akan mengubah kinerja pembakaran yang disebabkan oleh faktor permeabilitas dari masing-masing butiran setelah dalam bentuk briket (Elliot, 1981). Dalam proses pembakaran, briket batubara membutuhkan waktu pada awal penyalaan. Nyala/lidah api akan muncul apabila zat terbang yang terkandung dalam batubara teruapkan pada suhu tertentu; dan untuk menaikkan suhu pada permukaan briket batubara dibutuhkan bahan penyulut yang akan mejadikan perubahan fasa padat ke fasa gas. Pada masa transisi ini selain akan menentukan laju pembakaran awal juga akan menentukan tinggi rendahnya dampak negatif berupa emisi yang diakibatkan oleh proses pembakaran yang tidak sempurna, sehingga muncul asap berlebih yang sering mengandung berbagai jenis gas hidrokarbon yang secara langsung dapat menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, dengan menggunakan bahan baku dan komposisi briket batubara yang tepat dan kompor briket yang memenuhi standar serta teknik pembakaran yang tepat, emisi udara hasil pembakaran akan berada di bawah Nilai Ambang Batas yang dipersyaratkan sebagaimana tertuang pada Permen ESDM Nomor 047/2006. Untuk memperoleh briket batubara yang baik diperlukan bahan baku batubara yang memiliki nilai kalor tinggi, kandungan sulfur dan abu rendah. Bahan imbuhan/pengikat juga harus dipilih dari kualitas yang baik agar dapat berfungsi optimal sebagai imbuh diperlukan untuk mempercepat nyala, serta menyerap emisi dan zat-zat berbahaya lainnya. Batubara, bahan pengikat dan bahan imbuhan masing-masing pada ukuran tertentu, kemudian dicampurkan dengan memakai pencampur (mixer) mekanis, untuk selanjutnya dicetak (dibriket) ke dalam bentuk kemasan tertentu. Batubara yang digunakan sebagai bahan baku mempengaruhi kualitas briket yaitu makin baik kuaitas batubara digunakan sebagai bahan baku, maka makin baik pula kualitas briket batubara yang dihasilkan. 4

13 Batubara dengan kadar sulfur yang rendah akan menghasilkan emisi SO x yang rendah pula. Bahan pengikat yang digunakan biasanya brupe lempung, kanji dan atau tetes tebu (molase). Sementara bahan imbuh yang digunakan biasanya berupa kapur (lime) yang dapat mengikat gas SO 2. Penambahan biomassa berfungsi untuk mempercepat proses pembakaran. Jenis briket batubara dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Briket batubara biasa, campuran berupa batubara mentah (non karbonisasi) dan zat pengikat (biasanya lempung). Kualitasnya sangat tergantung kepada bahan baku batubara. 2. Briket batubara terkarbonisasi, batubara yang digunakan dikarbonisasi (carbonized) terlebih dulu dengan cara memanaskan pada suhu tertentu, sehingga sebagian besar zat terbang (volatile mater) hilang. Dengan bahan pengikat yang baik, briket batubara yang dihasilkan akan menjadi sangat baik dan rendah emisinya. 3. Briket bio-batubara atau dikenal dengan bio-briket adalah campuran batubara, kapur, zat pengikat, dan bio-masa guna mengurangi emisi dan mempercepat pembakaran. Bio-massa yang biasa digunakan berasal dari ampas industri agro (seperti bagase, serbuk gergaji, ampas kelapa sawit, sekam padi, dan lain-lain). Bentuk dan ukuran briket batubara hasil cetakan dapat dalam bentuk atau tipe bantal (telor) yang padat dan kompak dengan ukuran mm, tipe sarang tawon (berongga) dengan ukuran lebih besar (mencapai 15 cm), serta dalam bentuk kenari (2 x 3 cm). Tipe bantal dan kenari pada dasarnya diperuntukkan bagi keperluan rumahtangga, dan yang berukuran lebih besar untuk industri. Tipe sarang tawon juga dirancang untuk industri dengan bentuk tungku khusus. a. Tipe Sarang Tawon b. Bentuk Telur c. Tipe Kenari Gambar 2.1 Bentuk briket batubara 5

14 2.1.2 Tungku briket batubara Tungku briket batubara sudah banyak dirancang dan dibuat oleh perusahaan kompor d engan tujuan untuk mencapai efesiensi pembakaran yang tinggi dan emisi gas buang yang rendah, serta disesuaikan dengan sektor penggunanya. Tungku untuk industri berukuran lebih besar daripada tungku untuk rumah tangga dan memiliki kapasitas briket batubara di atas 5 kg, sedangkan untuk rumah tangga hanya 1 5 kg. Bentuk kompor/tungku briket batubara untuk industri yang sudah dikembangkan oleh Puslitbang tekmira (Yenni, 2007 dan 2008) dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini; a. Tungku portabel briket b. Tungku terintegrasi briket batubara kapasitas 5 kg batubara kapasitas >7 Kg Gambar 2.2 Tungku briket batubara untuk industri kecil atau dapur umum 2.2 Peranan Briket Batubara Batubara merupakan salah satu sumber bahan baku energi yang penggunaannya sebagian besar masih didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan pabrik semen. Indonesia sendiri memiliki sumberdaya batubara yang sangat besar yaitu sekitar 104 milyar ton yang tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi, dan sebagian besar (>60%) merupakan batubara peringkat rendah, dengan kandungan air tinggi (>30%) dan nilai kalor (< 5100 kal/gr) (Anonimous, 2003). Salah satu kebijakan pemerintah melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) telah disusun Blueprint Pengelolaan Energi Nasional , yang berisi penataan kembali energymix nasional dengan menempatkan batu bara sebagai salah satu sumber energi andalan. Peran batubara dari 4% pada tahun 2005, dinaikkan menjadi 33% pada tahun Sebaliknya, peran BBM diturunkan dari 54% (2005) menjadi 33% (2025). Meningkatnya peran batubara tersebut pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah untuk mengoptimalkan potensi batubara beserta 6

15 diversifikasi olahannya termasuk dalam bentuk briket batubara sebagai pengganti minyak tanah bagi keperluan rumah tangga ataupun industri. Di negara-negara seperti Cina dan Korea pemanfaatan batubara dalam bentuk briket sebagai bahan bakar di rumah tangga dan industri sudah lama dikembangkan (Kim, 2001). Diharapkan dengan bertambahnya penggunaan briket sebagai bahan bakar baik rumah tangga maupun di industri dapat mengurangi beban pemerintah dari subsidi minyak. 2.3 Sejarah dan Kondisi Perkembangan Pemanfaatan Briket Batubara Pemanfaatan briket batubara sebagai bahan bakar di Indonesia, dimulai dengan penelitian dan pengembangan pada tahun 1984 oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekmira), pada saat itu masih bernama Pusat Penelitian Teknologi Mineral (PPTM), dan dari keberhasilan litbang tersebut pada awal tahun 1990-an dicanangkan menjadi Program Nasional yang bertujuan untuk menggantikan minyak tanah dikarenakan faktor subsidi yang sangat besar, serta untuk mengurangi kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon untuk bahan bakar. Pada tahun 1993 pemanfaatan briket mulai disosialisasikan untuk keperluan rumah tangga, bahkan telah dibangun beberapa pabrik briket batubara dengan kapasitas cukup besar seperti di Tanjung Enim dan Tarahan (1996), di Gresik (1997) dan Pilot Plant Bio Briket di Palimanan. Pada tahun-tahun berikutnya para investor menengah swasta juga mulai ikut berkiprah mendirikan pabrik briket batubara terutama tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Namun ternyata perkembangannya tidak signifikan karena selain minyak tanah masih mudah diperoleh, juga sulitnya merubah kebiasaan masyarakat dalam penggunaan bahan bakar tersebut, serta kurang didukung oleh infrastruktur dan tata niaga yang baik. Banyak pabrik briket yang mengurangi dan menghentikan produksi briket batubaranya. Kondisi ini diperparah lagi dengan kualitas briket di pasaran yang umumnya tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Permen ESDM ataupun SNI, sehingga para konsumen di samping tidak puas juga sulit mendapatkan briket batubara, dan pada akhirmya banyak yang kembali ke kebiasaan semula yaitu menggunakan minyak tanah atau kayu bakar. Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 kondisi suplai minyak tanah semakin berkurang dan sulit diperoleh, di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Keuangan, pemanfaatan briket batubara dicoba untuk digalakan kembali di antaranya dengan pengaplikasian tungku terintegrasi sebagai tungku percontohan di 13 lokasi seperti propinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan sebagainya. 7

16 Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir kondisi perkembangan pemasokan dan konsumsi briket batubara berfluktuasi, dan terakhir ini cenderung menurun (lihat Tabel 2.1). Hal ini kemungkinan dikarenakan sebagian para pengguna mulai beralih ke gas LPG. Tabel 2.1 Perkembangan pemasokan dan konsumsi briket batubara Tahun Pemasokan Konsumsi**) *) Sumber : DPMB, Dirjen Minerbapabum Keterangan : *) Produksi 2009 s/d bulan juni **) Konsumsi didasarkan pada penjualan 2.4 Pengguna Briket Batubara Saat Ini Pemanfaatan briket batubara sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dirasakan sampai ini tidak tepat terutama di daerah perkotaan. Briket batubara lebih cocok digunakan untuk keperluan yang sifatnya membutuhkan pembakaran yang lama seperti pada industri kecil atau UKM, lembaga-sosial seperti pondok-pondok pesantren. Berdasarkan hasil beberapa kajian, penggunaan tungku yang tepat seperti tungku terintegrasi dan briket batubara yang sesuai standar, selain dapat menghemat biaya bahan bakar dibandingkan dengan minyak tanah, juga ramah lingkungan dengan kualitas emisi gas (CO 2, SO 2, NO 2 dan debu ) pembakaran di dalam ruang kerja ternyata masih jauh di bawah Nilai Ambang Batas. Pada tahun tungku terintegrasi briket batubara yang telah dicoba diterapkan di beberapa pondok pesantren dan industri kecil (UKM) di daerah percontohan di 13 propinsi, ternyata telah menarik minat beberapa masyarakat industri kecil atau UKM dan pondokpondok pesantren di sekitarnya. Segmen industri yang selama ini sudah menggunakan briket batubara adalah peternakan ayam sebagai penghangat anak ayam, pengeringan tembakau, industri kecil pengolahan makanan, dapur umum pondok pesantren, rumah makan, dan lain-lain. 3 PROGRAM KEGIATAN 8

17 Pada garis besarnya program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan briket batubara meliputi : - Persiapan; - Monitoring pemanfaatan briket batubara; - Melanjutkan litbang karakterisasi briket batubara seperti spesifikasi briket, temperatur dan emisi pembakaran, keekonomian, serta inventarisasi kendala dan prospek pemanfaatan briket batubara di masa mendatang; - Penyusunan draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara; - Kajian dan penyusunan laporan. 3.1 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Program persiapan pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis dan monitoring briket batubara ini meliputi : a. Persiapan surat menyurat dalam rangka bimbingan teknis dan monitoring; b. Penyiapan pilot plant bio-briket, pengadaan bahan baku briket batubara; c. Pengadaan bahan-bahan untuk pemeliharaan tungku-tungku percontohan yang dibangun pada tahun anggaran 2007 dan Monitoring Pemanfaatan Briket Batubara Walaupun pemasyarakatan briket batubara sudah berlangsung cukup lama (sejak tahun 1993), namun kenyataannya belum semua masyarakat mengenalnya dan bahkan masih banyak yang belum dapat menerima kehadiran briket sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan briket batubara selain monitoring kualitas briket batubara yang sudah beredar di pasaran juga dilakukan kegiatan : a. Monitoring kesinambungan pemanfaatan tungku dan briket pada pondok-pondok pesantren dan industri yang telah dibangun tungku percontohan yaitu sekitar 7-8 lokasi, serta kualitas briket di para produsen yang berada di sekitar daerah tersebut; b. Memberikan bantuan bimbingan teknik pengoperasian tungku briket batubara kepada para pengguna agar tidak berdampak dan berpengaruh terhadap kondisi tempat kerja ataupun lingkungan sekitarnya, serta bimbingan teknik terhadap para produsen briket batubara tentang pembuatan dan kualitas produk briket batubara, yang berada di sekitar daerah percontohan; 9

18 c. Memberikan bantuan untuk pemeliharaan tungku dan briket batubara di beberapa lokasi percontohan; d. Identifikasi permasalahan atau kendala dalam pengembangan pemanfaatan briket batubara. 3.3 Litbang Pemanfaatan Briket Batubara Kegiatan litbang pemanfaatan briket batubara ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya dengan tujuan untuk melengkapi data yang meliputi kegiatan : b. Persiapan pilot plant bio briket dan pembuatan briket batubara di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara, Palimanan, Kabupaten Cirebon; c. Pengujian kualitas briket batubara, baik proksimat maupun ultimat; d. Pengukuran kuat tekan, temperatur dan emisi gas; e. Pengujian keekonomian penggunaan briket batubara dibanding gas LPG melalui proses penguapan air. 3.4 Penyusunan Draft Usulan RSNI Tungku dan Dapur Briket Batubara Penyusunan draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara antara lain meliputi : a. Pengumpulan dan pengolahan data untuk penyusunan draft RSNI tungku dan dapur briket batubara; b. Penyusunan draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara dengan mengacu format dari Badan Standardisasi Nasional; c. Pembahasan draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara dalam rangka memperoleh masukan dan perbaikan. 3.5 Penyusunan Laporan Kegiatan Penyusunan laporan merupakan kajian dari seluruh kegiatan yang meliputi hasil bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan briket di daerah percontohan, hasil litbang briket batubara seperti kualitas bahan baku dan produk briket batubara melalui analisis proksimat, nilai kalor, kualitas gas buang pembakaran, keekonomian pemanfaatan briket dibanding dengan gas LPG, serta draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara. 10

19 4 METODOLOGI Metodologi kegiatan bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan tungku dan briket terdiri atas : Persiapan Pelaksanaan kegiatan Pengolahan data, dan Penyusunan laporan 4.1 Persiapan Persiapan kegiatan merupakan tahap awal dari semua kegiatan yaitu studi literatur, mempersiapkan administrasi untuk bimbingan teknis dan monitoring, serta peralatan pilot plant bio briket batubara untuk kegiatan litbang termasuk didalamnya pengadaan bahan pebuatan briket 4.2 Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis dan monitoring briket batubara meliputi beberapa kegiatan yaitu : Melakukan monitoring sekaligus bimbingan teknis penggunaan tungku terintergrasi secara langsung di 7-8 lokasi tungku percontohan; dengan cara wawancara langsung tentang kesinambungan dan kendala pemanfaatan tungku dan briket batubara tersebut Melakukan monitoring kesinambungan suplai, kualitas, pemasaran, kendala-kendala produksi dan pasar briket batubara di para produsen briket batubara pemasaran, Melakukan kegiatan litbang briket batubara seperti pembuatan briket batubara standar, karakteristiksasi dan pengujian kinerja tungku briket batubara; Melakukan uji gas buang dan keekonomian briket batubara dibandingkan dengan gas LPG; Menyusun dan membahas darft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara. Dari pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh dan informasi yang dibutuhkan antara lain - Data kondisi dan kesinambungan penggunaan tungku dan briket batubara di lokasi percontohan dan kondisi suplai briket batubara di para produsen; - Produk briket yang sesuai dengan spesifikasi dalam Permen ESDM No. 47/2006; - Data karakterisasi briket batubara, gas buang hasil pembakaran, serta data keekonomian pemanfaatan briket batubara; - Data untuk membuat draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara. 11

20 4.2 Pengolahan Data Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan tersebut di atas dilakukan pengolahan data secara kualitatif hasil monitoring dan data kuantitatif hasil pengujian karakterisasi briket batubara seperti suhu, lama pembakaran, emisi gas buang, dan keekonomian dibanding LPG, untuk kemudian dilakukan analisisnya yang meliputi - analisis kualitatif seperti kondisi suplai, kebutuhan, kendala pasar dan kesinambungan pemanfaatan tungku dan briket batubara di lokasi percontohan dan daerah sekitarnnya; - Analisisi kuantitatif dari karakteristik briket batubara, emisi gas buang dan keekonomian briket batubara; - Draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara, untuk kemudian dibahas pada rapat konsinyasi briket batubara. 4.3 Penulisan Laporan Membuat laporan dari seluruh rangkaian kegiatan dan draft usulan RSNI tungku dan dapur briket batubara, sehingga tersusun suatu laporan bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan briket batubara 12

21 5 HASIL BIMBINGAN TEKNIS, MONITORING, DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN BRIKET BATUBARA DAN TUNGKU UNTUK INDUSTRI KECIL 5.1 Bimbingan Teknis dan Monitoring Briket Batubara Kegiatan bimbingan teknis dan monitoring briket batubara selain dilakukan di 7-8 lokasi percontohan pengguna briket batubara yang terdiri atas 6 lokasi percontohan berupa pondok pesantren dan 2 industri kecil (bandeng presto, dan keramik gerabah), juga terhadap pengguna atau produsen briket di sekitarnya. Hasil bimbingan teknik dan monitoring adalah sebagai berikut; a. Pondok pesantren Modern An- Najah, Kalimantan Selatan : - Berlokasi di Kecamatan Cidai Alus, Martapura Kalimantan Selatan; - Sejak dibuatkan sampai saat ini tungku briket masih terus digunakan untuk keperluan memasak; - Briket batubara diperoleh dari para pengusaha briket di sekitarnya, namun skala produksinya kecil, dan kualitasnya kurang bagus seperti sulit dinyalakan karena kadar airnya tinggi; - Penyalaan awal cukup lama (+15 menit) dan banyak menimbulkan asap; - Apabila briket batubara tidak ada, bahan bakar untuk tungku briket menggunakan batubara mentah, arang kayu atau kayu bakar; - Pondok Pesantren Daarul Ulum yang berlokasi sama di Kecamatan Cindai Alus, juga telah membuat tungku terintegrasi briket batubara dengan mencontoh tungku di Pesantren Modern An Najah; - Karena kayu bakar cukup mahal, maka penggunaan briket batubara dirasakan lebih murah dan lebih efisien. b. Pondok Pesantren Hidayatullah, dan Al Husna, Kalimantan Timur : - Pondok Pesantren Hidayatullah berlokasi di Jl. Perjuangan, Sempaja, dan Al Husna di Samarinda Sebrang, Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur; - Dikarenakan kesulitan memperoleh briket batubara tipe bantal/telur, maka bahan bakar yang dipakai adalah kayu bakar; - PT. Citra Buana Borneo sebagai produsen briket batubara di daerah tersebut hanya memproduksi briket tipe sarang tawon untuk pemanasan di peternakan ayam. c. Industri Bandeng Presto Sari Rasa Jawa Tengah : 13

22 - Berlokasi di Desa Loram Kulon, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah; - Tungku terintegrasi briket batubara yang dibuat oleh tekmira terus dimanfaatkan, bahkan telah dikembangkan hingga menjadi 13 unit tungku berkapasitas antara kg per tungku (lihat Gambar 5.1); Gambar 5.1 Pengembangan tungku briket di industri bandeng presto Sari Rasa - Briket batubara yang digunakan diproduksi oleh PT. Bukit Asam di Gresik; - Kegiatan industri hampir seluruhnya beralih ke briket batubara; - Hasil pengukuran dengan Gas Analyzer Green Line 6000, temperatur yang dicapai berkisar antara C pada rentang waktu 9 jam; - Demikian juga emisi gas buang seperti CO dan CO 2 hanya berkisar 1-7 ppm atau berada di bawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Permen ESDM sebesar 25 ppm, yang berarti aman bagi lingkungan kerja; - Dengan menggunakan briket telah dapat menghemat biaya sekitar 50% dibanding dengan menggunakan minyak tanah; - Industri bandeng presto Sari Rasa mengkonsumsi briket sekitar 6 ton per bulan atau sekitar 75 % dari total konsumsi briket di kabupaten Kudus (8 ton per bulan); - Industri briket batubara yang didirikan oleh Pemda Propinsi Jawa Tengah di daerah Mayong, Kabupaten Jepara, sudah tidak berproduksi lagi dengan alasan masalah pengelolaan. d. Pesantren Al Munawwariyyah, industri abon dan industri permen Jawa Timur : - Pesantren berlokasi di Batulawang, Malang, Jawa Timur; - Tungku briket batubara di pondok pesantren ini tidak dapat berfungsi dengan baik dan mengalami kerusakan, dikarenakan selain petugasnya kurang memahami cara 14

23 pengoperasiannya, juga kualitas briket dari CV Multi Guna Niaga (MGN) yang digunakan berfluktuasi dan kurang memenuhi standar; - Agar tungku dapat berfungsi lagi dengan baik, maka dibantu untuk melakukan perbaikannya; - Pengguna briket batubara lainnya adalah industri pengolahan abon dan industri permen (lihat Gambar 5.2). Tungku dan briket batubara yang digunakan oleh industri abon atas kerja sama dengan CV Multi Guna Niaga. (a) Gambar 5.2. Pemanfaatan Briket Batubara di Industri Abon (a) dan Industri Permen (b) (b) - Untuk meningkatkan efisiensi tungku telah disarankan untuk melakukan perubahan rancangan tungku yaitu alur aliran udaranya; - Di samping produsen CV. MGN di Kecamatan Tumpang, Malang dengan kapasitas produksi briket batubara ton per tahun, produsen briket batubara lainnya di Jawa Timur adalah PT. Bukit Asam (PT. BA) di Gresik dengan kapasitas produksi ton per tahun dengan jenis briket tipe bantal; - Briket batubara PT. BA dan CV. MGN dipasarkan ke Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Madura, Bali, Nusa Tengara Barat hingga ke Nusa Tenggara Timur; yang dimanfaatkan untuk industri pengolahan makanan, pemanas di peternakan ayam, pengeringan kopi, kayu, tembakau dan sebagainya. e. Industri gerabah dan rambak kulit, Yogyakarta : - Tungku dan briket batubara di industri rambak kulit tidak digunakan lagi akibat kualitas briket yang kurang baik, sehingga temperatur yang diperlukan kurang panas dan berakibat ke kualitas rambak kulitnya menjadi kurang baik; 15

24 - Demikian juga di industri keramik gerabah di daerah Bangunjiwo, Bantul, akibat desain tungku kurang tepat dan kualitas briket yang di bawah standar, maka temperatur yang diperlukan untuk pembakaran keramik tidak tercapai dan dialihkan dengan menggunakan batubara mentah; - Setelah dilakukan perbaikan dan diujicoba kembali dengan menggunakan briket batubara, ternyata temperatur pembakarannya cukup baik; - Pengusahaan briket batubara di Kabupaten Sleman dan Bantul saat ini sudah tidak beroperasi lagi karena kesulitan bahan baku, dan juga tidak ada yang mau berinvestasi di briket batubara. Pabrik briket di Desa Gosari, Kecamatan Kasihan, Kab Bantul hibah dari DESDM sekarang ini dimanfaatan untuk membuat briket dari batok kelapa. f. Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat : - Tungku briket digunakan secara kontinu hanya selama 4 bulan dan selanjutnya apabila ada perayaan yang cukup besar saja; - Pasokan briket diperoleh dari pabrik briket Raja Kompor di Ciawi, Tasikmalaya. Namun sudah lebih dari setahun terakhir ini pabrik briket tesebut sudah tidak beroperasi lagi; - Di samping itu, karena tidak ada petugas yang mengoperasikan tungku, dan berkurangnya jumlah santri yang ada di pesantren, maka untuk keperluan sehari-hari digunakan kompor dan gas LPG; - Adanya renovasi bangunan pesantren menjadikan ruang atau dapur tempat tungku untuk sementara waktu menjadi gudang penyimpanan material bangunan - Kondisi tungku sudah tidak baik lagi dan ada retakan-retakan (lihat Gambar 5.3), serta saluran udara penghubung antar tungku ada penyumbatan, sehingga perlu perbaikan; - Puslitbang tekmira memberikan bantuan material untuk perbaikan dan briket batubara. 16

25 Gambar 5.3 Kondisi tungku briket di pondok pesantren Cipasung g. Pondok Pesantren Al Mubarok, Serang, Banten : - Briket batubara sudah tidak digunakan lagi akibat sering terjadi keterlambatan pasokan dari pabrik briketnya di Rangkasbitung, namun tungku briket tetap digunakan hanya bahan bakarnya menggunakan gas LPG (lihat Gambar 5.4.); Gambar 5.4. Tungku briket dengan bahan bakar gas LPG - Untuk mendorong kembali kesinambungan penggunaan briket batubara Puslitbang tekmira memberikan sumbangan briket batubara dan material untuk pemeliharaan tungku; - Briket batubara sebenarnya diproduksi juga oleh Perusahaan Cahaya Lantera Nusantara di Kota Serang, namun kapasitasnya hanya 100 kg per hari dan hanya membuat briket tipe sarang tawon. Selain bimbingan teknis dan monitoring briket batubara di daerah percontohan, juga penelitan dan pengembangan tetap dilakukan baik briket batubaranya maupun tungku khususnya untuk keperluan industri kecil atau UKM, dan dapur-umum di pondok-pondok pesantren sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya. 5.2 Litbang Briket Batubara Spesifikasi bahan baku dan komposisi campuran pembuatan briket batubara Pembuatan briket dilakukan di Pilot Plant Bio Briket Batubara di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara, Palimanan, Kabupaten Cirebon, menggunakan baku baku terdiri atas batubara dengan 17

26 karakteristik seperti pada Tabel 5.1; bahan pengikat dan imbuh berupa lempung, kapur, biomassa (sekam atau serbuk kayu), dan molasis dengan masing-masing spesifikasinya seperti pada Tabel 5.2. No Rata- Rata Air total %, ar **) Tabel 5.1 Hasil analisis spesifikasi bahan baku batubara air lembab, %, adb *) Analisis Proksimat Kadar Zat abu terbang %, adb*) %, adb *) Kadar karbon %, adb*) Nilai kalor kal/g, adb *) 24,73 18,58 2,56 39,84 39, ,96 19,31 2,52 39,26 38, ,02 18,37 2,39 39,56 39, ,57 18,75 2,49 39,55 39, Analisis Ultimat No - Sulfur, ( %) karbon, Nitrogen, Hidrogen, Oksigen, (%) (%) ( %) (%) 1-0,44 60,77 0,59 5,34 30,3 2-0,44 60,17 0,56 5,21 31,1 3-0,45 61,84 0,59 5,35 29,38 Ratarata - 0,44 60,93 0,58 5,3 30,26 Keterangan : *) adb = air dried basis, (dasar kering udara) **) ar = as received, Contoh asal Tabel 5.2 Spesifikasi bahan pengikat dan bahan baku imbuh No Jenis bahan Spesifikasi 1 Lempung Kadar air < 8 % Ukuran butir = 200 mesh 2 Serbuk Kayu Kadar air < 5 % Ukuran butir < 10 mesh 3 Molasis Kadar air < 32 % Berat jenis 1,3 4 Kapur Kadar air < 8 % Ukuran butir < 200 mesh 18

27 a. Pada tahap penyiapan; batubara direduksi ukurannya menjadi < 3 mm, dan diambil sampel untuk diuji karakteristiknya kemudian dialirkan dengan ban berjalan ke bagian pengeringan pada suhu C hingga kandungan airnya <15 %; b. Pada tahap pencampuran (blending); batubara dicampur dengan bahan pengikat dan bahan imbuh, serta dibuat dalam 5 jenis variasi campuran (adonan) atau komposisi seperti pada Tabel 5.3 PencaBlending untuk setiap campuran dilakukan selama 4 jam agar tercampur dengan baik, kemudian dialirkan melalui ban berjalan ke mesin pembriketan. Tabel 5.3 Komposisi bahan baku dalam pembuatan briket batubara Komposisi campuran briket (%) No. Kode /Bentuk Serbuk Batubara Molasis kayu Lempung Kapur 1 Bantal - A Bantal - B Bantal - C Bantal - D Kenari c. Pada tahap pembriketan (briquetting); tekanannya dibuat pada 2 (dua) tekanan yang berbeda yaitu pada 17 MPa dan 20 MPa, untuk bentuk produk briket bantal tipe A dan B, sedangkan yang lainnya pada tekanan 20 MPa. d. Hasil pembriketan kemudian didinginkan dengan udara alami selama satu hari, kemudian diambil sampel untuk uji kekerasan. e. Sebagai tahap akhir dilakukan pengujian karakteristik dan pengepakan ke dalam karung masingmasing seberat 25 s/d 30 kg Karakteristik atau spesifikasi briket batubara yang dihasilkan Total briket yang dihasilkan sebanyak 12 ton yang terdiri atas atau sebanyak 480 karung. Hasil analisis laboratorium, karakteristik atau spesifikasi briket batubara yang dihasilkan adalah sebagai berikut (lihat Tabel 5.4). Tabel 5.4. Spesifikasi briket batubara hasil percobaan No 1 Jenis/ Kode briket Bantal A-17 Air total, %, ar Air lembab, %, adb Zat terbang, %, adb Nilai kalor, kal/g, db Total sulfur, %, adb Beban pecah, kg Jumlah (kg) 12,61 10,91 39, ,44 60,

28 2 A-20 13,10 10,49 39, ,45 65, B-17 12,73 10,32 39, ,43 57, B-20 12,39 9,78 39, ,45 65, C-20 12,22 10,71 39, ,44 67, D-20 12,11 9,71 39, , Kenari 13,51 10,20 39, ,44 58, Tungku terintegrasi briket batubara Salah satu bentuk tungku briket batubara yang sudah dikembangkan oleh Puslitbang tekmira adalah tungku terintegrasi briket batubara, bahkan pada tahun 2007 dan 2008 tungku tersebut sudah diaplikasikan di dapur-dapur umum beberapa pondok pesantren dan industri kecil (UKM) sebagai tungku percontohan. Tungku terintegrasi briket batubara merupakan perpaduan dari 2 tungku briket batubara dengan kapasitas >7 kg, dan 1(satu) tungku tanpa briket batubara yang memanfaatkan kelebihan panas dari dua tungku lainnya (Gambar 2.2 dan 5.5), serta dilengkapi cerobong dan blower untuk pengaturan udaranya. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun sebelumnya tungku terintegrasi ini memiliki efisiensi +45%. Hal ini dikarenakan pemanfaatan aliran panas ke tungku ketiga dari dua tungku yang diisi briket. I II III Gambar 5.5 Skema tungku terintegrasi briket batubara 20

29 5.2.4 Pengukuran temperatur, emisi dan efisiensi pembakaran Pengukuran temperatur pembakaran dimaksudkan untuk mengetahui berapa temperatur dan lama pembakaran yang efektif, sedangkan pengukuran emisi pembakaran dimaksudkan untuk mengetahui besaran gas buang pembakaran yang dianggap berbahaya seperti CO 2, CO, SO 2, atau NO 2 yang dihasilkan dari pembakaran briket batubara apakah memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup atau tidak, agar aman bagi para pekerja dan tidak berpengaruh terhadap lingkungan kerja (dapur) ataupun lingkungan sekitarnya. Pengukuran tempertur pembakaran; dilakukan dengan menggunakan thermocouple pada tungku kapasitas 5 kg (Gambar 5.6) dan sebagai pembanding dilakukan juga pada tungku 1 kg. Setiap pengukuran dilakukan dengan selang waktu 15 menit mulai dari briket menyala sampai menjelang habis (>200 0 C). Sedangkan hasil pengukuran temperatur untuk masing-masing tipe briket dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6. Gambar 5.6 Pengukuran temperatur pembakaran briket batubara Tabel 5.5 Hasil pengukuran temperatur pembakaran briket pada tungku 5 kg No. Menit Temperatur ( 0 C) untuk briket tipe bantal ke- A-17 A-20 B-17 B-20 C-20 D-20 Kenari ,7 220,7 215,2 227,7 240,9 222, ,6 355,2 326,6 385,7 320,2 295, ,3 385,7 472,5 513,6 380,6 320, ,3 444,7 566,0 628,1 420,4 390, ,3 512,8 640,4 645,0 460,5 470, ,1 636,3 643,7 652,3 498,1 505, ,5 624,3 654,9 658,3 530,7 540, ,4 628,2 611,7 637,2 578,5 576, ,7 617,4 583,4 618,5 593,5 588, ,8 633,2 542,4 580,3 598,9 593,

30 ,8 640,4 513,3 559,3 579,6 587, ,8 675,6 487,2 520,7 580,3 590, ,5 705,3 454,8 539,5 575,4 564, ,8 684,7 389,2 482,3 569,6 564, ,1 348,9 420,4 550,3 540, ,8 654,3 319,6 312,6 510,1 504, ,2 580,3 260,1 204,2 480,4 480, ,9 540,3 173,5 162,7 410,6 430, ,2 470,5 350,6 397, ,5 430,2 320,6 354, ,2 305,9 290,5 301, ,3 270,6 260,2 286, ,1 256,2 254,4 235, ,8 247,2 220,5 201, ,4 218,6 205,8 194,9 185 Tabel 5.6 Hasil pengukuran temperatur pembakaran briket pada tungku 1kg Temperatur ( 0 C) Menit Untuk briket tipe bantal Ke- Kenari A-17 A-20 B-17 B-20 C-20 D ,6 257,2 174,3 283,7 190,6 222,7 274, ,7 408,1 308,5 388,9 246,1 253,1 333, ,5 383,7 328,3 295,2 375,4 324,2 386, ,1 353,6 358,3 364,4 365,6 346,3 578, ,4 300,4 300,5 320,2 342,2 309,3 608, ,2 300,6 257,7 221,3 333,2 315,0 614, ,1 308,4 267,5 244,4 298,5 322,9 604, ,1 301,4 246,8 253,2 244,4 267,3 580, ,5 287,0 221,7 232,1 250,2 244,8 561, ,7 251,6 184,6 218,8 220,9 232,4 519, ,0 196,2 155,1 191,9 180,0 200,4 505, ,9 134,1 117,0 163,0 153,5 180,2 466, ,5 117,2 101,2 141,1 142,7 140,3 285, ,6 97,8 116,3 122,5 115,6 114,6 Unntuk pengukuran emisi pembakaran dilakukan dengan menggunakan gas analyzer dengan jarak sekitar 50 cm dari lidah api pembakaran dengan interval waktu 15 menit. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Hasil pengukuran emisi pembakaran No. Jenis/tipe briket CO (ppm) NO 2 (ppm) SO 2 (ppm) 1 Bantal A ,382-0,391 22

31 2 Bantal A ,0 0,361-0,378 3 Bantal B ,220-0,261 4 Bantal B ,213-0,252 5 Bantal C ,180-0,197 6 Bantal D ,265-0,278 7 Kenari ,296-0,315 Untuk menghitung efisiensi pembakaran tungku dan briket batubara dilakukan dengan cara uji coba menguapkan air, dan dalam hal ini dilakukan juga dengan menggunakan gas LPG sebagai pembanding (Gambar 5.7). Gambar 5.7 Ujicoba penguapan air dengan briket batubara dan gas LPG Uji coba penguapan air menggunakan wajan berkapasitas 13 liter, briket batubara tipe bantal, dan tungku kapasitas 5 kg. Sedangkan volume awal dari air yang diuapkan sebanyak 8 liter dan selama proses terus ditambah (air panas) hingga mencapai 16 liter. Hasil uji coba proses penguapan air dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.8 Volume air teruapkan dan jumlah bahan bakar terpakai G a s LPG No, Waktu (menit) Total volume air (liter) Awal Akhir Teruapkan Kebutuhan gas (kg) Kg gas/ lt air ,68 12,32 1,480 0, ,62 12,38 1,490 0, ,65 12,35 1,610 0, ,67 12,33 1,480 0, ,69 12,31 1,480 0,12 Rata-rata 12,34 1,510 0,12 Briket batubara tipe bantal (tungku 5 kg) 23

32 No Waktu (menit) Volume Air (liter) Awal Akhir Teruapkan Kebutuhan Briket (Kg) Kg Briket/ lt Air ,84 13,16 4,884 0, ,96 13,06 4,983 0, ,02 12,98 5,035 0, ,79 13,21 4,956 0, ,83 13,17 5,110 0,388 Rata-rata 13,11 4,994 0,381 Keterangan : Volume air permulaan dalam wajan 8 liter dan penambahan dilakukan dengan air sudah mendidih hingga mencapai total 16 liter 6 PEMBAHASAN HASIL BIMBINGAN TEKNIS, MONITORING DAN LITBANG BRIKET BATUBARA 6.1 Analisis Hasil Bimbingan Teknis dan Monitoring Pemanfaatan Briket Batubara Sejak diperkenalkannya pada tahun 1993 briket batubara pada dasarnya ditujukan untuk mengganti penggunaan sebagian bahan bakar minyak (BBM) dalam hal ini minyak tanah dengan memanfaatkan potensi batubara yang sangat besar, guna mengurangi subsidi BBM. Namun setelah sekian tahun dan meskipun sudah di dukung dengan berbagai kebijakan dan aksi tentang arti pemanfaatan briket batubara ternyata perkembangannya lambat. Hal ini tidak lain dikarenakan berbagai faktor kendala baik dari sisi suplai maupun kebutuhan dan kondisi sosekbud masyarakat. Dari hasil bimbingan teknis dan monitoring pemanfaatan briket di sekitar daerah percontohan maka berbagai kondisi secara kualitatif dapat dinyatakan sebagai berikut : a. Dari sisi pengusahaan - Dari segi investasi meskipun tidak terlalu besar untuk pengusahaan briket batubara ini, tetapi akibat pasar yang belum begitu menjanjikan menyebabkan perkembangannya lambat, bahkan pengusahaan briket yang adapun diantaranya ada yang sudah mengurangi bahkan menghentikan kegiatannya. - Akibat kekurang-pahaman para produsen briket batubara akan karakteristik batubara, mereka kesulitan mendapatkan bahan baku batubara yang sesuai dan harga yang memadai, mengakibatkan kualitas briket yang diproduksi terutama oleh pengusaha kecil umumnya kurang memenuhi persyaratan SNI. 24

Pembuatan Briket Batubara

Pembuatan Briket Batubara Pembuatan Briket Batubara LAPORAN TETAP TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA Pembuatan Briket Batubara Ukuran 170 Mesh Karbonisasi dan Non Karbonisasi dengan Komposisi 80% Batubara, 10% Sekam dan 10% Tapioka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma

Lebih terperinci

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH Ikin Sodikin Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara ikin@tekmira.esdm.go.id S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini menguraikan secara rinci langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian agar terlaksana secara sistematis. Metode yang dipakai adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsi meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvesional yang tidak dapat diperbahurui makin menipis dan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sentra industri sekarang tidak lepas dari kebutuhan bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang semakin meningkat sehingga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Bahan/material penyusun briket dilakukan uji proksimat terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dasar dari bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahan bakar minyak dan gas semakin penting dalam berbagai kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karena nya, kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak dan

Lebih terperinci

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Abstrak Senadi Budiman, Sukrido, Arli Harliana Jurusan Kimia FMIPA UNJANI Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Konsumsi bahan bakar fosil dan kebutuhan sumber daya alam yang semakin meningkat adalah masalah yang penting untuk kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1 RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1 Tamrin 2, Budianto Lanya 2 dan Dwi Firmayanti 3 ABSTRAK Bahan bakar padat seperti briket batubara tidak dianjurkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Dwi Irawan Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116 Kota Metro (0725) 42445-42454

Lebih terperinci

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON Stefano Munir, Ikin Sodikin, Waluyo Sukamto, Fahmi Sulistiohadi, Tatang Koswara Engkos Kosasih, Tati Hernawati LATAR BELAKANG Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG Ringkasan Tugas Akhir ini disusun Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Paisal 1), Muhammad Said Karyani. 2) 1),2) Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Uji proksimat merupakan sifat dasar dari bahan baku yang akan digunakan sebelum membuat briket. Sebagaimana dalam penelitian ini bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun

Lebih terperinci

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU SNTMUT - 214 ISBN: 978-62-712--6 ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU Eddy Elfiano, M. Natsir. D, Doni Indra Program Studi Teknik Mesin FakultasTeknik Universitas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur F.4 Drs. Hasnedi, M.Si. BadanPengkajiandanPenerapanTeknologi 2012 LATAR BELAKANG Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Millenium yang ketiga ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari Beton. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal : Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal : 95-102 ISSN NO:2085-580X PENGARUH JUMLAH TEPUNG KANJI PADA PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG PALA THE EFFECT OF TAPIOCA STARCH VARIATION

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI Angga Yudanto (L2C605116) dan Kartika Kusumaningrum (L2C605152) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun belum sebanding dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 15 Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung Danang Dwi Saputro Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang Abstrak : Potensi biomass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri. Dalam kurun waktu 10-15 tahun kedepan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK PKMM-1-13-1 RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK Yuli Dwi Gunarso, Emi Susanti, Sri Nanik Sugiyarmi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET Muhammad Taufik 1), Adi Syakdani 2), Rusdianasari 3), Yohandri Bow 1),2),3 ), 4) Teknik Kimia, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam terutama energi fosil, bukanlah kekayaan yang terus tumbuh dan bertambah, tetapi ketersediannya sangat terbatas dan suatu saat akan habis (ESDM,2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan bakar (minyak, gas dan batu bara) merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan bahan bakar fosil ini semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan program dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda, yaitu : 1. Pengambilan bahan baku sampah kebun campuran Waktu : 19 Februari 2016

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya ABSTRAK Sekarang ini minyak tanah sangat sulit untuk didapatkan dan kalaupun ada maka

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan I. Pendahuluan Dewasa ini harga bahan bakar minyak dunia cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun batu

Lebih terperinci

Ratna Srisatya Anggraini ( )

Ratna Srisatya Anggraini ( ) EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH KEBUN Oleh : Ratna Srisatya Anggraini (3305 100 053) Dosen Pembimbing: Prof. DR. YULINAH TRIHADININGRUM, MAppSc

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET Siti Hosniah*, Saibun Sitorus dan Alimuddin Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN BREAK-EVEN DAN SALES MINIMAL DALAM PRODUKSI BRIKET BATUBARA PADA USAHA KARYA BERSAMA SAMARINDA

PENERAPAN BREAK-EVEN DAN SALES MINIMAL DALAM PRODUKSI BRIKET BATUBARA PADA USAHA KARYA BERSAMA SAMARINDA http://karyailmiah.polnes.ac.id PENERAPAN BREAK-EVEN DAN SALES MINIMAL DALAM PRODUKSI BRIKET BATUBARA PADA USAHA KARYA BERSAMA SAMARINDA Khairil Akbar (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

KELAYAKAN LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA SEBAGAI BRIKET BLOTONG BERPORI UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF. Rekyan Sesutyo Ediy **) dan Sri Widyastuti *)

KELAYAKAN LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA SEBAGAI BRIKET BLOTONG BERPORI UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF. Rekyan Sesutyo Ediy **) dan Sri Widyastuti *) KELAYAKAN LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA SEBAGAI BRIKET BLOTONG BERPORI UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF Rekyan Sesutyo Ediy **) dan Sri Widyastuti *) Abstrak Pemanfaatan Limbah Padat Pabrik Gula (Blotong) selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menipisnya sumber daya alam yang berasal dari sisa fosil berupa minyak bumi diakibatkan karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat dalam penggunaan energi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang bergerak menjadi sebuah negara industri. Sebagai negara industri, Indonesia pasti membutuhkan sumber energi yang besar yang bila tidak diantisipasi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses dan Non Dylla Chandra Wilasita (2309105020) dan Ragil Purwaningsih (2309105028) Pembimbing:

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Karakterisasi Briket Arang Pengujian karakteristik briket meliputi kadar air, kadar abu, dekomposisi senyawa volatil, kadar karbon terikat, kerapatan dan nilai kalor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Uji 1 Uji 2 Uji 3 Uji 1 Uji 2 Uji 3 1. Kadar Air (%) 4,5091 4,7212 4,4773 5,3393 5,4291 5,2376 4,9523 2. Parameter Pengujian Kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi semakin meningkat pula. Sektor energi memiliki peran penting dalam rangka mendukung kelangsungan

Lebih terperinci

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET * DWI SANDRI 1, FAJAR SAPTA HADI 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan masyarakat pada energi terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan yang terus meningkat mendorong para peneliti untuk terus berinovasi menciptakan teknologi-teknologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA Amin Sulistyanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A.Yani Tromol Pos1 Pabelan Kartasura ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Konsumsi Ekspor Impor Gambar 1.1 Grafik konsumsi dan produksi minyak di Indonesia (Kementrian ESDM, 2011) 1

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Konsumsi Ekspor Impor Gambar 1.1 Grafik konsumsi dan produksi minyak di Indonesia (Kementrian ESDM, 2011) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan manusia pada saat ini. Kebutuhan akan energi yang begitu besar pada kehidupan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BRIKET LAPORAN

PENGKAJIAN BRIKET LAPORAN LAPORAN PENGKAJIAN BRIKET Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Tahun i RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Densitas Densitas atau kerapatan merupakan perbandingan antara berat dengan volume briket. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan penyusun

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI Nur Aklis Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Eddy Elfiano, N. Perangin-Angin Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH Hidro Andriyono 1), Prantasi Harmi Tjahjanti 2) 1,2) Prodi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Jalan Raya Gelam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram Kondisi Energi Nasional 2014 (Sumber: Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram Kondisi Energi Nasional 2014 (Sumber: Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi pada saat ini sangat kental kita rasakan dan sedanghangat dibicarakan, dimana ditandai dengan semakin langkanya bahan bakar minyak (BBM) ditengah-tengah

Lebih terperinci

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T. ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah

Lebih terperinci

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HALUOLEO

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HALUOLEO RT-2013-1902 LAPORAN AKHIR Insentif Riset SINas 2013 PENGEMBANGAN BAHAN BAKAR PADATAN (SOLID FUEL) BERBENTUK BRIKET HYBRID KALORI TINGGI BERBASIS BATUBARA MUDA (BROWN COAL) DAN LIMBAH ORGANIK Bidang Prioritas

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis energi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh dunia maupun Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi mencatat bahwa produksi minyak Nasional 0,9

Lebih terperinci

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA Disusun oleh : Deqi Rizkivia Radita NRP. 3305 100 025 Dosen Pembimbing : Prof. DR. Yulinah Trihadiningrum,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA Amin Sulistyanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani

Lebih terperinci

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI Abstraksi Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci