PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)"

Transkripsi

1 PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum) SKRIPSI Oleh: Maulela Ajar Ridzany Program Studi Agroteknologi AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2 PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum) The Effect of Various Compost of Agricultural Waste on Growth and yield of Tomato (Lycopersicon esculentum) Maulela Ajar Ridzany Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P / Ir. Hariyono, M.P. Jurusan Agroteknoogi Fakultas Pertanian UMY ABSTRACT A research entitled "The Effect of Various Compost of Agricultural Waste on Growth and yield of Tomato (Lycopersicon esculentum)" was conducted at greenhouse of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta from January 2016 up to July The research was done using an experimental method with single factor, arranged in a Completely Randomized Design (CRD). The treatments were Urea 200 kilogram / hectare, SP kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P0); 20 tons / hectare Manure Cow + Urea 200 kilogram / hectare, SP kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P1); tons / hectare Compost Rice Straw + Urea 200 kilogram / hectare, SP kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P2); tons / hectare Compost Sweet Corn + Urea 200 kilogram / hectare, SP kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P3); tons / hectare compost Leather Cassava + Urea 200 kilogram / hectare, SP kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P4). Each treatment consists of three units and one plants victims were repeated three times. The result showed that the utilization of compost of various kinds of agricultural waste such as rice straw compost, compost litter sweet corn, and cassava bark compost affected the growth and yield of tomato. Application of tons / hectare of rice straw compost + Urea 200 kilogram / hectare, SP kilogram / hectare, 200 kilogram KCl / hectare could increase the growth and yield of tomato plants. Keywords: Tomato, Urea, SP36, KCl, Cow Manure, Compost, Agricultural Waste I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Salah satu limbah yang memiliki potensi besar dapat digunakan yaitu limbah pertanian misalnya limbah jerami padi, seresah jagung, dan kulit singkong. Salah satu potensi limbah pertanian yang dapat memberikan manfaat lebih banyak adalah menjadikan limbah pertanian sebagai bahan pembuatan pupuk kompos. Kompos dapat digunakan sebagai pengganti pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah. Kompos 2

3 berfungsi dalam perbaikan struktur tanah, tekstur tanah, aerasi dan peningkatan daya resap tanah terhadap air. Limbah pertanian berupa jerami padi sangat jarang dimanfaatkan oleh petani, sebagian besar limbah jerami padi hanya dibakar saat setelah panen selesai dilakukan, padahal limbah jerami padi dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik yang berupa pupuk kompos. Pemakaian kompos jerami padi yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah danmengembalikan kesuburan tanah. Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya buahnya saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang berupa batang dan daun, biasanya seresah jagung manis yang berupa batang dan dan hanya dijadikan sebagai pakan ternak atau hanya ditumpuk dipinggir lahan setelah panen. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi pupuk organik berupa pupuk kompos. Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan hanya dibuang sia-sia, padahal kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yaitu berupa pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi, 2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit singkong, memiliki keuntungan diantaranya adalah mengurang permasalahan limbah yang biasanya hanya mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri karena dapat digunakan sebagai pupuk. Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai ton dan pada tahun 2013 mencapai ton (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016), salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tomat adalah pemupukan. Petani tomat di Indonesia umumnya menggunakan 3 jenis pupuk anorganik berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman. Salah satu mengurangi efek pencucian dapat dengan menambahkan bahan organik berupak pupuk kandang maupun pupuk kompos. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang sangat murah dan mudah diperoleh. Salah satu pupuk kadang yang dapat dipakai adalah pupuk kandang sapi. Banyak petani menggunakan pupuk kandang sapi dengan cara langsung membelinya di toko pertanian, hal itu membuat pengeluaran petani tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat mengurangi biaya saat berbudidaya, petani dapat membuat pupuk organiknya menggunakan limbah pertanian berupa kompos jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos dari kulit singkong. Dimana bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan kompos tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya. B. Perumusan Masalah Produksi tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai ton dan pada tahun 2013 mencapai ton, salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan 3

4 produksi tomat adalah pemupukan. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman, salah satu pupuk kadang yang dapat dipakai adalah pupuk kandang sapi. Banyak petani menggunakan pupuk kandang sapi dengan cara langsung membelinya di toko pertanian, hal itu membuat pengeluaran petani tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat mengurangi biaya saat berbudidaya, petani dapat membuat pupuk organiknya menggunakan limbah pertanian yang berupa limbah jerami padi, limbah seresah jagung manis, dan limbah dari kulit singkong. Dimana bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan kompos tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapatkan beberapa rumusan masalah anatara lain: 1. Seberapa efektif pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat? 2. Kompos limbah pertanian manakah yang paling efektif dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat? C. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 2. Menetapkan jenis kompos limbah pertanian yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Kompos adalah hasil pembusukan sisa sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan Nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan ber-c/n rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara (Novizan, 2001). Menurut Rahman Susanto (2002), nisbah C/N berkenaan dengan persentase senyawa organik memberikan indikasi intensitas proses dekomposisi, karena persentase senyawa organik menentukan jumlah komponen dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi. Pada umumnya limbah organik mengandung fraksi padat organik rata rata 40% - 70%. Pemberian bahan organik ke dalam tanah merupakan praktek yang paling dianjurkan, dan biasanya diberikan dalam jumlah ton/hektar dapat diambilkan dari berbagai sumber bahan organik (Gunawan Budiyanto, 2014). 1. Kompos Jerami Padi Kandungan 1 ton kompos jerami padi adalah Nitrogen (N) 0,6 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. Kompos jerami padi memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton. Jumlah hara ini dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2013). Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan oleh petani dinilai sangat merugikan, rata rata 4

5 pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara 94 % C, 91 % N, 45 % P, 75 % K, 75 % S, 30 % Ca dan 20 % Mg dari total kandungan hara tersebut dalam jerami (Suriadikarta dan Abdurachman, 2001). 2. Kompos Serasah Jagung Manis Tanaman jagung manis mengandung Nitrogen 0,92%, Fosfor 0,29%, dan Kalium 1,39% (Ruskandi, 2005). Kurangnya prasarana bisa jadi menjadi hambatan dalam mengolah serasah jagung manis yang melimpah. Pada penelitian Surtinah tahun 2013 hasil yang diperoleh kompos dengan bahan serasah jagung manis mengandung C 10,5 %, N 1,05 %, C/N rasio 9,97, P2O5 1,01 %, K2O 0,18 %, dan Ca 1,98 me/100 g. 3. Kompos Limbah Kulit Singkong Kulit singkong memiliki kandungan yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu sebagai berikut: Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat karbon yang tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74%, N (Nitrogen) sebesar 2,06 %, S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H 2 O (Air) sebesar 11,4%. B. Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Pada tanaman tomat kandungan hara N, P, dan K di dalam 1 ton hasil panen adalah Nitrogen menghasilkan 3,3 kg, Fosfor menghasilkan 0,4 kg, dan Kalium menghasilkan 4,2 kg. Petani tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk tunggal yaitu N (Urea, ZA), P (SP-36) dan K (KCl, ZK) yang pemberiannya dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur. Kebutuhan akan hara makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan, sehingga pada jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi pemupukan menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman. Tomat dikembangbiakkan melalui bijinya. Sebelum ditanam, biji tomat disemai terlebih dahulu. Biji tomat ditaburkan berbaris dengan jarak antar baris 5 cm. Biji tomat akan tumbuh setelah 5-7 hari disemaikan. Lahan yang akan digunakan dicangkul sedalam 40 cm dan dibuat bedengan dengan lebar 1,40 m. Di atas bedengan dibuat lubang dengan jarak 50 x 60 cm. Jarak antar baris lubang 70 x 80 cm sehingga tiap bedengan terdiri dari dua baris lubang, menggunakan ruang tanam 50 x 60 cm. Tiap-tiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 0,5-1 kg atau 20 ton/hektar. Setelah berumur satu bulan, kira-kira berdaun empat helai, bibit tomat dipindahkan ke lubang-lubang tanam yang telah tersedia di kebun. Setiap lubang ditanami satu batang tanaman yang sehat, kuat, dan subur. Tanaman tomat yang telah berumur 1,5 bulan diberi pupuk anorganik berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan perbandingan 2 : 3 : 1 sebanyak 12 gram tiap tanaman. Untuk tiap hektar tanaman dibutuhkan 200 kg Urea, 300 kg SP-36, dan 200 kg KCl. 5

6 C. Hipotesis Perlakuan 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar merupakan perlakuan terbaik dalan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan bulan Januari 2015 sampai Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya Jerami padi, Serasah jagung manis (batang dan daun), kulit singkong, EM4, gula merah, dedak, kapur pertanian, air, benih tomat varietas Servo, pupuk kandang sapi, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk SP-36, insektisida Curacron 500EC, dan tanah regosol. Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya polibag, cangkul, ayakan ½ cm, gelas beker, meteran, mistar, gunting, karung pengomposan, hand sprayer, jangka sorong, timbangan analitik, oven, ajir, tali rafia, plastik, label dan alat tulis. C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode percobaan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan sumber bahan organik sebagai berikut: P 0 : Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P 1 : 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P 2 : 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P 3 : 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P 4 : 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 unit dan 1 tanaman korban yang diulang 3 kali, total ada 60 pot/polibag. D. Cara Penelitian 1. Penyiapan bahan untuk pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong. 2. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong a. Mengumpulkan limbah jerami padi kemudian dicacah menjadi potongan kecilkecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami padi sebanyak 20 kg, 1 kg 6

7 dedak, 1 kg kapur pertanian, 100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalamair lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasiselama 40 hari. b. Mengumpulkan seresah jagung manis berupa batang dan daunnya kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah seresah jagung manis 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg kapur pertanian,100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalam 250 liter air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi selama 40 hari. c. Mengumpulkan kulit singkong kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah kulit singkong 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg kapur pertanian,100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalam air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi selama 47 hari. 3. Pengaplikasian kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong; a. Persiapan media tanam Tanah yang akan dijadikan media tanam dicangkul dan selanjutnya tanah disaring dengan saringan kawat ukuran ½ cm, lalu dikering anginkan selama 4 hari kemudian tanah dimasukkan dalam polibag sebanyak kurang lebih 8 kg. Setelah tanah sudah dimasukkan dalam polibag, dilakukan pemupukan dasar yaitu berupa pemberian pupuk kandang sapi 20 ton/ hektar (600 gram/ tanaman), pupuk kompos jerami padi 6,504 ton/ hektar (195,12 gram/ tanaman), kompos seresah jagung manis 6,451 ton/ hektar (193,53 gram/tanaman), dan kompos kulit singkong 9,876 ton/hektar (296,28 gram/ tanaman), dicampurkan keseluruh tanah dalam polibag lalu diamkan selama 3 hari. b. Persemaian Persemaian benih tomat menggunakan pottray (tempat pembibitan semacam pot kecil). Biji tomat tumbuh setelah 7 hari disemaikan. Setelah tanaman tomat berumur 2 minggu, bibit tomat dipindahkan ke dalam polibag mini (kecil), ditunggu hingga satu bulan, saat tomat sudah mempunyai empat helai daun, lalu bibit tomat siap dipindahkan ke media tanam yang sudah diisi tanah 8 kg dan pemberian pupuk dasar. c. Pemeliharaan i. Penyiraman ii. Pengajiran iii. Pemupukan Selain pemupukan menggunakan pupuk kandang, pupuk kompos limbah jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit singkong sebagai pupuk dasar, juga dilakukan pemupukan menggunakan pupuk anorganik yaitu Urea 200 kh/hektar (6,0 gram/tanaman), SP kg/hektar (9,0 gram/ tanaman), dan KCl 200 kg/hektar (6,0 gram/ 7

8 tanaman). Pupuk anorganik diberikan sebagai pupuk susulan, pupuk susulan diberikan 2 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman tomat berumur 15 HST dan pemupukan kedua diberikan saat tanaman tomat berumur 30 HST. iv. Penyiangan v. Pengendalian hama vi. Pemanenan Pemanenan pertama tomat dilakukan pada umur tanaman tomat 90 HST. Tomat sudah bisa dipanen saat kulit buah tomat berubah dari hijau keputihan menjadi warnah merah, pemanenan dilakukan 4 kali dengan pemetikan setiap 6 hari sekali. E. Parameter yang Diamati 1. Tinggi Tanaman (cm) 2. Berat segar tanaman tomat (gram) 3. Berat kering tanaman tomat (gram) 4. Berat buah per tanaman (gram) 5. Diameter buah per buah (cm) 6. Jumlah buah per tanaman F. Analisis Data Data yang diperolah dari penelitian ini di sidik ragam Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf nyata α = 5 %. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda antar perlakuan, maka akan dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5 %. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Tomat Tabel 1. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% terhadap tinggi tanaman Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) P0 Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 89,500 e P1 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP ,800 d kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P2 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP ,733 b 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P3 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP ,233 a 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P4 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 98,833 c Keterangan: Angka rerata pada kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata. Dari tabel 1 diatas dapat diketahui rerata tinggi tanaman tomat pada perlakuan P2(6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4,P1, dan P0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari tinggi tanaman tomat yaitu 105,233 cm pada perlakuan P2(6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP

9 cm kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dan hasil terendah diperoleh dari perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) yaitu 89,500 cm. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bahan organik jerami padi dalam mensuplai unsur hara terutama Nitrogen, unsur Nitrogen yang tersedia bagi tanaman sudah mempu untuk merangsang pembentukan tunas dan daun, mempertinggi kandungan protein dan meningkatkan jumlah klorofil, hal ini sejalandengan pernyataan oleh Wijaya (2008) bahwa unsur Nitrogen berpengaruh terhadappembentukan daun dengan helaian yang kebih luas dan kandungan klorofil yang lebihtinggi, sehingga mampu menghasilkan karbohidrat yang banyak untuk pertumbuhanvegetatif tanaman. Unsur hara Nitrogen yang terkandung dalam kompos jerami sebesar 1,23%, berdasarkan hasil uji Laboratorium Tanah dan Pupuk, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (lampiran 6), diduga telah mampu memenuhi kebutuhan unsur Nitrogen yang diberikan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman tomat, dibandingkan dengan kandungan Nitrogen pada pupuk kandang sapi yang hanya mempunyai kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, maka penggunaan pupuk kandang sapi dapat digantikan dengan penggunaan pupuk kompos jerami padi karena kompos jerami padi dapat memberikan unsur Nitrogen yang lebih banyak untuk pertumbuhan tanaman tomat. Selain itu, penggunaan pupuk kompos limbah jerami padi dapat mengurangi biaya pemupukan, yang mana biasanyapetani menggunakan pupuk kandang sapinya diperoleh dengan membeli di toko pertanian, sedangkan jika menggunakan pupuk kompos jerami padi petani dapat membuat sendiri dan limbah jerami padi dapat diperoleh dengan gratis. Rendahnya rerata tinggi tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan penggunaan pupuk anorganik saja tidak cukup untuk memberikan tambahan unsur Nitrogen dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman tomat. Pupuk anorganik hanya terdapat unsur makro yang berasal dari bahan kimia yang ditambahkan pada pupuk. Sifat pupuk anorganik memiliki kelemahan, yaitu kandungan unsur hara pada pupuk akan cepat menguap atau tercuci keluar dari zona perakaran apabila tidak langsung diserap oleh tanaman. Hal ini diduga terjadi pada saat penelitian, dimana pupuk anorganik yang diberikan tercuci keluar dari zona perakaran sehinggaunsur hara yang terserap oleh tanaman menjadi berkurang. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman tomat selama 5 minggu dapat dilihat dalam gambar 1. Tinggi Tanaman Minggu ke- P0 P1 P2 P3 P4 9

10 Berdasarkan gambar 1. grafik menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman tomat selama 5 minggu setelah tanam. Pada setiap perlakuan mengalami pertambahan tinggi tanaman mulai dari minggu pertama sampai minggu kelima. Pada awal pertumbuhan hingga minggu ketiga, tanaman tomat mengalami terus pertambahan tinggi tanaman setiap minggunya, setelah memasuki minggu ketiga hingga minggu keempat pertambahan tinggi tanaman mengalami pertambahan yang mulai menurun. Penurunan tinggi tanaman pada minggu ketiga hingga minggu keempat terjadi karena tanaman tomat telah memasuki masa berbunga dan memasuki masa vegetatif maksimum. 2. Berat Segar Tanaman dan Berat Kering Tanaman Tabel 2. Hasil rerata berat segar tanaman Perlakuan Berat Segar Tanaman (gram) Berat Kering Tanaman (gram) P0 Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 48,03 7,71 P1 P2 P3 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 64,79 14,8 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 98,81 29,4 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 79,83 19,7 P4 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 81,15 19,2 Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat segar tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (lampiran 5). Hasil rerata berat segar tanaman dapat dilihat dalam tabel 2. Dari hasil rerata berat segar tanaman tomat, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu 98,81 gram, kemudian diikuti pada perlakuan P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 79,83 gram, P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 81,15 gram, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 64,79 gram, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 48,03 gram. Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter berat segar tanaman tomat, hal ini diduga pemberian bahan organik dan anorganik sudah mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Dengan penambahan bahan organik maka sifat pupuk anorganik yang mudah hilang akibat menguap dan tercuci akan dapat diperkecil karena pupuk organik mampu mengikat unsur hara. Pupuk organik tidak hanya menyediakan unsurunsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, namun juga berperan dalam memperbaiki sifat tanah, terutama sifat biologisnya. 10

11 Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat kering tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (lampiran 5). Hasil rerata berat kering tanaman dapat dilihat dalam tabel 2. Dari hasil rerata berat kering tanaman tomat, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu 29,43 gram, kemudian diikuti pada perlakuan P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 19,69 gram, P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 19,19 gram, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 14,80 gram, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 7,71 gram. Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter berat segar tanaman tomat, hal ini diduga penyerapan unsur hara yang hampir sama besar oleh tanaman sehingga hasil fotosintat juga menunjukkan hal yang sebanding. Berat kering tanaman dipengaruhi oleh perkembangan daun dan intensitas matahari, tanaman yang memiliki daun yang lebih luas dapat menyerap sinar matahari dengan efektif, sehingga dapat menghasilkan fotosintat lebih banyak karena dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Umumnya berat kering tanaman digunakan sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan. Berat kering tanaman berhubungan positif dengan kadar Nitrogen dalam tanah dan serapan Nirogen oleh tanaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin tinggi Nitrogen yang dapat diserap tanaman, maka kebutuhan Nitrogen pada fase vegetatif tanaman tercukupi, sehingga dapat meningkatkan biomassa tanaman. 3. Berat Buah Per Tanaman dan Jumlah Buah Per Tanaman Tabel 3. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% terhadap berat buah pertanaman dan jumlah buah pertanaman Perlakuan Berat Buah/Tanaman (gram) Jumlah Buah/ Tanaman P0 P1 P2 P3 Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 159,0 e 7,000 b 261,4 d 16,733 a 451,2 a 23,630 a 344,7 c 18,700 a P4 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 415,3 b 22,233 a Keterangan: Angka rerata pada kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata. 11

12 Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat buah per tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 3 diatas. Dari tabel 3 diatas dapat diketahui rerata berat buah tomat per tanaman pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) berbeda nyata dengan perlakuan P4, P3,P1, dan P0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari berat buah tomat per tanaman yaitu 451,2 gram pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dan hasil terendah diperoleh dari perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) yaitu 159,0 gram. Tingginya berat buah per tanaman diduga dipengaruhi oleh pemberian kompos jerami padi dapat memperbaiki sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Kandungan unsur hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium pada pupuk saling berkaitan, unsur-unsur tersebut dapat diserap oleh tanaman dan berperan dalam mengaktifkan enzimenzim yang berperan dalam metebolisme. Dari hasil metebolisme tersebut digunakan untuk melakukan fotosintesis yang hasilnya berupa fotosintat. Hasil fotosintat itulah yang lebih banyak ditranslokasikan kepada buah. Menurut Poerwowidodo Mas ud (1993) bahwa translokasi fotosintat ke buah tomat dipengaruhi oleh Kalium. Rendahnya hasil berat buah tomat per tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan tidak ada penambahan kompos sebagai bahan organik, di mana fungsi dari bahan organik dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah yang akan mendorong terjadinya perbaikan kesuburan tanah, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah. Selain itu diduga karena unsur Nitrogen yang ada pada pupuk anorganik mengalami pencucian (leaching) pada saat aplikasi. Kurangnya unsur hara dalam tanah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena unsur hara merupakan salah satu makanan bagi tanaman untuk menghasilkan energi. Apabila unsur hara terutama Nitrogen yang mempunyai peran besar selama proses pertumbuhan vegetatif tidak dapat terpenuhi dengan baik maka proses metabolisme tanaman akan terhambat. Hal tersebut akan berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter jumlah buah per tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 3 diatas. Jumlah buah pada perlakuan P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), dan P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar). Rerata jumlah buah yang lebih tinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 23,630 buah per tanaman dan rerata jumlah buah terendah pada perlakuan P0 yaitu 7,000 buah per tanaman. Seperti yang dijelaskan Tisdale, et al. (1993) dalam Gunawan Budiyanto (2009), bahwa fungsi bahan organik untuk meningkatkan kapasitas pengikat air, memperbaiki kualitas struktur tanah, menurunkan pergerakan air dalam tanah 12

13 dan menurunkan dampak pematahan tanah. Pemberian bahan organik berupa kompos mampu memperbaiki kualitas tanah, sehingga banyaknya buah yang dihasilkan menunjukkan bahwa tanaman mampu menyerap unsur hara secara maksimal untuk pertumbuhan tanaman, pembentukkan bunga dan buah. Rendahnya hasil jumlah buah per tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan tidak ada penambahan kompos sebagai bahan organik, dimana bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu kesuburan tanah. Hal lain juga diduga karena pada saat aplikasi pemberian pupuk anorganik mengalami pencucian (leaching), yang menyebabkan unsur hara dalam tanah mengalami pengurangan sehingga akan mengahambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena unsur hara merupakan salah satu makanan bagi tanaman untuk menghasilkan energi. 4. Diameter Buah Per Tanaman Tabel 4. Hasil rerata diameter buah per tanaman Perlakuan Diameter Buah/ Tanaman (cm) P0 Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 1,8800 P1 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP ,9900 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P2 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 2, kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P3 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 2,2000 P4 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 2,4867 Dari hasil rerata diameter buah tomat per tanaman, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu 2,5300 cm, kemudian diikuti pada perlakuan P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 2,4867 cm, P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 2,2000 cm, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 1,9900 cm, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 1,8800 cm. Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter diameter buah tomat per tanaman, hal ini diduga pemberian bahan organik dan anorganik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, sifat kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga mikroba dalam tanah dapat berkembang dengan baik, struktur tanah menjadi lebih baik maka tanaman dapat menyerap unsur hara yang tersedia di dalam tanah secara maksimal, selain itu kompos dari berbagai macam limbah diduga sudah mampu mencukupi kebutuhan unsur Nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman tomat. 13

14 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pemanfaatan kompos dari berbagai macam limbah pertanian berupa kompos jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit singkong memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 2. Penggunaan 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. B. Saran Pada penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP kg/hektar, KCl 200 kg/hektar merupakan perlakuan yang dapat direkomendasikan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. DAFTAR PUSTAKA Akanbi. (2007). The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient Source and Botanical Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences. Badan Pusat Statistik Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. Survey Pertanian Tahun Statistik Indonesia. Jakarta. Balai Penelitian Tanah Pupuk organik untuk tingkatkan produksipertanian. Balittanah. Bogor. Soil-fertility@indo.net.id. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Hasil Analisis Contoh Tanah. Candilo, M and G.P., and Silvestri Sulfur Calcium and Magnesium in Processing Tomatoes Grown in Sub-Alkaline or Sub-Acid Soils. Acta Horticulturae 376, Gunawan Budiyanto Manajemen Sumberdaya Lahan. LP3M UMY. Yogyakarta. 253 hal. Mas ud, P Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Nonnecke, IB Libner Vegetable Production. An AVI Bok Van Nostrand Reinhold. USA. Novizan Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang. Rahman Susanto Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Jakarta. Ruskandi Teknik Pemupukan Buatan dan Kompos pada Tanaman Sela Jagung di antara Kelapa. Buletin Teknik Pertanian. Vol.10, No.2. Sukabumi: Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan. Sarief Saifuddin Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Setyamidjaja, D., Pupuk dan Pemupukan. Simplex, Jakarta. Suriadikarta, D.A. dan Abdurachman, A Penggunaan Pupuk Dalam Rangka Produktivitas Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Jurnal Litbang Pertanian. 20(4). Hal: Tisdale, S. L., et al. (1993). Soil Fertility and Fertilizers, Fifth Edition. New York: Macmillan Publishing Company. 14

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat 1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kompos dari berbagai macam limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat memberikan pengaruh berbeda nyata

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum) PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum) USULAN PENELITIAN Diajukan oleh: Maulela Ajar Ridzany 20120210060 Program Studi Agroteknologi

Lebih terperinci

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI Oleh: Septia Handayani 20120210126

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian UMY, pada bulan Desember 2015 Maret 2016. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang dan Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L) PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L) The Effect of Local Micro Organisms and NPK Fertilizers on Growth

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH TEMBAKAU SEBAGAI PELENGKAP PEMUPUKAN NITROGEN PADA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH TEMBAKAU SEBAGAI PELENGKAP PEMUPUKAN NITROGEN PADA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT Makalah Seminar Hasil KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH TEMBAKAU SEBAGAI PELENGKAP PEMUPUKAN NITROGEN PADA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum L.) Oleh: Putri Nurul Ma rifah 20120210080 Program

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan Laboratorium Penelitian pada bulan Januari sampai April 2016. B. Bahan dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai bulan Mei 2016 di lahan penelitian Fakultas Pertanian, dan Laboratorim Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) THE EFFECT OF COW MANURE DOSAGE AND NITROGEN FERTILIZER ON GROWTH AND

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sukamarga Rajabasa Induk Kecamatan Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. 3.2. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) The Addition of Anorganic and Liquid Organic Fertilizer to the Growth

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April-Agustus 2017.

METODE PELAKSANAAN. Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April-Agustus 2017. III. METODE PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di Green House Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KOMPOS CAMPURAN AMPAS TEH, KOTORAN SAPI DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N PADA TANAMAN BAWANG DAUN PADA INCEPTISOL

EFEKTIFITAS KOMPOS CAMPURAN AMPAS TEH, KOTORAN SAPI DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N PADA TANAMAN BAWANG DAUN PADA INCEPTISOL 285 EFEKTIFITAS KOMPOS CAMPURAN AMPAS TEH, KOTORAN SAPI DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N PADA TANAMAN BAWANG DAUN PADA INCEPTISOL Santika Patna Dyasmara, Syekhfani, Yulia Nuraini * Jurusan Tanah,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Pelaksanaan penelitian lapang meliputi persiapan pupuk, penanaman sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah 6. MENGHITUNG TAKARAN PUPUK UNTUK PERCOBAAN KESUBURAN TANAH Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitiandilakukan di Laboratorium Penelitian dan Lahan Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan waktu pelaksanaan selama 3 bulan dimulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Desa Simpang Barn Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Propinsi Riau dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan dimulai bulan April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu. LAMPIRAN-LAMPIRAN 1 Skema Penelitian Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan Pengeringan ampas tahu Tahap 2 Pembuatan Pelet Pembuatan tepung darah sapi Pembuatan arang sabut Pengukuran Kadar Lengas Pelet NPK

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci