BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Bahan Ajar Sains A. Kajian Teori Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, sikap atau nilai (Depdiknas cit. Toharudin, 2011). Keberadaan bahan ajar penting sekali dalam menunjang keberhasilan pembelajaran. Bahan ajar dapat mengaitkan ataupun memadukan antara pengalaman dan pengetahuan siswa. Oleh sebab itu, guru harus pandai memilah dan memilih materi yang sesuai, ketercukupan konsepnya, kedalaman, serta aplikasinya dalam kehidupan siswa. Sebelum menentukan materi pembelajaran guru sebaiknya melakukan analisis materi pelajaran. Analisis materi pelajaran adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keseluruhan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar sains merupakan salah satu sumber belajar yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa untuk mencapai Standar Kompetensi (Toharudin, 2011). Tujuan siswa mempelajari bahan ajar sains yaitu: siswa menguasai produk sains misalnya konsep-konsep, siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah sains serta siswa memiliki nilai

2 yang berkaitan dengan masalah sikap setelah terbiasa mempelajari dan menguasai produk dan proses sains. Oleh sebab itu, bahan ajar sains harus memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Tulisan yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi maka lebih mudah dipahami sebaliknya tulisan yang memiliki tingkat keterbacaan rendah maka lebih sukar untuk memahami tulisan tersebut. Bahan ajar sains berbeda dengan bahan ajar secara umum. Bahan ajar sains disusun berdasarkan aspek-aspek tertentu. Aspek-spek yang harus dipenuhi dalam penyusunan bahan ajar sains yaitu : a. Isi bahan ajar Isi bahan ajar mengembangkan beberapa keterampilan berikut yaitu :1) Keterampilan proses meliputi kemampuan untuk mengamati, membandingkan dan membedakan, mengelompokkan, mengukur, mengkomunikasikan, serta tingkatan keterampilan proses yang lebih tinggi misalnya meramalkan, mengaplikasikan konsep, dan mengkomunikasikan; 2) Kemampuan berinkuiri siswa yang disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan siswa; 3) Kemampuan berpikir sesuai dengan yang tertulis dalam Taksonomi Bloom meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta; 4) Kemampuan literasi sains siswa yang meliputi empat aspek yaitu memahami istilah sains, membaca dalam sains, menulis tentang sains dan berbicara dalam sains.

3 b. Tujuan penyusunan bahan ajar Bahan ajar bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan berdasarkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator yang telah dirumuskan melalui kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. c. Kejelasan dan kebenaran konsep Konsep yang tertulis dalam bahan ajar hendaknya jelas dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan mengenai suatu konsep hendaknya disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa. Penjelasan konsep dibuat dengan bahasa yang sederhana sehingga siswa mudah memahami konsep tersebut. Selain itu, perkembangan kebenaran atas konsep harus disesuaikan sehingga mutakhir dan akurat. Ketika bahan ajar menjelaskan tentang konsep maka konsep tersebut harus nyata atau riil. Arti konsep tersebut dapat disaksikan kebenarannya, menarik, dan dapat memotivasi siswa. d. Kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku Penyusunan bahan ajar harus sesuai dengan kurikulum. Kurikulum menjelaskan tentang tujuan pembelajaran dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Oleh sebab itu bahan ajar merupakan hasil analisis dan uraian lebih lanjut tentang kompetensi.

4 e. Menarik minat siswa Ketertarikan siswa dalam mempelajari bahan ajar membantu ketercapaiannya tujuan pembelajaran. f. Menumbuhkan motivasi dan menstimulasi aktivitas serta kemampuan berpikir siswa Bahan ajar hendaknya dapat meningkatkan keingintahuan siswa sehingga termotivasi untuk mempelajari. Motivasi tersebut akan menjadi stimulus untuk melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. g. Ilustrasi dan contoh-contoh Ilustrasi merupakan gambaran untuk memperjelas konsep. Ilustrasi dapat disajikan dalam bentuk grafis (foto, gambar, lukisan, sketsa, tabel, dan lain-lain). Fungsi grafis adalah menyederhanakan konsep, memusatkan perhatian, menghindari kejenuhan, dan menghiasi ruang kosong. Perancangan ilustrasi harus relevan dengan konsep yang dipaparkan. h. Penggunaan bahasa yang komunikatif, logis dan sistematis Penggunaan bahasa hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menggunakan kalimat yang efektif dan terhindar dari pemaknaan ganda. Bahasa dapat mempengaruhi minat dan motivasi belajar. Oleh sebab itu, maka dalam penyusunan bahan ajar sebaiknya memperhatikan beberapa aspek. Aspek tersebut meliputi kemampuan berbahasa siswa, kaidah-kaidah bahasa yang benar, pilihan kata, gaya bahasa, dan keterbacaan.

5 i. Kontekstual dan mutahir Materi yang disajikan dalam bahan ajar hendaknya mempunyai kontekstualitas dan kemutahiran yang kuat. Materi yang disajikan memiliki relevansi dengan kehidupan sehari-hari siswa dan dapat menjadi bekal dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. j. Menghargai perbedaan individu Bahan ajar yang baik tidak membedakan kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial dan budaya setiap individu. k. Memantapkan nilai-nilai Bahan ajar dapat memuat berbagai aspek kehidupan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar. Bahan ajar sebaiknya mampu menumbuhkan keberanian untuk menampilkan diri melalui ekspresi pikiran, menanggapi, adu argumentasi, dan sebagainya yang bersifat kultural edukatif dan memantapkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Bahan pembelajaran disusun untuk mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Penyusunan bahan pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus, karakteristik siswa, dan strategi pembelajaran untuk setiap tujuan pembelajaran. Berikut ini merupakan bentuk bahan pembelajaran menurut Atwi (2012: 43-44), yaitu: a. Bahan kompilasi, yaitu bahan pembelajaran yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran tatap muka. Bahan kompilasi mengandalkan pengajar dan siswa.

6 b. Bahan pembelajaran mandiri, yaitu bahan pembelajaran digunakan dalam pembelajaran mandiri misalnya pembelajaran jarak jauh. Bahan pembelajaran tersebut misalnya modul. Modul dirancang sedemikian hingga sehingga untuk menguasai suatu materi siswa tidak bergantung pada kehadiran guru. c. Bahan pembelajaran kombinasi, yaitu bahan pembelajaran tatap muka yang dikombinasikan dengan pembelajaran mandiri. Bahan ajar terbagi atas bahan ajar noncetak, bahan ajar cetak dan bahan ajar display. Bahan ajar noncetak meliputi Over Heat Transparancies (OHT), audio, video, slide dan lain-lain sedangkan bahan ajar cetak meliputi modul, handout dan Lembar Kerja Siswa (LKS) serta bahan ajar display meliuti chart, poster, foto dan realita. Berdasarkan analisis kebutuhan di sekolah, maka bahan ajar yang dipilih berupa bahan ajar cetak dalam bentuk modul. Penyusunan modul ini berbasis PBL. Modul yang tadinya berfungsi sebagai pembelajaran mandiri disusun berdasarkan sintaks model PBL (Problem Based Learning) yang merupakan pembelajaran tatap muka. Hal ini membuat modul termodifikasi menjadi pembelajaran kompilasi (terintegrasi ke dalam pembelajaran) tetapi bisa digunakan untuk pembelajaran mandiri.

7 2. Modul Sains a. Pengertian Modul Secara Umum Istilah kemunculan modul didasari adanya pemikiran perbedaan kemampuan individual pada siswa yang perlu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Modul dikenal pula dengan istilah learning activity package (paket aktivitas belajar), individualized learning package (paket modul individual) dan learning package (paket belajar). Modul bisa dipandang sebagai paket program pembelajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar, alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya (Sudjana dan Rivai, 2007 cit. Sukiman, 2012: 131). Modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru atau dosen pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk menilai, serta pengukuran keberhasilan siswa dalam penyelesaian pembelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia cit. Prastowo, 2012: ). Modul adalah satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh siswa secara perseorangan (self instructional), setelah peserta menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat melangkah maju dan mempelajari satuan modul berikutnya (Surahman, 2010 cit. Prastowo, 2012:105). Kesimpulannya adalah modul merupakan salah satu jenis bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami

8 siswa. Modul bertujuan agar siswa dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan minimal dari guru. Siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang dibahas dengan menggunakan modul. Apabila telah menguasai materi tersebut, siswa dapat melanjutkan ke modul berikutnya. Sebaliknya bila siswa belum mampu mempelajari, maka siswa diminta mengulangi dan mempelajari materi kembali. Modul sains berbeda dengan modul pada umumnya. Modul sains memiliki karakter-karakter tertentu yang tidak dimiliki modul pada umumnya. b. Karakteristik Modul Sains Modul sains adalah salah satu bahan ajar mandiri dengan bantuan minimal dari guru yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa untuk mencapai Standar Kompetensi (Toharudin, 2011). Modul sains diharapkan dapat mengembangkan beberapa keterampilan yaitu: keterampilan proses, kemampuan berinkuiri, kemampuan berpikir sesuai Taksonomi Bloom, dan kemampuan literasi sains. Modul biologi merupakan bagian dari modul sains. Modul biologi memiliki karakteristik sebagai berikut (Yoyok, 2004 : cit. Suratsih, 2010) yaitu: 1) Judul yang digunakan merupakan rumusan topik-topik biologi yang diseleksi dan disesuaikan dengan kurikulum; 2) Bentuk modul biologi merupakan gabungan dari self contained dan non-self contained yaitu ada sebagian informasi yang termuat dalam modul, namun ada sebagian yang mengharuskan siswa untuk mencari dan menggunakan informasi lain di luar modul. Sumber informasi dapat berupa : percobaan (kerja laboratorium), pustaka dari buku maupun internet,

9 sumber dari pakar biologi dan sebagainya; 3) Modul bukan merupakan perangkat yang lengkap, tetapi harus berisi lembar instruksional (yang dituangkan dalam tugastugas pembelajaran pada setiap pertemuan modul) yang merupakan pengarah dan cara belajar biologi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran; 4) Model pembelajaran yang digunakan mengacu pada hakekat keilmuan biologi untuk mencapai kompetensi yang digunakan; dan 5) Bantuan guru kepada siswa untuk melaksanakan tugas-tugas sangat diperlukan. Bantuan yang dimaksudkan adalah peran guru tidak hanya sebagai informator dalam proses pembelajaran, tetapi semua peran guru yaitu organisator, fasilitator, konduktor, inisiator, motivator, mediator, evaluator dan lain-lain. c. Komponen Penyusun Modul Pada umumnya modul terdiri beberapa komponen, yaitu lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban (Mulyasa, 2003: 98). Modul yang dikembangkan di Indonesia saat ini menurut Vembrianto (1985: 49-53), mengandung komponen sebagai berikut : 1) Petunjuk guru Memuat tentang cara pembelajaran dapat dilakukan oleh guru secara efisien, yang menyangkut macam-macam kegiatan yang harus dikerjakan di kelas, selain itu juga memuat waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul, alat pembelajaran, sumber yang digunakan, prosedur evaluasi, dan jenis evaluasi yang digunakan.

10 2) Lembar Kegiatan Siswa Memuat tentang kedalaman materi yang harus dikuasai siswa yang disusun secara sistematis sehingga siswa dapat mengikutinya dengan mudah dan cepat. Lembar kegiatan siswa dilengkapi dengan kegiatan yang harus dilakukan siswa seperti observasi atau percobaan, serta buku sebagai pelengkap materi dicantumkan dalam lembar ini. 3) Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar ini terdiri dari pertanyaan atau masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Semua yang dilakukan siswa dicantumkan dalam LKS. 4) Kunci Lembar Kerja Siswa Berfungsi untuk mengecek ketepatan jawaban siswa sehingga dengan adanya kunci lembar kerja ini akan mengoreksi terhadap jawaban yang salah. 5) Lembar Evaluasi Hasil ujian akhir merupakan penilaian yang dilakukan guru untuk mengetahui ketercapaiannya indikator yang dirumuskan pada modul. 6) Kunci Lembar Evaluasi Fungsinya untuk mencocokkan jawaban siswa, dimana jawaban siswa dapat digunakan untuk indikator ketercapaiannya tujuan (kompetensi dasar) yang dirumuskan dalam modul. Penggunaan modul biologi bertujuan agar tercapainya pendidikan secara efektif dan efisien (Sudjana dan Rivai, 1998: 133). Siswa dapat mengikuti program

11 pembelajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri sehingga dapat mengetahui penguasaan bahan belajar secara mandiri. Modul menekankan penguasaan secara optimal (mastery learning) yaitu dengan penguasaan minimal 80%. d. Penyusunan Modul Penulis mengacu pada model pengembangan Borg & Gall (Borg & Gall,1987: 775). Sepuluh tahapan model pengembangan Borg & Gall dimodifikasi menjadi tujuh tahapan. Tujuh tahapan Borg & Gall tersebut adalah sebagai berikut: 1). Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi (research and information collecting), termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur atau kajian pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengamatan kelas, persiapan laporan tentang pokok persoalan. 2. Perencanaan (Planning), termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keterampilan yang berkaitan dengan permasalahan, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji kelayakan terbatas 3. Mengembangkan bentuk produk awal (develop preliminary form of product), yaitu penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perlengkapan evaluasi termasuk pengujian oleh ahli dan praktisi menjadi draf I. 4. Melakukan preliminary field testing, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Pada langkah ini dilakukan uji kelompok kecil

12 meliputi pengumpulan dan analisis yang dilakukan dengan cara wawancara, dan kuisioner dikumpulkan dan dianalisis 5. Melakukan revisi terhadap produk utama (main product revision), yaitu melakukan perbaikan sesuai dengan saran-saran dari hasil preliminary field testing 6. Melakukan main field testing (dilakukan pada 5-15 sekolah dengan subjek). Data kuantitatif tentang unjuk kerja subjek pada pra pelajaran dan pasca pelajaran dikumpulkan. Hasil dinilai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dikembangkan dengan data kelompok control bilamana memungkinkan 7. Melakukan revisi terhadap produk operasional (operational product revision), yaitu melakukan revisi produk berdasarkan saran-saran dari hasil main field testing 3. Modul dalam Pembelajaran Biologi Modul pembelajaran biologi berbasis PBL disertai kartu gambar pada materi Animalia ini digunakan dalam proses pembelajaran biologi. Proses pembelajaran biologi sebagian atau seluruhnya berdasarkan modul. a. Tujuan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul Biologi. Tujuannya meliputi: 1) Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar biologi dengan kecepatan masing-masing. Hal ini dikarenakan kemampuan siswa dianggap berbeda baik hasil akhir maupun waktu yang dibutuhkan untuk memahami suatu

13 materi biologi; 2) Memberi kesempatan siswa untuk belajar biologi menggunakan caranya masing-masing. Hal ini dikarenakan untuk memecahkan suatu permasalahan biologi siswa menggunakan teknik yang berbeda-beda; 3) Memberikan pilihan dari sejumlah materi biologi dalam suatu mata pelajaran. Hal ini dikarenakan setiap siswa mempunyai pola dan minat serta tujuan yang sama; dan 4) Memberikan kesempatan siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya, serta memperbaiki kekurangannya melalui modul remedial. Hal ini dikarenakan modul biologi memberikan evaluasi untuk mendiagnosis kelemahan siswa agar memperbaikinya serta memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mencapai hasil yang maksimal. b. Keunggulan Pembelajaran Menggunakan Modul Bagi Siswa Penyusunan modul yang baik dapat memberikan banyak keuntungan bagi siswa, diantaranya sebagai berikut: 1) Adanya feedback, sehingga siswa bisa langsung dapat mengetahui taraf hasil belajarnya. Jika terjadi kesalahan, maka siswa dapat segera memperbaikinya; 2) Siswa dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas dan memeperoleh nilai maksimal dengan menggunakan modul; 3) Penyusunan modul yang baik tujuan pembelajarannya jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh siswa; 4) Melalui pengajaran dengan modul, pembelajaran dapat disesuaikan dengan perbedaan kecepatan belajar, cara belajar dan bahan pelajaran yang digunakan siswa; dan 5) Di dalam modul memberikan kesempatan untuk memperbaiki kelemahan. Kelemahan siswa dapat diketahui oleh siswa sendiri berdasarkan evaluasi yang

14 diberikan secara rutin sehingga siswa tak perlu mengulangi satu materi penuh tetapi hanya kelemahannya saja. c. Kelemahan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul Pembelajaran menggunakan modul dapat membantu siswa untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, tetapi terdapat sejumlah permasalahan timbul bagi siswa dan guru. 1) Permasalahan bagi siswa Modul merupakan pembelajaran mandiri sehingga memerlukan kesadaran siswa untuk disiplin. Siswa harus mampu mengatur waktu, memaksa diri untuk belajar dan tidak tergoda ajakan teman untuk bermain. Siswa di sekolah yang terbiasa menerima pelajaran dari guru (pasif), akan merasa kesulitan dengan pembelajaran yang menuntut keaktivan siswa sebagai dasar utama dalam belajar. 2) Permasalahan bagi guru Penyusunan modul yang baik memerlukan waktu yang cukup lama, keahlian dan keterampilan yang cukup serta biaya yang tidak sedikit. d. Perbandingan Pengajaran Konvensional dengan Pengajaran Menggunakan Modul Pengajaran dengan menggunakan modul biologi mempunyai beberapa perbedaan dibandingkan pengajaran dengan model konvensional. Berikut ini perbandingan pengajaran dengan modul dengan pengajaran dengan model konvensional yaitu: 1) Pembelajaran konfensional dengan menggunakan metode

15 ceramah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru sedangkan pembelajaran modul biologi menggunakan kegiatan belajar yang dapat meningkatkan proses belajar dan media yang digunakan berdasarkan efektivitas pembelajaran biologi siswa; 2) Pembelajaran konvensional berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar sedangkan pembelajaran modul biologi berorientasi pada kegiatan murid dengan tekanan pada proses belajar biologi; 3) Pembelajaran konvensional mayoritas siswa pasif karena mendengarkan uraian guru sedangkan pembelajaran modul biologi siswa aktif melakukan berbagai kegiatan untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya; 4) Kecepatan belajar siswa pada pembelajaran konvensional kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar sedangkan pembelajaran modul biologi tiap siswa maju menurut kecepatan belajar masing-masing; 5) Pada pembelajaran konvensional penguatan materi biasanya diberikan setelah dilakukan ulangan ataupun ujian, sedangkan pembelajaran modul biologi penguatan materi sering diberikan segera setelah dipelajari sebagian kecil bahan pelajaran itu; 6) Keberhasilan belajar siswa pada pembelajaran konvensional biasanya dinilai secara subjektif oleh guru sedangkan pada pembelajaran modul biologi dengan adanya tujuan pembelajaran yang jelas dalam bentuk kelakukan yang dapat diamati dan dikukur maka penilaian dapat dilakukan secara objektif; 7) Penguasaan materi pada pembelajaran konvensional beragam ada yang menguasai sepenuhnya, ada yang sebagian dan bahkan ada yang gagal menguasainya sedangkan pada pembelajaran modul biologi jika diberikan waktu yang cukup maka siswa

16 diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran sepenuhnya; dan 8) Peran pengajar pada pembelajaran konvensional sebagai sumber pengetahuan utama sedangkan pada pembelajaran modul biologi pengajar berperan banyak yaitu dapat pemberi motivasi, pembimbing belajar, dan sebagai sumber (Nasution, 2008: 209). e. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Modul Siswa diberikan tugas meringkas supaya mempunyai pengetahuan awal. Guru mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa dengan pretes. Pretes menjadi indikator kemampuan awal siswa, jika dalam pretes siswa telah menguasai sepenuhnya maka siswa diperkenangkan untuk tidak mempelajari materi dalam modul ini demikian juga sebaliknya. Selesai mengerjakan modul maka dilakukan postes. Postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran. Indikator soal yang digunakan untuk pretes dan postes sama. Bila hasil postes siswa tidak dapat menguasai postes seperti yang diharapkan dalam rumusan tujuan pembelajaran, maka siswa diberi latihan mengenai bagian-bagian yang belum dipahami atau diberi pengajaran remedial. Bila hasil postes memuaskan maka siswa bisa melanjutkan ke pertemuan berikutnya.

17 4. Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian PBL merupakan pembelajaran yang berawal dari kasus/permasalahan kemudian dianalisis untuk menemukan pemecahan masalahnya. PBL merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi aktif pada siswa. Berikut ini merupakan pengertian PBL, yaitu sebagai berikut: 1) PBL adalah situasi dimana siswa dihadapkan pada masalah, informasi yang tidak lengkap dan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Skenario ini dihadirkan untuk meminta siswa tentang cara pemecahan masalah, seperti mendefinisikan dan menguraikan masalah, membuat hipotesis, menelusuri data, melakukan percobaan atau penelitian, mengembangkan solusi yang sesuai kondisi masalah dan mengevaluasi solusi tersebut agar solusi dapat bermanfaat (Gallagher cit. Toharudin, 2011: 99); 2) PBL dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang didalamnya siswa seorang pembelajar secara aktif mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran. teori ini mengandung dua prinsip penting : (a) belajar merupakan proses konstruksi, bukan proses menerima (receptive process); (b) belajar dipengaruhi oleh faktor interaksi sosial dan sifat konstektual dari pelajaran (Sudarisman, 2008 cit. Toharudin, 2011); dan 3) PBL merupakan proses belajar bagi seorang siswa dibantu oleh guru atau teman sebaya yang lebih mampu untuk

18 mengatasi masalah dan menguasai keterampilan yang sedikit di atas tingkat atau usia perkembangannya saat ini (Arends, 2007 cit. Toharudin, 2011). Berdasarkan kelima pendapat dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran dimulai dari pemberian masalah yang biasanya bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Siswa secara berkelompok merumuskan masalah, berhipotesis dan menyusun rancangan percobaan. Rancangan percobaan yang dibuat siswa digunakan untuk penyelidikan individu dan kelompok. Siswa menyimpulkan hasil percobaan, menyajikan hasil karya dan mengevaluasi hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. b. Karakteristik PBL Karakteristik PBL menurut Nur (2001) adalah sebagai berikut : 1) Pengajuan masalah atau pertanyaan Siswa dihadapkan pada situasi kehidupan nyata dan berpikir kritis. Dalam situasi ini, dimungkinkan adanya keragaman solusi. 2) Fokus pada interdisiplin Permasalahan yang disajikan berupa masalah kehidupan nyata sehari-hari dan otentik. 3) Penyelidikan otentik Siswa dihadapkan pada permasalahan yang otentik, dicari pemecahannya, menganalisis, mengembangakan hipotesis, membuat prediksi, mengumpulkan dan

19 menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan), membuat inferensi dan membuat simpulan. 4) Menghasilkan karya nyata dan memamerkan Karya nyata ini mewakili solusi dalam pemecahan masalah. Karya ini akan dipamerkan, dikomunikasikan dan didiskusikan kepada pihak-pihak terkait. 5) Kolaborasi Pembelajaran ini ditandai dengan adanya kerjasama siswa, biasanya dengan kelompok. Di dalam kerjasama siswa akan termotivasi untuk terlibat secara langsung dalam tugas, kegiatan inkuiri dan mengembangkan keterampilan sosial. c. Langkah Langkah Langkah-langkah pembelajaran PBL menurut Nur (2011) disajikan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Sintaks model PBL Tahap Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan Kegaiatan PBM a.guru memberikan motivasi/apersepsi kemudian memberikan masalah dengan mengajukan pertanyaan atau dengan wacana b.siswa mengemukakan hipotesis/opini sementara yang terkait dengan masalah yang diberikan guru a.guru menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran b.guru membimbing siswa dalam pembuatan kelompok a. Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen b.data yang diperoleh dari eksperimen kemudian ditabelkan. a.guru membimbing siswa untuk mempresentasikan. b. Siswa mempresentasikan hasil karyanya.

20 hasil karya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah a.guru membantu siswa dalam melakukan evaluasi/refleksi terhadap hasil penyelidikan mereka. b.siswa menerapkan atau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari d. Keunggulan dan Kelemahan Model PBL Keuntungan menggunakan PBL (Yazdani, 2002 cit. Nur, 2011) meliputi: 1) Siswa dihadapkan pada pembelajaran yang bermakna; 2) Dapat meningkatkan pengarahan diri siswa; 3) Meningkatkan pemahaman siswa dan peningkatan keterampilan; 4) Mengembangkan kemampuan interpersonal dan kerja tim pada masing-masing kelompok; 5) Meningkatkan motivasi diri siswa; dan 6) Dapat meningkatkan tutor antar siswa. Kekurangan menggunakan PBL menurut (Yazdani, 2002 cit. Nur, 2011) meliputi: 1) Membutuhkan banyak waktu dan biaya; 2) Guru maupun siswa harus memahami perannya masing-masing supaya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik; dan 3) PBL tidak bisa diterapkan dalam semua mata pelajaran 5. Media Kartu Gambar Media adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Pembelajaran dengan media pembelajaran menjadi lebih bermakna karena tidak hanya menggunakan kata-kata, dengan demikian diharapkan hasil pengalaman

21 belajar siswa lebih berarti (Sumiati, 2008: 160). Bentuk media pembelajaran tidak hanya meliputi media elektronik, tetapi juga bentuk sederhana, seperti slide, foto, diagram, dan lain-lain (Trianto, 2008: 163). Manfaat media pembelajaran antara lain: (1) memperjelas makna bahan yang disajikan kepada siswa; (2) metode pembelajaran lebih bervariasi; (3) mengaktifkan siswa melakukan berbagai aktivitas; (4) pembelajaran lebih menarik; dan (5) mengatasi keterbatasan ruang. Keunggulan media bagi pembelajaran meliputi: (1) minat belajar meningkat; (2) siswa berkembang menurut minat dan kecepatannya; (3) interaksi langsung dengan lingkungan; (4) memberikan rangsangan; dan (5) memberikan persepsi konsep yang sama. Salah satu media sederhana adalah gambar. Gambar-gambar disusun secara sistematis dan menarik hingga membentuk kartu gambar. Kartu gambar adalah kertas tebal berisi gambar-gambar berwarna dan tulisan yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sains. Kartu gambar dapat membantu pemahaman siswa tentang konsep tertentu dalam penyelidikan (observasi) (Saptono, 2003 cit. Wasilah, 2012) Kartu gambar dalam modul sebagai media untuk mempermudah siswa berinteraksi dengan objek secara langsung. Gambar species di dalam modul ukurannya terbatas sehingga perbedaan ciri morfologi tiap species kurang jelas. Oleh sebab itu diperlukan media untuk membantu observasi. Salah satu media yang digunakan untuk membantu observasi adalah kartu gambar. Kartu gambar disusun secara sistematik dan menarik. Di dalam kartu gambar tiap kelas tidak hanya diwakili

22 oleh satu gambar tetapi diwakili oleh beberapa gambar dengan ukuran yang berbeda dan sudut pengamatan yang berbeda. Ukuran species lebih besar dan jelas sehingga dapat mempermudah siswa melakukan observasi. Pembelajaran dengan menggunakan media kartu gambar dapat membangkitkan semangat siswa, melatih kepekaan siswa terhadap suatu objek, dan merangsang imajinasi siswa sehingga siswa dapat dengan mudah mengenali objek-objek yang ada disekitarnya (Fitri, 2010 cit. Wasilah, 2012). Pembelajaran dengan media kartu gambar dapat membuat siswa dapat aktif belajar secara berkelompok, bersaing dengan sehat, mewujudkan komunikasi tiga arah dan pembelajaran dapat menyenangkan (Ircham, 2009 cit. Wasilah, 2012). Hasil penelitian Wasilah (2012) menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyimpulkan hasil kegiatan praktikum dapat ditingkatkan dengan menggunakan media kartu. 6. Kingdom Animalia Animalia (hewan) banyak ditemukan di sekitar kita, yang berukuran kecil (mikro) dan berukuran besar (makro). Habitat Animalia beragam misalnya di padang pasir, laut, tropis, subtropiks dan lain-lain. Animalia dibedakan berdasarkan ada tidaknya tulang belakang. Hewan yang mempunyai tulang belakang disebut vertebrata, termasuk ke dalam Filum Chordata. Contoh hewan Chordata misalnya: burung, katak, ikan dan lain-lain. Hewan yang tidak mempunyai tulang belakang disebut invertebrata. Kelompok invertebrata meliputi Protozoa dan Metazoa.

23 Protozoa merupakan hewan yang bersel satu. Protozoa oleh para ahli digolongkan dalam Kingdom Protista. Metazoa merupakan hewan yang memiliki sel banyak. Kelompok metazoan meliputi Porifera, Ctenophora, Cnidaria, Platyhelmintes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthopoda dan Echinodermata. a. Kelompok Hewan Berpori (Porifera) Disebut juga dengan hewan berpori karena tubuhnya yang berpori-pori. Bentuk tubuhnya simetri radial. Tipe lapisan embrionalnya diploblastik (ektoderm dan endoderm). Porifera merupakan hewan metazoan paling sederhana. 1) Struktur tubuh 2) Mempunyai tiga tipe saluran air Gambar 2.1 Struktur Tubuh Porifera

24 Gambar 2.2 Tipe Saluran Air Porifera Klasifikasi hewan Filum Porifera disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Klasifikasi Porifera Kelas Ciri-ciri Gambar Calcarea Spikula terbuat dari zat kapur Habitat di laut dangkal Contohnya: Scypha gelatinosa, Grantia, Leucosolenia Hexactinellidea Demospongiae Gambar Grantia sp Spikula terbuat dari zat kersik/silikat Habitatnya di laut dalam Contohnya: Pheronema sp., Euplectella sp, Regadrella sp. dan lain-lain Gambar Euplectella sp Spikula terbuat dari zat kersik dan protein (sponging) atau sponging saja sehingga tubuh lunak Habitat di laut dangkal Contohnya: Euspongia officinalis (spons mandi), Spongilla, Haliclona, Microciona, Corticium. Gambar Euspongia officinalis (spons mandi) 3) Siklus perkembangbiakan Porifera disajikan dalam Gambar 2.3

25 Gambar 2.3 Perkembangbiakan Porifera b. Kelompok Hewan Berongga (Coelenterata) Coelenterata sering disebut hewan berongga (bukan rongga tubuh sejati). Rongga tersebut disebut gastrovaskuler. Struktur tubuh Coelenterata diploblastik (ektoderm dan endoderm). Coelenterata punya mulut, yang dikelilingi oleh tentakel. Bentuk tubuhnya simetri radial. Coelenterata mempunyai sel penyengat disebut knidoblas mengandung nematosit yang berfungsi menagkap mangsa. Hidupnya bersifat polymorphisme atau metagenesis terdiri atas polip dan medusa. Polip berbentuk tabung, menetap pada suatu objek dan umumnya berkembang biak secara vegetatif. Medusa berbentuk payung, hidup bebas dan umumnya berkembang biak secara generatif. Klasifikasi hewan Filum Coelenterata disajikan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3 Klasifikasi Coelenterata Kelas Ciri-ciri Gambar Hydrozoa Habitatnya sebagian besar di laut dan berkoloni Anggota yang hidup berkoloni memiliki bentuk polip dan medusa contohnya Obelia sp sedangkan yang anggota soliter memiliki bentuk

26 Scyphozoan tubuh hanya polip misalnya Hydra sp. Habitat semua di laut Bentuk tubuhnya dominan sebagai medusa. Contohnya: Aurellia aurita, Cyanea sp dan Chrysaora fruttescens Gambar Obelia Anthozoa Habitat di laut Selama hidupnya bentuk tubuhnya sebagai polip dan dapat menghasilkan kalsium karbonat (CaCO 3 ). Contohnya: Tubastrea (koral atau karang), Acropora, Urticina (Anemon laut), dan Turbinaria Gambar Chrysaora fruttescens Gambar Tubastrea Siklus Perkembangbikan Coelenterata disajikan dalam Gambar 2.4 dan Gambar 2.5 Gambar 2.4 Siklus Perkembangbiakan Obelia sp

27 Gambar : siklus reproduksi Aurellia aurita Gambar 2.5 Siklus Perkembangbiakan Aurellia aurita c. Platyhelmintes Platyhelmintes berarti cacing yang bertubuh pipih (pipih dorsoventral). Tubuh cacing ini pipih tanpa segmentasi. Tubuhnya berbentuk simetri bilateral dan tersusun tiga lapisan yaitu ektoderma (lapisan luar), mesoderma (lapisan tengah) dan endoderma (lapisan dalam). Klasifikasi hewan Filum Platyhelmintes disajikan dalam Tabel 2.4. Tabel 2.4 Klasifikasi Filum Platyhelmintes Kelas Ciri-ciri Gambar Turbelaria Habitat di air tawar yang jernih dan tidak mengalir, jarang yang parasit Permukaan tubuh bersilia (bulu getar) Daya regenerasinya sangat tinggi, contoh Planaria sp bila bila dipotong-potong maka bagian yang hilang terpotong akan tumbuh kembali menjadi individu yang utuh. Gambar Planaria sp Contoh: Planaria sp (Dugesia sp) Trematoda Habitat parasit pada tubuh manusia dan hewan Memiliki alat isap/sucker yang digunakan untuk menempel pada tubuh inang Daur hidup memiliki inang perantara

28 Cestoda Contoh: Fasciola hepatica (cacing hati, parasit pada hati domba), Clonorchis sinensis (parasit pada manusia), dan lain-lain Habitat parasit pada alat pencernaan hewan Tubuh terdiri atas segmen-segmen di mana setiap segmen mengandung alat perkembangbiakan (proglotid) Contohnya: Taenia saginata (parasit pada sapi) dan Taenia solium (parasit pada babi) Gambar Fasciola hepatica Gambar Taenia saginata Perkembangbiakan Hewan Filum Platyhelmintes tersaji dalam Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 Gambar 2.6 Siklus Perkembangbiakan Fasciola hepatica

29 Gambar 2.7 Siklus Perkembangbiakan Taenia sp d. Nematoda Nematoda mempunyai bentuk tubuh yang gilik. Tubuhnya bulat dan memanjang, mempunyai rongga antara dinding tubuh dan intestine (usus) yang disebut pseudosol. Tubuhnya tidak bersegmen, mempunyai mulut dan anus. Habitatnya di dalam air, tanah, laut, tumbuhan bahakan pada tubuh manusia. Tubuhnya simetri bilateral dan mempunyai lapisan embrional tipe triploblastik. Ukuran cacing betina lebih besar daripada cacing jantan. Klasifikasi hewan Filum Nematoda disajikan dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5 Klasifikasi Hewan Filum Nematoda Species Ciri ciri Gambar Enterobius vermicularis Cacing kremi, yang menginfeksi dubur pada manusia Contohnya: Enterobius vermicularis Gambar 2.5.1Enterobius vermicularis Ascaris lumbricoides Cacing perut, yang masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang terinfeksi oleh cacing Contohnya: Ascaris lumbricoides

30 Gambar Ascaris lumbricoides Ancylostoma duodenale Cacing tambang, yang masuk ke tubuh manusia melalui kulit telapak kaki Contohnya: Ancylostoma duodenale Gambar Ancylostoma duodenale Perkembangbiakan hewan Nematoda disajikan dalam Gambar 2.8 Gambar 2.8 Siklus Perkembangbiakan Ascaris lumbricoides (cacing perut) e. Annelida Annelida mempunyai ciri tubuh bersegmen-segmen atau beruas-ruas. Tubuhnya tersusun atas segmen yang sama (metameri) yaitu setiap segmen mempunyai organ tubuh seperti alat reproduksi, otot, pembuluh darah dan lain-lain. Dimana setiap segmen berhubungan satu sama lain dan terkoordinasi. Bentuk tubuh bulat panjang,

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai..

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. KINGDOM ANIMALIA Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. CIRI-CIRI UMUM : Eukariotik, multiseluler tidak memiliki dinding sel Tidak berklorofil dan bersifat heterotrof Dapat bergerak

Lebih terperinci

ANIMALIA. STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati

ANIMALIA. STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati ANIMALIA STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan. CIRI CIRI UMUM KINGDOM ANIMALia Eukariot,

Lebih terperinci

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Ima Yudha Perwira, SPi, MP, MSc (Aquatic) Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama, yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum

Lebih terperinci

Filum Cnidaria dan Ctenophora

Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum CTENOPHORA dan CNIDARIA dikelompokkan dalam COELENTERATA (berasal dari kata coelos = rongga tubuh atau selom dan enteron = usus). Coelenterata hidupnya di perairan laut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting, planning, develop preliminary form of product dan preliminary

Lebih terperinci

LAMPIRAN 28 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 MATERI KINGDOM ANIMALIA FILUM PLATHYHELMINTHES, FILUM NEMATHELMINTHES DAN FILUM ANNELIDA

LAMPIRAN 28 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 MATERI KINGDOM ANIMALIA FILUM PLATHYHELMINTHES, FILUM NEMATHELMINTHES DAN FILUM ANNELIDA 39 LAMPIRAN 28 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 MATERI KINGDOM ANIMALIA FILUM PLATHYHELMINTHES, FILUM NEMATHELMINTHES DAN FILUM ANNELIDA K.D 3.8 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke

Lebih terperinci

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013 KINDOM ANIMALIA Drs. Refli., MSc Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua 16-25 Juli 2013 Pengelompokkan Animalia?? (10 mnt) Kingdom Animalia Invertebrata/ Avertebrata (tidak

Lebih terperinci

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA (= CNIDARIA) Cnido = penyengat Multiseluler Tubuh bersimetri radial Diploblastik (ektoderm dan endoderm) Diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA Dalam perkembangbiakannya,invertebrata memiliki cara reproduksi sebagai berikut 1. Reproduksi Generatif Reproduksi generative melalui fertilisasi antara sel kelamin jantan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

CIRI-CIRI COELENTERATA :

CIRI-CIRI COELENTERATA : FILUM COELENTERATA Coelenterata berasal dari kata KOILOS = rongga tubuh atau selom dan ENTERON = usus. Jadi COELENTERON artinya rongga yang berfungsi sebagai usus. Sering juga disebut CNIDARIA CIRI-CIRI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KLASIFIKASI CNIDARIA By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Tujuan pembelajaran Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan klasifikasi Cnidaria Menjelaskan daur hidup hewan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

biologi SET 21 ANIMALIA 1 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PORIFERA a. Ciri Ciri Porifera

biologi SET 21 ANIMALIA 1 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PORIFERA a. Ciri Ciri Porifera 21 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 21 ANIMALIA 1 A. FILUM PORIFERA a. Ciri Ciri Porifera Porifera memiliki permukaan tubuh yang berpori (ostium; ostia (jamak)). Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan untuk menemukan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkaitan erat dengan istilah belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar (Sudjana, 2013 : 28) menunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dapat membantu siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.394 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PENDEKATAN INQUIRY/DISCOVERY Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; dheti_ah@yahoo.com

Lebih terperinci

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah (1) lokasi dan subyek penelitian, (2) metode penelitian, (3) sumber data, (4) diagram alir penelitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran biologi dirancang dan dilakukan semata-mata untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sisdiknas Pasal 20 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and 37 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and development atau penelitian pengembangan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

Modul III : Animalia 1 hal 1

Modul III : Animalia 1 hal 1 PENDAHULUAN Assalamu alaikum Wr Wb, Selamat bertemu dengan modul yang ketiga ini. Modul ini merupakan modul ketiga dalam mata pelajaran Biologi. Yakni Animalia/ Hewan 1. Dan selamat mempelajari modul Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan penelitian pengembangan (Research & Development). Pendekatan ini mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bagian penting dalam pendidikan karena bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain:

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Tubuh simetri bilateral Belum memiliki sistem peredaran darah Belum memiliki anus Belum memiliki rongga badan (termasuk kelompok Triploblastik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena melalui pendidikan akan terlahir generasi-generasi yang berkualitas yang mampu membangun

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengharapkan siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan semata, namun memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar dapat menjadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

Adina Rizka Amalia. Hafizhuddin Wafi. Annisa Putri Ningsih FILLUM PORIFERA. Nurul Hasna K. Bunga Amalia. Ulya Amalia

Adina Rizka Amalia. Hafizhuddin Wafi. Annisa Putri Ningsih FILLUM PORIFERA. Nurul Hasna K. Bunga Amalia. Ulya Amalia Adina Rizka Amalia Hafizhuddin Wafi Annisa Putri Ningsih Nurul Hasna K Bunga Amalia Ulya Amalia FILLUM PORIFERA Istilah porifera berasal dari bahasa latin, yaitu Pori yang artinya lubang dan Fere yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah () lokasi dan subyek penelitian, () metode penelitian, (3) instrumen penelitian, dan (4) teknik analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: cendikahusein@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. Banyak hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar pada mata pelajaran IPS

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

PORIFERA DAN COELENTERATA

PORIFERA DAN COELENTERATA PORIFERA DAN COELENTERATA PORIFERA pori= lubang-lubang kecil, dan faro= membawa, jadi porifera adalah hewan yang membawa/memiliki lubang-lubang kecil pada tubuhnya. Porifera adalah metazoa bersel banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dapat dilakukan di mana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja. Belajar tidak dapat dibatasi oleh kondisi apapun selama manusia itu masih memiliki keinginan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di SMP. IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Meningkatan hasil belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam memahami mata pelajaran biologi merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

I MA Y UDHA P E R W I R A

I MA Y UDHA P E R W I R A PORIFERA IMA YUDHA PERWIRA Porifera (Latin, Phorus = pori-pori, ferre = pembawa) adalah hewan invertebrata yang mempunyai tubuh berpori-pori. Bentuk tubuh hewan ini tidak hanya kotak, tapi bermacam macam.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SMP pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SMP pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SMP pada mata pelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tahap menggunakan aplikasi : 1. Untuk menjalankan program, klik run kemudian akan muncul tampilan awal program sebagai tampilan pembuka. 2. Kemudian klik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau atau berita antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dirumuskan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dirumuskan dalam 61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dirumuskan dalam bab 1, penelitian ini secara umum bertujuan mengembangkan software untuk tes kemampuan membaca pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan berlangsung dalam suatu proses yang disebut dengan belajar. Menurut Syah (2010), belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur

Lebih terperinci