BAB I. PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI Ketel Uap Pipa Air

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI Ketel Uap Pipa Air"

Transkripsi

1 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kelompok energi yaitu ketel uap yang dipergunakan untuk mengubah air menjadi uap, dimana uap ini berfungsi sebagai zat pemindah tenaga kalor, tenaga kalor yang dikandung di dalam uap ini dinyatakan dengan entalphi yang diperoleh uap dari proses pembakaran bahan bakar, yang mana kalor dipindahkan dari bahan bakar ke air dan uap melalui api dan gas menembus dinding-dinding pipa bidang pemanas (Setyardjo Djoko, 2013). Ketel uap pipa-pipa air mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut: volume air relatif lebih kecil sehingga pemanasan awal lebih cepat, dalam waktu yang singkat telah dapat memproduksi uap, sanggup bekerja pada tekanan tinggi, mempunyai kapasitas total uap yang besar dan berat ketel yang relative ringan dibandingkan kapasitas ketel. Beberapa kelemahan pada ketel uap pipa-pipa air: air isian harus selalu bersih, lebih-lebih bila bekerja pada tekanan tinggi karena sedikit saja terjadi pengendapan minyak atau pembentukan batu ketel akan dapat menimbulkan over heating (panas berlebih yang terjadi dalam pipa yang tersumbat oleh kotoran yang membatu menyebabkan pipa ai mudah pecah), konstuksinya lebih rumit, pemeliharaannya sulit dan membutuhkan biaya yang mahal, membutuhkan pemakaian pengatur otomatis pada beberapa alat operasional ketel, perlu berhati-hati betul menjaga tenangnya air dalam ketel, karena produksi uap sangat cepat. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ketel Uap Pipa Air Ketel uap jenis ini mengalirkan uap di dalam pipa-pipa, sedangkan pemanasan air dilakukan gas-gas uap yang beredar disekitar pipa-pipa tersebut. Luas pemanas air ketel ini dibentuk oleh pipa-pipa yang berdinding tipis dengan garis tengah yang kecil. Oleh karena itu pada ketel pipa air terjadi transfer panas yang cepat pula. Ketel uap pipa-pipa air biasanya mempunyai tabung separator pada drum uap atas yang berfungsi untuk memisahkan antara uap dan air (Setyardjo Djoko, 2013) Sirkulasi Air Masuk Ketel Bagian bawah yang paling ujung pipa dihubungkan dengan pipa pengumpul (collector pipe), sedangkan pipa bagian atas menyambung dengan drum ketel uap. Pada bagian belakang pipa konveksi susunan pipa antara drum atas dengan dum bawah tersusun beberapa pipa seperti sebuah sisir yang tersusun rapi. Dengan bentuk dan konstruksi pipa tersebut boiler ini termasuk bersirkulasi alam. Terjadinya pemanasan di dalam ruang dapur tadi membuat penguapan di dalam

2 2 pipa-pipa yang tersusun di dalam dapur menjadi gelembung-gelembung uap naik keatas menuju boiler drum. Oleh karena itu pada pipa ketel pipa air terjadi transfer panas yang cepat pula. Ketel uap pipa-pipa air yang biasanya mempunyai tabung separator pada drum uap atas yang berfungsi untuk memisahkan antara uap dan air (Setyardjo Djoko, 2013). Pada ketel uap tekanan tinggi yang modern dan berkapasitas besar ada pemisahan mekanik (mechanical separation) yang membantu atau melengkapi pemisahan gravitasi dan berlangsung dalam dua langkah, yaitu langkah pemisahan primer dan sekunder (A.T. Brown and S.M. Marco Mc Graw, 2012). Disaat tekanan tinggi, dimana perbedaan antara densitas air dan uap kecil, digunakan gaya sentrifugal, yang lebih besar dari gaya gravitasi. Peralatan pemisah sentrifugal juga disebut pemisah stklon (cyclone separator) atau pemisah turbo (turbo separator). Alat ini melakukan pemisahan pada tekanan mendekati tekanan kritis. Pada separator sentrifugal, biasanya campuran yang datang dari pipa penaik dibelokkan secara tangensial ke bawah badan utama air. 2.2 Bahan Bakar Bahan bakar yang digunakan adalah batubara. Batubara adalah istilah umum yang meliputi sejumlah besar bahan galian organis yang sifat-sifat dan komposisinya sangat beragam. Namun semuanya banyak mengandung unsur karbon berbentuk amorf (tanpa struktur yang beraturan). Bahan ini terdapat di bumi dalam lapisan endapan yang tebalnya berbeda-beda dan sering terdapat jauh di dalam tanah. Batubara diklasifikasikan dalam berbagai cara menurut sifat-sifat kimia dan fisikanya. Sistem yang paling umum digunakan adalah American Society for Testing and Material (ASTM). Perhimpunan pengujian dan bahan di Amerika Serikat, membagi-bagi atas berbagai kwalitas batubara berdasarkan bentuk dan struktur di bawah pengaruh suhu, tekanan, dan air. Klasifikasi ini mencakup batubara mulai dari yang paling rendah, yaitu lignit sampai yang tertinggi, yaitu antarasit (ASTM D 388). Klasifikasi ini kita uraikan secara singkat di bawah ini dari yang tertinggi sampai yang terendah (A.T. Brown and S.M. Marco Mc Graw, 2012). 2.3 Sistem Peredaran Bahan Bakar Batubara relatif lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar jenis cair. Jarak angkutan dari terminal batubara relative dekat lebih kurang 15 km sehingga angkutan transportasi relatif stabil. Untuk menjamin suatu kelancaran operasional serta kontinuitas, maka sistem supply dari bahan bakar hendaknya selalu dalam pengawasan kontinyu pula. Pada boiler yang penulis uraikan ini sistem dan tata cara penyuplaian bahan bakar batu bara (Brown AT & Marco SM, 2012) adalah:

3 3 - Armada truk pengangkut secara rutinitas mengambil batubara dari PT. Bukit Asam Tarahan, sesampainya di lokasi lapangan Boiler (stock pile) batubara dicurahkan langsung ke lokasi lapangan yang kemudian disusun oleh alat penyusun (loader) untuk merapikan batubara di stock pile. - Untuk pengisian bahan bakar kedalam boiler disediakan sebuah bucket dengan lift pengangkut yang dicurahkan (diisi menggunakan loader) dan ditransportasikan menuju hopper boiler (bak penampang batubara) sampai penuh. Peralatan pembakar untuk batubara menggunakan rantai bakar yang berfungsi sebagai ban berjalan untuk memasukkan bahan bakar ke dalam tungku, yang dalam hal ini adalah tungku bawah. Penggunaan angin bawah atau udara primer yang telah dulu dipanasi di dalam pemanas udara, akan mempercepat tercapainya temperature penyalaan dari batubara segar, yang demikian tidak diperlukan lagi tambahan tembokan tungku yang melengkung menjorok jauh kedepan. Luas rangka bahan bakar diperhitungkan terhadap hasil perbanyakan antara panjang dan lebar rangka bakar. Sebagai lebar diambil jarak antara kedua tepi kolom pendingin, sedangkan untuk panjang dihitung mulai dari pintu sorong sampai ujung permulaan penahan abu (ash scraper). Rangka bakar lebar maksimalnya 7 meter, panjang maksimalnya 9 meter (Brown AT & Marco SM, 2012). 2.4 Sistem Peredaran Uap Jika uap kering dipanaskan lebih lanjut maka uap tersebuit menjadi uap panas lanjut dan selanjutnya dapat dianggap sebagai gas sempurna. Pada ketel uap, pembentukan uap terjadi karena adanya pelepasan kalor yang ditimbulkan sebagai akibat pembakaran bahan bakar dengan udara kemudian kalor ini diserap oleh air melalui dinding-dinding ketel atau melalui pipa-pipa api. Pada prinsipnya uap dapat dibedakan menjadi: - Uap jenuh (Saturated Steam) - Uap panas lanjut (Superhead Steam) Uap Jenuh (Saturated Steam) Uap jenuh adalah uap yang masih dalam keadaan labil. Dikatakan labil karena apabila sampai terjadi penurunan temperature maka kondisi uap berubah menjadi air kembali, tetapi bila pemanasan terus dilanjutkan maka akan terus berbentuk uap Uap Panas Lanjut (Superhead Steam) Uap panas lanjut adalah uap jenuh yang dipanaskan lanjut pada superheated. Uap panas lanjut juga sering disebut uap kering. Pada uap yang dipanaskan lanjut tidak lagi mempunyai pasangan-pasangan harga antara tekanan (P) dan temperature (Tu).

4 4 Kalor zat cair adalah kalor yang diperlukan untuk memanasi suatu massa air dari suhu 0 0 C sampai dengan suhu tertentu dalam satuan kcal/kg. Kalor penguapan adalah kalor yang diperlukan untuk memanaskan suatu massa air pada suhu penguapan menjadi uap jenuh dengan suhu yang sama dalam satuan kcal/kg. Enthalpi adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk memanaskan air menjadi uap dalam satuan kj. Enthalpi jenis adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk memanaskan air tiap satuan massa dalam satuan kcal/kg. 2.5 Peredaran Gas Panas Sirkulasi gas terjadi karena hembusan kipas udara tiup dan kipas penghisap gas bekas yang digerakkan oleh motor listrik, karena jika mengandalkan sirkulasi alami saja laju pemanasan dalam dapur tidak dapat ditingkatkan. Aliran gas panas itu sebagai berikut: mula-mula gas asap hasil pembakaran memanasi pipa dalam ruang dapur, kemudian dipaksa naik ke dalam ruang superheater, disini gas dibelokkan melalui pipa-pipa pemanas air (ekonomisioner), sehingga dengan demikian panas yang terkandung di dalam gas asap dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sedangkan gas uap bekas dengan suhu yang relative rendah keluar melalui udara luar melalui cerobong. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data-Data Ketel Uap Data-data diambil dari survei lapangan: Kapasitas Terpasang = 10,00 ton uap/jam Tekanan Uap = 25,00 kg/cm 2 Temperatur Uap Keluar Superheat = 400,00 0 C Bahan Bakar = Batubara Nila Pembakaran = 5.300,00 kcal/kg Temperatur Ruang Pembakaran Suhu udara masuk pembakaran Panas jenis udara = 30,00 0 C = 0,24 kcal/kg 0 C Luas Panas Ekonomiser Ekonomiser adalah suatu alat penukar panas yang digunakan sebelumair masuk ke dalam drum ketel yang berfungsi menaikan temperatur air, sebagai berikut: Temperatur gas asap masuk ekonomiser (tg 1 )= 320,00 0 C Temperatur gas asap keluar ekonomiser (tg 2 ) = 180,00 0 C Temperatur air masuk ekonomiser (tw 1 ) = 60,00 0 C

5 5 Temperatur air keluar ekonomiser (tw 2 ) Kapasitas air mengalir tiap jam (m ek ) Cp air = 170,00 0 C = ,00 kg/jam = 1,00 kcal/kg 0 C Pipa Air Pengumpul Material pipa pengumpul Diameter luar pipa = 21,91 cm Tekanan air dalam pipa pengepul = 25,00 kg/cm 2 Temperatur air dalam pipa pengepul = 229,00 0 C Luas Panas Pipa Air Co = Faktor Stefan Bolzman = 0,17 = Emissivity besi = 0, Boiler Drum Tekanan boiler drum = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap dalam drum = 224,00 0 C Diameter luar boiler drum = 160,00 cm Material boiler drum = 15,00 M Superheater Diameter luar dari pipa = 31,80 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 315,00 0 C Material Pipa = SA 213 TP Colector Superheater I A Diameter luar dari pipa = 20,90 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 296,00 0 C Material Pipa = SA 213 TP Colector Superheater I B Diameter luar dari pipa = 20,90 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 315,00 0 C Material Pipa = SA 213 TP Luas Panas Superheater

6 6 Temperatur gas asap masuk superheater Temperatur gas asap keluar superheater Temperatur air masuk superheater Temperatur air keluar superheater Cp air = C = C = C = C = 0,445 kcal/kg 0 C Neraca Panas M u = Uap yangdihasilkan ketel = ,00 kg/jam B e = Banyaknya batubara yang tebakar tiap jam= 1.617,00 kg/jam h s = Entalphi uap keluar ketel pada temperature 400,00 0 C dan tekanan 25,00 kg/cm 2 = 773, 83 kcal/kg h a = Enthalpi air pada tempertur 80 0 C = 80,00 kcal/kg 3.2. Alat-Alat Bantu Kipas Udara Pembakaran Kapasitas udara masuk Tekanan udara masuk Putaran Temperatur udara masuk = m 3 /jam = 2.236,00 Pa = 1.450,00 rpm = C Kipas Gas Bekas Kapasitas udara masuk Tekanan udara masuk Putaran Temperatur udara masuk = ,00 m 3 /jam = 3.227,00 Pa = 1.450,00 rpm = 200,00 0 C BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Konstruksi Ketel Detail konstruksi dari sistem ini dirancang sehubungan dengan spesifikasi sebagai berikut: Kapasitas maksimum : 10,00 ton/jam Tekanan uap : 25,00 kg/cm 2

7 7 Temperatur uap keluar superheater Bahan bakar Nilai Pembakaran : 400,00 0 C : Batubara : 5.300,00 kcal/kg bahan bakar Perhitungan Ekonomisioner Ekonomisioner adalah suatu alat penukar panas yang digunakan sebelum air masuk kedalam drum ketel yang berfungsi menaikkan temperatur air. Untuk menghitung kalor yang diterima air pengisi pada ekonomisioner kita menggunakan rumus: q eko = G. Cp. t kcal/jam q eko = Kalor yang diterima oleh pengisi air G = Massa air yang lewat ekonomisioner Cp = Panas jenis air = 1,00 kcal/kg 0 C t = Selisih air masuk dan keluar ekonomisioner adalah 90,00 0 C q eko = G. Cp. t kcal/jam = ,00 x 1,00 x 90,00 = ,00 kcal/jam Dengan adanya sistem pemanas tersebut kita dapat menghemat pemakaian batubara sebanyak: ,00 / 5.300,00 = 169,80 kcal/jam. A. Luas Panas Ekonomisioner Temperatur gas asap masuk ekonomiser (tg in ) Temperatur gas asap keluar ekonomiser (tg ot ) Temperatur air masuk ekonomiser (ta in ) Temperatur air keluar ekonomiser (ta ou ) Kapasitas air mengalir tiap jam (m eko ) Cp air = 320,00 0 C = 180,00 0 C = 60,00 0 C = 170,00 0 C = ,00 kg/jam = 1 kcal/kg 0 C Dari data di atas luas panas ekonomisioner dapat kita hitung sebagai berikut: Kalor yang diterima oleh air: q eko = ,00 kcal/jam Counter Flow t 1 = (tg in - ta ou ) = (300, ) = 130,00 0 C t 1 = (ta ou - tg in ) = (180,00 80,00) = 100,00 0 C tm eko =

8 8 tm eko = = = 114,00 0 C A ek = q eko k. tm eko = perpindahan kalor konveksi dari gas ke air = 50 kcal/m 2 h 0 C A ek = = 157,90 m 2 Luas panas ekonomisioner = 157,90 m B. Bagian-Bagian Ekonomisioner Ekonomisioner terdiri dari dua buah pipa pengumpul, yaitu pipa masuk pengumpul, pipa keluar pengumpul. Ukuran-ukuran kita ambil sebagai berikut: Collector eko = 159,00 mm x 3.075,00 mm Pipa pengalir = 50,00 mm x 1.500,00 mm Material = SA-213-TP304 C. Tebal Pipa Ekonomisioner Untuk menghitung tebal pipa ekonomisioner kita pakai rumus: dt = + C dt = Tebal pipa minimum (mm) p = Tekanan air dalam pipa kita tentukan 25,00 kg/cm 2 do = Diameter luar pipa = 5,70 cm S = Working stress ,00 lb/in 2 = 1054,50 kg/cm 2 C = Faktor kemungkinan pengaruh luar = 1,65 cm dt = + C dt = + 0,165

9 9 = + 0,165 = 0,241 cm = 2,41 mm D. Jumlah Pipa Ekonomisioner Berdasarkan hasil perhitungan luas panas ekonomisioner yang didapat adalah sebesar = 157,90 m 2 Luas area pipa tiap batang dengan sirip pin sebanyak 50 bh/batang A pi = { (a.b) (7 4.d 2 ) } n (Jackson, James, J., 2012). d = Diameter pipa = 0,051 m b = Lebar sirip = 0,14 m l = Panjang pipa = 1,50 m n Sehingga: A pm = Banyaknya pin tiap batang = 50 bh = { (a.b) (V.d 2 ) } n = { (0,14 x 0,14) (% x (0,051) 2 } x 50 = 0,8779 m 2 Luas area pipa keseluruhan ekonomisioner: A eko = { (A pin ) + (π.d) } Sehingga: A eko = { A pin + (π.d) } n = { 0, (3,14 x 0,051)} = 1,038 m 2 Maka jumlah pipa dapat dihitung dengan rumus umum yaitu Luas panas seluruh ekonomisioner banyak pipa (n) = Luas panas tiap pipa 1.579,00 m 2 : n = = 152 batang Perhitungan Pipa-pipa Air Pipa air biasa juga disebut tube wall, seperti yang telah kita jelaskan bahwa ketel pipa air, dimana pipa air itu disusun merupakan screen vertical tube dengan jarak 28,00 mm, panjang pipa per batang 2,90 m, ujung kedua belah pipa itu dihubungkan dengan pipa pengumpul dan dari pipa pengumpul bagian atas dihubungkan dengan pipa boiler drum. Untuk pipa air ini kita ambil diameter luarnya 5,70 cm dan panjangnya 2,90 m, sedangkan untuk tekanan airnya sama

10 10 dengan tekanan uap boiler drum sebesar 25,00 kg/cm, material pipa dibuat dari SA 213 TP 304. Temperature air dalam pipa menurut tabel adalah 224,00 0 C. A. Tebal Pipa Air Untuk menghitung tebal pipa air kita pakai rumus dt = + C (Jackson, James, J., 2012) dt = Tebal pipa minimum (mm) p = Tekanan air dalam pipa = 25,00 kg/cm 2 do = Diameter luar pipa = 5,70 cm S = Working stress temperature 224,00 0 C = 1.054,50 kg/cm 2 C = Faktor pengaruh luar untuk do >31,80 = 1,65 mm dt = + C dt = + 0,165 = 2,75 mm Tebal pipa air menurut perhitungan 2,75 mm. Menurut normalisasi kita pakai pipa untuk Φ do = 57,00 mm Φ di = 51,00 mm B. Pipa Air Pengumpul Pipa penguapan yang mana konstruksinya dihubungkan dengan pipa pengumpul pada bagian bawah dan atas: Diameter luar pipa = 21,91 cm Material pipa pengumpul = SA-213-TP-304 Faktor pengaruh luar untuk do >31,8 = 1,65 mm dt = + C

11 11 dt = + C dt = + 0,165 = 0,588 cm = 5,88 mm Tebal pipa air menurut perhitungan 5,88 mm. Menurut normalisasi kita pakai pipa untuk Φ do = 21,90 mm Φ di = 19,70 mm C. Luas Panas Pipa Air Kalor yang diterima ruang bakar q dpr = Nilai kalori bahan bakar x banyak tiap jam batubara = ,00 x 1.617,00 = ,00 kcal/jam Radiasi panas yang diterima oleh ruang bakar: q r = Co. A pipa 4-4 [4] Co = Faktor Stefan Boltman = 1,60 kcal/m 2 jam K. A pipa = Luasan permukaan panas pipa penguapan dalam dapur. t api = Suhu dalam ruang dapur bakar = 1.420,00 0 C = 1.693,00 K t pipa = Suhu pipa = 350,00 0 C = 623,00 K A pipa = = = = 94,60 Luas panas pipa air adalah: 94,60 m 2.

12 12 D. Jumlah pipa air Banyak pipa air diketahui dengan rumus: n = Jadi: A pipa l do = Luas panas pipa air = Panjang pipa air = 2,90 m = Diameter pipa air = 0,057 m n = = = = 182,00 buah pipa Banyak pipa penguapan yang diperlukan = 182,00 buah Perhitungan Boiler Drum Data-data boiler drum adalah sebagai berikut: Tekanan boiler drum = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap = 229,00 0 C Material boiler drum = 15,00 mo3 Diameter luar boiler drum = 101,20 cm A. Tebal Plat Boiler Drum Berdasarkan buku ketel uap oleh Hasmunie (2014) untuk mencari tebal pipa boiler drum kita pakai rumus sebagai berikut: S = S = Tebal plat boiler drum do = Diameter luar boiler drum v = Faktor keamanan pengelasan = 0,80 k = Koefisien menurut daftar DIN untuk temperature 224,00 0 C f = Koefisien keamanan = 1,50 C = Faktor kemungkinan pengaruh

13 13 luar. S = + 0 = = 2,24 cm Untuk lebih aman maka tebal plat boiler drum kita ambil tebal plat boiler drum = 30 mm. B. Tutup Boiler Drum Data-data tutup boiler drum sebagai berikut - Diameter tutup = 46,50 cm - Tekanan boiler drum = 25,00 kg/cm 2 - Material boiler drum = 15,00 mo 3 Berdasarkan data-data di atas tebal tutup boiler drum dapat dihitung dengan rumus empiris: S = + C S = Tebal plat tutup (cm) do = Diameter tutup (cm) p = Tekanan maksimum (kg/cm 2 ) k = Faktor perencanaan =2,50 f = Koefisien keamanan = 1,40 C = Faktor kemungkinan pengaruh luar S > 30 C = 0 S = + 0 = = 2,652 cm Untuk keamanan tebal plat tutup bloiler drum kita ambil 30,00 mm.

14 Perhitungan Superheater Pemanas lanjut superheat atau superheater ialah alat untuk memanaskan uap kenyang menjadi uap yang dipanaskan lanjut. Uap yang dipanaskan lanjut bila digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan ekspansi di dalam turbin atau mesin uap tidak akan mengembun, sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan balik atau back stroke yang diakibatkan mengembunnya uap belum pada waktunya yang menimbulkan vakum di tempat daerah ekspansi. Superheater pancaran atau radiant superheater. Superheater kombinasi = superheater + superheater pancaran. Untuk merancang pipa superheater penulis akan menghitung tebal pipa superheat, colectornya saja. A. Superheat IA Untuk menghitung tebal pipa superheat IA, maka dengan data-data dari superheater, adalah: Diameter luar dari pipa = 38,00 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 296,00 0 C Material = SA-213-TP304 Dengan demikian tebal pipa dapat kita hitung dengan rumus: dt = + C Semua ketentuan rumus sama dengan rumus mencari tebal pipa ekonomiser, dimana untuk temperature pipa 229,00 0 C, S adalah ,00 lb/in 2 = 1054,50 kg/cm 2. dt = + C dt = + 0,165 = 0, ,0165 = 0,226 cm Tebal pipa superheat sesuai perhitungan =2,26 mm. Menurut normalisasi kita pakai pipa dengan Φ do = 31,80 mm Φ di = 26,91 mm

15 15 B. Colector Superheat IA Untuk menghitung tebal pipa colektor superheat IA dihitung dari data-data superheater IA sebagai berikut: Diameter luar dari pipa = 20,90 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 296,00 0 C Material = SA-213-TP304 Dengan demikian tebal pipa dapat kita hitung dengan rumus: dt = + C = + 0,165 = 0, ,0165 = 0,568 cm Tebal pipa colector sesuai perhitungan =5,68 mm. Menurut normalisasi kita pakai pipa dengan Φ do = 20,90 cm =31,80 mm Φ di = 193,67 mm C. Superheater IB Untuk superheat IB kita buat sama seperti superheater IA, dengan ukuran sebagai berikut: Diameter luar dari pipa = 38,00 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 305,00 0 C Material = SA-213-TP304 Menurut normalisasi kita pakai pipa dengan: Φ do = 38,00 mm Φ di = 31,00 mm D. Colector Superheat IB Juga untuk collector superheat IB kita buat sama seperti superheater IA, dengan ukuran sebagai berikut: Diameter luar dari pipa = 20,90 mm

16 16 Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 305,00 0 C Material = SA-213-TP304 Menurut normalisasi kita pakai pipa dengan: Φ do = 38,00 mm Φ di = 31,00 mm E. Superheater II Untuk menghitung tebal pipa superheat II, kita ambil data-data dari pipa superheater II adalah sebagai berikut: Diameter luar dari pipa = 38,00 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap rata-rata = 400,00 0 C Material = SA-213-TP304 Dengan data-data di atas tebal pipa superheater IB dapat kita hitung dengan rumus: dt = + C Dimana ketentuan lain sama seperti superheater IB, untuk temperature uap pada superheat II, C, menurut table P5. S = ,00 lb/in 2 = 984,20 Kg/cm 2. dt = + C = + 0,165 = 0, ,0165 = 0,23 cm Tebal pipa superheat II menurut hasil perhitungan = 23,00 mm Menurut normalisasi kita pakai pipa dengan: Φ do = 38,00 mm Φ di = 31,00 mm F. Colector Superheat II Untuk menghitung tebal pipa collector superheat II, dihitung dari data-data superheater II sebagai berikut: Diameter luar dari pipa = 22,70 mm Tekanan uap rata-rata = 25,00 kg/cm 2

17 17 Temperatur uap rata-rata = 400,00 0 C Material = SA-213-TP304 Dari data di atas dapat kita hitung tebal pipa collector superheater n dengan ketentuan lain sama seperti superheater IB, diman untuk temperature uap 400,00 0 C, menurut table P5. S = ,00 lb/in 2 = 984,20 kg/cm 2. dt = + C = + 0,165 = 0, ,0165 = 0,568 cm Tebal pipa colector sesuai perhitungan =5,68 mm. Ukuran pipa collector berdasarkan normalisasi: Φ do = 22,70 cm = 227 mm Φ di = 206,37 mm G. Luas Panas Superheat Temperature gas asap masuk superheat Temperature gas asap keluar superheat Temperature uap masuk superheat Temperature uap keluar superheat Cp uap super heat = 950,00 0 C = 620,00 0 C = 227,00 0 C = 400,00 0 C = 0,445 kcal/kg 0 C Kalor yang diterima oleh uap superheat adalah: q eko = m uap. Cps. (ts 2 ts 1 ) = ,00 x 0,445 ( ) = ,00 kcal/kg t 1 = (tg in - ta ou ) = (950,00 400,00) = 550,00 0 C t 1 = (ta ou - tg in ) = (620,00 227,00) = 393,00 0 C t sh = = = C

18 18 A sh = Dimana k untuk gas ke gas = 25,00 kcal/m 2 h 0 C Sehingga: A sh = = = 84,20 m 2 Jadi luas panas superheater = 84,20 m 2 H. Jumlah Pipa Super Heater Banyak pipa superheater adalah: n = A sh = Luas panas superheat d sg =Diameter luar pipa superheater = 0,038 m L = Panjang pipa superheater diambil = 8,70 m n = = 68,50 bh Jadi banyak pipa superheater = 68 buah pipa 4.2. Temperatur Ruang Pembakaran Suhu udara masuk ruang pembakaran = 30,00 0 C Panas jenis udara = 0,24 Unsur-unsur yang terkandung dalam bahan bakar: Carbon (C) = 51,31 % Hidrogen (H) = 4,54 % Sulfur (S) = 1,00 % Oksigen (O) = 12,56 % Air (H 2 O) = 14,00 % Nitrogen (N) = 0,93% Jumlah Kebutuhan Udara Teoritis

19 19 Kebutuhan oksigen tiap t kg batubara C = 0,5131 = 0,5131 x = 1,368 kgo 2 H = 0,0454 = 0,0454 x 8 = 0,3632 kgo 2 O = 0,1231 = 0,1231 kgo 2 S = 0,0 = kgo 2 Udara yang dibutuhkan: Karena 1 kg udara mengandung 0,233 kgo 2, sehingga udara teoritis yang dibutuhkan: U og = = 8,001 kg udara Rasio 20 % Kelebihan Udara: = 8,00 + = 9,60 kg udara/ kg bahan bakar Jumlah Gas Asap (Flue Gas) G teo = 12,435 C + 35, ,125.O + 5,31.S + W + N = 12,435 (0,5131) + 35, ,125 (0,1231) + 8, ,14 + 0,0093 = 6,38 + 1, , , ,14 + 0,0093 = 7,7858 kg gas asap / kg bahan bakar G gas = G teo + η ( teo) teo = 11,467 C + 34, S = 11,467. 0, , ,01 = 5, , ,0431 = 6,9616 Jika, λ = 1,2 < ( teo) = 7, ,2 (6,9616) = 7, ,354

20 20 = 16,139 kg gas asap/kg bahan bakar Kalor yang dihasilkan dalam pembakaran 1 kg bahan bakar = kalor gas asap 1 kg bahan bakar. q pembakaran = q gas asap Eff ketel (η) = 90,00 % Penyinaran pada dinding ketel = 30,00 % Cp gas asap = 0,265 kcal/kg 0 C q pembakaran = q gas asap Sehingga: q pembakaran = q gas asap 0,7 x 0,90 x ,74 = 16,139 x 0,265 (t api 30) 6625,54 = 3,947 (t api -30) t api = (6625,54 x 73,947) +30 t api = 1.420,00 0 C Temperatur ruang bakar = 1.420,00 0 C Pemakaian Bahan Bakar Pemakaian bahan bakar tiap jam: B = (Jackson, James, J., 2012) G = Kapasitas uap yang dihasilkan = ,00 kg/jam h a = Entalphi air masuk = 80,00 kcal/kg h a = Entalphi steam keluar = 773,83 kcal/kg η = Efisiensi boiler = 90% q = Nilai pembakaran = 5.300,00 kcal/jam B = = = 1.617,00 kg/jam BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

21 Kesimpulan Tinjauan ketel uap kapasitas 10 ton/jam, dengan data-data sebagai berikut: Kapasitas = 10,00 ton uap/jam Tekanan = 25,00 kg/cm 2 Temperatur uap keluar superheat = 400,00 0 C Bahan bakar = Batubara Nilai pembakaran = 5.300,00 kcal/kg Hasil Penelitian: - Temperature air pengisi masuk ekonomiser = 80,00 0 C - Temperature ruang bakar = 1.420,00 0 C - Pemakaian bahan bakar tiap jam = 1.617,00 kg/jam - Kalor yang diterima = ,00 kcal/k - Temperature air keluar ekonomiser = 170,00 0 C - Luas panas ekonomiser = 157,90 m 2 - Tebal pipa ekonomiser = 2,41 mm - Jumlah pipa ekonomiser = 84,00 bh - Tebal pipa-pipa air = 2,75 mm - Tebal pipa air pengumpul = 5,88 mm - Luas panas pipa air = 94,60 m 2 - Jumlah pipa air = 182,00 bh - Tebal plat boiler drum = 22,40 mm - Tebal tutup boiler drum = 26,50 mm - Tebal pipa superheat = 2,260 mm - Jumlah pipa superheat = 68,00 bh - Luas panas superheat = 84,20 m 2 - Total luas panas boiler = 336,70 m 2 - Kebutuhan udara pembakaran setiap jam = 9,6012 kg/bhn bkr - Panas yang diserap oleh boiler = kcal/jam 5.2 Saran Suatu ketel uap ditentukan dari pemeliharaan secara rutin/berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dari masing-masing jenis ketel uap sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya seperti bahan material, peralatan bantu, sensor penggeraknya, dan aksesoris lainnya agar dapat bekerja sesuai dengan standar yang telah ditentukan, misalnya: tekanan uap, ketinggian air dalam drum, temperatur uap yang dihasilkan yaitu uap superheat, tekanan udara masuk dapur (pada blower hisap dan blower udara tekan) dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Brown AT & Marco SM, Introduction Heat Transfer, Hill Book Company New York.

22 22 Direktorat Jendral Listrik dan Energi Baru Departement Pertambangan dan Energi, Audit Energi Sektor Industri, 2014, Buku I. Djokosetyardjo MJ., Pembahasan Lebih Lanjut Tentang Ketel Uap, Jakarta: Pradya Paramita. Djokosetyardjo MJ., Ketel Uap, Jakarta: Pradya Paramita. Nasional Energy Conservation Center.COGENERATION, Islamabad, Pakistan Jackson, James, J., 2012, Steam Boiler Operation, McGraw-Hill Book Company, New York Introduction to Heat Transfer, A.T. Brown & S.M. Marco Mc Graw-Hill Book Company, New York, Wakil M.M.EL, Intalasi Pembangkit Daya I

ANALISIS EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS MAKSIMUM 10 TON PER JAM DENGAN BAHAN BAKU BATU BARA. Abstrak

ANALISIS EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS MAKSIMUM 10 TON PER JAM DENGAN BAHAN BAKU BATU BARA. Abstrak ANALISIS EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS MAKSIMUM 10 TON PER JAM DENGAN BAHAN BAKU BATU BARA Indriyani dan Ruslan Dalimunthe Dosen Tetap pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu ditandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang akhirnya akan mengakibatkan

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP Yopi Handoyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas "45" Bekasi E-mail : handoyoyopi@yahoo.com Abstrak Pada dunia industri terutama pada sektor produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketel Uap Ketel Uap adalah suatu bejana bertekanan yang tertutup, air dipanaskan dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair, bahan bakar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER 1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja

Lebih terperinci

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER Murni D III Teknik Mesin Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH. Tembalang Semarang e-mail: mochmurni@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin kalor yang banyak dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan energi panas untuk

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketel uap merupakan suatu pesawat tenaga yang banyak digunakan dan dianggap layak dalam dunia industri di negara indonesia. Dimana ketel biasanya digunakan untuk penggerak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG Ringkasan Tugas Akhir ini disusun Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 1 No. 1 Januari 016; 1-6 ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT Sudjito, Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS 48 BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS Persaiangan dunia usaha sangatlah ketat, ditambah perdagangan bebas dengan masuknya barang barang Impor terutama barang dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO ABSTRAK Ketel uap/boiler adalah suatu pesawat yang mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan dan uap tersebut

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA 3.1 Analisis dan Pembahasan Kehilangan panas atau juga bisa disebut kehilangan energi merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam mengidentifikasi

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia) 1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap Pembangkit listrik tenaga uap adalah sistem yang dapat membangkitkan tenaga listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TENTANG PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK disusun oleh Ganis Erlangga 08.12.3423 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) 1 1. BOILER 2. PRINSIP KONSERVASI PADA BOILER 3 KASUS Boiler telah dikenal sejak jaman revolusi industri. Boiler merupakan peralatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler) Ketel ini adalah merupakan salah u jenis dari pada ketel yang ditinjau dari sumber panas (Heat Source) untuk pembuatan uap

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistim fan penting untuk menjaga pekerjaan proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU Sudarno i 1 Abstract : Pengaturan tinggi beban yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab rendahnya efisiensi pada kompor

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER DI PTPN IV PKS BAH JAMBI DENGAN KAPASITAS 45 TON UAP/JAM LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER DI PTPN IV PKS BAH JAMBI DENGAN KAPASITAS 45 TON UAP/JAM LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER DI PTPN IV PKS BAH JAMBI DENGAN KAPASITAS 45 TON UAP/JAM LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

MAKALAH UTILITAS FIRE TUBE BOILER. Disusun oleh : Irfan Arfian Maulana ( ) Sintani Nursabila ( )

MAKALAH UTILITAS FIRE TUBE BOILER. Disusun oleh : Irfan Arfian Maulana ( ) Sintani Nursabila ( ) MAKALAH UTILITAS FIRE TUBE BOILER Disusun oleh : Irfan Arfian Maulana (2014710450002) Sintani Nursabila (2013710450009) Kevin Andreas (2013710450010) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR BAB III TEORI DASAR KONDENSOR 3.1. Kondensor PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel yang berfungsi sebagai penyuplai aliran listrik bagi PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR Grata Patisarana 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Pengertian Perencanaan dan perhitungan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin (Toyota Corolla 3K). apakah kemapuan kerja dari mesin tersebut masih

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat

Lebih terperinci

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM

Lebih terperinci

(VP), untuk diuapkan. Selanjutnya uap hasil dari vaporizer (VP) dipisahkan

(VP), untuk diuapkan. Selanjutnya uap hasil dari vaporizer (VP) dipisahkan BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 URA1AN PROSES Methane, 99,85% dari tangki penyimpan bahan baicu (T-01) yang mempunyai kondisi suhu 30»C dan teka,ata, dipompa menuju vap0ri2er (VP), untuk diuapkan. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL HALAMAN JUDUL Teknik LAPORAN PENELITIAN DOSEN TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL Oleh : Bagiyo Condro Purnomo NIK. 087606031 Fakultas Teknik Saifudin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM Harry Christian Hasibuan 1, Farel H. Napitupulu 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/13.43-22 PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP Rusnoto Abstrak Ketel uap adalah suatu pesawat yang fungsinya mengubah air menjadi uap dengan proses pemanasan melalui pembakaran bahan bakar di dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS. 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR

PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS. 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT Haryono 193 Malang 65145 E-mail: nurrobbift@gmail.com

Lebih terperinci

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Proses Pembakaran. Dalam operasi boiler,prestasi yang diharapkan yaitu efisiensi dari boiler tersebut yang dinyatakan dengan membandingkan antara kalor yang diterima air/uap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis dan Klasifikasi Ketel Uap Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada ujung pangkalnya seperti pada gambar 2.1 dan dalam perkembangannya dilengkapi

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BOILER MINI TEKANAN RENDAH BERBAHAN BAKAR SAMPAH PERKEBUNAN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

BOILER MINI TEKANAN RENDAH BERBAHAN BAKAR SAMPAH PERKEBUNAN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK Ketenagaan Dan Energi Terbarukan, ISSN 1978-2365 BOILER MINI TEKANAN RENDAH BERBAHAN BAKAR SAMPAH PERKEBUNAN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK Dedi Suntoro, Paber Parluhutan Sinaga, Tri Anggono dan Endang Lestari

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

KETEL UAP (STEAM BOILER)

KETEL UAP (STEAM BOILER) 3 KETEL UAP (STEAM BOILER) Sebuah ketel uap biasanya merupakan bejana tertutup yang terbuat dari baja. Fungsinya adalah memindahkan panas yang dihasilkan pembakaran bahan bakar ke air yang pada akhirnya

Lebih terperinci